• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN - ETIKA LINGKUNGAN PADA TRILOGI DONGENG KANCIL SAHABAT ALAM KARYA LITDA IR - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN - ETIKA LINGKUNGAN PADA TRILOGI DONGENG KANCIL SAHABAT ALAM KARYA LITDA IR - repository perpustakaan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

contoh kutipan dalam trilogi Dongeng Kancil Sahabat Alam karya Litda Ir. 6. Menyimpulkan hasil analisis.

BAB IV

PEMBAHASAN

Etika lingkungan merupakan objek niai yang berhubungan dengan tingkah laku, perbuatan, atau sikap manusia yang berkaitan dengan baik buruk, salah benar dari perilaku tersebut yang dilakukan seseorang di dalam hidup bermasyarakat, sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Melalui cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang ada di dalam karya sastra diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan pengarang lewat karya sastra tersebut.

Berikut adalah pembahasan tentang etika lingkungan pada trilogi dongeng

(2)

A.Etika Lingkungan pada Trilogi Dongeng Kancil Sahabat Alam karya Litda Ir

1. Sikap Hormat Terhadap Alam (respect for nature)

Sikap hormat terhadap alam maksudnya adalah setiap anggota komunitas ekologis, harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam ekologis itu, serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas ekologis alam tempat hidup. Sama halnya setiap anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk menjaga keberadaan, kesejahteraan, dan kebersihan keluarga setiap anggota komunitas ekologis juga mempunyai kewajiban untuk menghargai dan menjaga alam ini sebagai sebuah rumah tangga.

Dengan kata lain alam memiliki haknya untuk dihormati, tidak saja karena kehidupan manusia bergantung pada alam. Tetapi terutama karena kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam, manusia adalah anggota komunitas ekologis. Manusia berkewajiban menghargai hak semua mahluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptaanya.

Prinsip hormat kepada alam terdapat pada kutipan, ketika Burung berbicara dengan Kancil. bahwa setiap mahluk hidup itu memang harus saling menyayangi satu dengan yang lainnya, karena ketika sudah memiliki rasa sayang, seperti manusia dengan binatang, tentunya keduanya akan saling melengkapi dan tidak saling mengganggu. Pada hakikatnya semua mahluk itu memiliki nilai yang sama, diciptakan untuk saling melengkapi, karena dengan tidak melakukan hal-hal yang merugikan alam misalnya seperti melakukan perburuan hewan secara liar, manusia berarti ikut menjaga keberlangsungan hidup sesama anggota komunitas ekologis,

(3)

sehingga menghormati hewan untuk hidup dan menjaga untuk berkembang sesuai tatanan lingkungan yang ada, dengan begitu berarti manusia memberikan hak kepada mahluk hidup lain (binatang) untuk hidup dan tumbuh secara alamiah sesuai tujuan penciptanya.

“Kita juga harus menyayangi dan memelihara semua ciptaan Tuhan, seperti tumbuhan, binatang, dan manusia. Benar kan, Cil?”kata Burung sambil bertanya.

“Benar…benar,” kata Kancil senang. (KSP: 44:45)

Dari kutipan tersebut, Burung mengatakan kepada Kancil jika sesama mahluk hidup harus saling menyayangi dan memelihara semua ciptaan Tuhan, di sini motivasi yang disampaikan dalam dongeng adalah bahwa manusia harus memelihara semua ciptaan Tuhan misalnya binatang tumbuhan serta menghargainya untuk tetap hidup. Menjadikan alam sebagai sahabat. Ketika manusia tidak melakukan perburuan binatang secara liar dan menghormati hak binatang untuk hidup, tentu saja itu akan membantu menjaga tatanan ekosistem. Manusia akan hidup berdampingan dengan alam. Menghormati hak hidup hewan atau kebebasan hewan dan tumbuhan.

(4)

meningkat, maka ulat-ulat pemakan daun akan punah juga habis dimakan kodok. Kemudian bagaimana dengan burung hantunya. Ada kemungkinan, karena ular sudah tidak ada lagi, maka burung hantu tidak ada makanan lagi dan akhirnya menyusul ikut punah. Hilang atau punahnya suatu spesies, bisa memicu kepunahan spesies lainnya. Atau bisa jadi akan terjadi hal lain, mungkin saja spesies tersebut bisa bertahan hidup dengan melakukan adaptasi, misalnya dengan menemukan sumber makanan baru. Tapi yang harus digaris bawahi, proses adaptasi itu memakan waktu yang cukup lama, dan mungkin saja akan terjadi evolusi.

Etika lingkungan sikap hormat terhadap alam juga terdapat pada kutipan, ketika Kura-kura yang lupa, akan membuang sampah di laut. Tetapi di sini sosok Kancil mengingatkan Kura-kura yang tidak tahu akan bahaya membuang sampah sembarangan. Kura-kura akhirnya mengerti jika membuang sampah sembarangan di laut akan membuat hewan-hewan laut mati, karena mengotori laut yang bersih karena dengan membuang sampah pada tempatnya tentu saja tidak akan mengganggu eksistensi mahluk hidup lain, jadi dengan membuang sampah pada tempatnya, manusia berarti sudah menghormati alam, dengan tidak merusak tatanan alam yang menjadi tempat hidup manusia atau mahluk hidup lain.

“Eits..jangan buang kulit kacang itu di laut,” cegah Kancil. “Mengapa?” tanya Kura-kura.

