• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahmad Harashta Hasya (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ahmad Harashta Hasya (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) ("

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARISAN ALMARHUM IWAN RUSLI KEPADA AHLI WARIS MENURUT KETENTUAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BEKASI NOMOR 153/PDT.G/2014/PN.BKS)

Ahmad Harashta Hasya

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti)

Hukum waris adalah kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si pewaris. Pasal 832 KUHPerdata menyatakan bahwa yang berhak menerima warisan adalah keluarga sedarah atau suami atau istri yang hidup terlama. Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimanakah pembagian harta warisan Almarhum Digen Sitepu kepada ahli warisny menurut KUHPerdata (2) Apakah isi amar Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 259 K/Pdt/2015 tentang pembagian harta warisan Alm. Digen Sitepu kepada ahli warisnya sudah sesuai atau tidak menurut KUHPerdata, Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut di analisis secara yuridis-normatif yang bersifat deskriptif, serta menggunakan data sekunder, primer dan tersier. Analisis ini dilakukan kualitatif, dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, dari uraian diatas maka terlihatlah bahwa pembagian harta warisan almarhum Digen Sitepu menurut amar putusan dan Kitab Undang Undang Hukum Perdata tidak sama.

Kata Kunci: Pembagian Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Email: hasyastratos@gmail.com)

Endang Suparsetyani (Dosen Fakultas Hukum Trisakti)

(Email: endang.s@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

(2)

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Sebab semua manusia akan menglami peristiwa hukum yang di namakan kematian.

Akibat hukum yang selanjutnya timbul, dengan terjadinya peristiwa hukum seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak- hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia tersebut.1 Hukum waris yang berlaku di Indonesia sampai saat ini masih belum merupakan unifikasi hukum. Atas dasar peta hukum waris yang di karenakan atau sebab dia menjadi ahli waris di kerenakan adanya hubungan darah / nasab dan di kerenakan adanya perkawinan masih demikian pluralistiknya, akibatnya sampai sekarang ini pengaturan masalah kewarisan di Indonesia masih belum terdapat keseragaman. Hukum waris sebagai salah satu bidang hukum yang berada di luar bidang yang bersifat netral kirannya sulit untuk di perbaharui dengan jalan perundang-undangan atau kodifikasi guna mencapai suatu unifikasi hukum. Hal itu di sebabkan upaya ke arah membuat hukum waris yang mendapat kesulitan, mengingat beranekaragamnya corak budaya,agama,sosial dan adat istiadat serta sistem kekeluargaan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia.

Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang hukum perdata yang memiliki kesamaan sifat dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk hukum waris perdata, meski letaknya dalam bidang hukum perdata, ternyata terdapat unsur paksaan didalamnya. Unsur paksaan dalam hukum waris perdata, misalnya ketentuan pemberian hak mutlak (legitime portie) kepada ahli waris tertentu atas sejumlah tertentu dari harta warisan atau ketentuan yang melarang

1 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia (Bandung, Refika Aditama, 2007), h. 27.

(3)

pewaris telah membuat ketetapan seperti menghibahkan bagian tertentu dari harta warisannya, maka penerima hibah mempunyai kewajiban untuk mengembalikan harta yang telah dihibahkan kepadanya ke dalam harta warisan guna memenuhi bagian mutlak (legitimeportie) ahli waris yang mempunyai hak mutlak tersebut, dengan memperhatikan Pasal 1086 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tentang hibah-hibah yang wajib inbreng (pemasukan).

Hukum waris perdata, sangat erat hubungannya dengan hukum keluarga, maka dalam mempelajari hukum waris perlu dipelajari pula sistem hukum waris yang bersangkutan seperti sistem kekeluargaan, sistem kewarisan, wujud dari barang warisan dan bagaimana cara mendapatkan warisan. Sistem kekeluargaan dalam hukum waris perdata adalah system kekeluargaan yang bilateral atau parental, dalam sistem ini keturunan dilacak baik dari pihak suami maupun pihak isteri. Sistem kewarisan yang diatur dalam hukum waris perdata adalah sistem secara individual, ahli waris mewaris secara individu atau sendiri-sendiri, dan ahli waris tidak dibedakan baik laki-laki maupun perempuan hak mewarisnya sama. Dalam hukum waris perdata, berlaku suatu asas, yaitu apabila seseorang meninggal dunia (pewaris), maka demi hukum dan seketika itu juga hak dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya, sepanjang hak dan kewajiban tersebut termasuk dalam lapangan hukum harta kekayaan atau dengan kata lain hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Sistem hukum waris perdata memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem hukum waris lainnya, yaitu menghendaki agar harta peninggalan pewaris sesegera mungkin dapat dibagi- bagi kepada mereka yang berhak atas harta tersebut. Kalaupun harta peninggalan pewaris hendak dibiarkan dalam keadaan tidak terbagi, maka harus melalui persetujuan oleh seluruh ahli waris, adapun perbedaan antara harta warisan dan harta peninggalan adalah harta warisan belum dikurangi hutang dan biaya-biaya lainnya, sedangkan harta peninggalan sudah dikurangi hutang dan telah siap untuk dibagi.

