vii
ABSTRAK
Sugiarto. 2015. Keterampilan Proses Sains Pada Guru IPA Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk mengetahui 1) Tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA SMP di
kabupaten Klaten, dan 2) Keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang
dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah
Guru IPA kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal mengenai
aspek-aspek keterampilan proses terpadu yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan
menyajikan data. Instrumen diambil dari Journal of Research in Science
Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II,
kemudian diambil 25 soal 36 soal dengan menghilangkan soal-soal yang hampir
sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat penguasaan keterampilan
proses sains guru dalam tingkat cukup dengan prosentase 57,18%. 2) Tingkat
penguasaan keterampilan proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel
masih sangat kurang dengan prosentase 45% sedangkan tingkat penguasaan aspek
interpretasi data sangat baik dengan prosentase 76,25%.
Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Guru IPA
viii
ABSTRACT
Sugiarto. 2015. Science Process Skill on Science Teacher in junior High
School in Klaten. Thesis. Physics Education Study Program,
Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is a descriptive quantitative research which aims to measure
1) the level of science process skill of science teachers in Junior High School in
Klaten, and 2) The science process skill which is mastered and not mastered by
science teachers in Junior High School in Klaten. The subject in this research is
science teachers in grade 7-9 in Junior High School.
This research used an instrument which is some exercises related to skill
aspects of integrated process, namely forming a hypothesis, identifying a variable
operationally, designing a experiment, and presenting the data. The instrument
was taken from Journal of Research in Science Teaching yang berjudul
Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. The researcher took 25
numbers of 36 numbers of the exercises by omitting some numbers which are
similar.
The result of this research showed that 1) the teacher’s skill mastery level
of science process is sufficient , which reached 57.18%, 2) the teacher’s skill
mastery level of science process in identifying a variable is low, which reached
45%, and 3) the mastery level of data interpretation aspect is very good, which
reached 76.25%.
i
KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA GURU IPA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KABUPATEN
KLATEN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Sugiarto
NIM: 101424049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Sebenarnya tantangannya bukan me-manage waktu
Tapi
me-manage diri sendiri.
harapan akan masa depan memberikan kekuatan pada masa kini.
(Sebuah kata bijak dari lokerseni)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Keluarga kecilku, Bapak dan Ibuku
vii
ABSTRAK
Sugiarto. 2015. Keterampilan Proses Sains Pada Guru IPA Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk mengetahui 1) Tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA SMP di
kabupaten Klaten, dan 2) Keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang
dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah
Guru IPA kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal mengenai
aspek-aspek keterampilan proses terpadu yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan
menyajikan data. Instrumen diambil dari Journal of Research in Science
Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II,
kemudian diambil 25 soal 36 soal dengan menghilangkan soal-soal yang hampir
sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat penguasaan keterampilan
proses sains guru dalam tingkat cukup dengan prosentase 57,18%. 2) Tingkat
penguasaan keterampilan proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel
masih sangat kurang dengan prosentase 45% sedangkan tingkat penguasaan aspek
interpretasi data sangat baik dengan prosentase 76,25%.
Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Guru IPA
viii
ABSTRACT
Sugiarto. 2015. Science Process Skill on Science Teacher in junior High
School in Klaten. Thesis. Physics Education Study Program,
Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is a descriptive quantitative research which aims to measure
1) the level of science process skill of science teachers in Junior High School in
Klaten, and 2) The science process skill which is mastered and not mastered by
science teachers in Junior High School in Klaten. The subject in this research is
science teachers in grade 7-9 in Junior High School.
This research used an instrument which is some exercises related to skill
aspects of integrated process, namely forming a hypothesis, identifying a variable
operationally, designing a experiment, and presenting the data. The instrument
was taken from Journal of Research in Science Teaching yang berjudul
Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. The researcher took 25
numbers of 36 numbers of the exercises by omitting some numbers which are
similar.
The result of this research showed that 1) the teacher’s skill mastery level
of science process is sufficient , which reached 57.18%, 2) the teacher’s skill
mastery level of science process in identifying a variable is low, which reached
45%, and 3) the mastery level of data interpretation aspect is very good, which
reached 76.25%.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan
Allah Subhanah uwa ta’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keterampilan Proses Sains Guru IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang timbul dalam
penyelesaian skripsi ini, namun dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan dan
perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung memberi bantuan dan dukungan untuk terselesainya
skripsi ini:
1. R. Rohandi, Ph. D. selaku dosen pembimbing yang telah sabar serta murah
hati dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaiakan
penulisan skripsi.
2. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Sanata
x
3. Drs. Eguh Setyo Surono. Selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Trucuk
yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
4. Chatarina Eny Sulistyanti, S.Pd. Selaku kepala sekolah SMP Pangudi
Luhur Cawas yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Drs. Kumiya. M. Pd. Selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Wedi yang
telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
6. Br. Valentinus Vembriyanto, FIC., S. Pd. Selaku kepala sekolah SMP
Pangudi Luhur Wedi yang telah berkenan memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Br. Antonius Hardianto, FIC. Selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur
1 Klaten yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Sr. Lidwina Suhartati, OSU, S.Pd., M.M. Selaku kepala sekolah SMP
Maria Assumpta Klaten telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Bapak / Ibu guru di beberapa SMP di Kabupaten Klaten yang diteliti yang
telah bersedia menjadi subyek penelitian dan bersedia membantu dengan
xi
10.Yohanes Marino. Selaku teman yang membantu dalam proses alih bahasa
instrumen penelitian.
11.Kedua orang tuaku serta kakak-adikku atas segala dukungan, kasih
sayang, dan doa kepada penulis.
12.Kelompok penelitian, Budi Lindrawati dan Wahyu Prabawati, atas
kebersamaan, bantuan, dan berbagi ilmu.
13.Keluarga Rumah Damai Adventure 15 (Ayub, Wahyu, Rico, Jo, Andre,
Hendri, Fahmy, Satria, Christin. Eliya, Rita), atas kebersamaannya serta
dukungan untuk selalu menyemangati selama penyusunan skripsi.
14.Sahabat kecilku Gosel dan Chandra yang selalau memberi motivasi untuk
segera menyelesaikan skripsi.
