• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTA DINAS Nomor: TAN.05.01/366/D.II.M.EKON.5/10/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NOTA DINAS Nomor: TAN.05.01/366/D.II.M.EKON.5/10/2021"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN AGRIBISNIS

ASISTEN DEPUTI PRASARANA DAN SARANA PANGAN DAN AGRIBISNIS

NOTA DINAS

Nomor: TAN.05.01/366/D.II.M.EKON.5/10/2021

Kepada Yth. : Kepala Biro Perencanaan

Dari : Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis

Hal : Penyampaian Laporan Kinerja Asisten Deputi Triwulan III Tahun 2021 Tanggal : 8 Oktober 2021

Lampiran : 1 (satu) berkas

Menindaklanjuti nota dinas dinas Bapak Kepala Biro Perencanaan Nomor AK.3.1- 182/SET.M.EKON.1/09/2021 Tanggal 30 September 2021, dengan hormat kami sampaikan Laporan Kinerja Triwulan III Tahun 2021 Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis untuk dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Demikian disampaikan, terima kasih atas perhatian dan arahan Bapak.

Tembusan:

1. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis

2. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

(2)

Laporan Capaian Kinerja Triwulan III Tahun 2021 Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis

A. Capaian Kinerja Triwulan III Tahun 2021

Hasil pengukuran kinerja Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 dapat ditampilkan pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi

Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis

Triwulan III Tahun 2021

No Indikator Kinerja Utama Satuan Target

Tahun 2021

Realisasi Triwulan

III

Capaian (%)

I Sasaran Kegiatan 1. Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

1.1 Indikator 1.1 Persentase Lahan Sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD)

% 65 51 79

II Sasaran Kegiatan 2. Terwujudnya Tata Kelola Pupuk Bersubsidi sesuai Prinsip 6T (Tepat Jenis, Mutu, Jumlah, Waktu, Tempat, dan Harga)

2.1 Indikator 2.1Jumlah Provinsi yang telah mengimplementasikan Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

% 70 90,63 90,63

III Sasaran Kegiatan 3. Tersusunnya Kebijakan Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang Berkualitas 3.1 Indikator 3.1 Persentase Rekomendasi

Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang diterima Deputi

% 100 85 85

Kinerja Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 sebagaimana tercantum dalam ringkasan Tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut:

1

Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

Pencapaian Sasaran Strategis 1: Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah ditunjukkan oleh pencapaian indikator kinerja yaitu:

1. Persentase Lahan Sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD).

(3)

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.1. Persentase Lahan Sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD)

Latar Belakang

Untuk mendukung berjalannya UU No. 41 tahun 2009, maka pemerintah mengambil terobosan dengan menerbitkan Perpres 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Pengendalian alih fungsi lahan sawah merupakan salah satu strategi peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri, sehingga perlu dilakukan percepatan penetapan peta lahan sawah yang dilindungi dan pengendalian alih fungsi lahan sawah sebagai program strategis nasional. Alih Fungsi Lahan Sawah adalah perubahan lahan sawah menjadi bukan lahan sawah baik secara tetap maupun sementara. Untuk itu diperlukan kebijakan untuk mengendalikan perubahan Lahan Sawah menjadi bukan Lahan Sawah baik secara tetap maupun sementara.

Perpres Nomor 59 Tahun 2019 bertujuan untuk mempercepat penetapan peta Lahan Sawah yang dilindungi dalam rangka memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional;

mengendalikan Alih Fungsi Lahan Sawah yang semakin pesat;

memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan Lahan Sawah;

menyediakan data dan informasi Lahan Sawah untuk bahan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Proses pengendalian alih fungsi lahan sawah harus dibarengi dengan penetapan peta lahan sawah dilindungi sebagai asset berkelanjutan.

Penetapan lahan sawah dilindungi melalui proses klarifikasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mengetahui luas lahan sawah dengan patokan lahan baku sawah (Permen ATR/BPN No. 686 Tahun 2019).

