• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR

Oleh : Irwan Firdaus

A 14104572

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

IRWAN FIRDAUS. Optimalisasi Distribusi Sayuran dan Buah Pada Sentra Agro Mandiri di Kota Bogor. ( Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR )

Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Pengembangan agribisnis komoditi hortikultura banyak diusahakan saat ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, seperti kondisi lahan yang subur, klimatologi yang baik, serta ketersediaan air yang memadai. Peranan hortikultura tentunya sangat berarti dalam penyerapan tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan.

Produk hortikultura terdiri dari jenis tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman obat. Menurut Studi Penawaran dan Permintaan Komoditas Unggulan Hortikultura dalam Khairina (2006), komoditas hortikultura paling sedikit memiliki tiga peranan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai bahan pangan masyarakat khususnya sumber vitamin (buah-buahan), mineral (sayuran) dan bumbu masak, dan sebagai sumber devisa negara non migas.

Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Pengembangan agribisnis komoditi hortikultura banyak diusahakan saat ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, seperti kondisi lahan yang subur, klimatologi yang baik, serta ketersediaan air yang memadai. Peranan hortikultura tentunya sangat berarti dalam penyerapan tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan. Wilayah Bogor merupakan daerah tingkat produksi sayuran yang tinggi dan luas arel tanam sayuran yang cukup luas.

Sentra Agro Mandiri sebagai suatu perwujudan organisasi yang mengemas suatu output, berupa layanan jasa pemasaran komoditas pertanian yaitu sayuran dan buah-buahan yang terintegrasi dengan pengawasan terhadap standar mutu yang menjadi perhatian utama.

Produk yang disediakan oleh Sentra Agro Mandiri adalah produk hasil pertanian yang memiliki kualitas baik dari divisi on-farm, serta yang sama yang bermitra dengan Sentra Agro Mandiri. Dimana produk pertanian tersebut dipasarkan dengan target pasar lokal dan diharapkan mampu menembus pasar ekspor.

Dalam menjalankan usahanya Sentra Agro Mandiri menjalin kerjasama dengan para petani, pasar tradisional, serta supplier lain yang bergerak dalam usaha yang sama. Wilayah pemasaran yang menjadi barometer pasar pada saat ini adalah wilayah Bogor. Sentra Agro Mandiri juga melakukan pengembangan yang diharapkan mampu memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yang juga menjadi mitranya.

Konsumen yang menjadi mitra Sentra Agro Mandiri meliputi hotel, restauran, café, rumah sakit dan industri pengolahan pangan hasil pertanian. Dalam pemasaran produk, Sentra Agro Mandiri menerapkan strategi kerjasama mutualisme yang mengacu pada QVD (Quality, Value And Delivery) dan kesepakatan kerjasama.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Menganalisis alokasi distribusi optimal Sentra Agro Mandiri daerah tujuan. (2) Menganalisis penyimpangan distribusi aktual terhadap distribusi optimal. (3) Menganalisis

(3)

perbedaan biaya distribusi riil dengan biaya distribusi optimum yang dilakukan Sentra Agro Mandiri.

Penelitian ini dilakukan di Sentra Agro Mandiri terletak di kecamatan Bogor Tengah di Kelurahan Tegalega dan Desa Babakan Sirna. Sentra Agro Mandiri beralamat di Jalan Jl. Cirahayu No 12 Baranang Siang. Lokasi penelitian ini dipilih dengan cara sengaja dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama yaitu lokasi penelitian adalah Sentra Agro Mandiri Bogor merupakan salah satu Supplier buah-buahan dan sayuran. Penelitian ini adalah tiga bulan yaitu dari bulan Januari 2008 – Maret 2008

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari pemilik Sentra Agro Mandiri agar didapatkan informasi yang mendukung. Sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi-instansi yang terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Koperasi, internet, serta literatur-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan survei dan wawancara langsung kepada pemilik Sentra Agro Mandiri. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pemilik Sentra Agro Mandiri.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif yaitu data diperoleh secara manual kemudian ditabulasikan menurut aktivitas-aktivitas dan dimasukkan dalam program linear. Software Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO) membantu menyusun suatu persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala. Analisis kualitatif berguna dalam menjelaskan data hasil olahan secara deskriptif.

Hasil penelitian tentang “ Optimalisasi Distribusi Sayuran dan Buah Pada Sentra Agro Mandiri di Bogor” dapat disimpulkan bahwa (1) Alokasi distribusi yang dilakukan oleh Sentra Agro Mandiri selama Bulan Februari ternyata tidak optimal ini dikarenakan Sentra Agro Mandiri mengalokasikan sayuran dan buahnya berdasarkan jumlah permintaan dan jarak tempuh pada masing-masing daerah tujuan pemasarannya. (2) Besarnya biaya distribusi merupakan akumulasi dari beberapa macam biaya, diantaranya biaya bongkar muat dan biaya penanganan (handling). Total biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Sentra Agro Mandiri dari satu daerah sumber ke salah satu daerah tujuan pemasarannya tidak sama. (3) Alokasi distribusi sayuran dan buah pada kondisi optimum yang didistribusikan ke Wilayah Kota Bogor dan sekitarnya ( Hotel Pangrango 2, Mid East, Café Gue, Bunaken, Imah Hejo, Steak & Shake dan Café D’Namii).direkomendasikan masing-masing sebesar 550 kilogram, 343 kilogram, 298 kilogram, 320 kilogram, 410 kilogram, 475 kilogram dan 306 kilogram. Kondisi optimum ini dapat tetap dipertahankan dengan asumsi bahwa jumlah permintaan sayuran dan buah dari beberapa daerah tujuan pemasaran di Wilayah Kota Bogor dan sekitarnya, jumlah produksi dan total biaya distribusinya tidak mengalami perubahan atau tetap.

(4)

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR

Oleh : IRWAN FIRDAUS

A. 14104572

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

Judul : OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR

Nama : Irwan Firdaus

NRP : A.14104572

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Rahmat Yanuar, SP, MSi NIP. 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI”, BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2008

IRWAN FIRDAUS A.14104572

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 16 Desember 1982, merupakan anak tunggal dari keluarga Bapak Drs. H. Tjetjep Supriatna, MM dan Ibu Hj. Nuryasih. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Ciomas V, Bogor. Kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Insan Kamil Bogor. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMU Bina Bangsa Sejahtera, Bogor.

Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Teknik Instrumentasi dan Kontrol, Fakultas Teknologi Pertanian. Kemudian pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayatnya, karena berkat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Optimalisasi Distribusi Sayuran dan Buah Pada Sentra Agro Mandiri di Kota Bogor”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalisasi distribusi Sayuran dan Buah dengan menerapkan metode Linear Programming dalam pengalokasian produk sehingga dapat meminimumkan biaya distribusi di Sentra Agro Mandiri. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan masukan bagi Sentra Agro Mandiri.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata terima kasih kepada semua pihak atas kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2008

IRWAN FIRDAUS A.14104572

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahhirobbil’alamin…

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak akan tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Rahmat Yanuar, MSi yang telah memberikan perhatian dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam melakukan penelitian. 2. Ir. Netty Tinaprilla MM selaku dosen evaluator kolokium atas segala saran

dan kritik yang telah diberikannya.

3. Muhammad Firdaus, PhD selaku dosen penguji utama.

4. Dra. Yusalina, MS selaku dosen penguji dari komisi pendidikan.

5. Orangtuaku tercinta atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak terbatas baik moril maupun materiil.

6. My Angel Ria Puspita Sari terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya, doa, pengorbanan yang tak terhingga, pengertian dan motivasinya.

7. Manajemen Sentra Agro Mandiri atas informasinya yang sangat berguna dalam penelitian ini dan suka cita yang tak akan pernah terlupakan sampai kapanpun, God always know what you do,Guy...!!!

