KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE HAEMORAGIK YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2012
Berman1, Hiswani2, Makmur2
1
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi FKM USU
2Staf Pengajar FKM USU
Abstract
Stroke was a disorder of blood circulation in the brain due to blocked or rupture of blood vessels. Stroke was divided into two parts based on the pathological namely, ischemic and hemorrhagic stroke. Of entire the number of cases of stroke, 80% had ischemic stroke and 20% of stroke hemorrhagic. Stroke was the main cause of death in Indonesia with a proportion of 14.4%.
To determine the characteristics of stroke hemorrhagic patients hospitalized, conducted research at RSUP H. Adam Malik Medan with case series design. Population and the sample was 111 people in 2012 which recorded in hospital medical records. Univariate data were analyzed descriptively while bivariate data were analyzed using Chi-square test and ANOVA.
Proportion based on the highest sociodemographic in the age group 45-59 years 48.6%, men 51.4%, muslim 63.1%, high school / equal 41.4%, 96.4% married status, housewife 41, 4%, and 77.5% outside the city of Medan. Proportion based on the highest treatment status, 73% decreased consciousness, hemiparesis dextra 53.2%, hypertension 78.4%, intracerebral hemorrhage 83.8%, 43.7% cerebral hemifer, 99.1% of conservative measures, long maintainability average 6.37 days, insurance 82.9%, and 64.9% died. There was no significant difference between the average treatment time with the main complaints (p = 0.161), location of the paralysis (p = 0.81), and the site of bleeding (p = 0.085). There was a significant difference between the average treatment time of patients with CT-Scan results (0.024) and the condition while returning (p = 0.000).
Patients who have a history of hypertension to perform the routine control and a healthy lifestyle. Medical treatment and maintainability for patients was done intensively to reduce mortality rate. For the medical records department of RSUP H. Adam Malik Medan to complete patient data recording such as ethnicity and location of bleeding.
Keywords: Characteristics of Patient , Stroke Hemorrhagic, RSUP H. Adam Malik
Pendahuluan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan kematian jaringan otak hingga menimbulkan kelumpuhan dan kematian.1 Stroke diklasifikasikan menjadi 2 jenis yang dikategorikan berdasarkan keadaan patologis yaitu stroke iskemik dan stroke haemoragik. Dari seluruh kasus penderita stroke hampir 80% pasien menderita stroke iskemik (non haemoragik) dan 20% menderita stroke haemoragik.2
Di negara-negara maju, stroke merupakan penyebab kematian terbesar ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di samping itu, penyakit stroke menjadi
penyebab cacat badan terbesar dari seluruh penyakit, sehingga dapat menurunkan angka produktifitas kerja dan SDM.3
Data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2008 jumlah kematian didunia
sebanyak 57 juta jiwa dan 6,17 juta jiwa meninggal dunia akibat stroke dengan
Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar
10,8%.4 Berdasarkan data National Heart,
Lung, and Blood Institute tahun 2008,
penyakit stroke menjadi penyebab kematian terbesar ke empat di Amerika Serikat dengan jumlah 134.148 orang dengan angka proporsi sebesar 5,4%.5
Dari hasil penelitian Misbach didapatkan jumlah penderita stroke hemoragik di tujuh negara ASEAN yang mengambil sampel data
ASNA tahun 1996 ada sebesar 1.110 orang
(29,8%)6. Berdasarkan hasil penelitian Basri di RS Universitas Kebangsaan Malaysia pada tahun 2001 diperoleh persentase jumlah penderita stroke haemoragik sebesar 25,2% dan stroke iskemik sebesar 74,8%.7
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian utama pada semua kelompok umur adalah stroke dengan proporsi sebesar 15,4%.8 Prevalensi penderita stroke di Indonesia sebesar 8,3 per 1.000 penduduk pada tahun 2007.8
Berdasarkan Profil Kesehatan Nasional (2008) jumlah penderita stroke rawat inap yang dikategorikan menjadi stroke tanpa perdarahan/infark ada sebanyak 4.884 orang, penyakit serebrovaskuler lainnya 1.224 orang, infark serebral 1.070, dan perdarahan intrakranial 3.716. Case Fatality Rate penyakit stroke tertinggi yang dirawat inap dirumah sakit adalah perdarahan intrakranial sebesar 34,46% diikuti stroke tanpa perdarahan/infark sebesar 16,09%, penyakit serebrovaskuler lainnya 15,38%, dan infark serebral 11,2%.8
Jumlah penderita stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2010 sebanyak 1.009 orang stroke dimana proporsi penderita stroke haemoragik sebanyak 346 orang (34,3%)9. Penelitian Napitupulu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2004-2008 diperoleh jumlah penderita stroke sebanyak 1.718 orang dengan jumlah penderita stroke haemoragik sebanyak 408 orang (23,75%).10
Penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2012) di RSUP H Adam tahun 2011 diperoleh jumlah kematian akibat stroke ada sebanyak 88 orang. Tipe stroke yang paling
banyak menyebabkan kematian pada
penderita stroke adalah stroke hemoragik sebesar 87,5%.11
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan diketahui bahwa penderita stroke haemoragik yang dirawat inap pada tahun 2012 ada sebanyak 111 orang.