Di dalam hukum waris perdata, dikenal ada dua cara untuk memperoleh warisan , yaitu :

(4)

1. Ketentuan undang-undang atau wettelijk Erfrecht atau Abintestato, yaitu ahli waris yang telah diatur dalam undang-undang untuk mendapatkan bagian dari warisan, karena hubungan kekeluargaan atau hubungan darah dengan si meninggal.

2. Testament atau wasiat atau testamentair erfrecht, yaitu ahli waris yang mendapatkan bagian dari warisan, karena ditunjuk atau ditetapkan dalam suatu surat wasiat yang ditinggalkan oleh si meninggal.

Adapun prinsip pewarisan dalam hukum perdata barat yaitu:

1. Harta waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain apabila terjadi suatu kematian Pasal 830 KUHPerdata).

2. Adanya hubungan darah antara pewaris dan ahli waris, kecuali untuk suami atau istri pewaris Pasal 832 KUHPerdata. Dengan ketentuan mereka masih terikat tali perkawinan ketika pewaris meninggal dunia, artinya apabila mereka sudah bercerai pada saat pewaris meninggal dunia, maka suami/istri tersebut bukan merupakan ahli waris pewaris.

Dari prinsip yang sudah diuraikan diatas dapat kita bahwa orang yang dapat menerima warisan hanyalah orang - orang yang masih memiliki hubungan darah dengan pewaris baik itu anak, orang tua, saudara, kakek dan nenek atau saudara jauh sekali pun.

Dalam hukum waris BW (Perdata) suatu pewarisan terdapat tiga unsur penting yaitu:

1. Adanya orang yang meninggal selaku pewaris 2. Adanya harta kekayaan yang ditinggalkan

3. Adanya ahli waris. Yang dimaksud dengan pewaris adalah orang yang meninggal dunia dengan meninggalkan harta kekayaan. Sedangkan yang dimaksud ahli waris adalah orang-orang yang menggantikan kedudukan si pewaris dalam bidang hukum harta kekayaan, karena meninggalnya pewaris. Selanjutnya yang dimaksud warisan adalah harta kekayaan yang dapat berupa kumpulan aktiva dan pasiva dari si pewaris yang berpindah kepada para ahli waris

(5)

Selanjutnya agar dapat menjadi ahli waris harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

1. Harus ada orang yang meninggal dunia.

2. Ahli waris harus ada pada saat si pewaris meninggal dengan tetap memperhatikan Pasal 2 KUH Perdata yang menyatakan bahwa anak yang masih dalam kandungan seorang ibu, dianggap sebagai telah lahir bilamana kepentingan si anak tersebut menghendaki, dan apabila anak ini lahir meninggal maka ia dianggap tidak pernah ada.

3. Seorang ahli waris harus cakap serta berhak mewarisi dalam arti tidak dinyatakan oleh undang-undang sebagai seseorang yang tidak patut mewarisi karena kematian, atau dianggap sebagai tidak cakap untuk menjadi ahli waris.

Namun dalam praktek pembagian waris di Indonesia masih banyak permasalahan dalam pembagian harta waris karena masih banyak orang yang tidak membagikan harta warisan sesuai dengan ketentuan yang sudah di tentukan, karena manusia tidak pernah merasa puas dan ingin menguasai harta warisan untuk diri sendiri. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/ PN.Bks Almarhum Iwan Rusli telah meninggal pada tanggal 25 April 2012 Semasa hidupnya, Almarhum Iwan Rusli telah melangsungkan perkawinan pertama dengan Kolondam Treesye Yosephine tertanggal 13 Januari 1977 berdasarkan Akta Perkawinan No. 96/1977 yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta. Dan dalam perkawinan Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine, telah dikaruniai lima orang anak yaitu Lydia Novita, Ferly Irine, Fandy, Helmy Heidi Rusli, dan Deisy Devi.