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan III Tahun 2021, Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah sudah mencapai 51% dari target 65% dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-1.1

1.1. Persentase Lahan Sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD)

% 65 51 79 %

(Memuaskan)

Narasi Capaian IKU

1. Berdasarkan pengolahan data tim Satuan Tugas I yang dipimpin oleh Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis luas perbaikan/koreksi Lahan Baku Sawah (LBS) di 8 Provinsi (Sumatera Barat, Banten, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Bali dan NTB) yaitu

(4)

seluas 3.935.684 hektare. LBS perbaikan/termutakhir selanjutnya dioverlay dengan peta cetak sawah, peta kawasan hutan, peta pertanahan dan tata ruang sehingga diperoleh lahan sawah yang clear and clean sehingga usulan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) di 8 Provinsi (151 Kab/Kota) yaitu 3.836.970 hektare atau 51% dari total Lahan Baku Sawah SK Menteri ATR/BPN 2019 seluas 7.463.948 hektar. Dengan target penetapan LSD tahun 2021 yaitu 65% dari luas LBS 2019 (7.463.948 hektar) adalah seluas 4.851.566 hektar. Berdasarkan capaian usulan LSD di 8 Propinsi sebesar 3.836.970 hektar jika dibandingkan dengan target tahun 2021 sebesar 4.851.566 hektar maka capaian Usulan LSD telah mencapai 79%.

Satuan Tugas I juga telah menyelesaikan perbaikan baseline Lahan Baku Sawah 2019 menjadi LBS terkoreksi di 7 provinsi yaitu Aceh, Kep.Riau, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung dan Kalimantan Barat dan 5 provinsi sisanya sedang proses perbaikan baseline LBS yaitu provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Bengkulu, Sumatera Utara dan Jambi. Nantinya LBS terkoreksi 12 provinsi tahun 2021 selanjutnya akan dioverlay dengan data Cetak Sawah, data Kawasan Hutan dan Status Pertanahan sehingga diperoleh data LSD clear dan clean untuk diusulkan menjadi Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD).

Progres Penyelesaian Koreksi Baseline LBS terkoreksi di 12 Provinsi

Berdasarkan hasil capaian triwulan III tahun 2021, Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis memperkirakan bahwa target Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah dapat terpenuhi.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW III

Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan III tahun 2021 adalah sebagai berikut:

(5)

No Rencana Aksi TW III Status Keterangan

1 Rakor Insentif Lahan Sawah yang Dilindungi di Jakarta

Terlaksana Telah dilakukan Rapat koordinasi Insentif lahan sawah yang dilindungi (LSD) tingkat Eselon II K/L terkait menggunakan video zoom meeting.

Untuk mendapatkan masukan terkait terobosan insentif LSD yang langsung

mensejahterakan petani 2 Rapat Koordinasi

Teknis Percepatan Penetapan LSD di 12

Propinsi dan

Pembahasasn LSD 13 Propinsi

Terlaksana Telah dilakukan Rapat Koordinasi Teknis Penyelesaian Koreksi via LBS 12 Propinsi dan Pembahasan Rencana Klarifikasi dan Verifikasi Lahan Sawah di 13 Propinsi via zoom meeting bersama KLHK, Kement PUPR, Kementan dan Kement ATR/BPN.

3 Rapat Koordinasi Teknis Percepatan Penyelesaian Lahan Sawah yang Dilindungi di 12 Propinsi

Terlaksana Telah dilakukan Rapat Koordinasi Teknis Pembagian Kerja Perbaikan Baseline LBS menjadi LBS terkoreksi di 12 Propinsi via Zoom bersama ATR/BPN, KLHK, dan BIG

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 adalah sebanyak 1 paket rekomendasi atau mencapai 79% dari target output IKU Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target

Tahun 2021

Realisasi TW III

% Capaian

Output

(6)

1 Rekomendasi Kebijakan Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

1 paket rekomendasi

1 paket rekomendasi

79%

Adapun 1 (satu) paket rekomendasi kebijakan tersebut adalah Rekomendasi Kebijakan Terwujudnya Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah dengan rincian sebagai berikut:

1. Kementerian ATR/BPN selaku Ketua Harian Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah untuk mengirimkan surat usulan Penetapan Lahan Sawah yang Dilindungi kepada Menko Perekonomian untuk diusulkan Rapat Tim Terpadu Penetapan Lahan Sawah yang Dilindungi.

