• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMELIHARAAN PANEN DAN PASCA PANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNIK PEMELIHARAAN PANEN DAN PASCA PANE"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMELIHARAAN, PANEN DAN PASCA

PANEN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT TULUNG BUYUT KECAMATAN NEGERI

AGUNG KABUPATEN WAY KANAN

(Laporan Praktik Kerja Lapang)

Oleh

ZUHRONIAH

PROGRAM STUDI D3 PERKEBUNAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Teknik Pemeliharaan, Panen dan Pasca

Panen Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) Di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Tulung Buyut Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan

Nama : Zuhroniah

NPM : 1404122070

Program Studi : D3 Perkebunan

Jurusan : Agroteknologi

Tanggal Persetujuan : 26 April 2016

MENYETUJUI

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Ir. Hery Novpriansyah, M.Si. Septiana, S.P., M.Si. NIP 196611151990101001

MENGETAHUI Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

(3)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mampu melaksanakan Praktik Kerja Lapang dan menyusun laporan ini tepat pada

waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus pada semua pihak yang telah membantu dan membimbing hingga selesainya penyusun laporan ini dengan baik sebagai mana penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi 3. Ir. Hery Novpriansyah, M.Si. selaku Ketua Progam Studi D3 perkebunan

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Kepada ibu Septiana S.P., M.Si. diucapkan terima kasih banyak karena sudah bersedia meluangkan waktu, mencurahkan fikiran dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan nasehat selama penulis menyelesaikan Praktik Kerja Lapang dan menyusun laporan.

(4)

dan memberikan pengalaman serta wawasan yang luas selama penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang.

6. Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan, atas Program Beasiswa D3 Perkebunan Sehingga penulis mampu menimba ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Ayahanda Johanudin dan Ibunda Nikmatin Khoiriah tercinta,terima kasih senantiasa memberikan doa, kasih sayang serta motivasi untuk keberhasilan penulis dalam melaksanakan praktek kerja lapang.

8. Kepala Kampung Kalipapan, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan

diucapkan terima kasih telah memberikan izin tinggal di Kampung Kalipapan selama PKL berlangsung.

9. Kepada Cik Elfiani dan Cik Maulinda wati beserta keluarga penulis mengucapkan terima kasih memberikan tempat tinggal selama PKL berlangsung hingga selesai.

10. Buat mamas, mbak dan adek Terimakasih yang senatiasa memotivasi dan menyemangatiku.

11. Untuk Anggrio Arto terimaksih atas segala bantuan dan kerja samanya selama penulisan laporan PKL.

12. Saudara seangkatan D3 Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Desi Nofikasari, Yuli Nur Rukmanawati, Ade Sulistiono, Dwi Yudi

Ferinanto, Fahri Azhar, Joko Sumarwan, Untung Budiyanto dan Alfa Rezi, yang selalu memberikan bantuan dan dorongan semangat satu sama lain. 13. Teman-teman seperjuangan D3 Perkebunan angkatan 2014 yang telah

(5)

14. Semua pihak yang membantu penulis yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam melakukan penyusunan laporan PKL.

Bandar Lampung, 26 April 2016 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANG ... 6

3.1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ... 11

(7)

3.2. Tanaman Menghasilkan (TM) ... 19

3.2.1. Pengendalian Gulma ... 19

3.2.2. Rorak ... 20

3.2.3. Pemupukan ... 20

3.2.4. Aplikasi Stimulan dan Karet Full ... 21

3.2.5. Pengendalian Hama Penyakit ... 22

3.2.6. Istilah-istilah dalam Tanaman Menghasilkan ... 22

3.3. Panen ... 27

3.3.1. Penentuan Matang Sadap... 28

3.3.2. Persiapan Peralatan Sadap ... 29

3.3.3. Penggambaran Bidang Sadap ... 33

3.3.4. Pelaksanaan Penyadapan ... 34

3.3.5. Pengambilan Lateks ... 37

3.3.6. Pengangkutan ... 37

3.4. Pasca Panen ... 38

3.4.1. Pengolahan RSS (Ribbed Smoke Sheet) ... 38

3.4.2. Pengolahan SIR (Standar Indonesian Rubber) ... 44

3.4.3. Pengolahan Air Limbah ... 47

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 49

4.2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA... 51

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pabrik Pengolahan PTPN VII Unit Tulungbuyut... 7

2. Peta Gambaran Unit Tulung Buyut ... 8

3. Tanaman PTPN VII Unit Usaha Tulumgbuyut ... 8

4. Tanaman belum menghasilkan (TBM) ... 11

5. Kegiatan weeding pada TBM ... 13

6. Kegiatan memberi totol pada tanaman karet ... 14

7. Kegiatan menyanggul... 17

8. Kegiatan meluruskan tanaman karet ... 17

9. Kegiatan penunasan pada TBM II... 18

10. Kegiatan aplikasi Stimulan ... 22

11. kegiatan sampel untuk master bujang ... 26

12. Kegiatan pengambilan LSU ... 27

13. Kegiatan pengukuran ketebalan irisan sadap ... 35

14. kegiatan pengangkutan lateks di STL (Stasiun Tanki Lateks) ... 38

15. Stasiun penerimaan lateks ... 39

16. kegiatan melepaskan plat penyekat setelah membeku ... 40

17. Kegiatan Penggilingan hasil pembekuan ... 41

(10)

19. penimbangan dan sortasi lembaran sheet ... 42

20. Kegiatan Pengepresan ... 43

21. Bale sheet dalam gudang penyimpanan... 43

22. Stasiun penerimaan bokar ... 44

23. Kegiatan pengeringan atau pre drying creppe ... 46

(11)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian karet (Hevea brasiliensis) memainkan peranan cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia. Karet merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di Indonesia yang banyak menunjang perekonomian sebagai bahan yang diekspor, sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tanaman karet berasal dari negara Brazil, tanaman tersebut merupakan tanaman yang memiliki umur panjang dan

memberikan hasil yang cukup menjanjikan sehingga banyak diminati oleh masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas (Nazarudin dkk, 1992).

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas didunia yaitu 3,4 juta hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya memiliki luas lahan penanaman 2,4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas tanaman rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/tahun. Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet

(12)

Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia, luas areal Perkebunan Karet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Produksi karet di Indonesia juga meningkat, yaitu 1,60 juta ton pada tahun 2001 meningkat menjadi 2,76 juta ton pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi 2,83 juta ton. Sekitar 79% produksi berasal dari perkebunan rakyat, 10% dari perkenunan negara dan 11% dari perkebunan swasta (Ditjenbun, 2007).

Berdasarkan surat keputusan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Nomor 12A/UN26/4/DT/2014 tentang Praktik Kerja Lapangan mahasiswa

Program Diploma III Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Tahun Anggaran 2014. Praktik Kerja Lapang merupakan mata kuliah wajib bagi

mahasiswa Program Diploma III Perkeb unan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Kegiatan Praktik Kerja Lapang Fakultas Pertanian memiliki beban kredit 3 (tiga) sks dengan komposisi 0-3 (seluruhnya merupakan kegiatan praktik).

