• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOMOR: 40/G/2014/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOMOR: 40/G/2014/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR: 40/G/2014/PTUN-Pbr

“DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama dengan acara biasa telah menjatuhkan putusan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti tersebut di bawah ini, dalam perkara antara : --- DEDY SYAFRIANTO: Kewarganegaraan, Indonesia Tempat Tinggal Jalan

Cempedak, Gang Kelawi No. 21 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, Pekerjaan Mantan Anggota Polri ;

Dengan ini memberikan kuasa kepada : Eka Mediely,SH & Richi Rahman,SH,

Keduanya adalah Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat dan Advokat Magang pada Kantor Hukum “EKA MEDIELY, SH & REKAN’’, beralamat Jalan H.R Subrantas No.9 Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 03 November 2014 ; Selanjutnya disebut sebagai .--- PENGGUGAT;

M E L A W A N

KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU (KAPOLDA RIAU)

Berkedudukan di : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru Dengan ini memberikan kuasa kepada :

1. AKBP TONI ARIADI EFFENDI, SH.S.IK,MH.MM Jabatan : KABIDKUM POLDA RIAU ;

(2)

2. KOMPOL RUSLI, SH ;

Jabatan : KASUBBID BANKUM BIDKUM POLDA RIAU;

3. PEMBINA NERWAN,SH. MH ;

Jabatan/Kesatuan : ADVOKAT I BIDKUM POLDA RIAU;

4. AIPDA YUDI KRISMEN, SH. MH ;

Jabatan : BANUM BIDKUM POLDA RIAU ; Kesemuanya adalah Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Anggota Polri pada Polda Riau, beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru ;

Dengan Surat Kuasa Khusus tanggal 20 Nopember 2014 ;

Selanjutnya disebut sebagai...TERGUGAT; Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tersebut :

- Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 40/Pen.MH/2014/PTUN-Pbr. Tanggal 19 Nopember 2014 Tentang Penunjukan Majelis Hakim yang memutus dan menyelesaikan perkara ini ;

- Telah membaca Penetapan Ketua Majelis Hakim Nomor 40/Pen.PP/2014/PTUN-Pbr. tanggal 20 Nopember 2014 Tentang Pemeriksaan Persiapan ;

- Telah membaca Penetapan Ketua Majelis Nomor : 40/Pen.HS/2014/PTUN-Pbr. tanggal 04 Desember 2014 Tentang Penetapan Hari Sidang ;

- Telah membaca bukti – bukti Surat Para Pihak ;

- Telah mendengar keterangan saksi yang diajukan oleh Para Pihak di persidangan ;

- Telah membaca dan mempelajari semua berkas persidangan perkara ini ; TENTANG DUDUKNYA SENGKETA

(3)

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan tertanggal 19 Nopember 2014 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 19 Nopember 2014 dan telah diperbaiki pada tanggal 04 Desember 2014 dengan Register Perkara Nomor : 40/G/2014/PTUN-Pbr. mengemukakan alasan dan hal-hal sebagai berikut : OBJEK GUGATAN :

- Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/347/VIII/2014, tanggal 26 Agustus 2014, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2, atas nama DEDY SYAFRIANTO, Pangkat BRIGADIR POLISI SATU (BRIPTU), NRP 84120801, kesatuan Anggota BRIGADIR POLRESTA PEKANBARU ;

DASAR DAN ALASAN GUGATAN (POSITA)

1. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru karena Tergugat berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan juga Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang telah mengeluarkan/menerbitkan Surat Keputusan Nomor : Kep/347/VIII/2014 tanggal 26 Agustus 2014 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2 atas nama DEDI SYAFRIANTO, Pangkat Brigadir Polisi Satu (BRIPTU), NRP 84120801, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRESTA PEKANBARU ;

2. Bahwa Surat Kepurtusan a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang secara hukum telah bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorag atau badan hukum perdata, sehingga telah memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang berbunyi :

(4)

“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata’’.

3. Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor : Kep/347/VIII/2014 tanggal 26 Agustus 2014 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri atas nama Penggugat (objek sengketa a quo) mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan yaitu antara lain :

- Hilangnya pekerjaan atau terhentinya pembayaran gaji Penggugat ; - Hilangnya kesempatan untuk untuk berkarier di Institusi Kepolisian

Republik Indonesia ;

Hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;

4. Bahwa Surat Keputusan Kepala kepolisisan Daerah Riau Nomor : Kep/347/VIII/2014 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2, atas nama DEDI SYAFRIANTO, Pangkat Brigadir Polisi Satu (BRIPTU), NRP 84120801, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRESTA PEKANBARU, (objek sengketa a quo), diterima pada tanggal 26 Agustus 2014, Dengan demikian pengajuan gugatan ini masih dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang

(5)

Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Udang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 ;

5. Bahwa Penggugat adalah Anggota Polri yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol : Skep/393/VI/2004 tentang Pengangkatan dan Penggajian Siswa Pendidikan Pembentukan Bintara Polri Gelombang 1 Tahun 2004 ;

6. Bahwa selanjutnya Tergugat telah menerbitkan Surat Keputusan No. Pol : Skep/293/XII/2004 tanggal 28 Desember 2004 Tentang Penempatan Pertama Bintara Polri Gelombang I T.A 2004 Di Lingkungan dilingkungan Polda Riau ;

7. Bahwa pada sekitar Akhir bulan Mei 2013, Penggugat dan Orang tua Penggugat dikejar kejar oleh Depkolektor dari Agen-agen Besar seperti Indomarko, Unilever dan Agen-agen Rokok serta Agen-Agen barang lainnya, Orang tua Penggugat tidak mampu lagi membayar tagihan karena sebelumnya Toko Milik Orang tua Penggugat mengalami musibah kebakaran, padahal Toko tersebut sebelumnya baru saja di isi dengan barang-barang dari Agen-Agen tersebut dan juga di isi dengan mempergunakan Dana Pinjaman dari Bank BNI, Puncaknya pada bulan juni 2013 Agen-Agen dan orang-orangnya datang setiap hari silih berganti mencari Penggugat dan Orang Tua Penggugat dari Pagi hingga sampai larut malam, hal ini membuat Penggugat dan seluruh anggota keluarga sangat stress dan terpukul, Akibatnya Penggugat merasa takut dan malu masuk kantor takut agen-agen tersebut mengikuti Penggugat Kekantor dan marah-marah minta agar segera membayar hutang ;

8. Bahwa beberapa waktu kemudian Pihak Bank juga menagih pembayaran hutang karena tidak sanggup membayar meraka juga menyita Ruko dan semua asset–asset orang tua Penggugat yang ada, termasuk rumah

(6)

kediaman Orang tua Penggugat padahal itulah tempat satu-satunya Penggugat, orang tua Penggugat dan ke 5 (lima) orang adik-adik penggugat yang masih kecil dalam masa pendidikan tinggal. Dalam kondisi Stres dan tertekan, Penggugat selaku anak tertua masih berusaha bersama orang tua menjual apa-apa yang masih bisa dijual untuk menyelesaikan hutang-hutang yang ditagih oleh Agen-agen dan orang-orangnya tersebut, Namun untuk menjual barang-barang dan asset yang tersisa, butuh waktu yang tidak sebentar bahkan Penggugat mesti keluar kota untuk itu. hal ini juga membuat Penggugat tidak masuk melaksanakan Dinas, Penggugat ada datang ke kantor berpakain dinas dari rumah, namun karena masih dihantui oleh rasa takut akhirnya Penggugat tidak jadi masuk dan pergi ketempat lain berusaha menenangkan diri sendiri ;

9. Bahwa atas ketidak hadiran Penggugat melaksanakan dinas tersebut Penggugat dipanggil oleh Kasi Propam Polresta Pekanbaru, dengan Surat Panggilan No. SP/66/IX/2013/Propam, tanggal 17 September 2013, kemudian Surat Panggilan ke-2 No. SP/69/IX/2013/Propam, tanggal 24 September 2013, Namun sampai dengan panggilan ke 2 (dua) ini Penggugat belum juga memenuhi panggilan tersebut ;

10. Bahwa kemudian setelah datang Surat Panggilan ke-3 No. SP/73/IX/2013/Propam, Tanggal 26 September 2013, walaupun masih dalam kondisi stress dan tertekan tersebut serta masih dalam keadaan yang selalu masih dihantui oleh rasa takut dan malu jangan-jangan agen-agen penagih hutang masih mengejar-ngejar, Penggugat datang menghadap ke Kasi Propam Polresta Pekanbaru, dengan dukungan keluarga dan ditemani oleh tante Penggugat pada tanggal 30 September 2013 ;

11. Bahwa kepada Kasi Propam Bapak AKP Aden Bachtiar dan IPDA Jon Efri Penggugat ada menyampaikan apa-apa yang menimpa Penggugat sehingga Penggugat tidak biasa melaksanakan dinas selama ini, kemudian Penggugat di suruh masuk bekerja melaksanakankan dinas yang juga sekaligus