2. Tim Satuan Tugas I melakukan koreksi terhadap Baseline Lahan Baku Sawah menjadi Lahan Baku Sawah (LBS) termutakhir.

3. Sinergitas K/L teknis terkait untuk saling mendukung percepatan pengolahan data usulan Lahan Sawah yang Dilindungi.

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Adanya perbedaan pendapat antara K/L teknis terkait total luasan usulan Lahan Sawah yang Dilindungi sehingga pengolahan data selalu berulang kembali.

2. Pandemi Covid-19 mempengaruhi pencapaian target pelaksanaan sehingga terjadi penundaan pengolahan data dan rapat teknis untuk menetapkan usulan Lahan Sawah yang Dilindungi

3. Pelaksanaan pengolahan data secara bersama- sama secara offline sulit dilakukan karna adanya kenaikan kasus covid-19 pada akhir Juni 2021.

2

Sasaran Kegiatan 2: Terwujudnya Tata Kelola Pupuk Bersubsidi sesuai Prinsip 6T (Tepat Jenis, Mutu, Jumlah, Waktu, Tempat, dan Harga)

Pencapaian Sasaran Kegiatan 2: Terwujudnya Tata Kelola Pupuk Bersubsidi sesuai Prinsip 7T (Tepat Jenis, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Tempat, Tepat Mutu dan Tepat Sasaran (Penerima, Lahan, Komoditas)ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu:

1. Jumlah Provinsi yang telah mengimplementasikan Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.1 Jumlah Provinsi yang telah mengimplementa sikan Kartu Tani

Latar Belakang

Pupuk merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Dalam peredarannya, pupuk dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu

(7)

dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

pupuk bersubsidi dan pupuk non subsidi. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah dan pupuk non subsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya di luar program Pemerintah dan tidak mendapat subsidi.

Pupuk Bersubsidi berstatus barang dalam pengawasan yang jumlahnya ditentukan oleh Pemerintah. Pupuk bersubsidi mendapatkan subsidi dari Pemerintah dari pengadaan dan penyalurannya serta hanya digunakan untuk kebutuhan petani. Dari segi jumlah Pupuk Subsidi telah ditentukan Alokasi Kebutuhan untuk setiap wilayah.

Adapun jumlah petani sesuai eRDKK Tahun 2021 sebanyak 24,6 juta petani dengan kebutuhan pupuk sebanyak 24,3 juta ton. Pada tahun 2021, Kementerian Pertanian menambah alokasi pupuk bersubsidi menjadi 9 juta ton plus 1,5 juta liter pupuk organik cair dimana alokasi pupuk bersubsidi pada tahun 2020 sekitar 8,9 juta ton sehingga terdapat gap antara kebutuhan dan alokasi pupuk bersubsidi tahun 2021 sebanyak 15,3 juta ton.

Pelaksanaan penebusan pupuk bersubsidi oleh petani penerima dilakukan menggunakan 2 cara sebagaimana diatur dalam Permentan 49 Tahun 2020 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2021, yaitu menggunakan KTP atau menggunakan Kartu Tani bagi daerah yang siap. Penggunaan Kartu Tani dalam penebusan pupuk bersubsidi merupakan upaya Pemerintah agar penebusan pupuk bersubsidi dapat dimonitor dengan baik dan tepat sasaran secara elektronik.

Penggunaan Kartu Tani dimulai Tahun 2017 sesuai arahan Presiden dan dalam pelaksanaannya telah diaudit BPK dan agar dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan arahan tersebut, diharapkan kartu tani dapat diimplementasikan atau digunakan dalam penebusan pupuk bersubsidi di seluruh provinsi (34 provinsi). Adapun target tahun 2021 ditargetkan terimplementasi di 24 provinsi dari 34 provinsi atau sebanyak 70%.

Pada September 2021, ada 2 provinsi di wilayah kerja BNI yang tidak lagi menggunakan kartu tani yaitu Provinsi Aceh dan Provinsi Lampung.

