• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N. Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "P U T U S A N. Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA""

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 1 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

P U T U S A N

Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama dengan Acara Biasa telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara antara : ---

AAN SUPARJO RUSTAM, Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal : Jalan Indrapuri No. 3 RT. 004 RW. 020 Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Pekerjaan Mantan Anggota POLRI.--- Dalam hal ini memberikan kuasa kepada :--- EKA MEDIELY, S.H.; ZENWEN PADOR, S.H., dan HELMI YADI, S.H., semuanya Kewarganegaran Indonesia, pekerjaan Advokat dan Advokat Magang pada Kantor Hukum “EKA MEDIELY, SH &

REKAN”, beralamat di Jalan H.R. Subrantas No. 9 Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 Maret 2016;--- Selanjutnya disebut sebagai……….. PENGGUGAT ;

M E L A W A N

KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU, Tempat Kedudukan di Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru Riau;--- Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22 Maret 2016 memberikan kuasa kepada :--

(2)

Halaman 2 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

1. Nama : RUSLI, S.H.;--- Pangkat/NIP. : KOMPOL/60100151;--- Jabatan/Kesatuan : Advokat Bidkum Polda Riau;- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No.

235 Pekanbaru;--- 2. Nama : NERWAN, S.H., M.H.;--- Pangkat/NIP. : Pembina/19680819 199603 1

002;--- Jabatan/Kesatuan : Advokat I Bidkum Polda Riau;

Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No.

235 Pekanbaru;--- 3. Nama : ABDUL KADIR, S.H., M.H.;--- Pangkat/NIP. : KOMPOL/59050843;--- Jabatan/Kesatuan : Analis I Bankum Bidkum

Polda Riau;--- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No.

235 Pekanbaru;--- Selanjutnya disebut sebagai………….. TERGUGAT ; Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tersebut, --- Telah membaca : --- 1. Surat Gugatan Penggugat tanggal 14 Maret 2016 yang didaftarkan di

Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 14 Maret 2016, dibawah Register Perkara Nomor : 13/G/2016/PTUN- Pbr; --- 2. Penetapan Plh. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 13/PEN-MH/2016/PTUN.Pbr, tanggal 15 Maret 2016 tentang Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; ---

(3)

Halaman 3 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

3. Surat Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 13/G/2016/PTUN.Pbr, tanggal 15 Maret 2016 tentang Penunjukan Panitera Pengganti; --- 4. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara

Pekanbaru Nomor : 13/PEN-PP/2016/PTUN.Pbr tanggal 16 Maret 2016 tentang Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan; --- 5. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara

Pekanbaru Nomor : 13/PEN-HS/2016/PTUN.Pbr tanggal 29 Maret 2016 tentang Penetapan Hari Sidang; --- 6. Berkas perkara, surat-surat bukti, mendengar keterangan saksi-saksi

yang diajukan dipersidangan dalam perkara ini; ---

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 14 Maret 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 14 Maret 2016 dan telah diperbaiki pada tanggal 29 Maret 2016 Penggugat telah menggugat Tergugat dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut: --- A. OBJEK GUGATAN---

Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJORUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP 85071002, KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU. --- B. KEPENTINGAN PENGGUGAT--- 1. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat (Kepala

Kepolisian Daerah Riau) di Pengadilan Tata Usaha Negara

(4)

Halaman 4 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

Pekanbaru karena Tergugat berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan juga Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang telah mengeluarkan/menerbitkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP 85071002, KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU.--- 2. Bahwa Surat Keputusan a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang secara hukum telah bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata, sehingga telah memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang berbunyi : ---

“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata’’. --- 3. Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan Surat Keputusan

Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri atas nama Penggugat (objek sengketa a quo) mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan yaitu antara lain : --- - Hilangnya pekerjaan atau terhentinya pembayaran gaji Penggugat.-

(5)

Halaman 5 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

- Hilangnya kesempatan untuk berkarier di Institusi Kepolisian Republik Indonesia. --- Hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. --- C. TENGGANG WAKTU---

Bahwa Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP 85071002, KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU, (objek sengketa a quo), diterima Penggugat pada tanggal 21 Desember 2015 dari atasan Penggugat yaitu Subbag Jarlat SPN Pekanbaru Kompol Dasril, Dengan demikian pengajuan gugatan ini masih dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986; ---

D. DASAR GUGATAN--- 1. Bahwa Penggugat adalah Anggota Polri lulusan Pendidikan DIKTUK

BA GASUM POLRI Gelombang I tahun ajaran 2005 yang

(6)

Halaman 6 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

diselenggarakan SPN Padang Besi tanggal 4 Juli 2005 dengan pangkat pertama BRIPDA; --- 2. Bahwa pada 26 Desember 2005 Tergugat menerbitkan Surat

Keputusan No. Pol : Skep/274/XII/2005 Tentang Penempatan Pertama Bintara Polri Gelombang I T.A 2005 Di Lingkungan Polda Riau dengan penempatan tugas di BA Polres Pelalawan; --- 3. Bahwa setelah itu di tempatkan di bagian Intel Polda Riau dan

terakhir di mutasi pada tanggal 17 Februari 2012 Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Nomor: Kep/49/II/2012 Tentang Mutasi Personil di Lingkungan Polda Riau dengan penempatan tugas baru di BRIG SPN POLDA RIAU; --- 4. Bahwa Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri No :

PUT/06/VII/2015/KKEP, tanggal 6 Juli 2015 telah menyatakan Penggugat terbukti secara sah dan menyakinkan telah melanggar Pasal 14 ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri. Pasal 14 ayat 1 huruf a berbunyi “ Setiap Anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut- turut” dan merekomendasi Pemberhentian tidak dengan hormat (PDTH) kepada Penggugat; --- 5. Bahwa berdasarkan putusan tersebut di atas Tergugat

mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP 85071002, KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU; ---

(7)

Halaman 7 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

6. Bahwa tidak benar Penggugat meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut. dari tanggal 18 september s/d 03 November 2014; - 7. Bahwa pada tanggal 18 September s/d 21 September 2014

Penggugat tidak masuk kantor karena Penggugat saat itu sakit bisulan yang membuat Penggugat kesulitan untuk duduk dan berdiri sehingga serba tidak nyaman melakukan aktivitas apapun. Terkait ketidak hadiran Penggugat karena sakit bisulan ini ada Penggugat telah memberitahukan ke rekan kerja di subbag Jarlat dan Penggugat telah minta izin dan diketahui oleh Kasubbag Jarlat SPN Pekanbaru. --- 8. Bahwa pada tanggal 22 September sampai dengan tanggal 27

September 2014, Penggugat bekerja bersama dengan anggota Reskrimum Polda Riau yaitu Brigadir EFARIZAL dan Polsek Tambang untuk mencari dan melakukan penangkapan terhadap tersangka Curanmor bernama Dede dan kemudian untuk melengkapi berkas tersangka tersebut pihak Polsek Tambang selaku Pihak yang memproses perkara karena Laporan polisinya berada pada Polsek Tambang, Polsek Tambang meminta Penggugat menjadi saksi atas perkara tersebut, kemudian memeriksa atau mem BAP Penggugat untuk melengkapi perkara tersebut pada tanggal 24 September 2014, dan tanggal 27 September 2014 Penggugat mengikuti serta pemeriksaan tambahan tanggal 13 oktober 2014. --- 9. Bahwa selama Penggugat bekerja membantu mencari dan

melakukan penangkapan terhadap tersangka Curanmor (Dede) bersama dengan anggota Reskrimum Polda Riau, yang juga diminta bantu oleh Polsek Tambang, Penggugat telah memberitahukan

(8)

Halaman 8 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

kepada rekan kerja di Subbag Jarlat SPN Pekanbaru yaitu kepada BRIPKA HERU NURYAN dan kepada pimpinan Penggugat di Subbag Jarlat SPN Pekanbaru yaitu kepada KOMPOL DASRIL serta kepada PROVOS pengambil absensi an BRIPKA AFRIZAL ARIF; --- 10. Bahwa pada tanggal 29 September s/d Oktober 2014 Pengugat

jatuh sakit dan beristirahat di rumah karena kelelahan setelah membantu Reskrimum Polda Riau dan Polsek Tambang; --- 11. Bahwa setelah pulih dari sakit Penggugat kembali bekerja seperti

biasa namun kemudian pada tanggal 7 Oktober 2014 anak Penggugat kecelakaan jatuh karenanya Penggugat tidak masuk kantor kembali; --- 12. Bahwa pada hari minggu tanggal 7 Oktober 2014 Penggugat

mendapat berita dari Bengkulu mengabarkan Ibu Penggugat yang mengalami sakit Paru-paru menahun sakit keras dan Penggugat diminta pulang ke Bengkulu menjenguk. Khawatir Penggugat tidak akan bertemu lagi dengan beliau yang sakit parah maka Penggugat menghadap atasan dan menceritakan kondisi ibu Penggugat.