(7)

dihukum atau dimasukan ke dalam Hukuman Pembinaan, dalam menjalani Hukuman Pembinaan Penggugat di haruskan datang setiap pagi paling lambat datang jam 6,45, dengan memakai Ransel yang berisi Pasir, memakai Helm, serta membawa senjata untuk mengikuti apel pagi, dalam menjalani hukuman lainnya seperti disuruh berlari, Penggugat tetap harus melakukan dengan memakai atribut seperti itu sampai jam 10 pagi, kemudian menjelang apel siang dan mengikuti apel siang Penggugat kembali harus memakai Atribut tersebut ;

12. Bahwa dalam menjalani hukuman Pembinaan tersebut Penggugat masih diperiksa atas laporan tentang Penggugat Meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga pulu) hari kerja secara berturut-turut dan di BAP pada tanggal 1 November 2013 tanpa di damping oleh Pendamping, Pemeriksa pada saat itu tidak ada menujuk Pendamping untuk mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan ini, kemudaian Pengugat dimasukan ke sel selama 21 hari sekitar mulai dari tanggal 24 November 2013 sampai dengan tanggal 14 Desember 2013 ; 13. Bahwa setelah beberapa hari keluar dari sel, Penggugat menerima surat

panggilan untuk mengikuti Sidang KKEP -1 (pertama) namun surat panggilan tersebut tidak tersimpan oleh Penggugat, atas tuduhan meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari berturut=turut, Padahal Penggugat atas tuduhan yang sama sudah melaksanakan Hukuman Pembinaan ;

14. Bahwa Penggugat mengikuti Sidang KKEP tiap minggu pada hari saptu, bersidang di Propam Poltabes Pekanbaru, Sidang KKEP pertama sekitar tanggal 21 Desember 2013 yang agendanya tentang dakwaan atau tuntutan kepada Penggugat, kemudian Sidang KKEP-2 (dua) sekitar tanggal 28 Desember 201, yang Agendanya Pemeriksaan saksi serta dengan Pemeriksaan Penggugat, Terakhir Sidang KKEP-3 (tiga) pada tanggal 4 Januari 2014. Yang Agendanya tantang Putusan dan dalam setiap

(8)

persidangan KKEP tersebut Penggugat ada didampingi oleh pendamping yang ditunjuk oleh Pemeriksa ;

15. Bahwa Sidang KKEP tersebut mengeluarkan Putusan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri Nomor : PUT KKEP/02/I/2014/KKEP, Tanggal 4 Januari 2014 yang berisi Rekomendasi Berupa Pemberhentian Penggugat dari dinas polri, Tidak Dengan Hormat sebagai sangsi Administrasi, Perihal Penggugat yang dinyatakan Terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri. Karena Penggugat meninggalkan tugas secara tidak sah lebih dari 30 hari berturut-turut ; 16. Bahwa sehari setelah keluar putusan Sidang KKEP nenek Penggugat

meninggal dunia, kemudian 2 (dua) hari berselang setelahnya orangtua Penggugat mengalami kecelakaan sehingga kedua rahang orang tua penggugat kiri dan kanan menjadi retak dan bergeser, Penggugat kembali disibukkan oleh musibah yang beruntun sehingga Penggugat tidak bisa mengajukan Banding dan membuat memori Banding begitu juga dengan orang tua Penggugat, sementara Pendamping Penggugat juga tidak mengajukan banding dan Memori banding karenanya Penggugat kehilangan hak untuk mengajukan upaya Banding untuk memperjuangkan nasib Penggugat ;

17. Bahwa Hasil Sidang KKEP tentang Surat Putusan Rekomendasi Pemberhentian Penggugat pada dasarnya belum memenuhi tahapan-tahapan prosedur hukum yang diatur di dalam PERKAP, sehingga Sidang KKEP dalam membuat pertimbangan hukum untuk mengambil suatu keputusan tidak berdasarkan data dan fakta yang akurat dan atau ada ada mata rantai dari peristiwa hukum yang terlepas untuk dipertimbangkanya ; 18. Bahwa Penggugat sudah 2 kali tidak memenuhi Surat Panggilan dari Kasi

Propam Polresta Pekanbaru namun tidak diterbitkan Surat Perintah Membawa hal ini telah bertentangan dengan pasal 42 ayat (3) hurub b

(9)

PERKAP No. 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Yaitu ayat “dari anggota Polri, diterbitkan surat perintah membawa yang disampaikan kepada atasan langsung untuk menghadap kepada pemeriksa”. Hal ini merujuk ke Pasal 42 ayat (1) yang juga merujuk ke pasal 41 ayat (1) PERKAP No. 19 dimaksud ;

19. Bahwa berkaitan dengan Pasal diatas juga di jabarkan didalam Pasal 43 ayat (1) dan (2) sampai dengan panggilan kedua tersebut atasan Penggugat tidak ada menerbitkan surat perintah membawa untuk menghadapkan Penggugat kepada Pemeriksa, sesuai dangan ayat (2) nya, Terduga Pelanggar/Penggugat juga tidak ada dibawa paksa oleh Pemeriksa. Padahal atasan dan Pemeriksa mengetahui kediaman Penggugat, dan atas kedua Surat Panggilan dari kasi Propam tersebut yang tidak Penggugat penuhi panggilannya, juga tidak pernah dibuatkan surat DPO atas nama Penggugat. Pada saat itu sebenarnya Penggugat butuh untuk dipaksa datang ke kantor akibat kondisi Penggugat yang tidak stabil ;

20. Bahwa menurut Pasal 27 ayat (1) dan (2) PERKAP No. 14 tahun 2011 : (1). Dalam hal terjadi pelanggaran komulatif antara pelanggaran Disiplin

dan KEPP penegakanya dilakukan melalui mekanisme Sidang Disiplin atau Sidang KKEP berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari Terperiksa/Terduga Pelanggar serta pendapat dan saran hukum dari Pengemban fungsi hokum ;

(2).Terhadap pelanggar yang telah diputus melalui mekanisme Sidang Disiplin tidak dapat dikenakan Sidang KKEP atau yang telah diputus dalam Sidang KKEP tidak dapat dikenakan Sidang Disiplin ;

21. Bahwa di dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c PERKAP No. 14 Tahun 2011 menyatakan” Kewajiban Pelanggar untuk mengikuti Pembinaan Mental

(10)

sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu dan Paling lama I (satu ) bulan”. Pasal ini rujukan dari Pasal 20 ayat (1) juga rujukan dari salah satu pasal sebelumnya yaitu termasuk dari Pasal 7 ayat (1) huruf c dimana secara tidak langsung Penggugat di tuduh termasuk melangga pasal tersebut yaitu “ tidak menjalankan tugas secara professional, proporsonal dan procedural” karena tidak melaksanakan dinas sebagaimana mestinya ;

22. Bahwa Penggugat sudah menjalani Hukuman Pembinaan selama hampir 2 (dua) bulan, juga sudah masuk sel namun kenyataanya di hukum kembali dengan PTDH, Untuk Perkara yang sama. Dengan demikian Penggugat di hukum sampai 2 (dua) kali untuk masalah yang sama dan itu tidak adil bagi Penggugat hukuman yang kedua yaitu Rekomendasi PTDH yang di keluarkan oleh Sidang KKEP tanpa mempertimbangkan sebelumnya Penggugat sudah dihukum dengan menjalani Hukuman Pembinaan membuat Penggugat sangat terpukul ;

23. Bahwa seharunya perkara ini Ne Bis in Idem (atas perkara yang sama orang tidak biasa dihukum 2 (dua) kali dan ini adalah Azas hukum yang umum untuk menjamin kepastian hukum agar tidak terjadi kesewenang-wenangan. Dengan demikian pelaksanaan Sidang KKEP jelas-jelas telah melanggar PERKAP karenanya ada mata rantai hukum yang terlepas dari pelaksanaan KKEP hal ini jelas bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2) PERKAP No. 14 Tahun 2011 diatas ;

24. Bahwa Pasal 31 ayat (1) huruf a PERKAP No 19 Tahun 2012 menyebutkan “ Pemeriksaan Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a di laksanakan melalui tahapan, a Audit Investigasi “ kemudian pada pasal 36 menyebutkan “ Audit Investigasi dilaksanakan dengan cara :

a. Wawancara terhadap Terduga Pelanggar dan saksi ;

b. Mencari, mengumpulkan dan mencatat bukti-bukti yang memiliki hubungan dengan pelanggaran KEPP ;

(11)

c. Memeriksa, meneliti dan menganalisa dokumen yang memiliki hubungan dengan dugaan pelanggaran KEPP dan ;

d. Mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan Pelanggaran KEPP ;

25. Bahwa Audit Investigasi yang dilakaukan tidak melaksanakan seluruh ketentuan diatas, seperti ketentuan pada huruf b, c dan d diatas, jika benar Audit Investigasi melaksankannya maka Audit akan menemukan bukti-bukti hal-hal apa yang menyebabkan Penggugat melakukan pelanggaran dan musibah apa yang menimpa keluarga Penggugat, dan faktanya Audit Investigasi juga tidak ada mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan Penggugat, dan Audit Investigasi juga tidak mengetahui, Penggugat tiap hari ada datang kekantor berpakaian dinas namun kemudian pergi ketempat lain menyembunyikan diri karena depresi dan rasa takut yang tidak Penggugat ketahui munculnya ;