Provinsi Aceh telah dialihkan menjadi tanggung jawab Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Provinsi Lampung dialihkan menggunakan Kartu Petani Berjaya (KPB) sehingga implementasi Kartu Tani HIMBARA menjadi 32 Provinsi dan pada tahun 2021 ditargetkan terimplementasi di 23 provinsi dari 32 provinsi atau sebanyak 70%.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan III Tahun 2021, Jumlah provinsi yang mengimplementasikan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi sebanyak 29 provinsi (90,63%) dari 32 provinsi) dari target sebanyak 23 provinsi (70% dari 32 provinsi) dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

(8)

IKU-2.1

2.1.Jumlah Provinsi yang telah

mengimplementasik an Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

% 70 90,63 90,63

(Memuaskan)

Narasi Capaian IKU

Pengukuran capaian IKU persentase jumlah provinsi yang mengimplementasikan kartu tani dalam penebusan pupuk bersubsidi sebanyak 29 provinsi. Berdasarkan Arahan Rapat Tim POKJA Pupuk Bersubsidi pada tanggal 30 September 2021 dalam percepatan implementasi kartu tani dengan kesepakatan yaitu perlu melihat alternatif aplikasi menggunakan mekanisme lain guna terwujudnya produktivitas dan kesejahteraan petani miskin, perlu pembahasan lebih lanjut terkait perbaikan data petani, pembatasan luas lahan, kriteria petani penerima, komoditas dan jenis pupuk dengan memperbaiki landasan kebijakannya dan skema distribusi belum maksimal sehingga perlu untuk diperbaiki.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW II

No Rencana Aksi TW III Status Keterangan

1 Rapat Koordinasi Perbaikan Tata Kelola Pupuk Bersubsidi Bersama K/L terkait

Terlaksana Telah dilakukan Rapat koordinasi dengan mengundang

Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian

Perdagangan, Kementerian BUMN, Himbara dan PIHC untuk membahas rekomendasi perbaikan tata kelola pupuk bersubsidi.

2 Focus Group Discussion (FGD) bersama Dewan Guru Besar IPB

Terlaksana Telah dilakukan FGD dengan Dewan Guru Besar IPB dan stakeholder terkait pembahasan perbaikan sistem dan tata kelola pupuk bersubsdi.

3 Rapat Koordinasi Penetapan Tujuan dan

Terlaksana Telah dilakukan Rapat koordinasi dengan K/L anggota Tim Pokja Pupuk

(9)

Target Pupuk Bersubsidi

Bersubsidi untuk membahas arah tujuan subsidi pupuk serta target berdasartkan petani, luas lahan, komoditas dan jenis pupuk.

4 Rapat Koordinasi Penyelesaian Transformasi Sibsidi Pupuk

Terlaksana Telah dilakukan Rapat koordinasi dengan Kementan, Kemenkeu, KSP dan Setkab untuk membahas rencana transformasi kebijakan subsidi pupuk yang dapat disepakati dengan pilot project di tahun 2021 dan 2022 dan selanjutnya kebijakan subsidi langsung dapat

dilaksanakan pada Tahun 2023.

5 FGD Penentuan Target Pupuk Bersubsidi

Terlaksana Telah dilakukan FGD Penentuan Target Pupuk Bersubsidi yang

diselenggarakan di Jakarta dengan mengundang K/L, dan stakeholder terkait.

6 Rapat Koordinasi Implementasi Kartu Tani dan Penggunaan Aplikasi Retail

Management System (RMS)

Terlaksana Telah dilakukan rapat koordinasi dengan Kementan, Himbara dan PIHC untuk

mengintegrasikan sistem t-Pubers, RMS dan Kartu Tani.

7 Rapat terkait revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian

Terlaksana Telah dilakukan rapat koordinasi membahas Revisi Permendag No.15 Tahun 2013 bersama Kementerian

Perdagangan,

kementerian Pertanian, Kementerian

Perindustrian, Kementerian BUMN, Pupuk Indonesia dan

(10)

Asosiasi.

8 FGD Mencari Solusi Kebijakan Pupuk Nasional yang Efektif dan Efisien

Terlaksana Telah dilakukan FGD dalam mencari solusi kebijakan pupuk nasional yang efektif dan efisien bersama stakeholder terkait.

9 Rapat Skema Pupuk, Kartu Tani dan Kebijakan Fiskal

Terlaksana Telah dilakukan rapat skema Pupuk, Kartu Tani dan Kebijakan Fiskal bersama Kementerian Keuangan, KSP dan Sekretariat Kabinet.

