• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Aljabar Vektor

Operasi vektor

Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran yang hanya memiliki nilai tanpa arah disebut dengan skalar. Contohnya adalah massa, muatan, kerapatan, dan temperatur. Untuk notasinya, besaran yang dinyatakan sebagai vektor akan ditandai dengan tanda panah di atas simbolnya ( A, B, dan seterusnya), sedangkan skalar dinyatakan dengan huruf biasa. Besar (nilai) dari suatu vektor A dapat dituliskan ∣A∣

atau dengan notasi skalar, A .

Gambar 1

Dalam diagram, vektor biasanya dinyatakan dengan panah. Panjang dari panah sebanding dengan besar vektor dan kepala panah menyatakan arah dari vektor tersebut.

Minus A (yaitu  A ) adalah sebuah vektor dengan besar yang sama seperti A , tetapi pada arah sebaliknya (gambar 1). Perhatikan bahwa vektor memiliki besar dan arah, tetapi tidak mutlak menyatakan lokasi. Sebagai contoh, sebuah perpindahan sejauh 4 km ke arah utara dari Bandung direpresentasikan dengan vektor yang sama pada perpindahan sejauh 4 km ke utara Padang (kelengkungan Bumi diabaikan). Dengan demikian vektor dapat digeser sesuka hati selama besar dan arahnya tidak diubah.

halaman 1

A

 A

(2)

Operasi vektor dapat dibagi menjadi empat kelompok:

(1) Penjumlahan dua vektor. Tempatkan ekor B pada kepala A sehingga dapat diperoleh jumlah vektor AB , yaitu vektor dari ekor A hingga kepala B (gambar 2).

Penjumlahan vektor bersifat komutatif sehingga jika B ditukar dengan A pada proses di atas, maka hasilnya akan tetap sama:

A B=B A .

Gambar 2

Penjumlahan ini juga bersifat asosiatif:

 AB C = AB C .

Untuk mengurangkan sebuah vektor (gambar 3), tambahkan kebalikannya:

A B= AB .

Gambar 3

(2) Perkalian dengan sebuah skalar. Perkalian suatu vektor oleh sebuah skalar k positif merupakan perkalian besar vektor oleh skalar tersebut dengan arah yang tidak berubah (gambar 4). Namun jika k negatif, arah vektor berubah menjadi sebaliknya.

A

B

B A  A

B

B A 

A

B

 AB 

(3)

Perkalian ini bersifat distributif:

k AB =k Ak B .

Gambar 4 Gambar 5

(3) Perkalian titik dua vektor. Perkalian titik didefinisikan oleh

A⋅ B= A Bcos  , (1)

dengan  adalah sudut antara vektor-vektor tersebut ketika kedua ekornya saling bertemu (gambar 5). Perhatikan bahwa A⋅B menghasilkan sebuah skalar sehingga perkalian titik ini sering juga disebut perkalian skalar. Perkalian ini bersifat komutatif,

A⋅ B=B⋅A , dan distributif,

A⋅ B C = A⋅B A⋅C . (2) Secara geometri, A⋅B adalah perkalian dari A dengan proyeksi B pada A (atau sebaliknya perkalian B dengan proyeksi A pada B ). Jika dua vektor sejajar, maka

A⋅ B= A B . Untuk sembarang vektor A , secara khusus berlaku

A⋅ A= A2. (3)

Jika vektor A dan B saling tegak lurus, maka A⋅B=0 .

(4) Perkalian silang dua vektor. Perkalian silang didefinisikan oleh

A× B= A Bsin  n , (4)

A

2 A

A

B

 A

B

(4)

dengan n adalah sebuah vektor satuan (yang panjangnya 1) mengarah tegak lurus bidang yang sisi-sisinya dibentuk oleh vektor A dan B . Namun ternyata ada dua arah yang tegak lurus bidang tersebut, yaitu “masuk” dan “keluar”. Untuk mengatasi masalah ini, digunakanlah kesepakatan aturan tangan kanan: jadikan keempat jari selain ibu jari agar menunjuk pada vektor pertama (dengan ibu jari tegak lurus keempat jari), kemudian putar keempatnya (pada sudut terkecil) ke arah vektor kedua, maka ibu jari menandakan arah dari perkalian silang kedua vektor tersebut. Perhatikan bahwa A×B akan menghasilkan sebuah vektor sehingga perkalian silang sering disebut dengan perkalian vektor.

Gambar 6. A× B mengarah keluar bidang kertas, B× A mengarah masuk bidang kertas.

Perkalian silang bersifat distributif,

A× B C = A×B A× C  , (5) tetapi tidak komutatif, justru

A× B=B× A . (6)

Secara geometri, ∣A×B∣ adalah luas daerah jajaran genjang yang dibentuk oleh A dan

B (gambar 6). Jika kedua vektor saling sejajar, maka perkalian silangnya nol dan secara khusus A× A=0 untuk sembarang vektor A .

Bentuk komponen

Pada bagian sebelumnya telah didefinisikan beberapa operasi vektor dalam bentuk yang masih kabur, yakni tanpa merujuk pada sistem koordinat tertentu. Dalam praktik biasanya cukup mudah untuk bekerja dengan komponen vektor dalam sistem koordinat tertentu.

Misalkan pada koordinat kartesian: i , j , dan k masing-masing adalah vektor satuan A

B

(5)

yang sejajar dengan sumbu-x, y, dan z (gambar 7). Sebuah vektor sembarang A dapat dinyatakan dalam suku vektor basis tersebut (gambar 8), yaitu

A= A xi Ayj Azk .