8. Ibnu Sarjono,AMD. atas kesediaannya untuk menjadi pembahas saat penulis seminar.

9. Rekan-rekan Ekstensi MAB, Stevanus C.Timor SP ”MJ”, Zahakir Haris ”Apex”, Yayan, Adit, Sri, Ishak, Paula, Ia.

10. My Lovelly Cat ”Puput” yang selalu bikin kesal penulis dan semua keluarga.

(10)

11. Keluarga besar Alm Haji Andi dan keluarga besar Alm Aup Supardi. 12. My Bike 2094 yang menemani penulis kemanapun pergi.

13. Teman-teman X10C Angkatan XI yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu serta berbagai pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, terimakasih semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran ... 11 2.2. Agroindustri ... 12 2.3. Sistem Distribusi... 14 2.4. Ciri-ciri Produk ... 16 2.4.1. Sayuran ... 16 2.4.2. Buah ... 18 2.5. Model Transportasi... 19 2.6. Penelitian Terdahulu... 23

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 26

3.1.1. Program Linier ... 26

3.1.2. Optimalisasi ... 29

3.1.2.1. Analisis Primal ... 30

3.1.2.2. Analisis Dual ... 30

3.1.2.3. Analisis Sensitivitas... 31

3.1.2.4. Analisis Post Optimal ... 31

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3. Pengumpulan Data... 36

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36

4.4.1. Penentuan dan Pendugaan Biaya Distribusi ... 38

4.4.2. Perumusan Model Transportasi Penelitian... 38

4.5. Batasan Operasional ... 40

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi Perusahaan... 42

5.2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 42

5.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 44

5.4. Struktur dan Fungsi Organisasi ... 44

(12)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Deskripsi Distribusi Sayuran dan Buah-Buahan

Di Sentra Agro Mandiri ... 48

6.2. Sistem Distribusi... 50 6.3. Biaya Distribusi... 51 6.4. Deskripsi Model ... 52 6.5. Analisis Primal... 56 6.6. Analisis Dual... 60 6.7. Analisis Sensitivitas ... 64

6.7.1. Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi ... 65

6.7.2. Analisis Sensitivitas Kendala Produksi dan Permintaan... 74

6.7. Analisis Penyimpangan ... 78

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan... 81

7.2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA... 83 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Volume Ekspor,lmpor Produk Sayuran Nasional

Tahun 2003-2006 ... . 3

2. Luas Areal Sayuran Beberapa Daerah di Kabupaten Bogor Tahun 2005 ... . 5

3. Jumlah Rumah Makan, Hotel dan Restoran di Kota Bogor ... . 6

4. Besarnya Biaya Distribusi Pada Bulan Februari, 2008... . 8

5. Matriks Awal Minimisasi Biaya Transportasi ... . 39

6. Nama dan Jarak Tempuh Konsumen Sentra Agro Mandiri ... . 49

7. Biaya Distribusi Sayuran dan Buah-Buahan dari Daerah Sumber ke Berbagai Daerah Tujuan, Februari 2008... . 52

8. Alokasi Distribusi Pemasaran Sayuran dan Buah dari Sentra Agro Mandiri ... . 56

9. Nilai Reduced Cost Distribusi Pemasaran Sayuran dan Buah-Buahan dari Sentra Agro Mandiri ... . 58

10. Analisis Dual Terhadap Volume Distribusi Pemasaran Sayuran dan Buah-Buahan dari Sentra Agro Mandiri ... . 61

11. Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Sayuran dan Buah dari Pasar Bogor ... . 66

12. Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Sayuran dan Buah dari Pasar Induk ... . 68

13. Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Sayuran dan Buah dari Petani Langsung ... . 71

14. Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Sayuran dan Buah dari Faktor Dummy ... . 73

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pertumbuhan Ekonomi di lndonesia (persen per tahun ) ... 1 2. Model Pemecahan Masalah Transportasi ... 22 3. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Distribusi

Sentra Agro Mandiri... 34 4. Struktur Organisasi Sentra Agro Mandiri ... 45 5. Saluran Distribusi Sentra Agro Mandiri ... 47

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi dan Luas Panen Sayuran di lndonesia

Tahun 2003-2006 ... 85

2. Produksi Buah-Buahan di lndonesia Tahun 2000-2006... 86

3. Daftar Hotel, Restoran dan Rumah Makan di Bogor ... 87

4. Matriks Awal Biaya Distribusi dan Alokasi Distribusi ... 90

5. Simbol-Simbol dari Model Optimalisasi Distribusi ... 91

6. Analisis Primal Alokasi Distribusi Sayuran dan Buah-Buahan... 93

7. Analisis Dual Terhadap Volume Produksi ... 94

8. Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Sayuran dan Buah-Buahan... 95

9. Analisis Sensitivitas Kendala Produksi dan Permintaan ... 96

10. Matriks Biaya Distribusi dan Alokasi Optimum ... 97

11. Total Biaya Distribusi Pemasaran Riil ... 98

12. Total Biaya Distribusi Pemasaran Optimum ... 99

13. Alokasi Distribusi Pemasaran Riil ... 100

14. Matriks Biaya Distribusi dan Alokasi Riil ... 101

15. List Sayuran ... 102

(16)

BAB I PENDAHULUAN i

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa kurun waktu terakhir setelah krisis ekonomi,kondisi sosial dan perekonomian di lndonesia mulai mengalami perbaikan. Dari aspek ekonomi, terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan tolak ukur seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi lndonesia, menurunnya laju inflasi, serta adanya peningkatan pendapatan riil per kapita penduduk lndonesia. Berdasarkan laporan tahunan Bank lndonesia tahun 2007, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi lndonesia selama beberapa kurun waktu terakhir terus mengalami perbaikan. Trend pertumbuhan ekonomi per tahun di lndonesia, sebelum dan setelah krisis moneter, dimana setelah terjadinya krisis moneter tahun 1997 perlahan-lahan pertumbuhan ekonomi lndonesia mengalami peningkatan yang cukup baik disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi di lndonesia (persen per tahun)

(17)

Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Pengembangan agribisnis komoditi hortikultura banyak diusahakan saat ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, seperti kondisi lahan yang subur, klimatologi yang baik, serta ketersediaan air yang memadai. Peranan hortikultura tentunya sangat berarti dalam penyerapan tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan.

Produk hortikultura terdiri dari jenis tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman obat. Menurut Studi Penawaran dan Permintaan Komoditas Unggulan Hortikultura dalam Khairina (2006), komoditas hortikultura paling sedikit memiliki tiga peranan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai bahan pangan masyarakat khususnya sumber vitamin (buah-buahan), mineral (sayuran) dan bumbu masak, dan sebagai sumber devisa negara non migas. Tabel 1 menunjukkan volume ekspor dan impor produk sayuran di lndonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2006, dimana volume ekspor jauh lebih kecil dari volume impor. Peningkatan volume impor setiap tahunnya dapat diartikan bahwa konsumsi dalam negeri terhadap produk hortikultura khususnya sayuran semakin meningkat.

(18)

Tabel 1.Volume Ekspor,Impor Produk Sayuran Nasional Tahun 2003-2006 Volume (kg) Tahun Ekspor Impor 2003 158.211759 343.238.814 2004 120.500.259 343.935.792 2005 107.493.047 441.944.855 2006 117.600.637 468.848.501

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2006

Peningkatan konsumsi sayuran di masyarakat terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yaitu sebesar 2,1 persen setiap tahun (BPS,

2006). Kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat karena sayuran sebagai bagian dari kelompok tanaman hortikultura memiliki arti penting sebagai sumber vitamin, mineral dan serat yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam jumlah tidak terlalu besar, namun memerlukan kontinuitas dan keragaan yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dalam data Susenas tahun 2006, dimana pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di daerah perkotaan dan pedesaan untuk konsumsi sayur-sayuran mengalami peningkatan pada tahun 2006 menjadi sebesar 11.351 rupiah/kapita/bulan, dibandingkan tahun 2005 yang hanya sebesar 10.201 rupiah/kapita/bulan. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat dikatakan bahwa permintaan sayuran yang tinggi dapat menjadi motivasi petani dalam melakukan kegiatan usahatani khususnya dalam memproduksi sayuran.

