• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Tahun Sidang Masa Persidangan Hari/Tanggal Tern pat Acara Negara Ketua Rapat Sekretaris Rapat RISILAH

RAP AT KERJA KOMISI IX DPR ... RI DENGAN

MENTERI KEUANGAN

2002-2003 I

Senin, 8 Juli 2002

Pembahasan RUU tentang Surat Utang

Drs. H.M. PASKAH SUZETIA, MBA : USUANA, S.H.

(2)

KETUA RAP AT (H.M. DRS. PASKAH SUZETTA, MBA): Assalamu ualaikum Warohmatul/ahi Wabarokatuh.

Se/amat malam dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat para Anggota Dewan,

Yang terhormat Bapak Menteri Keuangan.

Sebelum pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Surat Utang Negara yang kita sudah sepakati malam ini, kami ingin menyampaikan beberapa informasi kepada Bapak Menteri tentang perkembangan di Batam, karena kita baru saja mengirim tim ke sana dan belum kern bali timnya. Baru saya dan beberapa ternan para Anggota Dewan yang kembali dari Batam. Keadaannya memang masalahnya masalah politik ekonomi yang terjadi, artinya perlu kita bahas lebih lanjut Pak Menteri, karena di sana kelihatannya juga setelah ditunda dan belum ada keputusan lebih lanjut dari Pemerintah, ini perlu ada pembahasan lebih lanjut antara Komisi IX dengan Menteri Keuangan dan itu hams kita lakuk:an secepatnya. Dan bilamana Bapak Menteri ada waktunya, mungkin besok malam kita jadualian kembali Rapat Kerja dengan Komisi IX, khusus masalah PPNBM di Batam.

Acara besok ditunda, karena Dirjen Bea Cukainya tadi minta kepastian, karena

ini

memang perlu ada kepastian di sana dan juga bentuk-bentuk insentif di sana itu juga kira harus lakukan secara konsisten dan hams kita bahas. Karena kalau hanya ditunda saja itu tidak akan memberikan kepastian,jadi kita hams rumuskan dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan dengan Komisi IX sebagai Komisi yang membidangi fiskal. Bagaimana Bapak: Menteri?

PEMERINTAHIMENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO): Terima kasih Saudara Pimpinan.

Saya kira memang memerlukan suatu policy yang lebih permanen mengenai Batam, kami setuju sekali, tetapi memang ini keputusan Pemerintah bersama-sama beberapa Menteri. Menteri Perdagangan terutama yang sangat erat terkait dengan kami,juga Menteri Dalam Negeri. Jadi wak:tu pengusulan Menteri Perdangan kepada kami, itu mengenai penundaan ini memang kami bahas dan oleh sebab itu saya pikir alangkah baiknya kalau memang ada waktu nanti bersama-sama dengan Menteri Perdagangan sekalian. Karena ini kaitannya dengan usulan mengenai Rancangan Undang-undang Perdagangan Bebas ini yang diharapkan menjadi suatu landasan yang lebih

(3)

permanen, batas-batas mana yang dibolehkan atau dibebaskan dari daerah PPn, batas daerah mana yang harus membayar PPn dan Bea masuk. Ini memang masih belum tuntas benar diantara Pemerintah, tetapi kalau Dewan menghendaki bertemu dengan kami terlebih dahulu kami siap. Akan tetapi jelas tidak akan final, karena kami harus konsultasi dengan Menteri-Menteri yang lain.

KETUA RAP AT:

Hanya saja Bapak Menteri dan para Anggota Dewan yang terhorrnat, Bahwa kalau kita merujuk ke Undang-undang No.l8 Tahun 2000 di Pasal 16 'B' Penjelasan, itu saya rasa cukup jelas tentang bagaimana pengaturan insentifbagi. suatu daerah atau suatu kawasan dan beberapa item di sana suqah secara cukup jelas juga menyebutkan tentang berbagai hal atau komponen mana-mana saja yang kemungkinan besar bisa diberikan intensifhanya saja di sana di dalam penjelasan Pasal16 'B' tersebut dijelaskan bahwa yang pentlng penerapannya yang harus kita awasi secara lanjut dan konsisten, sehingga Tim Batam nanti mungkin besok akan bisa memberikan progresnya. Sehingga jelas apakah selama ini sebagai de facta di sana sebagai kawasan bounded yang dipersiapkan oleh Pemerintah untuk menjadi Kawasan Perdagangan Bebas, dan di sana sebenamya juga sudah Rp 1 ,5 Milyar APBN memberikan investasi di sana. Saya pikir kita sepakati pembicaraan ini dengan Menteri Keuangan saja terlebih dahulu, saya rasa kalau kita mengacu ke undang-undang No. 18 Tahun 2000 itu dengan Menteri Keuangan atau antara Komisi IX dengan Menteri Keuangan. Jadi bagaiman Pak kalau besok malam?

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO): Nampaknya masih kosong seingat saya, kami siap.

KETUA RAP AT:

Karena tuntutan di sana lebih ...

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO): Ini rapat kita, Dewan Gubemur BI itu mengundang Menteri Keuangan. Kami cek lagi Pak, tetapi kalau bisa digeser karena saya kira penting

juga ·

mi.

KETUA RAP AT:

Tetapi memang hams segera dituntaskan juga ya Pak Danial.

Pak:.Mitra

(4)

sementera kita sepakati besok kita rapat kerja dengan Menteri Keuangan soal PPn & BM di Batam.

Baik para Anggota Dewan yang terhormat, Menteri Keuangan beserta seluruh jajarannya.

Skors Rapat tentang Surat Utang Negara atau SUN saya buka. (SKORS DICABUT DAN RAPAT DIBUKA) Para Anggota Dewan yang terhormat dan,

Bapak Menteri Keuangan beserta jajaran.

Terakhir bahwa kita sudah menyepakati Tata Cara Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Surat Utang Negara dan saya rasa para Anggota sudah memegang Tata Cara Pembahas.an Rancangan Undang-undang tentang Surat Utang Negara yang diputus pada tanggal 25 Februari 2002.

Selanjutnya di dalam DIM (Daftar lnventarisasi Masalah) yang diajukan oleh Fraksi-fraksi sebagaimana sudah dibagi, dalam lembar pertama Fraksi PDIP meminta "perubahan atas judul Undang-undang'', yaitu apa yang disampaikan oleh Pemerintah judul Undang-undang ini ten tang Surat Utang Negara dan Fraksi PDIP meminta judulnya menjadi "Surat Utang Pemerintah". F-PG "Tetap", F-PP tidak memberikan penjelasan dan tidak menyampaikan DIM, F-KB "Tetap", F-Reformasi juga tidak menyampaikan pendapatnya, F-TNI/ POLRI "Tetap", F-PBB tidak memberikan pendapat, F-KKI juga tidak memberikan DIM-nya termasuk juga F-PDU. Akan tetapi kesimpulan pada waktu itu bahwa "judul" ini kita pending dan ini dipending nanti belum kita tetapkan apakah masuk ke Panja atau kemana, tetapi artinya kita pending terlebih dahulu ini. Lebih baik kita mulai dari DIM No.2.

INTERUPSI:

ANGGOTA F. TNI/ POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi): MaafPimpinan,

Sebelum No. 2 karena ini cukup lama kita berhenti membicarakan masalah ini, mungkin walaupun No. 1 itu sudah dipending mungkin tidak ada salahnya ada perubahan dari pengusul atau kita diskusikan, sehingga kita akan bisa lebih maju. Karena bagaimanapun juga menurut kami menyangkut judul itu sangat penting sekali, karena itu terkait erat dengan hal lain dibelakangnya. Jadi seperti dahulu banyak argumentasi kita tentang menghendaki agar Rancangan Undang-undang tentang Keuangan Negara

(5)

diselesaikan terlebih dahulu sebagai payung, tetapi begitu kita sampai di Undang-undang Keuangan Negara itu payung itu tidak ada. Nah ini suatu perubahan-perubahan yang tempo hari memakan banyak waktu kita. Jadi mungkin bisa kita buka diskusi, kalau bisa ini tuntas karena yang pengusul hanya satu yang lainnya "Tetap" terhadap Surat Utang Negara, sehingga kita enak ke bawahnya itu.

Terima kasih Pimpinan.

ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG): Saudara Pimpinan,

Karena dalam Pansus Keuangan Negara itu sudah diterima judul mengenai Keuangan Negara. Jadi kalau di sana disebut Keuangan Negara, tentu di sinijuga konsekuensinya Utang

Negara. Kalau di sana dipakai Keuangan Pemerintah, konsekuensinya adalah Utang Pemerintah. Jadi saya kira konkordan dengan itu asal sangat ganjil sekali kalau kita katakan di sini sebagai Utang Pemerintah, sebab di sana Undang-undang Keuangan Negara. Jadi konkordan di situ, kita pakai juga di sini Surat Utang Negara, jadi bukan Pemerintah.

KETUARAPAT: Sebentar Pak Willeim,

Saya juga perlu memberika catatan kembali bahwa DIM ini juga telah diberikan kesempatan kepada para Fraksi-fraksi untuk melakukan perubahan dan ini adalah basil akhir daripada perubahan tersebut.

Silakan Bapak Willeim.

ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH): Terima kasih.

Saya mau meluruskan terlebih dahulu,

Bahwa sebenarnya Pansus ini bisa merubah segalanya, karena kewenangan itu ada pada kita, sehingga kalau saya, ini kan kita maunya cepat . dan sekarang yang kita bisa kerjakan yang mana terlebih dahulu.

Saya sepakat bahwa hal-hal yang sudah kita "sepakati dan yang semua sudah" tetap kita ketuk saja hari ini, dengan satu catatan besok kalau terjadi perubahan Pasal-pasal yang bersifat mendasar, pasal yang berkaitan dengan pasal yang ditentu besok dan saat ini belum bisa ditetapkan. Itu kita bisa

(6)

sesuaikan kembali, sehingga lrita cepat k:erjanya Itu yang perlu.