“Ya, karena dapat membuat laut ini menjadi kotor dan teman-teman kita si ikan menjadi mati,” jawab Kancil memberitahu (KJD: 44)

(5)

menghormati alam dengan membuang sampah pada tempatnya, misalnya saja tidak membuang sampah di laut dan tidak mengotori laut, tentu saja yang terjadi adalah laut menjadi indah dan bersih, dan kehidupan di laut juga akan terjaga seperti ikan-ikan, terumbu karang dan berbagai jenis kehidupan di laut.

(6)

Dalam etika lingkungan yang sama juga tergambar pada kutipan ketika Kancil melihat teman-temannya terbatuk-batuk karena asap yang entah darimana asalnya. Ternyata Musang yang sedang membakar ranting-ranting pohon kering. Kemudian Kancil mengingatkan Musang jika membakar ranting di hutan itu akan mengakibatkan kebakaran yang akan mengganggu eksistensi mahluk hidup lain. Ketika tidak melakukan pembakaran hutan, manusia telah membantu mahluk hidup lain untuk tetap hidup di dalam hutan tersebut.

“Oh gitu ya, Cil, Baiklah, aku akan minta maaf pada teman-temanku,” kata Musang menyesal.

Akhirnya si Musang mengakui kesalahannya. Musang tidak mau lagi bermain api. Hutan pun kembali sejuk, bersih dan hijau, karena tidak ada lagi asap,” “Hmm…segar,” kata Kancil sambil menghisap udara di hutan (KJD: 34-35) Dari kutipan dongeng tersebut, etika lingkungan sikap hormat terhadap alam dengan tidak membakar hutan, bisa digambarkan Kancil yang mengingatkan Musang, jika apa yang dilakukan Musang itu tidak baik, dan akan merusak kehidupan mahluk hidup lain. Dengan melakukan pemeliharaan hutan maka akan bisa menjaga kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya.

(7)

didunia ini. Begitulah kerja dari hutan yang sangat bermanfaat untuk kelangsungan banyak kehidupan di dunia ini.

Tetapi ketika manusia dengan sengaja melakukan pembakaran hutan yang merupakan salah satu tempat hidup bagi binatang, seperti burung, monyet. Bahkan, harimau dan spesies lain yang ada di dalam hutan tersebut. Jika hutan terbakar, secara otomatis mereka juga akan ikut musnah terbakar karena tidak bisa keluar dari kobaran api yang membakar hutan. Berkurangnya spesies ini akan mengubah tatanan hidup dalam hutan tersebut. Hilangnya sejumlah spesies, selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Kesimpulannya jika hutan terbakar tentu mahluk hidup yang ada di dalam hutan tersebut juga akan punah.

2. Prinsip Tanggung Jawab (moral reponbility for nature)

Prinsip tanggung jawab ini, akan muncul seandainya sikap dan pandangan yang dimiliki oleh manusia bahwa alam bukan dilihat sekedar untuk kepentingan manusia, karena ketika alam dilihat sekedar demi kepentingan manusia maka alam akan dieksploitasi tanpa rasa tanggung jawab. Sebaliknya jika alam dihargai dan bernilai pada dirinya sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya dalam diri manusia.

(8)

terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaganya.

Prinsip tanggung jawab terhadap alam terdapat pada kutipan ketika Siput menyuruh Tupai untuk membuang sampah pada tempatnya. Membuang sampah pada tempatnya termasuk dalam etika lingkungan prinsip tanggung jawab, karena prinsip tanggung jawab mengharuskan manusia untuk senantiasa menjaga alam atau lingkungan, dengan membuang sampah pada tempatnya manusia berarti ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan. Etika lingkungan prinsip tanggung jawab, terdapat pada kutipan ketika Kancil yang sedang menemui Siput yang sedang bersedih karena melihat Tupai yang membuang sampah sembarangan.

“Hai Siput! Kamu kenapa?”tanya Kancil

(9)

lingkungan menjadi bersih, dan nyaman untuk ditinggali. Tetapi, jika manusia tidak memiliki rasa tanggung jawab membuang sampah pada tempatnya, hal tersebut akan mengakibatkan dampak negatif. Hilangnya rasa tanggung jawab manusia akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya akan mengakibatkan manusia tidak memiliki rasa tanggung jawab dan manusia akan seenaknya sendiri dalam memperlakukan alam. Hal tersebut yang akan menjadikan kerusakan lingkungan akibat kurang sadarnya pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Etika lingkungan tanggung jawab terdapat pada kutipan ketika Kancil mengingatkan Musang untuk tidak membakar ranting-ranting pohon kering secara berlebihan, karena itu amat mengganggu binatang lain.

“Hmm….kenapa kamu lakukan ini Musang?” tanya Kancil ingin tahu.

“Asapnya sangat mengganggu dan bisa merusak kesehatan kita,”lanjut Kancil.

“Aku ingin burung-burung itu tidak bisa terbang karena mereka telah mengganggu tidur siangku,” jawabnya. (KJD: 32-33

(10)

alam yang nantinya akan menimbulkan kerusakan alam yang mengakibatkan kerugian bukan hanya pada manusia itu sendiri tetapi juga terhadap alam.

Kutipan yang menggambarkan etika lingkungan prinsip tanggung jawab berikutnya adalah, karena jika manusia selalu memperhitungkan pemanfaatan alam tentu saja itu tidak akan merusak tatanan ekosistem yang ada, manusia sama saja ikut menjaga eksistensi mahluk hidup lain. Etika lingkungan prinsip tanggung jawab pada nilai pendidikan penuh perhitungan dalam memanfaatkan alam terdapat pada kutipan ketika Kancil mengingatkan pentingnya air kepada Kerbau, Kancil mengajak kerbau untuk ikut berhemat air.