(13)

mampu memberikan informasi dan mahasiswa dapat melakukan semua kegiatan dengan baik.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari praktik kerja lapang ini secara umum adalah:

1. Mengetahui gambaran umum PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Tulung Buyut, Way Kanan

2. Mengetahui teknik perawatan tanaman karet dengan baik sesuai dengan teori yang telah ditetapkan

3. Mengetahui teknik perawatan tanaman karet dengan keterampilan, membentuk jiwa kewirausahaan dan profesional.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktik kerja lapang dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut, yang terletak di Desa Kalipapan, Kecamatan Negeri Agung,

Kabupaten Way Kanan, dan berlangsung dalam 30 hari yaitu pada 12 Januari 2016 sampai dengan 12 Februari 2016.

1.4. Metode Praktik Kerja Lapang

(14)

1. Magang

Magang merupakan kegiatan turun lapang dan menjadi kegiatan utama dalam pelaksanaan praktik kerja lapang. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan

pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), serta panen dan pasca panen.

Magang tersebut dilakukan di bawah pengawasan pembimbing lapang dari PTPN VII Unit Usaha Tulung Buyut, Kabupaten Way Kanan.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara ditujukan untuk mendapat informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa praktik kerja lapangan. Wawancara dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada sinder, pembimbing lapang, dan beberapa karyawan, atau anggota pegawai yang berkecimpung di bidang tersebut. Informasi yang meliputi teknik pemeliharaan tanaman karet, manajemen

pengelolaan perkebunan, struktur organisasinya, serta gambaran umum PTPN VII Unit Tulung Buyut Kabupaten Way Kanan.

3. Studi Pustaka

(15)

4. Konsultasi dan Diskusi

Konsultasi dan diskusi kami lakukan untuk mendapatkan kelengkapan data dan informasi untuk pembuatan laporan praktik kerja lapang.

5. Penulisan Laporan

(16)

II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANG

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awalnya PTP Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut merupakan perkebunan milik Belanda. Perkebunan ini di bangun pada tahun 1930 oleh PT Internatio Belanda. Tahun 1957 diambil alih pemerintah RI dalam rangka nasionalisasi, terdiri dari tanaman karet dan hasil olah karet konvensional RSS (Ribbed Smoked Sheet). Selanjutnya dilakukan perubahan status dari Perusahaan

Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X (Persero) pada tanggal 30 Agustus 1980.

(17)

Seiring dengan berjalannya waktu, tepatnya pada awal tahun 2012,

PT Perkebunan Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut membuka pabrik SIR berkapasitas 40 ton kk/hari, dilengkapi juga dengan unit pengolahan limbah yang telah memenuhi standar Bapedal. Dengan dibangunnya pabrik baru ini

PT Perkebunan Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut membuka pembelian karet dari rakyat sekitar Unit Tulung Buyut (Gambar 1.).

Gambar 1. Pabrik Pengolahan PTPN VII Unit Tulung Buyut.

2.2. Lokasi dan Letak Geografis

PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut terletak pada ± 60 km arah timur dari Ibukota Kabupaten Way Kanan dan ± 160 km dari Ibukota Provinsi

(18)

Gambar 2. Peta Gambaran PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut

2.3. Kondisi Areal Perusahaan

Jenis tanah pada PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut

adalah “Podsolik Merah Kuning” dengan bahan induk Tufa asam, latosol dan

sebagian kecil aluvial. Type iklim B dengan rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga dalam keadaan musim yang normal daerah ini tidak mengalami musim kering yang berkepanjangan (Gambar 3.).

Gambar 3. Tanaman PTPN VII Unit Usaha Tulumgbuyut.

 Dibangun pada tahun 1930 oleh

PT. Internatio Belanda.

 Kampung Kalipapan Kecamatan

Negri Agung, Kabupaten Way

Kanan.

 Ketinggian tempat 82 m dpl,

Topografi datar dan sedikit

bergelombang.

 Jenis tanahnya adalah “Podsolik

(19)

2.4. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) sebagai salah satu Perusahaan

Perkebunan mempunyai visi menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan berkarakter global.

b. Misi Perusahaan

Misi perusahaaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) antara lain: 1. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas karet, kelapa

sawit, teh dan tebu.

2. Mengembangkan usaha berbasis inti yang mengarah ke integritas vertikal. 3. Mengembangkan teknologi budidaya dan proses yang efisiensi dan akrab

dengan lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar, baik untuk pasar dosmetik maupun internasional.

4. Memperhatikan kepentingan shareholders, khususnya karyawan, mitra petani, pemasok, dan mitra usaha untuk bersama-sama mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.

2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Usaha

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut bergerak dalam dua bidang usaha yaitu perkebuan karet, dan pengolahan karet. Kegiatan di

(20)

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut menanam beberapa jenis klon karet antara lain BPM 24, BPM 1, GT 1, RRIC 100,TM 8, RRIM 600, POLYKLONE, MIX, PB 260,TM 2, dan WR 261. Dari segi potensi dan pola hasil lateks dan kayu, klon-klon unggul yang tersedia dapat dikelompokkkan dalam beberapa tipe yaitu (1) klon penghasil lateks cepat (quick starter), (2) klon penghasil lateks lambat (slow starter), dan (3) klon penghasil lateks dan kayu (timber latex clones). PB 260 dan RRIC 100 merupakan klon unggul penghasil lateks cepat yang saat ini mendominasi kebun lebih dari 50 %.

Menurut beberapa teknisi kebun dari beberapa klon yang digunakan di

(21)

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Pada Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di PTPN VII Unit Usaha Tulung Buyut yang dimulai pada tanggal 12 Januari sampai 12 Februari 2016. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM), Panen dan Pasca panen tanaman karet.

3.1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan merupakan tanaman yang belum dimanfaatkan produksinya. Pada fase TBM tanaman karet memerlukan pemeliharaan agar tanaman karet tumbuh dan berkembang secara maksimal. Kegiatan pemeliharaan pada fase TBM (Gambar 4.) yang dilakukan penulis yaitu meliputi pengendalian gulma, pemupukan, manajemen cabang, penunasan, pengendalian hama penyakit, dan konsolidasi. Selain kegiatan di lapangan penulis juga mendapatkan materi yang disampaikan oleh pembimbing lapang.

(22)

Kegiatan fase TBM tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada tanaman karet fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dilakukan secara manual, teknis, maupun kimiawi. Pengendalian gulma pada TBM meliputi weeding, wipping, rambet, bokor, strip barisan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Weeding adalah pengendalian gulma yang mengganggu tanaman pokok pada fase

tanaman belum menghasilkan yang dilakukan secara manual ataupun teknis. Pengendalian gulma bertujuan agar pada tanaman karet tidak terjadi perebutan unsur hara antara gulma dengan tanaman karet, agar tanaman karet dapat tumbuh dengan maksimal. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara mencabut gulma yang berada di dekat tanaman karet dengan jarak 1 m dari tanaman.