Stroke haemoragik merupakan pecahnya dinding pembuluh darah di otak sehingga
terjadi perdarahan.12 Sroke haemoragik dibagi
menjadi 3 bagian yaitu Perdarahan
Intraserebral (PIS), Perdarahan Subarachnoid (PSA), dan Perdarahan Subdural (PSD).13
Penyakit stroke haemoragik diakibatkan beberapa faktor resiko yaitu tidak dapat dikontrol (usia, jenis kelamin, ras/suku, riwayat keluaraga) dan dapat dikontrol (hipertensi, DM, merokok dll).14 Kejadian stroke lebih sering terjadi pada usia tua, karena semakin berkurangnya elastisitas pembuluh darah, menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita stroke dibandingkan perempuan.15,16
Faktor resiko penyebab terjadinya penyakit stroke haemoragik yang paling besar adalah hipertensi, terjadi karena peningkatan tekanan darah yang mendadak sedemikian rupa sehingga pembuluh darah pecah (karena tidak tahan menerima tekanan yang tinggi).12
Gejala stroke haemoragik yang dapat nampak pada awal serangan seperti, kesadaran menurun, lemah lengan/tungkai nyeri kepala yang hebat dan mual-muntah. Diagnosa stroke haemoragik dilakukan melalui pemeriksaan CT-Scan. Berdasarkan hasil CT-Scan dapat diketahui bagian perdarahan (PIS, PSA, dan PSD), letak kelumpuhan, dan lokasi perdarahan (hemisfer serebri, basal ganglia, batang otak dll).1,17
Perumusan masalah
Belum diketahui karakteristik penderita stroke haemoragik yang dirawat inap di RSUP H Adam Malik Medan tahun 2012.
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke haemoragik yang dirawat inap di RSUP H Adam Malik Medan tahun 2012. Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita
stroke haemoragik berdasarkan
sosiodemografi antara lain umur dan jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, status perkawinan, pekerjaan dan asal daerah.
b. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan keluhan utama saat pertama datang berobat.
c. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan letak kelumpuhan.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan faktor resiko.
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan hasil CT-Scan.
f. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan lokasi perdarahan.
g. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan tindakan medis.
h. Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita stroke haemoragik.
i. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan sumber biaya.
j. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan keadaan sewaktu pulang
k. Mengetahui perbedaan tindakan medis berdasarkan hasil CT-Scan.
l. Mengetahui perbedaan letak kelumpuhan berdasarkan hasil CT-Scan.
m. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan hasil CT-Scan
n. Mengetahui perbedaan keadaan sewaktu pulang berdasarkan hasil CT-Scan
o. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keluhan utama saat masuk pertama kali datang berobat.
p. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan letak kelumpuhan. q. Mengetahui perbedaan lama rawatan
rata-rata berdasarkan lokasi perdarahan.
r. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Sebagai bahan tambahan untuk
meningkatkan pengetahuan serta wawasan
penulis tentang penyakit stroke
haemoragik.
b. Sebagai bahan masukan untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang penyakit stroke haemoragik.
c. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUP
H. Adam Malik Medan mengenai
karakteristik penderita stroke haemoragik
sehinggga dapat membantu dalam
merumuskan kebijakan mengenai
pencegahan dan penanggulangan stroke haemoragik.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Februari sampai Juli 2013. Populasi penelitian adalah semua data penderita stroke haemoragik rawat inap yang tercatat di rekam medis rumah sakit tahun 2012 yang berjumlah 111 orang. Besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling).