Produksi dan produktivitas sayuran yang dihasilkan di Indonesia masih berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada lampiran 1 menyajikan data produksi dan luas panen sayuran di Indonesia pada tahun 2003-2006.

(19)

Komoditi hortikultura yang lain yaitu buah. Buah merupakan salah satu komoditas yang prospektif untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan domestik maupun internasional. Seiring peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan gizi menyebabkan peningkatan permintaan terhadap buah-buahan. Peningkatan permintaan tersebut mendorong perkembangan produksi buah-buahan di lndonesia (Lampiran 2).

Pengembangan budidaya sayuran dan buah-buahan memiliki prospek yang sangat baik di lndonesia karena keadaan agroklimatologis lndonesia yang mendukung. Pengembangan budidaya sayuran dan buah ini juga memiliki dampak penting yaitu peningkatan pendapatan petani, meningkatkan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja serta pengurangan impor dan peningkatan ekspor.

Dilihat dari potensi pasar dan kondisi alam, peluang pengembangan usahatani sayuran dan buah secara umum cukup potensial. Namun dalam pelaksanaannya, pendapatan dan keuntungan petani serta beberapa faktor lain tetap menjadi ukuran bagi petani dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan usahataninya. Pengembangan usahatani sayuran dan buah tidak terlepas dari peranan input atau faktor-faktor produksi yang berperan sangat penting.

Pada masa yang akan datang pasar sayuran dan buah-buahan dalam negeri tampaknya akan berkembang lebih pesat lagi. Perkembangan ini berkaitan erat dengan semakin meningkatnya sektor industri dan pariwisata. Perkembangan tersebut akan menyebabkan munculnya pasar-pasar baru yang lebih luas dan juga lebih selektif dalam kualitas. Penyababnya antara lain untuk konsumsi keluarga, sayuran dan buah-buahan juga dipasarkan ke industri pengolahan makanan atau restoran dan hotel berbintang yang biasanya

(20)

membutuhkan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup besar, namun selektif dalam hal kualitas.

Salah satu daerah produksi sayuran dan buah serta memiliki daerah pariwisata di Jawa Barat, adalah Bogor. Karena keadaan agroklimatologisnya yang sangat mendukung untuk produksi sayuran serta mempunyai tingkat curah hujan yang tinggi. Pada Tabel 2 terlihat bahwa wilayah Bogor merupakan daerah tingkat produksi sayuran yang tinggi dan luas arel tanam sayuran yang cukup luas.

Tabel 2. Luas Areal Sayuran di Beberapa Daerah di Kabupaten Bogor Tahun 2005

Jenis Komoditi Sayuran (Ha) Kecamatan

Wortel Bawang daun Kubis Brokoli Petsai Cabe Tomat Buncis

Sukajaya 0 60 0 0 1 66 35 60 Cibungbulang 0 0 0 0 157 37 24 65 Pamijahan 0 118 0 0 0 29 55 81 Tenjolaya 0 6 0 0 267 0 5 48 Tamansari 0 0 0 0 64 37 53 99 Ciawi 22 85 0 0 79 20 55 68 Megamendung 105 67 0 0 111 148 107 72 Cisarua 248 279 41 2 200 44 36 11

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, 2007

Dilihat dari segi pariwisata, Bogor juga mempunyai beberapa daerah wisata seperti Puncak. Taman Safari, Curug Cilember, The Jungle dan masiih banyak lagi. Hal tersebut tentunya berdampak positif ke jenis usaha rumah makanan dan hotel,terbukti dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, ini dapat dilihat pada Tabel 3.

(21)

Tabel 3. Jumlah Rumah Makan,Hotel dan Restoran di Kota Bogor

Tahun Hotel Restoran Rumah Makan

2005 15 29 31

2006 19 35 39

2007 22 40 45

Sumber : Dinas Pariwisata Kotamadya Bogor, 2007

Berdasarkan fenomena di atas maka tingkat kebutuhan terhadap produk-produk agribisnis seperti sayuran dan buah yang juga mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan usaha hotel, restoran dan café di wilayah Bogor. Oleh karena itu, diperlukan suatu pasokan bahan baku pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang memadai seperti produk harus bersih dan sesuai dengan standar mutu tiap konsumen.

Untuk itu seiring dengan pertumbuhan dunia bisnis dewasa ini, persaingan dalam pasokan bahan baku pertanian semakin tinggi sehingga memerlukan kreasi dan inovasi dari para pelaku bisnis tersebut. Terbukti ada 7 (tujuh) pengusaha yang saling bersaing yang bergerak dalam bidang yang sama. Produk yang disediakan oleh Sentra Agro Mandiri adalah produk hasil pertanian yang memiliki kualitas baik dari divisi on-farm, serta yang sama yang bermitra dengan Sentra Agro Mandiri. Dimana produk pertanian tersebut dipasarkan dengan target pasar lokal dan diharapkan mampu menembus pasar ekspor.

Dalam menjalankan usahanya Sentra Agro Mandiri menjalin kerjasama dengan para petani, pasar tradisional, serta supplier lain yang bergerak dalam usaha yang sama. Wilayah pemasaran yang menjadi barometer pasar pada saat ini adalah wilayah Bogor. Sentra Agro Mandiri juga melakukan pengembangan yang diharapkan mampu memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan

(22)

kebutuhan konsumen yang juga menjadi mitranya.

Konsumen yang menjadi mitra Sentra Agro Mandiri meliputi hotel, restauran, café, rumah sakit dan industri pengolahan pangan hasil pertanian. Dalam pemasaran produk, Sentra Agro Mandiri menerapkan strategi kerjasama mutualisme yang mengacu pada QVD (Quality, Value And Delivery) dan kesepakatan kerjasama.

Upaya promosi yang dilakukan Sentra Agro Mandiri tidak cukup untuk menjamin konsumen agar tetap tertarik pada produk. Konsumen perlu diyakinkan bahwa produk tersebut tersedia sesuai dengan kebutuhan konsumen dan produk mudah dijangkau. Oleh sebab itu produsen perlu melakukan upaya distribusi yang merupakan salah satu fungsi pemasaran selain strategi produk, harga dan promosi yang perlu ditetapkan secara tepat oleh sebuah perusahaan sebagai tindak lanjut dari kegiatan produksi. Melalui strategi distribusi yang baik, diharapkan saluran pemasaran produk dan status kepemilikan produk dari produsen ke konsumen dapat dilakukan sesuai target perusahaan Sentra Agro Mandiri dalam menyalurkan produknya menggunakan saluran distribusi langsung.

1.2. Perumusan Masalah

Sentra Agro Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan bahan baku, yang mempunyai potensi besar di wilayah Bogor yang didukung dengan sistem distribusi. Pada waktu berdiri, Sentra Agro Mandiri hanya memiliki satu divisi yaitu divisi on-farm. Lalu dengan berkembangnya waktu Sentra Agro Mandiri melakukan terobosan dengan membentuk divisi off-farm.