Penggugat mohon izin untuk berangkat ke Bengkulu menjenguk ibu Penggugat tersebut, bahkan karena Penggugat juga sedang tidak ada uang sama sekali pada saat itu untuk berangkat besok ke Bengkulu, Penggugat meminta bantuan ongkos perginya kepada Atasan Penggugat dan Penggugat ingat diberi oleh atasan Penggugat sebesar Rp. 300.000. (tiga ratus ribu) ketika itu; --- 13. Bahwa setelah hamper 2 (dua) minggu lebih Penggugat berada di

Bengkulu, istri Penggugat khawatir mengenai pekerjaan Penggugat maka istri Penggugat lah yang mengirim pesan singkat (sms) kepada atasan Penggugat memastikan apakah tidak ada masalah,

(9)

Halaman 9 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

apabila suaminya yaitu Penggugat masih berada di Bengkulu. Atas sms tersebut atasan Penggugat menjawab dan meminta istri Penggugat menyampaikan bahwa Penggugat harus secepatnya masuk kerja melaksanakan dinas jangan mengurus yang lain lagi.

Penggugat mematuhi perintah tersebut dan segera kembali ke Pekanbaru; --- 14. Bahwa pada tanggal 3 November 2014 Penggugat sudah masuk

kantor melaksanakan dinas, dan sepengetahuan Penggugat tidak benar ada provos yang mencari Penggugat ke rumah atau pun menelpon istri Penggugat; --- 15. Bahwa pada saat masuk bekerja kembali melaksanakan dinas pada

hari senin tanggal 3 November 2014 tersebut baru Penggugat dapat berita atas ketidak hadiran Penggugat menjenguk ibu yang sakit di Bengkulu tersebut KA SPN Pekanbaru marah dan telah membuat laporannya. Kepala SPN Pekanbaru mencurigai Penggugat mengkonsumsi narkoba, padahal Penggugat tidak pernah mengkomsumsi Narkoba. Pada tanggal 3 November 2014 itu juga Penggugat diperintahkan untuk menjalani rangkaian tes NARKOBA dan terbukti dari hasil Tes tersebut Penggugat Negatif dari zat Adiktif NARKOBA dan Terbukti Penggugat tidaklah seorang pengguna Narkoba sebagaimana tuduhan Kepala SPN Pekanbaru;--- 16. Bahwa berdasarkan uraian di atas tidak benar Penggugat

meninggalkan tugas tanpa izin, melainkan ada izin atasan penggugat dan tidak benar Penggugat tidak melaksanakan dinas berturut-turut selama lebih dari 30 hari kerja. Kata berturut- turut menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah dilakukan terus menerus tanpa henti, sementara faktanya Penggugat tidak masuk kerja tidak terus menerus selama lebih dari 30 hari. Walaupun benar

(10)

Halaman 10 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

selama beberapa hari Penggugat tidak hadir melaksanakan dinas namun bukan berturut-turut selama lebih dari 30 hari. --- 17. Bahwa pada tanggal 3 November 2014 adalah hari pertama Penggugat masuk bekerja melaksanakan dinas setelah kembali dari Bengkulu. Namun lembaran Absensi Penggugat tetap tidak diisi hadir oleh Provos dan dinyatakan tidak melaksanakan dinas yang mana rekap Absensinya ada pada berkas Putusan KKEP dan menjadi bukti dalam perkara ini. Padahal, jelas-jelas Penggugat masuk kembali melaksanakan dinas, kemudian diminta menjalani rangkaian Tes Narkoba.--- 18. Bahwa di dalam Putusan Kode Etik Polri Nomor : PUT/06 Juli tahun

2015 menyatakan pekerjaan Penggugat membantu tugas kesatuan lain adalah urusan pribadi, hal ini didasarkan oleh pendapat saksi- saksi yang ada. Namun tidak benar Perkara tersebut adalah Perkara Penggugat secara Pribadi. Terbukti LP atau STPL laporan Polisi di Polsek Tambang Kampar bukan atas nama Penggugat dan tertulis atas nama korban yaitu ZUBAIDAH yang beralamat Dsn IV Kampung Terendam RT 02/01 Desa Tambang Kec Tambang Kab Kampar. Hanya saja Tersangka yang di laporkan oleh Pelapor/korban yang bernama ZUBAIDAH yaitu Sdr DEDE adalah orang yang menggadaikan motor curiannya kepada Penggugat.

Namun tidak pernah datang menebus motor tersebut karenanya Penggugat curiga motor ini adalah motor curian dan motor tersebut diserahkan kepada Penggugat tanpa surat-surat. --- 19. Bahwa Penggugat yang jelas-jelas saja sebagai anggota Polri

berani-berani Sdr. DEDE menipu apalagi terhadap masyarakat awam pastinya perbuatan Sdr Dede melebihi dari terhadap Penggugat, karena dahulunya sebelum bertugas di Subbag Jarlat

(11)

Halaman 11 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

SPN Pekanbaru Penggugat bertugas di Intel Reskrim Polda Riau, Penggugat menceritakan masalah tersebut kepada Rekan yang masih bekerja Reskrimum Polda Riau yaitu Brigadir EFARIZAL, Justru kemudian Brigadir EFARIZAL menyatakan orang yang Penggugat ceritakan sedang mereka cari dan laporan terhadap Tersangka DEDE tersebut ada di Polsek Tambang;--- 20. Bahwa kemudian karena merasa terpanggil dan juga merasa

dirugikan oleh tindakan tersangka karena perbuatanya meresahkan masyarakat, Penggugat mengiyakan ajakan Brigadir EFARIZAL membantu pihak kepolisian Polsek Tambang yang sedang mencari keberadaanya Sdr DEDE, dimana mereka kesulitan mencari Keberadaan Tersangka sehingga meminta bantuan ke Reskrimun Polda Riau, karena Penggugat mengetahui perihal Tersangka, Penggugat membantu pencarian dan Penangkapan terhadap Tersangka DEDE tersebut. --- 21. Bahwa menurut PERKAP No. 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik

Profesi Kepolisian RI Bab II tentang Etika Profesi Polri Pasal 5 huruf C menyatakan “Etika kemasyarakatan memuat pedoman berprilaku Anggota polri dalam hubungan” : --- 1. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat

(kamtibmas) --- 2. Penegakan Hukum--- 3. Pelindung Pengayom dan pelayan masyarakat dan--- 4. Kearifan lokal, antara lain gotong royong, kesetiakawanan dan

toleransi. --- Dan Pasal 7 tentang Etika kelembagaan ayat (4) huruf menyatakan

“Sesama Sesama Anggota Polri wajib huruf (a), saling menghargai

(12)

Halaman 12 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

dan menghormati dalam melaksanakan tugas dan huruf (b), bekerjasama dalam rangka meningkatkan kinerja. --- 22. Bahwa dengan demikian apakah salah Penggugat bekerja

membantu Reskrimum Polda Riau mencari tersangka dan juga bekerja membantu Polsek Tambang mengungkap kejahatan yang meresahkan masyarakat yang jelas semuanya berada di ruang lingkup wilayah kerja Tergugat yaitu Polda Riau sebagaimana acuan Pasal 5 dan 7 diatas. --- 23. Bahwa seandainya pun Penggugat dianggap salah karena

bekerja membantu kesatuan lain yang masih dibawah ruang lingkup Tergugat, Namun Penggugat tetaplah bekerja mengabdi Pada Negara dan membantu lembaga tempat Penggugat bekerja yaitu Polri, yang masih berada dalam wilayah kerja Tergugat yaitu Polda RIAU. Seharusnya dan selayaknya Tergugat mempertimbangkan hal tersebut bahwa Penggugat masih tetap bekerja melaksanakan dinas walaupun bukan di kesatuan Penggugat. Tergugat dapat menghukum Penggugat dengan Hukuman Pembinaan ataupun penurunan jabatan dan tidak menghukum Penggugat dengan hukuman yang sangat berat seperti ini yaitu Pemberhentian Tidak dengan Hormat dari dinas Polri tanpa juga memperhatikan bahwa Penggugat masih punya tanggungan istri dan 2 (dua) anak-anak yang masih sangat kecil balita dan bagaimana masa depan mereka Jika ayahnya berhenti bekerja. --- 24. Bahwa Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri No.