Namun pada tanggal 1 Agustus 2002 perkawinan antara Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine putus karena perceraian berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur No. 53/PD1.G/2002/PN.Jak-Tim yang kemudian dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 76/PDT/2010/PT.DKI yang diputus pada tanggal 27 Juli 2010. Bahwa Almarhum Iwan Rusli melangsungkan pernikahan kedua dengan Hastuti yang dilakukan di hadapan Petugas Pencatatan Pernikahan Kantor Urusan Agama

(6)

Bekasi Barat – Kotif Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 7 November 1989 berdasarkan Akta Nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Bekasi Barat – Kotif Bekasi Jawa Barat sebagaimana kutipan Akta Nikah No.

421/20/XI/1989. Dan dalam perkawinan Iwan Rusli dengan Hastuti dikaruniai dua orang anak yang bernama Hasmi dan Angga.

Dalam gugatan menyatakan bahwa Alm. Iwan Rusli memiliki 7 orang Ahli Waris yang masing – masing yaitu : Anak – anak dari pernikahan Alm. Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine yaitu Lydia Novita, Ferly Irine, Fandy, Helmy Heidi Rusli, dan Deisy Devi. Pewaris dari Pernikahan kedua antara Alm. Iwan Rusli dengan Hastuti yaitu Hastuti, Hasmi, dan Angga. Dalam Petitum Hakim menyatakan bahwa Penggugat beserta Para ahli waris lainnya adalah Ahli Waris yang sah dan berharga di muka hukum. Dalam perkawinan kedua Alm. Iwan Rusli memiliki 7 (tujuh) orang Ahli Waris, yaitu 5 orang anak perkawinan pertama 1 orang anak perkawinan kedua dan 1 orang janda maka berdasarkan Pasal 181 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata maka Harta Waris dibagikan kepada masing – masing Ahli Waris 1/7 dari masing masing Harta Waris tersebut. Dalam pokok perkara Hakim mengabulkan gugatan Penggugat dan menyatakan bahwa Penggugat beserta ahli waris lainnya adalah anak – anak yang lahir dari perkawinan pertama Alm. Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine yang bernama yaitu Lydia Novita, Ferly Irine, Fandy, Helmy Heidi Rusli, dan Deisy Devi dan anak – anak dari Pernikahan kedua antara Alm. Iwan Rusli dengan TERGUGAT / HASTUTI bernama : Hasmi dan Angga.

Berdasarkan uraian diatas maka timbul permasalahan mengenai pembagian waris dimana istri kedua tidak mendapatkan warisan. Maka untuk itu penulis membuat dan menuangkan nya dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Pembagian Harta Warisan Almarhum Iwan Rusli Kepada Ahli Waris Menurut Ketentuan Kitab Undang–Undang Hukum Perdata (Studi Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/ PN.Bks)”.

(7)

B. Metode Penelitian

Penulisan penelitian dalam bentuk skripsi ini digunakan metode sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Merupakan suatu penelitian hukum normatif, penelitian perpustakaan ini merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Dikaitkan dengan penelitian Analisis Yuridis Terhadap Pembagian Harta Warisan Almarhum Iwan Rusli Kepada Ahli Waris Menurut Ketentuan Kitab Undang–Undang Hukum Perdata (Studi Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/PN.Bks).

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskripstif yang dimana menggambarkan gejala-gejala di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti, pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan secara kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data Deskriptif.2 Dimana skripsi ini akan menggambarkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai pembagian harta warisan Alamarhum Iwan Rusli kepada ahli waris tersebut ditinjau dari aspek hukum perdata barat yaitu KUHPerdata mengenai pembagian warisan menurut hukum di Indonesia.

2 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2012), h.51.

(8)

3. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang dipergunakan ialah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data kepustakaan digolongkan dalam tiga bahan hukum, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang- undangan, penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah KUHPerdata dan Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014.PN.Bks

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang dimaksud adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku, literatur-literatur, tulisan-tulisan, makalah dan artikel yang terkait dengan topik sebagai referensi penulisan skripsi ini.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan Data dilakukan melalui studi kepustakaan, dan studi dokumen, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai buku ilmiah, buku wajib dan peraturan perundang-undangan serta melalui data-data maupun yang mengenai tentang skripsi ini yang diakses melalui internet yang berkaitan dengan yang pembagian waris perdata barat di Indonesia, data yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan “Content analysis“. Data yang digunakan dalam studi dokumen ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/ 2014/PN.Bks.