Pada awal berdirinya divisi off-farm, Sentra Agro Mandiri hanya memiliki satu konsumen dan sekarang ini sudah ada 7 konsumen. Salah satu masalah

(23)

utama yang dihadapi dalam Sentra Agro Mandiri adalah mengenai distribusi produk karena tingginya persentase biaya transportasi yaitu sebesar 4 % dari laba kotor perusahaan yang berkisar Rp.36 juta. Untuk besarnya biaya distribusi pada masing-masing daerah tujuan pemasarannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Besarnya Biaya Distribusi Pada Bulan Februari, 2008

No Tujuan Biaya 1 Hotel Pangrango 2 1,266,800 2 Mid East 1,236,600 3 Café Gue 1,281,140 4 Bunaken 1,231,700 5 Imah Hejo 1,221,900

6 Steak & Shake 1,377,200

7 Cafe D'Nami 1,581,700

8 Total 9,197,040

Sumber : Data Perusahaan, 2008

Tingginya biaya berdasarkan lokasi daerah sumber bahan baku yang terdapat dibeberapa wiliyah diantaranya Pasar Bogor, Pasar lnduk Kemang dan dari Petani Cipanas ke daerah tujuan pemasarannya, dan ini juga dipicu oleh alokasi distribusi ke setiap konsumen yang tidak optimal (lampiran 14) dan sifat alamiah produk yang tidak tahan lama dan mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan pengalokasian produk secara tepat, cepat dan melalui saluran distribusi yang tepat dengan mempertimbangkan biaya guna memenuhi permintaan. Hal tersebut dikarenakan Sentra Agro Mandiri mengalokasikan produknya berdasarkan jumlah permintaan masing-masing konsumen.

Secara umum, dalam pemasaran terdapat tiga kategori biaya yang menonjol yaitu biaya pengolahan, biaya penyimpanan dan biaya transportasi.

(24)

Dari ketiga jenis biaya pemasaran tersebut biaya transportasi merupakan komponen terbesar dari biaya pemasaran (Hanafiah dan Saefuddin,tahun 1983). Dengan demikian,upaya peningkatan efisiensi pemasaran haruslah meminimumkan biaya transportasi.

Dalam rangka melaksanakan efisiensi biaya angkut, Sentra Agro Mandiri harus memiliki informasi yang tepat tentang jumlah total produk yang dikirim dan besarnya permintaan di berbagai tujuan pemasaran dalam hal ini konsumen. Selain itu, Sentra Agro Mandiri juga harus mengetahui besarnya biaya angkut dari daerah tempat produksi ke berbagai daerah tujuan pemasaran tersebut. Dengan mengetahui kondisi tersebut, Sentra Agro Mandiri akan dapat mengetahui jumlah alokasi distribusi pemasaran produknya yang paling optimum ke berbagai daerah tujuan pemasaran dengan biaya yang paling rendah.

Maka penelitian ini dilakukan untuk memberikan pertimbangan kepada perusahaan dalam meminimisasi biaya distribusi. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana alokasi optimum distribusi Sentra Agro Mandiri ke berbagai daerah tujuan?

2. Berapakah Volume produk yang dipasarkan Sentra Agro Mandiri ke berbagai daerah tujuan?

3. Berapa besar biaya distribusi yang dikeluarkan Sentra Agro Mandiri untuk mengirim produknya ke berbagai daerah tujuan?

4. Apakah alokasi distribusi riil yang dilakukan Sentra Agro Mandiri sudah optimal?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(25)

2. Menganalisis penyimpangan distribusi aktual terhadap distribusi optimal. 3. Menganalisis perbedaan biaya distribusi riil dengan biaya distribusi optimum

yang dilakukan Sentra Agro Mandiri.

Untuk selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi perusahaan, penulis dan pembaca. Bagi perusahaan yang bersangkutan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk memperbaiki kinerja produksi dimasa yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan. Bagi penulis, berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

Pemasaran sering juga disebut tataniaga. Pemasaran atau tataniaga berasal dari kata “Marketing”. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), pemasaran adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan barang dan jasa,karena itu pemasaran termasuk tindakan atau usaha yang produktif. Pemasaran dapat juga di definisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan bergerak barang-barang dan jasa dari produsen sampai konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan akhir dari pemasaran adalah menempatkan barang – barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran yang di bangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).

Theodore Levitt di acu dalam Kotler (1993) menarik suatu kontras perpektif antara konsep penjualan dan pemasaran. Konsep penjualan memfokuskan pada kebutuhan penjual, konsep pemasaran memfokuskan pada kebutuhan pembeli. Penjualan sibuk dengan kebutuhan penjual untuk merubah produknya menjadi uang kontan, sedangkan pemasar sibuk dengan pemikiran memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan keseluruhan barang yang berhubungan dengan penciptaan, pengantaran dan akhirnya mengkonsumsinya. Hal ini menunjukan bahwa konsep penjualan mengambil perspektif dari dalam ke luar (inside-out), sedangkan konsep pemasaran mengambil perspektif dari luar ke dalam (outside-in).

(27)

Kotler (2000) juga memberikan pengertian bahwa konsep pemasaran tidak sama dengan konsep penjualan. Konsep pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan pelanggan, sedangkan konsep penjualan hanya berfokus pada kebutuhan penjual. Konsep pemasaran dimulai dengan proses pengidentifikasian pasar yang baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas yang akan mempengaruhi pelanggan, dan mengghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan. Hal ini sangat berbeda dengan konsep penjualan yang berfokus pada produk-produk yang ada dan menuntut penjualan dan promosi dengan cara keras untuk menghasilkan penjualan yang dapat menghasilkan laba. Oleh karena itu dalam kegiatan pemasaran perlu diperlukan strategi-strategi dan langkah-langkah yang diambil oleh pemasar agar produknya dapat bersaing di pasaran.

Sedangkan British Institute Of Marketing diacu dalam Foster (1974) mendefinisikan bahwa pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasikan dan yang menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi semua penilaian dan pengubahan tenaga beli konsumen menjadi permintaan yang efektif terhadap sesuatu barang atau jasa serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada konsumen terakhir atau pemakai, sehingga perusahaan dapat mencapai laba atau tujuan lain yang ditetapkan. Menurut Foster (1974), pemasaran memiliki satu tujuan umum yaitu menemukan kebutuhan konsumen dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan barang atau jasa.

2.2. Agroindustri

Agroindustri adalah subsektor pertanian yang mampu menjamin perluasan lapangan kerja mengingat sifat industri pertanian yang padat karya

(28)

dan bersifat massal. Agroindustri merupakan kegiatan industri yang berbasiskan sektor pertanian dalam arti luas.

Kegiatan agroindustri merupakan aktivitas utama dan prioritas utama. Industrialisasi di Indonesia harus berkembang di atas industri agrikultur dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini berimplikasi bahwa agribisnis dan agroindustri harus berkembang dengan mantap dan mandiri serta berorientasi pada pasar dalam negeri dan ekspor karena kemantapan agribisnis dan agroindustri akan menjadi pemacu dalam industrialisasi di Indonesia (Solahuddin, 1998).

Menurut Santriago (1996) agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa-jasa untuk kegiatan tersebut. Agroindustri mencakup pengolahan hasil pertanian, industri peralatan mesin-mesin pertanian dan industri sektor jasa pertanian. Salah satu falsafah dasar yang digunakan dalam agroindustri adalah menciptakan revolusi peningkatan nilai tambah dengan menganggap bahwa semua hasil pertanian adalah input bagi industri. Beberapa fungsi agroindustri adalah memanipulasi dalam hal memproses makanan, bukan hanya karena sifatnya mudah rusak tetapi dengan juga melihat kondisi pasar, kebutuhan kontrol kualitas, nilai tambah yang tinggi, pengepakan dan pengaturan yang ketat (Brown, 1994).

