i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat self-efficacy yang dihubungkan dengan sumber-sumbernya, yaitu mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
Sampel penelitian ini adalah guru yang mengajar di SLB A Bandung, yaitu sebanyak 29 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra peneliti susun berdasarkan teori Bandura, yang terdiri dari 60 item. Pada penelitian ini digunakan ekspert untuk mengukur validitas, yaitu dengan content validity.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung terbagi dalam dua kategori, yaitu sebanyak 55,2% guru memiliki derajat self-efficacy tinggi, dan sebanyak 44,8% guru memiliki derajat self-efficacy rendah. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sumber-sumber informasi self-efficacy memiliki keterkaitan diantaranya adalah sumber mastery experience dan verbal persuasion.
iii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak………i
Kata Pengantar………ii
Daftar Isi……….iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………1
1.2Identifikasi Masalah………..9
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………..9
1.3.1 Maksud Penelitian………...9
1.3.2 Tujuan Penelitian……….9
1.3Kegunaan Penelitian...……….9
1.4.1 Kegunaan Ilmiah……….9
1.4.2 Kegunaan Praktis………...10
1.4Kerangka Pikir……….10
1.5Asumsi Penelitian………20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-efficacy………..21
2.1.1 Definisi Self-efficacy………...21
iv Universitas Kristen Maranatha
A. Matery Experiences………...24
B. Vicarious Experiences………...25
C. Social Persuasion………..26
D. Physiological and Affective States………27
E. Integration Sumber Informasi Self-efficacy………...28
2.1.3 Proses-Proses Aktivasi Self-efficacy………...28
A. Proses Kognitif………..29
B. Proses Motivasi………..29
C. Proses Afektif………31
D. Proses Seleksi……….32
2.1.4 Self-efficacy Pada Guru………..32
2.2 Pendidikan Anak Tuna netra………...34
A. Batasan………...34
B. Bagaimana Kita Melihat Sesuatu Objek……….37
C. Karekteristik atau Ciri-Ciri dan Anak Tuna netra……….38
D. Dampak Gangguan Penglihatan dan Aspek Perkembangan anak Tuna netra………40
E. Program Pendidikan………...43
F. Pertimbangan-Pertimbangan Khusus Dalam Pendidikan………44
G. KurikulumUntuk Siswa Tuna netra……….45
H. Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Oleh Guru………..47
v Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian………..49
3.2 Bagan Rancangan Penelitian………...50
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….50
3.3.1 Variabel Penelitian……….50
3.3.2 Definisi Operasional………..50
3.4 Alat Ukur………51
3.4.1 Alat Ukur Self-efficacy………...51
3.4.2 Data Penunjang………..54
3.4.3 Validitas Alat Ukur………54
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………..55
3.5.1 Populasi Sasaran……….55
3.5.2 Karekteristik Populasi……….55
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………...…55
3.6 Teknik Analisis Data………..…55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden………57
4.1.1 Jenis Kelamin………57
4.1.2 Usia………...58
4.1.3 Pendidikan Terakhir………..…58
4.1.4 Lama mangajar di SLB……….59
vi Universitas Kristen Maranatha
4.2.1 Derajat Self-efficacy………59
4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Aspek……..60
4.3 Pembahasan………..63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………70
5.2 Saran………..71
5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain………...71
5.2.2 Saran Guna Laksana……….71
DAFTAR PUSTAKA...72
Lampiran I. Alat Ukur Self-Efficacy
ASPEK INDIKATOR ITEM
Pilihan yang dibuat Pilihan yang dibuat dalam menjalankan kompetensi guru secara profesional
1. Saya yakin mampu dapat menentukan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Saya yakin mampu dapat memilih teknik penilaian yang sesuai dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.
3. Saya yakin mampu dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
4. Saya yakin mampu dapat memilih waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
5. Saya yakin mampu dapat memilih teknologi sebagai proses pembelajaran di kelas.
Pilihan yang dibuat dalam menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
6. Saya yakin mampu dapat memilih bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
8. Saya yakin mampu memilih untuk dapat membantu orangtua siswa melihat potensi yang dimiliki anak-anaknya yang bersekolah di SLB A. 9. Saya yakin mampu memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa
percaya diri.
10.Saya yakin mampu memilih cara membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat.
Pilihan yang dibuat dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
11.Saya yakin mampu meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran.
12.Saya yakin mampu memilih untuk menentukan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi. 13.Saya yakin mampu menemukan cara baru untuk melatih keterampilan
anak didik saya.
14.Saya yakin mampu akan datang tepat waktu untuk mengajar dikelas. 15. Saya yakin mampu dengan sabar membantu setiap siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
menjalankan kompetensi guru secara profesional
(seperti alat peraga untuk menghitung) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
17. Saya yakin mampu berusaha menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
18.Saya yakin mampu berusaha menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
19.Saya yakin mampu berusaha menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
20.Saya yakin mampu berusaha untuk dapat menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.
Usaha yang dikeluarkan dalam menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
21.Saya yakin mampu berusaha menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
22.Saya yakin mampu berusaha menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru dengan cara memberi referensi buku.
24.Saya yakin mampu berusaha memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua mereka.
25.Saya yakin mampu berusaha membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat melalui acara kegiatan sosial.
Usaha yang dikeluarkan dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
26.Saya yakin mampu berusaha menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan.
27.Saya yakin mampu berusaha menerapkan sanksi yang sudah saya tentukan bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
28.Saya yakin mampu berusaha menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan anak didik saya..
29. Saya yakin mampu berusaha untuk datang tepat waktu untuk mengajar di kelas.
ajar sesuai dengan kemampuan dan kemauan mereka tanpa paksaan. Ketahanan dalam
menghadapi rintangan dan kegagalan
Ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan dalam menjalankan kompetensi guru secara profesional
31.Saya yakin mampu bertahan untuk mempraktekan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun para siswa tersebut kurang dapat menyerap materinya.