Kemudian untuk pembukaan yang Menimban& Mengingat dan semua ini, kareoa di sini ada filosofinya, ada masalah dasar Undang-undan& kita kasihk:an saja kepada TIDl Penyelia atau Panja besok biar mereb yang menyelesaikan ini. Tetapi kita sudah jalan sampai ke Pasal-pasal yang dibelakang yang di sini sudah ada hasilnya.. Jangan kita tunggu-tunggu lagi, ini sudab banyak yang "7etap"'" yang hanya perbedaan kata-kata kecil saja yang tidak membab malmanya, terns saja yang tidak hadir kita tinggal kalan menurut

saya

Terima kasih Ketua KETUARAPAT:

Ada 2 hal dari Bapak Willeim; bahwa hal-hal yang kecil nanti kita nmmskan dan yang bisa diketuk diketuk. Hanya saja ada usulan dari Bapak Sudinnan dan Bapak Danial Tandjung, sebetulnya di DIM NoJ kemarin ito sudah kita ketuk "dipending~, hanya saja infonnasi yang yang disampaikan oleh Bapak Danial Tandjung bahwa temyata di dalam pembahasan Undang-undang tentang Keuangan Neg~ bahwa judul Surat Utang itu adalah Surat Utang Negara, pertama ito.

Kemudian yang kedua, Bapak Dinnan meminta kepada Fmksi PDIP, bagaimana kalau kita buka lagi pembahasan dari judur, ini, sehubungan dengan adanya perkembangan baru di dalam pembahasan Undang-undang tentang Keuangan Negara. Nab ini yang perlu kita kembalikan terlebih dahulu sebagai pembahasan awal. Apakah ini tetap pending atau kita lakukan diskusi kembali ataukah kita setujui sebagaimana inheren dengan keputnsan di Pansus Keuangan Negara.

Saya persilakan Bapak dari PDIP.

ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH):

Saya kira kalau menurut kami, karena ini judul rangkaiannya dengan uKonsideranu, "'Menimbang"~ dan lain sebagainya, sudah merupakan kesepakatan yang kita ')lending"~ sebaiknya itu kita pending saja. Kemudian kita sekarang mulai dengan Pasal-pasal yang sudah bisa kita selesaikan, kita sepakat di sini, sudah setuju semua langsung ketuk saja. Tetapi catatan satu itu, satu hal kalau kemudian besok ada Pasal-pasal crusial yang berkaitan dengan pasal yang sudah kita ketuk bermasalah, maka kita adakan penyesuaian kembali, selesai. Itu saja.

(7)

INTERUPSI:

ANGGOTA F. KKI (F.X. SUMITRO):

Yang tidak menyampaikan DIM boleh bicara atau tidak? KETUA RAP AT:

Oh boleh Pak!

ANGGOTA F. KKI (F.X. SUMITRO):

Sebab Fraksi kami tidak menyampaikan DIM, karena kebetulan waktu itu saya sakit dan bahannyajuga saya baru terima hari ini.

Pertama, saya ingin tabu apakah kita perlu membentuk Panja atau tidak?.

Kedua, barangkali kalau tidak keberatan Pemerintah itu arahnya kemana? Apakah akan mengatur Surat Hutang secara keseluruhan atau sebetulnya akan mengatur Surat Berharga yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Kalau mengatur Surat Utang secara keseluruhan, kalau Departemen beli bakso dan belum dibayat itu juga mengeluarkan surat utang. Jadi arahnya kemana? Apakah mau dalam rangka mengeluarkan surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau surat hutang secara keseluruhan. Apapun bentuknya yang penting bahwa hutang daripada Pemerintah kepada pihak lain, ini yang kira-kira Pemerintah arahnya mau kemana, saya ingin mendapat penjelasan. Saya kira itu.

Terima kasih. KETUA RAP AT: Baik,

Terima kasih.

Bahwa pada waktu rapat terakhir, ini juga perlu saya sampaikan dan maaf ini saya sepotong-sepotong menyampaikannya, kita sudah sepakat untuk membuat Panja, membuat Timcil, membuat Tim Perumus. Itu keputusannya Bapak Mitro, karena memang yang bersidang ini bukan hanya para Anggota Dewan, jadi saya mohon juga Pemerintah · untuk memberikan pendapatnya atau klarifikasinya.

Pertama adalah tentang DIM No.I untuk kembali masuk ke Pending. Kedua adalah permintaan penjelasan dari Bapak Soemitro tentang masalah arab Pemerintah di dalam rangka penyusunan Undang-undang

(8)

tentang Surat Utang Negara ini terkait memang ini dengan judul. Jadi Bapak Mitro minta klarifikasi penjelasan dari Pemerintah.

Baik saya persilakan Bapak Menteri.

PEMERINTAHIMENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO): Terima kasih Saudara Pimpinan,

Kami setuju kalau memang ada hal yang ~~pending" itu kemudian dimasukan ke Panja, karena misalnya judul "Surat Utang Negara" nampaknya memang ini sebenamya sudah lebih jelas sekarang bahwa yang kita maksudkan itu adalah surat utang negara menurut Pemerintah. Sambil menjawab beberapa pertanyaan dari Bapak Soemitro, yang kita maksud di sini sebetulnya adalah soverign bond atau soverign papers. Jadi di sini memang yang diarahkan adalah surat utang dalam bentuk surat berharga negara, karena soverign ini, jadi bukan government.

Kalau kita melihat di sini, maknanya memang generiknya adalah Surat Utang Negaral Soverign bond. Ini saya kira di berbagai negara juga disebut demikian, sebagai soverign papers. Sedangkan yang kalau dalam percakapan sehari-hari itu memang ada yang disebut sebagai government bon yang sebenarnya juga soverign sebetulnya, yang lebih mantap tenninologinya itu adalah soverign bond atau soverign paper. Jadi dalam hal ini memang kami kira kalau itu mau diangkat kern bali barangkali di dalam Panja atau bagaimana.

Saya setuju sekali dengan Bapak Willeim tadi mengenai yang "Menimbang" dan sebagainya, kalau seandainya itu bisa itu kita serahkan kepada Panja lalu langsung kepada substansi teknisnya di sini. Nab ini tentunya pandangan dari Pemerintah.

Demikian sementara. KETUA RAP AT:

Pendapat Pemerintah setuju bahwa hal-hal yang menyangkut "judul" yang kita "pending" dan pertimbangan-pertimbangan; "Mengingat", "Menimbang" dan lain sebagainya daripada rancangan ini dipending terus kita Panjakan. Baru kita dalam pembahasan selanjutnya kita masuk ke Bah-bah, itu bagaimana apakah bisa disetujui?

Silakan.

(9)

ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG): Terima kasih.

Sebaiknya begini Pak, saya sudah baca DIM-DIM ini~ banyak betul diantara DIM-DIM itu yang minta "Tetap,. Jadi kalau kita periksa itu, kita sahkan terlebih dahulu itu, kemudian ' , sisa kita bicarakan di Panja. Jadi malam ini kita periksa nomor-nomor DIM itu, mana yang semuanya setuju kita sahkan, kita ketuk. Yang tidak, yang masih ada usul-usul itu kita Panjakan.

KETUA RAP AT:

Tidak, artinya kalau begitu DIM yang menyangkut "Menimbang'', "Mengingat" itu mau kita bahas sekarang atau mau kita Panjakan.

ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG): Panjakan, karena masih ada yang usulan..,usulan. KETUA RAP AT:

Ya, makanya itukita sudah sepakati yang ')udul" Menimbang, Mengingat itu kita Panjakan dan kita sekarang masuk saja kepada Bah-bah atau DIM yang menyangkut bah. Bagaimana bisa disetujui ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik, saya mulai dari DIM No. 19, Bah I tentang uKetentuan Umum". - FPDIP : "Tetap"

- FPG : "Tetap" INTERUPSI:

ANGGOTA F. TNI/ POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi): Pimpinan,

Kalau kita sampai pada Menimbang, Mengingat itu sampai 15. Jadi kita mulai dari 16.

Terima kasih. KETUA RAP AT:

Baik, kalau begitu memang dari No. 16.

Baik saya mulai dari DIM No. 16, terima kasih Bapak Dirm~.

"Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Repuhlik Indonesia " F. PDIP : "Tetap"

(10)

F. PG. : Meminta usulan perubahaa. Setelab kala 66

Dengan

Persetujuan" ditambab kma "bersama'" dan setelab kala ~Repubtik Indonesia"

ddambab

kata ~dan PresideD Republik Indonesia'". ltu usul perubahannya.

Setelah

perubahan

"Dengan Persetujuan bersama Dewan Perwaii/an Ralcyot Republilc

Indonesia dan Presiden

Republilc

Indonesia ••.

Ito

adalab usulan

F. PG.

F. PPP:

Tidak ada usulan.

F. KB : Minta disempuma~ menjadi "Dengan

Persetujlum

bersama

antara

Dewtm

Perwalcilan

Ra!yat Republillndonesio

dan Pn!siden Republik

Indonesia ••. ~substansinya" sama dengan F. PG.

F. Reformasi : Tidak ada pendapat.

F. TN1/POLRI : Menghendak:i setelab kata "persetujuan"ditambab kata ''bersama", setelah kata "'Indonesia" ditambab kata "dan Presiden Rl".

"Dengan Persetujuan bersama Dewan Perwalcilan Ra/cyat

Republiklndonesia dan Presiden

Republik

Indonesia

Memutuslcan ••.

Itu tambabannya.

F. PBB F.KKI F. PDU

Tidak memberikan DIM. Tidak memberikan DIM. Tidak memberikan DIM.

Jadi ini saya serahkan ke masing-masing Frak:si untuk memberikan pendapatnya, setelah itu Pemerintah. Jadi saya persilakan F. PDIP atas usulan Fraksi F. PG, F.

K.B

dan F. TNIIPOLRI.

Silakan.

ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH): Terima kasih.

Jadi kami justru lebih dahulu mendengar alasan dari F. PG untuk memberikan tambahan ini logikanya apa?, alasannya apa?, sehingga kalau toh bagi kita tidak ada masalah, saya kira kita bisa.

KETUA RAP AT:

Kalau demikian saya persilakan terlebih dahulu Fraksi-fraksi pengusul untuk menyampaikan argumentatif tentang perubahan di dalam DIM No. 16 ini. Saya persilakan dan dimulai dari F. PG.