Austin (1992) menyatakan beberapa hal yang mendasari dan perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan agroindustri adalah sebagai berikut : 1) Industri yang mempunyai daya saing yang kuat dan peluang pasar yang

cukup luas perlu didorong pengembangannya mengingat industri tersebut merupakan industri yang mengolah bahan baku yang dapat diperbaharui. 2) Perlu dilakukan pengkajian dalam pemilihan teknologi yang tepat guna. 3) Dikembangkannya dukungan penelitian dan pengembangan terapan (R&D)

(29)

4) Perlu diarahkan agar tercipta keterpaduan dan keterkaitan yang luas antara sektor pertanian dengan sektor industri sehingga dapat mendorong peningkatan nilai tambah produk usaha tani dan dapat menambah kegiatan perekonomian di daerah melalui pengaruh ganda.

Hampir dari setengah industri manufaktur negara-negara berkembang di dunia berbasis pada agroindustri yang mengubah hasil pertanian mentah ke bentuk yang lebih bernilai. Agroindustri adalah jenis usaha yang mengolah hasil mentah pertanian, baik dari pertanian maupun ternak. Proses pada agroindustri merupakan langkah awal menuju industrialisasi meliputi proses transformasi secara fisik atau secara kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusi (Austin, 1992).

2.3. Sistem Distribusi

Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan (Hanafiah dan Saefuddin 1998) sedang Kotler (2005) mendefinisikan bahwa distribusi akan mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan arus bahan dan dengan memperoleh produk final dari tempat produksi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memperoleh keuntungan. Sebagian besar peusahaan menyatakan bahwa tujuan distribusi adalah membawa barang dalam jumlah tepat, pada waktu yang tepat dan biaya serendah mungkin. Distribusi penting untuk alasan-alasan biaya, menjaga kesetiaan konsumen dan berbagai kaitan lain dari fungsi-fungsi distribusi terhadap perusahaan.

Fungsi distribusi harus mampu mencapai beragam sasaran, yang terkadang saling bertentangan. Pelayanan pelanggan, manajemen persediaan, dan pengurangan biaya merupakan sasaran utama dalam fungsi distribusi. Masalahnya adalah sasaran-sasaran tersebut saling bertentangan satu sama

(30)

lain. Mengurangi persediaan maka sasaran pelayanan pelanggan akan dikorbankan. Biaya-biaya dikontrol sangat ketat, permintaan pelayanan khusus dari pelanggan tidak dapat dipenuhi (Zylstra, 2006)

Aspek terpenting dari distribusi suatu produk adalah biaya pengangkutan sedangkan biaya pengangkutan sangat dipengaruhi oleh tarif angkut. Dengan demikian, tingginya biaya pengangkutan akan mempersempit wilayah pemasaran suatu produk (Hanafiah dan Saefuddin 1983). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), panjang pendeknya distribusi pemasaran tergantung pada beberapa faktor antara lain :

1. Jarak antara produsen dan konsumen. Artinya semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya semakin panjang saluran yang akan di tempuh oleh produk.

2. Cepat tidaknya produk rusak. Artinya produk yang cepat atau mudah rusak harus segera di terima konsumen, dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.

3. Skala produksi. Artinya bila produksi berlangsung dalam ukuran kecil-kecil maka jumlah produk yang dihasilkan dalam ukuran kecil-kecil pula,sehingga tidak akan menguntungkan jika produsen langsung menjualnya langsung ke pasar. Dalam kondisi demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, agar saluran yang dilalui produk cenderung panjang.

4. Posisi keungan perusahaan. Produsen yang kondisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga.

Agar efektif, pengoperasian aset sehari-hari harus mengimplementasikan strategi-strategi yang telah dikembangkan berdasarkan struktur dan otomatisasi rantai pasokan. Proses yang dijalankan adalah bagaimana membawa produk yang benar ke outlet yang benar dan pelanggan yang tepat pada waktu yang

(31)

tepat pula. Memang ada kemungkinan kesalahan apabila sasarannya adalah memenuhi tuntutan pelanggan 100 persen. Persediaan harus tersedia di tempat yang tepat pada waktu yang tepat setiap hari tanpa ada yang gagal. Tanpa adanya persediaan yang tepat, proses distribusi lainnya tidak akan dapat beroperasi. Oleh karena itu, pengiriman kilat merupakan pengecualian yang jarang dilakukan. Pada prinsipnya, agar dapat beroperasi setiap hari, persediaan harus ada di tempat yang benar pada waktu yang tepat (Zylstra, 2006).

Asumsi, estimasi dan peramalan selalu digunakan dalam menetapkan struktur rantai pasokan dan teknologi otomasi yang optimal, namun seringkali asumsi-asumsi ini kemudian dilupakan atau diabaikan. Asumsi-asumsi ini penting dalam operasional sehari-hari karena biaya diukur berdasarkan operasional sehari-hari dan keuntungan diharapkan bisa dicapai secara maksimum melalui operasional hari. Dalam kegiatan operasional sehari-hari berbagai tindakan dilakukan untuk mencapai keuntungan optimal.

Ketentuan dibuat dengan maksud baik, namun menjadi gagal ketika ada permintaan pelanggan yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu dengan meningkatkan level persediaan untuk memenuhi hal-hal yang mendesak : permintaan pelanggan yang mendesak (yang mungkin disebabkan oleh habisnya persediaan) dan memeriksa hasil ramalan dan menilai apakah tingkat akurasinya bisa ditingkatkan (karena terjadi persediaan yang habis). Peramalan yang akurat, level persediaan yang lebih tinggi dan model penurunan biaya transportasi akan membawa pada operasi yang efisien.

2.4. Ciri-ciri Produk 2.4.1 Sayuran

Menurut Novary (1999), sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia yang

(32)

memiliki kondisi agroklimat untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kadungan serat, vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi menyebabkan sayuran dapat dijadikan bahan makanan untuk menunjang kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) bahwa komoditas sayuran setidaknya memiliki tiga peranan strategis dalam pembangunan perekonomian Indonesia yaitu : (a) sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat, (b) sebagai bahan makanan masyarakat khususnya sumber vitamin dan mineral, dan (c) salah satu sumber devisa non migas.

Ciri-ciri komoditas sayuran memiliki kesamaan pokok dengan produk hortikultura lainnya (Harjadi, 1989). Ciri-ciri komoditas sayuran adalah sebagai berikut :

1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar sehingga bersifat mudah rusak (perishable) karena masih ada proses-proses kehidupan yang berjalan.

2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter).

3. Produk hortikultura bersifat meruah (voluminous atau bulky) sehingga susah dan mahal biaya angkutnya.

4. Harga pasar komoditas ditentukan oleh mutu kualitasnya bukan oleh kuantitasnya aja.

5. Produk hortikultura bukan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam jumlah besar namun diperlukan sedikit-sedikit setiap harinya dan bila tidak mengkonsumsinya maka tidak segera dirasakan akibatnya.

6. Produk digunakan tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan rohani.

(33)

7. Segi gizi, produk hortikultura penting sebagai sumber vitamin dan mineral, bukan diutamakan untuk kalori dan protein.

Sayuran juga mempunyai sifat lain yang berbeda dengan komoditas pertanian lainnya. Sifat ini menyebakan adanya ketergantungan yang tinggi antara konsumen dan produsen. Sifat-sifat sayuran tersebut adalah (Rahardi, 2001)

1. Tidak tergantung musim. Sifat ini menyebabkan sayuran dapat dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuh terpenuhi.

2. Mempunyai resiko tinggi. Umumnya produk sayuran sifatnya mudah busuk dan rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu dan kekurang hati-hatian dalam penanganan pasca panen, sayuran yang dijual semakin lama semakin turun nilainya sampai tidak bernilai sama sekali.