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data unuvariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan
chi-square test dan anova.
Hasil dan Pembahasan
Distribusi proporsi penderita stroke haemoragik rawat inap dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Proporsi Umur Ber-dasarkan Jenis Kelamin Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan f % f % <45 45-59 ≥60 10 28 19 9 25,2 17,2 7 26 21 6,3 23,4 18,9 Total 57 51,4 54 48,6
Dari tabel 1. dapat diketahui bahwa umur <45 tahun berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu 9%. Umur 45-59 tahun tertinggi adalah laki-laki yaitu 25,2%. Umur ≥60 tahun tertinggi adalah perempuan yaitu 18,9%.
Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke, kejadian stroke lebih sering terjadi pada usia tua karena semakin berkurangnya elastisitas pembuluh darah15.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penderita stroke haemoragik yang paling muda adalah umur 17 tahun. Penderita berjenis kelamin laki-laki dengan faktor risiko akibat konsumsi alkohol dan narkoba berlebih, mengalami Perdarahan Intraserebral (PIS), hemiparesis sinistra, tindakan medis
yang dilakukan konservatif, biaya sendiri dan pasien tersebut meninggal dunia setelah dirawat selama 1 hari.
Penderita stroke haemoragik paling tua berumur 83 tahun berjenis kelamin laki-laki memiliki faktor risiko hipertensi, mengalami Perdarahan Intraserebral (PIS), paraparesis, lokasi perdarahan hemifer serebri, tindakan medis yang dilakukan konservatif, biaya asuransi dan pasien tersebut meninggal dunia setelah dirawat selama 2 hari.
Kejadian stroke haemoragik lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Penelitian yang dilakukan di 28 rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita stroke dibandingkan dengan perempuan.16
Tabel 2. Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi Sosiodemografi f % Agama Islam Katolik Kristen Protestan Hindu 70 4 36 1 63,1 3,6 32,4 0,9 Jumlah 111 100 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Akademi/Perguruan Tinggi 6 27 30 46 2 5,4 24,3 27,0 41,4 1,8 Jumlah 111 100 Status Perkawinan Tidak Kawin Kawin 4 107 3,6 96,4 Jumlah 111 100 Pekerjaan Tidak bekerja PNS/POLRI/TNI/Pensiunan Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Petani Lain-lain 3 9 1 38 46 13 1 2,7 8,1 0,9 34,2 41,4 11,7 0,9 Jumlah 111 100 Tempat Tinggal Kota Medan Luat Kota Medan
25 86
22,5 77,5
Jumlah 111 100
Pada tabel 2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan agama yang tertinggi adalah agama Islam yaitu 63,1% dan yang terendah adalah Hindu yaitu 0,9%, berdasarkan tingkat
pendidikan yang tertinggi adalah
berpendidikan SLTA/Sederajat yaitu 41,4% dan terendah adalah Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 1,8%, berdasarkan status perkawinan yang bersatatus kawin sebanyak 96,4% dan tidak kawin sebanyak 3,6%. Berdasarkan pekerjaan yang paling tinggi adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 41,4% dan yang paling rendah adalah lain-lain (pengrajin kayu) yaitu 0,9%. Berdasarkan tempat tinggal yang tertinggi adalah yang bertempat tinggal di Luar Kota Medan yaitu 77,5% dan yang terendah adalah yang bertempat tinggal di Kota Medan sebanyak 22,5%.
Tabel 3. Distribusi Proporsi Berdasarkan Keluhan Utama
Keluhan Utama f %
Nyeri kepala mendadak, mual, muntah
Kesadaran menurun
Lemah lengan dan tungkai kiri Lemah lengan dan tungkai kanan Lebih dari satu keluahan utama
3 81 18 7 2 2,7 73 16,2 6,3 1,8 Jumlah 111 100
Berdasarkan tabel 3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke haemoragik dengan keluhan utama yang tinggi adalah kesadaran menurun sebesar 73% dan terendah adalah lebih dari satu keluhan utama 1,8%.