32.Saya yakin mampu bertahan menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun tidak ada perubahan ketika dievaluasi.
33.Saya yakin mampu bertahan menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun para siswa tersebut kurang dapat menangkap materi yang saya berikan.
34.Saya akan mampu bertahan menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar, walaupun para siswa sudah bosan untuk belajar. 35.Saya yakin mampu bertahan menggunakan teknologi seperti internet
walaupun mengalami kesulitan mempelajarinya. Ketahanan dalam menghadapi
rintangan dan kegagalan dalam
menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
yang kurang mengerti apa yang saya maksud.
37.Saya yakin akan tetap bertahan untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru, walaupun mengalami konflik dengan guru lainnya.
38.Saya yakin saya bertahan untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A, walaupun ada orangtua yang kurang peduli pada anaknya.
39. Saya yakin mampu bertahan untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
Ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
41.Saya yakin mampu bertahan menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
42.Saya yakin mampu bertahan menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi, walaupun para siswanya memohon agar tidak dihukum.
43.Saya yakin akan bertahan menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan para siswa walaupun banyak kesulitan yang dihadapi.
44.Saya yakin akan tetap datang tepat waktu walaupun banyak siswa yang datang terlambat.
45.Saya yakin akan dengan sabar membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, walaupun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan.
yang dialami. dialami dalam menjalankan kompetensi guru secara profesional
pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa di dalam kelas.
47.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
48.Saya yakin akan merasa bangga jika materi pembelajaran yang saya berikan dapat diterima oleh para siswa.
49.Saya yakin akan merasa puas apabila dalam mengajar menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
50.Saya yakin akan merasa bangga jika saya menggunakan teknologi sebagai proses pembelajaran di kelas.
Penghayatan perasaan yang dialami dalam menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
51.Saya yakin merasa tertantang untuk menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
52.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru.
SLB A.
54.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua.
55.Saya yakin akan merasa bersemangat membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat.
Penghayatan perasaan yang dialami dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
56.Saya yakin akan merasa senang untuk menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan .
57.Saya yakin akan merasa puas jika dapat menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
58.Saya yakin akan merasa senang jika dapat menerapkan cara baru yang saya temukan dapat melatih keterampilan para siswa.
Lampiran II. Kuesioner Data Penunjang dan Self-efficacy
KUESIONER SELF-EFFICACY Nama/inisial :
Usia :
Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Lama mengajar di SLB:
Pada kuesioner ini terdapat 60 item yang berupa kalimat pernyataan yang berhubungan dengan kegiatan mengajar. Saudara dimohon kesidaannya untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara, yaitu dengan memberi tanda checklist (V) pada kolom yang sesuai dengan jawaban yang Saudara pilih. Berikut penjelasan jawaban:
- Sangat sesuai
- Sesuai
- Tidak sesuai
- Sangat tidak sesuai
Diharapkan agar Saudara mengisi kuesioner ini dengan jujur, karena jawaban Saudara sangat berpengaruh dalam penelitian ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih atas kesediannya mengisi kuesioner ini.
Kuesioner Data Penunjang. 1. Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan?
a. Sering sekali b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
2. Pengalaman keberhasilan selama mengajar di SLB? a. Hasil ujian yang bagus
b. Mendapat penghargaan karena menjadi teladan bagi para siswanya
c. ………..
3. Keberhasilan yang saudara alami membuat saudara…
a. Lebih giat lagi dalam mengajar agar dapat mempertahankan/meningkatkan keberhasilan
b. Santai saja karena setiap mengajar selalu berhasil
c. ……….………
…
4. Apakah saudara pernah mengalami kegagalan? a. Sering sekali
b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
5. pengalaman kegagalan selama mengajar di SLB?
a. Ada siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan b. Banyak siswa yang mengalami kegagalan ketika ujian
c. ………..
6. Kegagalan yang saudara alami membuat saudara…
a. Semakin giat berusaha agar kemudian hari tidak gagal lagi
b. Merasa terhambat karena………
c. ………
b. Rekan kerja c. Orang tua
d. ………
…
8. Apakah keberhasilan rekan kerja dapat mempengaruhi usaha saudara dalam mengajar?
a. Ya b. Tidak
9. Apa akibatnya bagi saudara?
a. Meningkatkan motivasi dalam mengajar agar lebih baik lagi b. Ingin lebih berusaha agar dapat mengungguli mereka
c. ………
…
10.Apakah kegagalan rekan kerja dapat mempengaruhi usaha saudara dalam mengajar?
a. Ya b. Tidak
11.Apa akibatnya bagi saudara?
a. Menurunkan motivasi untuk mengajar b. Meningkatkan motivasi untuk mengajar
c. ………
…
12.Siapakah yang biasanya memberi feed back atas usaha saudara selama ini? a. Orang tua
b. Teman c. Rekan kerja
d. ………
…
13.Seberapa sering saudara menerima pujian terhadap pekerjaan yang saudara lakukan?
b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
14.Seberapa sering saudara menerima kritikan terhadap pekerjaan yang saudara lakukan?
a. Sering sekali b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
15.Apa dampak feed back tersebut bagi saudara? a. Menurunkan semangat
b. Membangkitkan semangat
c. ………
16.Apakah kondisi fisik mempengaruhi proses mengajar saudara? a. Ya
b. Tidak
17.Seberapa sering kondisi fisik mempengaruhi proses mengajar saudara? a. Sering sekali
b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
18.Apakah suasana hati mempengaruhi proses mengajar saudara? a. Ya
b. Tidak
19.Seberapa sering pengaruh suasana hati mempengaruhi proses mengajar saudara?
a. Sering sekali b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
a. Menurunkan semangat b. Membangkitkan semangat
c. ………
…
Kuesioner Self-efficacy. Di halaman ini tersedia beberapa pernyataan.
