• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Lampiran...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Lampiran..."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Pedoman Pelaksanaan Penanganan Keamanan Pangan Segar Tahun 2013 merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan segar oleh Badan/Dinas yang menangani ketahanan pangan provinsi yang mendapat alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013.

Dalam rangka meningkatkan penanganan keamanan pangan segar tahun 2013, kegiatan yang akan dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan antara lain penguatan kelembagaan penanganan keamanan pangan segar, pengawasan keamanan pangan segar, serta promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar. Disamping itu juga akan ditunjang dengan pengadaan sarana mobilitas pendukung berupa kendaraan roda empat pengawasan keamanan pangan segar.

Untuk mendukung pencapaian kegiatan tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang Pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), dan akan ditindak lanjuti dengan pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pengawas Keamanan PSAT.

Kami menyadari bahwa Pedoman Pelaksanaan Penanganan Keamanan Pangan Segar Tahun 2013 ini masih belum sempurna. Masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan pedoman pelaksanaan kegiatan.

(3)

DAFTAR ISI Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Daftar Lampiran ... iv Bab I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Ruang Lingkup ... 3 C. Dasar Hukum ... 3 D. Pengertian ... 4

Bab II TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KELUARAN ... 7

A. Tujuan ... 7

B. Sasaran ... 7

C. Indikator Keluaran ... 7

Bab III KERANGKA PIKIR ... 9

A. Kebijakan ... 9

B. Rancangan Kegiatan ... 10

C. Pendekatan ... 13

D. Strategi ... 13

Bab IV PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ... 14

A. Kegiatan Penguatan Kelembagaan Penanganan Keamanan Pangan Segar ... 14

B. Kegiatan Pemantauan dan Pengawasan Keamanan Pangan Segar ... 15

C. Kegiatan Sosialisasi dan Promosi Keamanan Pangan Segar ... 15

(4)

Bab V ORGANISASI DAN TATA KERJA ... 18

A. Organisasi ... 18

B. Tata Kerja ... 18

Bab VI PEMBIAYAAN ... 19

Bab VII PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 20

A. Pemantauan ... 20

B. Evaluasi ... 20

C. Pelaporan ... 20

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Paramater Uji Keamanan Pangan Segar ... 22

Daftar Laboratorium Uji yang Ditunjuk oleh Menteri Pertanian ... 23

Spesifikasi Mobil Pengawasan Keamanan Pangan Segar ... 25

Format Laporan Penanganan Keamanan Pangan Segar ... 26

Format Pengumpulan Data Keamanan Pangan Segar ... 27

Metode Pengambilan Sampel ... 29

Cara Pengujian Formalin dengan Rapid Test Kit ... 31

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

FAO/WHO International Conference on Nutrition (Deklarasi Roma) tahun 1992, telah mendeklarasikan bahwa memperoleh makanan yang cukup, bergizi, dan aman adalah hak setiap manusia. Pangan yang aman adalah pangan yang terbebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia dengan menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif. FAO dan WHO juga sepakat bahwa keamanan pangan (food safety) merupakan salah satu komponen dari ketahanan pangan (food security). Untuk itu, program ketahanan pangan nasional harus memasukkan aspek keamanan pangan untuk kesehatan manusia.

Dukungan pemerintah Indonesia terhadap aspek keamanan pangan terlihat dari adanya perubahan Undang – Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996 yang telah diganti menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam UU Pangan yang baru, keamanan pangan telah memasukkan aspek keamanan pangan rokhani serta diatur secara lebih mendetail dan peran pemerintah dalam penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria keamanan pangan; pembinaan serta pengawasannya lebih dipertegas. Demikian pula dengan penyelenggaraan keamanan pangan sebagaimana diatur dalam BAB VII Pasal 69, diatur secara lebih mendetail. Penyelenggaraan keamanan pangan tersebut dilakukan melalui: a) Sanitasi pangan, b) Pengaturan terhadap bahan tambahan pangan, c) Pengaturan pangan produk rekayasa genetika, d) Pengaturan iradiasai pangan, e) Standar kemasan pangan, f) Jaminan keamanan pangan dan mutu pangan, g) Jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan.

Selanjutnya, UU ini mengamanatkan pengawasan persyaratan keamanan pangan dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan. Pengawasan keamanan pangan untuk pangan olahan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan. Sedangkan pengawasan persyaratan keamanan pangan segar dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan di bidang pangan. Meskipun demikian, selama ini penanganan keamanan pangan segar telah berjalan dan dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian.

(7)

Terdapat beberapa unit kerja lingkup Kementerian Pertanian yang menangani keamanan pangan segar, yaitu Badan Karantina Pertanian (Barantan), Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP), Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen Nak dan Keswan) dan Badan Ketahanan Pangan (BKP). Barantan memiliki tugas dalam pengawasan lalu lintas pangan segar di pintu pemasukan dan pengeluaran. Pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan oleh Ditjen PPHP lebih bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional melalui penanganan mutu dan standardisasi hasil pertanian.

Khusus untuk pangan segar asal hewan, UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengatur bahwa penjaminan keamanan pangan segar dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, sertifikasi dan registrasi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, pengawasan pangan asal hewan segar pada saat diproduksi di unit usaha dan pada saat peredarannya dilakukan oleh Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) pada Kementerian c.q. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota. Pedoman pelaksanaan bagi Pengawas Kesmavet dalam melakukan pengawasan dan bagi Penguji dalam melakukan pengujian keamanan dan mutu pangan segar asal hewan telah diatur

secara rinci dalam Peraturan Menteri Pertanian No.

14/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Pengawasan dan Pengujian Keamanan dan Mutu Produk Hewan.

Sedangkan untuk pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan di peredaran merupakan tugas BKP.