Kesadaran menurun (somnolen) terjadi akibat adanya edema serebral, perubahan terjadi dalam otak dan batang otak diakibatkan karena terdesak sehingga kesadaran secara berangsur-angsur terus menurun. Edema serebral merupakan kondisi dimana terjadi akumulasi cairan di intraseluler dan ekstraseluler otak akibat perdarahan18,19 Tabel 4. Distribusi Proporsi Berdasarkan Letak
Kelumpuhan Letak Kelumpuhan f % Hemiparesis dextra Hemiparesis sinistra Paraparesis 59 47 5 53,2 42,3 4,5 Jumlah 111 100
Pada tabel 4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan letak kelumpuhan tertinggi adalah hemiparesis dextra yaitu 53,2% dan terendah paraparesis yaitu 4,5%.
Tabel 5. Distribusi Proporsi Berdasarkan Faktor Risiko Faktor Risiko f % Diabetes Melitus Hipertensi Pernah Stroke Penyakit Jantung Aneurisma
Operasi Tumor Otak Konsumsi Narkoba/Alkohol Lebih dari satu faktor resiko
6 87 5 1 1 1 1 9 5,4 78,4 4,5 0,9 0,9 0,9 0,9 8,1 Jumlah 111 100
Berdasarkan abel 5. dapat diketahui bahwa proporsi faktor resiko penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah hipertensi 78,4% dan yang terendah adalah penyakit jantung, aneurysma, operasi tumor otak, dan konsumsi alkohol/narkoba.
Hipertensi merupakan faktor resiko yang sangat mempengaruhi kejadian stroke haemoragik, sekitar 3-4 kali lebih besar kejadian stroke terjadi pada penderita dengan hipertensi dibandingkan non-hipertensi.20
Konsumsi alkohol berat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Alkohol dapat menggangu peredaran darak otak, meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme hidratarang dan lemak dalam tubuh, dan menggangu pembekuan darah18
Penderita stroke haemoragik dengan faktor risiko aneurisma berumur 18 tahun berjenis kelamin laki-laki, mengalami Perdarahan Subarachnoid (PSA), paraparesis, tindakan medis yang dilakukan operatif, sumber biaya asuransi dan pulang atas permintaan sendiri setelah dirawat selama 30 hari. Perdarahan subarachnoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisma dan sering menyerang penderita yang masih muda.20,21 Tabel 6. Distribusi Proporsi Berdasarkan Hasil
CT-Scan
Hasil CT-Scan f %
Perdarahan Intraserebral (PIS) Perdarahan Subaracnoid (PSA) Perdarahan Subdural (PSD) 93 13 5 83,8 11,7 4,5 Jumlah 111 100
Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang tertinggi berdasarkan hasil CT-Scan yaitu mengalami Perdarahan Intraserebral (PIS) 83,8% dan terendah Perdarahan Subdural (PSD) 4,5%.
Penderita stroke haemoragik paling tinggi terjadi pada intraserebral dimana perdarahan awal berasal dari pembuluh darah parenkim otak yang bukan disebakan oleh trauma.
Perdarahan Intraserebral 60%-70%
disebabkan oleh hipertensi hal ini sejalan dengan faktor resiko kejadian stroke haemoragik paling tinggi disebabkan oleh hipertensi.14
Tabel 7. Distribusi Proporsi Berdasarkan Letak Kelumpuhan Letak Kelumpuhan f % Hemiparesis Dextra Hemiparesisi Sinistra Paraparesis 59 47 5 53,2 42,3 4,5 Jumlah 111 100
Pada tabel 7. dapat diketahui bahwa proporsi letak kelumpuhan penderita stroke haemoragik tertinggi pada hemiparesis dextra 53,2% dan terendah adalah paraparesis 4,5%.
