KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Di RSUD.Prof.Dr.Soekandar Mojosari
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 25 :
1. ALAN BUDI SANTOSO
2. ROMI HAPPY IKHMAL
3. EKA AYU WULANDARI
4. AGUSTA FARUH ZUBAIDI
5. PUTRI WAHYUNINGSIH
6.
FATMARILLA P. T.
S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Tlp/Fax . (0321) 390203
www.stikes-ppni.ac.id
2014/2015
DAFTAR ISI
BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA “GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI”
BAB II : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S Di Ruang MATARAM kelas 1 no.13
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI
I. KONSEP DASAR NUTRISI
1. DEFINISI
a. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010; 274).
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38).
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA, Hidayat, 2006; 52).
Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda Juall,Carpenito,2006)
b. Fungsi zat gizi
Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam tubuh.
Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).
c. Komponen Zat Gizi
Karbohidrat
Lemak
Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar 98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas (diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat membantu memberikan rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain. Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001).
Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian. (Pudjiadi, 2001).
Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43).
Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi. (Asmadi.2008; 70).
Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut:
dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh – tumbuhan, sayur – sayuran dan buah – buahan.
- Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan penyakit beri – beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji – bijian, kacang, dan lain- lain.
- Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju, hati, daging, telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan padi.
- Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan telur, susu, dan keju.
- Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau.
- Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber ultaraviolet lain.
- Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan.
- Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II, VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau, daging, dan hati. (Pudjiadi, 2001).
Mineral - Kalsium
Berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain.
- Klorida
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur.
- Kromium
Berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari ragi.
Berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan padi, dan kacang – kacangan.
- Fluor
Berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.
- Iodium
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam.
- Zat besi
Merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan.
- Magnesium
Berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh dari biji – bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu.
- Mangan
Berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang – kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau.
- Fosfor
Merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain - lain.
- Kalium
Berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat diperoleh dari semua makanan.
- Natrium
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain.
- Sulfur
Membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat diperoleh dari makanan protein.
- Seng
Merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi – padian, kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 – 46).
a. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin di tandai dengan penghancuran sel-sel betapancreas yang di sebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderunga genetic kearah terjadinya diabetes tipe I
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yag berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II :
- Usia
- Obesitas
- Riwayat dan keluarga
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3, yaitu : (sudoyo Aru,dkk 2009)
- < 140 mg/dL normal
- 140-<200 mg/dL toleransi glukosa terganggu
- ≥200 mg/dL diabetes
(NANDA,NIC-NOC,2015,jilid 1;188)
3. ANATOMI
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi. (AAA.Hidayat.2006;52).
c. Saluran Pencernaan
Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilum yang terkandung dalam makanan menajdi maltosa. (AAA.Hidayat.2006;52).
Faring & Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20 – 25 sentimeter dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung.
tertutup, kecuali bila ada makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. (AAA.Hidayat.2006;52).
Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas disebut fundus bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pankreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan samapi dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel – partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsik yang memungkinkan absorbsi vitamin B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mukus yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2 – 6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCl untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat beberapa enzim, diantaranya pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut dan renin, berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih dari karsinogen yang dapat larut. (AAA.Hidayat.2006;53).
Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat – lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaiut duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari – jari, yang disebut mikrovili.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Zat – zat makanan yang telah halus akan diabsorbsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorbsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D. Vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat. (AAA.Hidayat.2006;53).
Usus Besar
bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorbsi air (kurang lebih 90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari. Flora yang terdapat pada usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa – sisa makanan. (AAA.Hidayat.2006;54).
Anus
Anus bertugas mengeluarkan feses yang sebelumnya telah dikumpulkan di rektum. Proses ini sering disebut proses defikasi. Anus bekerja ditopang oleh otot polos yang berada di dalam anus dan otot lurik yang terletak di luar anus. Otot lurik akan terpicu ketika feses menyentuh dinding rektum. Pada kondisi ini otot polos mengendur hingga feses akan keluar tubuh. (Sarwadi & Erwanto. 2014; 37). Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas.
d. Organ Asesoris
Hati
Hati merupakan kelenjar tersbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira – kira 2,5% orang dewasa).
Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantong empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah dan menyimpan glikogen. (AAA.Hidayat.2006;56).
Kantong Empedu
Kantung emepedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8 – 12 cm dan berkapasitas 40 – 60 cm2. Kantong empedu memilki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu sebelah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim – enzim pada usus halus, mengemulsi garam – garam empedu, mengemulasi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau – hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam, empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein. (AAA.Hidayat.2006;55).
Pankreas meupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar ludah dan memilki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Pankreas memilki dua fugsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar di antara alveoli pankreas. (AAA.Hidayat.2006;56).
4. FISIOLOGI
Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk menyediakan nutrisi tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi, metabolisme, dan eksresi. (Asmadi.2008; 74).
a. Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke dalam tubuh melalui proses menealn baik melalui koordinasi gerakan volunter dan involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah koordinasi otot lengan dan tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi proses mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi, kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah. Proses mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur oleh sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya. Dalamproses mengunyah ini, terjadi pencampuran makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut, melainkan juga terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan terdapatnya kandungan enzim ptialin dalam saliva, yang dapat mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva juga membuat proses menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses menelan. Menelan merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju ke lambung. Proses menaln ini terjadi secara refleks akibat penekanan pada bagian faring. (Asmadi.2008; 75).
b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang dibaea ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal. Organ pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2008; 75).
c. Absorbsi
mengabsorbsi vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi garam empedu dan vitamin B12. Absorbsi air paling banyak dilakukan di kolon. (Asmadi.2008; 77).
d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yang meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi berbeda – beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air (glikogenolisis).
Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan (glikogenesis). Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk energi
(glukoneogenesis). (Potter & Perry.2010; 281).
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat akan mengalami proses oksidasi dan menghasilkan kalori, energi, dan zat buangan seperti karbondioksida. Bila glukosa ini tidak dipakai sebagai sumber energi, maka glukosa akan mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang kemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu glukosa kurang, maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis). (Asmadi.2008; 78).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh, sistem imun dan normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim, memelihara sel, perbaikan jaringan, dan menjadi keseimbangan cairan tubuh. Bila kekurangan protein, maka dapat menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan pertumbuhan. (Asmadi.2008; 78).
Jenis Metabolisme:
Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh darah), semua berbentuk monosakarida. Bersama – sama dengan darah, karbohidrat ini di bawa ke hati.
Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta glukosa) yang masuk bersama – sama darah dibawa ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot untuk dibakar, membentuk glikogen melalui proses glikoneogenesis. (AAA.Hidayat.2006; 64).
Metabolisme Lemak
Bersama – sama dengan darah, sebagian emulsi asam lemak dibawa ke hati dan dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke dalam pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan kembali ke dalam pembuluh darah tersebut adalah lipoprotein. Metabolisme lemak menghasilkan tenaga berbentuk ATP dengan sisanya hidrogendioksida dan karbondioksida. Lemak akan dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut kolesterol. (AAA.Hidayat.2006; 64).
Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama – sama dengan darah di bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat dinamis dan selalu diperbarui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh. (AAA.Hidayat.2006; 65).
e. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa metabolisme dalam tubuh untuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi, diaforesis, ekspirasi. Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui saluran cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin yang dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan mengeluarkan air dan karbondioksida. (Asmadi.2008; 78).