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya yakin mampu menentukan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2 Saya yakin mampu berusaha mempraktekan media pembelajaran (seperti alat peraga untuk menghitung) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3 Saya yakin mampu berupaya terus-menerus untuk mempraktekkan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun para siswa tersebut kurang dapat menyerap materinya.
4 Saya yakin akan bersemangat untuk mempraktekan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) di kelas walaupun banyak siswa yang kurang mengerti mengenai materi tersebut.
5 Saya yakin mampu memilih teknik penilaian yang sesuai untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
6 Saya yakin mampu berusaha menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
kurang memuaskan.
8 Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun mengalami berbagai hambatan.
9 Saya yakin mampu memilih materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
10 Saya yakin mampu berusaha menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 11 Saya yakin dapat mencari metode yang tepat agar para
siswa dapat mengert materi yang saya berikan, walaupun pada prakteknya banyak siswa tersebut kurang dapat menangkap materi yang saya berikan. 12 Saya yakin akan merasa bangga jika materi
pembelajaran yang saya berikan dapat diterima oleh para siswa.
13 Saya yakin mampu memilih waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
14 Saya yakin mampu berusaha menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
15 Saya akan berupaya mencari variasi metode dalam mengajar, walaupun para siswa sudah bosan ketika proses belajar-mengajar.
16 Saya yakin akan merasa puas apabila dalam mengajar menggunakan waktu secara efektif dan efisien, meskipun banyak hambatan selama proses mengajar. 17 Saya yakin mampu memilih teknologi sebagai proses
pembelajaran di kelas.
18 Saya yakin mampu berusaha untuk dapat menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.
internet walaupun mengalami kesulitan mempelajarinya.
20 Saya yakin akan merasa bangga jika saya dapat menggunakan teknologi sebagai proses pembelajaran di kelas.
21 Saya yakin mampu memilih bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
22 Saya yakin mampu berusaha menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
23 Jika para siswa kurang mengerti mengenai materi yang saya ajarkan, saya yakin akan dapat menyampaikan materi dengan bahasa yang komunikatif.
24 Saya akan merasa stress jika berinteraksi dengan siswa yang memiliki cacat ganda di kelas, namun saya yakin akan merasa tertantang agar dapat berkomunikasi secara komunikatif.
25 Saya yakin mampu memilih cara untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru. 26 Saya yakin mampu berusaha menularkan semangat saya
dalam mengajar kepada sesama guru dengan cara memberi referensi buku.
27 Saya yakin berupaya terus-menerus untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru, walaupun mengalami konflik dengan guru lainnya. 28 Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menularkan
semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
SLB A.
30 Saya yakin mampu berusaha untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A.
31 Saya yakin akan terus-menerus untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A, walaupun ada orangtua yang kurang peduli pada anaknya.
32 Saya yakin akan merasa bersemangat untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A.
33 Saya yakin mampu memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri.
34 Saya yakin mampu berusaha memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua mereka.
35 Saya yakin akan terus-menerus untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua, walaupun masih ada siswa yang masih kurang percaya diri.
36 Walaupun usaha saya untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri kurang dipedulikan oleh orangtua siswa, saya yakin akan bersemangat mencari cara lain untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.
37 Saya yakin mampu menentukan cara membantu siswa agar dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.
kegiatan sosial.
39 Saya yakin tetap akan mengikuti banyak kegiatan sosial walaupun pandangan masyarakat kurang respek terhadap orang berkebutuhan khusus.
40 Saya yakin akan merasa bersemangat membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat.
41 Saya yakin mampu meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran. 42 Saya yakin mampu berusaha menjalankan jadwal
mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan.
43 Saya yakin akan tetap menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
44 Saya yakin akan merasa senang untuk menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan.
45 Saya yakin mampu menentukan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
46 Saya yakin mampu berusaha menerapkan sanksi yang sudah saya tentukan bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
dihukum.
48 Saya yakin akan merasa tertantang jika harus menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran di kelas.
49 Saya yakin mampu menemukan cara baru untuk melatih keterampilan anak didik saya.
50 Saya yakin mampu berusaha menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan anak didik saya.
51 Saya yakin akan tetap menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan para siswa walaupun banyak kesulitan yang dihadapi.
52 Saya yakin akan merasa senang jika dapat menerapkan cara baru yang saya temukan dapat melatih keterampilan para siswa, meskipun banyak mengalami hambatan dalam pengaplikasiannya.
53 Saya yakin mampu datang tepat waktu untuk mengajar dikelas.
54 Saya yakin mampu berusaha untuk datang tepat waktu untuk mengajar di kelas.
55 Saya yakin akan tetap datang tepat waktu walaupun banyak siswa yang datang terlambat.
56 Saya yakin merasa bersemangat untuk datang tepat waktu untuk mengajar dikelas, meskipun banyak siswa yang terlambat.
57 Saya yakin mampu dengan sabar membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
59 Saya yakin akan dengan sabar membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, walaupun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan.