“Benar, tapi tidak hanya itu saja. Sebenarnya air juga bermanfaat untuk minum, mandi, mencuci, dan menyiram tanaman,” kata Kancil memberi tahu. “Disaat kekurangan air seperti ini, kita baru bisa tahu betapa pentingnya air,” “Wah, banyak sekali manfaat air, Cil,” kata Kerbau kaget.

“Ya, jadi karena manfaat yang banyak itulah kita tidak boleh membuang-buang air untuk sesuatu yang tidak perlu. Kita harus berhemat menggunakan air,” kata Kancil.(KJD: 66-67)

Dalam kutipan tersebut Kancil memiliki sikap tanggung jawab mengingatkan Kerbau agar berhemat air, agar tidak menggunakan air secara berlebihan meskipun sedang musim hujan sekalipun, karena jika musim kemarau pasti akan terkena akibatnya, yaitu kekurangan air di hutan. Motivasi yang di sampaikan, jika setiap manusia memiliki prinsip tanggung jawab memperhitungkan dalam pemanfaatkan alam, tentu saja manusia tidak akan menggunakan alam sesuai kemauannya sendiri, manusia hanya menggunakan alam sesuai kebutuhannya, tidak mengeksploitasi alam sehingga mengakibatkan kerusakan yang merugikan alam.

(11)

saja manusia akan mengekploitasi alam, pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan yang memiliki efek negatif. Misalnya saja yang sering terjadi selain pemanfaatan hewan secara liar, manusia juga banyak memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di hutan secara berlebihan seperti kayu, sebagai gambaran dari kerusakan hutan karena mengekploitasi alam secara berlebihan, maka akan mengakibatkan kesuburan tanah dan sifat-sifat tanah menjadi buruk di hutan tersebut (Resosoedarmo, 1987; 86-87). Kesimpulannya sikap tanggung jawab penuh perhitungan dalam memanfaatkan alam, harus dimiliki setiap individu agar alam juga tetap menjadi tempat berlindung yang nyaman bagi hewan dan juga tumbuhan, dan manusia boleh memanfaatkannya tetapi tidak boleh berlebihan.

3. Soladaritas kosmis (cosmic solidarity)

(12)

Etika lingkungan yang mengacu pada prinsip solidaritas kosmis terdapat pada kutipan ketika Siput menangis melihat pantai yang kotor akibat Tupai membuang sampah sembarangan. Siput mengingatkan Tupai untuk membuang sampah pada tempatnya, karena dengan membuang sampah pada tempatnya berarti manusia memiliki keperdulian atau solidaritas terhadap alam.

“Namun, dari kejauhan Kancil melihat seekor Siput yang sedang menangis” “Huu…huu..huu..,”

Hai Siput! Kamu kenapa?”tanya Kancil

“Kemarin, waktu aku sedang berjalan-jalan di tepi pantai, aku melihat Tupai asyik makan kelapa yang diambilnya dari pohon. Namun, sampahnya dibuang sembarangan, membuat pantai ini kotor,” kata Siput menjelaskan. “Aku memintanya untuk membersihkannya. Dia mau melakukannya asalkan aku bisa memenangkan lomba lari dengannya,” tambah Siput.(KSA; 29) Dari kutipan tersebut Siput memiliki sikap solidaritas kosmis yaitu ketika pantai menjadi kotor, ia bersedih dan menangis. Ia juga meminta Tupai untuk membersihkannya, karena Tupai yang membuang sampah sembarangan. Tetapi Tupai malah mengajak Siput untuk lomba lari, jika ingin Tupai membuang sampah pada tempatnya. Sikap solidaritas kosmis juga dimiliki oleh Kancil dan Kura-kura, ketika kura yang tidak tahu bahaya membuang sampah sembarangan, Kura-kura yang akan membuang sampah di laut kemudian dilarang oleh Kancil, karena Kancil memiliki sikap solidaritas kosmis, yaitu ia tidak mau teman-temannya di laut akan mati, jika teman-temannya yang hidup di laut mati tentu saja itu akan membuat sedih Kancil dan Kura-kura.

“Eits..jangan buang kulit kacang itu di laut,” cegah Kancil. “Mengapa?” tanya Kura-kura.

(13)

Dalam kutipan tersebut disampaikan motivasi, jika seseorang telah memiliki sikap solidaritas terhadap alam, tentu ia akan bersedih ketika melihat alam yang rusak akibat sampah yang menumpuk, karena jika seseorang memiliki rasa solidaritas terhadap alam, yang diaplikasikan dengan membuang sampah pada tempatnya, itu berarti menganggap alam adalah sesuatu yang harus dihargai, karena pada hakikatnya alam dan manusia memiliki kedudukan dan hak yang sama. Manusia akan merasa sedih jika melihat lingkungan yang kotor dan penuh dengan sampah yang mengakibatkan banyak masalah. Itu karena sikap solidaritas sudah melekat pada diri seseorang tersebut, tetapi jika manusia lebih suka membuang sampah sembarangan berarti manusia tersebut tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan tidak memiliki sikap solider terhadap alam, manusia tersebut dikatakan egois karena memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan lingkungan, ia tidak akan merasakan sedih ketika melihat sampah berserakan di tempat-tempat yang seharusnya bukan tempat pembuangan sampah. Manusia yang tidak memiliki rasa solidaritas baru akan bersedih dan merasakan penderitaan yang sama dengan alam ketika mereka merasakan bencana yang terjadi akibat membuang sampah sembarangan tersebut.