5. Analisis Data

(9)

Dari hasil penelitian yang terkumpul, maka data tersebut diklasifikasikan dan diolah untuk dianalisis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu data yang telah diperoleh tersebut diteliti dan dipelajari secara mendalam. Untuk mendapatkan jawaban yang sistematis mengenai permasalahan Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/PN.Bks mengenai pembagian harta warisan milik Almarhum Iwan Rusli terhadap ahli warisnya berdasarkan Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dan Hukum Waris Perdata Barat yang akan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian secara kualitatif yaitu analisis data dengan lebih menekankan pada kualitas atau isi dari data tersebut.

6. Cara Penarikan Kesimpulan

Cara penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode deduktif, yaitu metode menarik kesimpulan dari hal-hal umum terlebih dahulu dan dihubungkan dalam bagian yang khusus. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis Pasal Pasal waris dalam kitab undang undang hukum perdata dengan data yang bersifat khusus Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/PN.Bks mengenai pembagian harta warisan milik Almarhum Iwan Rusli kepada ahli warisnya berdasarkan Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dan Hukum Waris Perdata Barat.

C. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pembagian Harta Warisan Almarhum Iwan Rusli Kepada Ahli Waris Berdasarkan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Untuk memberikan jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis pada bab sebelumnya dan penulis akan mengaitkan hal-hal yang ada dengan Pasal- Pasal dalam Kitab Undang-Undang KUHPerdata yang berkaittan dengan kasus ini.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan bagaimana bagaimana seharusnya terjadi

(10)

pada kasus pewarisan Almarhum Hareanta Sitompul. Dan dasar hukum atau Pasal- Pasal yang dimaksud penulis sebagai berikut:

1. Pasal 119 KUHPer

Dalam Pasal 119 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang membahas mengenai masalah harta bersama atau harta gono gini mengatakan:

“Sejak saat dilangsungkannya perkawinan, maka menurut hukum terjadi harta bersama menyeluruh antarà suami isteri, sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan. Harta bersama itu, selama perkawinan berjalan, tidak boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu persetujuan antara suami isteri.”

Apabila Pasal ini dikaitkan dengan kasus maka harta peninggalan Almarhum Iwan Rusli merupakan harta gono gini perkawinan antara Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti.

2. Pasal 830 KUHPerdata

“Kitab Undang Undang Hukum Perdata ialah “Pewaris karena kematian”.

Apabila dikaitkan dengan kasus maka karena meninggalnya Almarhum Iwan Rusli maka dapat dikatakan bahwa warisan telah terbuka untuk Ahli Warisnya yaitu, Hastuti, Angga, Hasmi, Lydia Novita, Ferly Irene, Fandy Rusli, Helmy Heidi Rusli, dan Deisi Devi.

Dalam proses pembagian harta warisan terlebih dahulu harus mengetahui 3 hal pokok penting dari hukum waris itu sendiri yaitu, objek pewaris, siapa yang berhak menerima warisan itu, dan yang terakhir adalah aturan pembagiannya, maka jika dilihat dalam kasus atas meninggalnya Almahrum Iwan Rusli pada 25 April 2012 maka harta Almahrum Iwan Rusli akan di bagikan terhadap ahli warisnya, dan pembagian ahli warisnya di atur dalam:

3. Pasal 832 KUHPerdata

“Menurut undang undang yang berhak menjadi ahli waris adalah keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang undang maupun yang di luar perkawinan, dan suami atau istri yang hidup terlama, menurut peraturan peraturan berikut ini. Bila keluarga sedarah dan suami atau istri yang hidup terlama tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara,

(11)

yang wajib melunasi utang utang orang yang meninggal tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi untuk itu”.

Apabila dikaitkan dengan kasus maka dengan meninggalnya Almarhum Iwan Rusli, maka yang berhak menjadi Ahli Waris adalah:

B. : Hastuti (Istri Perkawinan ke II)

C. : Hasmi (Anak Perkawinan ke II)

D. : Angga (Anak Perkawinan ke II)

E. : Lydia Novita (Anak Perkawinan I) F. : Ferly Irine (Anak Perkawinan I)

G. : Fandy (Anak Perkawinan I)

H. : Helmy Heidi Rusli (Anak Perkawinan I) I. : Daisy Devi (Anak Perkawinan I)

4. Pasal 833 KUHPerdata

Pasal ini menyatakan bahwa “Menentukan bahwa ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si meninggal hal ini disebut saisine yang berasal dari Bahasa Prancis le mort saisit le fit, yang berarti bahwa yang mati dianggap memberikan hak miliknya kepada yang masih hidup”.