3. Perputaran modalnya cepat. Hal ini disebabkan umur pada tanaman produksi yang singkat dan permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari orang membutuhkan sayuran.

4. Karena sifatnya yang mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi sebaiknya dekat dengan konsumen. Keadaan ini sangat menguntungkan karena dapat menghemat biaya distribusi.

2.4.2 Buah

Buah dalam pengertian hortikultura atau pangan merupakan pengertian yang dipakai oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini, batasan buah menjadi longgar. Setiap bagian tumbuhan di permukaan tanah yang tumbuh membesar dan biasanya berdaging atau banyak mengandung air dapat disebut buah. Dapat dijumpai, buah dalam pengertian botani yang digolongkan sebagai

(34)

sayur-sayuran, seperti buah tomat, buah cabai, polong kacang panjang, dan buah ketimun.

Namun demikian, dapat dijumpai pula, buah tidak sejati yang digolongkan sebagai buah-buahan, seperti jambu monyet yang sebetulnya merupakan pembesaran dasar bunga, buah yang sejati adalah bagian ujung yang berbentuk seperti mangkuk,

Dalam bidang pertanian, buah merupakan ovari yang telah masak, bersama-sama dengan bijinya dari sesebuah pokok yang berbunga. Namun, apabila berkata tentang buah, dari segi masakan, yang dimaksudkan dengan buah ialah hasil daripada pokok-pokok yang boleh dimakan begitu saja. Akan tetapi, sebahagian daripada buah-buahan juga kadangkala boleh dianggap sebagai sayur-sayuran. Kebanyakan buah mengandungi air. Buah juga mempunyai serat makanan pada kulit, benih, dan bagian berserat. Biasanya buah juga mengandung besi dan gula, serta sedikit protein dan lemak.

2.5. Model Transportasi

Metode transportasi merupakan bagian dari program linier. Taha (1993) mendefinisikan bahwa metode transportasi merupakan bentuk khusus dari pemprograman linier. Metode ini digunakan dalam mendistribusikan suatu barang dari daerah penghasil (produsen) ke sejumlah daerah tujuan agar biaya (pengorbanan) yang dikeluarkan menjadi minimum.

Menurut Handoko (1983) model transportasi merupakan suatu model yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Model ini digunakan untuk meminimumkan biaya pengiriman barang dari

(35)

daerah asal (origin) ke daerah tujuan (destination). Persoalan transportasi berkenaan dengan suatu program distribusi serta pengangkutan barang tertentu dari daerah sumber ke beberapa tempat tujuan, sehingga dengan program itu diperoleh jumlah ongkos angkut yang sekecil-kecilnya (Simarmata, 1982).

Model ini berkaitan dengan rencana biaya terendah untuk mengirimkan produk dari produsen ke sejumlah tujuan. Model ini dapat diperluas secara langsung untuk mencakup situasi-situasi praktis dalam bidang pengendalian mutu, penjadwalan dan penugasan tenaga kerja di antara bidang-bidang lainnya.

Model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana trasportasi sebuah barang dari daerah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup :

1. Tingkat penawaran dari daerah sumber dan jumlah permintaan di setiap tujuan.

2. Biaya trasportasi per unit barang dari daerah sumber ke setiap tujuan.

Tujuan dari model ini adalah menentukan jumlah yang harus dikirimkan dari daerah sumber produksi ke setiap tujuan sedemikian rupa sehingga biaya tranportasi total diminimumkan.

Asumsi dari model ini adalah bahwa biaya transportasi di sebuah rute tertentu adalah proporsional secara langsung dengan jumlah unit yang dikirimkan. Definisi unit transportasi akan bervariasi tergantung pada jenis barang yang dikirimkan. Menurut Dimyanti (1994), ciri-ciri khusus persoalan transportasi ini adalah :

1. Terdapat daerah sumber dan tujuan tertentu.

2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari daerah sumber produksi dan yang diminta oleh setiap tujuan tertentu.

3. Komoditas yang dikirimkan atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya sesuai dengan permintaan atau kapasitas sumber.

(36)

4. Ongkos pengangkutan dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. Bentuk umum model transportasi dengan tujuan meminimumkan biaya dapat diformulasikan sebagai berikut :

Fungsi Tujuan : Minimalisasi

∑∑

=

=

m 1 -i 1

Z

n j ij ij

X

C

Dengan syarat bahwa (batasan-batasan) :

n) 1,2,...., (i n 1 i = ≤

= j ij a X

n)

1,2,....,

(j

m 1 j

=

= i ij

b

X

Xij ≥ 0 (i = 1, 2, ….m ; j = 1, 2, …, n) Dimana :

Cij = biaya transportasi per unit dari tempat asal ke i ke tempat tujuan ke-j

Xij = menentukan berapa unit yang diangkut dari Sentra Agro Mandiri ke setiap

tempat tujuan

ai = jumlah unit yang tersedia pada tempat asal ke-i (sumber)

bj = jumlah unit yang diminta oleh tempat tujuan ke-j.

m = jumlah daerah sumber n = jumlah daerah tujuan

Model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sumber dan n tujuan dapat dilihat pada gambar 2. Sebuah sumber dan tujuan diwakili dengan sebuah node busur yang menghubungkan sebuah sumber dengan sebuah tuuan mewakil rute pengiriman barang tersebut. Jumlah penawaran di sumber i adalah ai dan permintaan di tujuan j adalah bj. Biaya unit transportasi antara sumber i dan tujuan j adalah Cij.

(37)

Menurut Winardi (1987) pemecahan masalah transportasi yang menyangkut tiga buah daerah produksi dan tiga buah pasar dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber Tujuan

S C D

Gambar 2. Model Pemecahan Masalah Transportasi yang Menyangkut Tiga Daerah Produksi dan Tiga Pasar ( Winardi, 1987)

Huruf S berhubungan dengan kapasitas output, huruf D berhubungan dengan permintaan pasar dan huruf C berhubungan dengan biaya-biaya pengangkutan.

Suatu model transportasi dinyatakan seimbang bila total penawaran sama dengan total permintaan yaitu :

a

i

=

b

j . Dalam kenyataan

sehari-hari, batasan ini tidak selalu terpenuhi. Yang sering terjadi adalah jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran.

Jika jumlah permintaan melebihi penawaran, maka dibuat suatu sumber

dummy yang akan menambah jumlah penawaran, yaitu sebanyak

b

j

a

i .

Sebaliknya, jika jumlah penawaran lebih besar daripada jumlah permintaan, maka dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak

a

i

b

j . 2 1 2 n 1 m

(38)

Ongkos transportasi per unit (Cij) dari sumber dummy ke seluruh tujuan

adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per unit dari daerah sumber ke tujuan dummy adalah nol.

Sumber ditulis dalam baris-baris dan tujuan dalam kolom-kolom. Tabel tersebut mempunyai kotak bernilai m × n. Biaya transportasi per unit (Cij) dicatat

pada kotak kecil di bagian atas setiap kotak. Permintaan dari setiap tujuan terdapat pada baris paling bawah, sementara penawaran setiap sumber dicatat pada kolom paling kanan. Kotak pojok kanan bawah menunjukkan bahwa penawaran sama dengan permintaan (S=D). Variabel Xij pada setiap kotak

menunjukkan jumlah barang yang diangkut dari sumber i ke tujuan j (yang akan dicari) (Mulyono, 1991).

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian pada masalah khusus ini didasari pada beberapa penelitian terdahulu dengan hasil yang beragam. Diantaranya adalah seperti yang terdapat di bawah ini.