15.Teman-teman Pendidikan Fisika 2010. Atas kebersamaan dalam suka dan
duka untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A. Pembelajaran Sains ... 5
B. Keterampilan Proses ... 7
1. Pengertian Keterampilan Proses ... 7
2. Keterampilan Proses Mendasar ... 9
xiv
C. Pembelajaran dalam Perspektif Kurikulum 2013 ... 16
D. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
C. Subjek Penelitian ... 22
D. Variabel Penelitian ... 23
E. Desain Penelitian ... 23
1. Kegiatan Penelitian ... 23
2. Pengumpulan Data ... 24
F. Instrumen Penelitian ... 24
G. Metode Penelitian ... 29
H. Analisis Data ... 29
BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 33
A. Pelaksanaan Penelitian ... 33
B. Data ... 35
C. Deskripsi dan Analisis Data ... 35
1. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru Secara Keseluruhan . 35 2. Tingkat Penguasaan Terhadap Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains Guru ... 38`
D. Implikasi ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 55
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains
Terpadu ... 26
Tabel 3.2 Tujuan dan Contoh Soal Tes Pada TIPS II ... 26
Tabel 3.3 Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains ... 31
Tabel 3.4 Keterampilan Proses Untuk Masing-masing Aspek ... 31
Tabel 3.5 Jawaban Guru Berdasarkan Aspek... 32
Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA SMP di Kabupaten Klaten ... 36
Tabel 4.2 Jawaban Guru dalam Aspek Mendefinisikan Variabel ... 39
Tabel 4.3 Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel Secara Operasional ... 44
Tabel 4.4 Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Hipotesis ... 48
Tabel 4.5 Jawaban Guru dalam Aspek Merancang Penelitian/Eksperimen ... 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Soal TIPS II ... 60
Lampiran 2. Lembar Jawab ... 74
Lampiran 3. Hasil Jawaban Guru ... 75
Lampiran 4. Keadaan Jawaban Guru ... 77
Lampiran 5. Skor Keterampilan Proses Sains Guru ... 78
Lampiran 6. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Mengidentifikasi Variabel . 79 Lampiran 7. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Mendefinisikan Variabel secara operasional ... 80
Lampiran 8. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Merumuskan Hipotesis ... 81
Lampiran 9. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Merancang Penelitian / Eksperimen ... 82
Lampiran 10. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Menyajikan / Interpretasi Data ... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa dengan
cara mengembangkan potensi-potensi sumber daya manusia. Pendidikan
merupakan bekal seseorang untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
serta mencapai cita-cita yang diinginkan. Dengan adanya pendidikan
membuat seseorang lebih mengerti bagaimana untuk menjalani hidupnya
serta untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan formal sudah mulai
dikenalkan sejak seseorang memasuki TK(taman kanak-kanak), SD, SMP,
SMA, hingga perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal dikenalkan
pendidikan mengenai sains (ilmu pengetahuan alam). Pendidikan
mengenai sains sudah mulai dikenalkan dari SD tetapi masih dalam tingkat
yang umum. Pendidikan mengenai sains mulai dipelajari secara khusus
pada jenjang SMP.
Dalam mata pelajaran sains, siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan ketrampilan bukan hanya penguasaan materi. Hal ini
dikarenakan dalam mata pelajaran sains sangat memungkinkan untuk
melibatkan kegiatan pengamatan, percobaan, serta kemampuan analisis.
Keterampilan yang disebutkan ini sering dikenal sebagai keterampilan
pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ilmiah ini
merupakan unsur yang ditekankan dalam kurikulum terbaru yaitu
kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini, scientific approach terdiri dari
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan dan menciptakan. Scientific approach menekankan pada
keterampilan proses pembelajaran. Saat ini keterampilan proses siswa
kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran. Para siswa meskipun
mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam mata pelajaran, namun mereka
tampak kurang mampu dalam menerapkan perolehannya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, ke dalam situasi lain
(Semiawan, 1985). Untuk mengetahui keterampilan proses dapat diukur
dengan menggunakan uji keterampilan proses keterampilan terpadu. Uji
keterampilan proses dapat diukur dengan Test of Integrated Process Skill
II (TIPS II).
Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan untuk
mengembangkan keterampilan proses siswa. Agar keterampilan proses
siswa berkembang dengan baik maka seorang guru juga harus mengerti
dan memahami bagaimana keterampilan proses dan penerapannya. Guru
sains harus memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pendekatan
ilmiah dalam proses belajar mengajar sehingga keterampilan proses siswa
terbentuk dengan baik. Berdasarkan hal ini maka penelitian dilakukan
untuk menyelidiki sejauh mana keterampilan proses guru SMP di beberapa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan di teliti adalah:
1. Bagaimanakah tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada
Guru IPA SMP di kabupaten Klaten.
2. Penguasaan aspek apa yang dikuasai dan kurang dikuasai oleh guru
IPA SMP di kabupaten klaten.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA
SMP di kabupaten Klaten.
2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang
dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu:
1. Bagi guru dan Calon guru
Memberikan gambaran tentang pendekatan sains dan keterampilan
proses sains serta bagaimana caranya untuk menerapkan dalam
2. Bagi peneliti
Memberikan gambaran bahwa untuk menjadi guru sains yang
profesional harus menguasai dan memahami pendekatan sains serta
keterampilan proses yang selanjutnya dapat diterapkan untuk kegiatan
5
BAB II
DASAR TEORI
A. Pembelajaran Sains
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, pasal 1,
dalam Hamalik, 2007). Menurut Idris dan Jamal (1992), pendidikan
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan maka siswa harus belajar. Untuk
mengerti suatu hal, dalam diri seseorang terjadi suatu proses, yang disebut
sebagai proses belajar (Rooijakkers, 1980). Dengan belajar diharapkan
peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan
tujuan sistem pendidikan (Idris, Jamal, 1992). Menurut Gagne (1984)
(dalam Dahar, 2011), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Sains dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam (IPA).
Wahyana (dalam Trianto, 2012) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Carin dan
Sund (dalam Puskur, 2007: 3; Trianto, 2012), mendifinisikan IPA sebagai
umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen. Kumpulan teori sistematis lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap
ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka dan jujur dan sebagainya (Trianto,
2012). Rasa ingin tahu membuat seseorang lebih konstruktivis.
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakekat
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi (Suparno, 2007).