(14)

“Hmm….aku harus mencaritahu penyebab timbulnya asap ini. Aku tidak mau teman-temanku mati karena asap-asap ini. Aku tahu, tidak ada tempat tinggal yang baik utuk mereka selain hutan ini,”pikir Kancil.

“Teman-teman, aku akan mencaritahu darimana datangnya asap ini. Jadi, mulai sekarang panggil aku detektif Kancil, oke?”kata Kancil semangat.

Dalam kutipan tersebut, Kancil memiliki sikap solidaritas kosmis, karena ia merasa sedih ketika banyak asap di tempat yang ia tinggali. Kemudian ia mencaritahu apa yang menimbulkan terjadi banyak asap tersebut. Ternyata Musang yang sedang membakar ranting-ranting pohon kering. Kemudian Kancil mengingatkan Musang untuk tidak melakukan hal yang akan mengakibatkan kebakaran hutan, jika Musang terus melakukan membakar ranting terus-menerus tentu saja itu akan mengakibatkan kebakaran hutan yang akan membuat Kancil dan juga Musang sedih. Motivasi yang disampaikan adalah jika manusia memiliki prinsip solidaritas kosmis dengan tidak membakar hutan, itu sama artinya manusia perduli terhadap hutan, dan akan merasa sedih dan sepenanggungan ketika hutan itu terbakar. Tentu saja itu karena prinsip solidaritas yang melekat pada dirinya, yaitu menganggap alam sama seperti dirinya, yang layak mendapatkan keperdulian.

Tetapi jika manusia membakar hutan secara sengaja, berarti ia tidak memiliki prinsip solidaritas kosmis atau prinsip sepenanggungan dengan alam, tentu saja ia tidak akan merasakan sedih atau solider dengan alam yang rusak, bahkan manusia tersebut akan tega membakar hutan yang menjadi sumber kehidupan mahluk-mahluk lain.

(15)

alam mestinya diperlakukan dengan penuh belas kasihan. Manusia harus merasakan penderitaan alam sebagai penderitaannya dan kerusakan alam sebagai kerusakannya juga. Seluruh makhluk dan lingkungan sekitar tidak diperlakukan semena-mena, tidak dirusak, tidak dicemari dan semua isinya tidak dibiarkan musnah atau punah. Manusia tidak boleh bersikap kejam terhadap alam, khususnya terhadap sesama makhluk. Dengan cara itu, manusia dan alam secara bersama (kooperatif) menjaga dan memelihara ekosistem.

4. Kasih Sayang dan Keperdulian Terhadap Alam ( caring for nature)

Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan perduli terhadap alam, dan seluruh isinya tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan keperdulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua mahluk hidup punya hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti dan dirawat. Dalam prinsip ini justru dikatakan bahwa manusia akan semakin kaya dan merealisasikan dirinya sebagai pribadi ekologis. Manusia semakin tumbuh berkembang bersama alam, dengan segala watak dan kepribadian yang tenang, damai dan penuh kasih sayang, luas wawasannya seluas alam.

(16)

tempatnya, berarti dia memiliki keperdulian dan kasih sayang terhadap alam, dan ikut andil dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

“Nah, itulah akibatnya kalau kamu membuang sampah sembarangan,” kata Kancil member tahu

Ya, aku janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi dan selalu menjaga kebersihan lingkungan,” kata Monyet menyesal.

“Bagus, lingkungan juga sahabat kita. Jadi, kita harus menjaga lingkungan agar tetap bersih,” kata Kancil dengan semangat.(KSP; 26-27)

Dalam kutipan tersebut, Kancil memiliki sikap kasih sayang dan keperdulian terhadapa alam, ia tidak mau melihat alam menjadi kotor akibat sampah yang menumpuk, motivasi yang disampaikan dalam dongeng ini adalah, jika manusia memiliki prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam (caring for nature) secara otomatis, ia akan melakukan tindakan yang menjaga dan merawat alam (lingkungan), dan ia juga perduli bahwa alam itu seharusnya dijaga dan di rawat agar tetap menjadi indah dan dapat dinikmati, tetapi jika manusia membuang sampah sembarangan berarti dalam etika lingkungan dia tidak memiliki prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam (caring for nature), dia tidak mau ikut menjaga dan merawat alam sebagai sumber kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Membuang sampah sembarangan sama saja merusak alam yang akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi alam dan lingkungan.

(17)

langka yang ada, itu artinya manusia memiliki prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam.

“Hmm…kupikir manusia jangan lagi memburu binatang dan merusak lingkungan,” kata Kancil menjelaskan.

“Satu lagi, Cil! Jadikanlah binatang dan alam ini sebagai sahabat kita bersama. Hmm..boleh dimanfaatkan, tetapi tidak secara berlebihan kan, Cil?” seru Pak Kuda mengerti.

“Benar,” jawab Kancil Lantang. (KSA:66)

(18)

Etika lingkungan prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam selanjutnya terdapat pada kutipan , dengan tidak membakar hutan berarti manusia telah perduli dalam melestarikan hutan yang menjadi salah satu sumber kehidupan manusia. Etika lingkungan prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam pada nilai pendidikan tidak membakar hutan terdapat pada kutipan ketika Kancil mengingatkan Musang yang akan membakar ranting-ranting pohon kering, karena Ia ingin mengusir Burung.

“Hmm….kenapa kamu lakukan ini Musang?”tanya Kancil ingin tahu.

“Asapnya sangat mengganggu dan bisa merusak kesehatan kita,” lanjut Kancil. (KJD:32).