Kaharuddin (2005) melakukan penelitian tentang optimalisasi distribusi pemasaran ikan bandeng dari kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur dengan beberapa tujuan yaitu mengetahui daerah-daerah yang dijadikan wilayah pemasaran produk ikan bandeng dari kabupaten Lamongan,mengetahui besarnya biaya distribusi dari daerah sentra produksi ikan bandeng di kabupaten Lamongan ke berbagai daerah tujuan,mengetahui aplikasi distribusi ikan bandeng yang optimum dari kabupaten Lamongan ke berbagai daerah tujuan pemasaran,menganalisis perbedaan distribusi riil dengan distribusi optimum di kabupaten Lamongan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah software LINDO

(39)

Badria (2005) meneliti mengenai Optimalisasi Produksi Roti di Ajimas Bakery, Jakarta. Penelitiannya menganalisis tentang produk roti tawar dan roti manis. Hasil olahan program linear menunjukkan masih terdapat sumberdaya yang belum optimal yaitu pada sumberdaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Berdasarkan hasil analisisnya, kegiatan produksi yang dijalankan Ajimas Bakery belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal yang lebih besar dibandingkan dengan keuntungan aktual Ajimas Bakery dengan nilai selisih sebesar Rp. 15.918.135,00. Untuk mendukung penelitiannya Badria mengunakan metode transportasi sebagai alat analisisnya.

Harlinda (1995) melakukan penelitian tentang perencanaan jaringan distribusi fisik bahan pangan beras dengan kasus pada depot logistik Lampung. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan jalur distribusi dan alokasi beras dari sumber produksi ke gudang bulog di wilayah Provinsi Lampung dan menentukan lokasi gudang baru dan jumlah gudang yang optimal. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode transportasi dan goal programing.

Dadi (2002) melakukan penelitian tentang optimasi distribusi beras dari daerah sentra produksi ke Sub Dologtujuan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jalur perencanaan pemasokan beras dari daerah surplus ke Sub Dolog-Sub Dolog tujuan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Metode yang di gunakan adalah metode transportasi dibantu software LINDO

Arifin (2000) menghitung alokasi beras untuk masing-masing subdolog diawali dengan melakukan peramalan tingkat kebutuhan konsumsi (tingkat penyaluran beras golongan anggaran dan non anggaran) dengan pasokan beras (pengadaan beras dalam negeri). Berdasarkan hasil peramalan tersebut kemudian dilakukan penentuan tingkat alokasi beras dengan mempertimbangkan

(40)

jarak dan biaya transportasi yang menghasilkan biaya minimum. Semua data ini diolah dengan menggunakan metode peramalan terdiri dari enam metode yaitu: trend analysis, time series decomposition, moving average, single exponential smoothing, double exponential smoothing, dan winters multiplicative model. Penentuan model peramalan yang tepat didasarkan pada nilai MSE (kesalahan kuadrat rata-rata), MAPE (kesalahan persentase absolut rata-rata), dan MAD (deviasi absolut rata-rata) yang terkecil. Analisis perhitungan tingkat alokasi beras yang optimal untuk masing-masing titik distribusi dilakukan dengan menggunakan metode transportasi VAM.

Octarina (2006) mempelajari sistem distribusi Roti Unyil produksi Venus Bakery, yang mencakup saluran, area, lokasi, fasilitas, distribusi, serta sistem pembayaran dan komisi. Sistem distribusi ini dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang sistem distribusi dan keadaan pengecer Roti Unyil Venus menggunakan bauran pemasaran khususnya sistem distribusi untuk produk roti.

Perbedaan penelitian dari studi terdahulu dengan skripsi ini adalah pada daerah sumber, pada studi terdahulu hanya terdapat satu daerah sumber saja sedangkan pada skripsi ini terdapat tiga daerah sumber adapun persamaannya yaitu terletak pada metode analisisnya yang berupa metode transportasi dibantu dengan software LINDO.

(41)

BAB IIl

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan. Gambaran mengenai optimalisasi dan teori-teori yang dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan dalam suatu topik penelitian, terutama yang berkaitan dengan dengan proses produksi diharapkan dapat diperoleh dari buku-buku tersebut.

3.1.1. Program Linier

Menurut Handoko (1991), Linear Programming (LP) merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Sebutan linear berarti bahwa semua fungsi matematis yang disajikan dalam model ini haruslah fungsi-fungsi linear. Kata programming secara mendasar digunakan sebagai perencanaan. LP mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu hasil yang optimal, yaitu hasil yang mencerminkan tercapainya suatu sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematis) diantara alternatif-alternatif yang mungkin dengan menggunakan fungsi linear. Model LP merupakan salah satu model yang sering digunakan untuk menentukan solusi optimal dalam kegiatan produksi.

Menurut Soekartawi (1992), LP ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari LP ini antara lain :1). mudah dilakukan, apalagi bila menggunakan alat bantu komputer, 2). dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai, dan 3). fungsi tujuan (objective function) dapat difleksibelkan sesuai

(42)

dengan tujuan penelitian berdasarkan data yang tersedia. Kelemahan dari LP adalah : 1). Jika alat bantu komputer tidak tersedia, maka cara program linear dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisisnya dan bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan cara manual, 2). Metode ini tidak dapat digunakan secara bebas bebas dalam setiap kondisi, tetapi dibatasi oleh asumsi-asumsi, 3). Penggunaan asumsi linearitas karena dalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini yang tidak sesuai, dan 4). metode ini hanya dapat digunakan untuk satu tujuan yaitu maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya.

Suatu permasalahan dapat dirumuskan ke dalam Linear Programming apabila dapat memenuhi lima syarat sebagai berikut : (Nasendi dan Anwar, 1985).

1) Terdapat tujuan yang akan dicapai secara jelas dan tegas.

2) Terdapat berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

3) Terdapat keterbatasan sumberdaya yang tersedia.

4) Fungsi tujuan dan kendala dapat dirumuskan sebagai kuantitatif, dan

5) Terdapat hubungan keterkaitan antara peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala.

Winardi (1987) menyebutkan bahwa dalam penyelesaian suatu program linier ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1) Ada satu sasaran yang perlu dioptimalisasi.

2) Variabel yang mempengaruhi hasil mempunyai hubungan linier (constraint return to scale atau proportionality), dan

3) Terdapat hambatan-hambatan terhadap hubungan variabel tersebut.

Handoko (2000) memberikan asumsi-asumsi dasar Linear Programming yang dapat diperinci sebagai berikut :

(43)

1) Linearitas

Perbandingan antara masukan yang satu dengan masukan yang lain, atau untuk suatu masukan dengan keluaran yang besarnya tetap.

2) Proportionality

Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat kegiatan.

3) Additivity

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam Linear Programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

4) Divisibility

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.

5) Deterministic (Certainty)

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model linear programming (aij, bi, cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun

jarang dengan tepat.

Dalam linier programming dikenal dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan (objective function) dan fungsi batasan (constraint function). Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan linear programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya-sumberdaya, untuk memperoleh keuntungan maksimum atau biaya minimum. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan

(44)

kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan (Handoko, 2000).

Secara umum, Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan bahwa model program linier dapat dinyatakan sebagai berikut :

Fungsi Tujuan : Maksimumkan / Minimumkan : Z = C1X1 + C2X2 + …. + CjXj Fungsi Kendala : a11X1 + a12X2 + … + a1jXj ≤ atau ≥ b1 a21X1 + a22X2 + … + a2jXj ≤ atau ≥ b2 ai1X1 + ai2X2 +… + aijXj ≤ atau ≥ bi Dimana :

Z = nilai skalar pengambilan keputusan maksimisasi/minimisasi fungsi tujuan. Cj = parameter yang dijadikan kriteria optimasi dan koefisien peubah

pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan.

Xj = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan yang ingin dicari.

aij = koefisien teknologi peubah pegambilan keputusan dalam kendala ke-i.

bij = sumberdaya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang

bersangkutan, disebut pula konstanta atau nilai sebelah kanan kendala ke-i.