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori kognitif yang baru
dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak sesuai lagi (Trianto, 2012). Menurut Suparno, pengetahuan sains
bukan sesuatu yang sudah jadi, tetapi yang dibentuk dalam perjalanan
waktu, melalui proses panjang. Akibat dari pandangan itu maka ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Pengetahuan hanya terjadi bila siswa aktif mengkonstruksi.
2. Konstruksi itu terjadi lewat indrasiswa: dengan melihat, meraba,
mencium, mengukur dan memikirkan.
3. Konstruksi dapat melalui metode inkuiri, metode ilmiah, dengan siswa
membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data,
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah, dan sikap ilmiah (Trianto, 2012). Untuk mempelajari sains maka
harus diperlukan proses ilmiah atau pendekatan ilmiah (Scientific
Approach). Pendekatan ilmiah (Scientific approach) menekankan pada
kemampuan keterampilan proses.
B. Keterampilan Proses
1. Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan
ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,
untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun
untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan / falsifikasi
(Indrawati, dalam Trianto, 2012). Keterampilan proses merupakan
unsur yang dianggap perlu dalam kegiatan belajar-mengajar.
Semiawan (1985) mengidentifikasi empat alasan yang
melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan
ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua, para
ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi
penemuan konsep melalui perlakuan terhadap pernyataan fisik, melalui
penanganan benda-benda yang bersifat nyata. Alasan ketiga, penemuan
ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen,
penemuannya bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses
belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Funk (dalam Indrawati, 1999; Trianto, 2012) membagi
keterampilan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat
dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu
(integrated science process skill). Dalam keterampilan proses dasar
terdapat beberapa unsur yaitu pengamatan, pengukuran, menyimpulkan,
meramalkan, menggolongkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan
dalam keterampilan proses terpadu terdiri dari unsur pengontrolan
variabel, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel
secara operasional, dan merancang eksperimen. Dalam pendekatan
keterampilan proses, menurut Suyanto dalam Nuh (2013), siswa perlu
mengalami sendiri berbagai prosedur serta proses ilmu dan
2. Keterampilan Proses Mendasar
Menurut Semiawan, kemampuan-kemampuan atau
keterampilan mendasar itu adalah kemampuan dan keterampilan:
a) Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan
ilmiah yang mendasar (Semiawan, 1985). Mengobservasi atau
mengamati tidak sama dengan melihat tetapi kita
memilah-milah mana yang penting dan mana yang kurang penting
(Semiawan, 1985). Untuk melakukan observasi digunakan
semua indra yang kita punya. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat pengamatan antara lain (Trianto,
2012):
1) Penggunaaan indera-indera tidak hanya penglihatan.
2) Pengorganisasian objek-objek menurut satu sifat tertentu.
3) Pengidentifikasian banyak sifat.
4) Melakukan pengamatan kuantitatif.
5) Melakukan pengamatan kulitatif.
b) Penghitungan
Kemampuan perhitungan merupakan komponen penting
dalam kegiatan ilmiah. Kita mungkin tak dapat membayangkan
seorang ilmuwan tanpa kegiatan menghitung (Semiawan,
1985). Perhitungan membantu untuk mengkomunikasikan hasil
c) Pengukuran
Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah
(Semiawan, 1985). Pengukuran adalah penemuan ukuran dari
suatu objek, berapakah massa suatu objek, berapa banyak ruang
yang ditempati suatu objek (Trianto, 2012). Dasar dari
pengukuran adalah pembanding (Semiawan, 1985). Kita dapat
membandingkan apa yang kita ukur.
d) Klasifikasi
Menurut Semiawan, keterampilan mengklasifikasi atau
menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang
penting dalam kerja ilmiah. Pengklasifikasian adalah
pengkelompokkan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu
(Trianto, 2012). Beberapa perilaku siswa adalah:
1) Pengidentifikasian suatu sifat umum.
2) Memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau
lebih.
e) Kesimpulan sementara (inferensi)
Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering
dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses penelitiannya
(Semiawan, 1985). Kesimpulan tersebut bukan merupakan
kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara
f) Peramalan
Menurut Semiawan (1985), para ilmuwan sering membuat
ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran
atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gejala
tertentu. Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin
dihasilkan dari suatu percobaan (Trianto, 2012).
Menurut Trianto (2012), ada beberapa perilaku yang
penting dilakukan pada saat peramalan yaitu:
1) Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai.
2) Penafsiran generalisasi tentang pola-pola.
3) Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
g) Komunikasi
Menurut Semiawan, seorang ahli dituntut agar mampu
menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain.
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui
dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau
grafik (Trianto, 2012).
Ada beberapa perilaku yang penting yang harus dikerjakan
oleh siswa dalam proses komunikasi menurut Trianto (2012),
antara lain:
1) Pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan
2) Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan
pengamatan dan peragaan data.
3) Perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data
untuk meyakinkan orang lain.
Uraian diatas merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam
keterampilan proses dasar.
3. Keterampilan Proses Terpadu
Sedangkan unsur-unsur dalam keterampilan proses terpadu
terdiri dari:
a. Mengidentifikasi Variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Dalam
penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan
variabel eksperimen atau penelitian (Semiawan, 1985). Dalam
suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama
kecuali satu, yaitu variabel manipulasi (Trianto, 2012).
Pengontrolan variabel adalah memastikan bahwa segala sesuatu
dalam suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor (Trianto,
2012).
Dalam pengendalian variabel ada beberapa perilaku yang
harus diperhatikan. Menurut Trianto, beberapa perilaku
tersebut antara lain:
1) Pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil.
3) Pengidentifikasian variabel dikontrol dalam suatu
percobaan.
Pengendalian variabel merupakan suatu aktivitas yang
dipandang sulit, namun sebenarnya tidak terlalu sulit seperti
yang kita bayangkan (Semiawan, 1985). Menurut Devi (2010),
dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang
sama pentingnya yaitu:
1) Variabel Bebas atau Manipulasi
Variabel bebas atau variabel manipulasi adalah variabel
yang sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi.
2) Variabel Respon
Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai
hasil akibat dari kegiatan manipulasi.
3) Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja
dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap
variabel respon.
b. Pendefinisian Variabel Secara Operasional
Pendefinisian variabel secara operasional adalah perumusan
atau yang anda amati (Trianto, 2012). Suatu definisi opersional
mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian
berlangsung.
c. Perumusan Hipotesa
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk
menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu
(Semiawan, 1985). Perumusan hipotesis adalah dugaan masuk
akal yang akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa
sesuatu terjadi (Trianto, 2012) . Dalam suatu kerja ilmiah,
seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian
diuji kebenarannya melalui eksperimen.
Menurut Trianto (2012), ada beberapa perilaku saat
merumuskan hipotesis antara lain:
1) Perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan
inferensi.
2) Merancang cara-cara untuk menguji hipotesis.
3) Merevisi hipotesis apabila tidak mendukung hipotesis
tersebut.
Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka
tabir penemuan-penemuan berbagai hal baru (Semiawan,
d. Merancang Penelitian
Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes
melalui penyelidikan praktis (Semiawan, 1985). Umumnya
kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran
ilmu pengetahuan alam, fisika, biologi dan kimia.
e. Interpretasi data
Kemampuan menginterpretasikan atau menafsirkan data
adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai
oleh para ilmuwan (Semiawan, 1985). Di interpretasi disebut
juga menafsirkan. Penafsiran data adalah menjelaskan makna
informasi yang telah dikumpulkan (Trianto, 2012). Data yang
dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran,
eksperimen atau penelitian sederhana dapat dicatat atau
disajikan dalam bentuk seperti tabel, grafik, histogram atau
diagram (Semiawan, 1985). Data yang disajikan tersebut dapat
di interpretasikan atau ditafsirkan.
Pada hakekatnya, kegiatan belajar mengajar dengan melatihkan
keterampilan proses kepada siswa dapat dilaksanakan dengan keyakinan
bahwa IPA merupakan alat yang sangat potensial untuk membantu
mengembangkan kepribadian siswa (Trianto, 2012). Menurut Trianto
(2012), Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses
berulang-ulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan
pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada
peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus-menerus.
Dari hasil temuannya sendiri diharapkan siswa dapat memahami sains
secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu yang relatif lama,
sehingga dapat mencegah terjadinya miskonsepsi fisika pada khususnya
(Trianto, 2012). Apa yang dipelajari dan diperoleh peserta dilakukan
dengan indera dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara
langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan (Fadlillah, 2014).
Pendekatan pembelajaran ini merupakan pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran kurikulum 2013.
C. Pembelajaran dalam Perspektif Kurikulum 2013
kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah
ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
tahun 2006 (Fadlillah, 2004). Menurut Fadlillah (2004), Kurikulum 2013
adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan
menyeimbangkan kemampuan Soft skills dan Hard skills yang berupa
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”
(Hosnan, 2014). Menurut Fladlillah (2004), Pendekatan scientific ialah
pendekatan yang dilakukan melalui proses mengamati (observing),
menanya (queationing), mencoba (experimenting), menalar (associating),
dan mengkomunikasikan (communicating). Kelima aspek tersebut
diimplementasikan kedalam pembelajaran sehingga dapat membentuk
sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa Dengan kelima proses
pembelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menghadapi dan
memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Fadlillah, 2004),
tentang Sistem Satuan Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi
dalam bentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga kompetensi
yang diadopsi tersebut memiliki proses yang berbeda-beda. Menurut
Fadlillah (2004), sikap diperoleh dengan aktivitas “menerima,
menjalankan, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memehami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas
“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Harapannya dengan menguasai ketiga kompetensi dalam kurikulum ini,
siswa mempunyai kemampuan soft skills dan hard skills yang mumpuni.
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi (Hosnan, 2014).
Keberhasilan kurikulum ini juga tidak terlepas dari peran guru di
dalamnya. Peran guru sangat penting untuk keberhasilan kurikulum yang
diterapkan. Menurut KEMENDIKBUD, kesiapan guru lebih penting dari
pada pengembangan kurikulum 2013. Pada diri guru, sedikitnya ada empat
aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan
keterlaksanaan kurikulum 2013. Hal ini bertujuan mendorong peserta
didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), terhadap apa yang mereka
peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Ini
sesuai dengan apa yang ada dalam unsur-unsur ketrampilan proses sains.
Pada dasarnya unsur-unsur dalam keterampilan proses
mengembangkan pemikiran siswa sehingga lebih mencari tahu dan
konstruktivis. Dalam membentuk kontruksivis siswa, guru memiliki
peranan penting. Peran guru lebih sebagai fasilitator yang membantu agar
proses konstruksi siswa lancar, efektif, dan efisien (Suparno, 2009).
D. Peran Guru dalam Pembelajaran
Guru dapat di ibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab
atas kelancaran perjalanan itu (Mulyasa, 2007). Dalam aktivitas/kegiatan
belajar, guru harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang
baru, bahwa siswa perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode belajar
standar yang telah dialaminya untuk memaksimalkan informasi yang dapat
mereka pahami dalam kegiatan belajar mengajar (Hosnan, 2014).
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama
(Usman, 2008). Mengajar adalah merupakan salah satu komponen dari
kompetensi-kompetensi guru (Roetiyah, 1982). Kompetensi berarti suatu
hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik
yang kualitatif maupun kuantitatif (Usman, 2008). Dalam proses belajar
mengajar, guru perlu memiliki keterampilan-keterampilan dalam kegiatan
mengajar yang harus dilakukan untuk memperoleh suatu hasil. Menurut
Rooijakkers (1980), pengajar perlu mengetahui cara menyusun
pengajaran, cara mengisi bagian pendahuluan, dan bagian akhir
pengajaran.
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific (ilmiah).
Karena tuntutan kurikulum diharapkan guru dapat menguasai keterampilan
mengajar dengan baik. Penguasaan keterampilan proses guru sangat
penting dikarenakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran kurikulum
2013 terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir. Ketiga kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan
pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya
(Fadillah, 2014). Pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila guru
proses sains dengan baik. Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
saintifik meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Hosnan, 2014). Guru dapat
menerapkan keterampilan proses khususnya dalam kegiatan inti yang
terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum 2013.
Kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
data, menegosiasi, dan mengkomunikasikan.
Dalam proses belajar mengajar, guru menyediakan pengalaman
belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode
pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan
bermakna (Fadlillah, 2014). Melatihkan keterampilan proses dalam
pelaksanaannya diawali oleh pemodelan guru, kemudian barulah siswa
dimintakan bekerja dan berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru
(Trianto, 2012). Guru dapat menjadi model dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk
pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk
melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta
didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan melakukan
umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik (Fadlillah, 2014).