Put/06/VII/2015/KKEP tanggal 6 Juli 2015 yang menjatuhkan hukuman Rekomendasi PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT (PTDH) kepada Penggugat hanya didasarkan kepada Laporan Polisi No. LP-A/11/XI/2014, tanggal 4 November 2014 yang

(13)

Halaman 13 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

di buat oleh Pelapor RUSLAN dan laporan itu dibuat hanya berdasarkan Rekapitulasi Absensi Personil Provos SPN Pekanbaru. --- 25. Bahwa Rekap Absensi yang dijadikan dasar Laporan Polisi No. LP-

A/11/XI/2014, tanggal 4 November 2014 yang di buat oleh Pelapor RUSLAN tersebut hanya dibuat secara manual oleh Personil anggota Provos, karenanya Rekapitulasi Absensi yang diajukan dapat saja di buat baru, ditambahi dan dihapus karena diisi oleh Personil Provos bukan merupakan TTD Penggugat dan bukan Finjer Print atau tidak dapat diketahui Ankuntabilitasnya secara pasti. Absensi yang demikian sangat rentan dan dapat saja di manipulasi datanya, apalagi data Absensi tidak dapat di akses secara langsung oleh Penggugat untuk diketahuinya ketika Penggugat hadir apakah sudah ditulis hadir oleh Petugas absensi atau belum ditulis apa-apa atau justru sebaliknya dapat saja Penggugat sudah hadir namun tetap dibuat tidak hadir tanpa di ketahui oleh Penggugat. --- 26. Bahwa Rekapitulasi Absensi jelas bukanlah data Absensi yang

sebenarnya namun merupakan Rekapitulasi dari lembaran-lembaran Absensi lainnya, biasanya data Absensi ada lembaran Apel Pagi dan lembaran Apel siang, dan lembaran Absensi Apel pagi dan Apel siang sebenarnya juga rentan karena diisi oleh petugas Absensi yang mengisi lembaran absensi tersebut sendiri, tanpa tanda tangan Penggugat dalam hal ini apabila Penggugat terlambat atau masih diruangan petugas pengisi Absensi dapat saja, menyatakan Penggugat ataupun Personil yang lainnya di tulis tidak hadir oleh Petugas yang mengisi Absensi tersebut, dan hal ini juga pernah

(14)

Halaman 14 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

dialami oleh yang lain, mereka datang namun ditulis tidak datang sehingga kehilangan tunjangan. --- 27. Bahwa mengenai Data Absensi yang sebenarnya bukan

Rekapitulasi Absensi, disaat persidangan KKEP pernah dimintakan oleh Pendamping Penggugat untuk ditunjukkan yang sebenarnya, namun sampai saat ini tidak pernah ditunjukkan justru didalilkan sudah pernah ditunjukkan kepada Penggugat dan kepada saksi-saksi barang Bukti berupa 33 lembar Rekapitulasi Absensi. Ketua Komisi KKEP mendalilkan dengan diperlihatkannya Absensi tersebut kepada Terduga Pelanggar dan selanjutnya dibenarkan oleh Terduga Pelanggar maka itu sudah merupakan kebenaran tanpa menggali hal-hal lain dan menghubungkanya dengan bukti-bukti lain. --- 28. Bahwa Pertimbangan ketua komisi dalam Putusan Sidang Komisi

Kode Etik Polri No. Put/06/VII/2015/KKEP tanggal 4 Juli 2015 halaman 6 huruf C yang demikian sangat dangkal, tidak memperlihatkan fakta dari materi hukum yang sebenarnya dari tuduhan atau laporan yang dibuat pelapor dan Tuntutan dari Penuntut. Pertimbangan yang demikian jelas memberatkan dan merugikan Penggugat, tidak bersifat mengayomi, tidak patut, tidak objektif dan tidak adil, atau tidak mencerminkan sikap dari Prinsip-prinsip KKEP sebagaimana Pasal 3 PERKAP No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. --- 29. Bahwa setelah di keluarkannya Putusan kode etik Polri No.

PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015, tentang Rekomendasi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) atas nama Penggugat, Penggugat bersama Pendamping telah mengajukan

(15)

Halaman 15 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

Permohonan Banding namun Permohon Banding Penggugat ditolak dan materil Memori Banding Penggugat tidak diperiksa oleh Komisi Banding. --- 30. Bahwa seharusnya yang berhak dan berwenang menyidangkan

perkara Terduga Pelanggar adalah ANKUM dari pelanggar dan bukan Kabid Propam Polda Riau, tetapi dipimpin oleh KA SPN Pekanbaru. Komisi Banding menyatakan SPN Pekanbaru adalah Satker dalam lingkungan Polda Riau berdasarkan Perkap No. 22 Tahun 2010, jika demikian seharusnya Penggugat yang bekerja membantu Reskrimun Polda Riau juga saharusnya dianggap bekerja di Satker dalam Lingkungan Polda Riau. --- E. ALASAN HUKUM GUGATAN---

1. Bahwa berdasarkan fakta dan uraian di atas tindakan Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa a quo atas nama Penggugat yang didasarkan atas rekomendasi Putusan Sidang Kode Etik Polri No. PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 yang kemudian di Perkuat oleh Putusan Sidang Banding KKEP adalah cacat hukum baik secara materil maupun secara formil dan sangat bertentangan dengan rasa keadilan dan kepatutan; --- 2. Bahwa secara materil tindakan Tergugat mengeluarkan surat

keputusan dalam perkara a quo telah bertentangan dengan : --- 1) Pasal 14 ayat 1 huruf a PP No. 1 Tahun 2003 tentang

Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, karena pasal ini menegaskan bahwa anggota Polri yang dapat diberhentikan dengan tidak hormat adalah apabila meninggalkan tugas secara tidak sah secara berturut-turut selama lebih dari 30 hari. Secara tidak sah artinya tanpa pemberitahuan dan sebab yang jelas. Faktanya Penggugat selalu memberitahukan dan

(16)

Halaman 16 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

meminta izin ketika tidak hadir di kantor dan faktanya pula hal tersebut bukanlah tanpa alasan yang jelas. Semua ketidakhadiran Penggugat lebih karena menjalankan fungsi kepolisian yang Penggugat emban dan itupun dilakukan masih dalam lingkup kesatuan tugas Penggugat yaitu Polda Riau serta sebab lain adalah urusan keluarga yang mendesak yaitu sakitnya keluarga dekat Penggugat dan itupun dilakukan dengan pemberitahuan ke kantor dan/atau sepengetahuan atasan Penggugat. --- Secara berturut-turut artinya dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti. Faktanya ketidakhadiran Penggugat di kantor tidaklah secara terus menerus tanpa henti hingga melebihi 30 hari. --- Faktanya lagi bukti surat yang dijadikan bukti utama hanya Rekap Absensi yang dijadikan dasar Majelis Kode Etik menjatuhkan putusan. Padahal Rekap Absensi yang juga dijadikan dasar Laporan Polisi hanya dibuat secara manual oleh Personil anggota Provos, karenanya Rekapitulasi Absensi yang diajukan dapat saja di buat baru, ditambahi dan dihapus karena diisi oleh Personil Provos bukan merupakan TTD Penggugat dan bukan Finjer Print atau tidak dapat diketahui Angkuntabitasnya secara pasti, Absensi yang demikian sangat rentan dan dapat saja di manipulasi datanya, apalagi data Absensi tidak dapat di akses secara langsung oleh Penggugat untuk diketahuinya ketika Penggugat hadir apakah sudah ditulis hadir oleh Petugas absensi atau belum ditulis apa-apa atau justru sebaliknya