10 Rapat Evaluasi Implementasi Kartu Tani dan Persiapan Memasuki MT-1

Terlaksana Telah dilakukan rapat koordinasi terkait progres implementasi Kartu Tani dan kesiapan distribusi pupuk memasuki musim tanam I (MT-1) bersama Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian

Perdagangan, Himbara dan PIHC.

11 Rapat Dukungan Kemendagri terkait Sosialisasi Kartu Tani

Terlaksana Telah dilakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri terkait dukungan dalam sosialisasi kartu tani di daerah bersama stakeholder terkait.

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian jumlah Provinsi yang telah mengimplementasikan Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi Triwulan III Tahun 2021 adalah sebanyak 126% atau telah mencapai 90,63% (29 dari 32 Provinsi) melebihi dari target output tahun 2021 sebesar 70% (23 dari 32 Provinsi). Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

(11)

No Output Target Tahun 2021

Realisasi TW III

% Capaian

Output 1 Rekomendasi

Kebijakan jumlah Provinsi yang telah mengimplementasikan Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

70 % 90,63 % 126 %

1.2

Adapun 126% capaian ouput tersebut adalah jumlah Provinsi yang telah mengimplementasikan Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi tahun 2021.

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, capaian output telah melebihi target indikator kinerja yang direncakanan. Secara umum, capaian output terimplementasi di 29 provinsi dari 23 provinsi yang ditargetkan. Capaian secara kumulatif dapat melebihi target, namun secara substansi masih terdapat beberapa kendala dalam pencapaian targetnya.

Kendala-kendala secara substansi yang dihadapi adalah:

1. Jumlah pupuk bersubsidi yang diusulkan dalam eRDKK tidak sebanding kemampuan APBN, usulan pada eRDKK 2020 jumlah petani yang terdaftar adalah 16.6 juta dengan kebutuhan pupuk 23,2 juta ton dan anggaran 67,12 T sedangkan alokasi pupuk bersubsidi pada tahun 2021 adalah 9,04 juta ton dengan anggaran 25,2 T.

2. Progress Kartu Tani per tanggal 30 Agustus 2021 adalah tercetak Kartu Tani sebanyak 15.016.046 (100%), terdistribusi 8.728.818 (58,13%), dan dipakai transaksi dari tercetak 2.283.485 (15,21%).

3. Pendistribusian kartu tani terkendala karena pemberlakukan PPKM di beberapa daerah sehingga pendistribusian kartu yang seharusnya selesai pada bulan akhir Juni 2021 akan mundur hingga kondisi mulai kondusif.

4. Perbedaan sistem tanam pada lahan pasang surut dan rawa menyebabkan penyerapan pupuk bersubsidi masih rendah. Kartu tani kurang diminati petani sehingga perlu dicari penyelesaiannya.

5. Masih terdapat kartu tani belum terinjeksi alokasi pupuk bersusidi.

6. Petani belum menyerap pupuk bersubsidi di beberapa daerah karena kondisi lahan yang umumnya puncak musim tanam pada bulan Oktober-Desember.

3

Sasaran Kegiatan 3: Tersusunnya Kebijakan Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang Berkualitas

(12)

Pencapaian Sasaran Kegiatan 3: Tersusunnya Kebijakan Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang Berkualitas oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu:

1. Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang diterima Deputi

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

3.1. Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang

Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang diterima Deputi

Latar Belakang

Rekomendasi kebijakan prasarana dan sarana pangan dan agribisnis yang diterima Deputi adalah rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis untuk ditindak lanjuti dalam bentuk regulasi/deregulasi, policy brief pada Rakortas/Rakornis, dan arahan/disposisi Deputi.

Rekomendasi kebijakan tersebut diperlukan untuk memastikan rekomendasi kebijakan bidang prasarana dan sarana pangan dan agribisnis yang disampaikan kepada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis telah ditelaah dan dikaji secara mendalam serta dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga dan stakeholder terkait dan implementasi untuk penyelesaian isu strategis di bidang prasarana dan sarana.

Persentase rekomendasi kebijakan bidang prasarana dan sarana pangan dan agribisnis yang diterima Deputi dihitung dengan menggunakan formula jumlah rekomendasi kebijakan bidang prasarana dan sarana dari Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis untuk dilaksanakan/ditindaklanjuti dibagi dengan jumlah rekomendasi kebijakan bidang pangan yang diusulkan dikalikan 100%.