Sedangkan pengendalian secara teknis yaitu dilakukan dengan cara menggunakan alat manual seperti sabit dan cangkul. Pengendalian secara teknis dilakukan dengan cara mencabut gulma yang berada di dekat tanaman karet dengan jarak 1 m dari tanaman. Kegiatan weeding (Gambar 5.) dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan.

Wipping merupakan kegiatan mengendalikan alang-alang yang tumbuh di sekitar

tanaman karet. Pengendalian ini dilakukan dengan cara kimiawi yaitu

(23)

pangkal hingga ujung daun, kemudian ujungnya dipotong sebagai tanda bahwa sudah dilakukan wipping.

Rambet merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan atau

menyingkirkan tanaman LCC yang melilit batang tanaman karet secara manual dan teknis. Apabila LCC tidak dikendalikan maka tanaman karet

pertumbuhannya akan terhambat dan kerdil.

Bokor merupakan kegiatan membersihkan piringan atau barisan pohon karet dengan cara mengoret atau menyingkirkan semua tumbuhan liar yang tumbuh di piringan tanaman. Bokor dikerjakan pada TBM I radius 100 cm dan TBM II-IV radius 150 cm, dengan 10 rotasi pada TBM I, 12 rotasi pada TBM II dan 6 rotasi pada TBM IV dalam setahun.

Strip barisan ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimiawi berupa herbisida. Penggunaan dosis herbisida berbahan aktif glyphosat dengan konsentrasi 5%, 0,5l/Ha dilihat dari keadaan gulma yang ada pada lapangan, dan rata-rata dosis yang digunakan yaitu 50-70cc/15 liter air.

(24)

3.1.2. Pemupukan

Untuk pertumbuhan tanaman karet dapat mencapai maksimal apabila diberikan pemupukan yang baik. tujuannya agar tanaman menghasilkan produksi yang optimal tanaman memerlukan makanan dan unsur hara yang cukup, perlu dilakukan pemupukan yang berimbang dan berkalanjutan. Syarat pelaksanaan pemupukan curah hujan minimal 50 mm/decade dan kondisi strip barisan atau bokoran bersih. Pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut pada TBM I (umur 1 – 12 bst) ditabur melingkar di bawah tajuk tanaman; TBM II-V (umur > 13 bst) ditabur dengan jarak penaburan 1-1,5 meter dari batang dan TM di poket di bawah tajuk, kemudian tutup dengan tanah (kedalaman poket/lubang minimal 15 cm) dengan rotasi 6 kali pada TBM I, 5 kali pada TBM II dan 4 kali pada TBM III dan TBM IV dalam setahun.

Pengaplikasian pupuk di PTPN VII Unit Tulung Buyut menerapkan sistem 5T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal dan dosis pupuk menunggu

(25)

3.1.3. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang tumbuhnya tidak normal. Penyulaman dilakukan pada saat awal-awal penanaman yaitu pada TBM I-TBM 2, karena pada kondisi ini jarak umur tanaman tidak terlalu jauh sehingga tanaman susulan mampu menyesuaikan pertumbuhan tanaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan populasi dan keseragaman tanaman tersebut.

3.1.4. Sensus Tanaman

Tanaman matang sadap apabila tanaman karet sudah mampu diambil lateksnya tanpa mengganggu pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Tanaman matang sadap ditentukan dengan umur tanaman 4 tahun, lilit batang ≥ 45 cm dan ketebalan kulit

≥ 6mm. Dalam penentuan matang sadap dilakukan dengan sensus matang sadap

yaitu memberi totol merah pada tanaman karet dengan ketinggian 150 cm dari permukaan tanah menghadap ke jalan. Pemberian totol merah dilakukan dengan mengukur lilit batang 100 cm dari permukaan tanah (tabel 1.).

Tabel 1. Kriteria tanaman karet matang sadap

Gambar totol Keterangan lilit batang

39 - 41 cm

42 - 44 cm

> 45 cm

(26)

Gambar 6. Kegiatan memberi totol pada tanaman karet.

3.1.5. Penyanggulan (Folding)

Menyanggul merupakan kegiatan membentuk percabangan dengan cara mengikat daun payung teratas pada ketinggian 270 cm dari tanah dengan kondisi daun payung teratas berwarna hijau tua (Gambar 7.). Pemeriksaan dilakukan setelah 2 minggu dilakukan proses penyanggulan. Tunas yang sudah tumbuh kemudian diseleksi dan dipilih 3 tunas merci sehingga membentuk percabangan yang simetris. Kegiatan ini dilakukan pada TBM I dan TBM II dengan rotasi 12 kali dalam setahun. Apabila ada tanaman yang tingginya sudah lebih dari 300 cm dari permukaan tanah dan belum membentuk percabangan maka dilakukan Topping (pemotongan).

(27)

3.1.6. Konsolidasi atau Skur

Konsolidasi merupakan kegiatan meluruskan tanaman karet yang condong ke samping akibat terpaan angin. skur dilakukan menggunakan tali strip yang diikat dan diluruskan sesuai sudut dengan menggunakan patok(Gambar 8.). Konsolidasi dilakukan pada fase TBM II – TBM IV

Gambar 8. Kegiatan meluruskan tanaman karet.

3.1.7. Manajemen Percabangan (Menunas)

Menunas merupakan kegiatan membuang tunas liar yang tumbuh di bawah ketinggian 300 cm menggunakan cutter atau pisau. Penunasan dilakukan pada TBM I dan TBM II dengan rotasi 12 kali dalam setahun.

(28)

3.1.8. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama pada fase TBM ini harus dilakukan, karena akan menentukan keuntungan jangka panjang. Hama yang menyerang TBM adalah kerbau dan rayap, sedangkan penyakit yang menyerang fase TBM adalah penyakit jamur akar putih (TBM).

Pengendalian hama kerbau dilakukan dengan cara meningkatkan pengawasan regu jaga hama dan pembuatan pagar pada jalur masuk kerbau. Dan juga pendekatan kepada pemilik kerbau liar secara individu maupun kelompok. Sedangkan untuk hama rayap keberadaannya belum di anggap merugikan sehingga tidak perlu dikendalikan.

Penyakit yang menyerang TBM karet adalah penyakit jamur akar putih (JAP). Jamur akar putih disebabkan oleh jamur Rigidhoporus lignosus. Penyakit ini menyerang akar tanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal dan tanaman karet juga akan tumbang karena akar yang terserang akan lapuk dan membusuk. Penyakit jamur akar putih dapat dilihat gejalanya pohon bewarna coklat, daun bewarna kuning lama kelamaan daun akar gugur.

