• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan prosessains pada guru IPA Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterampilan prosessains pada guru IPA Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

Sugiarto. 2015. Keterampilan Proses Sains Pada Guru IPA Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk mengetahui 1) Tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA SMP di

kabupaten Klaten, dan 2) Keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang

dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah

Guru IPA kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal mengenai

aspek-aspek keterampilan proses terpadu yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi

variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan

menyajikan data. Instrumen diambil dari Journal of Research in Science

Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II,

kemudian diambil 25 soal 36 soal dengan menghilangkan soal-soal yang hampir

sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat penguasaan keterampilan

proses sains guru dalam tingkat cukup dengan prosentase 57,18%. 2) Tingkat

penguasaan keterampilan proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel

masih sangat kurang dengan prosentase 45% sedangkan tingkat penguasaan aspek

interpretasi data sangat baik dengan prosentase 76,25%.

Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Guru IPA

(2)

viii

ABSTRACT

Sugiarto. 2015. Science Process Skill on Science Teacher in junior High

School in Klaten. Thesis. Physics Education Study Program,

Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a descriptive quantitative research which aims to measure

1) the level of science process skill of science teachers in Junior High School in

Klaten, and 2) The science process skill which is mastered and not mastered by

science teachers in Junior High School in Klaten. The subject in this research is

science teachers in grade 7-9 in Junior High School.

This research used an instrument which is some exercises related to skill

aspects of integrated process, namely forming a hypothesis, identifying a variable

operationally, designing a experiment, and presenting the data. The instrument

was taken from Journal of Research in Science Teaching yang berjudul

Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. The researcher took 25

numbers of 36 numbers of the exercises by omitting some numbers which are

similar.

The result of this research showed that 1) the teacher’s skill mastery level

of science process is sufficient , which reached 57.18%, 2) the teacher’s skill

mastery level of science process in identifying a variable is low, which reached

45%, and 3) the mastery level of data interpretation aspect is very good, which

reached 76.25%.

(3)

i

KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA GURU IPA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KABUPATEN

KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Sugiarto

NIM: 101424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Sebenarnya tantangannya bukan me-manage waktu

Tapi

me-manage diri sendiri.

harapan akan masa depan memberikan kekuatan pada masa kini.

(Sebuah kata bijak dari lokerseni)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Keluarga kecilku, Bapak dan Ibuku

(7)
(8)
(9)

vii

ABSTRAK

Sugiarto. 2015. Keterampilan Proses Sains Pada Guru IPA Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk mengetahui 1) Tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA SMP di

kabupaten Klaten, dan 2) Keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang

dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah

Guru IPA kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal mengenai

aspek-aspek keterampilan proses terpadu yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi

variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan

menyajikan data. Instrumen diambil dari Journal of Research in Science

Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II,

kemudian diambil 25 soal 36 soal dengan menghilangkan soal-soal yang hampir

sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat penguasaan keterampilan

proses sains guru dalam tingkat cukup dengan prosentase 57,18%. 2) Tingkat

penguasaan keterampilan proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel

masih sangat kurang dengan prosentase 45% sedangkan tingkat penguasaan aspek

interpretasi data sangat baik dengan prosentase 76,25%.

Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Guru IPA

(10)

viii

ABSTRACT

Sugiarto. 2015. Science Process Skill on Science Teacher in junior High

School in Klaten. Thesis. Physics Education Study Program,

Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a descriptive quantitative research which aims to measure

1) the level of science process skill of science teachers in Junior High School in

Klaten, and 2) The science process skill which is mastered and not mastered by

science teachers in Junior High School in Klaten. The subject in this research is

science teachers in grade 7-9 in Junior High School.

This research used an instrument which is some exercises related to skill

aspects of integrated process, namely forming a hypothesis, identifying a variable

operationally, designing a experiment, and presenting the data. The instrument

was taken from Journal of Research in Science Teaching yang berjudul

Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. The researcher took 25

numbers of 36 numbers of the exercises by omitting some numbers which are

similar.