Tugas pokok dan fungsi BKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 junto Perpres Nomor 92 Tahun 2011, pasal 295 ayat (d) yang menyatakan bahwa BKP mempunyai fungsi melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pengawasan keamanan pangan segar. Tugas pokok dan fungsi tersebut diuraikan lebih lanjut dalam Permentan Nomor 61 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yang menyebutkan bahwa BKP diantaranya menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar dan kelembagaan keamanan pangan segar. Untuk menjalankan fungsi tersebut, BKP akan melakukan beberapa kegiatan, antara lain penguatan kelembagaan penanganan keamanan pangan segar, peningkatan Sumber Daya Manusia

(8)

(SDM) pengawas keamanan pangan segar, promosi dan sosialisasi, serta pengadaan kendaraan roda 4 (empat) untuk pengawasan keamanan pangan segar bagi provinsi yang mendapat alokasi.

Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut di atas diperlukan adanya pedoman pelaksanaan. Oleh karena itu, BKP melalui Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan menyusun Pedoman Pelaksanaan Penanganan Keamanan Pangan Segar Tahun 2013 sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan segar oleh Badan/Dinas yang menangani ketahanan pangan tingkat provinsi yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2013.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penanganan keamanan pangan segar yang akan dilakukan meliputi: 1) penguatan kelembagaan keamanan pangan segar; 2) pemantauan dan pengawasan keamanan pangan segar; serta 3) sosialisasi dan promosi keamanan pangan segar.

C. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan segar adalah sebagai berikut :

1. UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;

2. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

3. UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 4. UU Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura;

5. PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; 6. PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan;

7. PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan; 8. PP Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;

9. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

10. PP Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan;

11. Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;

12. Perpres Nomor 24 Tahun 2010 junto Perpres Nomor 92 Tahun 2011 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan

(9)

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Perpres Nomor 92 Tahun 2011; 13. Perpres Nomor 70 Tahun 2012 perubahan kedua Perpres 54 tahun 2010

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

14. Permentan No. 14/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Pengawasan dan Pengujian Keamanan dan Mutu Produk Hewan;

15. Permentan Nomor 38/Permentan/PP.340/8/2009 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/OT.140/10/2008 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan;

16. Permentan Nomor 27/Permentan/PP.340/5/2009 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan;

17. Permentan Nomor 20/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian;

18. Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

19. Permentan Nomor 88/Permentan/PP.340/12/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan.

D. Pengertian

1. Pangan Segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan.

2. Pangan Segar Asal Tumbuhan, yang selanjutnya disingkat PSAT adalah pangan asal tumbuhan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan.

3. Keamanan PSAT adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

4. Persyaratan keamanan PSAT adalah standar dan ketentuan – ketentuan lain yang harus dipenuhi untuk mencegah PSAT dari kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

(10)

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

5. Pengawasan Keamanan PSAT adalah upaya – upaya yang dilakukan dalam rangka menjamin keamanan PSAT yang beredar (inspeksi, pengambilan contoh, monitoring, pengujian).

6. Pangan produk rekayasa genetika adalah pangan yang diproduksi atau yang menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika.

7. Iradiasi pangan adalah metoda penanganan pangan, baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, membebaskan pangan dari jasad renik patogen, serta mencegah pertumbuhan tunas.

8. Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

9. Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.

10. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.

11. Laboratorium uji adalah laboratorium uji yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional atau yang ditunjuk Menteri Pertanian.

12. Pengawas Keamanan PSAT adalah petugas yang secara resmi ditugaskan oleh Badan Ketahanan Pangan untuk melakukan pengawasan pada pelaku usaha PSAT.

13. Petugas Pengambil Contoh adalah petugas yang memiliki kompetensi dalam pengambilan contoh PSAT dan telah tersertifikasi oleh lembaga yang terakreditasi atau telah diakui kompetensinya oleh lembaga yang berwenang.

14. Pelaku usaha PSAT adalah setiap orang yang bergerak pada suatu atau lebih subsistem agribisnis pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan dan penunjang.

15. Daerah adalah provinsi atau kabupaten/kota di wilayah Negara Republik Indonesia.

(11)

16. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak.

17. Pemasukan adalah pemasukan PSAT dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan.

18. Pengeluaran adalah pengeluaran PSAT dari wilayah Indonesia ke luar negeri melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan.

19. Peredaran pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran pangan kepada masyarakat, baik untuk diperdagangkan maupun tidak.

20. Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan/atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan.

21. Penyimpanan pangan adalah proses, cara dan/atau kegiatan menyimpan pangan baik di sarana produksi maupun distribusi.

22. Pengangkutan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka memindahkan pangan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara atau sarana angkutan apapun dalam rangka produksi, peredaran dan perdagangan pangan.

23. Rantai pasok PSAT adalah suatu proses terintegrasi PSAT mulai dari produsen, distributor, gudang, pengecer sampai ke pelanggan akhir.

24. Sertifikasi PSAT adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap pangan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

(12)

BAB II

TUJUAN, SASARAN, DAN INDIKATOR KELUARAN

A. Tujuan

Tujuan umum Penanganan Keamanan Pangan Segar yaitu :

1. Menyiapkan petugas pengambil contoh dan pengawas keamanan pangan segar yang kompeten;

2. Menyiapkan lembaga sertifikasi profesi pengawas keamanan pangan segar; 3. Melakukan pengawasan keamanan pangan segar melalui pengambilan

contoh terhadap pangan segar (sayur dan buah) yang beredar di pasar untuk diuji laboratorium;

4. Menyiapkan sarana pengawasan keamanan pangan segar;

5. Menyiapkan informasi tentang kondisi keamanan pangan segar; dan

6. Melakukan pertemuan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan penanganan keamanan pangan segar.

B. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Meningkatnya jumlah dan kompetensi SDM yang menangani keamanan pangan segar;

2. Tersedianya lembaga sertifikasi profesi pengawas keamanan pangan segar di pusat;

3. Tersedianya data tentang kondisi cemaran mikroba, residu pestisida dan logam berat dari pangan segar yang diuji di laboratorium;

4. Tersedianya sarana penanganan keamanan pangan segar di pusat dan daerah;

5. Tersedianya bahan informasi dan publikasi tentang keamanan pangan segar; dan

6. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara instansi di pusat dan daerah.