Gambar 7 Gambar 8

Bilangan Ax, Ay, dan Az disebut komponen dari A . Tafsiran geometri dari komponen vektor tersebut adalah proyeksi A sepanjang tiga sumbu koordinat. Dengan hasil ini, keempat operasi vektor yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dirumuskan ulang dalam bentuk komponen-komponennya:

(1) Penjumlahan dua vektor:

A B= AxBxi AyBy j  AzBz k . (7) (2) Perkalian dengan sebuah skalar:

k A=k Axik Ay j k Az k . (8) (3) Perkalian titik dua vektor:

i⋅i= j⋅j= k ˙k=1; i ˙j=i⋅k= j⋅k=0 . A⋅ B= AxBx AyBy AzBz.

A⋅ A= Ax2 A2yAz2,

⇒ A=

 Ax2A2y Az2 .

(9) (10)

(11) x

y z

i

k j

x

y z

Axi Ayj

Az k A

(6)

(4) Perkalian silang dua vektor:

i×i= j× j =k× k=0 ,

i× j =j ×i= k ,

j × k= k× j =i ,

k×i=i× k= j .

A× B=

ABixx ABjyy ABkzz

.

(12)

(13)

Perkalian tripel

Perkalian titik dan silang antara 3 buah vektor, A , B, dan C dapat menghasilkan sesuatu yang berarti dalam bentuk  A⋅B C , A⋅B ×C  , dan A×B× C  . Aturan- aturan yang berlaku adalah:

 A⋅B C ≠ A B⋅C  .

A⋅ B ×C =B⋅ C × A = C⋅ A×B,

A⋅ B ×C =

ACBxxx CAByyy ACBzzz

.

A× B× C ≠ A×B× C , A× B ×C = A⋅C B A⋅B  C

 A×B ×C = A⋅C BB⋅C  A .

(14) (15)

(16)

(17) (18) Perkalian A⋅ B ×C  disebut dengan perkalian tripel skalar dan dapat ditulis [ A B C ]. Secara geometri, perkalian tripel skalar akan menghasilkan besar volume ruang yang dibentuk oleh A , B , dan C sebagai sisi-sisinya. Volume ruang tersebut akan bernilai positif atau negatif tergantung pada unsur perkalian silang di dalam perkalian tripel skalar.

Sementara itu, perkalian A×B× C  disebut dengan perkalian tripel vektor karena hasil akhirnya adalah sebuah vektor.

(7)

Posisi, perpindahan, dan jarak

Lokasi sebuah titik dalam tiga dimensi dapat dinyatakan dalam koordinat kartesian

x , y , z . Vektor yang mengarah ke titik tersebut dari titik asal disebut dengan vektor posisi:

r =x i y j z k . (19)

Besarnya

r =

x2 y2z2, (20)

adalah jarak dari titik asal, dan

r =r

r =x i y j z k

x2 y2z2 , (21)

merupakan vektor satuan yang mengarah radial keluar.

Bagian kecil vektor perpindahan, dari x , y , z  hingga x dx , ydy , z dz  adalah

dr =dx idy j dz k . (22)

Pada berbagai kasus fisika, kita akan sering berhadapan dengan permasalahan yang melibatkan dua titik, yatu sebuah titik sumber r' (tempat sumber medan berada) dan titik medan r yang sedang ditinjau besar medannya. Akan memudahkan jika sejak awal dibuatkan notasi baru untuk menyatakan posisi relatif dari titik sumber ke titik medan.

Notasi yang akan digunakan untuk keperluan ini adalah r (gambar 9):

r =rr ' . (23)

Gambar 9. Vektor posisi relatif antara titik sumber dan titik medan.

r

r '

r

titik sumber titik medan

(8)

Besar dari vektor posisi relatif tersebut adalah

r=∣rr '∣ , (24)

dan vektor satuannya (mengarah dari r ' ke r ):

r=r

r= rr '

∣rr '∣. (25)

Kalkulus Vektor

Limit, kontinuitas, dan turunan fungsi vektor

Jika untuk setiap nilai suatu skalar u kita kaitkan sebuah vektor A , maka A disebut fungsi dari u dan dinyatakan dengan A u  . Notasi ini dalam tiga dimensi dapat dituliskan menjadi A u =Axu i Ayu  j  Azu  k .

Konsep fungsi ini dapat diperluas dengan mudah. Jika setiap titik x , y , z  berkaitan dengan sebuah vektor A , maka A adalah fungsi dari x , y , z  yang dinyatakan dengan A x , y , z = Axx , y , z  iAyx , y , z  j  Azx , y , z  k . Dapat dikatakan vektor A ini mendefinisikan sebuah medan vektor dan serupa dengannya x , y , z  mendefinisikan medan skalar.

Aturan limit, kontinuitas, dan turunan untuk fungsi vektor mengikuti aturan yang sama seperti skalar.

(1) Fungsi vektor yang dinyatakan dengan A u  dikatakan kontinu pada u0 jika untuk setiap bilangan positif  dapat ditemukan suatu bilangan positif  sehingga

∣A u  A u0∣ dengan ∣uu0∣ . Pernyataan ini ekuivalen dengan lim

u  u0

Au = A u0 .

(2) Turunan dari A u  didefinisikan d A du = lim

 u 0

A u  u   A u 

 u , dengan syarat limitnya ada. Pada kasus A u =Axu i Ayu  j  Azu  k dapat diperoleh

(9)

d A du =dAx

du idAy

du j dAz

du k . (26)

Turunan yang lebih tinggi seperti d2A /du 2 didefinisikan dengan cara yang serupa.

(3) Jika A x, y , z = Axx , y , z  iAyx , y , z  j  Azx , y , z  k , maka

d A=∂ A

∂ x dx ∂ A

∂ y dy∂ A

∂ z dz . (27)

adalah diferensial total dari A .