5. BATASAN KARAKTERISTIK a. Mayor (harus terdapat)
1. Pasien yang tidak puasa mengeluhkan atau mendapat : asupan makanan yang tidak adekuat, kurang dari angka kecukupan gizi (recommended daily allowance,RDA), dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan atau 2. Kebutuhan metabolic aktual atau potensial dalam asupan yang berlebihan.
b. Minor (mungkin terdapat)
1. Berat badan 10% sampai 20% atau lebih di bawah berat badan ideal berdasarkan tinggi dan kerangka tubuh
2. Lipasan kulit triseps, lingkar lengan dan lingkar otot lengan kurang dari 60% ukuran standar
3. Kelemahan otot dan nyeri tekan 4. Konfusi atau iritabilitas mental 5. Penurunan albumin serum
6. Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan-besi 7. Fontanel bayi cekung (Lynda Juall,Carpenito,2002,345)
6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan.
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurang variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. (AAA.Hidayat.2006;69).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. (AAA.Hidayat.2006;70).
f. Peningkatan basal metabolism rate. g. Aktivitas tubuh
h. Faktor usia i. Suhu lingkungan
j. Penyakit atau status kesehatan. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).
7. KLASIFIKASI NUTRISI
a. Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito, LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
Tanda klinis :
Berat badan 10-20% dibawah normal Tinggi badan dibawah ideal
Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
Adanya penurunan albumin serum Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
Disfagia karena adanya kelainan
Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa. Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik. (Carpenito, LJ.2012; 360).
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith M, 2011; 512). Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
Berat badan lebih dari 10% berat ideal Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita Adanya jumlah asupan yang berlebihan
Aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
Perubahan pola makan
Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (AAA.Hidayat.2006; 67).
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006; 68).
Perubahan pola makan normal yang mengakibatkan perubahan berat badan. (Taylor, M, 2010; 235).
Munculnya resiko perubahan pola makan normal yang mengakibatkan peningkatan berat badan (Taylor, M, 2010; 237).
d. Malnutrisi
Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa , konjungtiva, dan lain – lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).
e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
g. Jantung Koroner
koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan pengkonsumsian lemak secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
i. Anoreksia Nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. (AAA.Hidayat.2006; 69).
8. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian Nutrisi melalui oral
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi:
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.
Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah sakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa lalu maupun sekarang
Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.
c. Tingkat Aktifitas sehari-hari Pola Istirahat /Tidur
Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur selama di rumah sakit
waktu bangun
waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan pada saat pasien sudah di rumah sakit
masalah tidur
apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit
hal-hal yang mempermudah tidur
hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak hal-hal yang mempermudah pasien terbangun
Pola Eliminasi
Buang Air Kecil
Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak, dibantu atau secara mandiri
Buang Air Besar
Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari BAB pasien (encer, keras, atau lunak)
Kesulitan BAK / BAB
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan nutrisinya kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
Upaya mengatasi BAK / BAB
Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi
Pola Makan dan Minum
Jumlah dan jenis makanan
Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja makanan yang di konsumsi
Waktu pemberian makanan
Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan yang di berikan
jumlah dan jenis cairan
berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
waktu pemberian cairan
waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan masalah makan dan minum
masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah mengkonsumsi makanan maupun minuman
Kebersihan Diri / Personal Hygiene
pemeliharaan badan
kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai dari mandi, keramas, membersihkan kuku dan lain-lain
pemeliharaan gigi dan mulut
rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari pola kegiatan lain
kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan badan
Data Psikososial
pola komunikasi
pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang yang paling dekat dengan pasien
dampak di rawat di Rumah Sakit
dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit
Data Spiritual
ketaatan dalam beribadah
2. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum
Composmentis, somnolen, koma, delirum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu
d. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
f. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan kesimetrisan
g. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan membrane mukosa dari hidung
h. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau kronis
i. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
j. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur, warna kulit
k. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
l. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi : mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
m. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada pembesaran abdomen)
Auskultasi: mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi : apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung (timpani)
Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
n. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit disekitar genetalia
Palpasi: adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi sensorik
r. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan motivasi
s. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
t. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit, dan lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 70 – 71).