Dengan menerapkan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh
guru dalam pembelajaran, maka akan terjad kegiatan menanya,
Menurut Trianto (2012), keterampilan proses sains perlu dilatihkan karena
mempunyai peran yaitu 1) membantu siswa belajar mengembangkan
pikirannya, 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
penemuan, 3) meningkatkan daya ingat, 4) memberikan kepuasan intrinsik
bila anak telah berhasil melakukan sesuatu, 5) membantu siswa
mempelajari konsep-konsep sains. Dengan keterampilan proses serta
pemodelan yang baik yang dilakukan oleh guru, maka siswa dapat
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian yang akan mencari data untuk menentukan sifat-sifat tertentu
pada individu. Hasil penelitian ini hanya sebatas pada Guru SMP yang di
teliti saja. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh peneliti tidak dapat
digeneralisasikan pada keadaan-keadaan yang ada di luar kasus yang
diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada 18 Mei 2014 sampai 28 Juni
2014 dan dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
kabupaten Klaten.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Guru-guru Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dalam penelitian ini menggunakan 7 (tujuh) SMP di kabupaten Klaten.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan satu buah variabel yaitu
keterampilan proses sains. Variabel tersebut kemudian akan dilihat
hasilnya.
E. Desain Penelitian
1. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Peneliti mengajukan sebuah tes kepada Guru SMP berupa
pertanyaan-pertanyaan yang menguji unsur-unsur dalam
keterampilan proses terpadu. Hal ini digunakan untuk
mengetahui tingkat pendekatan keterampilan proses Guru
baik Guru kelas VII, kelas VIII, maupun kelas IX.
Pertanyaan-pertanyaan berupa pilihan ganda tanpa
menggunakan soal perhitungan.
b. Setelah tes dilakukan kepada guru, kemudian hasil tes
tersebut dianalisis dengan mengkoreksi jawaban yang benar
serta jawaban yang salah. Setelah dianalisis jawaban benar
dan salahnya kemudian dicari nilai rata-rata dari
keseluruhan aspek keterampilan proses sains. Kemudian
juga dicari rata-rata untuk tiap-tiap aspek keterampilan
2. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan satu macam instrumen yang berupa soal pilihan
ganda mengenai keterampilan proses sains yang disusun oleh
Burns (1985). Data tentang keterampilan proses sains Guru SMP
didapatkan dari hasil jawaban guru dalam soal pilihan ganda
tersebut. Kemudian jawaban dari guru dicocokkan dengan kunci
jawaban.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa soal-soal yang
mengukur keterampilan proses sains (Test of Integrated Process Skills II).
Soal terdiri dari 25 poin soal pilihan ganda yang diambil dari 36 poin soal.
Pengurangan beberapa poin soal dikarenakan beberapa item memiliki
peroalan yang hampir sama. Aspek yang dikurangi yaitu mengidentifikai
variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis.
Walaupun dari 36 soal dikurangi menjadi 25 soal tetapi dari 25 soal
tersebut sudah mewakili 5 unsur yang ada dalam keterampilan proses
sains.
Instrumen Test of Integrated Process Skils II (TIPS II) ini
sebenarnya berupa soal berbahasa inggris yang kemudian dibahasakan
dalam bahasa indonesia. Dalam proses alih bahasa peneliti dibantu oleh
saudara Yohanes Marino yaitu mahasiswa program studi bahasa inggris di
sepenuhnya sempurna. Untuk menyempurnakan bahasa yang digunakan,
peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing sampai
memperoleh bahasa yang baik untuk digunakan sebelum instrumen
digunakan. Berikut ini penjabaran tentang TIPS II yang digunakan dalam
penelitian:
1. Test of Integrated Process Skill II (TIPS II)
Test of Integrated Process Skill II (TIPS II) merupakan
suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keterampilan proses seseorang. TIPS II terdiri dari 36 point soal
pilihan ganda yang mencakup unsur-unsur keterampilan proses
terpadu yang terdiri dari mengidentifikasi variabel, mendefinisikan
variabel secara operasional, merumuskan hipotesis,
menyajikan/interpretasi data, dan merancang
penelitian/eksperimen. Karena banyak soal yang hampir mirip,
maka dari 36 soal diringkas menjadi 25 soal saja.
Unsur-unsur dalam TIPS II yang terdiri dari 36 poin soal
tersebut diklasifikasikan menjadi 25 poin soal berdasarkan
Tabel 3. 1. Klasifikasi Item Tes TIPS II berdasarkan Aspek
3. Merumuskan Hipotesis 4,8,9,18,20,25 4. Merancang
Berikut ini tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II:
Tabel 3. 2. Tujuan dan Contoh Soal Tes pada TIPS II
Tujuan Contoh soal
Sebuah penelitian tentang efisiensi kendaraan telah dilakukan. Hipotesa yang didapat adalah penambahan zat pada bensin dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah bahan bakar yang sama tetapi jumlah additive (zat tambahan) yang berbeda lalu mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bensin habis. Tim Peneliti mencatat jarak tempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mobil diukur dalam penelitian ini?
A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin.
B) Jarak tempuh tiap mobil.
C)Jumlah bahan bakar yang digunakan. D) Jumlah Additive (zat tambahan) A
Tujuan Contoh soal
Susan sedang meneliti jumlah makanan yang diproduksi pada tanaman buncis. Dia mengukurnya dengan melihat pada jumlah zat tepung yang diproduksi. Dia mencatat bahwa dia dapat mengubah intensitas cahaya, jumlah karbon dioksida, dan jumlah air yang diterima oleh tanaman. Hipotesis manakah yang dapat diujikan jika Susan akan melakukan uji tersebut?
A) Semakin banyak karbon dioksida yang diterima oleh tanaman buncis, semakin banyak zat tepung itu diproduksi
B) Semakin banyak zat tepung pada tanaman buncis diproduksi, semakin banyak pula intensitas cahaya yang dibutuhkan.
C) Semakin banyak air yang diperoleh tanaman buncis, semakin banyak pula karbon dioksida yang dibutuhkan.