Rekomendasai kebijakan bidang prasaran dan sarana pangan dan agribisnis adalah yang terkait dengan menindaklanjutin arahan Presiden untuk mewujudkan 1 atau 2 Korporasi Petani dan Nelayan yang dapat dijadikan percontohan untuk direplikasi dan penyusunan payung hukum pengembangan korporasi petani dan nelayan. Dalam upaya optimalisasi pembiayaan sektor pertanian melalui pemanfaatan KUR dan sumber pembiayaan lainnnya perlu dirumuskan skema pembaiyaan yang mudah diakses petani dengan tingkat bunga yang rendah.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan III Tahun 2021, Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang diterima Deputi telah terealisasi sebesar 85% dari target Tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-3.1.

3.1.Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan

% 100 85 85%

(memuaskan)

(13)

Agribisnis yang diterima Deputi

Narasi Capaian IKU

Berdasarkan persentase realisasi rekomendasi kebijakan bidang prasarana dan sarana pangan dan agribisnis dari Asisten Deputi Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis sampai dengan triwulan III sebesar 85% dari 100% target tahun 2021 telah terlaksana. Realisasi rekomendasi tersebut berasal dari pelaksanaan rapat, monitoring, dan evaluasi yang disampaikan ke Deputi dalam bentuk Nota Dinas Laporan dan Rekomendasi.

Berdasarkan hasil capaian triwulan III tahun 2021, Asisten Deputi Pangan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis memperkirakan bahwa target persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang diterima Deputi tahun 2021 dapat terpenuhi.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW III

Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan III tahun 2021 adalah sebagai berikut:

No Rencana Aksi TW III Status Keterangan

1 Breakfast Meeting Food Estate Berbasis Korporasi Petani

Terlaksana Telah dilakukan Rapat Koordinasi Tingkat Eselon I dengan mengundang K/L teknis terkait di Jakarta dalam rangka integrasi dan sinergi dukungan lintas

Kementerian/Lembaga dan menghindari tumpang tindih program dan kegiatan.

2. Rapat Koordinasi Kolaborasi K/L untuk Mendukung Korporasi Petani

Terlaksana Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Tingkat Eselon 2 dengan K/L terkait dalam rangka sinergi program dan kegiatan untuk mendukung implementasi Major Project di 28 lokasi dengan 7 lokasi komoditas tanaman pangan, 7 lokasi komoditas hortikultura, 7 lokasi komoditas

(14)

perkebunan dan 7 lokasi komoditas peternakan.

3. Monitoring dan Evaluasi Perkembangan Implementasi Korporasi Petani di Ciamis, Demak, dan Indramayu dan Perkembangan Implementasi Korporasi Petani di Bogor dan Sukabumi kerjasama dengan Perguruan

Tinggi/Swasta

Terlaksana Telah dilaksanakan rapat koordinasi dan kunjungan lapangan ke lokasi rencana percontohan Korporasi Petani dan Nelayan (KPN)

4. Rapat Koordinasi Integrasi Anggaran Korporasi Petani dan Nelayan antar Kementerian dan Lembaga Terkait

Terlaksana Telah dilaksanakan rapat koordinasi terkait integrasi anggaran Kementerian dan Lembaga untuk mendukung

pengembangan pilot porject KPN percontohan TA. 2022

5. Rapat Koordinasi Penentuan Pilot Project Korporasi Petani dan Nelayan Percontohan

Terlaksana Telah dilaksanakan rapat koordinasi terkait penentuan Pilot Project Korporasi Petani dan Nelayan Percontohan untuk ditetapkan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Eselon 1

6 Rapat Koordinasi Teknis Optimalisasi Pembiayaan KUR Sektor Pertanian

Terlaksana Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Teknis Tingkat Eselon II dengan K/L terkait secara virtual zoom meeting dalam rangka identifikasi permasalahan dan solusi penyaluran KUR Sektor Pertanian dan sebagai bahan usulan perubahan Permenko No 8 Tahun 2019 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat

(15)