Pengendalian jamur ini yaitu dengan cara menggali tanah di sekitar pohon yang terserang lalu diobati menggunakan bayleton dengan dosis 25 gr/pohon.

3.2. Tanaman Menghasilkan (TM)

(29)

beberapa perawatan tanaman menghasilkan, perawatan yang dilakukan penulis pada tanaman menghasilkan ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dilakukan dengan cara manual, mekanis maupun kimiawi. Pengendalian gulma pada fase TM bertujuan untuk mengurangi kompetisi antara tanaman dan gulma, memudahkan dalam perawatan maupun pemanenan, mengurangi inang hama maupun penyakit. Perawatan yang dilakuakan dalam pengendalian gulma yaitu Weeding, dan Strip barisan.

Weeding yaitu kegiatan pembersihan tanaman dari gulma yang mengganggu

tanaman dapat dibersihkan secara manual dengan dicabut dengan tangan, atau mekanis dengan menggunakan cangkul.

Strip barisan yaitu kegiatan pembersihan lahan dari gulma yang mengganggu

(30)

3.2.2. Rorak

Rorak yaitu perawatan pada tanaman menghasilkan maupun tanaman belum menghasilkan yaitu kegiatan pembuatan terasering yang bertujuan untuk menampung hara yang akan habis akibat terbawa arus air atau erosi pembuatan rorak seperti trapesium yang dibuat tanggul. Pembuatan rorak ini biasa dilakukan manual menggunakan cangkul, menbuat seperti gundukan memanjang atau tanggul.

3.2.3. Pemupukan

Pemupukan pada TM merupakan kegiatan yang dilakukan guna menunjang pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas, dan menambah unsur hara yang hilang dalam tanah. Pemupukan pada TM dilakukan dengan rotasi 1 tahun 2 kali pemupukan diawal musim hujan dan di akhir musim hujan. Sebelum

pemupukan dilakukan analisis daun dan tanah yang disebut LSU (Leaf Sampling Unit) pada pemupukan berjalan penentuan proses yang didasari yaitu hasil

analisis daun dan tanah yang dilakukan oleh balai penelitian enam bulan berlaku.

(31)

3.2.4. Aplikasi Stimulan dan Karet Full

Stimulasi merupakan kegiatan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dari golongan etilen yang berfungsi merangsang pembuluh lateks untuk lebih lama terbuka, sehingga jumlah lateks yang keluar lebih banyak. Stimulansia yang digunakan dalam eksploitasi tanaman karet ini mengandung bahan aktif

ethephone. Ada dua jenis stimulan yang digunakan, yakni GEA (Grove Ethrel

Air) digunakan untuk sadap bawah dan SEM (Scrapping Ethrel Minyak) yang

digunakan untuk sadap atas. Pemberian stimulansia dilakukan 2 kali dalam sebulan, sehari setelah penyadapan. Pada TM I-II aplikasi GEA dengan

konsentrasi 2% atau 0,5 g/pohon/aplikasi (Gambar 10.). Sedangkan padaTM III dan seterusnya dengan konsentrasi 2,5% atau 0,5 g/pohon/ aplikasi.

Pengaplikasian dilakukan pada saat pagi hari, kondisi tidak hujan, tanaman tidak pada saat gugur daun (trek), dan tanaman yang terserang penyakit BB atau KAS. Jika pada saat hujan pengaplikasian stimulan tetap dilakukan dapat merangsang terjadinya penyakit kering alur sadap (KAS). Tanaman yang diberi stimulan harus dilakukan pemupukan dengan teratur agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

(32)

Tanaman menghasilkan karet yang berumur 1-2 tahun diaplikasikan dengan dosis 0,5 gr sedangkan pada TM >3 dengan dosis 1 gr.

Gambar 10. Kegiatan aplikasi Stimulan GEA

3.2.5. Pengendalian Hama Penyakit

Hama dan penyakit perlu dikendalikan karena akan mempengaruhi populasi dan produksi yang akan dihasilkan. Hama yang menyerang pada TM adalah kerbau. Penyakit yang menyerang pada fase TM memiliki kerugian parah dan

berpengaruh pada tanaman, sedangkan penyakit yang menyerang pada fase TM adalah jamur akar putih (JAP), jamur upas (JUP), mouldyrot, dan kering alur sadap (KAS). Penyakit yang menyerang TM di PTPN VII Unit Tulungbuyut yang nerugikan adalah sebagai berikut:

a. Kerbau

(33)

tanaman yang masih muda banyak yang mati akibat terinjak oleh kerbau, pada tanaman menghasilkan hama kerbau banyak merusak batang tanaman seperti memakan kulit tanaman dan melukai batang tanaman akibat terkena serangan tanduk hama kerbau. Pengendalian dengan pendekatan dan peringatan kepada pemilik kerbau agar tidak mengganggu di wilayah perkebunan karet di PTPN VII UNIT TUBU.

b. Jamur Akar Putih

Penyakit Jamur Akar Putih merupakan penyakit yang sangat merugikan bagi tanaman karet, terutama pada bagian akar karena jamur akar putih menyerang sistem perakaran pada tanaman karet yang mengakibatkan akar tanaman

membusuk dan lama kelamaan tanaman akan mati, ciri ciri serangan jamur akar putih daun tanaman berbentuk cekung, dan berwarna kekuningan dan memucat, tajuk tanaman menipis dan daun muda pada tanaman banyak yang mati. Pada tanaman belum menghasilkan tumbuhan akan cepat berbunga sebelum waktunya.

(34)

sedalam 40 cm dan kemudian siram dengan cairan fungisida bayleton yang disarankan lalu pembuangan tanah diletakan kedalam tanah yang terserang JAP agar tidak menyebar ke tanaman karet yang lain.

c. Jamur Upas

Jamur upas merupakan jamur yang menyerang pada bagian batang tanaman karet tepatnya pada bagian tajuk tanaman.Jamur upas merupakan penyakit yang

disebabkan oleh patogen Coeticium salmoniccolor. Penyakit ini banyak menyerang percabangan, yang ditandai dengan pencahayaan kulit lalu keluar getah berwarna hitam, dan lama-kelamaan cabang akan rapuh dan patah.

Pengendalian Jamur Upas yaitu dilakukan dengan cara mengeruk bagian batang tanaman terserang lalu dioleskan dengan cairan fungisida Antico 96 yang dapat diaplikasikan 3 bulan sekali dengan dosis 120 cc/pohon.

d. Mouldy Root

Mouldy root merupakan penyakit pada bidang sadap yang ditandai dengan

munculnya bintik-bintik putih pada bidang sadap yang kemudian akan

(35)

e. Kering Alur Sadap (KAS)

Kering Alur Sadap merupakan penyakit pada bidang sadapan yaitu pada bidang sadapan tidak dapat lagi mengeluarkan lateks sehinga dapat menurunkan

produksi. Pengendaliannya dengan cara menghentikan kegiatan penyadapan pada bidang sadap terserang KAS atau dapat beralih ke bidang sadap yang tidak

terserang KAS.