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi
4. RENCANA TINDAKAN
a. Dx I : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dan nafsu makan pasien meningkat
Kriteria Hasil :
Observasi TTV dalam keadaan normal Pasien mau makan lagi
Nafsu makan pasien meningkat
Pasien mengatakan merasa nyaman dan lebih sehat karena kebutuhan nutrisinya terpenuhi
Intervensi :
Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kaji faktor yang berhubungan dengan nafsu makan
R/ : mengidentifikasi dan meningkatkan nafsu makan pasien
Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemak dan rendah serat) dan makan lebih sering (selama tidak ada kontraindikasi)
Observasi TTV
R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien Kolaborasi dengan tim medis
R/ : untuk menentukan tindakan selanjutnya dan mempercepat proses penyembuhan
b. Dx II : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dan mual atau muntah pasien hilang
Kriteria Hasil :
Observasi TTV dalam keadaan normal Porsi makan habis
Intake makan meningkat Mual dan muntah pasien hilang
Pasien mengatakan merasa nyaman karena kebutuhan nutrisi terpenuhi dan merasa lebih sehat
Intervensi :
Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
Monitor Berat Badan
R/ : untuk mengetahui perkembangan berat badan pasien Berikan makanan kesukaan jika tidak ada kontraindikasi
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien Modifikasi pengujian makanan
R/ : agar nafsu makan pasien bisa bertambah dan mengurangi mual Anjurkan untuk menjaga oral hygiene
R/ : untuk menjaga kebersihan mulut pasien dan mengurangi mual Atur jadwal tindakan medis keperawatan agar tidak menurunkan nafsu
makan
R/ : agar tidak mengganggu jadwal makan pasien
c. Dx III : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
Observasi TTV dalam keadaan normal Intake makanan meningkat
Pasien merasa lebih sehat
Intervensi :
Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil) dan lebih sering (selama tidak ada kontraindikasi)
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien Observasi TTV
R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien Kolaborasi dengan tim medis
Berikan terapi medika mentosa sesuai program dan berikan nutrisi parenteral per IV sesuai program
R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap maslah kebutuhan nurisi secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,AAA.Hidayat.2006.Pengantar KDM dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta:Salemba Medika
Alimul,AAA.Hidayat.2011.PengantarIlmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika
Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika
Carpenito, LJ.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC
Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 1. Edisi 4.Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 2. Edisi 5.Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed.7.Jakarta:EGC
Sarwadi & Erwanto.2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas
Taylor, Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan Ed.10.Jakarta: EGC
Wartonah & Tartowo.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.S Di Ruang MATARAM kelas 1 no.13
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian I. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Bpk. S
Umur : 55 tahun
Suku/bangsa : Indonesia Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : SWASTA
Alamat : Ds. Jasem RT/RW 04/06 Kel. Jasem, Kec.Ngoro, Kab.Mojokerto
Tanggal masuk : 28 Juli 2015 Tanggal pengkajian : 29 Juli 2015 No register : 279734
Diagnosa medis : Sellulitis Digiti I, Diabetes militus b. Identitas penanggung jawab
Nama : Dian Tri Andrianto
Umur :
Hub.dengan pasien : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Jasem RT/RW 04/06 Kel. Jasem, Kec.Ngoro, Kab.Mojokerto
II. Status kesehatan 1. Keluhan utama
Klien mengatakan mual dan muntah setiap kali bangun tidur 2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan menderita penyakit diabetes di karenakan pola makan yang tidak teratur, klien mengatakan beberapa hari mengalami cantengan di ibu jari tangan kiri. Setelah itu diperiksakan ke Dr.spesialis, sebelum waktunya kontrol, kembali lagi periksa. Setelah itu dirujuk oleh dokternya untuk ke rumah sakit. Setalah itu di poli bedah dokternya mengatakn untuk operasi dan rawat inap.
3. Riawayat penyakit dahulu
Klien mengatakn selain menderita penyakit diabetes militus juga pernah mengidap penyakit asam urat
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakn dalam keluarganya tidak mempunyai penyakit hipertensi, diabetes militus atau penyakit menular lainnya.