(19)

terhadap alam tentu saja manusia hanya mengambil keuntungan yang ada di dalam alam, kemudian tidak memikirkan baik-buruknya tindakan yang dilakukannya.

5. Prinsip Tidak Merugikan (no harm)

No harm maksudnya manusia memiliki tanggung jawab dan kewajiban moral terhadap alam paling tidak manusia tidak merugikan alam secara tidak perlu misalnya merugikan atau mengancam eksistensi mahkluk hidup lain di alam semesta. Manusia memiliki kewajiban moral untuk melindungi alam ini. Manusia diperkenankan untuk memanfaatkan segala isi alam semesta, termasuk binatang dan tumbuhan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal itu dilakukan dengan bijaksana yaitu dengan tetap menghargai mahluk hidup lain untuk hidup, intinya manusia tidak merugikan mahluk lain dalam memanfaatkan alam.

Etika lingkungan tidak merugikan digambarkan ketika Kancil memberitahu Kura-kura jika membuang sampah sembarangan adalah hal yang merugikan mahluk hidup lain, dengan seseorang membuang sampah pada tempatnya berarti ia tidak membuat kotor dan tidak merugikan diri sendiri dan juga mahluk hidup lain.

“Eits jangan buang kulit kacang itu di laut,” cegah Kancil. “Mengapa?” tanya Kura-kura.

“Ya, karena dapat membuat laut ini menjadi kotor dan teman-teman kita si ikan menjadi mati,” jawab Kancil memberitahu

“Kancil benar. Teman-temanku banyak yang mati karena kotoran limbah dari kapal-kapal besar. Laut ini menjadi kotor sekali. Penangkapan ikan yang berlebih oleh para nelayan, juga membuat kami hamper punah,” kata Lumba-lumba yang tiba-tiba muncul (KJD: 44-45)

(20)

membuang sampah pada tempatnya dalam konteks tidak merugikan, tentu saja itu hal sangat positif dan tidak merugikan bagi diri sendiri atau mahluk lain, karena dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak akan merusak lingkungan dan tidak akan merugikan mahluk lain, tentu saja dengan membuang sampah pada tempatnya tidak akan menyebabkan kerugian karena banjir dan bencana alam yang diakibatkan sampah yang menumpuk.

Tetapi, jika manusia membuang sampah sembarangan itu berarti ia tidak memiliki prinsip tidak merugikan atau no harm dalam dirinya, karena dengan tidak memiliki prinsip tidak merugikan itu berarti yang akan terjadi manusia akan melakukan hal-hal yang akan merugikan dan mengganggu mahluk hidup lain untuk hidup, misalnya saja dengan membuang sampah sembarangan selain akan mengakibatkan kerugian karena akan terjadi banjir, membuang sampah sembarangan juga dapat merugikan mahluk hidup lain.

(21)

“Hmm….kamu kan bisa beri tahu para burung dengan baik-baik. Tahu tidak, bermain api itu bisa menyebabkan kebakaran dan membahayakan dirimu serta orang lain. Coba bayangkan kalau hutan ini terbakar, tentu kamu dan teman-teman tak lagi punya tempat tinggal. Mungkin kita akan mati karena sudah tak ada lagi makanan di hutan ini!” kata Kancil mengingatkan.

“Oh gitu ya, Cil, Baiklah, aku akan minta maaf pada teman-temanku,” kata Musang menyesal.

Akhirnya si Musang mengakui kesalahannya. Musang tidak mau lagi bermain api. Hutan pun kembali sejuk, bersih dan hijau, karena tidak ada lagi asap,” “Hmm…segar,” kata Kancil sambil menghisap udara di hutan (KJD: 34-35) Dalam kutipan tersebut digambarkan Kancil yang mengingatkan Musang yang akan kembali bermain api, yang mengakibatkan hewan lain terganggu. Musang akhirnya sadar dan meminta maaf , dan tidak akan melakukan perbuatan yang akan merugikan diri sendiri dan teman-temannya. Motivasi yang disampaikan adalah, jika manusia tidak melakukan tindakan negatif membakar hutan, tetapi ia menjaga kelestarian hutan berarti pinsip tidak merugikan telah melekat pada dirinya. Ia tidak mau merugikan diri sendiri atau orang lain bahkan mungkin mahluk hidup lain dengan melakukan tindakan pembakaran hutan. Tetapi, jika manusia dengan sengaja melakukan tindakan pembakaran hutan, berarti ia tidak memiliki prinsip tidak merugikan, karena dengan melakukan pembakaran hutan baik disengaja ataupun tidak disengaja, itu akan sangat merugikan mahluk hidup lain dan juga dirinya sendiri. Jika manusia tidak memiliki prinsip tersebut tentu saja ia tidak akan perduli terhadap tindakan yang akan mengakibatkan kerugian akibat pembakaran hutan ataupun tindakan negatif lain yang mengancam kelestarian ekosistem.

(22)

dan Kancil tidak memiliki persediaan makanan. Itu dikarenakan mereka menggunakan alam sesuai kebutuhan, jadi di dalam cerita ini dikisahkan jika Kancil mengajak Kura-kura untuk memetik beberapa jenis buah untuk bekal perjalanan mereka. Jika manusia selalu memperhitungkan dalam memanfaatkn alam dengan tidak mengeksploitasi penggunaan alam, tentu saja itu tidak merugikan sumber daya alam yang ada.

“Hmm…bagaimana caranya agar kita dapat makanan, Cil?”Kura-kura bertanya lagi.