ANGGOTA F. PG (DRS. BAHARUDDIN ARITONANG):

Usul ini sesungguhnya didasari oleh cugwnentasi babwa Undang-undang ini bukanlah usul dari hak inisiatif, tetapi datangnya dari Pemerintah dan

(11)

Pemerintah dalam hal ini adalah.Presiden melalui Menteri Keuangan. Karena itu memang penetapan bersama ini perlu ditegaskan di sini. Sebenamya usul inisiatif sekalipun disahkan atau diundangkan terlebih dahulu oleh Presiden, itu pun sesungguhnya juga bersama-sama, apalagi seperti ini datangnya adalah dari Pemerintah. Karena itu kami tetap menghendaki supaya ini adalah ~"Dengan Persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia". Argumentasi seperti itu saya pikir cukup untuk menjelaskan apa yang kami usulkan. Barangkali itu saja.

Terima kasih Ketua KETUARAPAT: F. KB saya persilakan.

ANGGOTAF. KB (H.M. MUKHTAR NOERJAYA, MSi): Terima kasih Bapak Ketua.

Jadi Bapak Menteri saya kira mungkin sama yang dikemukakan oleh F. PG bahwa kita menghendaki demikian karena usul dari Pemerintah, bahwa .kita harapkan ~~Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia". Itu memang sudah kita pikirkan bahwa setelah kita pertimbangkan bahwa sebaiknya ada '~rsama Presiden Republik Indonesia''. Terima kasih.

KETUA RAP AT:

Fraksi TNIIPOLRI saya persilakan.

ANGGOTA F. TNII POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi): Terima kasih Pimpinan,

Jadi kita mengikuti format yang terakhir lazim diberlakukan di Dewan ini, yaitu "Dengan Persetujuan Bersama" itu. Jadi kita bisa mereferensi kepada Undang-undang terakbir disahkan, itu bunyinya demikian. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya persilakan kembali putaran untuk menanggapi dari Fraksi PDIP. ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH):

Mungkin pertama, kalau seandainya demikian saya akan bertanya kepada Pemerintah terlebih dahulu kebiasaan yang terjadi seperti apa selama ini. Kemudian satu lagi hal, saya akan melihat lagi ke Undang-undang Dasar

(12)

terlebih dahulu mengenai bagaimana kewenangan PresideD menetapkan Undang-undang, itu yang hams kita cek. Jadi kalau semua tidak bet:teutaogan saya kira clear, tetapi kalau di situ ada persoalan sebaiknya kita kembalikan kepada konsep dasar, karena konsep dasar yang ada ini adalah konsep dasar umum dan sekarang sudah berjalan.

Terima kasih. KETUA RAP AT: Ada tambahan dari PDIP. Silakan.

ANGGOTA F. PDIP (H. DUDHIE MAKMUN MUROD, MBA): Mungkin pada waktu itu kita menginginkan "Tetap", karena bahwasannya logika kita berpikir bahwa usulan ini datangnya dari Pemerintah. Oleh karena datangnya dari Pemerintah sebab itu Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui dengan persetujuan. Jadi istilahnya kalau kita mungkin bersama-sama mengajukan mungkin bersama-sama, akan tetapi karena ini logikanya datang dari Pemerintah, rnaka Pemerintah mengajukan kepada kita. Nab, kita setuju a tau tidak? Dengan persetujuan kita seperti itu. Ini mungkin dari logika kita kenapa kita menganggap ini sudah cukup baik, tetapi kalau memang ada pemikiran yang lebih baik kenapa tidak.

Terima kasih. KETUA RAP AT:

Silakan Bapak Danial dari F. PP.

ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG): Saudara Pimpinan,

Ini seperti kita ini bahu membahu membuat Undang-undang, sebenamya yang seperti inikan ada suatu standar. Jadi kalau di Undang-undang ini kita buat begini, di Undang -undang lain begini, ini akan seperti apa jadinya. Jadi saya kira putusan kita, kita sesuaikan dengan standar yang sudah berlaku dan tidak usah kita perdebatkan. Makanya F. PPP itu tidak mau ambil pekerjaan yang begitu-begituan, sudah ada standar begitu, kaya tidak: ada kerjaan saJa.

(13)

KETUA RAP AT:

Jadi Fraksi Refonnasi saya persilakan.

ANGGOTA F. REFORMASI (DRS .. H. MUNAWAR SHOLEH): Saya kira kalau menurut saya, kami di Fraksi Refonnasi bukan sekedar standar, tetapi kalau istilah "persetujuan" tanpa ~'bersama" itukan seolah-olah ada sesuatu yang dominan di dalam otoritas pembuatan Undang-undang ini. Padahal yang dimaksudkan dalam proses pembuatan Undang-undang itu adalah kebersamaan di sana, ada salah satu dominasi otoritas di dalam pembuatan Undang-undang. Undang-undang itu dibuat bersama dan proses pembahasannya itu antara Pemerintah dengan DPR, jadi wajar kalau kata "bersama'' itu muncul.

Kemudian saya teringat betul ketika membahas dengan Undang-undang yang sudah disahkan, seperti tempo hari seperti Pajak dan segala macam itu formatnya memang ada kata "bersama"-nya menunjukkan eksvidi atau kebersamaan itu dan kesederajatan di dalam proses pembuatan Undang-undang. saya kira itu.

Terima kasih. KETUARAPAT:

Bapak Mitro dari F. KKI, silakan.

ANGGOTA

F.

KKI (F.X. SOEMITRO): Terima kasih S audara Pimpinan,

Bapak Menteri yang saya hormati berserta jajarannya.

Produk Undang-undang apakah itu dari Pemerintah atau inisiatifnya dari DPR, kalau udah menjadi Undang-undang itu bentuknya sama. Jadi kita tidak bisa pisahkan, oh ini dari pemerintah bentuknya begini dan dari DPR bentuknya begini. Oleh karena itu saya setuju lengan Bapak Danial Tanjung tadi sebagai senior kita, standarisasi ada kok ya kita gunakan saja itu supaya produk itu betul-betul, karena itu memberikan citra kepada Pemerintah dan DPR itu sendiri. Sebab kalau kita membuat Undang-undang satu beda dan ini beda, akan menunjukkan bahwa DPR dan Pemerintah itu tidak konsisten dalam menyusun produk undang-undang dan apalagi dalam melaksanakan.

Jadi saya kembali kepada Bapak Danial Tanjung tadi, saya kira kita menganut kepada standarisasi yang berlaku.

(14)

KETIJA RAP AT:

Saya kembalik:an kepada Pemerintab. Silakan4

PEMERINTAHJMENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO): Pemetintah setuju Pak dengan kembali ke standar dan adalah praktek yang DMdakhir apa pun kami setuju.

INTERUPSI:

ANGGOTA F. REFORMASI (DRS. H. MUNAWAR SHOLEH): Ttdak Pale, pengertian standar ito yang bagaimana semestinya sebab mesti ada perbedaan_ Seingat saya DPR sebelum periode yang sekarang dan sebelumnya ~ tidak ada kata bersama yang sebelumnya. Tetapi setelah kita selelah. jaman reformasi itu ada dan muncul kata "bersama", sehingga hams cfijelaskan kootestannya start yang mana? Kalau saya listening-nya ada kala ~sama"" rmtukmenunjukkan kebersamaan. Dalam proses pembahasan tidak ada dominasi otoriter dalam proses pembuatan Undang-undang ini.

Terima bsih. DTIJARAPAT:

Kalan begitu apakah perlu satu putaran lagi?

ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG): Saya kira begini Saudara Ketua,

Selammg ini kan yang ditanyakan Reformasi ini adalah standar yang macam mana? Nanti kita periksa produk-produk Undang-undangnya kita lakukan belakangan in~ kita sesuaikan saja dengan itulah, tidak usah

diputar. /

KETUARAPAT:

Ttdak, jadi begini ini saya kembalikan kepada pengusul. Jadi artinya perln ditanyakan kepada pengusul, para pengusulkan sudah mendapatkan tadi referensi-referensi tennasuk dari Bapak Williem dan Bapak Mitro. Jadi artinya saya persilakan. Tidak, kalati Refonnasi tidak ada usul.

Oleh karena itu makanya saya putar kembali, silakan F. PG terlebih dalmlu dari Fraksi pengusul bagaimana?

ANGGOTA F. PG (BAHARUDDIN ARITONANG):

Sebenamya kita pun bisa merubah standar Bapak Danial. Jadi betul

(15)

KETUA RAPAT:

Sebelum ke TNII

POLRI

ini ada

I 0

Undang-undang, ini dalam hal DIM No. 16 ini bunyinya:

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Itu apakah ini yang bisa dipakai sebagai standar, karena ini sudah 20 Undang-undang ini tahun 2000 ini. Jadi silakan Fraksi pengusul terlebih dahulu, Bapak Dirman dari Fraksi TNII POLRI.

ANGGOTA F. TNV POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi):

lya, jadi kami mengacu kepada standar bahwasannya pada DIM No. 16 yang lama itu standar lama, sedangkan yang kami ajukan ini itu standar barn. Jadi standar barn daripada belakangan 2, 3 Undang-undang yang barn saja diajukan Pemerintah, kemudian dibicarakan oleh Dewan banyinya seperti itu.

Terima kasih. KETUA RAP AT:

Jadi tadi Pemerintah, Menteri Keuangan sudah memberikan kepada kita pendapatnya bahwa dia setuju dengan standar lama, standar lama ini:

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Apakah kita memakai standar lama ataukah kita mau memakai standar baru seperti diusulkan F. PG dengan Fraksi TNV POLRI dan F. KB yang tidak datang.

INTERUPSI:

ANGGOTA F. PDIP (H. DUD HIE MAKMUN MUROD, MBA): Jadi begin! kalau saya melihatnya begini ya, ini soal yang itu sudah cukup baik. Masalahnya saya setuju dengan kata "Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat", kenapa? Memang dalam hal ini yang menyetujui itu bukan dengan Pemerintah, kita memang membahas bersama-sama dengan Pemerintah, tetapi

(16)

Jadi misalnya kalau Pemerintah tidak setuju, kalau kita memutuskan jadilah Undang-undang itu, tetapi kalau kita bersama kalau Pemerintah tidak setuju tidak akan pemah jadi, karena mereka akan bilang "kami tidak setuju ini sebetulnya'', tetapi DPR memutuskan. Sedangkan hak untuk membuat Undang-undang kan ada di DPR, karena itu yang memutuskan dengan persetujuan adalah persetujuan kita, bukan persetujuan bersama, membahasnya kita bersama-sama, tetapi di setujui oleh DPR. lni pemikiran saya, mungkin kalau ada salah boleh dikoreksi Bapak Munawar. Bagaimana?