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu mahal, dan harus diajaga dengan benar dan sesuai dengan target yang sudah ditentukan dalam peraturan kesehatan
b. Pola nutris –metabolisme
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi Makan 3x1 sehari,
minum 5 gelas Makan 3x1 sehari, minum 5 gelas
Jenis Makan:Nasi, ayam,
daging, minum: air putih, teh
Makan:bubur, nasi, sayur
Minum: air putih
Kualitas I porsi habis Habis ¼ porsi
Keterangan - Karena mengalami mual
dan muntah
c. Pola eliminasi urine
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5-6x sehari 3-4x sehari
Warna kuning Kuning pekat
Bau Bau khas Bau khas
Pola eliminasi alvi
d. Pola aktivitas dan latihan
Keterangan 0 1 2 3 4
Makan dan minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
Keterangan: 0=mandiri 1=alt bantu
2=dibantu orang lain
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Warna kuning Kuning
Bau Bau khas Bau khas
3=dibantu orang lain dan alat 4=tergantung total
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Mandi 3x1 sehari,
menggunakan sabun 2x1 sehari, diseka menggunakan air sabun Cuci rambut 2-3x seminggu,
menggunakan shampo Belum cuci rambut
Sikat gigi 2x1 sehari,
menggunakan pasta gigi
1x sehari
Keterangan Baik Defisit perawatan diri
sedang
e. Pola istirahat – tidur
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Kebiasaan tidur ±8 jam/sehari ±5 jam/sehari
Kesulitan tidur - Sulit tidur
Upaya mengatasi - Suasana tenang
Penyebab - Merasakan nyeri di
sekitar ibu jari
f. Pola persepsi dan kognitif
Keluarga pasien dan pasien mentaati setiap proses keperawatan, keluarga tidak banyak menyakan tentang penyakit pasien
g. Pola peran –hubungan
Hubungan pasien dengan orang terdekat dan dengan orang menjenguk cukup baik seperti mengajak bicara, hubungan dengan tenaga kesehatan cukup baik h. Pola seksualitas-reproduksi
Selama sakit pasien tidak terpasang kateter i. Pola konsep diri
Harga diri Klien mengatakan selama MRS menyusahkan istri dan anak-anaknya
Peran Berperan baik dikeluarganya
Identitas diri Klien masih belum bisa menerima/ memahami dirinya dan mengerti mengenai keadaannya
Citra tubuh Klien belum bisa menerima keadaannya dengan perubhana penampilannya
Sumber stress Pasien terlihat stress saat memikirkan jika ibu jarinya diamputasi
j. Pola mekanisme koping
Pasien dan keluarga lebih percaya akan tindakan medis yang dilakukan di rumah sakit
k. Pola nilai dan kepercayaan
penyakit pasien tidak menjadi lebih parah dan akan menjadikan kondisi pasien lebih baik
IV. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : Komposmentis c. Berat badan : 75 kg
d. Tinggi badan : 170 kg e. Tanda tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 37,4oC
Pernafasan : 18x/menit
Nadi : 78x/menit
1. Kulit Warna normal Lembab Suhu hangat Tekstur halus Mobilisasi mudah
Turgor kulitnya kembali lambat Tidak ada lesi
Rambut tumbuh merata dan kasar
2 Kepala Rambut banyak
Penyebaran merata
3 Mata Bentuk simetris
Alis mata simetris
Bulu mata tidak mudah rontok Konjungtiva tidak anemis Sklera normal
Pupil refleks terhadap cahaya dan simetris
4 Telinga Daun telinga simetris
Gerakannya lentur
Dilubang telinga serumen bersih
5 Hidung dan sinus-sinus Hidung simetris Lubang hidung normal Septum nasi simetris Tidak ada nyeri tekan
6 Mulut dan faring Bibir normal