Tujuan Contoh soal
Seorang peneliti sedang menguji pupuk baru dengan menggunakan lima lahan yang berukuran sama. Ia memberikan jumlah pupuk yang berbeda di setiap lahan. Satu bulan kemudian, ia mengukur tinggi rata-rata rumput di setiap lahan tersebut. Hasil pengukurannya ada pada tabel di
Seorang ahli Biologi menguji hipotesa berikut: Semakin banyak jumlah vitamin yang diberikan pada tikus, semakin cepat tikus akan bertambah besar. Bagaimana ia dapat mengukur kecepatan perkembangan tikus tersebut?
A)Mengukur kecepatan tikus
B)Mengukur jumlah latihan yang diterima oleh tikus
C)Mengukur berat tikus setiap hari D)Mengukur jumlah vitamin yang akan
G. Metode Penelitian
Untuk mengetahui keterampilan proses sains Guru SMP yaitu
melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai unsur-unsur yang terdapat pada
keterampilan proses. Hasil tes yang diperoleh kemudian di analisis dengan
menggunakan analisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk mendapatkan
data, semua guru yang di uji diberikan tes dengan soal yang sama.
Sebelum diadakan tes, Guru tidak diminta untuk mempelajari tentang
unsur-unsur dalam keterampilan proses. Hal ini bertujuan untuk menguji
seberapa jauh ketrampilan proses yang dimiliki oleh Guru. Sehingga apa
yang diketahui atau yang dikuasai guru mengenai keterampilan proses
dalam kegiatan pembelajaran akan di ungkapkan kembali sesuai yang
dipahami Guru.
H. Analisis Data
Melalui hasil jawaban tes yang diberikan kepada Guru tersebut,
maka dapat diketahui keterampilan proses Guru. Data-data yang diperoleh
melalui instrumen yang digunakan selanjutnya dianalisis secara deskriptif
kuantitatif untuk masing-masing bagian soal sehingga didapatkan jawaban
salah dan benar untuk tiap-tiap soal.
1. Tingkat Keterampilan Proses
Untuk mengukur tingkat keterampilan proses sains guru, maka
instrumen yang diberikan kepada guru dikoreksi dan dihitung hasil
benar dan salahnya. Setelah dihitung nilai benar dan salahnya
Skills II mengandung lima (5) unsur di dalamnya maka setelah
dihitung benar dan salahnya kemudian dikelompokkan menurut
masing-masing unsur. Setelah pengelompokkan kemudian dihitung
nilai rata-rata dari masing-masing unsur. Hasil tersebut digunakan
untuk menganalisis keterampilan sains guru IPA SMP. Untuk
mempermudah perhitungan maka digunakan program microsoft excel
dengan menggunakan 0 (nol) untuk jawaban yang salah dan 1 (satu)
untuk jawaban yang benar. Kemudian hasil jawaban dideskripsikan
dan disimpulkan untuk melihat tingkat keterampilan proses sains guru
SMP.
Setelah semua selesai dilakukan, kemudian hasil disajikan dalam
bentuk tabel yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung
persentase. Dari nilai benar selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya
kemudian dikualifikasikan berdasarkan kualifikasi yaitu sangat baik,
baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Kualisifikasi tersebut dibuat
dengan berdasarkan nilai tertinggi. Nilai tertinggi yang dipakai yaitu
nilai 100. Setelah itu dibuat dalam bentuk persentase 100% jika benar
semua. Dalam penentuan prosentase kualifikasi ini menggunakan
standar penilaian yang dipakai pada umumnya. Berikut kualifikasi
Tabel 3. 3. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains
Nilai rata-rata benar (%) Tingkat ketrampilan proses sains
≥80 Sangat baik
68 – 79 Baik
56 – 67 Cukup
46 – 55 Kurang
≤ 45 Sangat kurang
Adapun tabel yang digunakan untuk menganalisis
keterampilan proses menurut masing-masing unsur keterampilan
proses. Berikut tabel yang disajikan:
Tabel 3. 4. Keterampilan Proses Untuk Masing-masing Aspek
No. Aspek ���� �
2. Mendefinisikan Variabel secara
operasional
Setelah dianalisis berdasarkan masing-masing aspek
selanjutnya setiap aspek dianalisis berdasarkan jawaban yang
diberikan oleh guru. Berikut tabel yang digunakan untuk
menganalisis berdasarkan jawaban guru.
Tabel 3. 5. Jawaban Guru Berdasarkan Aspek
Aspek
No Item
Jumlah Guru yang menjawab (%) a b c d Kosong Total
Keterangan :
Arsir : Kunci jawaban
33
BAB IV
DATA DAN ANALISA
A. Pelaksanaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui keterampilan
proses sains guru IPA di beberapa SMP di kabupaten klaten diawali
dengan kegiatan menyusun instrumen penelitian yang diambil dari soal
TIPS II yang melalui proses alih bahasa menjadi bahasa indonesia. Setelah
proses penyusunan instrumen penelitian kemudian mencari sekolah yang
bersedia untuk diadakan kegiatan penelitian. Kegiatan selanjutnya yaitu
pengambilan data dari guru IPA di beberapa sekolah SMP di kabupaten
klaten dengan cara guru diminta untuk mengerjakan soal mengenai
ketrampilan proses.
Kegiatan penyusunan instrumen sampai kegiatan penelitian
dilakukan dari bulan Januari sampai bulan September. Kegiatan penelitian
sedikit terkendala karena libur kenaikan kelas. Sebelum dilakukan tes,
guru tidak diminta untuk mempelajari tentang keterampilan proses sains
terlebih dahulu. Jenis soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda
sebanyak 25 item soal yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.
Pengambilan data dengan menguji guru dalam mengerjakan soal mengenai
keterampilan proses sains. Guru diminta untuk memilih jawaban yang
dipilih oleh guru selanjutnya digunakan untuk mengetahui serta
mendeskripsikan keterampilan proses sains guru di beberapa SMP di
kabupaten Klaten.
Pelaksanaan penelitian pada bulan juni 2014 sampai september
2014. Pengambilan data dengan menguji semua guru mata pelajaran IPA
di sekolah yang dilakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian pertama kali
dilakukan pada hari senin, tanggal 26 mei 2014 pada pukul 10.00 – 10.30
WIB dilakukan di di SMP N 1 Trucuk dengan jumlah guru adalah 4 guru.
Pada hari rabu, tanggal 28 mei 2014 pada pukul 09.00 – 09.30 WIB
dilakukan di SMP 2 Wedi dengan jumlah guru adalah 6 guru. Pada hari
sabtu, tanggal 31 mei 2014 pada pukul 10.00 – 10.30 WIB dilakukan di
SMP N 2 Trucuk dengan jumlah guru adalah 3 guru. Pada hari senin,
tanggal 18 agustus 2014 pukul 09.30 – 10.00 WIB dilakukan di SMP
Pangudi Luhur Cawas dengan jumlah guru adalah 2 guru. Pada hari kamis,
tanggal 28 agustus 2014 pada pukul 09.00 – 09.30 WIB dilakukan di SMP
Pangudi Luhur 1 Klaten dengan jumlah guru adalah 3 guru, dan pada
pukul 10.30 – 11.00 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi dengan
jumlah guru adalah 1 guru. Pada hari sabtu, 30 agustus 2014 pukul 1.00 –
12.30 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi dengan jumlah guru
adalah 1 guru. Jadi jumlah guru yang mengikuti tes yaitu sebanyak 20
B. Data
Tes diikuti oleh 20 guru dari kelas VII sampai guru kelas IX di
beberapa SMP di kabupaten klaten. Semua guru mengerjakan soal tentang
keterampilan proses sains. Dalam pengerjaan soal ini diberikan waktu
selama 30 menit. Soal terbagi dalam 5 aspek yang terdiri dari 25 item soal.
C. Deskripsi dan Analisa data
Pada bagian ini dideskripsikan jawaban guru mengenai
keterampilan proses sains yang diteliti. Aspek yang diteliti yaitu
aspek-aspek yang terdapat dalam keterampian proses terpadu. Berikut deskripsi
mengenai keterampilan proses sains guru di SMP di kabupaten Klaten.
1. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru Secara
Keseluruhan
Test of Integrated Proses Skills II adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan keterampilan proses
sains guru. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA
dapat dilihat dari 5 aspek yang terdapat dalam soal. Berdasarkan
instrumen yang digunakan, maka keterampilan proses sains guru
dibahas menurut masing-masing aspek serta dari keseluruhan aspek
keterampilan proses sains. Berikut ini adalah tabel tingkat
Tabel 4. 1. Tingkat Penguasan Keterampilan Proses Sains Guru IPA
SMP di Kabupaten Klaten
No. Aspek
1 Mengidentifikasi Variabel 45
2 Mendefinisikan Variabel
secara operasional 53
3 Merumuskan Hipotesis 56,67 57,18 11,556
4 Merancang
S.Dev = Standar deviasi
Berdasarkan tabel 4. 1, dapat dilihat skor rata-rata untuk
keseluruhan aspek keterampilan proses sains guru yaitu sebesar
57,18% dengan standar deviasi 11,56%. Jika di klasifikasikan
berdasarkan tabel 3. 3 (halaman 26), maka dapat dikatakan bahwa guru
keterampilan proses sains yang cukup. Dengan nilai standar deviasi
yang cukup besar, maka dapat dikatakan bahwa skor rata-rata guru
untuk untuk setiap aspeknya menyebar. Hal ini berarti terdapat aspek
keterampilan proses sains yang sangat dikuasai oleh guru serta aspek
yang kurang dikuasai oleh guru.
Pada aspek mengidentifikasi variabel didapatkan skor rata-rata
sebesar 45%, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat
penguasaan yang sangat kurang dalam aspek mengidentifikasi
variabel. Pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional
didapatkan skor rata-rata sebesar 53%, maka dapat dikatakan bahwa
guru memiliki tingkat penguasaan yang kurang dalam aspek
mendefinisikan variabel. Pada aspek merumuskan hipotesis didapatkan
skor rata-rata sebesar 56,67%, maka dapat dikatakan bahwa guru
memiliki tingkat penguasaan yang cukup dalam aspek merumuskan
hipotesis. Pada aspek merancang penelitian / eksperimen didapatkan
skor rata-rata sebesar 70%, maka dapat dikatakan bahwa guru
memiliki tingkat penguasaan yang baik dalam merancang penelitian /
eksperimen. Pada aspek menyajikan / interpretasi data didapatkan skor
rata-rata sebesar 76,25%, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki
tingkat penguasaan yang baik dalam aspek menyajikan / interpretasi
data. Ketersebaran skor rata-rata untuk setiap aspeknya ditunjukkan
data serta aspek yang kurang dikuasai guru yaitu aspek
mengidentifikasi variabel.
2. Tingkat Penguasaan Terhadap Setiap Aspek Keterampilan Proses
Sains Guru
Keterampilan proses sains yang tercantum dalam soal Test of
Integrated Process Skills II terdiri dari 5 (lima) aspek keterampilan
proses terpadu. Dalam keterampilan proses terdapat 5 aspek yang
diteliti yaitu mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel seara
operasional, merumuskan hipotesis, merancang penelitian/eksperimen,
menyajikan / interpretasi data. Berikut deskripsi dari aspek-aspek yang
terdapat dalam keterampilan proses sains.
a) Mengidentifikasi variabel
Berdasarkan tabel 4. 1, diketahui bahwa skor rata-rata
untuk aspek mengidentifikasi variabel yaitu sebesar 45%. Dengan
mengacu pada tabel 3. 3, maka tingkat penguasaan keterampilan
proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel dapat
dikatakan sangat kurang.
Sebaran data terkait jawaban guru pada aspek ini yang
Tabel 4. 2. Jawaban Guru dalam Aspek Mengidentifikasi Variabel
Cetak Tebal (Bold) : Jawaban salah paling banyak
Dalam penyelidikan bidang sains, pengenalan atau
identifikasi variabel sangat penting. Dengan mengamati variabel
yang berpengaruh, maka memungkinkan penyelidik untuk dapat
merumuskan hipotesis dan merancang eksperimen. Namun
demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
guru terkait dengan identifikasi variabel masih sangat kurang.
Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati respon guru
dalam setiap item dalam aspek ini.
Berdasarkan tabel 4. 2 dapat dilihat bahwa pada soal nomor
3 terdapat 70% guru menjawab salah yaitu pilihan D. Dari soal
dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari jumlah
jarak tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel
yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per
liter bensin?. Dalam hal ini jarak tempuh per liter adalah variabel
terikat. Maka variabel yang yang tepat untuk mempengaruhi
variabel terikat adalah jawaban B yaitu “Ukuran mesin”, sebanyak
20% guru menjawab benar. Sebagian besar guru memilih jawaban
D yaitu “Berat mobil” dan “ukuran mesin”. Ukuran mesin
merupakan jawaban yang paling tepat karena ukuran mesin adalah
faktor yang sangat berpengaruh terhadap jarak tempuh per liter
bensin. Sedangkan berat mobil pasti sudah didesain sedemikian
rupa sehingga ada keseimbangan dengan ukuran mesin. Karena
berat mobil menyeuaikan ukuran mesin kendaraan.
Hasil penelitian yang menarik adalah mencermati pola
jawaban untuk bacaan nomor 9 sampai 12 serta bacaan nomor 20
sampai 23. Soal untuk nomor 10 sampai 12 dan nomor 21 smpai 23
memiliki pola yang sejenis yaitu secara berurutan menentukan
variabel kontrol, variabel terikat, dan variabel bebas. Dari kasus
yang disediakan, respon guru yang menjawab untuk nomor 10, 11,
dan 12 secara berurutan yaitu 45%, 50%, dan 40%, hasil yang
serupa untuk nomor 20, 21, dan 23 secara berurutan yaitu 40%,
50%, dan 40%. Untuk dua pola soal yang sejenis didapatkan hasil
variabel terikat daripada variabel kontrol dan variabel bebas.
Dengan kata lain guru lebih mengalami kesulitan untuk
menentukan variabel kontrol dan variabel bebas daripada variabel
terikat.
Untuk soal dengan bacaan nomor 9 sampai 12 banyak guru
yang menjawab benar tetapi tidak sedikit juga yang menjawab
salah. Kemungkinan guru menjawab salah dikarenakan guru
kurang teliti dalam identifikasi variabel atau bisa juga guru
kesulitan untuk mengidentifikasi variabel yang dimaksud. Bacaan
untuk nomor 9 sampai 12 yaitu “Rini ingin mengetahui jika suhu
mempengaruhi jumlah gula pasir yang akan larut di dalam air. Ia
menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0˚C, 50˚C, 75˚C, dan 95˚C
kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak
mungkin kedalam botol dengan mengaduknya. Dalam hal ini 50
mL air merupakan variabel kontrol karena dibuat tetap, gula yang
dilarutkan merupakan variabel terikat karena yang diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, dan suhu merupakan
variabel bebas karena yang mempengaruhi. Sehingga nomor 10
dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel kontrol
dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B yaitu “Jumlah
air dalam setiap botol”. Untuk nomor 11 dengan pertanyaan
“Manakah yang merupakan variabel terikat dalam penelitian
dilarutkan di dalam setiap botol”. Untuk nomor 12 dengan
pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel bebas dalam
kasus tersebut?, jawabannya adalah D yaitu “Suhu air”.
Untuk nomor 10 sampai 12 banyak guru menjawab benar,
tetapi tidak sedikit juga guru yang menjawab salah. Pada nomor 10
kemungkinan dari 35% guru berfikir bahwa variasi suhu air dalam
empat botol merupakan variabel yang tetap sehingga memilih
jawaban D yaitu “Suhu”. Selain itu untuk nomor 11 dan 12
kemungkinan guru terbalik dalam memilih yang menjadi variabel
terikat dan variabel bebasnya karena sebanyak 30% guru
menjawab salah pada nomor 11 dan 12 dengan pilihan D dan A.
Seperti pada bacaan bacaan nomor 9 sampai 12, untuk
bacaan soal nomor 20 sampai 23 juga banyak guru yang menjawab
benar tetapi tidak sedikit yang menjawab salah. Bacaan untuk soal
nomor 20 sampai 23 yaitu “Sebuah penelitian dilakukan untuk
mengetahui apakah sampah daun yang dimasukkan kedalam tanah
memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan.
Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap
bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 Kg
sampah daun yang dicampur dengan tanah. bak kedua diisi 10 kg,
bak ketiga 5 kg, dan bak keempat diisi sampah daun. Semua bak
diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan
setiap bak dihitung”. Dalam kasus ini jumlah tanah setiap bak
merupakan variabel kontrol karena tetap, jumlah tomat yang
dihasilkan merupakan variabel yang menentukan adanya pengaruh
variabel bebas, sedangkan jumlah sampah adalah variabel bebas.
Untuk nomor 21 yaitu “Manakah yang merupakan variabel
kontrol dalam penelitian tersebut”, jawabannya adalah C yaitu
“Jumlah tanah di dalam setiap bak”. Nomor 22 yaitu “Manakah
yang merupakan variabel terikat dalam penelitian tersebut?”,
jawabannya adalah A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan dalam
setiap bak”. Nomor 24 yaitu “manakah yang merupakan variabel
bebas dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B “Jumlah
sampah daun yang ditambahkan kedalam kotak”.
Pada nomor 21 sebanyak 35% guru menjawab salah pada
pilihan B yaitu “Jumlah sampah daun yang ditambahkan dalam
bak”, mungkin guru berfikir ini merupakan variabel kontrol
dikarenakan jumlah sampah yang ditambahkan sudah ditetapkan
tetapi dalam hal ini jumlah sampah tiap bak berbeda sehingga
bukan merupakan variabel kontrol. Pada nomor 23 sebanyak 30%
guru memilih jawaban A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan
dalam setiap bak” dan 30% guru memilih jawaban D yaitu
“Jumlah bak yang diisi sampah daun”, mungkin pada jawaban A
guru berfikir hasil dari bak yang berbeda-beda merupakan variabel
respon. Sedangkan pada jawaban D kemungkinan guru berfikir
karena penggunaan jumlah bak dalam penelitian ini padahal dalam
hal ini yang diubah isian dalam bak bukan bak nya.
b) Mendefinisikan Variabel Secara Operasional
Berdasarkan tabel 4. 1, dapat diketahui bahwa skor rata-rata
untuk aspek variabel secara operasional yaitu sebesar 53%. Dengan
mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek variabel secara operasional
dapat dikatakan cukup.
Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini
yang meliputi 5 item soal dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4. 3. Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel
Secara Operasional
Aspek No Item
Jumlah Guru yang menjawab (%)
A B c d Kosong Tota