(4) Turunan dari perkalian vektor dengan skalar atau vektor dengan vektor mengikuti aturan yang sama seperti pada fungsi skalar. Namun perlu diingat ketika kita melibatkan perkalian silang maka urutan penulisan penting untuk diperhatikan karena terkait dengan arah dari hasil perkalian tersebut.

Beberapa contoh diantaranya:

d

du A=d A du d 

du A , ∂

∂ y A⋅B= A⋅∂ B

∂ y∂ A

∂ y⋅B , (urutan tidak masalah)

∂ z A×B = A×∂ B

∂ z∂ A

∂z ×B (pertahankan urutan A dan B).

(28)

(29)

(30)

Gradien, Divergensi, dan Curl

Misalkan sebuah operator vektor ∇ dalam koordinat kartesian didefinisikan

∇=i ∂

∂ x j ∂

∂ y k ∂

∂ z . (31)

Jika x , y , z  dan A x, y , z  memiliki turunan parsial pertama yang kontinu pada daerah tertentu, maka dapat didefinisikan beberapa besaran berikut:

gradien: grad = ∇ =∂

∂ x i∂

∂ y j ∂ 

∂z k (32)

(10)

divergensi: div A= ∇⋅A=∂ Ax

∂ x ∂ Ay

∂ y ∂ Az

∂z

curl: curl A= ∇× A=

∂ xAix ∂ yAj y ∂ zAkz

(33)

(34)

Jika turunan parsial dari fungsi-fungsi A , B, U, dan V diasumsikan ada, maka 1. ∇ U V =  ∇ U  ∇ V atau grad U V =grad U grad V

2. ∇⋅  A B= ∇⋅A ∇⋅B atau div  AB=div Adiv B 3. ∇×  AB = ∇ × A ∇ ×B atau curl  AB =curl Adiv B 4. ∇⋅U  A = ∇ U ⋅AU  ∇⋅A

5. ∇×U  A= ∇ U × AU  ∇× A  6. ∇⋅  A ×B=B⋅ ∇ × A A⋅ ∇ ×B 

7. ∇×  A×B = B⋅ ∇  A B  ∇⋅A A⋅∇ B A  ∇⋅B

8. ∇   A⋅B = B⋅ ∇  A A⋅∇  BB× ∇ × A A× ∇ ×B

9. ∇⋅  ∇ U =∇2U =∂2U

∂ x2∂2U

∂ y2∂2U

∂z2 disebut Laplacian dari U

dan ∇2= ∂2

∂ x2 ∂2

∂ y2 ∂2

∂ z2 disebut dengan operator Laplacian.

10. ∇× ∇ U =0 . Curl dari gradien U adalah nol.

11. ∇⋅ ∇ × A =0 . Divergensi dari curl A adalah nol.

12. ∇× ∇× A = ∇  ∇⋅A ∇2A

Gradien, divergensi, dan curl bukanlah sekedar operasi matematik belaka. Ketiganya dapat ditafsirkan secara geometri.

(11)

Tafsiran Gradien. Seperti vektor lainnya, gradien memiliki besar dan arah. Untuk menentukan arti geometrinya, kita dapat memisalkan ada sebuah fungsi tiga variabel, katakanlah temperatur dalam ruang, T x , y , z  , yang merupakan sebuah skalar.

Seberapa cepat perubahan temperatur tersebut dinyatakan dalam bentuk diferensial total

dT =

∂ T∂ x

dx 

∂ T∂ y

dy

∂ T∂ z

dz. (35)

Dalam bentuk perkalian titik, pernyataan di atas setara dengan dT =

∂ T∂ x i∂T∂ y j ∂ T∂z k

⋅dx idy j dz k

= ∇ T ⋅d r ,

(36)

atau

dT = ∇ T⋅d r=∣∇ T∣∣d r∣cos , (37)

yang berarti

dT

dr =∣ ∇ T∣cos = ∇ T⋅u , (38)

dengan  adalah sudut antara ∇ T dan d r , kemudian u adalah suatu vektor satuan yang menyatakan arah gerak kita. Dengan demikian, laju perubahan temperatur ( dT /dr ) akan bernilai paling besar ketika geraknya searah dengan ∇ T (yaitu saat =0 ).

Bayangkan kita berada pada sebuah lereng bukit. Lihat ke sekeliling dan temukan bagian yang paling curam. Itu adalah arah dari gradien. Sekarang ukur kemiringan pada arah tersebut. Itu adalah besar dari gradien. Lalu bagaimana jika gradiennya nol? Jika

∇ T =0 pada  x , y , z , maka dT =0 untuk perpindahan yang kecil di sekitar titik

x , y , z  . Keadaan ini akan berarti sebuah titik stasioner dari fungsi T x , y , z  . Titik tersebut dapat berupa nilai maksimum (puncak), minimum (lembah), daerah pelana, atau sebuah permukaan berbentuk seperti “bahu”.

Tafsiran Divergensi. Sesuai namanya, divergensi ∇⋅A menyatakan ukuran penyebaran vektor A . Perhatikan gambar 10 sebagai contoh pada kasus dua dimensi.

(12)

Fungsi pada gambar 10(a) memiliki divergensi yang sangat besar dan positif (jika panahnya mengarah ke dalam berarti nilainya negatif), fungsi pada gambar 10(b) memiliki divergensi nol, dan fungsi pada gambar 10(c) memiliki divergensi positif yang nilainya agak kecil.

(a) (b)

(c) Gambar 10

Tafsiran Curl. Pemilihan nama curl juga disesuaikan dengan arti geometrinya yang menyatakan ukuran rotasi pada sebuah titik. Oleh karena itu seluruh fungsi pada gambar 10 memiliki curl yang bernilai nol (bisa kita cek dengan mengetahui fungsinya) dan fungsi pada gambar 11 memiliki curl yang sangat besar berarah pada sumbu-z.