Gusi tidak ada pembengkakan Gigi bersih
Tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
8 Pemeriksaan thoraks
- Inspeksi Dada simetris
Pergerakan dada simetris Pernafasan teratur
- Auskultasi Suara napas normal
Bunyi jantung teratur
- Palpasi Taktir fermitus nrmal
Dada normal Aksila normal
V. Pemeriksaan penunjang
LABORATORIUM
Nama : Tn.S
jenis kelamin : Laki-laki umur : 55 tahun
ID pasien : 0355 Ruang : Mataram Diagnosa : Abses Digiti
Assays Result unit Ref.range Detail
GLU_ACAK (GLUACAK)
217 mg/dl 80-140 High
SGOT (SGOT) 15 U/I 0-37 Normal
SGPT (SGPT) 6 U/I 0-42 Normal
BUN (BUN) 20,7 mg/dl 10-23 Normal
CREATININ (CREA) 1,4 mg/dl 0,6-1,5 Normal
LABORATORIUM
Tanggal : 29 Juli 2015 ID pasien : 0355 Nama : Tn.S Umur : 55 tahun
jenis kelamin : Laki-laki
Assays Nilai Flag Satuan Nilai normal
WBC 11.0 H 103/µL 4.0-9.0
RBC 3.83 106/µ 3.60-5.30
HGB 11.2 L 9/dl 12.0-18.0
HCT 33.1 L % 26.0-56.0
MCV 86.4 fL 80.0-100.0
MCH 29.2 Pg 27.0-32.0
MCHC 33.8 9/dl 32.0-36.0
PLT 197 103/ µL 150-380
RDW 11.3 L % 11.5-16.5
PCT 0.07 L % 0.10-1.00
MPV 3.6 L fL 5.0-10.0
DDW 18.5 H % 12.0-16.0
LY % 15.5 % 11.0-49.0
MO % 2.0 % 0.0-9.0
GR % 82.5 % 42.0-65.0
LY # 1.7 103/ µL 0.4-4.4
MO # 0.2 103/ µL 0.0-0.8
GR # 9.1 H 103/ µL 1.7-0.8
VI. Terapi obat
- Infus RL 20 tetesan per menit
- Injeksi rinduzol 3x500 mg
Dokter pengirim : dr. Sainul M,Sp.B Alamat : Jasem -Ngoro
- Injeksi ceftien 3x1
- Injkesi antrain 3x1
- Injkesi ondancentron 3x1 8 mg
- Injeksi ranitidin 3x1 ampul
- Injkesi lovemir 0-0-10µ 10µ/si
- Injeksi novorapid 3x10 µ/ml
- Oral antasida 3x1 1cth
- Oral alprazholam 0-0-1 0,5 mg
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus
NO
. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DATA SUBJEKTIF:
a. Pasien mengatakan mual dan muntah setiap kali bangun atau duduk
DATA OBJEKTIF:
a. Pasien terlihat pucat b. Pasien terlihat lemas
c. Berat Badan sebelum sakit :
78 kg, dan Berat Badan saat sakit : 75 kg.
Infeksi virus ↓
Kerusakan sel beta ↓
Gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk
dalam sel ↓ hiperglikemia
↓
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang
d. Observasi TTV : (nasi , lauk, ayam, daging)
Saat sakit :
3x sehari, habis seperempat porsi (bubur, nasi, sayur)
Batas melebihi ambang
Pusat lapar dan haus ↓
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus
NO kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan yang
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus
NO
. TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TANDATANGA N
1. setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam maka diharapkan mual
dan muntah
Dilakukan
tindakan terapeutik (pendekatan
terapeutik) pada
pasien dan
keluarga, misal :
agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga
dan tenaga
berkurang dengan Kriteria Hasil : a. Observasi TTV
dalam keadaan normal merasa nyaman dan lebih sehat
Berikan informasi
pada pasien
sedikit (dalam porsi kecil rendah
Kolaborasi dengan tim medis
agar pasien
mengerti tentang pentingnya
pemenuhan kebutuhan nutrisi mengidentifikasi
dan meningkatkan nafsu makan pasien
agar pasien mau makan lagi dan bisa meningkatkan nafsu makan
sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien
untuk menentukan tindakan
selanjutnya dan mempercepat
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus
NO .