26. Bahwa pada Pemeriksaan Pendahuluan untuk Sidang KKEP yang di tujukan kepada penggugat, Tim Audit Investigasi tidak memeriksa keluarga Penggugat untuk di jadikan sebagai saksi agar kesaksiannya menjadi pertimbangan oleh Sidang KKEP atas fakta yang terjadi yang menimpa Penggugat sehingga tidak melaksanakan dinas sebagaimana tuduhan dalam Perkara ini, Tim Audit Investigasi hanya menghadirkan saksi dari Polri saja yang jelas kesaksianya tidak ada memberatkan Penggugat pada Sidang KKEP, begitu juga tidak di hadirkan saksi ahli untuk sebagai analisa perbandingan mengenai kondisi kejiwaan yang sedang Penggugat alami akibat musibah beruntun dan atas sebelumnya Penggugat untuk perkara ini juga sudah menjalani hukuman Pembinaan hampi selama 2 bulan, berdasarkan hal diatas jelas pemeriksa ataupun Audit investigasi tidak menjalankan seluruh item dari tugasnya untuk mengetahui kondisi Terduga Pelanggar/Penggugat sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan KKEP ;

(12)

27. Bahwa pasal 47 ayat (2) huruf a s/d u PERKAP No 19 Tahun 2012 menyatakan tentang berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP dibuat oleh Pemeriksa dan sekurang-kurangnya memuat sebagaimana huruf a s/d u , namun faktanya berkas Pemeriksaan Pendahuluan untuk Penggugat tidak memuat syarat berkas huruf m, yaitu “ surat perintah membawa Terduga Pelanggar , dan pada huruf n, yaitu tidak memuat berita acara yang ketidak hadiran saksi yang bukan anggota polri kemudia huruf c, yaitu tidak ada surat kesedian menjadi ahli ;

28. Bahwa Pasal 74 PERKAP No 19 Tahun 2012 mengatur perihal hak-hak dari Terduga Pelanggar namun dari beberapa hak yang dijamin tersebut Penggugat tidak mendapatkan hak yang diatur tersebut seperti sebagaimana huruf a, Penggugat tidak ada menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan. Kemudian sebagaimana hurus b, Penggugat tidak dapat menujuk pendamping sehingga pada saat pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan serta Banding Penggugat tidak di damping oleh Pendamping. Penggugat hanya di damping oleh pendamping saat Sidang KKEP saja ;

29. Bahwa pada Pasal 18 PERKAP No. 14 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI menyatakan :

(1)Dalam penegakan KEPP, Terduga Pelanggar dapat di damping Anggota Polri yang ditunjuk oleh Terduga Pelanggar pada Tingkatan Pemeriksaan Pendahuluan Sidang KKEP, dan Sidang Komisi Banding ;

(2)Dalam hal Terduga Pelanggar tidak menunjuk Anggota Polri sebagai

pendamping, Pengemban fungsi hukum wajib menunjuk

Pendamping ;

(3) Untuk kepentingan Pembelaan, Terduga Pelanggar diberi hak untuk mengajukan saksi-saksi yang meringankan ;

(13)

30. Bahwa didalam Pasal 1 ayat 15 PERKAP No. 19 tahun 2012 jelas menyatakan yang disebut Pendamping adalah “Pegawai negeri pada Polri yang diminta oleh Pelanggar atau atasan pelanggar atau Akreditor

untuk mendampingi terduga Pelanggar dalam Pemeriksaan

Pendahuluan, pada tahap pemeriksaan dan pada Sidang KKEP “

31. Bahwa Pada saat Pemeriksaan Pendahulauan, pada tahap pemeriksaan faktanya Penggugat tidak ada di damping oleh pendamping dan Pengemban fungsi hukum tidak ada menunjuk Pendamping untuk Penggugat, padahal ini wajib hukumnya dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan pada tahap pemeriksaan sehingga penggugat kehilangan hak pada saat pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan tersebut ;

32. Bahwa Penggugat juga tidak diberi hak untuk menghadirkan saksi-saksi yang meringankan, pada hal itu penting untuk mengetahui kenapa Penggugat sampai tidak masuk kerja melaksanakan dinas, juga tidak ada saksi yang menyatakan Penggugat pasca panggilan ketiga sudah dihukum Pembinaan dan Disiplin atas perkara ini

33. Bahwa tentang pendamping ini jelas diatur di bagian Kedua yaitu Pasal 75 dan 76 pasal PERKAP No. 19 tahun tahun 2012 Tentang Sususnan Organisasi Dan Tata kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI, Pasal 75 tentang pendamping menyatakan “

(1)Pendamping Terduga Pelanggar berhak :

a. Menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Terduga Pelanggar. b. Mendampingi Terduga Pelanggar pada saat Pemeriksaan

Pendahuluan dan Sidang KKEP ;

c. Menerima jadwal pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan dan Sidang KKEP ;

d. Mengajukan pertanyaan terhadap saksi, Ahli, dan Terduga Pelanggar yang diajukan oleh penuntut dalam Sidang KKEP ; e. Mengajukan saksi dan barang bukti dalam Sidang KKEP ;

(14)

f. Mengajukan Pembelaan dalam Sidang KKEP ;

g. Mengajukan Keberatan kepada KKEP atas pertanyaan yang diajukan penuntut yang bersifat menyesatkan, menjebak, dan menyimpulkan ;

h. Menerima salinan putusan Sidang KKEP ; i. Mengajukan Banding dan ;

j. Menerima salinan putusan Sidang Banding ; k. Menerima hak atas jasa profesi ;

Pendamping Terduga Pelanggar wajib :

a. Memiliki Surat Kuasa dari Terduga Pelanggar atau Surat Perintah dari atasannya ;

b. Memberikan saran dan pertimbangan hukum kepada Terduga Pelanggar ;

c. Menyusun dan membacakan nota eksepsi/bantahan dan nota pembelaan dalam Sidang KKEP ;

d. Membela Hak-hak Terduga Pelanggar dan ;

e. Menyusun dan menyampaikan Memori Banding ; Pasal 76 PERKAP No 19 Tahun 2012 menyebutkan :

Pendamping Terduga Pelanggar adalah Pegawai Negeri pada Polri yang memenuhi persyaratan :

a. Berpendidikan Sarjana Hukum dan /atau Sarjana Ilmu kepolisian ; b. Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan beracara

secara teknis dan taktis dalam siding KKEP ;

c. Tidak sedang menjalani proses hukum atau menjalani hukuman ; d. Memiliki surat kuasa dari Terduga Pelanggar dan/atau ;

e. Memiliki surat perintah dari atasan Pendamping ;

34. Bahwa dengan tidak adanya Pendamping yang mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Tahap Pemeriksaan, menyebabkan Penggugat telah kehilangan hak-hak dan kesempatan untuk Pembelaan diri

(15)

secara maksimal. Penggugat tidak Menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Terduga Pelanggar, tidak di damping saat pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan. Dan yang terpenting Tidak ada yang memberikan saran dan pertimbangan hukum kepada Penggugat, sementara Penggugat buta dan tidak tahu prosedur dan cara mengukapakan fakta yang sebenarnya untuk membela kepentingan hukum Penggugat ; 35. Bahwa pada pasal 74 PERKAP No 19 Tahun 2012, mengatur hak

Penggugat selaku Terduga Pelanggar namun faktanya Penggugat tidak ada mendapatkan turunan Berita acara Pemeriksaan Pendahuluan, Turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan hanya di terima Pendamping Penggugat pada saat menjelang Sidang KKEP akan dimulai karenanya pendampingan dan pembelaan atas hak-hak Penggugat tidak terakomodir ini terbukti tidak adanya di hadirkan saksi ahli, dan tidak ada saksi yang meringan yang diajukan dan tidak ada saksi anggota keluarga penggugat untuk menyampaikan fakta kenapa penggugat tidak bias melaksankan tugas waktu itu, di dalam persidangan KKEP tersebut ;

36. Bahwa Pasal 47 ayat (3) PERKAP No 19 Tahun 2012 menyebutkan “ Berkas Pemeriksaan Pendahuluan pelanggar KEPP di buat rangkap 7 (tujuh) dan distrubusikan kepada dst” salah satunya kepada Terduga Pelanggar hal ini berguna untuk melakukan pembelaan diri namun fakta hal itu tidak diberikan kepada Penggugat. Dan faktanya juga pada saat akan sidang KKEP akan dimulai, Pendamping baru mengambil berkas atas nama Penggugat dan akibatnya Penggugat tidak memegang berkas sama sekali dan Pembelaan atas Penggugatpun hanya dilakukan sekedarnya tidak maksimal karena Pendamping yang ditunjuk untuk mendampingi dan membela kepentingan Penggugat, baru Penggugat ketahui siapa orang yang akan menjadi Pendamping Penggugat hanya pada hari Sidang KKEP akan berlangsung/dilaksankan ;

(16)