C. Indikator Keluaran

Keberhasilan penanganan keamanan pangan segar ditandai dengan :

1. Tersedianya jumlah SDM terlatih yang menangani keamanan pangan segar di pusat dan daerah;

2. Terlaksananya registrasi dan sertifikasi pengawas keamanan pangan segar pusat dan daerah;

(13)

3. Tersedianya direktori dan analisis data keamanan pangan di pusat dan daerah;

4. Tersebarnya informasi dan publikasi tentang keamanan pangan segar di 33 provinsi;

5. Terealisasinya kegiatan penanganan keamanan pangan segar di pusat dan daerah minimal 85 %; dan

6. Terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi antara instansi di pusat dan daerah.

(14)

BAB III KERANGKA PIKIR

A. Kebijakan

Kebijakan penanganan keamanan pangan diarahkan untuk menjamin tersedianya pangan segar yang aman untuk dikonsumsi agar masyarakat terhindar dari bahaya, baik karena cemaran kimia maupun mikroba yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi dan mendukung terjaminnya pertumbuhan/perkembangan kesehatan dan kecerdasan manusia.

Sampai saat ini belum banyak masyarakat yang menyadari pentingnya keamanan pangan, termasuk pangan segar. Hal ini disebabkan masyarakat baik produsen (terutama produsen skala rumah tangga) maupun konsumen belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup sehingga masalah keamanan pangan belum menjadi prioritas dalam mengembangkan/memilih pangan untuk dikonsumsi. Disamping itu belum efektifnya penanganan keamanan pangan segar, juga dikarenakan: (1) belum berkembangnya sistem pembinaan dan pengawasan keamanan pangan; (2) terbatasnya laboratorium yang telah terakreditasi terutama di beberapa provinsi, sehingga sistem penjaminan keamanan dan mutu produk pangan segar belum berjalan dengan baik.

Di dalam penanganan keamanan pangan segar baik yang berasal dari pangan segar asal tumbuhan (PSAT) maupun asal hewan merupakan tanggungjawab Kementerian Pertanian. Ada beberapa unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian yang menangani keamanan pangan segar, yaitu Badan Karantina Pertanian (Barantan), Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP), Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen Nak dan Keswan) dan Badan Ketahanan Pangan (BKP). Barantan memiliki tugas dalam pengawasan lalu lintas pangan segar di pintu pemasukan dan pengeluaran. Pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan oleh Ditjen PPHP lebih bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional melalui penanganan mutu dan standardisasi hasil pertanian.

Khusus untuk pangan segar asal hewan, UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengatur bahwa penjaminan keamanan pangan segar dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, sertifikasi dan registrasi. Dalam Peraturan Pemerintah

(15)

No. 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, pengawasan pangan asal hewan segar pada saat diproduksi di unit usaha dan pada saat peredarannya dilakukan oleh Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) pada Kementerian c.q. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota. Pedoman pelaksanaan bagi Pengawas Kesmavet dalam melakukan pengawasan dan bagi Penguji dalam melakukan pengujian keamanan dan mutu pangan segar asal hewan telah diatur

secara rinci dalam Peraturan Menteri Pertanian No.

14/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Pengawasan dan Pengujian Keamanan dan Mutu Produk Hewan.

Sedangkan untuk pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan di peredaran merupakan tugas BKP. Berdasarkan Perpres No. 24 Tahun 2010 junto Perpres No. 92 tahun 2011, bahwa Badan Ketahanan Pangan melakukan pengkajian, penyiapan perumusan bahan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pengawasan keamanan pangan segar. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mempunyai fungsi melakukan pengkajian, penyusunan kebijakan, koordinasi, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengawasan obat dan makanan. Sedangkan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) melakukan pengawasan sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan hasil pertanian (Permentan Nomor

20/Permentan/OT.140/2/2010).

B. Rancangan Kegiatan

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi keamanan pangan segar di Indonesia masih ditemukan ketidaksesuaian antara lain: (1) praktek - praktek dalam rantai pangan segar yang tidak memenuhi standar keamanan pangan; (2) penghargaan masyarakat terhadap pangan yang aman masih rendah karena dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi; (3) masih ditemukan penyalahgunaan bahan berbahaya pada pangan, cemaran residu pestisida di atas Batas Maksimum Residu (BMR), kandungan bahan aktif yang dilarang, cemaran mikroba, dll. Di sisi lain, tuntutan pasar internasional terhadap keamanan pangan terus meningkat dan standar internasional terkait keamanan pangan semakin berkembang, serta keamanan pangan telah menjadi tolok ukur terhadap citra dan kepercayaan dunia akan hasil produk pangan suatu negara.

Keamanan pangan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kualitas SDM. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang tidak akan

(16)

berarti, jika makanan yang dikonsumsi masyarakat tidak aman dari cemaran kimia maupun mikroba. Pangan yang tercemar mikroba menyebabkan berbagai kasus Penyakit Bawaan Makanan (PBM), seperti diare. Sedangkan pangan yang terkontaminasi cemaran kimia, seperti residu pestisida dan toksin diduga sebagai penyebab penyakit kanker. Begitu pentingnya keamanan pangan ini menjadi dasar bagi negara - negara di dunia untuk mendeklarasikan bahwa keamanan pangan adalah hak asasi setiap individu dalam Internasional Conference on Nutrition pada tahun 1992.