NO. DIAGNOSA TANGGAL/JAM TINDAKAN DAN RASIONAL
TANDA TANGAN
1. 1 29-07-2015
17:00
melakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
Respon :
Pasien menunjukkan
respon yang baik saat berkomunikasi
memberikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan nafsu makan
Respon :
Pasien mengatakan nafsu makan pasien bertambah
memotivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemak dan rendah serat) dan dan pasien mau makan mengobservasi TTV
berkolaborasi dengan tim medis
Respon :
- Infus Ringer Laktat 20 tetes per menit
- Injeksi tyason 1
- Injeksi
metronidasol 500 mg
- Injeksi antrain 1 ampul
- Novorapid 8 mg
- Injeksi ceftien 1
0-0-10
2. 1 30-07-2015
20:00
melakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
Respon :
Pasien menunjukkan respon yang baik saat berkomunikasi
mengkaji faktor yang berhubungan dengan nafsu makan
Respon :
Pasien mengatakan nafsu makan pasien bertambah
memotivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemak dan rendah serat) dan dan pasien mau makan
mengobservasi TTV
berkolaborasi dengan tim medis
Respon :
- Infus Ringer Laktat 20 tetes per menit
- Injeksi ceftien 1
- Injeksi rindozol 500 mg
- Injeksi antrapid 8
- Injeksi antrain 1 ampul
- Injeksi ranitidine 1 ampul
- Injeksi
ondancentron 8 mg
- Oral lovemir 0-0-10
3. 1 31-07-2015
20:00
melakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
Respon :
Pasien menunjukkan respon yang baik saat
berkolaborasi dengan tim medis
Respon :
- Infus Ringer Laktat 20 tetes per menit
- Injeksi tyason 1
- Injeksi rindozol 500 mg
- Injeksi antrapid 8 mg
- Injeksi ranitidine 1 ampul
- Injeksi antrain 1 ampul
- Injeksi
ondancentron 8 mg
- Injeksi ceftien 1
- Oral lovemir 0-0-10
- Oral alpazolam 0-0-1
(putri wahyu.n)
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus
NO.D x
TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN TANDA TANGAN
1 29-07-2015 17:0 0
S : pasien mengatakan mual dan muntah O : keadaan umum lemah
a. Pasien terlihat pucat b. Pasien terlihat lemas
c. Berat Badan sebelum sakit : 78 kg, dan Berat Badan saat sakit : 75 kg.
d. Observasi TTV : - TD : 110/80 mmHg
2x sehari, satu porsi habis (nasi , lauk, ayam, daging)
Saat sakit :
3x sehari, habis seperempat porsi (bubur, nasi, sayur)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan 1, 3, 4, 5, 6.
(putri wahyu.n)
1 30-07-2015 20:0 0
S : pasien mengatakan mual dan muntah berkurang
O : keadaan umum lemah dan sedikit pucat
a. Pola makan :
Saat sakit : 3x sehari, habis setengah porsi (bubur, nasi, sayur)
b. Observasi TTV :
TD : 120/70 mmHg N : 88x/menit S : 37,2°C RR : 20x/menit BB : 75 kg
A : masalah teratasi sebagian P : intervensi di lanjutkan 1, 5, 6.
(putri wahyu.n)
1 31-07-2015 20:0 0
S : pasien mengatakan mual berkurang O : keadaan umum lemah
a. Pola makan :
Saat sakit : 3x sehari, satu porsi habis (nasi, bubur, sayur)
b. Observasi TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 73x/menit S : 36,5°C RR : 18x/menit BB : 76 kg A : masalah teratasi