(17)

Halaman 17 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

dapat saja Penggugat sudah hadir namun tetap dibuat tidak hadir tanpa di ketahui oleh Penggugat. --- 2) Perkap No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Republik Indonesia;--- a. Dalam konsiderannya secara tegas menyatakan KKEP harus

dilaksanakan secara objektif, akuntabel, menunjung tinggi kepastian hukum dan rasa keadilan (legal and legitimite), serta hak asasi manusia dengan memperhatikan jasa pengabdian anggota POLRI yang diduga melanggar kode etik profesi POLRI. Faktanya sidang Kode Etik yang telah Penggugat jalani mengabaikan semua prinsip tersebut. --- b. Pasal 3 Perkap No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia juga menyebutkan mengenai prisip-prinsip KEPP meliputi : kepatutan, kepastian hukum, sederhana, kesamaan hak, aplikatif, akuntabel, yaitu pelaksaan penegakan KEPP dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, moral, dan hukum berdasarkan fakta. --- Faktanya sidang Kode Etik yang telah dijalani Penggugat telah mengabaikan prinsip–prinsip tersebut. --- 3). Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia--- a. Pasal 2 Perkap mengatur secara jelas dan terang bahwa

tujuan dari pembentukan peraturan ini adalah antara lain : --- a) sebagai pedoman dalam proses penegakan pelanggaran

KEPP; --- b) terselenggaranya tertib administrasi dalam proses

penegakan pelanggaran KEPP; ---

(18)

Halaman 18 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

c) Terselenggaranya proses penegakan KEPP secara objektif, jujur, adil, transparan dan akuntabel; --- d) terwujudnya kepastian hukum terhadap setiap penanganan

pelanggaran KEPP; --- e) terakomodasi hak-hak Terduga Pelanggar/Pelanggar

dalam proses penegakan KEPP. --- Faktanya sidang Kode Etik yang telah Penggugat jalani tidak berpedoman pada Perkap ini, tidak tertib administrasi, berlangsung secara tidak objektif, tidak jujur, tidak adil, tidak transparan dan tidak akuntabel. Akibatnya tidak terwujud kepastian hukum dan tidak terakomodasinya hak-hak Penggugat selaku Terduga Pelanggar. --- b. Pasal 3 Perkap menegaskan beberapa prinsip yang

terkandung dalam peraturan ini antara lain : --- a) legalitas, yaitu penegakan pelanggaran KEPP berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan. --- b) profesionalisme, yaitu penegakan pelanggaran KEPP

sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya. --- c) akuntabel, yaitu pelaksanaan penegakan pelanggaran

KEPP dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, moral, dan hukum berdasarkan fakta. --- d) kesamaan hak, yaitu setiap pelanggar KEPP wajib

diperlakukan sama tanpa membedakan pangkat dan jabatan. --- e) kepastian hukum, yaitu proses penanganan penegakan

pelanggaran KEPP harus jelas, tuntas dan dapat dipertanggungjawabkan. ---

(19)

Halaman 19 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

f) keadilan, yaitu proses penegakan pelanggaran KEPP dilakukan dengan menjunjung tinggi rasa keadilan bagi para pihak tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu. --- g) praduga tak bersalah, yaitu setiap anggota POLRI yang

dihadapkan pada penegakan pelanggaran KEPP wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap, dan--- h) transparan, yaitu pelaksanaan pelanggaran KEPP harus dilakukan secara jelas, terbuka dan sesuai prosedur. --- Faktanya sidang Kode Etik yang dijalani Penggugat cenderung mengabaikan semua prinsip di atas. Prinisip yang dominan dilanggar adalah praduga tak bersalah, karena dalam sidang Kode Etik Penggugat sudah diposisikan diperlakukan dan telah dianggap bersalah sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap. --- 3. Bahwa secara formil Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan

dalam perkara a quo tidak sesuai prosedur, bertentangan dan telah melanggar PERKAP No. 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI dan PERKAP No. 19 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Rincian pelanggaran formil tersebut akan Penggugat uraikan dalam point-point selanjutnya dibawah ini; --- 4. Bahwa pada saat Pemeriksaan Pendahulauan, faktanya Penggugat

tidak didampingi oleh pendamping padahal Pengemban fungsi hukum wajib menunjuk Pendamping. Sekalipun Penggugat tidak menunjuk pendamping. ---

(20)

Halaman 20 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

5. Bahwa dalam Pasal 1 ayat 15 PERKAP No. 19 Tahun 2012 jelas menyatakan yang disebut Pendamping adalah “Pegawai negeri pada Polri yang diminta oleh Pelanggar atau atasan pelanggar atau Akreditor untuk mendampingi terduga Pelanggar dalam Pemeriksaan Pendahuluan, pada tahap pemeriksaan dan pada Sidang KKEP “--- 6. Bahwa pada Pasal 18 PERKAP No. 14 Tahun 2011 Tentang Kode

Etik Profesi Kepolisian Negara RI menyatakan : --- (1) Dalam penegakan KKEP, Terduga Pelanggar dapat di

dampingi Anggota Polri yang ditunjuk oleh Terduga Pelanggar pada Tingkatan Pemeriksaan Pendahuluan, Sidang KKEP, dan Sidang Komisi Banding. --- (2) Dalam hal Terduga Pelanggar tidak menunjuk Anggota Polri

sebagai pendamping, Pengemban fungsi hukum wajib menunjuk Pendamping. --- (3) Untuk kepentingan Pembelaan, Terduga Pelanggar diberi hak untuk mengajukan saksi-saksi yang meringankan. --- 7. Bahwa Pengemban fungsi hukum tidak menerangkan fungsi dan

kegunaan pendamping bagi Penggugat dalam pemeriksaan pendahuluan justru menyatakan jika tidak didampingi pendamping agar menandatangani Surat Pernyataan yang telah dikonsep dan dibuat serta disodorkan oleh Penyidik kepada Penggugat pada saat pemeriksaan pendahuluan tersebut. Karena Penggugat tidak mengerti fungsi pendamping, kegunaan dan manfaatnya dalam mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan ditambah karena Penggugat khawatir harus menyediakan dana untuk membayar pendamping sedangkan kondisi keuangan Penggugat tidak memungkinkan untuk itu maka

(21)

Halaman 21 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

Penggugat mengiyakan tidak perlu didampingi, ditambah Penggugat pada saat itu dalam kondisi, depresi, stres dan merasa tertekan, Penggugat menandatangani surat pernyataan yang disodorkan penyidik; --- 8. Bahwa akibat Penggugat tidak didampingi Pendamping pada saat

Pemeriksaan Pendahuluan tersebut, Penggugat lebih banyak hanya membenarkan pertanyaan penyidik tidak berani membantah tanpa menganalisanya dengan teliti pertanyaan penyidik. Tidak adanya Pendamping yang mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan, menyebabkan Penggugat telah kehilangan hak- hak dan kesempatan untuk Pembelaan diri secara maksimal.

Kemudian Penggugat tidak menggetahui apa–apa yang menjadi hak-hak Penggugat karena kurangnya pengetahuan untuk itu, dan tidak ada tempat berkonsultasi secara hukum, seperti Penggugat tidak diberitahukan oleh penyidik berhak untuk menghadirkan saksi-saksi yang meringankan, pada hal itu penting untuk mengetahui dan membuktikan kenapa Penggugat sampai tidak masuk kerja melaksanakan dinas, apakah benar Penggugat tidak bekerja. --- 9. Bahwa tentang pendamping ini juga jelas diatur dalam Pasal 75 dan

76 PERKAP No. 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Karena tidak adanya Pendamping pada saat Pemeriksaan Pendahuluan maka Pelaksanaan Sidang Komisi Kode Etik Polri atas nama Penggugat belum mengungkap fakta kebenaran secara materil dan menyebabkan tidak terpenuhinya hukum acara pemeriksaan secara formil. ---

(22)