3.2.6. Istilah Istilah dalam Tanaman Menghasilkan

a. Double CAT

Penyadapan yang dilakuan pada dua bidang sadap yaitu bidang sadap bawah dan bidang sadap atas. Akan tetapi pada sadapan bagian atas hanya menggunakan kulit seperempat spiral dengan ketebalan irisan yang berbeda dengan irisan bagian bawah serta pisau yang digunakan berbeda.

b. Losses

(36)

c. Kalibrasi

Kalibrasi yaitu kegiatan yang menyatakan pembagian skala seperti penghitungan jumlah tetesan lateks perpohon, kecepatan penyadapan, kecepatan pemungutan lateks serta banyaknya lateks yang didapat perpohon.

d. DRC (Dry Rubber Creppe)

Kegiatan pengambilan sampel KKK atau kadar karet kering dari masing masing masing penyadap untuk mengetahui kadar karet kering yang didapat dari masing masing penyadap. Setiap penyadap diambil sample 100 cc, kemudian dibekukan menggunakan asam semut(gambar 11.). Setelah beku dimasukkan ke plastik dan ditempel label atau nama, setelah itu dibawa ke pabrik pengolahan. Setelah itu digiling selama 12 kali giling aagar dapat diketahui KKK nya. Kegiatan ini juga sering disebut master bujang.

Gambar 11. kegiatan sampel untuk master bujang.

e. LSU ( Leaf Sampling Unit )

(37)

pohon diambil 3 sampel daun (Gambar 12.). Dan ditambah lagi 45 pohon dalam satu blok yang berbeda jadi total dari satu afdeling diambil 2 blok untuk sample dan masing masing satu blok diambil 180 lembar daun dari 45 pohon,

pengambilan sample daun tidak boleh jatuh mengenai tanah agar tidak

kontaminasi. Selanjutnya yaitu pengambilan sample tanah yang diambil dari blok tempat pengambilan sample daun. Kemudian sample daun dibawa ke kantor afdeling untuk dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain bersih agar terhindar dari kontaminasi selanjutnya dimasukan ke dalam plastik yang telah disiapkan lalu dibawa ke kantor induk untuk disetorkan ke balai besar penelitian pertanian PTPN VII di Sumbawa Sumatra Selatan untuk dilakukan penelitian yang kemudian hasil dari penelitian akan dijadikan sebagai acuan untuk pemupukan dan lain sebagainya.

Gambar 12. Kegiatan pengambilan LSU

3.3. Panen

(38)

3.3.1. Penentuan Matang Sadap

Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangan adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet memiliki tingakat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25-30 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur dibawah lima tahun pun sudah dapat disadap. Akan tetapi, hampir semua tanaman rata-rata dapat disadap di atas umur lima tahun .

Pendapat tersebut didukung oleh sifat tanaman terhadap lingkungan. Pada lingkungan yang baik, pertumbuhan tanaman cepat. Sedangkan pada lingkungan yang kurang baik, pertumbuhan tanaman akan lambat. Melihat kekurangan seperti yang diuraikan tersebut maka penentuan matang sadap dengan memperhatikan umur tanaman hanya dijadikan sebagai dasar, bukan sebagai patokan mutlak. Artinya umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang.

(39)

persentase tersebut akan mengurangi produksi lateks dan akan mempen garuhi pertumbuhan pohon karet.

3.3.2. Persiapan Peralatan Sadap

Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan, semakin baik alat yang digunakan maka semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Gambar peralatan persiapan sadap

No. Alat Keterangan

1 Mal sadap Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi pelat seng selebar kira-kira 4 cm dan panjangnya antara 50-60 cm. Pelat seng dengan kayu

membentuk sudut 120 derajat. Kegunaan mal sadap atau patron ini adalah untuk membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan sadapan.

2. Pisau sadap Pisau sadap ada dua macam yaitu pisau sadap atas dan pisau sadap bawah. Pisau sadap mempunyai ketajaman yamg tinggi. Ketajaman pisau berpengaruh pada

(40)

kulit karet pada bidang sadap atas,

ketinggian diatas 130 cm. Sedangkan pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah penyadapan dari permukaan tanah. Pisau sadap

bentuknya beragam sesuai anjuran perkebunan karet yang bersangkutan. Di indonesia ada tiga bentuk pisau sadap yang digunakan, yaitu pisau sadap fauna buatan jerman, pisau sadap PTPN VII, dan pisau sadap biasa.

3. Talang lateks atau

Sumber Google

Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 5-10 cm.

(41)

dalam mangkuk.

4. Mangkuk Mangkuk atau cawan digunakan untuk

menanpung lateks yang mengalir dari irisan melalui talang. Mangkuk ini biasanya dibuat dari tanah liat, plastik, dan atau alumunium. Setiap jenis mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Mangkuk dari tanah liat harganya agak mahal dan pengadaannya agak sulit dan mudah pecah. Mangkuk plastik tahan lama, harganya lebih murah dan mudah dicari. Sedangkan mangkok dari alumunium sulit dicari dan harganya mahal, tetapi tahan lama dan bisa menjamin kuaiitas lateks.

Mangkuk dipasang 10-15 cm di bawah talang lateks.

5. Cincin mangkuk atau cup hunger

Cicin mangkuk merupakan alat yang harus disediakan dalam penyadapan karet. Cicin digunakan sebagai tempat meletakan mangkuk sadap atau cawan. Bahan yang digunakan adalah kawat. Untuk

(42)

sadap. Biasanya cicin ini digantung pada tali cicin. Diamater cicin dibuat lebih besar dari ukuran mangkok sadap supaya

mangkuk bisa masuk pada cicin. Jarak cincin ke talang yaitu 20 cm.

6. Tali cincin Tali cicin digunakan untuk mencantol cicin mangkuk sehingga mutlak harus tersedia. Biasanya tali cicin dibuat dari kawat atau tali ijuk. Letaknya pada pohon karet

disesuaikan dengan keadaan cicin mangkuk. Sebagaimana talang lateks, kedudukan tali cicin juga berubah tiap periode tertentu (Gambar 13.).

7. Meteran

Sumber Sirip

Meteran digunakan untuk menentukan tinggi bidang sadap dan mengukur lilit batang pohon karet. Oleh karena itu, meteran tidak bisa lepas dari kegiatan persiapan

(43)

tinggi sadapan, sedangkan meteran gulung digunakan untuk mengukur lilit batang 8. Pisau mal Pisau mal digunakan untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan

pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit karet.

9. Quadri atau sigmat Alat ini digunakan untuk mengukur tebalnya kulit yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium. Quadri atau sigmat terbuat dari besi, bagian ujungnya seperti jarum dengan panjang 1-1,5 mm.