Lampiran III A. Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang
Tabel 3.1 Hasil tabulasi silang antara frekuensi keberhasilan dengan derajat
self-efficacy
a. Sering sekali Jumlah Persentase
b. Cukup sering Jumlah Persentase
d. Tidak pernah Jumlah Persentase
Tabel 3.2 Hasil tabulasi silang antara pengalaman keberhasilan dengan derajat
self-efficacy
b. Mendapat penghargaan karena sudah menjadi teladan bagi para
Tabel 3.3 Hasil tabulasi silang antara dampak keberhasilan dengan derajat self-agar dapat mempertahankan/ meningkatkan keberhasilan keberhasilan karena sering berhasil
Tabel 3.4 Hasil tabulasi silang antara frekuensi kegagalan dengan derajat
self-efficacy
b. Cukup sering Jumlah Persentase
Tabel 3.5 Hasil tabulasi silang antara pengalaman kegagalan dengan derajat self-memahami materi yang diajarkan
Jumlah
b. Banyaknya siswa yang mengalami kegagalan ketika ujian
Jumlah
d. Lain-lain Jumlah Persentase
Tabel 3.6 Hasil tabulasi silang antara dampak kegagalan dengan derajat
self-efficacy kemudian hari tidak gagal lagi
Jumlah
b. Merasa terhambat Jumlah Persentase
Tabel 3.7 Hasil tabulasi silang antara figure signifikan dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy
Total T R
Figur signifikan a. Teman Jumlah Persentase
e. Semua pihak yang terkait Jumlah Persentase
Tabel 3.9 Hasil tabulasi silang antar dampak keberhasilan figur signifikan dengan
a. Meningkatkan motivasi dalam mengajar agar lebih baik lagi
Jumlah
c. Lain-lain Jumlah Persentase
Tabel 3.11 Hasil tabulasi silang antara dampak kegagalan figur signifikan dengan
a. Menurunkan motivasi untuk mengajar
b. Meningkatkan motivasi untuk mengajar
c. Mencari solusi lain Jumlah Persentase
d. Mengambil pengalaman agar tidak salah langkah
Tabel 3.12 Hasil tabulasi silang antara pemberi feedback dengan derajat
self-efficacy tua, teman, dan rekan kerja)
Tabel 3.13 Hasil tabulasi silang antara frekuensi dapat pujian dengan derajat
self-a. Sering sekali Jumlah Persentase
b. Cukup sering Jumlah Persentase
d. Tidak pernah Jumlah Persentase
Tabel 3.14 Hasil tabulasi silang antara frekuensi dapat kritikan dengan derajat
self-efficacy
a. Sering sekali Jumlah Persentase
b. Cukup sering Jumlah Persentase
Tabel 3.15 Hasil tabulasi silang antara dampak feedback dengan derajat
self-a. Menurunkan semangat Jumlah Persentase
b. Membangkitkan semangat Jumlah Persentase
c. Kedua-duanya Jumlah Persentase
Tabel 3.16 Hasil tabulasi silang antara pengaruh kondisi fisik dengan derajat
Tabel 3.17 Hasil tabulasi silang antara frekuensi pengaruh kondisi fisik dengan derajat
self-a. Sering sekali Jumlah Persentase
b. Cukup sering Jumlah Persentase
d. Tidak pernah Jumlah Persentase
Tabel 3.18 Hasil tabulasi silang antara pengaruh suasana hati dengan derajat
Tabel 3.19 Hasil tabulasi silang antara frekuensi pengaruh suasana hati dengan
b. Cukup sering Jumlah Persentase
d. Tidak pernah Jumlah Persentase
Tabel 3.20 Hasil tabulasi silang antara dampak pengaruh suasana hati dengan derajat self-efficacy
a. Menurunkan semangat Jumlah Persentase
b. Membangkitkan semangat Jumlah Persentase
d. Tergantung mood Jumlah Persentase
No pilihan yang dibuat ∑ =
kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetensi guru secara personal
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
1 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 51
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 47
3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 54
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 55
5 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 53
6 3 3 3 3 3 3 2 6 3 3 2 3 3 2 3 45
7 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 53
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 50
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
13 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 48
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 44
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
16 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 54
17 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 58
18 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 47
19 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 49
20 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46
21 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 52
22 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 50
23 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 46
24 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 49
25 4 3 4 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 44
26 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 43
27 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 43
28 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 54
No usaha yang dikeluarkan ∑ = kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetensi guru secara personal
2 6 10 14 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58
1 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 49
2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 49
3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 53
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 58
5 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 51
6 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 41
7 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 50
8 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 52
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
13 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 50
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 44
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
16 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 50
17 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
18 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 47
19 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 48
20 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 56
21 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 55
22 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 48
23 3 3 3 3 1 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 49
24 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 52
25 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 45
26 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 42
27 3 3 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 41
28 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 54
No ketahanan menghadapi rintangan dan kegagalan ∑ = kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetesi guru secara personal
3 7 11 15 19 23 27 31 35 39 43 47 51 55 59
No penghayatan perasaan ∑ = kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetensi guru secara personal
4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60
No Usia J.K Pnddkn Lama Jumlah Total Kategori
Pilihan Usaha Ketahanan Penghayatan Skor
1 49 P S1 24 51 49 43 48 191 R
2 39 P D2 15 47 49 46 49 191 R
3 53 L D2 29 54 53 52 49 208 T
4 53 P S1 28 55 58 45 47 205 T
5 47 P S1 24 53 51 53 51 208 T
6 29 P S1 4 45 41 41 43 170 R
7 29 L S1 2 53 50 53 49 205 T
8 56 P S1 28 50 52 52 54 208 T
9 42 L S1 15 60 60 53 57 230 T
10 31 P S1 5 60 60 60 60 240 T
11 32 P S1 6 60 60 60 60 240 T
12 30 P S1 4 45 45 44 45 179 R
13 55 L S1 27 48 50 46 49 193 T
14 52 L S1 29 44 44 45 44 177 R
15 57 P S1 20 45 45 43 43 176 R
16 35 L S1 7 54 50 51 51 206 T
17 40 L S1 8 58 57 59 60 234 T
18 55 L S1 28 47 47 45 46 185 R KET:
19 39 P S1 2 49 48 49 49 195 T median: 192
20 37 P S1 7 46 56 44 46 192 R T: TINGGI
21 60 L S1 28 52 55 51 55 213 T R: RENDAH
22 28 P S1 3 50 48 40 44 182 R
23 41 P S1 14 46 49 47 47 189 R
24 52 P S1 28 49 52 48 51 200 T
25 26 P S1 1 44 45 39 39 167 R
26 44 P S1 11 43 42 42 43 170 R
27 50 P S1 15 43 41 39 41 164 R
28 48 L S1 24 54 54 52 56 216 T
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan nasional tersebut berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya bagi warga negara Indonesia yang memiliki kondisi normal tetapi juga berlaku untuk warga negara Indonesia yang memiliki kebutuhan khusus seperti yang berkelainan secara fisik, dalam hal ini warga negara penyandang tuna netra. Dalam upaya mencapai tujuan nasional tersebut, pemerintah melalui departemen pendidikan telah melaksanakan program pendidikan yang menunjang bagi penyandang tuna netra (http://agustiyawati.blogspot.com).