“Kita sebaiknya mengumpulkan beberapa buah di hutan,” jawab Kancil semangat.

“Benar-benar,” teriak Kura-kura. (KJD:40)

(23)

diyakini bahwa ketika menebang pohon secara berlebihan atau menggunakan secara berlebihan itu pamali dan diyakini akan membawa bencana. Tetapi, Jika manusia selalu menggunakan alam sesukan hatinya dan tidak memperdulikan dampak yang akan terjadi, berarti ia tidak memiliki prinsip tidak merugikan, karena dengan mengeksploitasi alam secara berlebihan tentu saja banyak sekali dampak yang akan ditimbulkan, seperti kelangkaan sumber daya alam, bencana alam dan masih banyak lagi dampak negatif yang merugikan, yang diakibatkan karena penggunaan sumber daya alam secara berlebihan.

Dari beberapa kutipan tersebut dapat disimpulkan jika Etika lingkungan tidak merugikan diterapkan akan tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara mahluk hidup dengan alam. Pada dasarnya sikap tidak merugikan pada alam memang harus diterapkan oleh semua manusia, jika hal tersebut memang dimaksudkan untuk menjaga eksistensi alam. Etika lingkungan tidak merugikan memang salah satunya, manusia harus takut kepada alam, pada satu sisi, mempunyai nilai pembatasan agar lingkungan hidup tetap terjaga keasliannya. Misalnya, larangan untuk membuang sampah pada tempat-tempat yang dianggap sakral, misalnya laut, sungai, danau yang dianggap suci. Bila melihatnya secara kritis, maka bertemu jika laut, sungai, danau rusak maka akan muncul banjir, merusak tatanan alam yang ada di tempat-tempat tersebut.

(24)

mendapat berkah, keselamatan, dijauhkan dari berbagai malapetaka, dan lain sebaginya.

6. Hidup Sederhana dan Selaras Dengan Alam

Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam ini, maksudnya adalah manusia tidak boleh memanfaatkan alam semaunya sendiri, ia harus memanfaatkan alam itu secukupnya. Ada batas untuk sekedar hidup secara layak sebagai manusia. Bersamaan dengan hal itu, manusia akan hidup seadanya sebagaimana alam itu. Ia akan mengiuti hukum alam, yaitu hidup dengan memanfaatkan alam sejauh yang dibutuhkan, dan hidup selaras dengan tuntutan alam itu sendiri, tidak perlu menimbun sehingga akan mengeksploitasi alam tanpa batas. Untuk menuju pola hidup sederhana orang diminta untuk tenggang rasa, tetapi karena tidak semua orang peka untuk tenggang rasa, hasil anjuran untuk hidup sederhana belum banyak berhasil. Tetapi etis dapat menjadi dorongan yang amat kuat, apabila dapat dibina dengan baik. Misalnya, apabila rasa bangga untuk hidup mewah dapat diubah menjadi rasa malu, perasaan etis ini dengan sangat efektif akan menghambat pola hidup mewah.

(25)

Dalam etika lingkungan prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam, terdapat pada kutipan Kancil yang memiliki kebun dan suka sekali berkebun. Berkebun termasuk dalam etika lingkungan prinsip hidup sederhana karena dengan berkebun, manusia bisa mengetahui tentang alam, yang banyak sekali memiliki manfaat bagi manusia. Berkebun juga mengajarkan hidup sederhana dan selaras dengan alam, dengan berkebun manusia akan merawat tanaman, menyirami, dan kemudian memanen hasil tanaman tersebut sendiri. Itulah yang dijarkan dari nilai pendidikan berkebun. Etika lingkungan prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam pada nilai pendidikan berkebun terdapat pada kutipan Kancil yang memiliki sebuah kebun pemberian dari Pak Tani, di sini Kancil selalu merawat dan menjaga kebunnya.

Akhirnya Kancil memiliki sebuah kebun. Dia pun sangat senang karena di kebun itu juga terdapat banyak makanan kesukaannya yaitu timun. Dia juga tidak lupa berbagi kepada teman-temannya.

Setiap pagi Kancil selalu menyiram kebunnya dan menjaga kebersihannya. Jadi, tidak heran kalau kebun timunnya terlihat subur. (KSA:52)

(26)

Etika lingkungan hidup sederhana juga digambarkan pada kutipan, ketika Kancil memberitahu Anjing, jika penanaman pohon yang mereka lakukan tersebut memiliki banyak manfaat, diantaranya mencegah pemanasan global dan juga bencana yang diakibatkan oleh kerusakan alam yang tidak seimbang.

“Tentu, menanam pohon itu sangat baik dan banyak manfaatnya. Hmm..kita bisa memakan buahnya. Pohon juga bisa mencegah tanah longsor saat terjadi hujan. Akan pohon menahan air sehingga bisa mencegah banjir,” kata Kancil memberitahu.

“Dan yang terpenting, pohon itu menghasilkan oksigen yang kita perlukan untuk bernafas. Selain itu, pohon bisa mengurangi pemanasan global,” jelas Kancil. (KJD: 56-57)

Dalam kutipan tersebut dikuatkan lagi oleh pesan Kancil kepada Anjing, tentang manfaat penanaman pohon yang mereka lakukan. Sehingga pesan yang disampaikan di sini menjadi semakin kuat.

Etika lingkungan hidup sederhana juga digambarkan ketika Kancil ingin memakan ketimun, tetapi dia tidak mencuri ketimun milik Pak Tani. Dia ingin mendapatkan ketimun dengan cara yang baik, yaitu dengan membantu Pak Tani menjaga kebunnya, sehingga kebun dan tanaman milik Pak Tani tidak dirusak oleh binatang lain. Dalam kutipan ini jelas digambarkan bahwa Kancil ikut menjaga kebun milik Pak Tani, untuk mendapatkan ketimun.