KETUA RAPAT:

Bagaimana Bapak Danial kalau kita putar saja I putaran lagi? ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG):

Saya kita tidak usah,

Kalan kita periksa yang terakhir ini kudu yang paling banyak itu produk tentang Kabupaten-kabupaten bam, kita periksa saja itu. Nab, kalau itu sudah ada apa di situ teksnya itulah yang kita pakai.

KETUA RAPAT:

Silakan Bapak Williem terlebih dahulu.

ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH): Terima kasih.

Saya kembali kepada Konstitusi kita saja Pasal20, Dewan Perwakilan Rakyat, Bah VII, ~'Tiap Undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat'', itu dasamya. Kemudian Pasal22: "Jika tidak mendapat Persetujuan, maka Peraturan Pemerintah atau Undang-undang ito hams dicabut", jelas di sini. Sehingga judul itu "Dengan Persetujuan Dewan Perwaikilan Rakyat'' sudah sesuai dengan Undang-undang Dasar. Saya kira justru kalau kita dengan Presiden lagi, set back lagi kita, karena isinya sekarang katanya sudah abadi di legislatif. Kalau saya begitu tegaskan sekalian saja bahwa Persetujuan Dewan, taripa Persetujuan Dewan tidak bisa.

Terima kasih. KETUA RAP AT:

Saya kembalikan lagi ke Sarjana Reformasi dan F. PG, bagaimana?

(17)

ANGGOTA F. PG (DRS. BAHARUDDIN ARITONANG):

Sebenamya ada logikayang terbalik bahwa sesungguhnya kalau dengan kalimat "Dengan Persetujuan DPR" seperti ini bahwa DPR itu menyetujui, padahal sesungguhnya Perubahan Pertama dan Kedua Undang-undang Dasar itu bahwa hak legislasi sepenuhnya adalah di DPR. Jadi DPR itu tidak karena memang dia yang mengeluarkan . Undang-undang, tetapi Presiden boleh mengajukan Rancangan Undang-undang, Perubahan Pasal5.

Nab~ karena itu tetapi mekanisme lama bahwa pengundangannya itu oleh Presiden Republik Indonesia, maka itu kemudian muncul lab jalan tengah

44

Dengan Persetujuan Bersama", itu logika yang disampaikan di sini. Tetapi sesungguhnya terus terang saya juga masih tetap berharap bahwa kita secepatnya untuk menyiapkan undang tentang Pembuatan Undang-undang, yang sesungguhnya belum selesai dan itu belum kita selesaikan. Supaya ada memang standarisasi seperti yang dikatakan oleh Bapak Danial, standarnya itu memang tidak ada Pak Danial, jadi sebenarnya itu juga hanya kesepakatan kita saja. Karena itu Bapak Dirman tadiya ini standar baru, boleh-boleh say a kita seperti itu mengakui yang standar terakhir. Perjalanannya, kenapa muncul ini? nanti toh tetap diundangkan oleh Presiden pada akhimya, hanya saja memang ketika kemarin kalau misalnya Presiden tidak mau mengundangkan, maka 30 hari sesudah disetujui oleh DPR itu tetap berlaku perubahan yang kedua.

Nah dalam konteks seperti itu memang kemudian muncul pertanyaan siapa yang menandatangan; waktu itu ada perdebatan, ya cukup Ketua DPR. Jadi memang ada perbedaan penyelesaian soa1 seperti ini kalau memangterjadi. Karena itu kami mengusulkan supaya standar baru yang BapakDirman tadi sedikit Iontarkan itu adalah persetujuan bersama an tara DPR dengan Presiden. Walaupun kami juga kami tidak mengabaikan kalau misalnya teman~teman tetap menghendaki kita lihat saja standar yang selama ini berlaku, apalagi kalau kita bicarakan dengan Badan Legislasi. Karena memang pada akhimya nanti sebelum kemudian di sampaikan ke Pemerintah kembali di Badan Legislasi akan kemudian menyempurnakan atau mengevaluasi. Barangkali tidak perlu barangkali kita perpanjang Iebar dalam hal ini perdebatan kita, say a setuju dengan Bapak Danial, kemudian kita bisa masuk ke materi-materi berikutnya. Barangkali itu Ketua.

Sekian terima kasih.

(18)

KETUA RAPAT:

Jadi temyata ini ada 3 hal yang berbeda setelah saya minta Sekretariat membuka, itu kalau .kita memakai standartahun 2000, ito bunyinya: ''Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memutuskan" dan seterusnya. Kalau memakai Perundang-undangan tahun 2001, bunyinya: "Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia dan Presiden Republik Indonesia". Kalau memakai Undang-undang Tahun 2002 dengan Undang-undang yang telah disahkan, itu "Dengan Persetujuan Bersama antara Dewan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia Memutuskan", ini temyata ada 3 bentuk. Nab, ini yang mao dipakai yang mana? Dalam hal kriteria Undang-undang ini tahun 2000 menyangkut tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Sedangkan yang tahun 2001, ini menyangkut tentang Otonomi Khusus sebagai Provinsi Kbusus Papua, sedangkan tahun 2002 ini adalah Undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Jadi ini ada 3 bunyi yang dari tahun-ketahun berbeda, apakah kita mau merubah ini jadi bulan ke bulan ini?

INTERUPSI:

ANGGOTA F. REFORMASI (DRS. H. MUNAWAR SHOLEH): Kita tanya Legal Drafter saja.

KETUA RAPAT:

Silakan kalau begitu Pak, kami minta pendapat dari pihak ahli hokum di sini yang dibawa.

PEMERINTAHIMENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO): Saya kira kami bisa meminta, tetapi hanya koreksi saja. Kami dari Pemerintah tidak mengatakan bahwa kita setuju yang lama, jadi pokoknya yang kita sepakati. Kami minta Kepala Biro Hokum untuk memberikan pandangan kepada Bapak-bapak.

JAJARAN DEPARTEMEN KEUANGAN (HADIYANTO}: Terima kasih.

Dengan seijin Bapak Menteri,

Rancangan Undang-undang tentang SUN ini awalnya berdasarkan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, berdasarkan Keppres

(19)

No. 188 dan dirubah dengan Keppres No.44, yang intinya memang pada diktum memutuskan ini "Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia". Namun demikian seiring dengan Perubahan atau Amandemen Undang-undang Dasar 1945, dimana dalam Pasal20 itu berubah sedemikian rupa, sehingga pada produk Perundang-undangan yang belakangan yang diusulkan oleh Departemen Keuangan pun ditambahkan kata-kata "Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia".

Jadi standar yang saya sudah sampaikan kepada Bapak Menteri yang lebih up-dated adalah yang ada kata-kata "Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia", dimana itu juga tercermin di dalam Undang-undang No.20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi serta Undang-undang tentang Pencucian Uang/ Money Laundering yang mana terdapat kata-kata "Dengan Persetujuan Bersama". Demikian.

KETUA RAPAT:

Silakan Bapak Williem.

ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH):

Saya kok tetap berpegang pada Pasa] 20. Jadi kalau memang yang lalu itu memang salah apakah tidak kita perbaiki, di sini jelas bahwa setiap Undang-undang menghendaki Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Jika suatu Rancangan Undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalamPer~idangan Dewan Perwakilan Rakyat dalam masa itu. Ini jeJas, bahwa di sini Presiden ada hanya mengesahkan, tetapi Persetujuan tetap ada di Dewan. Pengesahan Presiden itu untuk berlakunya Undang-u.ndang itu, tetapi Undang-undang itu dibuat tetap oleh dan dengan persetujuan Dewan. KaJau memang yang benar itu adalah yang ben:rr, ya itu saja yang kita Iaksanakan, karena pegangan kita adalah Undang-undang yang diatasnya. UUD' 45 mengatakan bahwa Persetujuan itu ada di Dewan Perwakilan Rakyat, bukan pada Presiden atau yang lainnya. Kita harus berani mengatakan bahwa ini yang benar berdasarkan Undang-undang Dasar '45, kecuali diamandemen Jagi kita tidak tahu itu. Namun sampai saat ini adalah demikian. Kalau itu timbul karena suatu uephoria, ya kenapa tidak kita benarkan kembali. Sekian.

Terima kasih.

(20)

KETUA RAPAT:

Sebaiknya lain kali ada dari Kumdang di sini Pak Menteri disamping ahli bahasa. Sebab dari Departemen Kumdang itu supaya lebih objektif.

JAJARAN DEPARTEMEN KEUANGAN (HADIYANTO):

lya Pak, bersebelahan kami j1.1ga sudah konsultasi.

KETUA RAPAT:

Silakan Bapak Dirman dari Fraksi Pengusul.

ANGGOTA F. TNI/ POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi):

Baik, jadi kita baru saja menyelesaikan Undang-undang tentang Pengadilan Pajak, sewaktu kita memutus masalah ini, ini diskusinya panjang sekali seperti yang dikatakan oleh Bapak Willi em juga, karena kita tidak ada yang tidak mereferensikan undang, jelas kita mereferensikan Undang-undang. Jadi lama waktu ito diskusi kita dan semuanya mempunyai contoh-contoh. Jadi dengan tidak mengurangi dan lain sebagainya itu, kita ambillah format yang terakhir. Ya maksudnya tetap itu, jadi akhimya yang terakhir itu dan bunyinya yang seperti kami usulkan.

Terima kasih~

KETUA RAPAT:

Jadi supaya kita secepatnya ini, apakah kita tawarkan? Tadi kita sudah tawarkan altematif-altematif dan Fraksi-fraksi sudah berargumentasi, bagaimana kita perbahas nanti lebih lanjutnya di Panja supaya lebih intensif. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Pemerintah bagaimana? Silakan Pemerintah.

PEMERINTAHIMENTERI KEUANGAN (DR. BOEDIONO):

Setuju.

KETUA RAPAT:

Baik, bisa disetujui ke Panja ya?