Hemparesis (hemiplagia) merupakan kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan tungkai berikut wajah pada salah satu sisi tubuh. Kelumpuhan tersebut biasanya disebabkan oleh lesi vaskular unilateral di kapsula interna atau kortes motorik. Lesi yang mendasari hemiparesis adalah lesi vaskuler yang diakibatkan terjadi penyumbatan atau perdarahan suatu arteri serebral.(19,22)
Tabel 8. Distribusi Proporsi Berdasarkan Lokasi Perdarahan Lokasi Perdarahan f % Tercatat Tidak tercatat 48 63 43,2 56,8 Jumlah 111 100
Tabel 9. Distribusi Proporsi Berdasarkan Lokasi Perdarahan Tercatat Lokasi Perdarahan f % Hemisfer Serebri Basal Ganglia Batang Otak Serebelum Perdarahan Subarachnoid 21 20 2 2 3 43,7 41,7 4,2 4,2 6,2 Jumlah 48 100
Pada tabel 9. dapat diketahui bahwa proporsi lokasi perdarahan penderita stroke haemoragik tertinggi dijumpai pada hemifer serebri 43,7% dan terendah adalah batang otak dan serebelum. 4,2%.
Lokasi perdarahan tertinggi terdapat pada
hemisfer serebri. Pada Perdarahan
Intraserebaral (PIS) lokasi perdarahan terjadi di hemifer serebri 80% dan batang otak serta serebelum 20%.14
Tabel 10. Distribusi Proporsi Berdasarkan Tindakan Medis Tindakan Medis f % Tindakan Konservatif Tindakan Operatif 110 1 99,1 0,9 Jumlah 111 100
Pada tabel 10. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan tindakan medis lebih tinggi pada tindakan konservatif yaitu 99,1% dan terendah tindakan operatif yaitu 0,9%.
Lama rawatan rata-rata penderita stroke haemoragik rawat inap dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 11. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Lama Rawatan Rata-rata (Hari)
N 111 Mean 6,37 SD (Standar Deviasi) 7,739 95% CI 4,91-7,83 Minimum 1 Maksimum 56
Pada tabel 11. dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita stroke haemoragik rawat inap di RSUP H Adam Malik Medan tahun 2012 adalah 6,37 hari (7 hari). Lama rawatan paling singkat 1 hari sedangkan paling lama 56 hari.
Tabel 12. Distribusi Proporsi Berdasarkan Sumber Biaya Sumber Biaya f % Biaya Sendiri Asuransi 19 92 17,1 82,9 Jumlah 111 100
Berdasarkan tabel 12. dapat dilketahui proporsi penderita stroke haemoragik yang dirawat inap di RSUP H Adam Malik Medan tahun 2012 berdasarkan sumber biaya yang tertinggi adalah asuransi yaitu 82,9% dan yang terendah adalah biaya sendiri yaitu 17,1%.
Tabel 13. Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Keadaan Sewaktu Pulang f %
Pulang berobat jalan (PBJ)
Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) Meninggal 27 12 72 24,3 10,8 64,9 Jumlah 111 100
Berdasarkan tabel 13. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik tertinggi adalah meninggal dunia 64,9% dan terendah adalah PAPS 10,8%.
Case Fatality Rate (CFR) penderita stroke
haemoragik yang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 sebesar 64,9%. Hal ini disebabkan karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan kesehtan regional untuk wilayah Sumatera Bagian Utara dan bagian Tengah, pasien yang dirujuk pada umumnya sudah dalam keadaan parah. Sehingga tindakan medis yang dilakukan tidak
menolong untuk menyelamatkan jiwa
penderita.
Tabel 14. Tindakan Medis Berdasarkan Hasil CT-Scan Hasil CT-Scan Tindakan Medis Total Tindakan Konservatif Tindakan Operatif f % f % f % PIS PSA PSD 93 12 5 100 92,3 100 0 1 0 0 7,7 0 93 13 5 100 100 100
Pada tabel 14. dapat diketahui bahwa dari seluruh penderita stroke haemoragik yang
mengalami PIS, dilakukan tindakan
konservatif 100% dan tindakan operatif 0%. Dari seluruh penderita stroke haemoragik yang mengalami PSA, dilakukan tindakan konservatif 92,3% dan tindakan operatif 7,7%. Dari seluruh penderita stroke haemoragik yang mengalami PSD, dilakukan tindakan konservatif 100% dan tindakan operatif 0%.