“Ya, aku ingin memakan ketimun, tapi aku akan membantu Pak Tani dulu menjaga kebunnya agar tidak dirusak oleh binatang-binatang nakal,” jawab Kancil semangat. (KSP: 50)

(27)

Etika hidup sederhana juga digambarkan pada kutipan ketika Kelinci tidak merawat kebunya, kemudian kebunnya menjadi rusak dan mati. Di sini tokoh Kelinci sangat menyesal karena lalai tidak menjaga kebun miliknya. Kemudian tokoh Kancil datang mengingatkan Kelinci yang mencuri timun milik Serigala. Kancil mengingatkan bahwa mencuri dan merusak kebun milik orang lain itu tidak baik,

“Hmm…baiklah, mulai hari ini aku berjanji akan merawat kebunku dengan baik,” kata Kelinci menyesal.

“Bagus, tapi kamu juga tidak boleh serakah. Makanlah secukupnya,” kata Srigala mengingatkan.

“Baiklah, aku janji. Tapi tolong maafkan aku’ kata Kelinci.

“Iya, aku sudah memaafkanmu, Kelinci!” kata Serigala baik hati. (KSA:60) Dalam kutipan tersebut digambarkan kebun Serigala yang subur dan berbuah banyak, karena Serigala selalu merawat tanaman miliknya. Sementara Kebun Kelinci tidak berbuah, karena ia tidak mau merawat tanaman miliknya, sehingga ia mengambil makanan di kebun Serigala tanpa ijin. Tidak hanya berkebun, nilai yang disampaikan dalam kutipan tersebut. Dari kutipan tersebut juga tergambar Serigala yang berbaik hati kepada Kelinci. Meskipun Kelinci telah merusak kebun miliknya tetapi dia mau memaafkan dan tetap menjadi teman yang baik bagi Kelinci. Di sini selain nilai pendidikan berkebun, anak-anak juga diajarkan untuk saling memaafkan kesalahan yang diperbuat oleh temannya.

(28)

berkebun juga telah ikut andil untuk menghijaukan lingkungan. Dengan nilai pendidikan berkebun, pembaca atau anak-anak diajarkan menanam dan menumbuhkan sayuran dan tanaman sendiri secara organik. Tak perlu membeli bahan makanan organik yang mahal. Anak-anak bisa belajar dengan menanam tanaman herbal yang mudah dirawat. Selain hemat, menanam tanaman sendiri tentu lebih aman dan menyenangkan. Sayuran yang ditanam sendiri juga terasa lebih enak dan bisa diambil kapan saja dibutuhkan. Manfaat lainnya. Tanaman di kebun akan memberikan cukup oksigen dan udara segar setiap hari.

(29)

Studi menunjukkan bahwa berkebun dapat mengurangi stres karena efek menenangkan. Hal ini berlaku untuk semua kelompok umur. Lebih lagi, merangsang semua panca indera. Percaya atau tidak, berkebun dapat digunakan sebagai terapi bagi anak-anak yang telah disalahgunakan atau mereka yang merupakan anggota dari keluarga berantakan. Berkebun juga bermanfaat memperbaiki ekosistem yang tidak seimbang sehingga bisa menghindari bencana alam yang akan terjadi.

Dengan berkebun juga akan mencerminkan hidup sederhana, karena misalnya dalam contoh konkretnya, ketika manusia menanam sendiri tentu saja ia tidak akan jauh-jauh membeli bahan makanan untuk hidupnya, ia tinggal menanam, lalu merawat dan memetik tanaman miliknya. Itu adalah salah satu cerminan hidup sederhana. Tetapi, jika manusia tidak menyukai kehidupan dengan berkebun, bukan berarti kehidupannya tidak sederhana. Tetapi tentu saja cerminan yang terlihat amat berbeda, misalnya saja ketika membutuhkan sesuatu ia harus membelinya di mall atau pasar sementara ia bisa menanam sendiri di pekarangan rumahnya.

Etika lingkungan hidup sederhana dan selaras dengan alam juga digambarkan pada kutipan ketika Kancil dan anak gembala pergi memancing di sini Kancil digambarkan lebih suka memancing daripada membuat ikan-ikan mati dengan bahan-bahan yang berbahaya. Di sini jelas digambarkan jika Kancil juga selalu menjaga keseimbangan ekosistem dan memanfaatkan sumber daya alam sesuai kebutuhan mereka.

(30)

“Hmm..memangnya kalau aku mancing, aku bisa jadi pintar ya, Cil?”Tanya anak gembala.

“Ya, kamu akan mengetahui banyak jenis ikan yang ada di sungai. Kalau ikan hasil tangkapanmu dimasak, maka kamu akan menjadi sehat, kuat, dan pintar, karena ikan adalah hewan dengan nilai protein yang tinggi,” jawab Kancil menjelaskan. (KSP: 67)

Dalam kutipan tersebut, selain mengandung nilai pendidikan menggunakan alam sesuai kebutuhan, juga terdapat beberapa pesan yang disampaikan oleh Kancil. Bahwa ikan adalah hewan yang memiliki manfaat bagi tubuh kita. Selain membuat tubuh menjadi sehat, ikan juga memiliki nilai protein yang tinggi sehingga membuat otak lebih pintar.