Gambar 11 x

y z

(13)

Koordinat lengkung

Misalkan persamaan transformasi

x = f u1, u2, u3, y = g u1, u2, u3, z =h u1, u2, u3 (39) (dengan asumsi f, g, h kontinu, memiliki turunan parsial kontinu, dan memiliki sebuah nilai invers tunggal) membentuk korespondensi satu-satu antara titik-titik dalam sistem koordinat xyz dan u1u2u3. Dalam notasi vektor, persamaan (39) dapat dituliskan

r =x i y j z k= f u1, u2, u3i g u1, u2, u3 j h u1, u2, u3 k . (40) Sebuah titik P (gambar 12) dengan demikian dapat didefinisikan tidak hanya oleh koordinat x , y , z  tetapi juga oleh koordinat u1, u2, u3 . Kita sebut u1, u2, u3 sebagai koordinat lengkung dari suatu titik.

Gambar 12

Dari persamaan (40), diperoleh

dr =∂r

∂ u1

du1∂ r

∂ u2

du2 ∂ r

∂ u3

du3. (41)

Dalam sistem koordinat lengkung ini, bentuk diferensial dari panjang busur suatu kurva dapat dituliskan

ds2= g11du12 g22du22 g33du32, (42) dengan

y z

P

r x

e

1

e

2

e

3

u

2

u

3

u1

(14)

g11=∂ r

∂ x⋅∂ r

∂ x , g22=∂r

∂ y⋅∂ r

∂ y , g22=∂ r

∂ z⋅∂ r

∂ z . 43)

Vektor ∂r /∂ u1 bersinggungan dengan koordinat u1 pada P. Jika e1 merupakan sebuah vektor satuan pada arah tersebut, maka ∂r /∂ u1=h1e1 dengan h1=∣∂r /∂ u1∣ . Serupa dengannya, ∂r /∂ u2=h2e2 dan ∂r /∂ u3=h3e3 dengan h2=∣∂ r/ ∂ u2∣ dan

h3=∣∂ r/∂ u3∣ . Dengan demikian,

dr =h1du1e1h2du2e2h3du3e3, (44) Besaran h1, h2, h3 sering disebut sebagai faktor skala.

Jika e1,e2,e3 saling tegak lurus pada titik P, koordinatnya dikatakan ortogonal. Oleh karena itu, kita temukan kuadrat panjang busur adalah

ds2=d r⋅d r=h1 2du1

2h22du2

2h32du3

2, (45)

yang bersesuaian dengan panjang diagonal ruang balok pada gambar 12, dan elemen volumnya (d ) dapat ditulis

d =h1h2h3du1du2du3. (46)

Misalkan  adalah sebuah fungsi skalar dan A= A1e1 A2e2 A3e3 adalah fungsi dalam koordinat lengkung ortogonal u1, u2, u3, maka gradien, divergensi, curl, dan laplacian-nya adalah:

1. ∇ =grad = 1 h1

∂

∂u1e11 h2

∂

∂ u2 e21 h3

∂ 

∂u3e3 2. ∇⋅ A=div A= 1

h1h2h3

[

∂ u1 A1h2h3 ∂∂u2h1A2h3 ∂∂u3h1h2A3

]

3. ∇×  A=curl A= 1

h1h2h3

h∂ uA1e111 h∂ uA2e222 h∂uA3e333

4. ∇2=laplacian = 1

h1h2h3

[

∂u1

h2hh13∂ u∂1

 ∂∂ u2

hh1h23∂ u∂ 2

 ∂∂ u3

hh1h32∂ u∂3

]

(15)

X

Y Z

r

ρ x

y φ

O z

P(ρ,θ, z)

X

Y Z

r

x ρ

y Oφ

z

θ

P(r,θ, φ)

Keempat bentuk tersebut* akan tereduksi menjadi ekspresi biasa dalam koordinat kartesian jika u1, u2,u3 digantikan oleh x, y , z; lalu e1,e2,e3 diganti dengan i , j , k ; dan

h1=h2=h3=1 .

Bentuk khusus koordinat lengkung ortogonal lain diantaranya adalah koordinat silinder dan koordinat bola.

Gambar 13 Gambar 14

Koordinat Silinder , , z  . Perhatikan gambar 13.

Persamaan transformasi: x =cos  , y= sin , z =z, dengan ≥0 , 0≤2 ,∞z ∞ .

Faktor skala: h1=1 , h2= , h3=1 .

Elemen panjang busur: ds2=d 22d 2dz2. Elemen volum: d = d  d dz

Perhatikan bahwa dari sini dapat juga diperoleh hasil lain untuk koordinat polar dalam bidang dengan mengabaikan ketergantungan pada z. Sebagai contoh dalam kasus koordinat polar tersebut, ds2=d 22d 2; sedangkan elemen volum digantikan oleh elemen luas, da= d  d  .

* Lihat buku Mathematical Methods in The Physical Sciences (Mary L. Boas) untuk penurunan lengkapnya.

(16)

Koordinat Bola , , . Perhatikan gambar 14.

Persamaan transformasi: x =rsin cos  , y=r sin  sin  , z =r cos , dengan r ≥0 , 0≤≤, 0≤2  .

Faktor skala: h1=1 , h2=r , h3=r sin  .

Elemen panjang busur: ds2=dr2r2d 2r2sin2 d 2. Elemen volum: d =r2sin  dr d  d  .

Integral Garis, Permukaan, dan Volum

Dalam bahasan listrik magnet selanjutnya akan ditemui berbagai macam bentuk integral, diantaranya yang paling penting adalah integral garis (atau lintasan), integral permukaan (atau fluks), dan integral volum.