Pengawasan keamanan pangan segar juga dilakukan mulai dari on farm sampai pangan siap diedarkan. Badan/Dinas/Instansi yang menangani ketahanan pangan, melakukan pengawasan keamanan pangan segar di peredaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Untuk memperkuat pengawasan keamanan pangan segar, perlu koordinasi dengan instansi terkait secara terpadu, serta advokasi kepada pemangku kepentingan.

Dalam penanganan keamanan pangan diperlukan kelembagaan yang kuat untuk melaksanakan fungsi pembinaan maupun pengawasan keamanan pangan segar. Pembinaan keamanan pangan segar menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Teknis Kementerian Pertanian pusat maupun daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, dan dilakukan mulai dari on farm sampai pangan siap diedarkan.

Praktek penanganan pangan harus diterapkan di setiap rantai pangan. Pembinaan keamanan pangan dilaksanakan mulai dari proses budidaya dengan menerapkan praktek budidaya pertanian yang baik atau Good Agricultural Practices (GAP) agar menghasilkan pangan bermutu, aman, dan layak dikonsumsi, cara penanganan pasca panen hasil pertanian yang baik atau Good Halding Practices (GHP). Begitu juga dalam pengolahan pangan, keamanan pangan dapat dilaksanakan dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP). Demikian halnya pada rantai distribusi dan retail, keamanan pangan segar dapat dilaksanakan dengan menerapkan Good Distribution Practices (GDP) dan Good Retail Practices (GRP).

(17)

Diagram 1. Kerangka Pikir Penanganan Keamanan Pangan Segar Pengawasan keamanan

pangan segar di pintu pemasukan dan

pengeluaran Ketidaksesuaian

Pembinaan budidaya tanaman dan ternak yang baik kepada

petani Pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan Pengawasan mutu dan standardisasi produk pertanian

Pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan dan hewan

Ditjen PPHP BKP Barantan

Ditjen Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan,

Peternakan & Keswan

Koordinasi dengan instansi

terkait lainnya

Kesehatan masyarakat terganggu Mendapatkan pangan yang aman adalah hak asasi

masyarakat Masih banyak ditemui kasus

ketidakamanan pangan Pengawasan keamanan pangan segar asal hewan Ditjen Nak Keswan Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar Pemantauan dan pengawasan keamanan pangan segar Output :

Efektifnya pengawasan keamanan pangan segar dan tindak lanjut dari pengawasan

Outcome :

(18)

C. Pendekatan

Pendekatan kegiatan dilakukan melalui pemantauan dan pengawasan keamanan pangan segar, promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar, serta penguatan kelembagaan keamanan pangan segar :

1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas aparat pada Badan/Dinas yang menangani ketahanan pangan.

2. Pemantauan dan pengawasan keamanan pangan segar diarahkan untuk mengetahui kondisi keamanan pangan segar melalui kajian,

3. Pengujian keamanan pangan baik dengan uji laboratorium maupun uji cepat.

4. Sosialisasi dan promosi keamanan pangan segar diarahkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai keamanan pangan sehingga masyarakat dapat mengedarkan, memilih, dan mengkonsumsi pangan yang aman.

D. Strategi

Strategi penanganan keamanan pangan segar, adalah sebagai berikut : 1. Memperkuat kelembagaan keamanan pangan melalui peningkatan jumlah

dan kompetensi SDM yang menangani keamanan pangan segar.

2. Berkoordinasi secara intensif dengan instansi lain dalam penanganan keamanan pangan baik lingkup Kementerian Pertanian maupun luar Kementerian Pertanian.

3. Pemutakhiran data dan informasi keamanan pangan segar.

(19)

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

PENANGANAN KEAMANAN PANGAN SEGAR

A. Kegiatan Penguatan Kelembagaan Penanganan Keamanan Pangan Segar

Kelembagaan penanganan keamanan pangan segar dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh: (1) SDM yang kompeten dalam menyelenggarakan pengawasan; (2) tersedianya infrastruktur (sarana dan prasarana) yang memadai; dan (3) akses terhadap laboratorium untuk pengujian keamanan pangan segar.

Pelaksanaan Kegiatan di Pusat dan Provinsi

Kegiatan penguatan kelembagaan penanganan keamanan pangan segar dilaksanakan secara berjenjang dari pusat dan provinsi.

a. Pusat

(1) Menyiapkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pengawas Keamanan Pangan Segar

(2) Melaksanakan pemantauan dan pembinaan kelembagaan penanganan keamanan pangan segar;

(3) Melaksanakan koordinasi lintas sektor;

(4) Menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) PPC;

(5) Menyelenggarakan bimtek Pengawas Keamanan Pangan Segar; (6) Melakukan sertifikasi profesi Pengawas Keamanan Pangan Segar; dan (7) Melaksanakan evaluasi kegiatan penanganan keamanan pangan segar.

b. Provinsi

(1) Melaksanakan koordinasi lintas sektor;

(2) Melakukan pembinaan kepada aparat yang menangani keamanan pangan segar dan masyarakat;

(3) Mengikuti bimtek PPC dan Pengawas Keamanan Pangan Segar; dan (4) Mengikuti pertemuan sosialisasi dan evaluasi penganekaragaman

(20)

B. Kegiatan Pemantauan dan Pengawasan Keamanan Pangan Segar

Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan keamanan pangan segar dilaksanakan pada pangan yang beredar di pasar. Pemantauan dan pengawasan dilakukan terhadap cemaran kimia dan cemaran mikroba pada pangan segar yang beredar baik berasal dari dalam maupun luar negeri.