37. Bahwa pada saat Sidang KKEP, Pendamping ada menyampaikan perihal keadaan Penggugat secara umum saja dan Pendamping Penggugat menyampaikan perihal kesalahan tersebut semata-mata tidak hanya merupakan kesalah Penggugat saja namun juga merupakan kesalahan SIPROPAM, karena kurang perhatian dan lemahnya pengawasan sehingga tidak berfungsi maksimal. Dan untuk itu Pendamping Penggugat ada meminta rekomendasi hukuman yang lebih ringan yaitu di pindah tugaskan ke wilayah yang berbeda kerena Rekomendasi PTDH sangat berat bagi Penggugat. Namun hal itu tidak diakomodir oleh Sidang KKEP ; 38. Bahwa Sidang KKEP hanya melihat berkas yang ada dan kesaksian dari

anggota Polri saja semetara berkas yang ada tidak sempurna, karena pemeriksaan pendahuluan juga sudah cacat hukum tidak sesuai PERKAP, akibatnya hak-hak Penggugat banyak yang tidak terakomodir dan dilanggar, tidak Sesuai PERKAP ;

39. Bahwa yang dikatakan Banding dalam Pasal 1 ayat 16 PERKAP No. 19 tahun 2012 adalah “ Upaya Pelanggar atau istri/suami/orang tua/anak/orang tua kandung Pelanggar, atau Pendamping Pelanggar untuk mengajukan keberatan atas putusan Sidang KKEP, namun faktanya Penggugat tidak dapat melakukan upaya tersebut karena satu hari setelah Sidang KKEP, Nenek Penggugat meninggal dunia, dan malangnya musibah masih beruntun menimpa Penggugat dimana kemudian orang tua Penggugat juga jatuh dari kendaraan sehingga rahang kanan dan kiri dari orang tua Penggugat Patah dan karena hal tersebut Penggugat dan orang tua penggugat tidak dapat melakukan upaya Banding, dan seharusnya menurut pasal 75 ayat (1) huruf i , Pendamping dapat mengajukan Banding dan pasal 75 ayat (2) huruf e menyatakan Pendampin dapat menyusun dan menyampaikan memori Banding ;

40. Bahwa berdasarkan hal diatas Penggugat selain tidak didampingi pada saat Pemeriksaan Pendahuluan dan tahap Pemeriksan juga tidak di dampingi

(17)

pada Tahap Banding, karennya Penggugat juga kehilangan hak dan kesempatan untuk upaya membela diri di tingkat Banding, karena musibah yang masih bertubi-tubi menimpa Penggugat, namun sayangnya karena Pendamping Penggugat tidak atau tidak ditunjuk oleh Pemeriksa maka, Tidak ada upaya hukum Banding yang dilakukan, sehingga kembali hak Penggugat Terlanggar dan Terabaikan. Padahal jelas PERKAP mengatur Pendamping dapat melakukan upaya Banding dan mengajukan serta menyusun memori Banding tersebut karena kondisi Penggugat yang tidak memungkinkan ;

41. Bahwa oleh karena itu tindakan Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa a quo atas nama Penggugat sudah terbukti salah dan keliru dimana Tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa a quo jelas adalah tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama PERKAP No. 14 tahun 2011 Tentang Kode Etik Provesi Kepolisian Negara RI dan PERKAP No. 19 tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI., serta bertentangan pula dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik (The General Principle of Good Administration) khususnya Asas Keadilan dan Kewajaran (Principality of Justice and Equity) dan Azas Bertindak Cermat (Principle of Carefulness). Bahwa berdasarkan dasar dan alasan tersebut diatas, tindakan Tergugat yang menerbitkan objek sengketa a quo telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh karenanya Surat Keputusan objek sengketa a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah cacat hukum dan harus dinyatakan batal atau tidak sah ; 42. Bahwa oleh karena objek sengketa a quo dinyatakan batal atau tidak sah,

maka berdasarkan hukum mohon majelis hakim yang menyidangkan perkara ini memerintahkan Tergugat untuk mencabut objek sengketa a quo ;

(18)

43. Bahwa oleh karena objek sengketa a quo diperintahkan untuk dicabut, maka sangat adil pula Tergugat diperintahkan untuk merehabilitasi dan mengembalikan Penggugat pada kedudukan semula atau yang setara dengan itu ;

Bahwa Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas, mohon dengan Hormat Kepada Ketua/Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang Memeriksa dan Mengadili perkara ini agar berkenan menjatuhkan Putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

PETITUM

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan batal atau tidak sah surat Surat Keputusan Nomor : Kep/347/VIII/2014 tanggal 26 Agustus 2014 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2 atas nama DEDY SYAFRIANTO, Pangkat Brigadir Polisi Satu (BRIPTU), NRP 84120801, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRESTA PEKANBARU ;

3. Memerintahkan Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) untuk mencabut Surat Keputusan Nomor : Kep/347/VIII/2014 tanggal 26 Agustus 2014 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2, atas nama DEDY SYAFRIANTO, Pangkat Brigadir Polisi Satu (BRIPTU), NRP 84120801, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRESTA PEKANBARU ;

4. Memerintahkan kepada Tergugat untuk merehabilitasi nama baik Penggugat dalam kedudukan harkat dan martabat seperti semula atau yang setara dengan itu sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia ;

(19)

atau, apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memiliki pendapat lain, Penggugat memohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) ;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan Jawabannya sebagaimana dengan Surat Jawabannya tertanggal 16 Desember 2014 yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut ;

Untuk dan atas nama Tergugat dengan ini mengajukan dalil-dalil jawaban seperti tersebut dibawah ini :

Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil – dalil yang dikemukakan oleh Penggugat, kecuali yang dengan tegas dan jelas diakui oleh Tergugat :

1. Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat terhadap penggugat (DEDY SYAFRIANTO) telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan prosedur serta mekanisme hukum yang berlaku dalam instansi Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 1 tahun 2003, dan Peraturan Kapolri No. 19 tahun 2012, yaitu ;

a. adanya dasar Laporan Polisi Nomor : LP-A/38/X/2013/Propam tanggal 20 oktober 2013 an. BRIPTU DEDY SYAFRIANTO telah melakukan perbuatan tidak masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut–turut meninggalkan tugas secara tidak sah tanpa izin pimpinan dari tanggal 01 juni 2013 s/d 30 September 2013 pada Polresta Pekanbaru ;

b. bahwa berdasarkan Laporan Polisi tersebut, selanjutnya Kasi Propam Polresta Pekanbaru melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yaitu keterangan saksi-saksi, bukti petunjuk dan bukti surat serta keterangan terduga pelanggar yang kemudian pada tanggal 15 november 201 menjadi berkas perkara pelanggaran pasal 1 ayat 1 huruf (a) PP RI No. 1 Tahun 2003 dengan Nomor : DP3/04/XI/2013/Propam, tanggal 15 November 2013 ;

(20)

c. bahwa dari hasil pemberkasan tersebut Kasi Propam Polresta Pekanbaru melimpahkan berkas perkara tersebut kepada Ankum penggugat, selanjutnya Ankum (Kapolresta) memerintahkan kepada Kasie Propam Polresta pekanbaru untuk meminta saran dan pendapat hukum kepada fungsi pembinaan hukum Polda Riau guna mendapatkan saran pendapat hukum terhadap penyelesaian perkara penggugat DEDY SYAFRIANTO ;

d. bahwa berdasarkan surat permintaan saran pendapat hukum Polresta pekanbaru, Bidang hukum Polda Riau telah memberikan saran pendapat hukum an. BRIPTU DEDY SYAFRIANTO Nomor : R/367/VI/2011/Bidkum tanggal 27 Juni 2011 yang intinya perbuatan terperiksa secara yuridis telah memenuhi unsur pasal 14 ayat (1) huruf a PP RI No. 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian anggota Polri yaitu anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut.

e. berdasarkan saran pendapat hukum Bidang hukum Polda Riau dan kelengkapan berkas perkara lainnya, Kasi Propam mengajukan usul pembentukan sidang komisi kode etik kepada Kapolresta Pekanbaru Nomor : R/07/XII/2013/Propam tanggal 11 Desember 2013, berdasarkan usulan tersebut Kapolresta Pekanbaru telah membentuk susunan sidang komisi kode etik Polri Polresta Pekanbaru Nomor : Kep/07/XII/2013 tentang pembentukan komisi kode etik Polri tanggal 13 Desember 2013. f. bahwa setelah dibentuknya susunan sidang Komisi Kode Etik maka pada tanggal 1 Desember 2013 sesuai dengan Perkap Nomor 19 tahun 2012 tentang SOTK KKEP, dengan menunjuk AKP ADEN BACHTIAR selaku Penuntut dalam sidang KEPP berdasarkan surat perintah nomor:

(21)

Sprin/755/XII/2013 tanggal 16 Desember 2013, IPDA RIYANTO selaku Sekretaris sidang KKEP dan AKP DAMIR, SH selaku pendamping BRIPTU DEDY SYAFRIANTO dalam sidang KKEP dengan surat perintah nomor : Sprin/756/XII/2013 tanggal 16 desember 2014.

g. Dalam proses pemeriksaan terduga pelanggar BRIPTU DEDY SYAFRIANTO, sie provos telah melakukan pemanggilan berulang kali terhadap terduga pelanggar, sbb:

1) surat panggilan pada tanggal 19 september 2013 jam 08.00 wib terduga pelanggar tidak hadir.