Dari beberapa pembahasan kutipan tersebut dapat disimpukan, bahwa pemborosan sumberdaya alam, akan menyebabkan kerusakan lingkungan global. Dengan demikian, penanganan secara menyeluruh terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan oleh pengeksplotasian sumberdaya alam yang berlebihan, harus dilakukan sedini mungkin. Namun tentu saja melalui langkah-langkah kecil yang terarah. Penanganan bukan berarti menghentikan secara total eksploitasi sumber alam.

(31)

selaras hidupnya dengan alam, ia hidup secara berlebihan tidak memperhitungkan kerusakan alam yang terjadi akbat hidup berfoya-foya dengan mengggunakan alam sesuka hatinya.

Dari beberapa kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola hidup sederhana dan selaras dengan alam itu sangat penting diterapkan kepada anak-anak, karena dengan hidup yang sederhana, manusia justru tidak menjadi miskin karena menggunakan alam sesuai kebutuhan. Manusia justru akan merasa nyaman berdampingan dengan alam, dan dapat memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhannya.

7. Keadilan

Prinsip keadilan berbicara tentang bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang lain kaitannya dengan alam semesta agar berdampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang peluang yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati pemanfatannya, disini maksudnya manusia ikut menentukan keadilan untuk alam, dengan melakukan hal-hal yang kaitannya untuk kelestarian lingkungan.

(32)

“Hmm….kalau begitu aku akan menanam banyak pohon di halaman rumahku agar udara yang ku hirup segar,” kata Anjing semangat.

“Bagus!”kata Kancil.

“Tapi bagaimana caranya?” tanya Anjing, bingung.

“Tenang, kita minta saja beberapa bibit pohon pada Pak Tani!” jawab Kancil. Keesokan harinya. Anjing pergi ke rumah Pak Tani untuk meminta beberapa bibit pohon. Pak Tani setuju dan memberikan beberapa bibit pohon untuk ditanam. Kemudian Kancil dan Anjing menanam bibit-bibit pohon itu. Mereka juga tidak lupa menyiraminya agar bibit-bibit pohon itu cepat tumbuh besar dan berbuah. (KJD: 52-54)

Dalam kutipan tersebut digambarkan Kancil dan Anjing yang akan menanam pohon, dan meminta benih pohon kepada Pak Tani. Jadi di sini Kancil dan Anjing sudah ikut andil dalam melestarikan alam, dan sudah berperilaku bijak dalam menentukan kebijakan untuk menanam pohon. Di sini berarti Anjing sudah ikut melakukan kebijakan untuk melestarikan lingkungan dengan menanam pepohonan di halaman rumahnya. Motivasi yang disampaikan adalah jika manusia membiasakan hidup untuk berkebun sendiri dan menikmati hasil dari penanaman yang dia lakukan berarti dalam dirinya telah melekat prinsip keadilan, karena dengan berkebun selain membantu menjaga keseimbangan ekosistem juga berkebun memiliki manfaat yaitu, bisa menghilangkan stress, mengajarkan untuk mencintai alam dan masih banyak lagi manfaat berkebun selain dari hasil tanaman tersebut. Tetapi, Jika manusia tidak menyukai berkebun tentu saja prinsip keadilan kurang melekat pada dirinya. Karena dengan tidak menyukai berkebun manusia tidak ikut pula mengelola sumber daya alam yang ada, mereka hanya menikmati tanpa harus susah payah menanam dan menjaga tanaman tersebut.

(33)

seperti itulah prinsip keadilan. Etika lingkungan keadilan terdapat pada kutipan ketika Kancil dan Kura-kura akan menanam kembali pohon yang hanyut di sungai, lalu mereka menunggu hujan reda.

Akhirnya, Kancil dan Kura-kura pulang bersama ke rumah dan menunggu sampai hujan benar-benar berhenti. Setelah itu mereka akan bersiap kembali menanam pohon pisang yang hanyut.(KJD: 7)

Setelah hujan reda akhirnya mereka menanam kembali pohon yang hanyut di sungai tersebut.

“Benar Cil. Makanya, kita harus menanam kembali pohon itu agar tidak banjir dan hutan kita semakin indah dan hijau. Yang paling penting, pohon itu menghasilkan oksigen. Oksigen adalah gas yang kita perlukan untuk bernapas,” kata Kura-kura semangat.(KJD:10)

(34)

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan strategi film dalam budaya global sebagai bentuk ketahanan budaya bangsa di Indonesia bahwa di Indonesia aturan hukum yang mengatur Pertama kali

- Terus memproduksi dan menciptakan jamu dan produk – produk kesehatan dari bahan alam yang berkualitas tinggi untuk menunjang kehidupan yang lebih sehat dan lebih baik.. -

Selanjutnya ditentukan pusat dan varian dari masing-masing kelas dengan menggunakan metode K-Means clustering dan ditentukan banyaknya fungsi basis pada model

PENGARUH PENAMBAHAN PASTA KENTANG SEBAGAI PENGGANTI LEMAK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI ES KRIM BEKATUL

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam variabel yang diteliti, variabel jenis pekerjaan, jumlah jam kerja, sosial ekonomi, paparan promosi susu formula dan

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa hipotesis penulis, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan pengauditan intern terhadap efektivitas

Sistem Pencatatan Persediaan pada Primer Koperasi Karyawan Manunggal membutuhkan data master barang dari tabel barang yang akan digunakan untuk.. proses

Dalam dunia akademik, prinsip wasatiyyah ini boleh digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai, menganalisa dan menerima sesuatu pandangan yang dikemukakan oleh pihak lain,