Integral Garis. Sebuah integral garis I adalah suatu pernyataan dalam bentuk

I =

a b

v⋅d r , (47)

dengan v adalah sebuah fungsi vektor, d r adalah elemen vektor perpindahan (pers. 22), dan daerah integrasi berada pada lintasan antara titik a hingga titik b . Jika lintasan integrasi membentuk loop tertutup, maka tanda integral diberi tambahan lingkaran:

v⋅d r .

Integral Permukaan. Sebuah integral permukaan I didefinisikan I =

S v⋅d a ,

(48) dengan v adalah sebuah fungsi vektor dan d a adalah elemen vektor luas yang arahnya tegak lurus permukaan yang dimaksud. Jika permukaannya tertutup (menjadi seperti ruang), maka seperti sebelumnya tanda integral diberi tambahan lingkaran:

v⋅d a .

Untuk integral permukaan biasa (pers. 48) , dapat ditemui dua arah yang tegak lurus

(17)

permukaan sehingga pemilihan arah permukaan akan cukup membingungkan. Namun biasanya kita bebas memilih salah satu dari kedua arah tersebut. Untuk kasus integral permukaan tertutup, arah yang keluar (menjauh) dari permukaan disepakati sebagai arah elemen luas, da.

Integral Volum. Sebuah integral volum I dinyatakan I =

V T d  , (49)

dengan T adalah sebuah fungsi skalar dan d  adalah elemen kecil dari volum. Untuk koordinat kartesian,

d =dx dy dz.

Sebagai contoh, jika T adalah kerapatan suatu materi (yang nilainya dapat bervariasi dari titik ke titik), maka integral volum akan memberikan massa total.

Kadang akan ditemui juga bentuk integral volum dari suatu fungsi vektor:

v d =

vxivyj vzkd =i

vxd  j

vyd  k

vzd .

Teorema fundamental

Untuk memudahkan perhitungan seringkali dibutuhkan penyederhanaan bentuk integral yang berdasarkan pada teorema tertentu. Ada tiga teorema fundamental berkaitan dengan operasi diferensial dan integral yang telah dijelaskan sebelumnya.

Teorema Gradien:

a b

 ∇ T ⋅d r=T b T a

Teorema Curl (Stokes):

S

 ∇ ×v ⋅d a=

v⋅d r

Teorema Divergensi (Gauss):

V

 ∇⋅v d =

S

v⋅d a

(50)

(51)

(52) Dari pers. 50 s.d. 52 dapat dilihat bahwa teorema gradien melibatkan operasi gradien dan integral garis; teorema curl melibatkan operasi curl, integral permukaan, dan integral garis;

(18)

dan teorema divergensi melibatkan operasi divergensi, integral volum, dan integral permukaan.

Teorema potensial (skalar dan vektor)

Teorema 1. Jika curl dari sebuah medan vektor F bernilai nol dimanapun, maka F dapat dituliskan sebagai gradien dari sebuah potensial skalar V :

∇×  F =0 ⇔ F = ∇ V , (53)

atau setara dengan pernyataan berikut:

a b

F⋅d r tidak tergantung lintasan (konservatif) untuk setiap titik-titik ujung yang

diberikan,

F⋅d r=0 untuk sembarang loop tertutup.

Teorema 2. Jika divergensi dari sebuah medan vektor F bernilai nol dimanapun, maka F dapat dinyatakan sebagai curl dari sebuah potensial vektor A :

∇⋅ F =0 ⇔ F = ∇ × A , (54)

yang juga setara dengan:

F⋅d a tidak tergantung permukaan untuk setiap batas tertutup yang diberikan,

F⋅d a=0 untuk sembarang permukaan tertutup.

KUMPULAN SOAL-JAWAB

SOAL 1

Misalkan suatu vektor C seperti pada gambar di samping. Turunkan aturan cosinus dengan memanfaatkan perkalian titik dari vektor C pada dirinya sendiri dengan menyesuaikan variabel pada A dan B ! A

B

 C

(19)

Jawab:

Dari gambar dapat kita tentukan: C =  AB, kemudian

C⋅ C = AB⋅ AB = A⋅A A⋅BB⋅AB⋅B , atau

C2=A2B22 AB cos (aturan cosinus).

SOAL 2

Tentukan sudut antara dua buah diagonal ruang suatu kubus!

Jawab:

Berdasarkan gambar di samping, A=1 i1 j 1 k ; A=

3

B=1 i1 j 1 k ; B=

3

A⋅ B=111=1= A B cos=

3

3cos 

⇔cos =1 3 ,

sehingga =arc cos

13

≈70,5288o.

SOAL 3

Dengan menggunakan perkalian silang, tentukanlah komponen vektor satuan yang tegak lurus bidang seperti ada gambar!

Jawab:

Perkalian silang antara dua vektor sembarang yang menjadi sisi-sisi bidang pada gambar akan menghasilkan vektor

yang tegak lurus bidang tersebut. Sebagai contoh, ambil bagian alas dan sisi sebelah kiri masing-masing menjadi vektor A dan B :

x

y z

1

1

θ 1 A

r

B r

x

y z

1 3

2

(20)

A=1 i2 j 0 k ;  B=1 i0 j 3 k

A× B=

1 2 01 0 3i j k

=6i3 j 2 k .

Vektor A×B ini arahnya sudah sesuai dengan n, tetapi besarnya belum cocok (ingat, vektor satuan harus bernilai 1 satuan). Untuk menghasilkan vektor satuan n , bagi saja

A× B dengan besarnya: ∣ A×B∣=

3694=7 . Dengan demikian,

n= A× B

∣ A×B∣=6 7i 3

j2 7 k . SOAL 4

Carilah vektor posisi relatif r dari titik sumber (2, 8, 7) ke titik medan (4, 6, 8). Tentukan besarnya dan bentuk vektor satuan r !