2) surat panggilan ke-2 pada tanggal 26 september 2013 jam 08.00 wib terduga pelanggar tidak hadir

3) surat panggilan ke-3 pada tanggal 30 september 2013 jam 08.00 wib terduga pelanggar tidak hadir

h. komisi Kode Etik Polri melaksanakan sidang perkara terperiksa BRIPTU DEDY SYAFRIANTO dimana dalam proses persidangan telah mendengar keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti lainnya, kemudian Pejabat Komisi Kode Etik Polri berkesimpulan DEDY SYAFRIANTO telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 2003 yaitu telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut terhitung sejak tanggal 01 juni 2013 s/d 30 September 2013 pada Polresta Pekanbaru atau selama

100 (seratus) hari kerja.

i. bahwa setelah adanya putusan sidang Komisi Kode Etik terhadap terduga pelanggar , nomor: PUT KKEP/02/I/2014 tanggal 04 januari 2014 menyatakan perbuatan terduga pelanggar terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

(22)

No. 1 tahun 2003 yaitu telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut terhitung sejak tanggal 01 juni 2013 s/d 30 September 2013 pada Polresta Pekanbaru atau selama 100 (seratus) hari kerja, dan Komisi Kode Etik Polri (KKEP) memutuskan dengan menjatuhkan sanksi bersifat Rekomendasi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) sebagai anggota Polri.

j. Selanjutnya Kapolresta pekanbaru selaku ankum terduga pelanggar mengusulkan ke Kapolda Riau untuk diterbitkan surat keputusan pemberhentian tidak denmgan hormat a.n BRIPTU DEDY SYAFRIANTO dengan dikeluarkan surat Rekomendasi Penilaian Status Anggota Polri, Nomor : Rek/02/I/2014 tanggal 23 januari 2014 oleh kapolresta Pekanbaru dengan Rekomendasi untuk dapat diberhentikan Tidak dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

k. bahwa Kapolda Riau setelah menerima usulan dari Kapolresta Pekanbaru dan berkas lainnya selanjutnya Kapolda Riau menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat a.n. BRIPTU DEDY SYAFRIANTO No. Pol.: Kep/347/VII/2014 tanggal 26 Agustus 2014, hal ini sesuai dengan surat keputusan Kapolri No. Pol.: Kep / 74 / XI / 2003 tanggal 11 Nopember 2003 yang pada intinya menyatakan wewenang Kapolri didelegasikan kepada Kapolda Riau tentang pengakhiran dinas anggota Polri yang berpangkat Aiptu kebawah yang sifatnya (PTDH).

l. Sebelum terkait dengan Putusan KKEP diatas , sebelumnya terduga pelanggar BRIPTU DEDY SYAFRIANTO sudah pernah mendapatkan hukuman Disiplin berturut-turut sebanyak dua kali , sbb :

1) Surat keterangan Hukuman Disiplin No.Pol.: Skep / 17 / III / 2008 / P3D, tanggal 17 maret 2008, yang telah melakukan kesalahan “menghindarkan tanggungjawab dinas” dengan hasil sidang displin

(23)

terperiksa mendapatkan hukuman “Penempatan ditempat khusus selama 7 (tujuh) hari”

2) Surat keterangan Hukuman Disiplin No.Pol.: Skep / 44 / XI / 2013 / Propam, tanggal 20 Nopember 2013, terbukti melakukan pelanggaran disiplin “tidak menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang berhubungan dengan tugas kedinasan maupoun berlaku secara umum” dengan hasil suidang disiplin terperiksa di hukum dengan “Penempatan ditempat khusus selama 21 (dua puluh satu) hari” dan “pembebasan dari jabatan” (dalam perkara narkotika)

2. Bahwa menanggapi dalil penggugat pada halaman 3 poin 7, 8 yang menyatakan bahwa penggugat dikejar oleh depkolektor dari agen-agen besar seperti Indomarko, Unilever dan agen-agen rokok serta agen-agen barang lainnya, karena orangtua penggugat tidak mampu lagi membayar tagihan karena sebelumnya toko orangtua penggugat mengalami musibah kebakaran ;

Bahwa permasalahan yang dialami oleh orangtua penggugat, akibat dari perbuatan orangtua penggugat itu sendiri, dan tidak bisa dikaitkan dengan kewajiban dinas penggugat yang tidak masuk dinas. Karena penggugat mempunyai hak yang diterima setiap bulannya dari negara berupa gaji bulanan, maka penggugat harus mempertanggungjawabkannya kepada Negara dengan masuk dinas setiap harinya dalam jam kerja. Hutang orangtua penggugat tidak harus membuat penggugat tidak masuk dinas, dan penggugat harus bisa memisahkan mana permasalahan pribadi dengan permasalahan dinas penggugat yang wajib ;

3. Bahwa penggugat juga dalam gugatannya halaman 4 poin 9 dan 10 yang mengatakan sudah dilakukan pemanggilan berulangkali kepada penggugat oleh sie propam polresta pekanbaru, berdasarkan surat panggilan No. : SP/66/IX/2013/Propam, tanggal 17 september 2013, kemudian surat

(24)

panggilan ke-2 Nomor : SP/69/IX/2013/Propam, tanggal 24 september 2013, namun sampai panggilan kedua penggugat belum juga menghadiri panggilan tersebut, hingga diterbitkan surat panggilan ke-3 nomor: SP/73/IX/2013/Propam, tanggal 26 september 2013, namun penggugat tetap belum menghadiri panggilan propam Polresta Pekanbaru. Salah satu alasan penggugat adalah pengguygat takut berjumpa dengan depkolektor dari agen-agen penagih hutang yang masih mengejar-ngejar penggugat ;

Bahwa dalil dan pendapat penggugat tersebut sangatlah mengada-ngada dan tidak masuk akal, penggugat seorang anggota Polri aktif, takut dengan depkolektor dan hutang yang ditagih depkolektor bukanlah utang dari penggugat sendiri. Dalam hukum pidana tidak dikenal dengan pengalihan tanggungjawab pidana , dalam kasus orangtua penggugat, bukanlah penggugat yang harus mempertanggungjawabkannya. Padahal nyata-nyata penggugat itu sendiri yang tidak mempunyai itikad baik untuk menghadiri surat panggilan dari penyidik Sie propam Polresta Pekanbaru, hingga diterbitkan surat panggilan ke-3 pada tanggal 26 september 2013, sehingga sangatlah naïf penggugat menyalahkan tergugat ;

4. Bahwa penggugat juga dalam gugatannya halaman 4 poin 11, mengatakan menghadap kepada AKP ADEN BACHTIAR selaku Kasie propam Polresta Pekanbaru dan IPDA JON EFRI selaku kanit Provos Polresta pekanbaru, penggugat mengatakan bahwa penggugat menceritakan semua permasalahan penggugat, kemudian penggugat disuruh masuk bekerja melaksanakan dinas dan juga sekaligus dihukum atau dimasukkan ke dalam hukuman pembinaan, dalam menjalani hukuman pembinaan penggugat diharuskan datang setiap pagi paling lambat jam 06.45 wib dengan memakai ransel dan berisi pasir, dengan hukuman lainnya di suruh berlari dengan memakai atribut sampai jam 10.00 wib, kemudian siang harinya juga harus memakai pakaian atribut yang sama ;

(25)

Bahwa dalil dan keterangan penggugat tersebut , apa yang dilakukan kasie propam dan kanit provos Polresta Pekanbaru dalam rangka membina personil karena sebelumnya penggugat tidak datang setelah dilakukan pemanggilan secara berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali dan diberikan tindakan fisik berupa pemakaian ransel berisi pasir dan wajib datang setiap hari kerja paling lambat jam 06.45 wib, adalah bahagian dari bentuk hukuman disiplin berupa tindakan. Sebagaimana diatur dalam pasal 8 PPRI No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Hukuman Disiplin Polri.

5. Bahwa penggugat juga dalam gugatannya halaman 5 poin 12, penggugat diperiksa tanpa didampingi oleh pendamping, kemudian penggugat dimasukkan ke dalam sel selama 21 (dua puluh satu) hari mulai dari tanggal 24 November 2013 sampai dengan tanggal 14 Desember 2013.