Pelaksanaan Kegiatan di Pusat dan Provinsi

a. Pusat

(1) Melakukan kerja sama dengan laboratorium uji keamanan pangan segar;

(2) Melaksanakan koordinasi lintas sektor; (3) Pengadaan rapid test kit;

(4) Melakukan kajian pengawasan keamanan pangan segar;

(5) Melakukan pengawasan keamanan pangan segar yang beredar untuk uji laboratorium; dan

(6) Pengadaan kendaraan roda empat untuk pengawasan keamanan pangan segar.

b. Provinsi

(1) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat provinsi dalam pengawasan keamanan pangan segar;

(2) Melakukan pengawasan keamanan pangan segar termasuk pengambilan sampel dan pengujian keamanan pangan segar secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk uji laboratorium, parameter uji sesuai Lampiran 1. Apabila di provinsi tidak ada laboratorium untuk pengujian dengan parameter dimaksud, provinsi dapat menggunakan referensi laboratorium uji yang terakreditasi seperti terdapat pada Lampiran 2. (3) Pengadaan kendaraan roda empat pengawasan keamanan pangan segar

bagi provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran dimaksud. Spesifikasi terdapat pada Lampiran 3.

C. Kegiatan Sosialisasi dan Promosi Keamanan Pangan Segar

Kegiatan sosialisasi dan promosi di pusat dan daerah dilakukan melalui pameran, leaflet, poster, banner/baliho, dan media lain untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan segar.

(21)

D. Titik Kritis Pelaksanaan Kegiatan

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) baik di pusat dan provinsi. Proses pengendalian di setiap wilayah diatur oleh masing - masing instansi. Pengawasan dilakukan secara internal oleh Badan/Dinas yang menangani ketahanan pangan dan secara eksternal oleh aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun lembaga/pengawas lainnya). Untuk memperlancar pelaksanaan pengendalian dan pengawasan diperlukan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait (penyuluh pertanian, produsen/kelompok tani, tokoh masyarakat, pejabat/aparat instansi terkait di daerah). Informasi penyimpangan terhadap pengelolaan dana dapat disampaikan kepada Badan/Dinas yang menangani ketahanan pangan pusat, dan provinsi.

Agar pelaksanaan penanganan keamanan pangan segar tahun 2013 sesuai dengan sasaran, maka perlu ditetapkan titik kritis pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan segar. Titik kritis penanganan keamanan pangan segar secara umum yang perlu diantisipasi adalah :

1. Penguatan Kelembagaan Penanganan Keamanan Pangan Segar

Titik kritis pada kegiatan ini adalah pada peningkatan jumlah dan kompetensi petugas pengawas keamanan pangan segar, serta penyusunan pedoman/petunjuk teknis. Apabila tidak terlaksana akan mengakibatkan penanganan keamanan pangan segar tidak optimal.

Titik kritis selanjutnya agar dirinci kembali di tingkat provinsi dalam petunjuk teknis penanganan keamanan pangan segar.

2. Pemantauan dan Pengawasan Keamanan Pangan Segar

Titik kritis pada kegiatan ini adalah pada pemantauan, hasil uji dan sarana pengawasan keamanan pangan segar. Apabila tidak terlaksana akan mengakibatkan tidak tersedianya data dan informasi tentang keamanan pangan segar.

3. Pengadaan Kendaraan Roda 4 (empat) untuk Pengawasan Keamanan Pangan Segar

Titik kritis pada kegiatan ini adalah pada fungsi kendaraan roda 4 (empat) yaitu untuk melakukan pengawasan keamanan pangan segar secara rutin, melakukan uji di lapangan dengan rapid test kit, serta sosialisasi terhadap masyarakat terhadap pentingnya pangan yang aman. Apabila tidak

(22)

terlaksana akan mengakibatkan pengawasan keamanan pangan segar yang beredar secara rutin tidak terlaksana.

4. Promosi dan sosialisasi Keamanan Pangan Segar

Titik kritis pada kegiatan ini adalah pada penentuan sarana promosi dan sosialisasi. Apabila tidak tepat dalam penentuannya, akan mengakibatkan kurang efektifnya informasi keamanan pangan segar kepada masyarakat.

Contoh bahan promosi keamanan pangan segar

(23)

BAB V

ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. Organisasi

Secara operasional penanganan keamanan pangan dilaksanakan oleh Badan/Dinas yang sesuai dengan tupoksinya. Gubernur selaku ketua Dewan Ketahanan Pangan di daerah dibantu oleh sekretaris Dewan Ketahanan Pangan, berfungsi sebagai fasilitator dan koordinator, sehingga dapat tercipta sinkronisasi pelaksanaan penanganan keamanan pangan.

B. Tata Kerja

Secara berjenjang penanganan keamanan pangan segar di pusat dan provinsi adalah :

a. Pusat

Dalam pelaksanaan penanganan keamanan pangan segar, pemerintah pusat bertugas:

(1) Menyusun pedoman pelaksanaan;

(2) Melakukan advokasi, sosialisasi dan promosi;

(3) Koordinasi, sinkronisasi, pembinaan, dan pengawasan; (4) Pengkajian dan perumusan kebijakan;

(5) Promosi dan sosialisasi.

b. Provinsi

Dalam pelaksanaan penanganan keamanan pangan segar, pemerintah provinsi bertugas:

(1) Menyusun petunjuk teknis;

(2) Melakukan pengawasan keamanan pangan segar di daerahnya; (3) Melakukan sosialisasi dan promosi keamanan pangan;

(4) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi penanganan keamanan pangan segar tingkat provinsi;

(24)

BAB VI PEMBIAYAAN

Sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan penanganan keamanan pangan segar pada tahun 2013 berasal dari APBN, yang diharapkan mendapat dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, APBD kabupaten/kota, dan swadaya masyarakat. APBN untuk mendukung kegiatan penanganan keamanan pangan segar berasal dari Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, dialokasikan di pusat dan provinsi (dana dekonsentrasi).