7 Rapat Koordinasi KUR untuk mendorong penyaluran Kredit Usaha Rakyat secara klaster di sektor Pertanian

Terlaksana Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Teknis Tingkat Eselon II dengan K/L terkait secara virtual zoom meeting dalam rangka mendorong penyaluran KUR skema klaster di sektor Pertanian 8 Rapat Koordinasi KUR

terkait Pendetailan data komoditas Pertanian dalam data realisasi KUR

terlaksana Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi dengan K/L terkait dalam rangka Optimalisasi Akses Data Penyaluran KUR Sektor Pertanian Berdasarkan Komoditas dan

Pemanfaatan 9 Kunjungan Lapangan

Pengembangan Food Estate (FE) di

Kalimatan Tengah dan Rencana

Pengembangan Food Estate (FE) di

Sumatera Selatan

Terlaksana Telah dilaksanakan rapat koordinasi dan kunjungan lapangan area kawasan pengembangan Food Estate di Kalimantan tengah (ex. PLG) yang direncanakan

pengembangan kawasan Food Estate di Sumatera Selatan untuk

mnedapatkan informasi kelembagaan pengelolaan Food Estate

10 Rapat Koordinasi dalam pengembangan nursery

Terlaksana Telah dilaksanakan rapat koordinasi terkait

pengembangan nursery

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis yang diterima Deputi sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 adalah sebanyak 85% dari target output IKU tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target

Tahun 2021

Realisasi TW III

% Capaian

Output

(16)

Adapun (satu) paket rekomendasi kebijakan tersebut adalah rekomendasi kebijakan terkait regulasi dan percepatan implementasi Korporasi Petani dan Nelayan dalam proses pembahasan di K/L dan sudah ada kesepahaman atas beberapa konsep KPN, persiapan penetapan pilot project KPN percontohan, integrasi anggaran antar K/L untuk mendukung pengembangan KPN TA. 2022, optimalisasi pembiayaan petani melalui penyusunan skema pembiayaan khususnya bahan usulan perubahan Permenko no. 8 Tahun 2019 tentang Pedomam Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian, dan pengembangan pembenihan pertanian, dan regulasi serta aplikasi food estate.

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Upaya mendorong terwujudnya 1 atau 2 Korporasi Petani dan Nelayan yang bisa disepakati sebagai percontohan untuk dapat direplikasi masih terkendala dengan belum terbitnya Perpres Korporasi Petani dan Nelayan.

2. Implementasi konsep Korporasi Petani dan Nelayan melalui keterlibatan petani on farm dan off farm masih sulit diwujudkan karena karakteristik sektor dan komoditas yang bervariasi.

3. Optimalisasi pembiayaan sektor pertanian melalui pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih terkendala dengan adanya persyaratan BI Checking/SLIK OJK dan persyaratan perbankan yang tidak dapat dipenuhi petani.

4. Benih tidak bersertifikat, pengawasan peredaran lemah, kurangnya pemahaman aturan perbenihan

5. Kondisi alam Kawasan Food Estate yang sulit untuk olah tanam sehingga diperlukan sinergitas K/L untuk berperan aktif mengatasi permasalahan tersebut sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1 Rekomendasi Kebijakan Bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis

1 paket rekomendasi

1 paket rekomendasi

85%

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi  Prasarana dan Sarana Pangan dan  Agribisnis  Triwulan III Tahun 2021

Referensi

Dokumen terkait

Realisasi output untuk pencapaian IKU Presentase rekomendasi kebijakan pengembangan industri yang diterima deputi sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 adalah sebanyak 2 rekomendasi

Hasil (Outcome) 01 Terpenuhinya Sarana dan Prasarana yang Mendukung Peningkatan Kinerja Kegiatan Teknis IKU Program 01 Persentase terpenuhinya sarana dan prasarana TIK yang memadai.

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah rekomendasi percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang

3. Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian output DAK Fisik Reguler bidang/subbidang yang sama sampai dengan Triwulan II untuk TA

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik sampai dengan Triwulan IV Tahun

Realisasi output untuk pencapaian IKU persentase rekomendasi kebijakan pengembangan agribisnis peternakan dan perikanan yang diterima Deputi sampai dengan Triwulan III Tahun

Realisasi output untuk pencapaian IKU persentase rekomendasi kebijakan pengembangan agribisnis peternakan dan perikanan yang diterima Deputi sampai dengan Triwulan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Tahun 2021 merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pencapaian sasaran program dan kegiatan