Halaman 22 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

10. Bahwa sebelum Penggugat diajukan ke Persidangan Kode Etik Polri seharusnya Provos SPN Pekanbaru harus melakukan langkah pencarian terhadap Terduga Pelanggar apabila memang tidak masuk dinas tanpa ijin pimpinan, Provos SPN Pekanbaru dan atau SIPROPAM melihat lembaran Absensi kosong dalam beberapa hari saja seharusnya sudah mencaritahu akar masalah kenapa anggota Polri tersebut tidak masuk dinas sebagai langkah Pembinaan dan Pengawasan dan apabila tidak di ketahui juga seharusnya melakukan langkah pencarian, bukan hanya mencari untuk memberhentikan anggota Polri itu saja, atau hanya untuk dihadapkan pada persidangan Kode Etik saja. Oleh karenanya kesalahan tidak masuknya Penggugat melaksanakan dinas, semata-mata tidak hanya merupakan kesalahan Anggota Polri itu saja namun juga merupakan kesalahan SIPROPAM, (atau Provos SPN Pekanbaru) karena kurang perhatian dan lemahnya pengawasan sehingga tidak berfungsi maksimal. --- 11. Bahwa Pencarian terhadap Terduga Pelanggar yang dilakukan

Provos SPN Pekanbaru seharusnya dibuktikan dengan adanya Berita Acara Pencarian Terduga Pelanggar, syarat formil ini tidak dipenuhi oleh Provos SPN Pekanbaru. --- 12. Bahwa Sidang KKEP hanya melihat berkas yang ada dan kesaksian

dari anggota Polri saja sementara berkas Rekapitulasi Absensi yang menjadi dasar untuk menuduh Penggugat tidak melaksanakan dinas lebih dari 30 hari berturut-turut tidak Valid atau tidak sempurna, jelas saksi-saksi mengetahui ketidakhadiran penggugat di dalam BAP hanya ketika disodorkan Rekapitulasi Absensi Penggugat saja oleh penyidik. ---

(23)

Halaman 23 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

13. Bahwa seharusnya terhadap Perkara Penggugat terlebih dahulu harus dilakukan AUDIT INVESTIGASI sebagaimana diatur Pasal 31 ayat (1) huruf a PERKAP No. 19 Tahun 2012, menyebutkan

“Pemeriksaan Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a dilaksanakan melalui tahapan, a Audit Investigasi“ kemudian pada Pasal 36 menyebutkan “Audit Investigasi dilaksanakan dengan cara : --- a. Wawancara terhadap Terduga Pelanggar dan saksi. --- b. Mencari, mengumpulkan dan mencatat bukti-bukti yang

memiliki hubungan dengan pelanggaran KEPP. --- c. Memeriksa, meneliti dan menganalisa dokumen yang

memiliki hubungan dengan dugaan pelanggaran KEPP dan, d. Mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan

Pelanggaran KEPP. --- 14. Bahwa jika Audit Investigasi dilakukan sebagaimana ketentuan

diatas, yaitu terutama pada ayat 1 huruf b, c dan D, maka Audit Investigasi akan menemukan bukti-bukti dan fakta tidak benar penggugat meninggalkan dinas 30 berturut-turut, Audit Investigasi jika ada mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan Penggugat, akan mengetahui Penggugat ada bekerja membantu kesatuan lain di bawah lingkup kerja Wilayah Polda Riau, dan Penggugat juga telah meminta izin atasan untuk melihat ibu Penggugat yang sakit di Bengkulu. --- 15. Bahwa dari fakta persidangan terhadap Perkara Penggugat, tidak

dilakukan Audit Investigasi terlebih dahulu oleh bidpropam Polda Riau selaku Penyidik sebagaimana ketentuan Pasal 32 ayat (6) PERKAP No. 19 Tahun 2012 yang menyatakan “Hasil Audit investigasi ditindaklanjuti dengan pelaksanaan gelar yang

(24)

Halaman 24 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

diikuti oleh fungsi inspektorat pengawas, fungsi SDM, fungsi hukum dan fungsi propam (wabprof, Provos, dan Paminal) untuk menentukan dapat atau tidaknya dilakukan pemeriksaan”

16. Bahwa pada Pemeriksaan Pendahuluan untuk Sidang KKEP yang ditujukan kepada Penggugat, Tim Audit Investigasi tidak memeriksa keluarga Penggugat untuk dijadikan sebagai saksi tidak mendatangi atasan Penggugat langsung, agar kesaksiannya menjadi pertimbangan oleh Sidang KKEP untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi, mengapa Penggugat tidak dapat melaksanakan dinas sebagaimana tuduhan Penuntut sidang KKEP.

Tim Audit Investigasi juga tidak menghadirkan saksi ahli untuk menganalisa perihal “Apakah selama penggugat bekerja bersama kesatuan lain itu masih merupakan kategori dinas atau bukan, faktanya Penggugat bekerja walau dengan kesatuan lain atau Satker lain dibawah Polda Riau“ untuk itu keterangan ahli sangat penting sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan Sidang KKEP, namun KKEP tidak melakukanya sebagaimana kewenangannya yang diatur di dalam Pasal 13 c, d, f PERKAP No 19 Tahun 2012--- 17. Bahwa menurut Pasal 47 ayat (2) huruf a s/d u PERKAP No 19

Tahun 2012 menyatakan tentang berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP dibuat oleh Pemeriksa dan sekurang-kurangnya memuat sebagaimana huruf g, yaitu “Berita Acara Pemeriksaan Ahli dan/atau keterangan Ahli” huruf n yaitu “Berita Acara ketidakhadiran saksi yang bukan anggota polri” kemudian huruf 0, yaitu surat kesediaan menjadi ahli. Faktanya KKEP tidak melengkapi Berkas Pemeriksaan Pendahuluan dan tidak menghadirkan saksi ahli serta orang yang bukan anggota Polri

(25)

Halaman 25 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

atau saksi yang meringankan Penggugat, sehingga hak-hak dan kepentingan Penggugat dirugikan. --- 18. Bahwa Berkas Pemeriksaan Pendahuluan diberikan kepada

Terduga Pelanggar sebagaimana ketentuan PERKAP No. 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Pasal 47 ayat 3 huruf C: --- Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP dibuat Rangkap 7 dan didistribusikan kepada : --- a. Ketua dan Anggota KKEP : 3 (tiga) Berkas --- b. Penuntut : 1 (satu) Berkas---

c. Terduga Pelanggar : 1 (satu) Berkas--- d. Fungsi Hukum Polri : 1 (satu) Berkas--- e. Sekretariat KKEP : 1 (satu) Berkas--- 19. Bahwa Perihal Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran

KEPP yang tidak diberikan kepada Penggugat/Terduga Pelanggar disampaikan oleh Pendamping Penggugat pada saat persidangan dalam nota Pembelaanya namun dikesampingkan Ketua dan komisi KKEP dengan alasan “keberadaan Pendamping dapat menyampaikan Berkas tersebut kepada Terduga Pelanggar” sebagaimana halaman 6 point b Putusan Komisi Kode Etik Polri No. Put/06/VII/2015 tanggal Juli 2015--- 20. Bahwa Pasal 74 ayat 1 PERKAP No 19 Tahun 2012 Tentang

Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. mengatur perihal hak-hak dari Terduga Pelanggar : --- (1) Terduga Pelanggar berhak ; ---

a. Menerima Turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan. --- b. Menunjuk Pendamping. ---

(26)

Halaman 26 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

c. Mengajukan saksi yang meringankan--- d. Menerima salinan Surat Persangkaan--- e. Mengajukan eksepsi/bantahan--- f. Menerima salinan tuntutan--- g. Mengajukan pembelaan--- h. Menerima salinan putusan sidang KKEP--- i. Mengajukan banding atas putusan sidang KKEP--- j. Menerima salinan putusan Sidang Banding--- 21. Bahwa menurut Pasal 75 ayat (1) a PERKAP No 19 Tahun 2012

Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI menyatakan bahwa Pendamping Terduga Pelanggar Berhak menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Terduga Pelanggar. --- 22. Bahwa apabila memang Pendamping dan Terduga Pelanggar

adalah satu kesatuan sebagaimana Pendapat Ketua dan Anggota Komisi, sehingga Terduga Pelanggar tidak perlu diberi Turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, maka seharusnya PERKAP No 19 Tahun 2012, tidak mengatur atau membuat 2 (dua) Pasal terkait hal ini yaitu Pasal 74 ayat (1) a untuk hak Terduga Pelanggar dan Pasal 75 (1) a untuk menyatakan perihal hak Pendamping, dengan demikian terlihat jelas Ketua dan Wakil Ketua Komisi persidangan KKEP telah mengambil keputusan dalam sidang KKEP bertentangan dengan PERKAP No 19 Tahun 2012 sehingga syarat formil beracara tidak terpenuhi dan bertindak sewenang- wenang dan tidak objektif dalam mengeluarkan pertimbangan tanpa dasar sehingga merugikan Penggugat. --- 23. Bahwa Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP di

berikan kepada terduga Pelanggar, pada hakekatnya berguna

(27)