Dalam pengelolaan anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Satuan Kerja (Satker) Badan/Dinas yang menangani ketahanan pangan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan. Pencairan anggaran kegiatan mengacu kepada ketentuan dan prosedur yang berlaku, sedangkan untuk pengadaan barang/jasa harus mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 perubahan kedua Perpres 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(25)

BAB VII

PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan harus dilakukan secara berjenjang, terus menerus, periodik, tepat waktu dan tepat sasaran, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan, apabila ada hal - hal yang tidak sesuai dalam pelaksanaan kegiatan.

A. Pemantauan

Pemantauan adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang terus menerus dalam jangka waktu tertentu, terhadap perkembangan setiap pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan segar baik di pusat maupun provinsi. Hal - hal yang akan dipantau adalah kelengkapan administrasi, penggunaan dana, dokumen operasional berupa Petunjuk Teknis, serta output yang dicapai.

B. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat provinsi secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun, atau sewaktu-waktu apabila terjadi permasalahan yang sangat penting. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peran dan tanggung jawab kelembagaan yang menangani keamanan pangan segar, sekaligus mengevaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

C. Pelaporan

Pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara berjenjang dari provinsi ke pusat. Pelaporan dari provinsi ke pusat dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dalam satu tahun. Laporan yang dibuat menggambarkan hal - hal sebagai berikut: (a) jenis dan sasaran kegiatan, serta keluaran yang diharapkan; (b) kemajuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran sesuai dengan indikator yang ditetapkan; (c) permasalahan yang dihadapi dan upaya pemecahan masalah (format laporan dapat dilihat pada Lampiran 4.

(26)

BAB VIII PENUTUP

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, bahwa keamanan pangan diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Penanganan keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Untuk itu pemerintah dan pemerintah daerah ditugaskan untuk menjamin terwujudnya penyelenggaraan keamanan pangan di setiap rantai pangan secara terpadu.

Pentingnya penanganan keamanan pangan juga dituangkan dalam Permentan No. 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penanganan keamanan pangan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan perlindungan hak atas pangan kepada seluruh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.

Untuk memberikan pelayanan dasar tersebut, tentunya pelaksanaan penanganan keamanan pangan di Provinsi, dan Kabupaten/Kota tidak cukup hanya menggunakan sumber dana dari APBN saja, sehingga diharapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengalokasikan anggaran dari APBD untuk menunjang pelaksanaan penanganan keamanan pangan segar di daerahnya. Selain hal tersebut, koordinasi dengan instansi terkait, sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penanganan keamanan pangan segar.

Pedoman Pelaksanaan Penanganan Keamanan Pangan Segar Tahun 2013 ini merupakan dokumen resmi sebagai acuan bagi aparat Badan Ketahanan Pangan pusat dan daerah dalam melaksanakan penanganan keamanan pangan segar.

Ketentuan pelaksanaan yang lebih rinci, akan diatur dalam petunjuk teknis yang disusun oleh Badan Ketahanan Pangan provinsi, sesuai dengan situasi dan kondisi spesifik wilayah.

(27)

Lampiran 1

DAFTAR PARAMETER UJI KEAMANAN PANGAN SEGAR

1) Pestisida ; a) Organochlor b) Organophosphate c) Phyretroid d) Carbamate 2) Mikroba : a) E. Coli b) Salmonella 3) Logam Berat : a) Pb b) Cd c) Hg d) As

Komoditas sampel yang diambil buah dan sayur dengan kriteria: a) banyak diproduksi; b) banyak dikonsumsi dan c) diduga mempunyai permasalahan ketidakamanan pangan

(28)

Lampiran 2

DAFTAR LABORATORIUM UJI

YANG DITUNJUK OLEH MENTERI PERTANIAN

No. Nama Laboratorium Uji Alamat

1. Laboratorium Penguji Mutu Gula dan Bahan Pembantu, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

Jl. Pahlawan No. 25 Pasuruan 67126 Telepon : 0343 421086 / 0343421086

2. Balai Pengakajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Sulsel-Maros, Lab Penguji Mutu

Jl. DR. Ratulangi Maros Sulsel

3. Balai Pengakajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan

Jl. Jend. Besar Abd. Haris Nasution No.1 B Medan 4. Balai Pengakajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Jawa Timur

Jl. Raya Karang Ploso KM. 4 PO BOX 188 Malang 65101 5. Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi

Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI

JI. Raya Jambore No. 1 Cibubur Jakarta Timur

6. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-Obatan (BALITRO) Bogor

JI. Tentara Pelajar No.3 Bogor 16111

7. Balai Penelitian Sayuran (BALITSA), Lembang

JI. Tangkuban Perahu.No. 517 lembang, Bandung

8. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

JI. Tentara Pelajar No.3 A Bogor

9. Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian

JI. Pemuda No. 64 Rawamangun

10. Sucofindo laboratorium Cibitung JI. Arteri Tol Cibitung Bekasi 17520 Telp. 021 88321176 / 021 88321176

11. Balai Pengujian Mutu Barang Ekspor dan impor

JI. Raya Bogor Km 26, Ciracas Jakarta 13740 Telepon : 021 8710321-23/021 8710321-23 12. Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi

Hasil Pertanian dan Hasil Hutan (BPMSHPHH)

Jl. Jambore No.1 Cibubur Jakarta Timur

Tlp. 021 – 87752692 13. Balai Besar Pengembangan dan

Pengendalian Hasil Perikanan

(29)