3.3.3. Penggambaran Bidang Sadap

Untuk memperoleh hasil sadap yang baik dan banyak, penggambaran bidang sadap tidak boleh terpisah dari rangkaian kegiatan penyadapan. Kesalahan

(44)

Semakin tinggi bidang sadap, semakin kurang pembuluh lateksnya sehingga lateks yang dihasilkan sedikit.

Untuk sadapan bawah bukaan sadapan pertama pada bidang sadap pertama dilakukan pada ketinggian 130 cm di atas sampai titik terendah irisan sadapan. Untuk sadapan atas, bidang sadap dilakukan pada ketinggian sekitar bidang 260 cm dari permukaan tanah pada sisi yang berseberangan dengan sadapan bawah. Penyadapan dilakukan terus hingga titik terendah sadapan atas dengan jarak 10 cm dari titik tertinggi sadapan bawah. Gambaran bidang sadap berbentuk spiral dari kiri atas kekanan bawah yang berbentuk sudut 30-40 derajat terhadap garis horizontal. Pembuatan bidang sadap yang miring dibantu dengan mal sadap. Arah sadap yang benar akan memotong pembuluh lateks lebih banyak

dibandingkan arah sadap yang terbalik. Kemiringan lebih besar dari 40 derajat juga berpengaruh pada produksi lateks. Di samping berpengaruh pada produksi lateks, kemiringan bidang sadap berpengaruh pada kecepatan aliran lateks. Lebih cepat lateks mengalir berarti akan mengurangi jumlah lateks yang mengering pada bidang irisan.

3.3.4. Pelaksanaan Penyadapan

(45)

a. Ketebalan Irisan

Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris, aliran lateks ini semula cepat, tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang mengering. Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks. Klon karet ada 2 macam yaitu quick stater dan slow starter. Quick starter

diantaranya PB 260 dan IRR 118, dan slow starter diantaranya GT1, BPM 24 dan RRIC 100. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara mengiris kulit pohon.

Pengirisan kulit karet tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa produksinya menjadi singkat. Tebal irisan sadap yang diajurkan adalah 1,5 cm untuk ½ S d4, dan 1,2 cm untuk ½ S d3. Konsumsi kulit per bulan atau pertahun ditentukan oleh rumus sadap ½ S, d/2, 100% , ½ S, d/4, 100%, atau ½ S, d/3, 67%, artinya dari rumus tersebut adalah ½ S berarti penyadapan setengah

(46)

Gambar 13. Kegiatan pengukuran konsumsi ketebalan irisan sadap

b. Kedalaman Irisan Sadap

Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat penyadapan maka dalamnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya

penyadapan dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambium. Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 0,5 - 1 mm dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks.

c. Waktu Penyadapan

(47)

diketahui, tanaman menanggapi perubahan lingkungan dengan mengendalikan transpirasi. Ini berarti, pada saat suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman menekan transpirasi serendah mungkin untuk mencegah kehilangan air di

(48)

3.3.5. Pengambilan Lateks

Pengambilan lateks dilakukan 3 jam setelah penyadapan batang karet terakhir, hal ini dilakukan untuk mendapatkan lateks yang maksimal dari awal penyadapan pohon pertama.

3.3.6. Pengangkutan

Pengangkutan lateks dilakukan dari kebun kestasiun lateks dan dilakukan

penimbangan yang pertama, setelah penimbangan lateks dikumpulkan ke stasiun lateks dan diberi cairan amoniak dengan takaran 6:1 (6 liter air dan 1 liter

amoniak) untuk 1000 kg lateks basah (Gambar 15.). Setelah itu lateks diangkut menggunakan mobil ke pabrik untuk proses penimbangan dan selanjutnya menuju pengolahan.

Gambar 14. kegiatan pengangkutan lateks di STL (Stasiun Tanki Lateks)

3.4. Pasca Panen

(49)

3.4.1 Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet)

Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu jenis lateks yang diolah secara

mekanis dan ramah lingkungan dengan cara pengasapan dan hasilnya memenuhi standar The Green Book dan konsisten. Cara pengolahan karet ini adalah

mengubah lateks dari kebun diubah menjadi lembaran-lembaran (sheet) melalui beberapa proses diantaranya penyaringan, pengeceran, pembekuan, penggilingan dan pengasapan. Beberapa faktor yang memenuhi mutu adalah pembekuan yang baik sesuai yang diinginkan seperti pengasapan dan pengeringan. Karet lembaran asap (RSS) digunakan untuk pembuatan ban kendaraan mobil dan motor, jenis ban radial. Proses pengolahan atau karet lembaran yaitu:

a. Penerimaan Lateks Kebun

Tahap awal dalam pengolahan karet lembaran asap bergaris adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang disadap. Lateks pada mangkuk kemudian dikumpulkan dan disaring agar kotoran terpisah yang mengalami prakoagulasi. Setelah terkumpul di stasiun lateks (STL) kemudian di angkut menggunakan tangki dan dibawa ke pabrik untuk dialirkan ke dalam bak koagulasi (Gambar 16.) untuk proses pengeceran bertujuan menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).

(50)

b. Pengenceran

Tujuan pengeceran adalah untuk memudahkan penyaringan agar kotoran mudah terpisah sehingga mutunya dapat dijaga. Pengenceran cukup menambahkan air yang bersih dan tidak mengandung logam maupun kotoran lainnya, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maksimal 6º serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengeceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki

dialirkan kebak percetakan dan disaring terlebih dahulu menggunakan saringan alumunium.

c. Pembekuan

(51)

Gambar 16. kegiatan melepaskan plat penyekat setelah membeku

d. Penggilingan

Penggilingan adalah proses setelah pembekuan. Hasil pembekuan atau koagulam yang digiling untuk mengeluarkan kadar air dan kotoran yang terkandung dalam koagulan untuk menghasilkan lapisan-lapisan batik (Gambar 18.). Setelah digiling kemudian dilakukan pencucian untuk menghindari lemak akibat terlalu banyak menggunakan bahan kimia untuk campuran lateks sebelum dibawa ke pabrik, tujuan pencucian agar koagulan tidak lengket saat ditiriskan dipenjemuran dan terhindar dari sinar matahari secara langsung karena penjemuran diruang terbuka dan tidak mendapat sinar matahari secara langsung selama 1-2 jam. Penirisan atau penjemuran tidak boleh terlalu lama menghindari cacat maupun jamur.

(52)

e. Pengasapan

Pengasapan bertujuan untuk memberikan warna coklat yang baik dan

menghindari tumbuhnya jamur pada permukaan koagulan karet. Pengasapan dilakukan selama 120 jam atau lima hari. Setelah lima hari lembaran-lembaran diturunkan (Gambar 19.). Untuk mencegah pertumbuhan jamur maka suhu yang ada di kamar asap harus teratur dan merata sebagai berikut:

1. Hari pertama, kamar asap dengan suhu sekitar 40-45ºc. 2. Hari kedua, suhu kamar menaik menjadi 50-55ºc.

3. Hari ketiga sampai dengan kelima suhu mencapai 55-60ºc.

Gambar 18. Kegiatan penurunan lembaran sheet

f. Sortasi

(53)

Gambar 19. kegiatan penimbangan dan sortasi lembaran sheet

g. Pengepresan

Pengepresan dilakukan setelah sortasi RSS. Lembaran dipres dengan beban tekanan 5 ton selama 15 menit kemudian dikunci semalaman agar sheet dapat berbentuk kotak (Gambar 21.). Bentuk bale kubus ukuran 50x50x50 cm untuk berat 113 kg. Bale diberi kapur mencegah timbulnuya jamur.