2
Universitas Kristen Maranatha
Data Sensus Nasional tahun 2003 menyebutkan bahwa jumlah penyandang cacat tuna netra sebanyak 3.170.160 orang dan 21,42% diantaranya adalah penyandang cacat usia sekolah 5-18 tahun. Saat itu jumlah siswa sekolah luar biasa mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga SMA Luar Biasa sebanyak 66.610 siswa. Jumlah siswa luar biasa terbanyak pada tingkat sekolah dasar sebanyak 44.849 siswa, TK LB sebanyak 8.011 siswa, SMP LB sebanyak 9.359 siswa, dan SMA LB sebanyak 2.627 siswa dan jumlah Sekolah Luar Biasa sebanyak 1.119. Jumlah sekolah luar biasa tersebut masih belum sebanding dengan jumlah penyandang tuna netra yang membutuhkan sarana pendidikan. Selain keterbatasan jumlah sekolah yang melayani penyandang cacat, kendala lain adalah ketersediaan guru SLB yang berminat menjadi tenaga pengajar karena siswa yang dihadapi istimewa dan terutama dibutuhkan keahlian khusus dari guru (http://mandikdasmen.apatisi3.org).
3
Universitas Kristen Maranatha
anak-anak berkebutuhan khusus di Jawa Barat (SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor : 421.9/ 6843. SK- PLB/ 2005, tanggal 26-09-2005).
SLB A Bandung memiliki visi yaitu mewujudkan anak berkebutuhan khusus yang terampil, kreatif, cerdas dan mandiri, melalui manajeman pendidikan khusus dan layanan pendidikan khusus yang terbuka dan berkualitas pada tahun 2012. Sedangkan misinya adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi anak berkebutuhsn khusus (khususnya anak tuna netra), membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak melalui proses pendidikan yang bermutu, meningkatan akuntabilitas sekolah sebagai lembaga pendidikan dan sebagai pusat pembudayaan (ilmu pengetahuan, pengalaman dan sikap), meningkatkan profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidikan, meningkatankan sarana dan prasana pendidikan guna menunjang proses pembelajaran melalui layanan pendidikan yang bermutu.
4
Universitas Kristen Maranatha
Dalam penyelangaraan pendidikan luar biasa dibutuhkan guru yang mampu membimbing anak-anak luar biasa untuk dapat mendekati derajat kemampuan anak normal. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan itu perlu dikembangkannya sistem pendidikan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi sendiri yang berbeda dengan guru pada umumnya, diantaranya adalah kompetensi professional, kompetensi personal, dan kompetensi kemasyarakatan. Setiap guru bertanggungjawab bagi terbinanya lingkungan yang mendorong anak ke arah tercapainya perkembangan secara optimal. Sedangkan komponen lingkungan yang harus diperhatikan oleh guru ialah kurikulum, metodologi atau sistem penyajian bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, keterampilan menggunakan alat peraga secara sederhana, mampu menggunakan alat bantu seperti huruf Braille, mengenal atau memahami benar ciri-ciri anak luar biasa yang menjadi anak didiknya. Selain itu juga strategi pembelajaran bagi anak tuna netra memerlukan modifikasi, sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima atau ditangkap oleh anak tuna netra melalui indera-indera yang masih berfungsi (Moh. Amin dan Andreas Dwijosumarto, 1979).
5
Universitas Kristen Maranatha
sertifikat sebagai guru. Untuk membekali guru yang bukan merupakan lulusan jurusan pendidikan luar biasa, SLB A Bandung melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru tersebut melalui berbagai pelatihan, salah satunya pelatihan penguasaan huruf Braille. Semua guru awas tersebut, akan mengajar di semua bagian diantaranya adalah SD, SMP, dan SMA.
Dalam proses belajar – mengajar salah satu metode yang digunakan guru awas adalah menggunakan alat peraga seperti membuat bentuk bangun pada mata pelajaran matematika. Hal ini dilakukan agar siswanya dapat membayangkan materi yang dimaksudkan oleh guru-gurunya. Walaupun demikian masih banyak siswa yang kurang mampu menangkap materi misalnya ketika guru menjelaskan mengenai mata pelajaran matematika yang berhubungan dengan materi geometris, kebanyakan siswa mengalami kesulitan ketika harus membayangkan bentuk bangun dan harus mengaplikasikannya terhadap soal. Selain itu juga salah satu guru awas menyatakan bahwa adanya siswa yang kurang menangkap materi pelajaran IPA terutama mengenai materi yang berhubungan dengan darah, karena tidak adanya alat peraga yang memadai untuk menjelaskan bentuk darah, sehingga ada siswa yang mempraktikannya dengan cara melukai jarinya sendiri supaya memahami bentuk darah.
6
Universitas Kristen Maranatha
sulit untuk didekati, dan susah diatur sehingga dibutuhkan metode yang tepat baik secara teori maupun praktik dalam menyampaikan materi.