(RAPAT: SETUJU)

DIM No. 17, ini kalau memutuskannya say a rasa semua Fraksi-fraksi:

(21)

F. PDI ~'Tetap" F. PG ~'Tetap"

F. PPP Tidak mau mempermasalahkan, karen a Pak Danial tadi.

F. KB '1etap''

F. Refonnasi · Tidak mengajukan DIM F. TNII POLRI '1etap"'

F. PBB Tidak mengajukan DIM

F.KKI Tidak mengajukan DIM

F. PDU "Tetap''

Bagaimana kita ketuk setuju? Pemerintah bagaimana? (RAPAT SETUJU)

DIM No. 18~ "Menetapkan Undang-undang tentang Surat Utang Negara". F. PDI F.PG F. ppp F.KB F. Reformasi F. TNII POLRI F. PBB F.KKI F. PDU "Tetap" "Tetap"

Tidak mau mempermasalahkan, karena Pak Danial tadi. ''Tetap"

Tidak mau mempermasalahkan, sama dengan Pak Danial.

''Tetap"

Tidak mengajukan DIM Tidak mengajukan DIM ''Tetap"

Jadi ini bisa disetujui kan?

(RAPAT SETUJU)

(22)

INTER UPS I:

ANGGOTA F. TNI/ POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi): Ini berarti yang didepan juga sudah bisa selesai.

KETUA RAPAT:

Jadi okelah nanti disinkronisasikan saja di Panja. Setuju kembali lagi ke sini~ tidak tadinya saya mau supayajangan low sinquis.

INTER UPS I:

ANGGOTA F •..• ( ••. ):

Tidak maksudnya kan tadi kebesaran hati dari rekan kita, itu saja masalahnya. Diketuk Pakjudulnya.

KETUA RAPAT:

Nanti datu, ini harus ada mekanismenya juga Pak De, terus juga ada prosedumya. Jadi kalau disetujui, saya akan kembali terlebih dahulu ke judul, sebelum melanjutkan ke DIM selanjutnya. Jadi pada "judul" di DIM No.I, karena ini kaitannya dengan penetapan yang disetujui pada DIM No. 18 termasuk PDIP, maka Bapak Williem lain kali harus melihat-lihat terlebih dahulu. Jadi artinya bahwa "judul'' ini bisa disetujui kan?. Pemerintah bagaimana?

Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Jadi baik saya akan melanjut ke DIM No. 19, ini pun juga Bab I tentang "Ketentuan Umum": F. PDIP · F. PG F.

ppp

F.KB F. Reformasi "'Tetap" "'Tetap"

Tidak mau mempermasalahkan. "'Tetap"

Tidak mengajukan DIM. F. TNI/ POLRI "'Tetap"

F. PBB Tidak mengajukan DIM

F.KKI Tidak mengajukan DIM

F. PDU Tidak mengajukan DIM

(23)

Jadi Pemerintah bagaimana bisa disetujui ya? Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

DIM No.20 Pasall:

"Tetap" "Tetap" F. PDIP F.

PGF.

ppp Tidak menyampaikan DIM.

INTERUPSI:

ANGGOTA

F.

TNI/ POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi):

Untuk mempercepat langsung saja, jadi yang ''Tetap" tidak usah dibaca. Langsung saja PKB apa usulnya?

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau yang tidak menyampaikan DIM dibacakan juga, oh tidak usah. Baik kalau begitu say a rasa bisa disetujui Bapak Dirman.

F. KB :Ada permintaan perubahan, Pasall ditambah dengan ayat, yaitu: Ayat ( 1) Hutang Negara adalah hutang yang sengaja dipungut oleh negara dengan perencanaan sebelumnya.

Silakan F. KB untuk menyampaikan argumentatimya.

ANGGOTA F. KB (H.M. MUKHTAR NOERJAYA, Msi):

Terima kasih Bapak Ketua,

Jadi saya kira F. PG mengusulkan penambahan Pasal tadi menjadi ayat ( 1) menjadi ayat (2), jadi meminta supaya menambah ayat ( 1) menjadi "Hutang Negara adalah hutang yang sengaja dipungut oleh negara dengan perencanaan sebelumnya ". Berdasar bahwa Surat Utang Negara ini adalah Surat Hutang Berharga yang berupa surat pengakuan utang yang sebelumnya. Jadi Pemerintah memang sengaja memungut pengkuan utang-utang itu,jadi kita meminta supaya ada penambahan ayat itu. Itu saya kira usul dari PKB, saya kira begitu Ketua dan saya serahkan kepada forum.

Terima kasih.

(24)

KETUA RAPAT:

Jadi Hutang Negara adalah hutang yang sengaja dipungut oleh negara dengan perencanaan sebelumnya, ya oke lab say a putar saja mulai dari PDIP. Silakan.

ANGGOTA F. PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, SH): Terima kasih.

Justru dengan adanya ayat (1) ini confius jadinya, karena di sini yang dipersoalkan adalah Surat Berharga, bukan hutang yang dipungut. Menyatakan hutang negara kok, jadi tidak ada pungutan sama seka1i. Jadi ini Pasal 1 ayat ( 1) sudah benar menurut saya, hanya saja sesuai dengan, maaf-maaf jadi masih ke Pasal 1 ini saya kira sudah sesuai dengan apa yang ada sekarang. Karena nanti Penjelasannya ada di ayat ( 1) dan berikutnya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: F. PG, silakan.

ANGGOTA F. PG (DRS. BAHARUDDIN ARITONANG): Argumentasinya hampir sama dengan Bapak Williem dan seijin Bapak Mukhtar nampaknya juga tidak begitu yakin dengan us ulan itu.

KETUA RAPAT:

Bapak Danial dari F. PPP silakan.

ANGGOTA F. PPP (H.M. DANIAL TANDJUNG):

Aku mau usul ayat yang 20 ini kok beda, saya takut ketiduran. Jadi kalimatnya "Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan" baru 1 ayat

(1) dibawahnya itu sudah masuk DIM No.2 I. Jadi maaf ka1au say a juga mungkin ketiduran, yang ketik ini pasti yang salah.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Fraksi Reformasi, silakan.

Tidak ada yang mau koment nampaknya. Fraksi TNII POLRI, silakan.

(25)

ANGGOTA F. TNI/ POLRI (DRS. SUDIRMAN, SE. Msi):

Jadi sebetulnya DIM No.20 ini adalah acuannya Pasal 1 dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan itu acuannya sebetulnya. Jadi kalau ini saya rasa Bapak Muktar juga setuju kalau ini sah, ini bisa kita ketuk. Soal nanti Bapak Mukhtar dari PKB ingin menambahkan defmisi hutang negara, itu bila kita, berarti tidak pada DIM No.2 I bisa digeser kebawah nanti atau 20.A dan sebagainya itu bisa saja. Hanya saya yang kami perlu informasikan, maksud dari pencantuman pada Pasall ini adalah hila terdapat dalam "Batang Tubuh"-nya nanti lebih dari Ix pengulangan yang tidak bisa dijelaskan pada pasal yang bersangkutan, maka ditarik ke "Ketentuan Umum". Nah nanti kita lihatlah dalam "Batang Tubuh"-nya itu, apakah ada hutang negara itu disebut beberapa kali? Kalau ada usul ini bagus, tetapi kalau tidak ada ya mungkin bisa dihilangkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Bapak Ustadz dari PBB, silakan. No Comment.

F. KKI silakan Pak.

ANGGOTA F. KKI (F.X. SOEMITRO):

Terima kasih.

Jadi kaJau dikaitkan dengan DIM No.20 dan No.2 I sekaligus, saya rasa unsurnya kurang dan waktunya berapa lama? Karena surat utang itukan atau apaJagi dengan surat berharga, jadi unsumya kurang, mestinya harus ditambah waktu tertentu. Itu pertama.

Kedua, dengan rumusan ini berarti setiap surat yang dikeluarkan oleh negara itu bisa diperjual-belikan, karena Surat Berharga. Pengertian Hukum Surat Berharga itu adalah surat yang dapat diperjual-belikan. Ini jadi konsekuensinya bahwa surat ini bisa diperjual-belikan, semua maksud saya semua surat yang nanti dikeluarkan oleh Pemerintah dengan mengacu kepada DIM No.20 dan No.21 ini, itu bisa diperjual-be1ikan semuanya. Padahal misalnya kita mengeluarkan Surat Utang kepada BI, itukan tidak boleh diperjual-belikan. Jadi tolong dirumuskan, makanya tadi dari awal saya katakan arah kita mau kemana? Karena sebelum saya tanya tadi, saya sudah melihat DIM No.2 I dan DIM No.20 ini ..

(26)

Tetapi Bapak Mitro saya rasa nanti kita akan masuk ke DIM No.2 I ya Pak untuk perinciannya, tetapi saya persilakan Pemerintah untuk mengklarifikasi terhadap apa yang disampaikan oleh Bapak Mitro, walaupun nanti kita bahas di DIM No.2 I.

PEMERINTAHIMENTERI KEUANGAN :

Kami mintakan Pak Darmin untuk menjelaskan secara Iebih teknis.

DIRJEN LEMBAGA KEUANGAN (DARMIN NASUTION):

Terima kasih,

Melalui Pak Menteri, Bapak-bapak yang terhormat.

Pak Mitro mengenai jangka waktu bahkan terms anda condition sebetulnya, bukan hanya jangka waktu juga, kondisi-kondisi yang lain dan juga termasuk bisa diperjual belikan. Itu ada diatur nanti di Pasal-pasal. Dalam membuat defenisi, bisa juga pendekatannya dia .lengkap sekali begitu, Pak Mitro nampaknya menganut itu. Jadi kalau mau dibuat lengkap, ya Pak Mitro benar, bahwa ini harus disebut jangka waktu tertentu, tetapi jangan hanya jangka waktu mestinya. Tetapi terms and condition. Kemudian masih ada Pak sebetulnya, misalnya "atas nama". Jadi banyak sekali atas dasar itulah kemudian kita waktu merumuskan ini, biarlah tidak usah terlalu lengkap di sini. Tetapi nanti di pasal-pasalnya keluar dia.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Jadi kalau begitu Pasall ini bunyinya _adalah ~'Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan". Ini bisa disetujui atau tidak? Nanti yang dimaksud PakAmin itulah nanti kita masuk ke pembahasan DIM 21.

Jadi bisa disetujui ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik sekarang masuk ke DIM 21. Dalam DIM 21 ini bunyinya usulan Pemerintah "Surat Utang Negara adalah Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dengan mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia''.Fraksi pengusul perubahan adalah PDIP, FKB, dan FKKl.