Gambar 20. Kegiatan Pengepresan

h. Penyimpanan Bale

Bale yang sudah selesai dikapur dan diberi tanda pengenal produsen disimpan di

gudang sambil menunggu delivery order (DO). Penumpukan dan pengumpulan bale dikelompokkan menurut jenis mutunya . tempat penumpukan bale RSS

(54)

penyimpanan di gudang sebelum dipasarkan bale ditutup dengan terpal plastik. Untuk menjaga kualitas RSS kondisi gudang penyimpanan bagian dalam harus bersih (Gambar 22.).

Gambar 21. Bale sheet dalam gudang penyimpanan

3.4.2. Pengolahan SIR (Standard Indonesian Rubber)

SIR merupakan produk olahan yang dihasilkan oleh PTPN VII Unit Tulung Buyut. SIR merupakan produk olahan dari bahan baku utama lateks beku atau cup lump (Cl) yang diperoleh dari hasil pembelian karet rakyat. Perbedan antara

SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 adalah kualitasnya yang memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan Standar Indonesia Rubber. Proses pengolahan SIR di pabrik adalah:

a. Penerimaan BOKAR (Bahan Olah Karet)

(55)

Gambar 22. Stasiun penerimaan bokar

b. Pencacahan dan Blending karet

Pencacahan dan Blending dilakukan sebelum dilakukan penggilingan BOKAR terutama slab yang tebal harus dipotong dengan slab cutter untuk memeriksa kontaminan dan memudahkan pengolahan selanjutnya. Kotoran pada permukaan BOKAR dicuci sebelum masuk ke slab cutter. Kemudian BOKAR dipecah dalam pre breaker menjadi ukuran ±3-5 cm, setelah keluar dari pre breaker cacahan

karet masuk dalam bak blending 1 supaya homogen. Cacahan karet dicacah lagi menjadi ukuran kecil ±2-4 cm menggunakan hammermill I. Cacahan yang diperoleh kemudian dicampur lagi dalam bak blending II kemudian cacahan dicacah lagi menjadi ukuran ±1-2 cm menggunakan hammermill II. Cacahan yang keluar dicampur lagi dalam bak blending II yang berfungsi supaya cacahan karet tercampur dengan baik.

c. Pembuatan Creppe

(56)

homogen. Kemudian masuk ke crepper II dan akhirnya masuk ke crepper finisher ketebalan creppe 8-10 mm. Selama penggilingan selalu dibarengi

pencucian disetiap crepper. Creppe hasil gilingan ditimbang.

d. Peremahan dan Pengeringan

Setelah 12 hari di pre drying creppe (Gambar 24) diremah dengan menggunakan shredder. Karet keluar dari dryer didinginkan menggunakan cooling fan hingga

suhu maksimum 40oC dan sebelum dipres diamati dan dihilangkan cacat karet seperti white spot/virgin rubber , kontaminan dan dideteksi dengan metal detector. Sebelum dimasukkan ke dalam peti pallet diambil contoh atau sample SIR untuk analisa di laboratorium, contoh atau sample SIR diambil dengan kelipatan 9 dalam setiap pallet berisi 36 bale. Bale dikemas dalam pallet (FS) atau shrink wrapped.

Gambar 23. Kegiatan pengeringan atau pre drying creppe

e. Penyimpanan

(57)

pengiriman. Tumpukan pallet maksimum tiga tingkat dan ditumpuk menggunakan rak besi maksimum tiga tingkat (Gambar 25.).

Gambar 24. Penyimpanan dan penggudangan SIR

3.4.3. Pengolahan Air Limbah

Air yang dibuang dari pabrik ke kolam penampungan tidak semua racun karena melalui proses dan penyaringan sehingga tidak beracun saat dibuang ke sungai maupun diolah menjadi bahan organik.

a. Collecting Reservoir

Air buangan hasil sisa olahan karet langsung dialirkan dan ditampung ke bak collecting reservoir. Air yang dialirkan ke bak diberi saringan tiap pintunya yang

(58)

b. Equalisation Basin

Air buangan collecting reservoir dialirkan ke dalam bak equalization basin untuk mengembalikan variasi-variasi air limbah agar kembali optimum. Fungsi bak equalisasi basin untuk mengendalikan pH air, mengurangi fluktasi debit air dan

mencegah bahan-bahan beracun dari limbah. Pada bak equalisasi dilakukan aerasi agar terjadi homogenitas air untuk mencapai Biochemical Oxigen Demand (BOD) yang diinginkan.

c. Bak aerasi lagon

Air limbah dimasukan bak aerasi lagon untuk menurunkan kadar COD dan BOD pada air limbah. Bak aerasi terdiri 5 lagon dengan jumlah yang berbeda tiap-tiap lagon yaitu:

a. Lagon I terdapat 105 pcs aerator. b. Lagon II terdapat 98 pcs aerator c. Lagon III terdapat 56 pcs aerator d. Lagon IV terdapat 56 pcs aerator e. Lagon V terdapat 56 Pcs aerator

Air buangan diolah beberapa tahap untuk menghilangkan kandungan racun di dalamnya sehingga menjadi zat organik. Air dipenguraian berlangsung lama

(59)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Adapun dari laporan praktik kerja lapang ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses budidaya tanaman karet yang penulis lakukan saat di PTPN VII Unit

Tulungbuyut meliputi perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM), perawatan tanaman menghasilkan (TM), panen dan pascapanen

(Pengolahan).

2. Proses pengolahan hasil produksi di Unit Tulungbuyut menghasilkan dua produk olahan setengah jadi, yaitu ribbed smoke sheet (RSS) dan standard indonesian rubber (SIR) sebagai komoditas ekspor.

3. Pengambilan kebijakan untuk pelaksanaan kegiatan budidaya tidak selalu berdasarkan pada teori baku yang sudah ditetapkan, akan tetapi untuk penerapan dilapangan bersifat kondisional menyesuaikan kondisi lingkungan pada saat dilaksanakan kegiatan budidaya tanaman karet.

4.2. Saran

(60)

1. Untuk pelaksanaan PKL yang akan datang diharapkan untuk memberikan pengarahan mengenai keseluruhan komponen kegiatan sesuai dengan kegiatan yang ada, sebab ada beberapa kegiatan yang belum kami ketahui . para mahasiswa yang akan melakukan PKL, penulis menyarankan agar mahasiswa dapat mempelajari lebih rinci dan sungguh-sungguh agar lebih terampil dan menguasai bidang yang telah dipelajari.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Direktoral Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2001-2003. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta.