3.1.2. Optimalisasi

Pengertian optimalisasi adalah pencapaian suatu tindakan atau keadaan yang terbaik dari sebuah masalah keputusan dibawah pembatasan sumberdaya yang tersedia. Menurut Soekartawi (1995), optimalisasi adalah suatu usaha pencapaian terbaik, dan optimalisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Optima linier berkaitan dengan

(45)

penentuan nilai-nilai ekstrim dari sebuah fungsi linier,Simarmata (1982). Persoalan optimasi ini dapat dibagi dalam dua bagian utama, yaitu persoalan maksimasi dan persoalan minimasi. Secara umum persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan kendala dan optimalisasi tanpa kendala,Nasendi dan Anwar (1985).

Persoalan optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan menentukan berbagai nilai variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan yang ada. Menurut Nasendi dan Anwar (1985), keterbatasan ini biasanya meliputi semua faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti tenaga kerja (men), uang (money) dan material yang merupakan input serta ruang dan waktu. Salah satu teknik optimalisasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimalisasi berkendala adalah teknik perancangan linier.

3.1.2.1. Analisis Primal

Masalah primal adalah masalah yang mula-mula dikemukakan dalam program linear. Solusi optimal untuk masalah primal ini menunjukkan nilai dari variabel-variabel keputusan yang memaksimumkan atau meminimumkan nilai dari fungsi tujuan. Analisis ini dapat mengetahui jumlah kombinasi produk yang terbaik dalam menghasilkan tujuan Z dengan kendala keterbatasan sumberdaya yang tersedia.

3.1.2.2. Analisis Dual

Prosedur yang digunakan dalam memecahkan masalah yang tidak memiliki pemecahan dasar awal (masalah dual) yang layak adalah slack/surplus. Shadow price menunjukkan jumlah perbaikan pada fungsi tujuan optimal bila

(46)

Right Hand Side (RHS) kendala tertentu ditingkatkan sebesar satu satuan dengan parameter-parameter lain konstan.

3.1.2.3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas terdiri atas dua tipe, yaitu analisis perubahan nilai koefisien dari fungsi tujuan dan analisis sisi kanan dari fungsi tujuan (RHS). Analisis perubahan koefisien fungsi tujuan dilakukan untuk mengetahui efek perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj) yang dapat ditingkatkan atau diturunkan tanpa mengubah solusi optimal dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan dari analisis RHS adalah untuk menentukan berapa banyak nilai sisi kanan dari fungsi kendala (bj) dapat ditingkatkan atau diturunkan tanpa mengubah nilai shadow price-nya dengan parameter lain dipertahankan konstan.

3.1.2.4. Analisis Post Optimal

Analisis post optimal disebut juga analisis pasca optimal atau analisis setelah optimal / analisis kepekaan merupakan suatu usaha untuk mempelajari nilai-nilai dari peubeh-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model jiks satu atau beberapa parameter model tersebut berubah. Dalam persoalan LP, analisis post optimal menyangkut analisis terhadap nilai-nilai peubah pengambilan keputusan sebagai dampak dari perubahan: 1) koefisien tujuan, 2) Koefisien teknologi input/output, 3) Nilai sebelah kanan model (RHS fungsi kendala), dan 4) adanya tambahan fungsi kendala baru maupun tambahan peubah pengambilan keputusan (Nasendi dan Anwar, 1985).

(47)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perencanaan produksi optimal disusun oleh suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat produksi optimal yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sentra Agro Mandiri sebagai supplier di kota Bogor dalam melakukan usahanya mempunyai tujuan. Salah satu tujuan Sentra Agro Mandiri adalah meminimalisasi biaya distribusi disamping itu juga menghasilkan keuntungan. Adapun beberapa daerah yang menjadi sumber bahan baku perusahaan adalah dari Pasar Bogor, Pasar Induk Kemang dan dari Petani Cipanas.

Tempat merupakan salah satu bauran pemasaran selain strategi produk, harga dan promosi yang perlu ditetapkan secara tepat oleh sebuah perusahaan. Melihat demikian besarnya potensi pasar yang ada, yaitu rumah makan, hotel dan restoran (lampiran 3), maka perlu kiranya Sentra Agro Mandiri memperhatikan tingkat optimal pemasarannya.

Adapun masalah distribusi yang dihadapi oleh Sentra Agro Mandiri pada strategi pasarnya adalah alokasi distribusi yang optimal serta meminimalisasi biaya transportasi. Besarnya alokasi distribusi yang optimum dapat dihitung, jika diketahui informasi – informasi berupa besarnya jumlah produk yang ditawarkan, jumlah permintaan, dan biaya angkut yang dibebankan dari daerah sumber ke daerah tujuan.

Setelah semua komponen tersebut diketahui, maka masalah tersebut dapat diformulasikan ke dalam program linier dan diproses dengan bantuan software Lindo (Linear Interactive Discrete Optimizer) versi 6.1. Hasil yang dikeluarkan dari proses ini adalah munculnya nilai dari fungsi tujuan, alokasi paling optimum, dual price, dan tingkat sensitivitasnya. Setelah diketahui alokasi paling optimum, maka dapat dibandingkan dengan distribusi aktual yang selama ini terjadi.

(48)

Perbandingan antara alokasi optimum dengan alokasi aktual ini akan memperlihatkan tingkat penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diketahui besarnya biaya distribusi yang dapat dihemat. Alur kerangka pemikiran distribusi Sentra Agro Mandiri yang diteliti, disajikan pada Gambar 3.

(49)

Distribusi Optimal

Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Distribusi Sentra Agro Mandiri

Pengumpulan Informasi atau Data

Biaya Angkut Jumlah Penawaran Jumlah Permintaan

Input

Model Program Linier

Proses Metode Transportasi Output Primal Dual Sensitivitas

Alokasi Produk dan Biaya Transportasi Aktual Perusahaan

Analisis Penyimpangan

Rekomendasi Masalah Distribusi • Alokasi distribusi Optimal • Minimalisasi Biaya Transportasi

Strategi pasar

Produk Price Place Promotion

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi di lndonesia (persen per tahun)          Sumber : Bank Indonesia, tahun 2008 (www.bi.go.id)
Tabel 4. Besarnya Biaya Distribusi Pada Bulan Februari, 2008
Gambar 2. Model Pemecahan Masalah Transportasi yang Menyangkut Tiga Daerah  Produksi dan Tiga Pasar ( Winardi, 1987)
Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Distribusi Sentra Agro Mandiri Pengumpulan Informasi atau Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Aerasi & agitasi merupakan hal yg penting dlm memproduksi sel-sel khamir dan bakteri. • u/ pertumbuhan secara aerobik, suplai oksigen merupakan faktor terpenting

Data yang dilampirkan adalah laporan rasio keuangan dan laporan statistik tingkat suku bunga, karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ROA

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Kesulitan menghafal Al- Qur’an yang dialami oleh santri di Pondok Pesantren Taḥfiẓul Qur’an Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak,

Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur. Pengaturan jarak tanam penting diperhatikan dan juga sesuai dengan larikan karena arah datangnya angin sangat besar pengaruhnya..

Oleh karena itu, penelitian mengenai penentuan umur masak optimal tandan buah kelapa sawit untuk memperoleh benih bervigor tinggi (mutu maksimal) sangat

Tekanan dalam model pembelajaran ini adalah mahasiswa yang belajar dalam kelompok bersama dengan teman lain, sehingga lebih dapat membentuk pengetahuan bersama, saling

Dari nilai yang diperoleh pada jarak 0,5 cm sampai dengan 30 cm dapat dinyatakan bahwa interaksi detektor Bicron terhadap radiasi sinar gamma lebih tinggi

[r]