16
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis popok (DP) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan reaksi inflamasi kulit akut di daerah popok, termasuk semua erupsi yang terjadi di daerah yang tertutup oleh popok.1-3 Dermatitis popok (DP) dapat disebabkan oleh penggunaan popok langsung (dermatitis kontak iritan) ataupun tanpa menggunakan popok (misalnya, akrodermatitis enteropatika).4,5
Pada bayi, DP termasuk kelainan yang paling sering terjadi. Prevalensi pada bayi diperkirakan 7% sampai 35%, dengan insiden puncak pada usia 9 dan 12 bulan.6-8 National Survey of Medicine menetapkan insiden dermatitis di dunia terhitung 97 kunjungan ke dokter per tahun per 1000 anak dalam kelompok usia 0 sampai 2 tahun, namun insidensi pasti DP masih belum diketahui.8 Insidensi di dunia dan usia onset terjadinya DP yang dilaporkan sangat bervariasi. Kemungkinan hal ini berhubungan dengan perbedaan popok yang digunakan,
toilet training, praktek higienis, lingkungan, dan praktek pengasuhan anak yang berbeda di tiap negara.5
Sebuah studi skala besar di Inggris Raya menunjukkan 25% insiden DP terjadi pada 4 minggu pertama kehidupan.9 Kelainan kulit ini tidak terbatas pada bayi, dapat juga dijumpai pada orang dewasa dengan inkontinensia urin atau feses.10
National Ambulatory Medical Care Survey (NAMCS), Amerika Serikat menggunakan klasifikasi dermatitis popok yang sangat ketat, International
17
Classification of Disease 9 Clinically Modified code 691.0 (ICD-9-CM code
691.0), diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien rawat jalan yang menderita DP pada tahun 1990 sampai tahun 1997 (sekitar 600.000 pasien per tahun). Bayi yang lahir selama tahun ini memiliki risiko 1 dari 4 (25%) didiagnosis DP. Dari kunjungan tersebut, 75% pasien berkunjung ke dokter anak, masing – masing 20%, 2,4%, 1,6%, dan 1,4% berkunjung ke dokter keluarga, penyakit dalam, dokter kulit, dan spesialis lainnya. Dimana didapatkan 51% pasien pria, dan 49% wanita. Dari 91,5% kunjungan, pasien berusia kurang dari 2 tahun, dimana 60,3% berusia dibawah 1 tahun. Sisa 8,6% berkisar pada usia antara 1 dan 2 tahun.3
Berdasarkan studi yang dilakukan pada Nigerian tahun 1995 sampai tahun 1996, didapatkan dermatitis popok pada 7% kasus dermatologi anak. Sebuah penelitian di Kuwait mencatat dermatitis popok pada 4% kasus dermatologi anak. Penelitian ini tidak membedakan antara DP umumnya dengan dermatitis popok sekunder dengan etiologi spesifik.3 Berdasarkan studi yang dilakukan di Jepang, prevalensi DP bervariasi, sekitar 6 dan 50%.11
Dermatitis popok dapat terjadi akibat beberapa faktor, yaitu terjadinya peningkatan hidrasi kulit dan pH, yang membahayakan integritas fisik kulit, sehingga kulit menjadi terganggu dan rentan terjadi kerusakan mekanis akibat gesekan, iritan kimiawi dan enzimatik, dan serangan mikroba.12,13
18
peningkatan pH dapat menyebabkan reaktivasi protease dan lipase, yang kemudian menyerang protein korneosit dari stratum korneum, yang menyebabkan kerusakan fungsi sawar.14
Penelitian tentang hubungan antara perubahan pH kulit tersebut dengan kejadian DP di Medan masih belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan nilai pH kulit dengan derajat keparahan pada pasien DP.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara nilai pH kulit di daerah popok dengan derajat keparahan dermatitis popok pada bayi dan anak.
1.3 Hipotesis
Semakin tinggi nilai pH kulit di daerah popok pada pasien dermatitis popok, maka semakin meningkat nilai derajat keparahannya.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pH kulit di daerah popok dengan derajat keparahan dermatitis popok pada bayi dan anak.
1.4.2 Tujuan khusus
19
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Dalam bidang akademik
Membuka wawasan mengenai bagaimana hubungan nilai pH dalam mencetuskan terjadinya dermatitis popok.
1.5.2 Dalam pelayanan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit dermatitis popok terutama pada bayi.
1.5.3 Dalam pengembangan penelitian