Menurut kepala sekolah kurikulum yang diberlakukan dari Sekolah Luar Biasa sesuai dengan standar nasional yaitu sekolah umum lainnya. Oleh karena itu, selain dibutuhkan kemampuan mengajar, para guru awas juga harus yakin bahwa materi pelajaran yang disampaikan bukan hanya dapat dipahami tetapi juga dapat dimengerti oleh setiap siswanya. Keberhasilan dalam mengajar menjadi tolok ukur guru. Guru awas dengan self-efficacy tinggi juga termotivasi untuk membuktikan waktu mereka dalam mendalami akademik, membagikan lebih banyak waktu mereka untuk siswa yang memiliki hambatan belajar. Sedangkan guru awas yang self-efficacy rendah akan menganggap setiap kesulitan yang dihadapi sebagai suatu rintangan, mereka akan mengajar dengan metode seadanya, tidak mempedulikan perkembangan siswa, akan menghabiskan waktu pada kegitan nonakademik, dan cepat menyerah pada siswa yang memiliki hambatan belajar. Melihat uraian di atas, guru awas mengalami banyak tantangan. Oleh karena itu guru awas membutuhkan keyakinan diri dalam mengajar.
7
Universitas Kristen Maranatha
lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat bertahan saat dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam mengajar, serta bagaimana penghayatan perasaaan selama mengajar siswa tuna netra.
Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan kepada 7 guru awas, terdapat 3 guru awas mengatakan bahwa dirinya yakin mampu mengajar siswa tuna netra walaupun mereka dihadapkan pada kesulitan karena adanya tuntutan kurikulum yang tinggi, adanya siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda, susah diatur, dan adanya anak tuna netra yang menyandang autistik atau yang menyandang tuna rungu. Agar dapat mengajar siswa tuna netra dengan optimal, mereka yakin mampu menentukan sendiri metode yang digunakan dan pendekatan terhadap para siswanya. Para guru awas juga berusaha untuk membuat alat peraga seperti bentuk bangun dalam pelajaran matematika, berdiskusi dengan guru lain, membuat layanan khusus bagi para siswanya. Ketika para guru mengalami kesulitan, mereka tetap bertahan untuk mengajar siswa tuna netra. Dalam keadaan lelah, mereka akan tetap semangat dalam mengajar siswa tuna netra. Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan menentukan langkah dan cara yang tepat untuk dilakukan dalam mencapai tujuannya serta akan tetap bertahan dan berusaha mempertahankannya. Demikian juga mereka menganggap setiap hambatan dan kesulitan yang dihadapinya sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan.
8
Universitas Kristen Maranatha
lulusan dari pendidikan luar biasa, terkadang mereka merasa ragu apakah mereka dapat menyelesaikan kesulitan yang mereka hadapi. Dalam mengajar, guru awas memilih menggunakan metode seadanya, dan jarang memberikan tugas. Para guru awas juga tidak berusaha untuk membuat metode yang baru untuk mengajar dan kurang dapat melakukan pendekatan kepada para siswanya. Pada saat para guru awas berhadapan dengan siswa yang cacat ganda, mereka akan mudah menyerah dan berhenti untuk mengajar. Tidak jarang pula mereka merasa lelah dan bosan, sehingga pada akhirnya mereka tidak mengajar.
Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki Self-efficacy rendah akan merasa kurang yakin dalam menentukan pilihan langkah atau cara yang tepat untuk dilakukan dalam mencapai tujuan dan kurang dapat bertahan lama dalam melakukan usaha dan akan lebih mudah untuk menyerah serta cenderung mempunyai penghayatan negatif terhadap setiap hambatan dan tuntutan yang dihadapinya. Dalam hal ini, guru awas yang mengajar siswa tuna netra menganggap kesulitan yang dihadapinya sebagai hambatan untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan hasil yang dikemukakan mengenai keyakinan diri (self-
efficacy) terhadap tujuh orang guru yang mengajar siswa tuna netra di atas,
9
Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self-efficacy berdasarkan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan bertahan, dan penghayatan perasaan pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah
1. Memberi masukan bagi bidang ilmu psikologi pendidikan mengenai
Self-efficacy guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
10
Universitas Kristen Maranatha
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada kepala sekolah SLB A Bandung mengenai
self-efficacy yang dimiliki para guru awas, dan sumber-sumbernya agar
kepala sekolah dapat membantu meningkatkan keyakinan guru terhadap kemampuannya dalam mengajar siswa tuna netra.
2. Memberikan informasi bagi guru pengajar, khususnya guru awas mengenai derajat self-efficacy agar para guru awas dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya dalam mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.5 Kerangka Pikir
Sekolah Luar Biasa A merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu anak tuna netra agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Melalui program bimbingan pengajaran, dan latihan, anak tuna netra dapat berkembang ke arah positif dan dapat mencapai tingkat kemampuan yang optimal sehingga mendekati derajat kemampuan anak normal pada umumnya.
11
Universitas Kristen Maranatha
SLB A Bandung adalah guru awas (guru yang bukan penyandang tuna netra). Adapun cara untuk memenuhi tuntutan itu perlu dikembangkannya sistem pendidikan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi sendiri yang berbeda dengan guru pada umumnya diataranya adalah kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani (Wina Sanjaya,2005).
Dalam hal pengajaran para guru awas akan dihadapkan oleh tuntutan yang beragam dikarenakan pengajaran harus dilakukan secara intensif, membutuhkan penangan yang lebih telaten dibandingkan dengan pengajaran pada siswa yang tidak memiliki kebutuhan khusus, dan dibutuhkan pendekatan secara khusus pada siswa-siswa yang memiliki kebutuhan khusus tersebut. Untuk dapat menghadapi berbagai macam tantangan dalam mengajar, para guru tidak hanya mengandalkan kemampuan dan keterampilan, namun juga perlu memiliki keyakinan diri dalam mengajar siswa tuna netra.
Keyakinan akan kemampuan diri dikenal dengan istilah self-efficacy.