No. Nama Laboratorium Uji Alamat

(BBPPHP), Departemen Kelautan dan Perikanan

Jakarta

Tlp. 021 – 6695586 14. Pusat Pengujian Obat & Makanan

Nasional BPOM

Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat

15. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman,

Ditjen Tanaman Pangan

Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Tlp. 021 – 78835256

16 BPTPH Sumatra Utara Jl. Jend. AH Nasution No. 4

Pangkalan Mashyur Medan Tlp/Fax: 061–7864604/ 061-7864606

17. BPTPH Sumatra Barat Jl. Raden saleh No. 2 Padang

Tlp. 0751–7054686–7055587 Fax. 0751 – 7055587

18. BPTPH Surabaya Jl. Pagesangan 2 / 58 Surabaya

Tlp. 031 – 8282970

19. BBPOM Denpasar Jl. Cut Nyak Dien No. 5

Denpasar - Bali Tlp. 0361 – 225395

20. BPTPH Maros Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 69

Maros

Tlp. 0411 - 371312 / 371593

21. BBPOM Makassar Jl. Bajiminasa No. 2

Tlp. 0411-871115-872021-879041

Sumber :

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 51/Permentan/OT.140/10/2008 - Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 27/Permentan/PP.340/5/2009

(30)
(31)

Lampiran 4

FORMAT

LAPORAN PENANGANAN KEAMANAN PANGAN SEGAR PROVINSI ... (KE PUSAT)

SEMESTER I/II TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

C. Sasaran

II. RENCANA KEGIATAN (ada penjelasan narasi)

Matriks Rencana Kegiatan di Provinsi

No Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan Keluaran Yang Diharapkan Keterangan 1 2 3 4 5

III. PELAKSANAAN KEGIATAN (ada penjelasan narasi)

Matriks Pelaksanaan Kegiatan

No Jenis Kegia tan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Masalah yang Dihadapi Upaya Pemecahan Masalah Anggaran (Rp) Ket Ren-cana Rea-lisasi % 1 2 3 4 5 6 7 8 9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN V. PENUTUP

(32)

Lampiran 5

FORMAT

PENGUMPULAN DATA KEAMANAN PANGAN SEGAR PROVINSI ... (KE PUSAT)

TAHUN 2013

A. Aparat yang Menangani Keamanan Pangan Segar

No Nama Petugas Asal Instansi No. HP email Pelatihan PPC Pengawas/ Inspektor Auditor PPNS 1 2 3 4 5 6 7 8 9

B. Hasil Uji Lab Provinsi

N o Jenis Komodi ti Asal Sampel Para meter Uji Limit deteksi alat Hasil Pengujian (mg/kg) Stan Dar*) Status Refe rensi Metode Pengujian MS TMS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ket : MS : Memenuhi syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

*) : Standar pengujian residu pestisida - SNI 7313:2008

- Permentan No. 01/Permentan/OT.140/1/2007 - codexalimentarius:2009

Standar Pengujian Logam Berat (SNI 7387 : 2009) Standar Pengujian Mikroba (SNI 7388 : 2009)

C. Daftar Laboratorium Terakreditasi yang Melaksanakan Pengujian Keamanan Pangan Segar

No Nama Laboratorium

Alamat Ruang Lingkup

Telp Contact Person

(33)

D. Data Kasus Keracunan Pangan

Kab/ Kota

No Kejadian Keracunan

Lokasi *) Penyebab **) Jumlah Korban Sakit Jumlah Korban Meninggal 1 2 3 4 5 6 7 Ket :

*) : Lokasi merupakan tempat terjadinya keracunan, seperti (hajatan, kantor, sekolah, dll) **) : Penyebab merupakan sumber keracunan, seperti Salmonella, E. Coli, jamur, kapang, dll)

E. Data Kasus Penyakit

Kab/ Kota No Jenis Penyakit *) Jumlah Korban Sakit Jumlah Korban Meninggal

1 2 3 4 5

Ket :

*) : Jenis penyakit seperti kanker, autis, diare, muntaber, parkinson, dll

F. Data Pestisida yang beredar

No Jenis Pestisida*) Nama Dagang Bahan Aktif

1 2 3 4

Ket :

*) : Jenis pestisida seperti herbisida, fungsida, insektisida, dll

G. Data Pasar

No Daerah Nama Pasar Alamat

(34)

Lampiran 6

METODE PENGAMBILAN SAMPEL

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang dipergunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :  Plastik ukuran 2 – 3 kg

 Cooling box (styrofoam) kapasitas + 20 kg  Batu Es

 Pulpen  Kertas label

 Form pengambilan sampel  Sarung tangan

2. Bahan/ Sampel

 Pangan segar yang beredar.

B. Metode Pengambilan Sampel

Tahapan dalam pengambilan sampel

1. Identifikasi jenis komoditi pangan segar yang akan diambil sampelnya berdasarkan tingkat konsumsi, volume perdagangan dan diduga mengandung cemaran.

2. Identifikasi pasar di tingkat provinsi.

3. Identifikasi pasar di tingkat kabupaten dengan metode acak.

4. Identifikasi pedagang yang akan disampling berdasarkan metode acak. 5. Sampel diambil dengan menggunakan metode acak. Banyaknya sampel

yang diambil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk pengujian (Uji di laboratorium membutuhkan 2 kg sampel untuk pengujian residu pestisida, mikroba dan logam berat).

6. Petugas pengambil sampel mengenakan sarung tangan dalam melaksanakan tugasnya dan mencatat semua informasi tentang sampel.