Analisis statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 4 sel (66,7%) expected count nya lebih dari 5.
Tabel 15. Letak Kelumpuhan Berdasarkan Hasil CT-Scan Hasil CT-Scan Letak Kelumpuhan Total Hemiparesis Dextra Hemiparesis Sinistra Paraparesis f % f % f % f % PIS PSA PSD 49 5 5 52,7 38,5 100 40 7 0 43,0 53,8 0 4 1 0 4,3 7,7 0 93 13 5 100 100 100
Pada tabel 15. dapat diketahui bahwa dari seluruh penderita stroke haemoragik dengan PIS, yang hemiparesis dextra 52,7%, hemiparesis sinistra 43,0% dan paraperesis 4,3%. Dari seluruh penderita stroke haemoragik dengan PSA, yang hemiparesis sinistra 38,5%, hemipareisis sinistra 53,8% dan paraparesis 7,7%. Dari seluruk penderita stroke haemoragik dengan PSD, hemiparesis dextra 100%, hemiparesis sinistra dan paraparesis 0%.
Analisis statistik dengan uji chi square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 5 sel (55,6%) expected count nya kurang dari 5.
Tabel 16. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Hasil CT-Scan
Hasil CT-Scan Lama Rawatan Rata-rata
f x SD PIS PSA PSD 93 13 5 5,73 11,77 4,40 5,721 15,93 4,82
Pada tabel 16 dapat diketahui bahwa lama
rawatan rata-rata penderita stroke
haemoragik yang mengalami Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah 5,73 hari, lama
rawatan rata-rata penderita stroke
haemoragik yang mengalami Perdarahan Subarachnoid (PSA) adalah 11,77 hari, dan lama rawatan rata-rata penderita stroke haemoragik yang mengalami Perdarahan Subdural (PSD) adalah 4,4 hari.
Hasil analisis satatistik dengan uji Anova diperoleh p(=0,024)<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan hasil CT-Scan.
Tabel 17. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Hasil CT-Scan
Hasil CT-Scan
Keadaan Sewaktu Pulang
Total PBJ PAPS Meninggal f % f % f % f % PIS PSA PSD 25 2 0 26,9 15,4 0 10 2 0 10,7 15,4 0 58 9 5 62,4 69,2 100 93 13 5 100 100 100
Pada tabel 17. dapat diketahui bahwa dari seluruh penderita stroke haemoragik yang mengalami PIS, pulang berobat jalan 26,9%, pulang atas permintaan sendiri 10,7% dan meninggal 62,4%. Dari seluruh penderita stroke haemoragik yang mengalami PSA, pulang beronbat jalan 15,4%, pulang atas permintaan sendiri 15,4% dan meninggal 69,2%. Untuk penderita stroke haemoragik yang mengalami PSD, pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri 0% dan meninggal 100%.
Analisis statistik dengan uji chi square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 5 sel (55,6%) expected count nya kurang dari 5
Tabel 18. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Keluhan Utama Lama Rawatan Rata-rata
f x SD
Nyeri kepala, mual, dan muntah Kesadaran menurun
Lemah lengan tungai kiri Lemah lengan dan tungkai kanan Lebih dari satu keluhan utama
3 81 18 7 2 11,33 5,28 8,39 10,43 10,5 16,19 8,00 5,05 4,03 3,53
Berdasarkan tabel 18. dapat dilihat bahwa terdapat 3 orang penderita stroke haemoragik dengan keluhan utama berupa nyeri kepala mendadak, mula dan muntah dengan lama rawatan rata-rata 11,33. Terdapat 81 orang penderita stroke haemoragik dengan keluhan utama berupa kesadaran menurun dengan lama rawatan rata-rata 5,28. Terdapat 18 orang penderita stroke haemoragik dengan keluhan utama berupa lemah lengan dan tungkai kiri dengan lama rawatan rata-rata 8,39. Terdapat 7 orang penderita stroke haemoragik dengan keluhan utama berupa lemah lengan dan tungkai kanan dengan lama rawatan rata-rata 10,43. Terdapat 2 orang penderita stroke haemoragik dengan keluhan utama berupa nyeri kepala mendadak, mula dan muntah dengan lama rawatan rata-rata 10,5.