Jawab:

r=rr '=4 i6 j 8 k2 i8 j7 k=2 i2 j1 k.

∣r∣=

441=3 , sehingga r=2 3 i 2

3 j 1 3 k . SOAL 5

Tentukan gradien fungsi-fungsi berikut:

(a) f x , y , z =x2 y3z4; (b) f x , y , z =x2 y3z4; (c) f x , y , z =exsin y  lnz  . Jawab:

(a) ∇ f =2 x i3 y2j 4 z3k

(b) ∇ f =2 x y3z4i3 x2 y2z4j 4 x2 y3z4 k

(c) ∇ f =exsin  y  ln z  iexcos y  ln z  j exsin y 

z1

k

(21)

SOAL 6

Ketinggian dari suatu bukit (dalam satuan meter) diberikan oleh

h x, y =10 2 x y 3 x24 y218 x 28 y12 ,

dengan y adalah jarak (dalam km) sebelah utara, x adalah jarak ke timur kota Bandung.

(a) Di manakah puncak bukit tersebut berada?

(b) Berapa ketinggian bukit tersebut?

(c) Seberapa curam kemiringan (dalam satuan m/km) pada sebuah titik 1 km utara dan 1 km timur kota Bandung? Pada arah manakah kemiringan tercuram di titik tersebut?

Jawab:

(a) Tentukan gradien fungsi terlebih dahulu:

∇ h=10[ 2 y6 x 18 i2 x 8 y28 j ] .

Untuk menentukan puncak bukit, gunakan syarat ∇ h=0 (puncak bukit merupakan salah satu jenis titik stasioner):

∇ h=10[ 2 y6 x 18 i2 x 8 y28 j ]=0 , menghasilkan sistem persamaan linear dua peubah:

2 y 6 x 18=0

2 x 8 y 28=0

}

. Solusi dari sistem persamaan ini adalah x , y =2 ,3. Dengan demikian puncak bukit tersebut berada pada 2 km sebelah barat dan 3 km utara Bandung.

(b) Substitusikan x , y =2 ,3 pada h x, y : h 2, 3=10 121236368412=720 m . (c) Substitusikan x , y =1 , 1 pada ∇ h .

∇ h 1 ,1=10 [2618i  2828 j ]=220i j  .

∣ ∇ h∣=220

2≈311 m/km , arahnya ke barat laut (135 derajat dari sumbu-x positif).

(22)

x

y z

(1 , 1 , 1 ) O

x

y z

(1 , 1 , 1 )

O

z = x2 = y2

SOAL 7

Misalkan r adalah sebuah vektor dari suatu titik tertentu x0, y0, z0 ke titik x , y ,z  dan r adalah panjangnya.

(a) Tunjukkan bahwa ∇r2=2 r

(b) Cari rumus umum untuk ∇  rn (dalam bentuk r , yaitu vektor satuan yang searah dengan r )

Jawab:

r=x x0 i y y0 jz z0 k r=

x x02 y  y02z z02

r2=x x02 y  y02z z02

(a) ∇ r2= ∂

∂ x[ x x02 y y02z z02]i ∂

∂ y[ x x02 y  y02zz02] j

 ∂∂ z[ x x02 y y02z z02] k

=2 x x0i 2 y y0 j 2z z0 k=2 r (terbukti)

(b) ∂

∂ xrn=nrn1∂r

∂ x=nrn1

12 1r 2rx

=nrn 1rx , (rx=x x0)

∂ yrn=nrn1ry , ∂

∂zrn=nrn1rz; sehingga ∇ rn=nrn1r . SOAL 8

Ujilah kebenaran teorema gradien, menggunakan fungsi T =x24 x y2 y z3 dengan titik-titik a=0, 0 ,0, b=1 , 1, 1 dan dua lintasan berikut:

(a) (b)

(x0, y0, z0)

(x, y, z)

(23)

Jawab:

Teorema gradien adalah:

a b

 ∇ T ⋅d r=T b T a . Pada soal telah disebutkan T =x24 x y2 y z3, sehingga

T a =0 ; T b=142=7 ; dan T bT a =7 . (a) Lintasan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian,

- bagian 1, x:0 1, y =z =dy=dz =0.

 ∇ T ⋅d r1=

0 1

2 x dx=[x2]01=1 .

- bagian 2, y:0 1, x =1, z =0, dx =dz =0.

 ∇ T ⋅d r2=

0 1

4 dy=[4 y ]01=4 .

- bagian 3, z: 0  1, x = y=1, dx =dy=0.

 ∇ T ⋅d r3=

0 1

6z2dz =[2z3]10=2 .

a b

 ∇ T ⋅d r=

 ∇ T ⋅d r1

 ∇ T ⋅d r2

 ∇ T ⋅d r3=142=7 .

(b)  ∇ T ⋅d r=2 x 4 ydx 4 x 2z3dy 6 y z2dz . Karena x :0 1; y =x , z =x2, dy =dx , dz =2 x dx , maka

 ∇ T ⋅d r=2 x 4 x dx  4 x 2 x6dx6 x x4 dx=10 x 14 x6 dx

0 1

 ∇ T ⋅d r=

0 1

10 x 14 x6 dx=[5 x22 x7]01=52=7 .

SOAL 9

Uji kebenaran teorema divergensi untuk fungsi

v=x y  i2 y z  j3 x z  k . Gunakan volum pada gambar kubus di samping dengan panjang sisi 2 satuan!

Jawab:

Teorema divergensi adalah:

V

 ∇⋅vd =

S v⋅d a .

Cari dulu nilai ruas kiri: sesuai dengan soal, dapat diperoleh ∇⋅v= y2z 3 x .

x

y z

2 2

2

(24)

∇⋅v d =

0 2

0 2

0 2

 y 2z 3 x dx dy dz =48 .