Halaman 27 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

untuk dipelajari Terduga Pelanggar untuk melakukan pembelaan diri dipersidangan KKEP dan untuk mengetahui hak-haknya, namun faktanya Berkas Pemeriksaan Pendahuluan tersebut tidak diberikan kepada Penggugat, dan akibatnya Penggugat tidak tahu secara pasti arah persidangan selain hanya diam mendengarkan dan menerima hasil persidangan. --- 24. Bahwa pada persidangan KKEP Pendamping Penggugat telah

menyampaikan Pembelaan berdasarkan fakta hukum yang terungkap atas tuntutan Penuntut yang telah lewat waktu berdasarkan Pasal 50 PERKAP No 19 Tahun 2012 Tentang Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Perihal waktu dan pelaksanaan KKEP Menyatakan “Sidang KKEP dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkanya keputusan pembentukan KKEP“ karena Penetapan waktu dimulainya persidangan Terduga Pelanggar atas nama AAN SUPARJO RUSTAM dilaksanakan tanggal 10 Juni 2015 dan Keluarnya Surat Keputusan Kapolda Riau No. Kep/232/V/2015 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI di keluarkan tertanggal 29 Mei 2015, sehingga batas waktu yang ditentukan dalam Pasal 50 PERKAP No.19 Tahun 2012 Tentang STOK, sudah lewat 14 (empat belas hari) kerja. dan seharusnya telah gugur hak menuntut dari Penuntut untuk menyidangkan Perkara Penggugat (daluwarsa) karena tidak terpenuhi lagi syarat formil Pelaksanaan Persidangan KKEP. --- 25. Bahwa dalam persidangan KKEP, Pendamping Penggugat telah

menyampaikan Pembelaanya mengenai sejak dari awal proses penyidikan sudah terjadi cacat formil yaitu : ---

(28)

Halaman 28 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

- tidak dibuatnya berita acara hasil Audit Investigasi. --- - tidak digelarnya perkara dengan fungsi terkait tentang layak atau

tidaknya perkara ini dilanjutkan. --- - Provos SPN Pekanbaru tidak membuat acara pencarian Terduga Pelanggar.--- - Dalam proses penyidikan pengemban fungsi atau penyidik tidak

menyediakan pendamping untuk mendampingi Terduga Pelanggar, padahal Pendamping wajib hukumnya diminta ataupun tidak. --- - Penyidik hanya bertanya jika tidak didampingi pendamping

Penggugat diminta menandatangani surat pernyataan tidak memakai pendamping yang telah dikonsepkan oleh Penyidik. --- - Terduga Pelanggar tidak menerima berkas perkara sebelum

persidangan dimulai sehingga--- - Data Absensi yang sebenarnya tidak diperlihatkan yang diperlihatkan hanya Rekapitulasi Absensi. --- 26. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut Pendamping Penggugat telah meminta keringanan hukuman bagi Penggugat kerena Rekomendasi PTDH sangat berat bagi Penggugat sebab Penggugat mempunyai tanggung seorang istri dan 2 dua orang anak yang masih balita berumur 5 dan 2,5 tahun, sementara ibu Penggugat juga masih dalam kondisi sakit, Namun hal itu tidak juga diakomodir oleh Ketua Komisi dan Wakil Ketua Komisi KKEP kecuali oleh Anggota Komisi Rommel Hutagaol yang berpendapat lain dan menyatakan Penggugat masih layak dipertahankan. --- 27. Bahwa pada halaman 8 Putusan Kode Etik Polri No.

PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 point 13 huruf a menyatakan

“tidak ada fakta yang meringankan” pernyataan yang demikian

(29)

Halaman 29 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

sangat tendensius dan sangat tidak objektif, andaipun sewaktu Penggugat lebih dari satu minggu membantu Kesatuan lain yaitu Reskrim Polda Riau dan Polsek Tambang dalam melakukan penangkapan terhadap Curanmor tidak dianggap dalam rangka melaksankan dinas faktanya atas pekerjaan Penggugat tersebut Reskrim Polda Riau, Polsek Tambang dan Kejaksaan serta masyarakat terbantu oleh hasil kerja Penggugat, hal ini juga sudah dapat membantu menghilangkan keresahan masyarakat menertibkan keamanan dan ketentraman masyarakat walaupun masih dalam bentuk yang masih kecil. --- 28. Bahwa kemudian point 14 dari Putusan Kode Etik Polri No.

PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 menerangkan KA SPN Pekanbaru selaku Atasan dari Terduga Pelanggar telah mengadakan rapat staf tanggal 19 Juni 2015 perihal Pelanggaran yang dilakukan Terduga Pelanggar dimana berdasarkan hasil rapat staf menurut KA SPN direkomendasikan Terduga Pelanggar dinyatakan Tidak layak di Pertahankan Sebagai Anggota Polri---- 29. Bahwa apabila dibaca, ditelaah dan diteliti ternyata rapat staf

tanggal 19 Juni 2015 yang mengeluarkan REKOMENDASI No.

R/10/VI/2015/SPN tersebut 22 (dua puluh dua) orang peserta rapat memberikan rekomendasi dan menyatakan BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM layak dipertahankan dengan alasan yang bersangkutan kinerjanya cukup baik pada kegiatan siswa selalu datang tepat waktu, dan hanya 3 (tiga) orang yang menyatakan BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM tidak layak dipertahankan dengan demikian seharusnya Komisi Kode Etik Profesi Polri mempertahankan Penggugat namun justru sebaliknya Komisi Kode Etik Profesi Polri justru memakai rekomendasi 3 orang

(30)

Halaman 30 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

dalam hal ini telah terjadi TIRANI MONORITAS dan jika demikian maka tidak ada gunanya rapat staf tersebut diadakan jika KA SPN Pekanbaru hanya akan tetap mempertahankan pendapatnya untuk mengeluarkan Rekomendai PTDH atas nama Penggugat. --- 30. Bahwa kemudian pada point 15 nya pada alinea ke 5 Komisi Kode

Etik Profesi Polri bertindak juga selaku “Pejabat yang berwenang“

dan dapat memberikan pertimbangan tentang keadaan tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Kepolisian Negara RI terhadap Terduga Pelanggar ”sehingga apapun putusan yang diberikan oleh Komisi Kode Etik Polri tidak dapat di-intervensi oleh pihak manapun“ point ini mempertegas adanya kepentingan subjektif dangan mempergunakan kewenangan absolute dari awal proses sampai dengan pelaksanaan Sidang Kode Etik Polri atas nama Penggugat. --- 31. Bahwa pada halaman 9 Putusan kode etik Polri No.

PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 point 16 berdasarkan kewenangannya Komisi Kode Etik polri memberi pertimbangan dan berpendapat terkait Pelanggaran yang Terduga Pelangar berupa meninggalkan tugas lebih dari 30 hari secara berturut-turut dari tanggal 18 September s/d 30 November 2014 terhadap pelanggar menyatakan “pelanggar tidak bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas di Polri, tidak ada ketaatan dengan hukum/peraturan yang berlaku di polri, tidak menunjukan layalitas terhadap Polri”. --- 32. Bahwa justru sebaliknya dari pendapat para staf yang ikut rapat

terlihat pendapat yang menyatakan Penggugat bertanggung jawab dalam bekerja karenanya 22 (dua puluh dua) Staf yang hadir dan mengikui rapat tersebut menyatakan Penggugat layak dipertahankan. Untuk itu tidak benar dan tidak beralasan hukum

(31)

Halaman 31 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

pernyataan KKEP yang menyatakan Penggugat tidak bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas di Polri, tidak ada ketaatan dengan hukum/peraturan yang berlaku di polri, tidak menunjukan layalitas terhadap Polri”. --- 33. Bahwa untuk loyalitas terhadap Polrilah maka Penggugat ikut serta

membantu Reskrim Polda Riau dan Polsek Tambang mencari tersangka, sampai-sampai Penggugat kilaf memukul tersangka yang melawan pada saat penangkapan Tersangka, karenanya Penggugat dilaporkan oleh yang bersangkutan dan dihukum dengan hukuman disiplin, penilaian Komisi Kode Etik polri yang demikian adalah salah dan keliru dengan menilai Penggugat tidak ada itikad untuk memperbaiki diri dan melaksanakan tugas dengan baik.