7. Sampel yang sudah diambil dari pasar dikumpulkan menurut jenis komoditasnya.

8. Sampel dibungkus dengan plastik serta diberi coding jenis komoditas dan asal provinsi.

(35)

10. Sampel dibawa ke laboratorium

11. Apabila ternyata sampel tidak bisa langsung dibawa ke laboratorium, maka diusahakan agar sampel tersebut disimpan pada lemari pendingin untuk menjaga keawetan dan kesegaran sampel, dan diserahkan pada pagi harinya. 12. Setelah menyerahkan sampel kepada petugas lab, agar minta surat tanda

(36)

Lampiran 7

CARA PENGUJIAN FORMALIN DENGAN RAPID TEST KIT*

Bahan dan Alat :

1. Rapid test kit untuk formalin 2. Pisau

3. Talenan 4. Gelas/wadah 5. Sendok 6. Label

7. Sampel yang akan diuji 8. Air

9. Masker 10. Sarung tangan

Langkah Pengujian :

1. Ambil sampel sesuai dengan teknik pengambilan sampel 2. Iris sampel menjadi potongan kecil

3. Ambil potongan sampel kira – kira 10 gram, lalu masukkan ke dalam gelas/wadah

4. Tambahkan air secukupnya

5. Sampel yang telah diberi air, kemudian dihancurkan

6. Ambil ekstrak hasil campuran tersebut ke dalam botol 1 sampai terisi ⅓ (sepertiga) botol, lalu dikocok kira – kira 1 menit

7. Pindahkan isi botol 1 ke dalam botol 2, kemudian dikocok kira – kira 1 menit

8. Pindahkan isi botol 2 ke dalam botol 3, lalu amati perubahan warnanya (pengamatan tidak boleh lebih dari 5 menit)

9. Apabila terjadi perubahan warna larutan menjadi merah/pink, diindikasikan bahwa sampel mengandung formalin.

(37)

Lampiran 8

CARA PENGUJIAN PESTISIDA DENGAN RAPID TEST KIT

Bahan dan Alat :

1. Rapid test kit untuk pesticide 2. Pisau

3. Talenan 4. Sendok 5. Label

6. Sampel yang akan diuji 7. Air

8. Piring/wadah 9. Masker 10. Sarung tangan

Langkah Pengujian :

1. Ambil sampel sesuai dengan teknik pengambilan sampel 2. Iris sampel menjadi potongan kecil

3. Ambil potongan sampel kira – kira 5 gram, lalu masukkan ke dalam botol 4. Tambahkan 5 ml solvent 1 ke dalam botol sampel, tutup dan kocok dengan

kuat selama ± 1 menit, didiamkan selama ± 10 – 15 menit

5. Dari botol sampel no 3, pipet 1 ml ekstrak campuran tersebut ke dalam tabung reaksi, dan tambahkan 1 ml solvent 2 ke dalam tabung reaksi yang sama sehingga terbentuk 2 lapisan

6. Letakkan tabung reaksi ke dalam water bath modifikasi (suhu air 32 – 36 0C) 7. Masukkan ujung pipet Pasteur ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel, sambil hembuskan udara dari pompa ke dalam ekstrak, biarkan sampel sampai solvent 1 menguap yang ditandai dengan hilangnya lapisan bawah 8. Ambil tabung reaksi yang baru untuk digunakan sebagai wadah ekstrak

sampel, cut point dan control

9. Isi masing – masing tabung cut point (batas atas) dan control (batas bawah) dengan solvent 2 sebanyak 0.25 ml/ 1 part dan tabung sampel dengan sampel yang telah dieavporasi sebanyak 0.25 ml/1 part.

(38)

10. Tambahkan GT – 1 masing – masing 0.5 ml ke dalam tabung cut, control dan sampel, kemudian diamkan selama 5 menit

11. Campurkan GT – 2 dan Gt – 2.1, campuran ini disebut mix GT – 2. Campurkan GT – 3 dan GT – 3.1, campuran ini disebut mix GT – 3

12. Tambahkan mix GT – 2 sebanyak 0.375 ke dalam tabung cut point dan 0.25 ke dalam tabung control dan sampel. Diamkan selama 30 menit.

13. Tambahkan masing – masing 1 ml GT – 3 ke dalam tabung cut point, control dan sampel

14. Tambahkan masing – masing 0.5 ml GT – 4 ke dalam tabung cut point, control dan sampel

15. Tambahkan masing – masing 0.5 ml GT – 5 ke dalam tabung cut point, control dan sampel

16. Baca hasilnya :

 apabila warna di tabung sampel lebih pudar daripada tabung control, maka residu pestisida tidak terdeteksi

 apabila warna di tabung sampel lebih pekat daripada tabung control, namun lebih pudar darpada tabung cut point, maka residu pestisida terdeteksi dan masih aman dikonsumsi

 apabila warna di tabung sampel lebih pekat daripada tabung cut point, maka residu pestisida terdeteksi dan tidak aman dikonsumsi

(39)

Gambar

Diagram 1. Kerangka Pikir Penanganan Keamanan Pangan Segar

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Proforma Posisi Keuangan Konsolidasian Ringkasan Perseroaan semata-mata disusun untuk mencerminkan dampak keuangan material atas informasi Laporan Keuangan

Lahir Jenis Kelamin Program Studi Status Perkawinan Asal SLTA/PT Angkatan Tanggal Lulus Pekerjaan Agama IPK No.. Lahir Jenis Kelamin Program Studi Status Perkawinan Asal

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

masih jauh dari KKM yang ditetapkan, hal ini terlihat dari nilai evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia, lebih dari 23 orang (60%) dari seluruh siswa

Subjek terdiri dari 6 siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria 1) siswa kelas XI 2) siswa yang telah melaksanakan tes penyelesaian soal;

Untuk stakeholder Yayasan pada ukuran satisfaction, indikator yang harus dipenuhi adalah (1) Keterlibatan pemangku kepentingan dalam perumusan Visi, Misi,

c) Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis  proyek hendaknya sesuai dengan tema dan diawali dengan pengajuan masalah dari siswa atau guru untuk dipecahkan oleh

Menimbang : bahwa Peraturan Daerah yang disampaikan sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan