PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun Oleh: Hermawan Yoga Setyawan
141314010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun Oleh: Hermawan Yoga Setyawan
141314010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga saya mampu menyelesaikan tugas akhir ini sampai selesai.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan semua dengan baik.
v Motto:
Jangan berdoa untuk meminta kemudahan hidup tetapi mintalah agar hatimu dikuatkan untuk menjalaninya (John F Kennedy)
Jika gagal coba lagi. Jika salah perbaiki. Jika lelah jangan menyerah (Phopi Ratna Agustin)
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019
Hermawan Yoga Setyawan Universitas Sanata Dharma
2021
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah melalui penerapan model pembelajaran problem based learning menggunakan media pembelajaran power point di SMA Negeri 10 Yogyakarta pada siswa kelas X IPS 1 dengan materi “Sumber Sejarah”.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis & Taggart dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Yogyakarta dengan jumlah 28 siswa. Obyek penelitian ini adalah prestasi belajar sejarah, model pembelajaran problem based learning, dan media pembelajaran power point. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes tertulis, dan wawancara. Analisis data menggunakan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar sejarah berdasarkan nilai rata-rata maupun tingkat ketuntasan belajar. Dari segi nilai rata-rata terjadi peningkatan dari keadaan awal 67,14 pada siklus I menjadi 76,14 dan pada siklus II menjadi 86,14. Dari segi ketuntasan meningkat, pada keadaan awal sebanyak 3 siswa (11%) yang tuntas, kemudian meningkat menjadi 19 siswa (68%) pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 26 siswa (92,86%) pada siklus II.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL USING POWER POINT MEDIA TO IMPROVE STUDENTS’
ACHIEVEMENTON LEARNING HISTORY OF
SENIOR HIGH SCHOOL 10 YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2018/2019
Hermawan Yoga Setyawan Sanata Dharma University
2021
This study aims to improve students’ achievement in learning history through the implementation of the Problem Based Learning model using Power Point media in Grade X IPS 1 of Senior High School (SMA) 10 Yogyakarta which took "Historical Resources" as the topic.
The research is a Classroom Action Research (CAR) using Kemmis & Taggart method with four stages such as planning, implementing, observing, reflecting. The subjects in this research were students of Grade X IPS 1 of SMA Negeri 10 Yogyakarta with a total of 28 students, while the objects of this study are historical learning achievements, problem based learning models, and power point learning media. The data collection uses observation, written tests, and interviews. In addition, data analysis uses percentages.
The results of this study indicate an increase in historical learning achievement based on the average value as well as the level of mastery learning. In terms of the average value an increase is shown from the initial state of 67.14 in the first cycle to 76.14 and in the second cycle to 86.14. In terms of completeness increased, in the initial state as many as 3 students (11%) completed, then increased to 19 students (68%) in the first cycle, then increased again to 26 students (92.86%) in the second cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya yang telah dicurahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yang berupa penelitian yang dilakukan di SMA N 10 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Terlaksananya penelitian serta terselesaikanya laporan ini tidak lepas dari dukungan semua pihak. Oleh karena itu bersamaan dengan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyaklarta
3. Bapak Drs. Y.R. Subakti, M. Pd selaku dosen pembimbing I dan yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan
4. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd. selaku dosen pembimbing II dan yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan.
5. Tenaga Administrasi dan perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Kepala sekolah beserta staff SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada praktikan untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 10 Yogakarta.
7. Siswa kelas X IPS 1 yang sudah membantu dan bekerjasama untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 10 Yogyakarta
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Pemecahan Masalah ... 7 G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah ... 9
2. Belajar ... 11
a. Pengertian Belajar ... 11
b. Ciri-ciri Belajar ... 12
c. Prinsip Belajar ... 13
xii
3. Pretasi Belajar ... 14
a. Pengertian Prestasi Belajar ... 14
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belaja Siswa ... 16
4. Pendekatan Saintifik ... 17
5. Problem Based Learning ... 20
a. Pengertian Problem Based Learning ... 20
b. Unsur Problem Based Learning ... 21
c. Tujuan Problem Based Learning... 22
d. Karakteristik Problem Based Learning ... 22
e. Langkah-Langkah Problem Based Learning... 24
f. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning... 25
6. Materi Pembelajaran ... 26
B. Penelitian yang Relevan ... 26
C. Kerangka Berfikir... 28
D. Hipotesis Tindakan... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Setting Penelitian ... 31
C. Subjek Penelitian ... 32
D. Objek Penelitian ... 32
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32
F. Metode Pengumpulan Data ... 34
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 35
H. Hasil Uji Coba Instrumen... 38
I. Desain Penelitian ... 39
J. Analisis Data ... 40
K. Prosedur Penelitian... 43
L. Indikator Keberhasilan ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 48
A. Hasil Penelitian ... 48
1. Kondisi Awal Pembelajaran Sejarah ... 48
2. Kondisi Awal Prestasi Belajar Sejarah (Pra Siklus)... 49
3. Siklus I... 52
4. Siklus II ... 59
B. Analisis Komparasi Aktivitas dan Prestasi Belajar Sejarah ... 67
C. Pembahasan ... 73
BAB V KESIMPILAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Pembelajaran Problem Based Learning ... 24
Tabel 2. Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa ... 41
Tabel 3. Keterangan PAP 1 ... 42
Table 4. Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 43
Tabel 5. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar Sejarah ... 47
Tabel 6. Pengamatan On-Task ... 48
Tabel 7. Pengamatan Off-Task ... 48
Tabel 8. Data Prestasi Belajar Sejarah Pra Siklus ... 50
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pra Siklus Prestasi Belajar Sejarah ... 51
Tabel 10. Data Hasil Observasi Belajar Siswa Siklus I ... 55
Tabel 11. Data Prestasi Belajar Sejarah Siklus I ... 56
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siswa pada Siklus I .. 57
Tabel 13. Data Hasil Observasi Belajar Siswa Siklus II ... 62
Tabel 14. Data Prestasi Belajar Sejarah Siklus II ... 64
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siswa pada Siklus II 65 Tabel 16. Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa ... 67
Tabel 17. Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus dan Siklus I . 69 Tabel 18. Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I dan Siklus II .... 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Kerangka Berpikir ... 30 Gambar II. Desain penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ... 39 Gambar III. Grafik Distribusi Frekuensi Pra Siklus Prestasi Belajar Sejarah .. 52 Gambar IV. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siklus I ... 58 Gambar V. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siklus II ... 66 Gambar VI : Grafik Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah ... 68 Gambar VII. Grafik Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus dan
Siklus I... 71 Gambar VIII. Grafik Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I dan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus ... 83
Lampiran 2: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 85
Lampiran 3: Kisi-kisi soal Siklus I... 96
Lampiran 4: Soal Siklus I ... 101
Lampiran 5: Kisi-kisi soal Siklus II ... 108
Lampiran 6: Soal Siklus II ... 113
Lampiran 7: Hasil Penilaian Siklus I ... 120
Lampiran 8: Hasil Penilaian Siklus II ... 122
Lampiran 9: Data Validitas Instrumen PG ... 124
Lampiran 10: Uji Validitas... 125
Lampiran 11: Reabilitas ... 128
Lampiran 12: Hasil Wawancara dengan Guru ... 129
Lampiran 13: Power point pembelajaran sumber sejarah ... 132
Lampiran 14: Dokumentasi ... 137
Lampiran 15: Surat Izin Penelitian dari Universitas ... 141
Lampiran 16: Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL ... 142
Lampiran 17: Surat Izin Penelitian dari DISDIKPORA ... 143
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karateristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat.
Indonesia telah menetapkan Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta kecerdasaan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.1 Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
1Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003.
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung : Remaja Rosdakarya,
Penelitian ini akan berfokus pada siswa kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 3 September 2018 pada guru dan siswa kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta, menunjukkan bahwa siswa cenderung belum siap mengikuti pelajaran. Guru yang mengajar juga mengatakan bahwa siswa tidak konsentrasi saat pelajaran dimulai. Banyak siswa yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Saat guru membuka sesi tanya jawab, siswa cenderung pasif dan tidak ada yang bertanya. Namun, disisi lain siswa menganggap bahwa guru seolah-olah hanya menyampaikan materi sesuai dengan pedoman pembelajaran tanpa menjelaskan dengan lebih menarik dan efektif. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode ceramah dengan pedoman buku pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa tidak terlalu tertarik dan fokus terhadap proses pembelajaran di kelas. Setelah menjelaskan materi, guru memberikan tugas kepada siswa dan siswa mengerjakan tugas tersebut. Metode tersebut cenderung membuat siswa merasa jenuh. Siswa tidak terlalu dilibatkan selama proses pembelajaran. Alhasil siswa mencari kesibukan lain seperti mengobrol dengan teman, bermain hp dan lain sebagainya. Selain itu, peneliti juga melakukan tes pra-siklus untuk melihat hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru di kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 28 siswa, terdapat 3 siswa (10.71%) yang sudah tuntas KKM, dan 25 siswa (89,29%) yang tidak tuntas KKM.
Berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan sudah sering dilakukan, baik dalam perbaikan kurikulum, pelatihan dan pengembangan guru, maupun usaha-usaha lainnya terhadap siswa seperti pemantapan proses belajar
mengajar, dan pemberian les, namun hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal banyak faktor yang terlibat di dalamnya, antara lain faktor kurikulum, guru, siswa, orangtua, dan disiplin belajar siswa.
Dalam proses pendidikan, pembelajaran harus didukung oleh guru profesional. Guru yang profesional merupakan salah satu faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.3
Setiap guru diharap mampu menciptakan kodisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode, dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.4 Dalam arti lain, guru sangatlah berperan penting dalam proses perkembangan dari anak didiknya.
Salah satu tugas utama guru adalah kesiapan guru dalam menggunakan model dan metode pembelajaran yang efektif. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam setiap kegiatan pembelajaran tentunya akan menunjang proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tersampaikan dengan baik. Penggunaan media dan metode pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran, perlu menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat. Hal
3 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), hlm 19.
ini penting karena keadaan siswa sangat heterogen, ada siswa yang tipe auditif, visual, dan kinetis.5 Hal ini dapat dijembatani jika guru menggunakan media
pembelajaran dan berbagai sumber belajar yang tepat.
Dalam proses belajar harus terjadi pengayaan pengamalan, siswa harus terlibat dalam proses pembelajaran dan menjadi pusat pembelajaran. Mengajar berpusat pada siswa mengandung makna bahwa mengajar itu hakikatnya adalah membelajarkan siswa.6 Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik tersebut mempunyai tujuan supaya peserta didik memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dalam meningkatkan pengetahuannya.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran dan penggunaan media belum diterapkan secara optimal. Hal ini ditunjukkan oleh tindakan guru pada saat mengajar. Guru hanya menggunakan buku pegangan yang ada dan mengandalkan metode ceramah, tanpa menggunakan media yang sesuai dengan materi. Akibatnya, proses pembelajaran selalu berpusat pada guru saja, dimana peserta didik hanya menjadi penonton dan pendengar yang baik dalam setiap pembelajaran. Hal itu menyebabkan kurang dan rendahnya keaktifan, partisipasi dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dimana siswa merasa pembelajaran terasa sangat membosankan sehingga berpengaruh kepada hasil prestasi siswa yang rendah.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Penerapan Model Problem Based
5 Rusman, Op.Cit., hlm 123.
6 Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya, Paradigma Baru Mengajar, (Jakarta: Kencana, 2017),
Learning menggunakan Media Pembelajaran Power Point Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X di SMA N 10 Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019”. Penelitian dengan metode ini diasumsi mampu
meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara peserta didik. Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di SMA N 10 Yogyakarta khususnya pada mata pelajaran Sejarah.
B. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, ditemukan beberapa identifikasi masalah, sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran di kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta belum optimal, hal ini ditunjukkan dengan metode ceramah yang digunakan oleh guru dan tidak ada modifikasi dari metode yang digunakan.
2. Situasi kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta cenderung tidak kondusif karena siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing, hal ini disebabkan oleh siswa merasa bosan.
3. Keaktifan siswa kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta cenderung rendah, hal ini disebabkan oleh guru tidak terlalu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan dan menjawab soal yang diberikan oleh guru.
4. Prestasi belajar Sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta masih berada dibawah KKM yaitu terdapat 25 siswa (89,29%) yang tidak tuntas KKM dan hanya 3 siswa (10.71%) yang sudah tuntas KKM.
5. Metode pembelajaran yang digunakan membuat siswa sulit untuk berkembang.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada meningkatan prestasi belajar Sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Yogyakarta dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan media pembelajaran power point dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah di kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah peserta didik kelas X IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point.
F. Pemecahan Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 di SMA Negeri 10 Yogyakarta pada mata pelajaran sejarah. Siswa masih belum paham dengan materi yang diajarkan dan sulit memahami karena materi yang cukup banyak serta cara penyampaian yang membosankan, hal ini menyebabkan prestasi belajar di kelas X tersebut rata – rata mengalami penurunan. Dalam proses pembelajaran siswa masih pasif dan enggan bertanya karena mereka bingung apa yang ingin mereka tanyakan. Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa dapat meingkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah sehingga dapat memahami materi pembelajaran sejarah dengan optimal.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa:
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan minat akan pentingnya sejarah dalam pembelajaran. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran sejarah sehingga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
2. Bagi Guru:
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi guru, dalam mengembangkan model-model dan metode pembelajaran yang krestif guna meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi inspirasi baru bagi guru-guru agar pembelajarannya menarik dan tidak membosankan.
3. Bagi Sekolah:
Penelitian ini dapat digunakaan sebagai bahan masukan dalam memperbaiki pemanfaatan media dalam pembelajaran yang belum optimal dan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah
Belajar menurut konstruktivisme merupakan proses penguasaan pengetahuan yang dialami oleh seseorang yang melakukan pembelajaran untuk perkembangan dirinya. Dalam aliran konstruktivisme pengetahuan adalah suatu pembentukan yang terus menerus dilakukan oleh seseorang setiap saat karena adanya pemahaman dan pengalaman baru. Seseorang harus aktif berpikir, menyusun konsep dan memaknai hal-hal yang sedang dipelajari. Niat siswa adalah hal yang paling penting dalam menentukan terwujudnya harapan dari proses pembelajaran, sedangkan peran guru dalam proses konstruktivisme pengetahuan siswa adalah membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri dan guru dituntut untuk memahami cara pandang siswa dalam belajar.7
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat. 8
Proses konstruksi menurut Von Glasersfeld memerlukan beberapa kemampuan, antara lain: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapakn kembali
7 Siregar Evelin dan Hartini Nara, Teori belajar dan pembelajaran. (Bogor,Ghalia
Indonesia,2010), hlm.39-41.
8
https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/PARA DIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf. Dikutip 20-12-2018 pukul 23.20 WIB
pengalaman, (2) kemampuan membandingkan serta mengambil keputusan, (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain. 9
Ciri pembelajaran sejarah secara konstruktivis adalah :10 a) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
b) Siswa diberi kesempatan untuk berkreativitas mengemukakan suatu topik, masalah, atau berargumentasi. Hal tersebut dapat dihadirkan dalam forum klasikal maupun kelompok.
c) Siswa belajar materi sejarah secara seksama dalam bekerja dan berfikir. Materi harus diangkat dari kehidupan sehari-hari dan kemudian dihubungkan dengan fakta sejarah yang pernah terjadi.
d) Siswa belajar melalui sebuah masalah, dengan begitu siswa mampu belajar memahami, menerapkan dan kemudian mampu bersikap terhadap hasil analisis permasalahan.
e) Informasi yang diberikan jangan hanya tunggal, tetapi harus berkaitan dengan informasi lain. Dengan demikian siswa akan mendapatkan informasi yang utuh dan komprehensif.
f) Permasalahan yang dihadirkan diharapkan mampu menimbulkan rangsangan pada siswa untuk melakukan penelitian, pengamatan atau analisis. Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk berpikir secara mendalam.
9 Paul suparno, Filsafat kontruktivisme dalam pendidikan, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius.1997),
hlm. 20.
10
https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/PARA DIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf. Dikutip 20-12-2018 pukul 23.20 WIB
g) Permasalahan yang dimunculkan untuk dikaji oleh siswa adalah permasalahan kekinian yang harus dicari logika kausalitasnya dengan masa lalu.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan iteraksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.11
Menurut Skinner belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan menurut Hintzman belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku individu tersebut.12
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah the process of acquiring knowledge, yakni proses memeroleh pengetahuan.
11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2016), hlm. 88.
Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil praktik yang diperkuat.13
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap serta memengaruhi individu tersebut.
b. Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri belajar antara lain :14
1) Perubahan yang terjadi secara tidak sadar
Individu tidak secara langung menyadari adanya perubahan yang terjadi. Namun, individu dapat merasakan atau sedikit menyadari bahwa ada suatu perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi pada individu berlangsung secara dinamis dan progresif. Perubahan yang terjadi akan mempengaruhi proses belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan yang terjadi selalu tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi pada individu yang diperoleh dari proses belajar cenderung bersifat menetap. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkah
13 Ibid., hlm. 89.
laku yang terjadi setelah adanya proses belajar jua cenderung bersifat permanen.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku pada individu akan benar-benar disadari karena ada tujuan yang akan dicapai.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Individu yang belajar akan mengalami perubahan secara menyeluruh baik dari tingkah laku, sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
c. Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan oleh peserta didik dalam siatuasi dan kondisi tertentu secara individual adalah sebagai berikut :15
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
Dalam proses belajar peserta didik harus berperan aktif. Peran pengajar berfokus pada meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2) Sesuai hakikat belajar
Belajar adalah proses kontinguitas sehingga diharapkan stimulus yang diberikan dapat menimbulkan respon yang diharapkan.
15Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),
3) Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari
Belajar bersifat keseluruhan dan materi yang dipelajari harus terstruktur agar peserta didik dapat memahami materi tersebut dengan baik.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dalam tiga bagian, yaitu:16
1) Faktor internal
Faktor dari dalam diri siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal
Faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar
Faktor ini merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar. Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang dicapai dari yang telah dikerjakan dan dilakukan. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam belajar. Prestasi ini dinyatakan dalam indeks rapor atau indeks
prestasi yang diperoleh dari hasil pengukuran proses belajar.17 Prestasi belajar juga dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran tertentu di sekolah dalam bentuk nilai atau skor yang diperoleh dari tes mengenai materi tertentu.18 Hal ini didukung oleh pendapat ahli yang menyatakan bahwa prestasi belajar diukur dengan nilai-nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar di sekolah dalam periode tertentu dan tertera pada rapor siswa.19
Prestasi belajar merupakan hasil belajar siswa yang berasal dari informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh dari proses belajar sebelumnya.20 Selain itu,
Buchori berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa baik angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai dalam periode tertentu.21
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar adalah hasil yang dicapai individu baik secara akademik maupun non-akademik setelah melakukan proses belajar. Prestasi belajar biasanya dimanifestasikan dalam bentuk huruf atau angka yang mengandung makna tertentu sesuai dengan standar yang ada.
17 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.6.
18 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Pers,
1987), hlm. 58.
19 Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud, 1989), hlm.82.
20 Esa Nur dan Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: ArRuzzmedia, 2008),
hlm.18.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain :22
1) Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu: a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi tingkat semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar dan prestasi belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap atau tingkah laku siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa, emosi, dan penyesuaian diri.
2) Faktor eksternal meliputi: a) Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah ruang lingkup dikehidupan sehari-hari. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang peserta didik. Lingkungan sosial masyarakat seperti tetangga, dan teman-teman sebaya di sekitar perkampungan peserta didik tersebut.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar yaitu orang tua dan keluarga siswa. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan ketegangan keluarga. semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b) Faktor lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial seperti faktor instrumental dan faktor materi pelajaran meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, model mengajar guru atau model belajar siswa, dan metode mengajar atau metode belajar guru, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
4. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal.23 Pembelajaran saintifik dirancang untuk mengaktifkan siswa, dari yang terbiasa
menerima menjadi penemu dan mengkumunikasikan ilmu pengetahuan dengan pengamatan. Pembelajaran saintifik mengharuskan guru untuk menyiapkan serangkaian perencanaan yang matang, mulai dari mengumpulkan media pembelajaran serta mendesain pembelajaran dengan arah tujuan yang telah ditetapkan. Tentu pembelajaran saintifik bukanlah pembelajaran yang ingin membuat repot guru, justru kurikulum 2013 adalah momentum bagi guru untuk terus berinovasi dalam mengembangkan proses pembelajaran.
a. Tujuan Pembelajaran Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
Tujuan dari pembelajaran saintifik pada dasarnya supaya siswa dalam belajarnya tidak hanya berhasil mengetahui ilmu, lebih dari itu juga bisa melakukan apa yang telah diketahuinya serta bisa hidup bermasyarakat.
b. Prisnsip-Prinsip Pembelajaran Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:24
1) Pembelajaran berpusat pada siswa
2) Pembelajaran membentuk students self concept (konsep diri siswa) 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme
4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa 6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya
Prinsip dalam pembelajaran saintifik yaitu siswa tidak hanya menghafal materi pelajaran tetapi bisa mengkonstruk kembali konsep yang telah diajarkan dengan bahasa siswa tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya.
24 Yunus Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika
Diharapkan dengan pembelajaran seperti ini siswa mampu menjadi kreatif dan inovatif.
5. Problem Based Learning
a. Pengertian Problem Based Learning
Menurut Duch (1995) Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pemicu peserta didik untuk belajar berpikir kritis dan membuat peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.25 Selain itu menurut Finkle
(1995) PBL adalah pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan peserta didik sebagai partisipan yang berperan aktif dalam memecahkan permasalahan sehari-hari secara simultan.26
Menurut Tan (2003) Problem Based Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam metode ini kemampuan berpikir siswa dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, memberdayakan dan mengembangkan kemampuan berpikirnya.27 Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang ada dikehidupan nyata. Lalu dari permasalahan tersebut siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
25 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatiff dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta, Ar-Ruzz
Media: 2014), hlm.130.
26 Ibid
27 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangakan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT
pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
Berdasarkan pendapat ahli maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan permasalahan nyata sebagai pemicu siswa untuk berpikir kritis, mengenal cara bekerjasama dalam kelompok dan memiliki keterampilan memecahkan masalah. PBL juga membuat siswa berpikir secara kritis, analitis dan mampu untuk mendapatkan serta menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
b. Unsur Problem Based Learning
Pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa unsur yang. mendasar pada pendidikan, antara lain sebagai berikut :28
1) Integrated Learning
a) Pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang pelajaran
b) Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan aspek-aspek perkembangan anak
c) Anak membangun pemikiran melalui pengalaman langsung 2) Contextual Learning
a) Anak belajar sesuatu yang nyata dan pernah dialami dalam kehidupannya b) Anak merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya
28
3) Constructivist Learning
a) Anak membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on experience)
b) Learning by doing 4) Active Learning
Anak sebagai subjek belajar yang aktif menentukan, melakukan dan mengevaluasi (plan-do-review).
5) Learning Interesting
Pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam menentukan masalah.
c. Tujuan Problem Based Learning
Tujuan utama metode pembelajaran problem based learning adalah pengembangan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah serta mengembangkan kemampuan peserta didik untuk aktif mencari pengetahuan sendiri dari berbagai sumber. PBL juga bertujuan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa karena terdapat kerjasama tim didalam prosesnya.29
d. Karateristik Problem Based Learning
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain :30
1) Starting point dalam pembelajaran adalah kasus atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
29 Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014), hlm. 299.
30 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). (Jakarta: Raja
2) Permasalahan bersifat nyata dan tidak terstruktur; 3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda;
4) Permasalahan, menantang pengetahuan, sikap dan kompetensi siswa yang kemudian membutuhkan bidang baru dalam belajar;
5) Siswa belajar melakukan pengarahan diri menjadi hal utama;
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaan dan evaluasi sumber informasi yang digunakan merupakan proses yang esensial dalam problem based learning
7) Proses pembelajaran berlangsung secara kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8) Pengembangan keterampilan inquiry dan problem solving untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
9) Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar;
10) Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review dari pengalaman dan proses belajar.
Selain itu karakeristik model pembelajaran problem based learning yang dikemukakan oleh Hamdayama (2014) yaitu :31
1) Belajar dimulai dengan satu masalah;
2) Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa;
31 Jumanta Hamdayama,Model dan Metode Pembelajaran Kreatif, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
3) Mengorganisasikan pelajaran seputar permasalahan, bukan seputar disiplin ilmu;
4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri;
5) Menggunakan kelompok kecil dalam proses belajar;
6) Menuntut siswa untuk mendemostrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja
e. Langkah-Langkah Problem Based Learning
Ibrahim dan Nur (2000) dan Ismail (2002) mengemukakan bahwa langkah-langkah problem based learning adalah sebagai berikut :32
Tabel 1. Pedoman Pembelajaran Problem Based Learning
Fase-Fase Pelaku Guru
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelaja-ran, menjelaskan perlengkapan yang diperlukan, dan memotivasi siswa ter-libat pada aktivitas pemecahan masa-lah.
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorgansasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing pengalam individual atau kelompok
Guru mendorong siswa untuk me-ngumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk men-dapakan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dan meren-canakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu siswa untuk berbagi tugas dengan siswa lainnya.
32 Rusman, Model-Model Pembelajaran edisi kedua, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014)
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk mela-kukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses yang mereka gunakan.
f. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning
Menurut Sanjaya (2006), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem based learning antara lain :
1) Kelebihan Problem Based Learning :33
a. Model PBL mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Model PBL dapat mendorong siswa untuk mampu berfikir kritis dan analitis. c. Model PBL dapat membuat siswa mengoptimalkan kemampuan
metakognisinya.
d. Model PBL dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa serta membuat siswa memiliki kemandirian dalam belajar.
2) Kekurangan Problem Based Learning :34
a) Siswa cenderung terbiasa mendapat informasi dari guru sebagai narasumber utama, hal ini akan membuat siswa merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan masalah.
b) Jika siswa merasa bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk memcoba memecahkan masalah.
33 Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. (Bandung: Refika
Aditama. 2014), hlm.162.
c) Tanpa adanya pemahaman siswa mengenai alasan siswa harus memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
6. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran diambil dari KD ( Kompetensi Dasar ), yaitu :
Kompetensi Dasar Materi Pokok
KD. 3. 6 Mengevaluasi kelebihan dan kekurangan berbagai bentuk / jenis sumber belajar sejarah (artefak, fosil, tekstual, nontekstual, keberadaan, visual, audiovisual, tradisi lisan).
KD. 4.6 Menyajikan hasil evaluasi kelebihan dan keku-rangan berbagai bentuk/jenis sumber sejarah (artefak, fosil, tekstual, nontekstual, kebendaan, visual, audiovisual, tradisi lisan) dalam bentuk tulisan dan/atau media lain Sumber sejarah : 1. Artefak 2. Fosil 3. Bukti tekstual 4. Kebendaan 5. Visual 6. Audio visual 7. Tradisi lisan
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dapat menjadi pedoman bagi peneliti yang akan melakukan penelitian, Penelitian yang relevan dapat dikatan relevan apabila penelitian sudah pernah dilakukan dengan mengahasilkan penelitian yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Widi Sartika mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penggunaan Media Gambar di SMA
N 1 Depok.35 Dari Penelitian tersebut dinyatakan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar sejarah. Peningkatan prestasi belajar sejarah aspek kognitif pada keadaan awal (67,64) meningkat menjadi (71,91) pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi (79,45) pada siklus II.
Penelitian yang lain yaitu dilakukan oleh Muhammad Andi Auliya Hakim mahasiswa Universitas Sebelas Maret dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IIS dalam Mata Pelajaran Ekonomi di SMA N 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.36 Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa adanya
peningkatan prestasi belajar siswa. Pada pra siklus jumlah nilai rata-rata siswa (72,90), pada siklus I menjadi (76,97), dan pada siklus II menjadi (83,65).
Penelitian yang lain yaitu dilakukan oleh Triyadi mahasiswa Universitas Negri Yogyakarta dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Kompetensi Sistem Bahan Bakar Kelas XI TKR SMK Muhammadiyah Prambanan.37 Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Pada siklus I jumlah nilai rata-rata siswa (72,3), pada siklus II (77,8) dan pada siklus III menjadi (80,7).
35 Widi Sartika, Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Penggunaan Media Gambar di SMA N 1 Depok, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. 2015
36 Muhammad Andi Auliya Hakim, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IIS dalam Mata Pelajaran Ekonomi di SMA N 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
2016
37 Triyadi, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Kompetensi Sistem Bahan Bakar Kelas XI TKR SMK Muhammadiyah Prambanan, Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. 2018
Dari ketiga penelitian yang sudah dilakukan dan relevan karena dari ketiga penelitian tersebut menggunakan variabel yang sama yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. Peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar sejarah siswa yang cenderung rendah, disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran yang diterapkan cenderung monoton. Guru menerapkan metode ceramah tanpa dimodifikasi dengan metode lainnya.