Seharusnya Komisi Kode Etik polri membaca pendapat- pendapat para staf yang merekomendasikan Penggugat sehingga mereka merekomendasikan Penggugat layak untuk dipertahankan dan Komisi Kode Etik polri berpendapat demikian. --- 34. Bahwa pada halaman 10 Putusan kode etik Polri No.

PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 point 17 Komisi Kode Etik polri menyatakan secara yuridis materil terhadap hal yang dituntutkan terhadap Penggugat/ terduga Pelanggar pada prinsipnya sudah terpenuhi dan dapat dibuktikan namun faktanya yang di jadikan bukti hanya Rekapitulasi Absensi yang di perlihatkan oleh penyidik baik itu kepada saksi maupun kepada Penggugat data absensi yang sebenarnya tidak pernah diperlihatkan. Kemudian Audit Investigasi tidak dilakukan sesuai dengan tahapannya dan jika Auditor memang melaksanakan audit tentu akan meneumukan fakta materil yang sebenarnya, Auditor tidak ada bertanya kepada atasan Penggugat,

(32)

Halaman 32 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

tidak ada bertanya kepada keluarga Penggugat, tidak ada mendatangi tempat-tempat penggugat, tidak mendatangkan ahli untuk mengetahui status Penggugat yang bekerja membantu kesatuan lain namun masih dalam lingkup wilayah kerja Polda Riau dengan demikian belum jelas kebenaran Yuridis Materil dari apa yang disangkakan dan dituduhkan kepada penggugat. --- 35. Bahwa kemudian di persidangan KKEP saksi-saksi menyatakan ada mencari dan menelpon dan mendatangi istrinya agar masuk kembali bekerja faktanya itu tidaklah benar, istri Penggugat tidak pernah didatangi tidak pernah ditelpon, teman-teman Penggugat rata-rata tahu rumah Penggugat namun tidak ada Provos yang datang kerumah mengantarkan surat pemanggilan terhadap Penggugat, untuk masuk dinas. --- 36. Bahwa pada halaman 10 point 18 Putusan kode etik Polri No.

PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015, KOMPOL ROMEL HUTAGAOL S.IP telah memberikan pendapat yang berbeda (Disenting Opinion) antara lain ; --- a. KOMPOL ROMMEL HUTAGAUL, S.IP selaku anggota Komisi

Kode Etik Polri berpendapat bahwa berdasarkan hasil rapat staf yang memberikan pendapat sebahagian besar menyatakan bahwa Terduga Pelanggar BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM masih layak untuk dipertahankan sebagai anggota Polri. --- b. KOMPOL ROMMEL HUTAGAUL, S.IP selaku anggota Komisi

Kode Etik Polri berpendapat bahwa setelah melakukan pelanggaran berupa meninggalkan tugasnya lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut terhitung sejak tanggal 18 September s/d 3 November 2014 atau selama 33 (tiga puluh tiga)

(33)

Halaman 33 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

hari kerja secara berturut-turut, Terduga Pelanggar sudah aktif melaksanakan dinas dan tidak mengulangi membuat pelanggaran. --- c. KOMPOL ROMMEL HUTAGAUL, S.IP selaku anggota Komisi

Kode Etik Polri berpendapat bahwa yang secara struktur pada SPN Pekanbaru, Terduga Pelanggar merupakan bawahan, KOMPOL ROMMEL HUTAGAUL, S.IP menilai bahwa terhadap Terduga Pelanggar masih dapat dilakukan pembinaan untuk meningkatkan kinerjanya. --- d. KOMPOL ROMMEL HUTAGAUL, S.IP selaku anggota Komisi

Kode Etik Polri berpendapat bahwa Terduga Pelanggar sudah menyesali atas perbuatanya dan bersedia untuk berdinas dengan lebih baik yang akan dikuatkan dengan membuat Surat Pernyataan. --- Pada intinya KOMPOL ROMMEL HUTAGAUL, S.IP selaku anggota Komisi Kode Etik Polri berpendapat bahwa terhadap Terduga Pelanggar agar diberikan sanksi yang bersifat pembinaan dengan mempertimbangkan kelanjutan karir Terduga Pelanggar. --- 37. Bahwa pertimbangan Anggota Komisi KKEP KOMPOL ROMMEL

HUTAGAUL, S.IP yang demikian selaku atasan Penggugat yang paling mengerti tentang Penggugat tidak dipertimbangkan oleh, Ketua Komisi dan Wakil Ketua Komisi dan tetap merekomendasi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) atas nama Penggugat tanpa mempertimbangkan dan memperhatikan dengan teliti kepentingan dan hak-hak Penggugat, tidak menganalisa dengan dalam dan bijaksana mengenai Yuridis materil yang masih harus diperdalam dan dibuktikan secara akurat kebenarannya.

(34)

Halaman 34 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

Ketua Komisi dan Wakil Ketua Komisi mengenyampingkan syarat formil beracara sehingga Penggugat kehilangan hak-hak Penggugat, Ketua Komisi dan Wakil Ketua Komisi tidak memperhatikan Penderitaan Penggugat, dan masa depan anak-anak Penggugat jika Penggugat diberhentikan dari pekerjaan. --- 38. Bahwa surat keputusan yang dikeluarkan Tergugat dalam perkara

bertentangan pula dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik (The General Principle of Good Administration) khususnya Asas Keadilan dan Kewajaran (Principality of Justice and Equity) dan Azas Bertindak Cermat (Principle of Carefulness). --- 39. Bahwa berdasarkan dasar dan alasan tersebut diatas, tindakan

Tergugat yang menerbitkan objek sengketa a quo telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh karenanya Surat Keputusan objek sengketa a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah cacat hukum dan harus dinyatakan batal atau tidak sah ; --- 40. Bahwa oleh karena objek sengketa a quo dinyatakan batal atau tidak sah, maka berdasarkan hukum mohon majelis hakim yang menyidangkan perkara ini memerintahkan Tergugat untuk mencabut objek sengketa a quo ; --- 41. Bahwa oleh karena objek sengketa a quo diperintahkan untuk

dicabut, maka sangat adil pula Tergugat diperintahkan untuk merehabilitasi dan mengembalikan Penggugat pada kedudukan semula atau yang setara dengan itu ; ---

(35)

Halaman 35 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

F. PETITUM --- Bahwa Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas, mohon dengan Hormat Kepada Ketua/Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang Memeriksa dan Mengadili perkara ini agar berkenan menjatuhkan Putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : ---

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya. --- 2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Nomor :

Kep/507/XI/2015 tanggal 24 November 2015 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2 atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP 85071002, KESATUAN BANUN SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU ; --- 3. Memerintahkan Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) untuk mencabut Surat Keputusan Nomor : Kep/507/XI/2015 tanggal 24 November 2015 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus Lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP 85071002, KESATUAN BANUN SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU ; --- 4. Memerintahkan kepada Tergugat untuk merehabilitasi nama baik

Penggugat dalam kedudukan harkat dan martabat seperti semula atau yang setara dengan itu sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. --- 5. Menghukum Tergugat membayar biaya yang timbul dalam perkara

ini. --- atau, apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memiliki pendapat lain, Penggugat memohon putusan yang seadil- adilnya (ex aequo et bono) ---

(36)

Halaman 36 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah mengajukan Jawaban pada persidangan tanggal 12 April 2016, dan mengemukakan hal-hal sebagai berikut: ---

 Bahwa tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh penggugat, kecuali yang dengan tegas dan jelas diakui oleh tergugat; --

 Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat terhadap penggugat (AAN SUPARJO RUSTAM) telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan prosedur serta mekanisme hukum yang berlaku dalam instansi Kepolisian Negara Republik lndonesia (Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 dan Peraturan Kapolri No. 19 Tahun 2012); ---