Dari analisa statistik menggunakan uji
Anova, diperoleh nilai p=0,161 (p>0,05)
artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keluhan utama saat masuk rumah sakit
Tabel 19. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Letak Kelumpuhan
Letak Kelumpuhan
Lama Rawatan Rata-rata f x SD Hemiparesis Dextra Hemiparesis Sinistra Paraparesis 59 47 5 5,97 6,72 7,80 6,93 8,81 12,41
Berdasarkan tabel 19. dapat dilihat bahwa terdapat 59 orang penderita stroke haemoragik dengan hemiparesis dextra lama rawatan rata-rata 5,97. Terdapat 47 orang penderita stroke haemoragik dengan hemiparesis sinistra lama rawatan rata-rata 6,72. Terdapat 5 orang penderita stroke haemoragik dengan paraparesis lama rawatan rata-rata 7,80 .
Dari analisa statistik menggunakan uji
Anova, diperoleh nilai p=0,81 (p>0,05)
artinya tidak ada perbedaan yang bermakna yang antara lama rawatan berdasarkan letak kelumpuhan.
Tabel 20. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Lokasi Perdarahan
Lokasi Perdarahan
Lama Rawatan Rata-rata f x SD Hemifer Serebri Basal Ganglia Batang Otak Serebelum Perdarahan Subarachnoid 21 20 2 2 3 5,43 11,95 1.,00 8,50 15,67 6,47 11,61 0 0,12 2,88
Berdasarkan tabel 20. dapat dilihat bahwa terdapat 21 orang penderita stroke haemoragik dengan lokasi perdarahan di hemifer serebri dengan lama rawatan rata-rata 5,43. Terdapat 20 orang penderita stroke haemoragik dengan lokasi perdarahan di basal ganglia dengan lama rawatan rata-rata 11,95. Terdapat 2 orang penderita stroke haemoragik dengal lokasi perdarahan di batang otak dengan lama rawatan rata-rata 1,00. Terdapat 2 orang penderita stroke haemoragik dengal lokasi perdarahan di serebelum dengan lama rawatan rata-rata 8,50. Terdapat 3 orang penderita stroke
haemoragik dengal lokasi perdarahan di batang otak dengan lama rawatan rata-rata 15,67.
Dari analisa statistik menggunakan uji
Anova, diperoleh nilai p=0,085 (p>0,05)
artinya tidak ada perbedaan yang bermakna yang antara lama rawatan berdasarkan lokasi perdarahan.
Tabel 21. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Keadaan Sewaktu Pulang
Lama Rawatan Rata-rata f x SD PBJ PAPS Meninggal 27 12 72 12,44 10,42 3,42 4,82 16,49 4,05
Berdasarkan tabel 21. dapat dilihat bahwa terdapat 27 orang penderita stroke haemoragik dengan pulang berobat jalan dengan lama rawatan rata-rata 12,44. Terdapat 12 orang penderita stroke
haemoragik dengan perdarahn atas
permintaan sendiri dengan lama rawatan rata-rata 10,42. Terdapat 72 orang penderita stroke haemoragik meninggal dengan lama rawatan rata-rata 3,42.
Dari analisa statistik menggunakan uji
Anova, diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05)
artinya ada perbedaan yang bermakna yang antara lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
a. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan sosiodemografi yang tertinggi yaitu pada kelompok umur 45-59 tahun 48,6%, jenis kelamin laki-laki 51,4%, agama Islam 63,1%, tingkat pendidikan SLTA/Sederajat 41,4%, status kawin 96,4%, pekerjaan Ibu Rumah Tangga 41,4%, dan tempat tinggal luar Kota Medan 77,5%.
b. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan keluhan utama saat pertama kali masuk rumah sakit yang tertinggi yaitu kesadaran menurun 73%.
c. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan faktor risiko yang tertinggi yaitu hipertensi 78,4%.
d. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan hasil CT-Scan yang tertinggi
yaitu letak kelumpuhan hemiparesis dextra 53,2%., Perdarahan Intraserebral (PIS) 83,8%, dan lokasi perdarahan pada hemifer serebri 43,7%
e. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan tindakan medis yang terbesar yaitu tindakan konservatif 99,1%.