(27)

Jadi saya persilakan dari PDIP untuk menyampaikan argumentatifnya. Saya persilakan Pak.

ANGGOTA F.PDIP (WILLEIM M. TUTUARIMA, S.H ) : Terima kasih,

Karena di us ulan Pemerintah tidak ·menyebutkan masa berlakunya. Maka kami memandang perlu, bahwa harus d'sebutkan masa berlakunya Surat Berharga ini sampai kapan? Memang di DIM yang berikutnya ada. Tetapi tidak jelas-jelas menunjuk.kan waktunya, dia di sini hanya dibawah 12 bulan dan di atas 12 bulan. Sedangkan di dalam Surat pernyataan itu, harus dituliskan, akan berlaku sampai kapan Surat Utang ini.

Ini yang kami harapkan.

Itu mungkin penjelasan dari kita. INTERUPSI:

ANGGOTA F. PDIP ( MAX MOEIN, M.A, MBA ) : Begini Ketua,

Mengingat rene ana Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengeluarkan obligasi tanpa bunga dan tanpa batas waktu. Kalau ini diundangkan, apakah obligasi itu bisa sesuai dengan yang diusulkan oleh DIM final? Kalau di sini dikatakan bahwasanya Surat Utang Negara itu hams dijamin pembayaran bunganya. Makajika Pemerintah mengeluarkan Utang Negara diganti menjadi Surat Utang Negara Tanpa Bunga, apakah itu tidak bertentangan dengan Undang-undang? ini saya pertanyakan. Apakah Pemerintah tetap bertahan pada us ulan ini, ataukah akan mengubah.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Itu hanya minta klarifikasi dari Pemerintah. Silakan FKB. ANGGOTA FKB ( H. H. MUKHTAR NOERJAYA, MSi) : Barangkali ketikannya tadi saya juga salah pengertian. Akhimya di samping saya membuka aib saya. Jadi usuJ itu dicabut.

(28)

KETUA RAPAT:

Jadi FKB "dicabuf'. FKKI Pak Mitro silakan. ANGGOTA F.KKI ( F. X. SOEMITRO ) :

Saya kira tadi saya minta penjelasan dari Pemerintah konsekuensi logis daripada surat berharga. Setahu say a Surat Berharga itu bisa diperjualbelikan. Jadi berarti bahwa derigan keluamya Undang-undang ini, maka setiap Surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah dapat diperjualbelikan.

Itu saja.

KETUA RAPAT:

Jadi saya persilakan dulu Fraksi-fraksi yang bukan penyusun untuk menanggapi.

Walaupun di sini sudah ada FPG, "tetap", "TNIIPOLRin, tetap. Saya persilakan dulu FPG untuk menyampaikan argumentatimya. Jadi tidak ada coment ini? ya sudah kalau tidak ada coment.

FPP.

ANGGOTA F.PPP ( H. M. DANIAL TANDJUNG ):

Saya kira usul rumusan Pemerintah itu sudah lengkap, Surat yang berharga dan dibayar bunganya, dijamin oleh negara pengembalian pokok dan bunganya. Jadi artinya diperdagangkan. Menurut saya terjawab pertanyaan Pak Mitro. Dan saya kira ini sudah sangat sempuma kalimatnya, rumusannya.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Fraksi Reformasi.

ANGGOTA F.REFORMASI (

Drs. H.

MUNAWAR

SHOLEH ) :

Nanti Fraksi Reformasi akan mengusulkan, karena pemahamannya seperti tadi nanti. Maka ada penjelasan, kalau diterimalah nanti pada DIM berikutnya. Cukup.

KETUA RAPAT: FPBB, Pak Kahan.

(29)

ANGGOTA F.PBB ( H.

M.

S. KABAN, S.E, MS.i ): Terima kasih Pimpinan.

Jadi sebenamya apa yang dipertanyakan oleh FKKI, Pak Soemitro. Saya kira itu

perlu

diperjelas oleh Pemerintah . .Karena memang kalau dari segi rumusan dalam pengertian apa yang disampaikan oleh Pemerintah~ ini ya Tetapikan karena persepsi tentang Surat Utang Negara ini belum seragam~ karena masih ada sebuah persepsi sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Mitro. Maka ini perlu penjelasan dari Pemerintah dan supaya kitajuga terb~ Apakah surat Utang ini nanti~ betul-betul juga bisa diperjualbelikan, supaya bisa menjawab apa yang dipertanyakan oleh Pak Mitro. Sebab ada kesan selama ini kan bahwa Surat Utang ini nantinya tidak diperdagangkan. Padahal secara teori biasanya ini adalah untuk diperdagangkan, diperj ualbelikan.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, memang nanti akhimya saya kembalikan lagi kepada Pemerintah, atau dipanjakan.

Saya persilakan dulu Pak Sudirman. Mohon maaf saya loncat ke Pak Kahan, Fraksi TNIIPOLRI.

ANGGOTA F. TNIIPOLRI ( Drs. SUDIRMAN, S.E, MS.i ) : Jadi sebetulnya, ini kaini menganggap, "tetap". Karena ini terkait dengan pasal-pasal yang berikutnya. Jadi kalau kita lihat di "Pasal 3", itu jelas Surat Utang Negara itu terdiri dari Surat Pembendaharaan Negara dan Obligasi Negara, di situ menyangkut waktu. Jadi Surat Pembedaharaan Negara sampai dengan 12 bulan. Sedangkan Obligasi Negara lebih dari 12 bulan. Kemudian pada Pasal 11 "Setiap Surat Utang Negara, itu mencantumnya sekurang-kurangnya nilai nominal, tanggal jatuh tempo, tanggal pembayaran dan lain-lain sebagainya". Jadi kalau kita merujuk kepada Pasal-pasal yang berikutnya terkait, maka yang disampaikan Pemerintah ini, rasanya cukup memadai. Maka kami dari Fraksi TNIIPOLRI ini, "'tetap".

Terima kasih.

ANGGOTA F.TNI/ POLRI (Drs. DARSUPYUSUF, S.H, M&): Tambahan Pak.

Terima kasih. Kalau saya ini hanya kecil saja. Tetapi menyangkut dengan

(30)

minoris stabilitiy. Jadi di depan ayat-ayat iniy seperti di depan ayat 1, 2, 3 ini memakai tanda "kurung", untuk membedakan dengan Pasal. Karena ini aya~

anak buah dari pasal. Itu suapaya tidak terlupakan, karena ini minoris stability. KETUA RAPAT:

FPDU tidak ada.

Saya persilakan ke Pemerintah.

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN: Terima kasih, Saudara Pimpinan.

Yang Pemerintah maksudkan tentutiya adalah semua bentuk-bentuk yang disebutkan tadi, dari Surat Utang Negara, yaitu yang bisa dipetjualbelikan dan ada yang tidak diperjualbelikan. Dan ini nanti saya akan minta Saudara Darmin, untuk memberikan contoh, di negara lain. Kemudian yang pakai bunga maupun yang tanpa bunga. Yang intinya disini Pak. Semuanya ini sebetulnya, akhimya akan tecermin dal~ memang istilahnya itu term and conditionnya, spesifiknya di sana, mengenai bunganya berapa. Dan bunga itu tentunya bisa 0%, ini tergantung sesuai dengan apa yang disepakati di dalam term and condition itu. Tetapi kami mohon izin saudara Darmin menjelaskan lebih Jan jut.

DIRJEN LEMBAGA KEUANGAN ( DARMIN NASUTION ) : Terima kasih Pak.

Melalui Pak Menteri, Bapak-ba~_yang terhormat,

Jadi penyajian dari yang dipilih sebenamya, karena begitu banyak kemungkinan_nya Surat Utang ini. Kita sulit memasukkannya semua di dalam didefenisi. Kalau di coba dimasukkan di defenisi, nanti keluar dia bisa diperdagangkan, bisa tidak, bisa pakai bunga, bisa 0, bisa begini, bisa begitu. Sehingga kita coba membuat defenisi yang cukup sederhana. Tetapi nanti di Bah II, yaitu bentuk dan jenis Surat Utang Negara di situ lengkap dia dikatakan. Misalnya Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk Warkat atau tanpa Warkat. Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau yang tidak diperdagangkan. Kemudian Surat Utang Negara terdiri dari Surat pembendaharaan Negara, Obligasi Negara. Kemudian Surat Pembendaharaan Negara, jangka waktunya ada yang sampai 12 bulan, ada yang Jebih dari 12 bulan.

(31)

Kemudian bunganya ada kuponnya sudah jelas, berarti bunganya disebut secara tegas~ ada yang sifatnya diskonto, berarti tidak disebut secara tegas. Jadi pemilihannya Pak Mitro adalah soal penyajian. Karena begitu banyak kemungkinannya, Pemerintah memilih memasukkannya di dalam sebuah Bab., semua kemungkinan itu. Sehingga sudah diatur dari awal secara jelas sekali. Kalan mengenai apakah Surat berharga itu hams diperjualbelikan, tidak selalu Pak., memang ada pengertian hukum seperti itu. Tetapi kalau kita lihat prakteknya diberbagai negara, di Amerika Serikat misalnya non credible bound itu ada, mereka menyebutnya saving bound, itu tidak diperdagangkan. Jadi Bapak benar, kalau kita buka kamus umum barangkali mengenai Surat Berharga itu hams bisa dipejualbelikan atau tidak, mestinya pengertian dasamya bisa diperdagangkan. Tetapi prakteknya sudah keluar diberbagai negara., Surat Berharga yang tidak diperdagangkan, yang penting ditegaskan di dalam term and condition.

Saya kira demikian Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan Pak.