 Bahwa sebelum dilaksanakan sidang kode etik terhadap penggugat AAN SUPARJO RUSTAM dalam rangka PTDH, penggugat telah melakukan pelanggaran disiplin dan telah dilakukan sidang disiplin dalam rangka pembinaan anggota Polri dengan Sanksi pembinaan (tidak di PTDH), adapun pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh penggugat yaitu : --- a. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor : LP/01/VII/2012/Provos, tanggal

26 Juli 2012 dugaan melakukan pelanggaran disiplin berupa "tidak melaksanakan apel pagi dan apel siang serta tidak melaksanakan tugas serta kewajibannya tanpa keterangan dan tanpa izin atau sepengetahuan dari pimpinan selama 15 (lima belas) hari kerja mulai tanggal 06 Juli 2012 sampai dengan tanggal 26 Juli 2012, telah dilaksanakan sidang disiplin dan sudah mendapat putusan dengan Surat Keputusan Hukuman Disiplin (SKHD) Nomor : SKHD/01/ll /2013, tanggal 8 Februari 2013, dengan sanksi "Penempatan ditempat khusus selama 7 (tujuh) hari".--- b. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor : LP/07/VII/2014/Provos tanggal

1 Juli 2014, dugaan melakukan pelanggaran disiplin berupa

(37)

Halaman 37 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

"pelanggaran asusila melakukan hubungan badan dengan sdri.

Lisa Rosalina layaknya suami isteri tanpa ikatan pernikahan yang sah" telah dilaksanakan sidang dan sudah mendapatkan putusan dengan "Surat Keputusan Hukuman disiplin" (SKHD) Nomor: SKHD/01/I/2015, tanggal 21 Januari 2015 dengan sanksi Teguran tertulis, Penundaan mengikuti Pendidikan paling lama 1 (satu) tahun dan penempatan pada tempat khusus selama 14 (empat belas) hari. --- c. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor : LP/07/l/2015/Propam tanggal 2

Januari 2015, dugaan pelanggaran disiplin berupa "tidak melaksanakan apel pagi dalam rangka siaga I Ops Lilin 2014"

telah dilaksanakan sidang dan sudah mendapatkan "Surat Keputusan Hukuman Disiplin" (SKHD) Nomor: SKHD/07/IV/2015, tanggal 10 April 2015 dengan sanksi "Penempatan dalam tempat khusus selama 7 (tujuh) hari".--- d. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor : LP/102/IX/20l4/Yanduan

tanggal 22 September 2014, dugaan telah melakukan pelanggaran disiplin berupa "melakukan penganiayaan dan atau pemukulan terhadap Sdr. DEDE HENDRIK untuk mendapatkan pengakuan"

tidak jadi dilaksanakan sidang disiplin karena bersamaan dengan itu juga akan dilaksanakan sidang Kode Etik Profesi Polri atas pelanggaran PP RI Nomor 1 Tahun 2003 yaitu meninggalkan tugas secara tidak sah lebih dari 30 hari kerja berturut-turut yaitu selama 33 (tiga puluh tiga) hari kerja. --- e. Berdasarkan absen yang dilakukan oleh Sie Propam SPN

Pekanbaru dan Laporan Polisi Nomor : LP-A/11/XI/2014/Provos, tanggal 4 November 2014, terduga pelanggar Brigadir AAN SUPARJO RUSTAM kembali melakukan pelanggaran yakni

(38)

Halaman 38 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

meninggalkan tugas secara tidak sah, mulai dari tanggal 18 September s.d. 3 November 2014 atau selama 33 (tiga puluh tiga) hari kerja, sehingga memenuhi unsur dugaan pelanggaran Pasal 12 ayat (1) huruf a PP Rl Nomor 1 Tahun 2003 yang berbunyi

"Meninggalkan tugas secara tidak sah lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut".--- f. Pada tanggal 19 Juni 2015 KA SPN Pekanbaru memimpin rapat staf

kordinasi Rekomendasi layak atau tidak layaknya dipertahankan sebagai anggota Polri an. BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM NRP. 85071002 yang diikuti oleh 20 (dua puluh) anggota staf SPN Pekanbaru dari yang berpangkat AIPTU s.d. KOMPOL yang berkesimpulan "Tidak layak untuk dipertahankan sebagai anggota Polri berpedoman dengan kasus pelanggaran yang telah dilakukan oleh yang bersangkutan, sesuai dengan aturan yang berlaku".--- g. Berdasarkan surat KA SPN Pekanbaru Nomor : B/437/XI/2014/SPN,

tanggal 11 Nopember 2014 SPN Pekanbaru melimpahkan Laporan Polisi Nomor Polisi : LP-A/11/XI/2014/Provos tanggal 4 Nopember 2014 an. BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM Nrp. 85071002 perkara tersebut ke Bid Propam Polda Riau untuk ditindaklanjuti dengan Sidang Kode Etik. --- h. Bid Propam Polda Riau menindaklanjuti dengan membuat Berita

Acara Pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan terduga pelanggar dalam rangka membuat Berkas pemeriksaan pendahuluan Nomor : BP3/06/II/205/WABPROF tanggal 11 Februari 2015, selanjutnya dijadikan Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran PP Rl Nomor 1 Tahun 2003 an. terduga pelanggar BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM. ---

(39)

Halaman 39 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

i. Kapolda Riau Selaku Pejabat Pembentuk Komisi Kode Etik Profesi Polri menerbitkan Surat Keputusan Nomor : KEP/232/V/2015 tanggal 29 Mei 2015 tentang daftar nama Susunan Komisi Kode Etik Profesi Polri yang memeriksa pelanggaran yang dilakukan oleh BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM. Memerintahkan Kabid Propam Polda Riau untuk melakukan sidang Kode Etik atas pelanggaran yang dilakukan oleh terduga pelanggar BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM. --- j. Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri yang dipimpin Kabid Propam

Polda Riau, pada tanggal 6 Juli 2015 menerbitkan putusannya yaitu putusan yang bersifat administrasi berupa rekomendasi PTDH Kepada BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM. --- k. Pada tanggal 6 Juli 2015 BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM

mengajukan Banding atas putusan Komisi Kode Etik Profesi Polri tersebut, dan oleh Komisi Banding dengan putusannya, permohonan banding pembanding ditolak dengan menguatkan Putusan Komisi Kode Etik Profesi Polri Polda Riau. --- l. Kapolda Riau dengan Surat Keputusannya Nomor :

Kep/507/XI/2016 tanggal 24 November 2015 telah menerbitkan surat Keputusan Pemberhentian dengan tidak hormat an.

BRIGADIR AAN SUPAJO RUSTAM staf Jarlat SPN Pekanbaru. --- m. Bahwa tergugat sebelum menyampaikan dalil-dalil bantahan terhadap gugatan penggugat, terlebih dahulu tergugat menguraikan proses penegakan hukum atas pelanggaran Pasal 14 PP Rl Nomor 1 Tahun 2003 yang diduga dilakukan oleh penggugat BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM sebagai berikut : ---

Referensi

Dokumen terkait

Juni 2012; --- Menimbang, bahwa yang menjadi obyek sengketa dan dimohonkan untuk dinyatakan batal atau tidak sah adalah Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim menilai bahwa dalam perkara incasu masih terdapat persoalan hukum menyangkut

Menimbang, bahwa unsur mengetahui berbeda maknanya dengan menerima, artinya Para Penggugat bukanlah pihak yang dituju oleh Keputusan obyek sengketa, sehingga

Pelanggaran Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.; --- Menimbang, bahwa maksud dari ketentuan- ketentuan tersebut

Satuan BRIMOB POLDA RIAU sampai terbitnya Surat Keputusan objek sengketa a quo ; --- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan mempelajari berkas perkara, maka

Menimbang, bahwa setelah mencermati isi surat gugatan Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat bukanlah tentang sengketa hak

baik berupa Sertifikat Hak Milik atas nama Penggugat maupun Alas Hak berupa Akta Jual beli ataupun Surat Keterangan Tanah atas nama Penggugat sebagai tanda

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi dipersidangan sdr Usman Leo selaku Ketua RW 007 dan Bikri selaku Ketua RT 003 pada Kelurahan Kepenuhan Tengah yang