Bahwa dalil penggugat tersebut salah kaprah, karena penggugat dihukum karena terbukti mengkonsumsi narkotika, berdasarkan hasil pengecekan urine penggugat ditemukan penggugat positif mengkonsumsi narkoba jenis sabhu-sabhu seketika penggugat hadir untuk dilakukan pemeriksaan oleh provos polresta pekanbaru ;

masalah penggugat tidak didampingi pendamping selama dalam proses pemeriksaan adalah karena pemeriksaan yang dilakukan adalah dalam perkara pelanggaran disiplin, yaitu pelanggaran pasal 3 hurug g PPRI No. 1 tahun 2003 tentang tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku secara umum yaitu UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, karena pelanggaran tersebut adalah pelanggaran disiplin maka penggugat tidak perlu didampingi pendamping dalam proses pemeriksaan.tersebut. kecuali dalam sidang KKEP penggugat diwajibkan untuk di damping pendamping. atas perkara a quo (narkoba) penggugat ditindak dengan hukuman penempatan penggugat selama 21 (dua puluh satu) hari ditempat khusus, berdasarkan Surat Keputusan Hukuman Disiplin (SKHD) Nomor : Skep/44/XI/2013/Propam tanggal 20 Nopember 2013, selama 21 (dua puluh

(26)

satu) hari mulai dari tanggal 24 November 2013 sampai dengan tanggal 14 Desember 2013 ;

6. Bahwa dalil-dalil penggugat pada halaman 5 poin 13 yang mengatakan penggugat beberapa hari keluar dari sel tahanan, penggugat menerima kembali surat panggilan untuk mengikuti sidang KKEP atas tuduhan meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh ) hari berturut-turut, padahal penggugat sudah menjalani hukuman pembinaan Bahwa dalil-dalil penggugat tersebut berulang-ulang, untuk itu perlu ditegaskan kembali bahwa penggugat sebelum dilakukan pemeriksaan dalam pelanggaran KEPP yaitu pelanggaran pasal 14 ayat 1 PPRI No. 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri. Yaitu tidak masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja ;

7. Bahwa dalil-dalil penggugat pada halaman 5 poin 16, setelah keluar putusan sidang KKEP, penggugat mengatakan nenek penggugat meninggal, kemudian 2 (dua) hari berselang setelah itu, orangtua penggugat mengalami kecelakaan sehingga kedua rahang orang tua penggugat kiri dan kanan menjadi retak dan bergeser, sehingga penggugat tidak bisa mengajukan Banding dan membuat memori Banding ;

Bahwa penggugat tidak melakukan upaya banding di tingkat KKEP adalah hak sepenuhnya dan penggugat tidak mengajukan banding itu merupakan kelalaian daripada penggugat sendiri ;

8. Bahwa dalil-dalil penggugat pada halaman 5 poin 18, 19 menyatakan setelah dilakukan pemanggilan berkali-kali kepada penggugat kenapa tidak diterbitkan surat perintah membawa, hal ini bertentangan dengan pasal 42 ayat (3) huruf b Perkap No. 19 tahun 2012 tentang sususnan organisasi dan tata kerja Komisi Kode Etik Polri ;

Bahwa dalil-dalil penggugat yang mempertanyakan kenapa tidak diterbitkan surat perintah membawa padahal penggugat sudah tidak datang berkali, dapat diluruskan persepsi penggugat tersebut adalah kurang memahami

(27)

hukum acara disiplin di internal Polri yang mempersepsikan sama dengan penindakan dalam hukum acara pidana, dengan mengeluarkan surat perintah membawa apabila surat panggilan pertama, kedua tidak dipenuhi maka diterbitkan surat perintah membawa, padahal di perkap 19 tersebut adalah tidak wajib, karena masih dalam internal Polri dan tidak perlu menggunakan hak tersebut. Dan seharusnya penggugat berterimakasih tidak dilakukan upaya paksa dengan menjemput penggugat ;

9. Bahwa dalil penggugat pada halaman 6 point 20, 21, 22, 23 yang menyatakan terhadap pelanggar yang telah diputus mekanisme sidang disiplin tidak dapat dikenakan sidang KKEP atau yang telah diputus dalam sidang KKEP tidak dapat dikenakan Sidang Disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (2) Perkap No. 14 tahun 2011 ;

Bahwa hukuman disiplin yang diterima oleh penggugat , terhadap perkara menghindari tanggung jawab dinas melanggar pasal 6 huruf c, dan pelanggaran pasal 3 huruf g PPRI No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Displin Anggota Polri. tidaklah sama dengan perkara tidak masuk dinasnya penggugat melebihi 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut (pasal 14 ayat 1 huruf (a) PPRI No. 1 Tahun 2003) yang penyelesaiannya melalui mekanisme perkap No. 19 tahun2012 tentang SOTK Polri ;

Jadi keliru pemahaman penggugat tentang pasal 27 ayat 1 dan 2 perkap 14 tahun 2011. Perkara ini tidak ada Nebis in Idem, pengenaan hukuman disiplin terhadap penggugat terkait dengan perkara penggunaan narkoba berdasarkan hasil pemeriksaan urine penggugat sesaat setelah hadir menghadap Kasie Propam Polresta Pekanbaru, sedangkan hasil putusan PTDH adalah terkait dengan tindakan penggugat yang tidak masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja, sebagaimana tertuang dalam pasal 14 ayat 1 huruf (a) PPRI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri ;

(28)

10. bahwa dalil penggugat pada halaman 7 poin 24, 25, 26 tentang audit investigasi yang dilakukan oleh penyidik provos polresta pekanbaru ;

Bahwa dalil-dalil penggugat tersebut seolah0-olah penggugat sudah memahami bagaimana penegakan hukuman dalam internal Polri sebagaimana dimaksud dalam perkap No. 19 tahun 2012 tentang STOK Komisi Kode Etik Polri. Bahwa audit investigasi dilaksanakan untuk menentukan atau menemukan adaanya pelanggaran yang dilakukan anggota polri berdasarkan Laporan Polisi. Ternyata hasil audit investigasi ditemukan adanya pelanggaran dari pada penggugat yaitu tidak masuk dinas melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut-turut berdasarkan data absensi provos Polresta Pekanbaru ;

11. bahwa dalil pengugat tentang keberatan penggugat dalam gugatannya pada halaman 8 point 27, 28, 29, 30, 31 yang sama tidak akan dijawab secara berulang oleh termohon , kerena sudah terjawab secara substansi pada jawaban tergugat ;

12. bahwa dalil penggugat halaman 9 poin 32, tentang penggugat tidak diberi hak untuk menghadirkan saksi-saksi yang meringankan (ade charge), bahwa penggugat tidak menggunakan haknya untuk menghadirkan saksi ade charge dipersidangan, karena untuk menghadirkan saksi ade charge adalah kewajiban dari penggugat sendiri, bukan kewajiban Komisi Kode Etik Polri ; 13. Bahwa dalil penggugat halaman 9 poin 33 tidak akan tergugat jawab dan

sudah terjawab karena pendamping sudah memiliki surat perintah Nomor: sprin /756/XII/2013 tanggal 16 desember 2013 ;

14. Terhadap poin 34 telah diberikan hak-haknya kepada penggugat, namun penggugat tidak menggunakannya ;

15. Bahwa tergugat melalui propam Polresta pekanbaru dan Komisi Kode Etik telah memberikan berkas perkara kepada penggugat sebelum sidang dilaksanakan ;

(29)

16. Dalil-dalil penggugat pada point 37, yang mempersalahkan sie propam Polresta Pekanbaru yang lalai melakukan pengawasan, adalah persepsi penggugat yang keliru,. Jawaban sudah terjawab di poin sebelumnya bahwa penggugat anggota Polri yang menerima gaji dan berkewajiban untuk melaksanakan dinas tanpa harus di awasi ;

17. Dalil penggugat pada poin 38 dalam berkas perkara sudah lengkap dan sempurna sesuai dengan perkap 19 tahun 2012 ;

18. Bahwa penggugat dalam gugatannya selalu menyalahkan dan mencari kesalahan dari pada proses pemeriksaan dari penggugat, namun penggugat lupa introspeksi diri sehingga terlambat menyadarinya dan berupaya membenarkan segala tindakannya dengan dalil-dalil pribadi penggugat, karena secara kemanusiaan dan pembinaan di internal Polri sudah berkali-kali diberikan kesempatan kepada penggugat untuk merubah perilakunya, karena penggugat harus menyadari juga, bahwa institusi Polri tidak bisa diisi oleh orang-orang (personil) yang tidak mencintai pekerjaannya dan cenderung merusak institusi Polri itu sendiri. Apalagi sekarang ini Polri sedang giat-giatnya melakukan pembenahan internal sebagaimana sekarang polri sudah memasuki grand excellent yaitu Polri sebagai Pelindung, Penolong dan Pembimbing masyarakat, untuk tercapainya misi Polri tersebut, maka diperlukan polisi yang baik (good police) sebagai bentuk implementasi Polri di cintai masyarakat ;

Berdasarkan alasan-alasan hukum tersebut diatas, bahwa proses pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) terhadap BRIPTU DEDY SYAFRIANTO (penggugat) telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di institusi Polri dan sumpah anggota Polri dalam rangka menegakkan hukum dan wibawa Polri ditengah masyarakat dan sesuai dengan azas umum pemerintahan yang baik ;

(30)

Kami mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat yang menyidangkan perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut :

1. Menolak seluruh gugatan penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima ;

2. Menyatakan surat keputusan Kapolda Riau No. Pol.: Kep/347/VIII/2014 tanggal 26 agustus 2014 tentang pemberhentian tidak dengan hormat dari dinas Polri (PTDH) a.n. BRIPTU DEDY SYAFRIANTO adalah sah menurut hukum ;

3. Membebankan seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Penggugat ;

Menimbang, terhadap Jawaban Tergugat tersebut, Penggugat telah mengajukan Repliknya pada tanggal 24 Desember 2014 dan terhadap Replik Penggugat tersebut, Tegugat telah mengajukan Dupliknya pada tanggal 31 Desember 2014 ;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya Penggugat telah mengajukan surat-surat bukti yang telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya, kecuali bukti P-5,P-6,P-9 dan P-10 sehingga diterima sebagai alat bukti yang sah dalam persidangan ini dengan diberi tanda P-1 sampai dengan P- 15 adalah sebagai berikut :