ANGGOTA F.KKI ( F. X. SOEMITRO ) :

Saya masih ingat waktu belajar .... (tidak jelas) ... latter of value dan negosible instrument. Kalau di dalam DIM No.2 I kata "sural berharga" ini tidak ada. Saya bisa memahami kerangka ini secara keselumhan. Kalan kata "surat berharga" ini hilang, saya bisa memahami apa yang dikatakan Pak Dannin secara keseluruhan. Karena dibagian lain itu dipisahkan, ada. surat utang yang ini, ada yang bisa diperjualbelikan. Tetapi diatas jangan menggunakan ·warga rimonce, atau jangan menggunakan negosible -instrument, tetapi letter of value. Jadi Surat Utang yaitu surat berupa pengakuan utang yang dikeluarkan oleh negara dalam bentuk rupiah, dollar, ini, ini. Ini selesai Pak, tetapi jangan menggunakan Surat Berharga. Karena ini aspek legal Pak, ini penting sekali. Sekali menggunakan Surat Berharga, tidak ada yang tidak bisa dijual Pak. Karena justru surat berharga itu mempunyai ciri-ciri:

Satu, bahwa dia sebagai alat bayar, seperti cek. Itu salah satu contoh, wesel itu salah satu contoh. Itu bisa sebagai alat bayar. Sedangkan ini nanti ada yang dijual pun tidak bisa, bagaimana untuk alat bayar.

(32)

Oleh karena itu kalau tidak keberatan sebai.knya kata usurat berharga" pada DIM No.2 I ini "hilang", sehingga ke bawah jalan mulus Pak. Karena toh di dalam Undang-undang ini dipisahkan, antara yang berbunga, ada yang tidak berbunga. Itu semua Surat Utang Negara Pak. Tetapi jangan menggunakan istilah "defenisi" dengan menggunakan Surat Berharga. Ini yang keberatan Pak, bagaimana Surat Berharga tanpa bunga. Itu tidak mungkin. Kalaupun itu terjadi, itu harus dengan sistem diskon, segala macam. Jadi hanya say a menghilangkan, ini toh meluruskan Pak. Supaya dari aspek legalnya tidak ada cacat hokum.

Oleh karena itu "Surat Utang Negara adalah surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga -dan pokoknya oleh negara", "dijamin pembayaran bunga -dan pokoknya" ini tidak usah Pak. Kalau yang menjamin itu pihak ketiga, tidak ada dirinya sendiri itu menjamin. Pak Darmin tidak bisa menjamin dirinya sendiri Pak, yang bisa menjamin itu orang lain. BapakDarminakan bayar utang nanti.

KETUA RAPAT:

"'val uta asingnya" ini dicoret tidak Pak. ANGGOTA F.KKI ( F. X. SOEMITRO ) :

Kalau val uta asing tidak masalah. Kita utang luar negeri dengan val uta asing Pak.

KETUA RAPAT:

lni DIM-nya Pak Mitro ~~valuta asing" dicoret. ANGGOTA F.KKI ( F. X. SOEMITRO ) :

Oh Bukan saya Pak, waktu itu di rumah sakit tidak m~ngeluarkan itu Pak. Jadi ini juga satu masalah maksud saya tidak usah dijamin. Negara mengeluarkan utang itu, negara akan bayar Pak. Karena kalau dijamin, pada suatu saat Obligasi tertentu Pak, tidak di bayar loh Pak. Pemah ada Obligasi yang tidak bayar itu. Tetapi istilah dijamin menurut saya tidak perlu harus ada, dan itu tidak mengurangi nilai daripada surat utang itu sendiri.

Saya kira itu saja Pak, mudah-mudahan ini masih sebagai bahasan dulu Pak.

KETUA RAPAT:

Jadi mungkin begini, Fraksi PDIP meminta ini dicantumkan "'masalah

(33)

berlakunya". Itu saya rasa hal yang perlu kita pertimbangkan bersama, barns kita bahas.

Yang kedua, dari Pak Mitro tidak. perlu ada penegasan penjaminan. Karena itu satu hal yang otomatis, negara yang harus menanggung. Kalau apa perlu saya putar di sini sekali lagi. Tetapi Fraksi-fraksi lain ada yang menyampaikan "tetap", ada yang tidak memberikan uopini" seperti Pak Danial. Jadi bagaimana kalau ini dimasukkan ke Panja saja untuk dirumuskan lebih lanjut. Karena memang ini masa berlaku yang disampaikan oleh PDIP memang sangat prinsip. Tetapi kita barns bahas yang mana-mana saja nanti yang ditanggung oleh Pemerintah, apakah yang sekarang saja, apa yang lalu. Tetapi perlu dibahas lebih Ian jut.

Yang ketiga, yang disampaikan Pak Mitro juga im V nanti kita minta dari legal opinionnya· bagaimana, tentang tidak perlu ditegaskan. Karena itu. hal suatu yang otomatis jaminan Pemerintah itu terhadap Surat-surat Utang yang dikeluarkan.

Jadi kalau disetujui. INTERUPSI:

ANGGOTA F.PPP ( H.M. DANIAL TANDJUNG ) : Sebelum persetujuan Pimpinan.

Jadi hila kita mengacu kepada Tata Cara pembahasan yang sudah kita sepakati. Itu dalam rapat Kerja itu kita laksanakan dulu. Jadi itu dua kali putaran, maksimum 3 putaran. Karena maksudnya itu dulu pembicaraan tersendiri lagi. Karena untuk mencegah nanti di Panja jangan bertengkar. Bertengkar di sana tidak ada Bapak Menterinya, lebih repot. Jadi kita kembalikan ke Tata Cara Pembahasan RUU, kalau tadi baru satu ronde. Kita coba putaran lagi, mudah-mudahan cair. Jadi kami menyarankan kalau bisa yang krusial-krusial itu diputus oleh Pansus, mumpung ada Pak Menteri. Karena Panja sudah tidak ada Pak Menteri lagi, kita berdebat panjang nanti di Panja, lebih repot. Kalau bisa sekarang ini kita putus, kita akan lebih lancar.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Diputar, dikembalikan dulu ke Pemerintah saja dulu. Supaya ada klariftkasi lebih Ian jut. Ini masalahnya tinggal 2 Pak. Pertama adalah yang diusulkan oleh PDIP. Ini tolong Pemerintah memberikan dulu Penjelasan lebih

(34)

lanjut. Yang kedua. yang diusulkan terakhir oleh Pak Mitro, soai masalah kata-kata "penegasan dijamin". Itu yang tidak perlu, karena itu otomatis. Jadi dua hal ini dulu kita minta Pemerintah menjelaskan.

ANGGOTA F.PPP ( H. M. DANIAL TANDJUNG ) :

Say a kira Saudara Ketua salah, menangkap Pak Mitro. Bukan masalah dijaminnya, Surat Berharga diganti. Itu dihilangkan. Itu yang paling prinsip

· -~> soal dijamin oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Terima kasih koreksinya Pak Danial. Pokoknya Pemerintah mesti catatlah Pak.

INTERUPSI:

ANGGOTA F.PDIP ( WILLEIM M. TUTUARIMA, S.H ) : Kalau begini, kalau sudah kita lihat ini berat persoalannya. Saya sepakat ini kita bawa ke Panja. Karena tempatnya untuk menyelesaikan yang krusial itu di Panja, memang di situ kita akan bicara secara intensif. Kalau pengalaman-pengalaman saya selama di Pansus seperti itu. Jadi kalau yang begini itu nanti yang bisa selesai, kita selesaikan. Yang tidak bisa kita selesai, kita lew atkan dulu. Ini jelas, ini berat nantinya Pak jangka waktu itu yang kami harapkan juga hams kita bicara yang umum ke khusus, bukan dari khusus ke urn urn.

Pasti begitu ya, terima kasih. KETUA RAPAT:

Betul Pak Willliem, tetapi ini hanya memenuhi prosedural saja. Jadi makanya saya kembalikan dulu ke Pemerintah, supaya bisa mungkin mengklarifikasi lebih Ian jut. Silakan Pak.

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN: Terima kasih Pimpinan.

Say a kira memang selama kita bisa, sepakati pada tingkat ini, baik. Tetapi kalau tidak say a kira say a setuju Pak Willi em, daripada kita terns menerus di sini lebih baik kita ke Panja secara intensif. Dan meskipun nanti Menteri itu selalu mendapatkan laporan dan menyampaikan posisi kepada Ketua Tim kami di Panja.

(35)

KETUA RAPAT:

Tetapi juga mungkin juga di Panja juga kalau tidak ada salahnya kalau memang Menteri perlu hadir. Pemah juga terjadi pada jamannya Pak Rizal Ramli.

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN:

Bisa, asal kita tabu waktunya saja Pak.

Tetapi begini Pak, saya setuju Pak ini. Tetapi mengenai Pak Mitro tadi, itu sebetulnya kalau kita bisa sekarang kita putuskan. Pemerintah berpendapat bahwa istilah "Surat Utang Berharga yang berupa". Itu barangkali bisa dihilangkan, tidak ada masalah. "Surat berhargnya" yang hilang. Jadi langsung "surat pengakuan utang". Tetapi soal dijamin, memang kami ingin menonjol di sini Pak, supaya ini sangat memberikan kesan pada Pasar, bahwa memang ini Surat Utang Pemerintah yang dijamin oleh Undang-undang. Jadi kita kan mengharapkan, nanti kalau toh kita terbitkan, itu bisa memberikan kepercayaan sehingga cukup laku. Artinya tidak hams dijual dengan diskon yang terlalu tinggi, ini aspek selanjutnya. Memang kami masih menginginkan kalau ini kesepakatan untuk tetap disebutkan. Tetapi Surat Berharga tadi kami telah memikirkan dan berbicara dengan rekan-rekan, memang Bapak Soemitro nampaknya mungkin lebih benar dalam hal ini. Jadi ini soal mencari mana yang terbaik bagi kita semua.

Itu dari kami, jadi kalau masih ada yang tersisa untuk Panja, kami persilakan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau usulan PDIP?

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN:

Masa berlakunya Pak, ini menurut Pemerintah ini sudah dijabarkan di pasal selanjutnya, yaitu sampai dengan 12 bulan masa berlakunya. Kemudian · setelah 12 bulan ini adalah pembagian yang baku Pak. Jadi kita tidak bisa mengatakan 10 tahun, 3 tahun. Ini harusnya diberi fleksibelitas sebagai Pemerintah untuk mencari Pasamya, dimana yang paling laku pada setiap saat. Tetapi pembagian antara bil, yaitu yang 12 bulan kebawah dan bon obligasi yang 12 bulan keatas. Ini saya kira standar internasional, dan kami kira lebih baik kita mengaju kepada praktek intemasionaL

(36)

Demikian Pak. KETUA RAPAT:

Kira-kira mungkin narasinya Pak, Pemerintah mundur satu langkah atas us ulan Pak Mitro. Jadi mungkin ada perubahan narasinya di sini. Jadi mungkin begini bunyinya, " Surat Utang Negara adalah berupa sural pengakuan utang .... dan seterusnya" atau bagaimana ini Pak narasinya? tolong_bisadilakukan perubahan narasinya sekaligus.