Cek nilai ruas kanan dengan menggunakan penomoran permukaan berikut ini:

(I) da1=dy dz i , x =2 ;

v⋅d a1=

0 2

0 2

2 y dy dz =2[ y2]02=8 . (II) da2=dy dz i , x =0 ; v⋅d a2=0 ;

v⋅d a2=0 .

(III) d a3=dx dz j , y=2 ;

v⋅d a3=

0 2

0 2

4z dx dz =16 . (IV) da4=dx dz j , y=0 ; v⋅d a4=0 ;

v⋅d a4=0.

(V) da5=dx dy k , z=2 ;

v⋅d a5=

0 2

0 2

6 x dx dy =24 . (VI) da6=dx dy k , z =0 ; v⋅d a6=0 ;

v⋅d a6=0 .

Jumlahkan seluruh integrasi (I) s.d. (VI), ternyata hasilnya adalah

v⋅d a=81624=48 (cocok dengan ruas kiri).

SOAL 10

Ujilah kembali kebenaran teorema divergensi untuk fungsi

v=r2cosr r2cos r2cos sin   .

Gunakan bola berjari-jari R pada oktan pertama sebagai volum yang ditinjau!

x

y z

(I)

(II)

(III) (IV )

(V )

(V I)

(25)

Jawab:

Sesuai transformasi pada koordinat lengkung, divergensi untuk koordinat bola dapat dituliskan

∇⋅v= 1 r2

∂rr2vr 1 rsin 

∂vsin  1 rsin 

∂v

∂ , sehingga untuk soal ini diperoleh

∇⋅v= 1 r2

∂r r2r2cos 1 rsin 

∂r2cos sin  1 rsin 

∂r2cos sin 

=1

r24 r3cos  1

rsin r2cos cos  1

rsin r2cos cos

=rcos 

sin  [4 sin coscos ]=4 r cos .

Kemudian hitung ruas kiri teorema divergensi dengan elemen volum dalam koordinat bola, d =r2sin dr d d  :

 ∇⋅v d =

∫∫∫

 4r cos r2sin dr d d =4

0 R

r2dr

0

/ 2

cos sin d 

0

/ 2

d 

=R4

12

 

2

= R4 4 . Sekarang cek ruas kanan, perrmukaan bola yang dimaksud terdiri dari 4 bagian:

(1) bagian lengkung, da1=R2sin  d d r ; r =R ; v⋅d a1=R2cos R2sin  d d 

v⋅d a1=R4

0

 /2

cos sin d 

0

 /2

d =R4

12

 

2

= R4 4 .

(2) kiri: da2=r dr d  ; =0 ; v⋅d a2=r2cos sin r dr d =0 ⇒

v⋅d a2=0.

(3) belakang: d a3=r dr d  ; =

2 ; v⋅d a3=r2cos sin r dr d =r3cos dr d 

v⋅d a3=

0 R

r3dr

0

/ 2

cos d =

14R4

1=14R4.

x

y z

R

R

R

(26)

(4) alas: d a4=r sin  dr d  ; =

2 ; v⋅d a=r2cosr dr d 

v⋅d a4=

0 R

r3dr

0

/ 2

cosd =1 4R4.

Totalnya adalah:

v⋅d a = R4 4014R414 R4= R4 4 (cocok).

SOAL 11

Uji kebenaran teorema Stokes (curl) untuk fungsi v= y k pada permukaan segitiga seperti gambar di samping!

Jawab:

Teorema Stokes adalah:

S

 ∇ ×v ⋅d a=

v⋅d r

Cek ruas kanan, v⋅d r = y dz.

Ambil jalur yang berlawanan jarum jam pada garis-garis batas permukaan tertutup segitiga.

Ada 3 bagian garis pada segitiga tersebut:

(1) kiri: z =ax; dz =dx ; y=0; sehingga

v⋅d r1=0.

(2) alas: dz =0, sehingga

v⋅d r2=0 .

(3) belakang (kanan): z =a1

2 y; dz =1

2 dy; y : 2a 0 .

v⋅d r3=

2 a 0

y 1

2 dy =1 2

[

y22

]

2 a

0

=4 a2 4 =a2

Totalnya dalam loop tertutup adalah

v⋅d r =00a2=a2. Sekarang cek ruas kiri: ∇×v=i .

 ∇ ×v ⋅d a= proyeksi permukaan segitiga pada bidang xy=1

2a 2a =a2 (cocok).

x

y z

(0 , 0 , a)

(a, 0 , 0 )

(0 , 2 a, 0 )

(27)

SOAL 12

Misalkan F1=x2k dan F2=x i y j z k . Hitung divergensi juga curl dari F1 dan F2. Manakah yang dapat dituliskan sebaga gradien dari skalar? Cari potensial skalar yang cocok dengannya! Dan manakah yang dapat dinyatakan sebagai curl dari vektor? Cari potensial vektor yang cocok dengannya!

Jawab:

∇⋅  F1= ∂

∂ x0 ∂

∂ y0 ∂

∂z x2=0; ∇⋅ F2=∂ x

∂ x∂ y

∂ y∂z

∂z=111=3 .

∇×  F1=

∂ x0i ∂ y0j ∂ zxk2

= j ∂∂ x x2=2 x j ; ∇ × F2=

∂ xxi ∂ yjy ∂ zzk

=0 .

∇×  F2=0 , maka F2 adalah gradien dari suatu skalar.

Potensial skalar yang memenuhi adalah V =1

2 x2 y2z2 sehingga F2= ∇V.

∇⋅  F1=0, maka F1 adalah curl dari suatu vektor.