Apabila Pasal tersebut dikaitkan dengan kasus maka dengan meninggalnya Almarhum Iwan Rusli kasus A = (Almarhum Iwan Rusli), maka yang berhak adalah: B = Hastuti (istri perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli), C = Hasmi (anak dari perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli), D = Angga (anak dari perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli), E = Lydia Novita (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), F = Ferly Irene (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), G = Fandy Rusli (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), H = Helmy Heidi Rusli (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), I = Deisi Devi (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli) secara hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si yang meninggal yaitu Almarhum Iwan Rusli (Pewaris dalam hal ini disebut sebagai A).

5. Pasal 852a KUHPer

(12)

Pasal 852a KUHPerdata menyatakan bahwa “bagian suami/istri yang hidup terlama, maka bagian warisannya adalah sama besar dengan bagian seorang anak. Jika terdapat perkawinan kedua dan seterusnya dan ada anak- anak/keturunan dari perkawinan pertama, maka bagian suami/istri sama besar dengan bagian terkecil dari seorang anak/keturuna dari perkawinan pertama. Bagian janda/duda itu tidak boleh lebih dari 1/4 harta peninggalan”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 852a KUHPer ini, karena Almarhum Iwan Rusli memiliki anak–anak dari perkawinan pertamanya dengan Kolondam Treesye Yosephine maka Hastuti sebagai istri perkawinan kedua tidak boleh menerima warisan lebih dari 1/4 bagian.

Dari uraian Pasal 119, Pasal 830, Pasal 832, Pasal 833, dan Pasal 835 a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka pembagian harta peninggalan Almarhum Iwan Rusli berdasarkan kitab undang-undang hukum perdata adalah sebagai berikut:

HPA = 1 untuk B C D E F G H I I. Untuk = E F G H I 1/2 x 1 = 1/2

Masing – masing E F G H I:

1/5(EFGHI) x 1/2 = 1/10 II. Untuk B C D E F G H I 1/2 x 1 = ½

B (istri) = 1/2 x 1/2 = 1/4

Sisa HPA = 1/2 – 1/4 = 2/4 – 1/4 = 1/4 (BCDEFGHI) Masing – masing BCDEFGHI:

1/8 x 1/4 = 1/32 Pembagian HPA:

B = 1/4 + 1/32 = 80/320 + 10/320 = 90/320

C = 1/32 = 10/320

D = 1/32 = 10/320

E = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320

(13)

F = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320 G = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320 H = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320 I = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320

Total HPA = 320/320 = 1

Dari uraian di atas, maka pembagian masing masing ahli waris dari Almahrum Iwan Rusli menurut Undang Undang sebagai berikut:

1. Hastuti merupakan istri dari perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli yang hidup terlama mendapatkan 90/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

2. Hasmi merupakan anak luar kawin yang diakui sah dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti mendapatkan 10/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

3. Angga merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti mendapatkan 10/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

4. Lydia Novita merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

5. Ferly Irine merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

6. Fandy merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

7. Helmy Heidi Rusli merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

8. Daisy Devi merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

(14)

B. Isi Amar Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/

PDT.G/2014/PN.Bks Tentang Pembagian Harta Warisan Almahrum Iwan Rusli Kepada Ahli Warisnya Sudah Sesuai Atau Tidak Menurut Kuhperdata

Pengadilan dipercaya sebagai salah satu upaya akhir apabila terjadi sengketa dalam pewarisan yang terjadi oleh para ahli waris. Sama seperti halnya yang terjadi dalam kasus Almahrum Iwan Rusli dimana para ahli waris mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Bekasi. Gugatan yang diajukan oleh para ahli waris Almahrum Iwan Rusli disebabkan oleh harta warisan yang belum di bagikan dan masih dikuasai oleh Hastuti sebagai istri dari perkawinan ke II Almarhum Iwan Rusli.

Putusan yang dihasilkan oleh pengadilan terkadang tidak sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang Undang. Dalam Putusan Pengadilan Negeri Bekasi No. 153/Pdt.G/2014/PN Bks Nomor 3 Majelis Hakim mengeluarkan amar putusan sebagai berikut:

Menyatakan secara hukum Ahli Waris Alm. Iwan Rusli adalah terdiri dari:

A. Lydia Novita B. Ferly Irine C. Fandy

D. Helmy Heidi Rusli E. Daisy Devi F. Angga G. Hasmi

Jika dilihat dari isi amar Putusan Nomor 3 Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/PN.Bks, maka perhitungan waris untuk ahli waris Almahrum Iwan Rusli sebagai berikut:

Masing masing:

HPA 1 = B C D E F G H Masing – masing

1 x 1/7 (BCDEFG) = 1/7

(15)

Pembagian HPA B = 1/7

C = 1/7 D = 1/7 E = 1/7 F = 1/7

G = 1/7 H = 1/7

Total HPA = 7/7 = 1

1. Lydia Novita merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 1/7.

2. Ferly Irine merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 1/7.

3. Fandy merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 1/7.

4. Helmy Heidi Rusli merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 1/7.

5. Daisy Devi merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 1/7.

6. Hasmi merupakan anak luar kawin yang diakui sah dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti mendapatkan 1/7.

7. Angga merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti mendapatkan 1/7.

Menurut penulis amar putusan yang hakim buat belum sesuai dengan Kitab Undang undang Hukum Perdata yang mana dalam isi Amar Putusan Nomor 3 (tiga) tidak mencantumkan nama istri dari perkawinan ke II yang hidup terlama yaitu Tergugat 1 Hastuti yang mana seharusnya Istri ke II Almarhum Iwan

(16)

Rusli yaitu Hastuti dicantumkan karena dia termasuk kedalam Ahli Waris dari Almarhum Iwan Rusli dan dalam isi Amar Putusan Nomor 3 (tiga) dimana pembagian harta warisan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:

1. Pasal 119 KUHPer

Dalam Pasal 119 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang membahas mengenai masalah harta bersama atau harta gono gini mengatakan:

“Sejak saat dilangsungkannya perkawinan, maka menurut hukum terjadi harta bersama menyeluruh antarà suami isteri, sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan. Harta bersama itu, selama perkawinan berjalan, tidak boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu persetujuan antara suami isteri.”

Apabila Pasal ini dikaitkan dengan kasus maka harta peninggalan Almarhum Iwan Rusli merupakan harta gono gini perkawinan antara Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti.

2. Pasal 830 KUHPer

“Kitab Undang Undang Hukum Perdata ialah “Pewaris karena kematian”.

Apabila dikaitkan dengan kasus maka karena meninggalnya Almarhum Iwan Rusli maka dapat dikatakan bahwa warisan telah terbuka untuk Ahli Warisnya yaitu, Hastuti, Angga, Hasmi, Lydia Novita, Ferly Irene, Fandy Rusli, Helmy Heidi Rusli, dan Deisi Devi.

Dalam proses pembagian harta warisan terlebih dahulu harus mengetahui 3 hal pokok penting dari hukum waris itu sendiri yaitu, objek pewaris, siapa yang berhak menerima warisan itu, dan yang terakhir adalah aturan pembagiannya, maka jika dilihat dalam kasus atas meninggalnya Almahrum Iwan Rusli pada 25 April 2012 maka harta Almahrum Iwan Rusli akan di bagikan terhadap ahli warisnya, dan pembagian ahli warisnya di atur dalam:

3. Pasal 832 KUHPerdata

“Menurut undang undang yang berhak menjadi ahli waris adalah keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang undang maupun yang di luar perkawinan, dan suami atau istri yang hidup terlama, menurut peraturan

(17)

peraturan berikut ini. Bila keluarga sedarah dan suami atau istri yang hidup terlama tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara, yang wajib melunasi utang utang orang yang meninggal tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi untuk itu”.

Apabila dikaitkan dengan kasus maka dengan meninggalnya Almarhum Iwan Rusli, maka yang berhak menjadi Ahli Waris adalah:

B. : Hastuti (Istri Perkawinan ke II) C. : Hasmi (Anak Perkawinan ke II) D. : Angga (Anak Perkawinan ke II E. : Lydia Novita (Anak Perkawinan I) F. : Ferly Irine (Anak Perkawinan I) G. : Fandy (Anak Perkawinan I) H. : Helmy Heidi Rusli (Anak Perkawinan I) I. : Daisy Devi (Anak Perkawinan I)

Ke delapan ahli waris daripada Almahrum Iwan Rusli ini adalah Golongan I dalam system penggolongan ahli waris perdata barat menurut Undang Undang.

Hubungan darah dalam ketentuan pewarisan ini sangatlah penting atau menjadi faktor paling utama antara hubungan pewaris dengan ahli warisnya yang dimana menurut penulis hal ini terdapat dalam kasus Almahrum Iwan Rusli.

4. Pasal 833 KUHPerdata

Pasal ini menyatakan bahwa “Menentukan bahwa ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si meninggal hal ini disebut saisine yang berasal dari Bahasa Prancis le mort saisit le fit, yang berarti bahwa yang mati dianggap memberikan hak miliknya kepada yang masih hidup”.

Apabila Pasal tersebut dikaitkan dengan kasus maka dengan meninggalnya Almarhum Iwan Rusli kasus A = (Almarhum Iwan Rusli), maka yang berhak adalah: B = Hastuti (istri perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli), C = Hasmi (anak dari perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli), D = Angga (anak dari perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli), E = Lydia Novita (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), F = Ferly Irene (anak

(18)

perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), G = Fandy Rusli (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), H = Helmy Heidi Rusli (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli), I = Deisi Devi (anak perkawinan I dari Almarhum Iwan Rusli) secara hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si yang meninggal yaitu Almarhum Hareanta Sitompul (Pewaris dalam hal ini disebut sebagai A).

5. Pasal 852a KUHPer

Pasal 852a KUHPerdata menyatakan bahwa “bagian suami/istri yang hidup terlama, maka bagian warisannya adalah sama besar dengan bagian seorang anak. Jika terdapat perkawinan kedua dan seterusnya dan ada anak- anak/keturunan dari perkawinan pertama, maka bagian suami/istri sama besar dengan bagian terkecil dari seorang anak/keturuna dari perkawinan pertama. Bagian janda/duda itu tidak boleh lebih dari 1/4 harta peninggalan”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 852a KUHPer ini, karena Almarhum Iwan Rusli memiliki anak–anak dari perkawinan pertamanya dengan Kolondam Treesye Yosephine maka Hastuti sebagai istri perkawinan kedua tidak boleh menerima warisan lebih dari 1/4 bagian.

Dari uraian Pasal 119, Pasal 830, Pasal 832, dan Pasal 833, 835 a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menurut penulis dalam hal pembagian harta peninggalan Almahrum Iwan Rusli kepada ahli warisnya berdasarkan Kitab Undang undang Hukum Perdata berikut adalah amar putusan yang seharusnya di putus oleh hakim berdasarkan ketentuan Undang Undang yang dala hal ini adalah KUHPER dengan bagian harta peninggalan Almarhum Iwan Rusli adalah sebagai berikut:

HPA 1 = B C D E F G H I I. Untuk = E F G H I 1/2 x 1 = 1/2

Masing – masing E F G H I:

1/5(EFGHI) x 1/2 = 1/10

(19)

II. Untuk B C D E F G H I 1/2 x 1 = ½

B (istri) = 1/2 x 1/2 = 1/4

Sisa HPA = 1/2 – 1/4 = 2/4 – 1/4 = 1/4 (BCDEFGHI) Masing – masing BCDEFGHI:

1/8 x 1/4 = 1/32 Pembagian HPA:

B = 1/4 + 1/32 = 80/320 + 10/320 = 90/320

C = 1/32 = 10/320

D = 1/32 = 10/320

E = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320 F = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320 G = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320 H = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320

I = 1/10 + 1/32 = 32/320 + 10/320 = 42/320

Total HPA = 320/320 = 1

Dari uraian di atas, maka pembagian masing masing ahli waris dari Almahrum Iwan Rusli menurut Undang Undang sebagai berikut:

1. Hastuti merupakan istri dari perkawinan ke II dari Almarhum Iwan Rusli yang hidup terlama mendapatkan 90/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

2. Hasmi merupakan anak luar kawin yang diakui sah dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti mendapatkan 10/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

3. Angga merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Hastuti mendapatkan 10/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

4. Lydia Novita merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

(20)

5. Ferly Irine merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

6. Fandy merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

7. Helmy Heidi Rusli merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

8. Daisy Devi merupakan anak dari perkawinan Almarhum Iwan Rusli dengan Kolondam Treesye Yosephine mendapatkan 42/320 bagian dari keseluruhan harta warisan.

Dari uraian tersebut di atas, maka terlihatlah bahwa pembagian harta warisan Almarhum Iwan Rusli menurut amar putusan dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah belum sama.