PEMERINTAHIMENTERI KEUANGAN:

Berarti "surat berharga yang berupa", langsung saja "Surat Utang Negara adalah surat pengakuan utang .... dan seterusnya". Jadi ~'surat berharganya'' yang hi lang.

KETUA RAPAT:

J adi yang "berharganya adalah surat berharga yang", nanti kita rumuskan setelah. Tetapi yang paling penting bahwa pada prinsipnya Pemerintah oke mendrop, sebagaimana diusulkan Pak Mitro. Jadi narasinya nanti tolong dibetulkan. Sehingga sekaligus saja masalah yang menyangkut usulan dari Fraksi PDIP tadi Pemerintah memberikan klarifikasi.

Say a kembalikan dulu ke Fraksi PDIP.

ANGGOTA F.TNV POLRI ( Drs. SUDIRMAN, S.E, MS.i ) : Say a coba bantu ya, mudah-mudahan bisa. Maksud say a PDIP itu benar juga Pak. Jadi "Surat Utang Negara adalah surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing dalam jangka waktu tertentu yang dija~in pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara". Jadi disebu~n dalam "'jangka waktu tertentu", ditambah kata itu saja, bahwa penjabarannya dibelakang itu nanti masalah lain. Saya kira itu saja, dan itu rumusan umum di dalam surat-surat yang begitu. Ditambah dalam ')angka waktu tertentu•· saja. "Jangka waktu tertentu" itu mungkin ada yang 1 bulan, ada yang 10 tahun terserah. Itu tergantung jenisnya nanti. Say a kira itu Pak, ditambah itu saja.

Barangkali PDIP bisa, silakan. KETUA RAPAT:

Silakan pak williem.

(37)

ANGGOTA F.PDIP ( WILLEIM M. TUTUARIMA, S.H ) : J adi begini,mungkin tidak terjauh dari Pak ini ya, memang intinya begitu. Surat ini harus, Peraturan Umumnya diatas itu harus menyebutkan bahwa ini ada jangka waktunya tertentu. Kemudian dibawah itu bisa 12 bulan, bisa lebih 12 bulan. Kemudian dibawahnya lagi akan diatur lagi. Itu disebutkan nanti akhimya, pasal-pasalnya demikian. Sehingga ini kalau dimasukkan dengan jangka berlakunya, sehingga tidak ada persoalan. Karena dalam pasal-pasal lain yang menyatakan demikian,juga aturan yang diatasi ini sebetulnya sudah memberikan legitimasi kepada peraturan dibawahnya. Bagi kami pandangannya seperti itu. Tetapi kalau ternan-ternan sepakat dengan apa yang dikatakan pak Mitro dengan 'janga waktu yang tertentu'', bagi say a ito sama saja. Nanti waktunya akan disebutkan.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Sebentar. Ini silakan giliran FPG dolo.

ANGGOTA F.PG ( Drs. BAHARUDDIN ARITONGA ) :

Say a justra mau menanggapi yang dikemukan Pak Mitro dan persepsi. Bayangan saya dijelaskan oleh Pemerintah tadi, bahwa dalam "Ketentuan Umum" ini. Hal itu tidak perlu dijelaskan, dan itu kemudian sudah dituangkan. Memang ketika say abaca di sini, di DIM 80 misalnya dijabarkan, di DIM 81 juga. Karena ini "Ketentuan Umum", pemahamannya itu. Jadi ini saya pikir ada baiknya. Jadi tanggapan Pemerintah itu justru tidak perlu untuk kita tuangkan di sini tentang "jangka waktu tertentunya" itu atau sesuai dengan masa berlakunya yang diusulkan oleh ternan-ternan dari Fraksi PDI. Itu barangkali pandangan saya Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT: FPPP kami persilakan.

ANGGOTA F.PPP ( H. M. DANIAL TANDJUNG ):

Rumusan yang terakhir oleh Pak Mitro ini memberikan payung kepada pasal-pasal berikutnya. Jadi kalau nanti ada yang 12 bulan, atau yang kurang dari 12 bulan, atau lebih dari 12 bulan. Dengan itu sudah terpayung dia dengan dalam "jangka waktu tertentu ". Jadi bukan waktu yang tidak tertentu. Saya kira rumusan yang diberikan oleh Pak Mitro tadi sangat tepat.

(38)

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

FKB, Fraksi Reformasi.

ANGGOTA F.REFORMSI (Drs. H. MUNAWAR SHOLEH ) :

Idem saja dengan Pak Mitro, walaupun di DIM

No.37

memang di sil)i sudah dimasukkan ayat ( 1) ya huruf a. Setelah say a baca, tidak ada canto Ian yang mengatakan "jangka waktu" .

.... (rekaman tidak jelas ) ... cantolan keatas atau payung, bolehlah disebut ')angka

waktu tertentu", tidak ada masalah. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

TNII

POLRI

ANGGOTA F.TNI/ POLRI ( Drs. SUDIRMAN, S.E, MS.i ) :

Selama itu menyempurnakan, tidak ada masalah. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

PBB.

ANGGOTA F.PBB( H. M.S. KABAN, S. E, MS.i):

Saya pikir wataknya sama.

KETUA RAPAT:

FPDU tidak ada. Kembalikan ke Pemerintah.

PEMERINTAH/MENTERI KEUANGAN:

Sekali lagi semangat kita akan mencari titik temu Pak. Jadi di sini sebenamya apakah dicantumkan sebagai cantolan atau tidak, itu kuncinya. Dan kalau ada cantolan, seyogyanya memayungi'semua kemungkinan-kemungkinan yang selanjutnya. Saya kira kami dari segi itu setuju saja, asal cantolannya itu cukup umum. Jadi artinya termasuk kemungkinan utang, Surat Utang atau Surat Pengakuan Utang yang jangka waktunya tidak terbatas. Ini ada memang, ... ini ada. Jadi jangan sampai itu ditutup.

(39)

Oleh sebab itu, barangkali sesuatu·vetsi sesuai dengan usulaff;PDIP ini, tanpa harus pakai mengatakan "tertentu", tetapi sesuai dengan masa berlakunya. Ini kalau secara detailnya mau diPanjakan silakan. Tetapi kami ingatkan jangan sampai ada yang terlepas dari ini, nanti kita harus kembali kepada Bapak-bapak.

INTER UPS I:

ANGGOTA F.TNI/POLRI ( DrSs. SUDIRMAN, SE, Msi ) : Saya tertarik sekali ada surat yang tidak ada batasnya Pak. Sebab ada perjanjian bersyarat, saya melihat dari aspek perikatan. Perikatan itu ada ini termasuk pengakuan utang itu perikatan bersayarat Pak, bersayaratnya itu karena ketentuan waktu. Jadi dikatakan bersayarat karena ada ketentuan waktu. Kalau tidak ada ketentuan waktu, itu tidak bersyarat. Jadi saya tidak tabu dimana, ada barangkali say a kurang jelas Pak.

KETUA RAPAT: Silakan langsung Pak.

ANGGOTA F.KKI ( F. X. SOEMITRO ) :

Jadi ada Pak justru ketentuan waktunya tidak dibatasi waktunya dan itu perfest or not. Perfect or not itu bisa beberapa kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, dia hidup dari bunga saja, tidak pemah bisa ada jatuh temponya. Bisa juga versi yang sedikit modifikasi, seperti yang Pak Max Moein tadi sudah singgung, rupanya sudah beliau dengar mengenai kemungkinan penyelesaian BLBI itu. Dia tidak dibatasi waktunya, tetapi ada mekanisme nanti membuat dia selesai yang tidak dipastikan kapan. Tetapi ada mekanisme yang memungkinkan dia selesai pada suatu waktu, karena dia dibayar dengan apabila BLBI misalnya Bank Indonesia mempunyai surplus sekian, maka itu dipaka1 untuk mencicil. Tetapi tidak harus setiap tahun dicicil. Pada suatu waktu ini akan habis, tetap tidak ada batas waktunya Pak secara tegas. Bersayaratnya itu Iantas keluar dalam bentuk-bentuk lain, dia tetap bersyarat.

Terima kasih Pak.

ANGGOTA F.TNI/POLRI ( DrSs. SUDIRMAN, SE, Msi): Jadi sebetulnya itu juga istilah-istilah hukumnya kan perjanjian dan ketetapan waktu, dan perjanjian dengan syarat tertentu. Oke say a setuju dengan bisa daerah aspek legalnya bukan dalam waktu tertentu. Karena itu bukan ketetapan waktu, tetapi kita menggunakan syarat lain sesuai dengan jangka waktunya, atau masa berlakunya. Saya kira bisa itu.

Referensi

Dokumen terkait

Dari mana aku akan mendapat uang untuk beli tiket pesawat ke Jakarta yang harganya tidak murah.. Jika naik bis, harus berangkat sore ini dan belum tentu sampai

sel negatif terhadap Annexin V dan pewarna vital tidak mengalami apoptosis: translokasi PS belum terjadi dan membran masih utuh.

Mereka adalah bagian dari masyarakat yang terkena dampak sosial ekonomi paling parah karena keterbatasan kemampuan dalam menghadapi banjir.(Media Indonesia, 25 Februari

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM.. Peningkatan tersebut antara lain adalah untuk belanja pegawai pusat dan daerah otonom serta belanja barang. Meningkartnya pengeluaran rutin

Dengan demikian undang-undang yang baru disahkan ini benar-benar berfungsi sebagai instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh beserta keluarganya serta

Djadi umpamanja didalam dari pada rapat jang sah tadi, maka .keputusan jang diambil hal kita tadi, kalau jang setudju atau jang tidak setudju hanja 40 atau zelfs hanja 59,

Kami memberikan apresiasi yang setinggi -tingginya atas perhatian Pimpinan dan anggota Pansus DPR RI yang terhormat, yang dengan segala kesabarannya telah mendengarkan

Tidak, itu kan berkembang di Tim Perumus, sementara yang kita bahas ini adalah rekap hasil dari Panja. Panja yang kita putuskan di Pansus. Nah kalau usulan baru Timus silakan