Nazarudin dan F.B. Paimin. 1992. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

PT Perkebunan Nusantara VII. 2013. Profil PTPN VII Unit Tulung Buyut. PT Perkebunan Nusantara VII. Way Kanan.

(62)
(63)
(64)

FOTO KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG

Foto kegiatan penimbangan lateks di STL

Foto lokasi kolam limbah

Foto kegiatan diskusi dengan sinder afdeling 1.

Foto bersama Pak Wahyu sinder afdeling 2

Foto suasana kegiatan penimbangan lateks di STL afdeling VIII

(65)

Foto bersama kegiatan penutupan PKL karet di aula PTPN VII Unit TUBU

Foto bersama di depan Pabrik Pengolahan Karet

Foto Bersama Kelompok VI Foto kegiatan pengangkatan lateks yang telah membeku sebelum

(66)

JURNAL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA

TULUNG BUYUT KABUPATEN WAY KANAN Nama : Zuhroniah

NPM : 1404122070

Jurusan : Agroteknologi/D3 Perkebunan Lokasi : PTPN VII Unit Tulung Buyut

Judul : Teknik Pemeliharaan, Panen dan Pasca Panen Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) Di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Tulung Buyut Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan

Hari ke-

Hari/Tangg al

Waktu Kegiatan Pembimbing

lapang Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT.

Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Tulung Buyut.

Januari 2016 dan bagian afdeling.

2 Selasa, 12 menuju tempat afdeling. Pukul 05.30 tanaman karet matang sadap dan kegiatan persiapan buka sadap. Pukul

09.00-10.00 WIB

Materi tentang cara penyadapan, penyakit dan hama pada karet oleh mandor

penyadapan. Pukul

10.00-11.00

(67)

Pukul di STL untuk dilakukan pencatatan hasil lateks. Pukul

13.00-13.30

Menunggu mobil tangki yang bertugas

mengambil lateks untuk dibawa ke pabrik pengolahan.

3 Rabu, 13

Januari 2016

Pukul 05.00 WIB

Menuju kantor afdeling VII.

Pukul 06.00-08.00 WIB

Menuju TM 2009 bersama mandor. tentang masa produktif tanaman karet.

Ikut serta dalam

pengendalian LCC pada TBM.

Menuju kantor afdeling VII. perawatan pada TBM. Pukul

07.00-08.30 WIB

Mengikuti kegiatan strip barisan secara manual pada TBM. Pukul

09.00-10.00 WIB

Istirahat dan sarapan.

Pukul 10,00-12.00 WIB

(68)

Pukul 12.00 WIB

Sholat bersama kelompok di mushola afdeling VII.

Selanjutnya pemberian materi tentang

organisasi dan target pencapaian hasil lateks afdeling VII oleh mandor. kantor afdeling VII.

Pukul 06.00-07.00 WIB

Menunggu mandor di kantor. TBM dengan metode strip barisan.

Pukul 09.00-11.00 WIB

Menuju STL afdeling VII.

Pukul 11.00-11.30 WIB

(69)

6 Sabtu, 16 menjadi SIR 20 dan RSS di kantor

Kegiatan di pabrik pengolahan karet SIR.

Pemberian materi proses pengolahan bokar hingga menjadi SIR 20.

8 Selasa, 19 sortasi mutu RSS untuk dibuat bale.

(70)

10 Kamis, 21 gulma serta kegiatan strip weeding bersama mandor penyadapan. jamur upas dan jamur akar putih. pemberian totol pada TBM untuk sensus matang sadap.

Pukul 10.30-12.00 WIB

Menuju STL afdeling VIII dan melihat kegiatan penyetoran lateks. sensur tanaman TM dan pengambilan sample karet untuk kalibrasi.

Pukul 10.30-12.00 WIB

Mengikuti mobil yang membawa lateks ke pebrik untuk mengetahui

penyusutan jumlah lateks

13 Senin, 25

Januari 2016

Pukul 06.00 10.00 WIB

Pemberian materi tentang tanam ulang, pembibitan dan penyakit karet. Pukul

10.00-12.00 WIB

(71)

14 Kamis,

Bertemu sinder dan mandor. Dilanjut

Menuju STL untuk mengikuti kegiatan mangkuk sadap sesuai SOP.

Pukul 08.00-11.30 WIB

Melaksanakan aplikasi GEA pada TM fill 2004 pemakaian kulit tig bulan terakhir dan sensus luka sadap. Pukul

09.30-Menuju tanaman karet non produksi dan belajar penyadapan

(72)

18 Sabtu, 30

(73)

22 Kamis. 04 Februari

Menuju STL bertemu sinder dan mandor afdeling III.

Februari

Melakukan kegiatan totol TBM untuk sensus matang sadap.

ensus matang sadap kedua pemberian totol pada TBM. weeding pada TM.

Pukul 10.30-11.30 WIB

Menuju STL untuk mengikuti proses

(74)

25 Selasa, 09

emberian materi TBM oleh sinder afdeling IV.

Menuju STL mengikuti kegiatan penyetoran

Menuju STL bertemu mandor untuk kegiatan weeding. bersama para mandor.

27 Kamis, 11

evisi materi untuk pembuatan laporan dan diskusi bersama

Gambar

Gambar
Gambar 1.  Pabrik Pengolahan PTPN VII Unit Tulung Buyut.
Gambar 2.  Peta Gambaran PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut
Gambar 4.  Tanaman belum menghasilkan (TBM).
+7

Referensi

Dokumen terkait

6.000.000,00 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Perkakas Konstruksi Logam Terpasang pada.

(2005) Oil Palm: Nutrient Disorders and Nutrient Management (Oil Palm Series Vol. 7), Potash & Phosphate Institute/ Potash & Phosphate Institute of Canada &

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup, khususnya dalam hal kesehatan

Sumartana, mengatakan bahwa Gus Dur telah biasa melakukan kerjasama dan dialog dengan siapa saja secara terbuka, baik dengan kelompok Kristen, Hindu, Budha maupun dengan

Penambahan enzim BS4 mampu meningkatkan nilai kelarutan BIS+BS4 lebih dari 5 kali dibandingkan dengan BIS tanpa enzim dan diikuti meningkatnya nilai degradasi PK dalam

Dengan demikian diagram afinitas adalah suatu alat analisis manajemen yang diterapkan untuk menjaring ide-ide yang diperoleh dari aktifitas brainstorming, Namun demikian,

Dalam Kolb (1992), konflik dapat saja terjadi karena timbulnya perbedaan dalam minat, pola pikir, dan tujuan. Lebih jauh dinyatakan bahwa konflik dapat terjadi karena

menvalidasi username dan password yang dimasukan.. oleh orang tua jika username dan password yang dimasukan benar maka sistem akan menampilkan halaman dashboard