D. Penutup

A. Kesimpulan

Dalam bab ini, penulis akan mengambil sebuah kesimpulan dalam permasalahan yang ada dalam skripsi ini mengenai pembagian harta warisan Almahrum Iwan Rusli terhadap ahli waris yang sah sesuai KUHperdata:

Pembagian harta warisan Almahrum Iwan Rusli kepada ahli waris berdasarkan kitab Undang Undang Hukum Perdata

Pasal yang digunakan dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata terhadap kasus ini adalah Pasal 119, Pasal 830, Pasal 832, Pasal 833, Pasal 852 a Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang berhak untuk menjadi ahli waris Almahrum Iwan Rusli yang meninggal pada 25 April 2012, adalah:

a. Hastuti b. Hasmi c. Angga

(21)

d. Lydia Novita e. Ferly Irine f. Fandy

g. Helmy Heidi Rusli h. Daisy Devi

1. Isi amar putusan Pengadilan Negeri Negeri Bekasi Nomor 153/PDT.G/2014/PN.Bks tentang pembagian harta warisan Almahrum Iwan Rusli kepada ahli warisnya sudah sesuai atau tidak menurut KUHPerdata

Dalam isi Amar Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 135/PDT.G/2014/PN.Bks mengenai pembagian harta peninggalan Almarhum Iwan Rusli terdapat amar putusan yang belum sesuai dengan kitab Undang – Undang Hukum Perdata dimana dalam amar Putusan belum sesuai dengan ketentuan KUHPerdata dimana dalam isi amar putusan tidak mencantumkan nama Hastuti sebagai istri dari perkawinan kedua Almarhum Iwan Rusli yang mana jika dilihat Pasal 852 a Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, menyatakan bahwa “bagian suami/istri yang hidup terlama, maka bagian warisannya adalah sama besar dengan bagian seorang anak. Jika terdapat perkawinan kedua dan seterusnya dan ada anak-anak/keturunan dari perkawinan pertama, maka bagian suami/istri sama besar dengan bagian terkecil dari seorang anak/keturuna dari perkawinan pertama. Bagian janda/duda itu tidak boleh lebih dari 1/4 harta peninggalan”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 852a KUHPer ini, Hastuti sebagai istri perkawinan kedua bisa menjadi Ahli Waris Almarhum Iwan Rusli tetapi bagian yang ia dapat tidak boleh lebih dari 1/4.

Dari penjelasan Pasal diatas maka yang mendapatkan warisan dari Almarhum Iwan Rusli adalah Hastuti, Angga, Lydia Novita, Ferly Irine, Fandy, Helmy Heidi Rusli, Daisy Devi, dan Hasmi.

A. Saran

(22)

1. Dalam hal memutus suatu perkara kiranya majelis hakim dapat lebih menguasai peraturan perundang undangan yang berlaku sehingga dapat diketahui siapa saja yang berhak mendapatkan warisan dari pewaris, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam praktek pewarisan dalam masyarakat.

2. Harta warisan seharusnya di bagikan secepatnya tanpa di tunda tunda kepada seluruh ahli waris, sehingga dapat menghindari masalah masalah yang akan timbul suatu saat nanti.

DAFTAR REFERENSI

Buku

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia (Bandung, Refika Aditama, 2007)

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2012) Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Waris yang berlaku di Indonesia sampai saat ini masih belum menjadi satu kesatuan hukum atau belum tercipta unfikasi hukum, hukum waris yang masih

Penulis berpendapat pada era industrialisasi, perjanjian kerja merupakan surat yang berharga bagi Pekerja maka dalam pembentukan perjanjian kerja lebih baik diatur

Penelitian mengenai “Peran DPRD Kabupaten Sumbawa Dalam Pelaksanaan Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Lembaga Luar Negeri

12 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal.23.. sama sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UUPA 13 serta memberi kewenangan

Pada tahun 2018, terjadi penyalahgunaan APBD yang terjadi di Kota Malang,yang dilakukan oleh DPRD Kota Malang.Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:bagaimanakah terjadinya

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana upaya administratif bagi pegawai negeri sipil terhadap pemberhentian secara tidak hormat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun

Kesimpulan skripsi ini adalah Mexico sebagai negara yang meratifikasi konvensi ICPED memiliki kewajiban bertanggung jawab untuk memberikan reparasi terhadap korban

Konsep harta benda perkawinan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah persatuan harta, sebagaimana terdapat dalam pasal 119 yang berbunyi “mulai saat