Dalam proses belajar terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan metode pembelajaran yang menggunakan permasalahan di dunia nyata sebagai stimulus untuk mendorong siswa untuk berpikir kritis serta mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Selain itu, guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir kritis dan kreatif selama proses pembelajaran.
Problem based learning memiliki beberapa unsur yaitu Integrated Learning, contextual learning, constructivist learning, active learning, learning interesting. Dalam penerapan integrated learning, pembelajaran yang dilakukan
bersifat menyeluruh serta melibatkan aspek-aspek perkembangan anak. Selain itu siswa juga membangun kerangka berpikir melalui pengalaman langsung. Selain itu dalam penerapan contextual learning, anak belajar sesuatu yang nyata dan pernah dialami dalam kehidupannya. Anak akan dapat merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya.
Dalam penerapan constructivist learning, anak membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on experience) dan learning by doing. Dengan active learning, anak sebagai subjek belajar yang aktif menentukan, melakukan dan mengevaluasi (plan-do-review). Selain itu dalam penerapan unsur learning interesting, pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam menentukan masalah. Dengan penerapan unsur-unsur dari problem based learning, proses pembelajaran anak akan menjadi lebih efektif, termasuk pembelajaran sejarah.
Siswa dapat lebih memahami pelajaran sejarah dengan berpartisipasi aktif dalam menemukan solusi dari tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, siswa dapat melatih kerjasama dalam kelompok dan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Sesuatu yang dipelajari dan dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari akan cenderung lebih lama menetap dalam aspek kognitif anak. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang efektif akan meningkatkan keaktifan belajar dan prestasi siswa. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut.
Gambar I. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka, maka hipotesis dalam dalam penelitian ini adalah penerapan model Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Yogyakarta.
Integrated Learning contextual learning constructivist learning
active learning learning interesting Prestasi belajar sejarah siswa
rendah, disebabkan oleh metode pembelajaran yang
diterapkan adalah metode ceramah tanpa ada modifikasi
Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning dalam proses pembelajaran
sejarah
Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan belajar dengan memberikan tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru berupa arahan secara bersamaan dan dilakukan oleh siswa.38 Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai permasalahan praktis dan nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang melibatkan guru dan siswa yang sedang belajar secara langsung.39 Penelitian ini
bemanfaat bagi guru untuk menjadi alternative dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Yogyakarta yang terletak di Jalan Gadean No.5, Ngupasan, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama dua bulan, dari bulan September sampai Oktober 2018. Dalam jangka waktu tersebut, peneliti
melakukan penelitian dimulai dengan mengurus surat izin penelitian, pembuatan instrumen, dan observasi hingga pelaksanaan. Pada bulan September 2018 peneliti melakukan pengumpulan data dari nilai ujian siswa pada pra siklus yang diperoleh dari nilai Ujian Tengah Semester siswa, siklus I dan siklus II. Selanjutnya, peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari penelitian. Dilanjutkan dengan pembahasan hasil analisis dan menyusun laporan hasil penelitian.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa, dimana 10 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah dan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain :
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebasnya adalah model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point
2. Varibael Terikat (Y)
Variabel Terikatnya adalah prestasi belajar sejarah
Adapun definisi operasional dari variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil atas usaha siswa dalam proses belajar yang menjadi tolak ukur dalam menentukan apakah siswa tersebut menguasai materi pelajaran atau tidak. Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang sikap, nilai, pengetahuan, dan ketrampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang diperoleh dari seluruh evaluasi yang berikan oleh guru.
b. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan permasalahan nyata sebagai pemicu siswa untuk berpikir kritis, mengenal cara bekerjasama dalam kelompok dan memiliki keterampilan memecahkan masalah. Dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning siswa juga memperoleh pengetahuan dan konsep yang sesuai dari materi pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran power point.
c. Program Power Point
Microsoft office power point merupakan salah satu program komputer yang digunakan sebagai alat bantu atau instrumen dalam melakukan presentasi. Power point dapat digunakan oleh guru maupun siswa untuk mempresentasikan materi atau tugas-tugas selama proses belajar. Dengan power point pengajar dapat menjalankan peran sebagai fasilitator dalam mengajar di kelas
F. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diselidiki.40 Selain itu, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek pengukuran.41 Observasi sebagai alat untuk memantau aktivitas guru dan siswa di kelas. Observasi yang dilakukan terhadap guru bertujuan untuk mengetahui kesiapan materi yang akan diberikan, cara guru mengkondisikan kelas dan mempersiapkan perangkat pembelajaran. Sedangkan observasi terhadap siswa bertujuan untuk mengetahui kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, keaktivan siswa, kegiatan siswa selama proses belajar berlangsung.
2. Tes
Tes sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Tes ini betujuan untuk mengungkap kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Tes dilakukan setelah materi selesai diberikan, untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Tes dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu setelah siklus 1 dan siklus 2.
3. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi antara interviewer dan interviewee dimana interviewer bertanya kepada interviewee tentang suatu aspek yang akan
40 Arikunto . Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara. 2006, hlm. 124.
dinilai dan telah dirancang sebelumnya.42 Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dan diperoleh dengan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media pembelajaran power point.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data dan digunakan agar pengumpulan data menjadi mudah dan sistematis. Adapun instrument pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Alat Pengumpulan Data a. Lembar Observasi
Alat yang digunakan untuk melakukan observasi di kelas adalah Lembar Off-task dan On-task. Observasi dilakukan langsung ketika pembelajaran. Data hasil observasi dianalisis secara kuantitatif agar dapat lebih akurat mengetahui keaktifan siswa di kelas.
b. Soal-Soal Tes
Tes merupakan suatu alat berupa serangkaian pertanyaan dari peneliti yang harus dijawab oleh siswa atau kelompok untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah dibahas. Siswa akan mngerjakan soal-soal tertulis yang akan dibagikan oleh peneliti. Dari sini, peneliti akan mengetahui prestasi belajar siswa.
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar sejarah siswa, maka digunakan analisis data kuantitatif, kualitatif, dan komparatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat dihitung berupa angka. Data kualitatif adalah data yang menjelaskan hasil dari data kuantitatif. Data komparatif adalah data hasil perbandingan antara beberapa data. Peneliti membandingkan hasil belajar pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Prestasi belajar sejarah siswa diperoleh dari tes tertulis yang diselenggarakan oleh peneliti. Tes tersebut menggunakan instrument soal pilihan ganda yang sesuai dengan Kompetensi Dasar yang telah disepakati oleh guru dan peneliti.
2. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas
Validitas adalah sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur sesuai dengan tujuan pengukuran tersebut.43 Suatu instrumen pengukuran yang sahih adalah instrumen yang memiliki validitas tinggi.
Uji validitas ini dilakukan dengan menganalisis skor-skor dari setiap butir soal yang dikorelasikan dengan skor total. Skor butir diasumsikan sebagai nilai X
dan skor total dipandang sebagai nilai Y.44 Alat yang diguanakan pada penelitian ini adalah Korelasi Pearson Product Moment untuk menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor butir jawaban dengan skor total dan butir jawaban dengan taraf signifikansi 5%. Jika nilai rxy > rtabel maka item pertanyaan
dinyatakan valid, tetapi jika nilai rxy ≤ rtabel maka item pertanyaan dinyatakan tidak
valid. Rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment dengan rumus:
𝑟𝑥𝑦=
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2− (∑𝑌)2}
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 : koefisien korelasi skor butir dengan skor total
∑𝑋 : jumlah skor butir
∑𝑌 : jumlah skor total
∑𝑋𝑌 : jumlah hasil perkalian skor total dan skor butir ∑𝑋2 : jumlah kuadrat skor butir
∑𝑌2 : jumlah kuadrat skor total
𝑁 : banyaknya subjek
b. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability. Suatu pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.45 Uji reliabilitas pada soal sejarah untuk mengetahui peningkatan prestasi siswa dilakukan dengan rumus Cronbach’s Alpha, menggunakan program SPSS.
44 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.2013, hlm.
269.
38
Variabel dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 .46 Rumus uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
𝑟11 = ( 𝑘 𝑘 − 1) (1 − ∑𝑎𝑏2 𝑎12) Keterangan: 𝑟11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑𝑎𝑏2 : jumlah varians butir
𝑎12 : variasi total
Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus Cronbach’s Alpha. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. (Hasil Terlampir)
H. Hasil Uji Coba Instrumen
Hasil uji coba tes yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1.Validitas Instrumen
Instrumen penelitian dinyatakan valid jika memiliki taraf signifikansi > 0,70. Bila taraf signifikansi < 0,70 maka instrument dinyatakan gugur. Berikut ini hasil pengujian validitas yang dilakukan oleh peneliti terhadap tes yang berkaitan dengan prestasi belajar sejarah siswa. Berdasarkan hasil pengujian soal tes di lapangan pada siklus I terdapat 30 item pertanyaan, 5 item dinyatakan gugur (rxy ≤
rtabel), yaitu item nomor 2, 9, 14, 22 dan 28. Terdapat 25 item yang dinyatakan
valid (rxy > rtabel). Berdasarkan hasil analisis tersebut maka instrumen prestasi
46 Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 25 (Edisi 9).
Cetakan ke IX. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2018, hlm. 46. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar pada penelitian ini terdiri dari 25 item. Peneliti melakukan perhitungan instrumen menggunakan bantuan program SPSS (Hasil Terlampir).
2. Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diketahui nilai Cronbach’s Alpha dari tes 0,830. Hasil ini menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha (0,830) > 0,70, sehingga instrumen dinyatakan reliabel atau dapat digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini.
I. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran Kemmis dan Taggart dengan tahapan perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut47 :
Gambar II. Desain penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart.
47 Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi), Jakarta : Bumi Aksara,2015,
hlm. 42. Tindakan Tindakan Observasi Perencanaan Observasi Refleksi Refleksi Siklus 1 Siklus 2 Perencanaan