f. Lama rawatan rata-rata penderita stroke haemoragik adalah 6,37 (6 hari)
g. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan sumber biaya yang terbesar yaitu asuransi 82,9%.
h. Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi yaitu meninggal 64,9%. i. Analisis statistik dengan uji chi square
tidak memenuhi syarat dilakukan untuk tindakan medis berdasarkan hasil CT-Scan, letak kelumpuhan berdasarkan hasil CT-Scan, dan keadaan sewaktu pulang berdasarkan hasil CT Scan karena terdapat sel yang expected count nya kurang dari 5 j. Tidak ada perbedaan yang bermakna
antara lama rawatan rata-rata dengan
keluahan utama (p=0,161), letak
kelumpuhan (p=0,81), dan lokasi
perdarahan (p=0,085). Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita dengan hasil CT-Scan (0,024) dan keadaan sewaktu pulang (p=0,000).
2. Saran
a. Bagi penderita rawat inap yang memiliki riwayat hipertensi untuk melakukan kontrol rutin serta menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah stroke dan serangan stroke berikutnya.
b. Tindakan medis dan perawatan dilakukan secara intensif bagi penderita stroke
haemoragik untuk menekan angka
kematian.
c. Bagi pihak rekam medik RSUP H. Adam
Malik Medan untuk melengkapai
pencatatan data penderita seperti lokasi perdarahan (catt: 56,8% tidak tercatat) dan suku.
Daftar Pustaka
1. Ginsberg, L, 2005. Lecture Notes
Neurologi. Erlangga, Jakarta
2. Tarwoto dkk, 2007. Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. CV Sagung
Seto, Jakarta
3. Timmreck T, 2001. Epidemiologi Suatu
Pengantar Edisi Kedua. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 4. World Health Organization, 2011. The
Top 10 Causes of Death.
http://www.who.int/mediacentre/fa ctsheets/fs310/en/index.html (Diakses 28 April 2013)
5. Susan, BS, 2012. Morbidity and mortality: 2012 chartbook on cardiovascular, lung, and blood disease.
6. Misbach, J, 1997. Pattern of hospitalized
stroke patients in ASEAN countries an ASNA stroke epidemiological study. Jurnal
ASEAN Neurology Association
(ASNA).
7. Basri, H dan Raymon A A, 2003.
Predictors of in hospital
mortality after an acute
ischaemic stroke. Jurnal Neurol J Southeast Asia 2003; 8 : 5 – 8 8. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan
Indonesia 2008. Jakarta.
9. Adientya, G dan Fitria H, 2012. Stress
Pada Kejadian Stroke. Jurnal FK
UNDIP
10. Napitupulu, R, 2009. Karakteristik
Penderita Stroke Haemoragik yang diwarat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi FKM
USU
11. Batubara, R N, 2012. Penyebab Mortalitas pada Pasien Stroke Fase Akut di RSUP HAM Medan Januari-Desember 2011. Jurnal
FK USU.
12. Yayasan Stroke Indonesia. Sekilas
Tentang Stroke. Jakarta
13. Bustan, MN, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka
14. Harsono, 2005. Buku Ajar Neurologi
Klinis Edisi Ketiga. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta 15. Japardi, I, 2000. Perdarahan Dalam
Otak. FK USU, Medan
16. Lumbantobing, SM. 2003. Stroke. Balai Penerbit, FKUI Jakarta.
17. Harsono, 2005. Capita Selekta Neurologi Edisi Kelima. Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta
18. Thomas, D.J, 1995. Stroke dan Pencegahannya. Arcan, Jakarta
19. Sidharta, P, 1985. Tata Pemeriksaan
Klinis dalam Neurologi. Dian
Rakyat, Jakarta.
20. Bornstein, M N, 2009. Stroke: Practical
Guide for Clinicians. Karger,
Basel-Swiss
21. Price, S A dkk, 1982. Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta Dariyo, A, 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.
Grasindo, Jakarta
22. Mardjono, M dan Priguna S, 2009.
Neurologi Klinis Dasar. Dian