1. Bukti P-1 : Foto Kopi Petikan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/347/VIII/2014, tertanggal 26 Agustus 2014, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar Nomor Urut 2 atas nama DEDY SYAFRIANTO, Pangkat Brigadir Polisi Satu (BRIPTU) NRP. 84120801 dengan Jabatan/Kesatuan Anggota POLRESTA PEKANBARU, tanggal 26 Agustus 2014 ;

(31)

Skep/293/XII/2004,Tentang Penepatan Pertama Bintara Polri Gelombang I T.A.2004. Di Lingkungan Polda Riau Tanggal 28 Desember 2004;

3. Bukti P-3 : Foto Kopi Surat Keputusan No. Pol : Skep/393/VI/2004, Tentang Pengangkatan Dan Penggajian Siswa Pendidikan Pembentukan Bintara Polri Gelombang I Tahun 2004, Tanggal 9 Juni 2004 ;

4. Bukti P-4 : Foto Kopi Surat Panggilan Nomor : S.Pgl/34/I/2014/KKEP tanggal 2 Januari 2014, atas nama DEDY SYAFRIANTO, untuk didengar keterangannya sebagai Terduga Pelanggar dalam Sidang KKEP ;

5. Bukti P-5 : Foto Kopi Putusan sidang KKEP nomor : PUT KKEP/02/I/2014/KKEP tertanggal 4 Januari 2014 yang Menetapkan : Nama : DEDY SYAFRIANTO, d.s.t. ;

6. Bukti P-6 : Foto Kopi Daftar Pemeriksaan Perkara Pelanggar PP.RI No.1 tahun 2003 Nomor : DP3/04/XI/2013/Propam, tanggal 15 November 2013 ;

7. Bukti P-7 : Foto Kopi Surat Bank BNI Perihal Teguran Tunggakan Kredit Ke 3, tanggal 2 Januari 2013 ;

8. Bukti P-8 : Foto Kopi Surat Keterangan dari RT dan RW Perihal benar warganya yang bernama H. Syafril , Ruko dan isi bahan dagangannya habis terbakar. Tanggal 20 November 2014 ;

9. Bukti P-9 Foto Kopi Peraturan Kapolri Nomor : 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia ;

10. Bukti P-10 : Foto Kopi Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik

(32)

Kepolisian Negara Republik Indonesia ; :

11. Bukti P-11 : Foto Kopi Segel dari Bank BNI atas tanah dan Bangunan Orang Tua Penggugat ;

12. Bukti P-12 : Asli Ronsen kecelakaan yang menyebabkan Orang Tua Penggugat Patah Rahang ;

13. Bukti P-13 : Foto Kopi Surat Keterangan Kematian Nomor : 28/RT 03/17/01/2015, tertanggal 07 Januari 2015 ;

14. Bukti P-14: : Foto Kopi Surat Dinamika Psikologi dan Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologi, dari Psikologi Rumah Sakit Jiwa Tampan, Tanggal 15 September 2013 ;

15.Bukti P-15 : Fotocopy Surat Laboratorium Klinik Thamrim, Kode Leb:6116260115, tertanggal 26 Januari 2015, Tentang Hasil Pemeriksaan Test Narkoba, An. DEDY SYAFRIANTO, Hasilnya adalah Negatif ;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil sanggahannya Tergugat telah menagajukan surat-surat bukti yang telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya sehingga diterima sebagai alat bukti yang sah dalam persidangan ini dengan diberi tanda T-1 sampai dengan T- 22 adalah sebagai berikut :

1. Bukti T-1 : Foto Kopi Laporan Polisi nomor : LP-A/38/X/2013/Propam tanggal 29 Oktober 2013 an. BRIPTU DEDI SAPRIANTO ; 2. Bukti T-2 : Foto Kopi daftar absensi personel Polresta Pekanbaru dari bulan Juni s/d September 2013 a.n. BRIPTU DEDI SAPRIANTO;

3. Bukti T-3 : Foto Kopi Berita Acara Pemeriksaan an. BRIPTU DEDI SAPRIANTO tanggal 1 Nopember 2013, tentang pelanggaran PPRI No. 1 Tahun 2003 Penghentian Anggota Polri ;

(33)

4. Bukti T-4 : Foto Kopi Berita Acara Pemeriksaan an. DEDI SYAFRIANTO tanggal 29 oktober 2013 tentang pelanggaran pasal 3 huruf g dan atau Pasal 5 huruf a PPRI No. 2 tahun 2003 ;

5. Bukti T-5 : Foto Kopi surat usulan pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Polri untuk pemeriksan a.n Briptu Dedi Syafrianto Nrp 84120801 ke Kapolresta Pekanbaru. Berdasarkan Surat Nomor: R / 07 / XII / 2013 / Propam tanggal 11 Desember 2013 ;

6. Bukti T-6 : Foto Kopi surat keputusan tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia (KKEP) berdasarkan surat Nomor : Kep / 07 / XII / 2013 oleh Polresta Pekanbaru tanggal 13 Desember 2013 ; 7. Bukti T-7 : Foto Kopi surat penunjukan AKP ADEN BACHTIAR

selaku Penuntut dalam Sidang Kode Etik Profesi Polri berdasarkan surat perintah Nomor : Sprin / 755 / XII / 2013 tanggal 16 Desember 2013 ;

8. Bukti T-8 : Foto Kopi surat perintah Nomor : Sprin / 757 / XII / 2013 tanggal 16 Desember 2013 surat penunjukan IPDA RIYANTO selaku Sekretaris sidang KKEP terhadap dugaan Pelanggaran PP RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri ;

9. Bukti T-9 : Foto Kopi surat penunjukan AKP DAMIR, SH selaku Pendamping Terduga Pelanggar Briptu Dedi Syafrianto, terhadap dugaan Pelanggaran PP RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri. Sesuai dengan Surat perintah Nomor : Sprin / 756 / XII / 2013 tanggal 16 Desember 2013 ;

(34)

10. Bukti T-10 : Foto Kopi surat panggilan terduga pelanggar Dedy Syafrianto sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut turut, sebagai berikut:

a) Surat Panggilan Nomor : SP/66/IX/2013/Propam tanggal 16 september 2013 (T-10.a) ;

b) Surat Panggilan Ke-2 Nomor : SP/69/IX/2013/Propam tanggal 24 september 2013 (T-10.b) ;

c) Surat Panggilan Ke-3 Nomor : SP/73/IX/2013/Propam tanggal 26 september 2013 (T-10.c) ;

11. Bukti T-11 : Foto Kopi surat Putusan sidang Komisi Kode Etik Polri Nomor : PUT KKEP / 02 / I / 2014 / KKEP tanggal 04 Januari 2014 menyatakan perbuatan Terduga Pelanggar terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar pasal 14 ayat 1 huruf (a) PP.RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri ;

12. Bukti T-12 : Foto Kopi surat Surat Rekomendasi Penilaian Status Anggota Polri Nomor : Rek / 02 / I / 2014 tanggal 23 Januari 2014 oleh Kapolresta Pekanbaru dengan Rekomendasi untuk dapat diberhentikan Tidak Dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia ;

13. Bukti T-13 : Foto Kopi Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep / 347 / VIII/2014 tentang PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT DARI DINAS POLRI terhadap terduga pelanggar Briptu Dedi Syafrianto tanggal 26 Agustus 2014;

14. Bukti T-14 : Foto Kopi Surat saran dan pendapat hukum nomor : R/1126/XII/2013/Bidkum tanggal 2 Desember 2013 a.n. Terduga pelanggar BRIPTU DEDY SYAFRIANTO;

(35)

15. Bukti T-15 : Foto Kopi Surat Keterangan Hukuman Disiplin no. Pol.: Skep / 17 / III / 2008 / P3D tanggal 17 Maret 2008 ;

16. Bukti T-16 : Foto Kopi Surat Keputusan Hukuman Disiplin Nomor.: Skep / 44 / XI / 2013 / Propam, tanggal 20 Nopember 2013 ;

17.Bukti T-17 : Foto Kopi data absensi Brigadir Polresta Pekanbaru oleh provos Polresta pekanbaru dari bulan januari sampai dengan bulan Agustus 2014, terduga pelanggar an. Briptu dedy Syafrianto tidak masuk selama 8 (delapan) bulan berturut-turut ;

18. Bukti T-18 : Foto Kopi Laporan Nomor : LP-A/21/X/2013/Propam, Kamis tanggal 10 Oktober 2013 tentang Pelanggaran Disiplin Polri a.n. BRIPTU DEDY SYAFRIANTO ;

19. Bukti T-19 : Foto Kopi Berita Acara Pemeriksaan saksi An. IPDA JON EFRI tanggal 8 Nopember 2013 dalam pelanggaran Kode Etik Poliri oleh BRIPTU DEDY SYAFRIANTO, sesuai dengan PP RI No.1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri ;

20. Bukti T-20 : Foto Kopi Berita Acara Pemeriksaan saksi An. AIPDA CHRISTA tanggal 12 Nopember 2013 dalam pelanggaran Kode Etik Poliri oleh BRIPTU DEDY SYAFRIANTO, sesuai dengan PP RI No.1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri ;

21. BUKTI T-21 : Foto Kopi Berita Acara Pelaksanaan Sidang KKEP An. Terduga pelanggar BRIPTU DEDY SYAFRIANTO NRP.84120801 ;