Potensial vektor yang berkaitan dengan F1 adalah A dengan syarat F1= ∇× A,

menyebabkan

∂ A∂zy∂ A∂ yz

=

∂ A∂zx∂ A∂ xz

=0 ; ∂ A∂ xy∂ A∂ yx=x2 ⇒ Ay=x33 .

Dengan ketentuan ini dapat dipilih Ax= Az=0 sehingga A=x2

3 j (tapi tidak unik).

Fungsi Delta Dirac (Pengayaan)

Misalkan ada suatu fungsi vektor v=1

r2r dalam koordinat bola. Pada setiap titik, v mengarah radial keluar.

(28)

Jika seseorang mencari sebuah fungsi dengan divergensi positif yang sangat besar, maka fungsi itulah contohnya. Akan tetapi, jika divergensinya dihitung dengan cara biasa (koordinat bola), ternyata hasilnya tepat nol !

∇⋅v= 1 r2

∂r

r2r12

=r12 ∂r 1=0 .

Lebih aneh lagi jika kita coba uji kebenaran teorema divergensi dengan mengecek ruas kanan teorema, yaitu dengan mengintegrasikan fungsi sepanjang permukaan bola berjari- jari R yang berpusat pada titik asal koordinat:

v⋅d a =

∫ 

R12r

⋅R2sin  d d r =

0

sin d 

0 2 

d =4  ,

padahal ruas kiri teorema divergensi,

∇⋅v d =0 .

Mana yang benar? Ruas kiri atau ruas kanan? Apakah teorema divergensi telah salah?

Permasalahan rupanya disebabkan oleh titik r =0 di mana v nilainya meledak secara liar (pembagian dengan nol akan menghasilkan nilai tak hingga). Divergensi v ( ∇⋅v ) sebenarnya memang bernilai nol, kecuali di r =0. Oleh karena itu, perlu didefinisikan fungsi baru yang dapat mengakomodasi sifat divergensi ini. Patokan yang digunakan untuk adalah nilai teorema divergensi untuk kasus ini haruslah 4  (mengacu pada ruas kanan).

Fungsi spesial ini dikenal dengan nama fungsi delta Dirac.

Fungsi delta Dirac 1D

Gambar 15. Fungsi delta Dirac, luas daerah di bawah kurva bernilai 1 satuan.

 x a 

a x

luasnya 1 satuan

(29)

Definisi:

 x a =

{

∞ ,0, jika x ≠ajika x =a

}

dengan ∞

 x a dx =1 . (55) Sifat-sifat:

f x  x a = f a  x a  dan

∞

f  x  x a dx = f a  . (56)

Fungsi delta Dirac 3D

Definisi yang diberikan pada fungsi delta Dirac 1D dapat diperluas menjadi 3D:

3r= x   y z  , (57)

dan integral volumnya bernilai 1:

3r d =

∞

∞

∞

 x   y  z  dx dy dz =1 . (58) Selain itu,

f r 3r r0= f  r0 . (59) Dengan fungsi delta Dirac ini, masalah yang dikemukakan pada bagian awal dapat terpecahkan secara mudah, yaitu

∇⋅

rr2

=4 3r  ,

atau secara umum

∇⋅

rr2

=4 3r  . (60)

SOAL 13

(a) Tuliskan pernyataan yang menyatakan kerapatan massa dari sebuah partikel bermassa m yang berada pada titik r0. Lakukan hal yang sama untuk rapat muatan dari suatu

(30)

muatan titik pada r0!

(b) Berapa rapat muatan dari sebuah dipol listrik, yang terdiri dari muatan titik -q pada titik asal koordnat dan muatan titik +q pada r0?

(c) Berapakah rapat muatan yang seragam dari kulit bola tipis berjari-jari R dan muatan totalnya Q?

Jawab:

(a) Perhatikan pers. (58), satu per volum merupakan fungsi delta Dirac, sehingga:

mr=m 3r r0 ; qr =q 3rr0 . (b) r =q 3r r0q 3r .

(c) Misalkan r = A  r R  . Untuk mendapatkan konstanta A, maka dibutuhkan

syarat Q=

r d =

A  r R 4 2dr = A4 R2, sehingga A= Q 4 R2 . Dengan demikian, r = Q

4 R2 r R  .

***

Gambar

Gambar 4 Gambar 5
Gambar 7  Gambar 8
Gambar 9. Vektor posisi relatif antara titik sumber dan titik medan.
Gambar 13 Gambar 14
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang ada di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sudah banyak berkembang, terutama pada sistem online yang dapat melihat nilai atau

Melalui sistem ini memberi kelebihan kepada rakyat bebas bersuara mengikut saluran yang betul. Seterusnya menjamin keadilan kepada rakyat untuk memilih wakil di peringkat

Adanya bahan ajar berbasis web dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat membantu para guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga peneliti

Hasil pengamatan fisik daun menunjukkan bahwa daun manggis yang terdapat pada dua lokasi di wilayah Bandar Lampung memiliki bentuk ellips (skor 3) dengan nisbah ukuran panjang

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa Metode CDS dan Heuristik Pour dapat mengurangi keterlambatan perusahaan dari enam kali keterlambtan

bentuk segitiga yang terjadi. Terlihat bahwa sisi-sisi penyiku kedua segitiga sama persis, namun bagaimana dengan sisi miringnya? Dengan mencermati secara seksama,

Jika nilai D > 0, maka suatu persamaan kuadrat akan memiliki dua akar real yang tidak sama besar (x1 ≠ x2).. Jika nilai D = 0, maka suatu persamaan kuadrat akan

Suplai H2 dan O2 (biasanya diambil dari udara bebas) berlangsung secara bersamaan. Ion H + yang terbentuk pada reaksi di atas akan mengalir melalui elektrolit, sedangkan