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam
12
Universitas Kristen Maranatha
kemampuan yang mereka miliki kemudian mencoba melakukan suatu tindakan. Penghayatan guru awas mengenai self-efficacy dirinya merupakan salah satu faktor yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan (Bandura, 2002).
Self-efficacy pada guru awas bersumber dari empat hal, yang pertama
adalah mastery experience merupakan hasil dari pengalaman pribadi guru awas dalam bertindak menghadapi suatu hal, baik yang merupakan keberhasilan ataupun kegagalan yang dialaminya. Pengalaman keberhasilan di masa lalu dapat membangun self-efficacy guru awas bahwa dia akan mampu berhasil dalam mengajar. Misalnya, pengalaman keberhasilan guru awas dalam mengajar siswa tuna netra di SLB A yang berhasil mendapat beasiswa di salah satu universitas negeri. Sedangkan kegagalan yang pernah dialami guru awas pada masa lalu dapat menurukan self-efficacy dalam diri guru awas, seperti banyaknya siswa yang mengalami kegagalan saat menghadapi UAN.
13
Universitas Kristen Maranatha
mengerahkan usaha dan bekerja terus menerus maka guru awas yang mengamati tersebut akan menjadi ragu dalam menghadapi proses mengajar serta yang dibayangkan oleh guru awas yang mengamati adalah kegagalan.
Sumber yang ketiga adalah verbal persusasion, yang berkaitan dengan pengalaman guru awas yang dipersuasi atau dukungan positif bahwa mereka mempunyai atau tidak mempunyai hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil yang kemudian dapat membentuk suatu keyakinan diri. Guru awas yang pernah mendapat pujian atau penghargaan dari lingkungan seperti kepala sekolah atau sesama guru bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mendapat mengajar secara optimal, maka mereka akan cenderung mengerahkan usaha yang lebih besar dan mempertahankannya (self-efficacy tinggi). Sedangkan guru awas yang dikritik bahwa mereka tidak mampu mengajar secara optimal, akan menghindari tugas yang menantang sebagai guru awas, mudah menyerah dan tidak yakin pada kemampuannya (self-efficacy rendah).
14
Universitas Kristen Maranatha
kemampuan dirinya akan melihat kegagalan sebagai hal yang menghambat usahanya untuk mengajar siswa tuna netra.
Keseluruhan sumber self-efficacy tersebut akan berfungsi secara efektif jika guru awas mampu menyeleksi, mengintegrasi, dan menginterpretasikan sumber tersebut sebagai sesuatu yang dapat memperkuat dan mengembangkan keyakinan diri mereka dalam mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan ketika mengajar siswa tuna netra. Keempat sumber self-efficacy tersebut adalah kumpulan informasi bagi guru awas yang kemudian akan diolah secara kognitif dalam pembentukan self-efficacy.
Setelah diolah secara kognitif, self-efficacy dari guru awas akan diaktivasi melalui empat proses self-efficacy yaitu proses kognitif, proses motivasional, proses afektif, dan proses seleksi. Melalui proses kognitif, guru awas akan membayangkan sebuah scenario untuk masa yang akan datang dari sumber-sumber yang dimiliki. Mereka yang membayangkan keberhasilan akan mendukung guru awas dalam menghadapi tuntutan terutama ketika dihadapkan pada kurikulum yang tinggi dan keanekaragaman siswa seperti adanya siswa yang mengalami cacat ganda, yang kemudian dapat meningkatkan keyakinan guru dalam mengajar. Sebaliknya mereka yang membayangkan kegagalan maka akan menurunkan efficacy guru awas.
15
Universitas Kristen Maranatha
bagaimana mengubah suatu kegagalan menjadi keberhasilan. Guru awas yang memiliki self-efficacy tinggi akan mengerahkan usaha lebih besar ketika mengalami kegagalan. Sebaliknya, guru awas yang memiliki self-efficacy rendah menunjukkan ketidakkonsistenan terhadap usaha yang dikerahkan dan tidak menjadikan kesulitan sebagai motivator melainkan sebagai hambatan yang melemahkan Self-efficacy.
Proses berikutnya adalah proses afektif. Melalui proses afektif, pengalaman guru mempengaruhi penghayatan keberhasilan atau kegagalan dalam menghadapi setiap proses belajar mengajar yang dirasakan guru awas. Guru awas yang menunjukkan self-efficacy yang tinggi merasa yakin dapat mengendalikan kesulitan dalam proses belajar mengajar sehingga mereka tidak mengalami perasaan cemas yang berarti dan tidak menghayati kesulitan sebagai suatu yang mengancam. Sebaliknya, guru awas yang menunjukkan self-efficacy yang rendah akan menghayati rasa cemas sebagai hambatan sehingga merasa tidak yakin dengan tindakan mereka.
16
Universitas Kristen Maranatha
metode yang tepat untuk mengajar siswa tuna netra, serta mampu mengerahkan usaha untuk mencapai tujuan. Sedangkan guru awas yang memiliki self-efficacy rendah kurang mampu mimilih cara mengajar dan menentukan metode yang tepat ketika mengajar siswa tuna netra.
Keempat proses di atas berinteraksi satu sama lain untuk mengaktivasi
self-efficacy guru awas. Proses aktivasi tersebut mempengaruhi derajat
Self-efficacy guru awas dalam menentukan serangkaian tingkahlaku ketika mengajar
siswa tuna netra yang dapat dilihat dalam pilihan yang dibuat; usaha yang dikeluarkan; berapa lama guru bertahan saat dihadapkan pada rintangan dan kesulitan; penghayatan perasaan yang dimiliki para guru ketika mengajar siswa tuna netra.