22.Bukti T-22 : Foto Kopi Foto persidangan KKEP An. BRIPTU DEDY SYAFRIANTO ;

(36)

Menimbang, selain mengajukan bukti-bukti surat, pihak Penggugat telah pula menghadirkan 2 (dua) orang saksi dan telah memberikan keterangan dibawah sumpah di Persidangan;---Saksi I HARDIYANTO :

- Bahwa saksi dihadirkan pada persidangan ini sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh Dedy Syafrianto ;

- Bahwa gugatan tersebut adalah tentang Pemberhentian Penggugat dari Dinas Polri oleh Polda Riau ;

- Bahwa selain Anggota Polisi kegiatan Dedy Syafrianto juga membantu orang tuanya berjualan di Toko Orang tuanya tetapi tidak setiap hari jadi saksi sering jumpa;

- Bahwa saksi kenal Dedy Syafrianto sejak 5 tahun yang lalu karena toko orang tua Dedy Syafrianto bertetangga dengan toko saksi ;

- Bahwa jumlah saudara Dedy Syafrianto ada 7 (tujuh) orang ; - Bahwa Dedy Syafrianto adalah anak 1 (pertama) ;

- bahwa saksi tahu kesehatan Dedy Syafrianto terganggu kadang depresi semenjak toko ayahnya terbakar dan dikejar – kejar oleh Debt Collectot ; - Bahwa saksi tahu toko orang tua Penggugat kebakaran ;

- Bahwa alamat toko orang tua Penggugat kebakaran di Jalan Agus Salim Dedy Syafrianto Pekanbaru ;

- Bahwa yang terbakar adalah toko beserta isinya yang merupakan barang dagangan ;

- Bahwa Penggugat belum kerkeluarga ;

- Bahwa sepengetahuan saksi pekerjaan Dedy Syafrianto adalah Anggota Polisi ;

- Bahwa saksi tidak tahu apa ada atau tidak hukuman disiplin / narkoba ; Saksi II YUSNIAR :

- Bahwa Penggugat mengalami depresi menurut keterangan dokter maupun berdasarkan keterangan orang tua Penggugat ;

(37)

- Bahwa yang sering membantu orang tua Penggugat adalah Dedy Syafrianto, karena dia anak pertama ;

- Bahwa saksi tahu ada masalah Penggugat yaitu tidak masuk dinas ;

- Bahwa Setahu saksi Penggugat tidak masuk Dinas mulai tahun 2013 semenjak kejadian toko orangtua Penggugat kebakaran dan kemudian dikejar – kejar oleh debt collector karena ada tunggakan utang – utang dari agen – agen ;

- Bahwa saksi tahu pernah ada surat panggilan dari Propam Polresta Pekanbaru ;

- Bahwa Setahu saksi ada 3 (tiga) kali surat panggilan dari Propam;

- Bahwa saksi pernah mengantar Penggugat untuk masuk dinas setelah ada panggilan ke 3 dari Propam, kemudian menghadap propam sekitar akhir September 2013 yaitu bertemu dengan Pak Aden Bachtiar sama Pak Jon Efri;

- Bahwa Penggugat disuruh oleh Propam masuk dinas dan dari yang saya dengar Penggugat diwajibkan untuk masuk dinas pagi paling lambat jam 6.45 wib serta disuruh memakai ransel berisi pasir, memakai helm serta membawa senjata setiap mengikuti apel dan juga ada hukuman yaitu disuruh lari ;

- Bahwa tahu ada pernah sidang kode etik dari orang tua Penggugat ; - Bahwa Penggugat tidak banding karena musibah ;

- Bahwa pada saat sidang kode etik, Tidak ada Pendamping bagi Penggugat ; - Bahwa saksi ada membantu orang tua Penggugat yang mengalami

kesusahan akibat kejadian kebakaran yang menimpa toko orang tua Penggugat ;

- Bahwa Penggugat tidak terima gaji dari Kepolisian ;

Menimbang, selain mengajukan bukti-bukti surat, pihak Tergugat telah pula menghadirkan 2 (dua) orang saksi dan telah memberikan keterangan dibawah sumpah ;--- Saksi I. IPDA JON EFRI ;

(38)

- Bahwa saksi bertugas di Polresta Pekanbaru menjabat sebagai Kanit Provost sejak Februari 2012 ;

- Bahwa saksi kenal dengan Dedy Syafrianto merupakan anggota sabhara Polresta Pekanbaru;

- Bahwa Dedy Syafrianto Sering tidak masuk dinas dan saya yang memproses Pelanggaran Penggugat sampai di PTDH;

- Bahwa penggugat diperiksa karena tidak masuk dinas , dan ada laporan yang pertama ada laporan secara lisan dari Kasat Sabhara Kompol Bob Martin sekitar bulan Mei 2013 dan kemudian ada laporan bahwa penggugat tidak masuk dinas dari tanggal 1 Juni 2013 sampai tanggal 30 September 2013 sehingga tidak masuk kerja selama 100 hari kemudian baru dibuat KKEP ; - Bahwa Laporan yang dipakai sebagai dasar pemeriksaan pelnggaran yang

dilakuakan oleh Penggugat adalah laporan dari provost karena Penggugat tidak masuk dinas lebih dari 30 hari yaitu laporan No. LP/38/X/2013 tanggal 29 Oktober 2013 ;

- Bahwa Penggugat pernah dikenakan hukuman pembinaan dari provost berupa tindakan disiplin berupa tindakan fisik dengan memerintahkan Penggugat datang pagi paling lambat jam 6.45 dan disuruh memakai ransel berisi pasir, memakai helm dan senjata lengkap serta disuruh untuk lari , pembinaan ini dilakukan karena Penggugat tidak mengindahkan panggilan 3 kali dari propam dan juga Penggugat terbukti memakai narkoba setelah dicek urinnya;

- Bahwa sehubungan dengan pemanggilan dari propam , saksi pernah mendatangi rumah Penggugat menemui keluarga Penggugat dan sering memberikan saran agar Penggugat masuk dinas ;

- Bahwa yang memeriksa Dedy Syafrianto adalah Pak Zulfikar ;

- Bahwa tahu saksi tahu tidak masuk dinas selama 100 hari dari Absen kehadiran ;

(39)

- Bahwa yang melaporkan absen adalah Saksi sendiri sebagai Kanit Provost yang bertugas merekap absensi ;

- Bahwa yang memeriksa saksi adalah Pak Zulfikar ;

- Bahwa yang membuat laporan pemeriksaan ke Kapoltabes adalah Kasi Propam ;

- Bahwa yang membuat surat panggilan adalah Kasi Propam ;

- Bahwa terhadap pelanggaran karena tidak masuk dinas dilakukan Sidang KEPP sebanyak 3 ( tiga ) kali yaitu tanggal 21 Desember 2013, 28 Desember 2013 dan tanggal 4 Januari;

- Pada saat sidang KEPP ada pembelaan dari Pendamping ( AKP Damir,SH Wakasat Sabhara Polresta Pekanbaru ) untuk minta keringanan hukuman; - Bahwa putusan sidang KKEP adalah Penggugat direkomendasikan untuk di

PTDH ;

- Bahwa penggugat tidak ada mengajukan banding ;

- Bahwa Laporan terhadap pelanggaran penggugat duluan laporan kasus tidak masuk kerja baru kemudian laporan kasus narkoba kemudian ada laporan lagi Penggugat tidak masuk kerja dan laporan yang terakhir menjadi dasar dilaksanakan sidang KKEP;

- Bahwa Penggugat pernah dikenakan hukuman disiplin berupa masuk sel selama 21 ( dua puluh satu ) hari karena kasus mengkonsmsi narkoba ;

Saksi II. A.BACHTIAR ; - Bahwa saksi jadi Kasi Propam semenjak Juli tahun 2013 ;

- Bahwa Penggugat tidak masuk dinas + 100 hari ;

- Bahwa saksi tahu Penggugat telah diperiksa oleh Zulfikar berdasarkan Laporan dari Brigadir Eko Fernando tanggal 29 Oktober 2013 ;

- Bahwa Saksi tahu sidang Kode Etik sudah pernah dilaksanakan di Polresta Pekanbaru

- Bahwa persidangan KKEP ada 3 kali dan saksi hadir sebagai penuntut; - Bahwa yang memimpin persidangan adalah Pak Wakapolresta ;

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini menggunakan landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. Pembahasan pada

Dengan terbuktinya hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah akibat paparan bising pesawat udara pada masyarakat di sekitar Bandara Adi Sumarmo

Dengan permainan bola warna berekor (bonakor) tersebut diharapkan pembelajaran lempar tangkap bola akan lebih menyenangkan dan siswa akan tertarik untuk mempelajari

1) Identifikasi masalah kebisingan di bandara. 2) Menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan dan penduduk sekitar bandara. 4) Data yang ada ditempuh

Puji syukur yang teramat dalam saya haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga Skripsi dengan

Perancangan Komunikasi Visual Portal Distro Online Distroid.com beserta Media Aktivasinya adalah sebuah perancangan yang memberi media baru bagi para pemilik merek

Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu

(1991), ada lima cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kegagalan pemijahan ikan di lingkungan budidaya yaitu, penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa, gonadotropin