17
Universitas Kristen Maranatha
Jika para guru awas telah menentukan strategi mengajar, mereka yakin mampu mengerahkan usaha untuk dapat melaksanakannya. Para guru awas dengan derajat self-efficacy tinggi akan berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat mengajar siswa tuna netra. Mereka juga akan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan temannya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengajar, agar para siswanya dapat memahami materi yang disampaikan. Sedangkan guru awas dengan derajat self-efficacy rendah kurang yakin mampu mengerahkan dan mempertahankan usahanya dalam mengajar. Mereka cenderung kurang mengetahui hal-hal yang harus mereka lakukan agar mereka mampu mengajar siswa tuna netra.
Ketika bertahan dalam menghadapi rintangan, guru awas dengan derajat
self-efficacy tinggi yakin dapat bertahan lebih lama. Jika mereka menemui
rintangan, misalnya adanya siswa yang cacat ganda, maka para guru tersebut akan yakin mampu bertahan mengajar sehingga siswa tersebut dapat memahami materi yang disampaikan. Sedangkan guru awas dengan derajat self-efficacy rendah akan mudah menyerah dan berhenti jika menghadapi rintangan. Mereka tidak yakin mampu bertahan untuk mengajar siswa cacat ganda sampai siswa tersebut benar-benar memahami materi yang dimaksudkan, selain itu juga guru awas dengan derajat self-efficacy rendah cenderung akan menghentikan usaha mereka dalam mencapai tujuannya bila menemui rintangan.
18
Universitas Kristen Maranatha
dari tindakannya dan tidak akan mudah kecewa jika mengalami kegagalan, melainkan menganggap hal itu sebagai usaha yang kurang dan akan terus mencoba lagi. Sebaliknya, guru awas dengan derajat self-efficacy rendah akan mudah merasa kecewa jika mengalami kegagalan.
Jadi, guru awas dengan self-efficay yang tinggi akan memiliki keyakinan yang tinggi dalam mengajar. Guru awas juga akan menganggap kegagalannya dalam mengajar (seperti para siswa yang kurang mampu menangkap materi dalam mata pelajara IPA) sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dan bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Mereka juga yakin jika mereka berusaha keras dan tidak mudah menyerah (seperti menghadapi para siswa yang mengalami cacat ganda), maka mereka akan yakin mampu menjadikan siswanya menjadi orang yang berhasil.
Berbeda halnya pada guru awas dengan self-efficacy yang rendah memiliki keyakinan yang rendah dalam mengajar. Mereka menganggap bahwa mengajar siswa tuna netra merupakan hal yang sulit dan berat untuk dihadapi sehingga mereka sering merasa akan gagal, terutama jika dihadapkan pada siswa yang cacat ganda. Hal ini membuat mereka mudah menyerah jika menghadapi kesulitan.
Uraian diatas dapat dilihat di skema 1.1 kerangka pikir.
19
Universitas Kristen Maranatha
skema 1.1 kerangka pikir Guru yang mengajar
siswa tuna netra di SLB A Bandung
Proses kognitif
4 proses: 1. Proses
kognitif 2. Proses
motivasional 3. Proses afektif 4. Proses seleksi
Self-efficacy
tinggi
rendah
Aspek-aspek self-efficacy: 1. Membuat pilihan 2. Usaha yang dikerahkan 3. Ketahanan dalam menghadapi
kesulitan
20
Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi Penelitian
1. Guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk Self-efficacy dalam dirinya, yaitu:
mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan
physiological and affective states.
2. Mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif oleh guru yang
mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung yang kemudian diaktivasi oleh empat proses yaitu proses kognitif, proses motivasional, proses afektif, dan proses selektif yang kemudian akan membentuk Self-efficacy.
69 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung, cenderung
berimbang antara self-efficacy tinggi dan self-efficacy rendah.
2. Guru yang memiliki self-efficacy tinggi menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam membuat pilihan, yakin mampu mengerahkan sejumlah usaha, yakin mampu bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan, serta yakin mampu menghayati perasaan mereka dalam mengajar siswa tuna netra.
3. Guru yang memiliki self-efficacy rendah menunjukkan kurang yakin mampu membuat pilihan, kurang yakin mampu mengerahkan usaha, kurang yakin mampu bertahan jika menghadapi kesulitan dan kegagalan, dan memiliki keyakinan yang rendah dalam menghayati perasaan mereka dalam mengajar siswa tuna netra
4. Pada sumber mastery experiences, guru yang mengajar siswa tuna netra menunjukkan bahwa guru yang sering mengalami pengalaman keberhasilan berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
70
Universitas Kristen Maranatha
mengajar siswa tuna netra berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
6. Pada sumber vicarious experiences dan physiological and affective states, guru yang mengajar siswa tuna netra tidak berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini :
5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber
self-efficacy terhadap derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna
netra.
5.2.2 Saran Guna Laksana
Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :
71
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh dan Dwijosumarto, Andreas. 1979. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.
Anastasi, Anne. 1990. Psychological Testing, Sixth Edition. New York : MacMillan, Publishing Company.
Bandura, Albert. 2002. Self-efficacy The Exercise of Control. New York : W. H. Freeman and Company.
Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy in changing societies. Cambridge University Press.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, lembaga
pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi (LPSP3) UI.
Jakarta.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Andriani, 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Dalam Menghadapi Proses Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA di SMA ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Nur Aini, Ifrisa. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ Bandung
Yang Akan Menghadapi SPMB. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
Agustiyawati, 07 November 2006. Pelaksanaan Program Pendidikan Terpadu (INTEGRASI) Bagi Tuna netra di Indonesia. (online).
(http://agustyawati.blogspot.com/2006/11/pelaksanaan-program-pendidikan-terpadu.html)
Sutji Harijanto MM MPd. 27 Juni 2008 Mencari Keberadaan Anak Cacat Untuk
memfasilitasi pendidikan (online).
(http://mandikdasmen.aptisi3.org/index.php?option=com content&task=view=133&Itemed=11)
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung: Fakultas Psikologi