The result of this research showed that 1) the teacher’s skill mastery level

of science process is sufficient , which reached 57.18%, 2) the teacher’s skill

mastery level of science process in identifying a variable is low, which reached

45%, and 3) the mastery level of data interpretation aspect is very good, which

reached 76.25%.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan

Allah Subhanah uwa ta’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keterampilan Proses Sains Guru IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang timbul dalam

penyelesaian skripsi ini, namun dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan dan

perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung memberi bantuan dan dukungan untuk terselesainya

skripsi ini:

1. R. Rohandi, Ph. D. selaku dosen pembimbing yang telah sabar serta murah

hati dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaiakan

penulisan skripsi.

2. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Sanata

(12)

x

3. Drs. Eguh Setyo Surono. Selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Trucuk

yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

4. Chatarina Eny Sulistyanti, S.Pd. Selaku kepala sekolah SMP Pangudi

Luhur Cawas yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

5. Drs. Kumiya. M. Pd. Selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Wedi yang

telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

6. Br. Valentinus Vembriyanto, FIC., S. Pd. Selaku kepala sekolah SMP

Pangudi Luhur Wedi yang telah berkenan memberikan ijin dan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Br. Antonius Hardianto, FIC. Selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur

1 Klaten yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Sr. Lidwina Suhartati, OSU, S.Pd., M.M. Selaku kepala sekolah SMP

Maria Assumpta Klaten telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Bapak / Ibu guru di beberapa SMP di Kabupaten Klaten yang diteliti yang

telah bersedia menjadi subyek penelitian dan bersedia membantu dengan

(13)

xi

10.Yohanes Marino. Selaku teman yang membantu dalam proses alih bahasa

instrumen penelitian.

11.Kedua orang tuaku serta kakak-adikku atas segala dukungan, kasih

sayang, dan doa kepada penulis.

12.Kelompok penelitian, Budi Lindrawati dan Wahyu Prabawati, atas

kebersamaan, bantuan, dan berbagi ilmu.

13.Keluarga Rumah Damai Adventure 15 (Ayub, Wahyu, Rico, Jo, Andre,

Hendri, Fahmy, Satria, Christin. Eliya, Rita), atas kebersamaannya serta

dukungan untuk selalu menyemangati selama penyusunan skripsi.

14.Sahabat kecilku Gosel dan Chandra yang selalau memberi motivasi untuk

segera menyelesaikan skripsi.

15.Teman-teman Pendidikan Fisika 2010. Atas kebersamaan dalam suka dan

duka untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Pembelajaran Sains ... 5

B. Keterampilan Proses ... 7

1. Pengertian Keterampilan Proses ... 7

2. Keterampilan Proses Mendasar ... 9

(16)

xiv

C. Pembelajaran dalam Perspektif Kurikulum 2013 ... 16

D. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Subjek Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian ... 23

E. Desain Penelitian ... 23

1. Kegiatan Penelitian ... 23

2. Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

G. Metode Penelitian ... 29

H. Analisis Data ... 29

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 33

A. Pelaksanaan Penelitian ... 33

B. Data ... 35

C. Deskripsi dan Analisis Data ... 35

1. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru Secara Keseluruhan . 35 2. Tingkat Penguasaan Terhadap Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains Guru ... 38`

D. Implikasi ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains

Terpadu ... 26

Tabel 3.2 Tujuan dan Contoh Soal Tes Pada TIPS II ... 26

Tabel 3.3 Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains ... 31

Tabel 3.4 Keterampilan Proses Untuk Masing-masing Aspek ... 31

Tabel 3.5 Jawaban Guru Berdasarkan Aspek... 32

Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA SMP di Kabupaten Klaten ... 36

Tabel 4.2 Jawaban Guru dalam Aspek Mendefinisikan Variabel ... 39

Tabel 4.3 Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel Secara Operasional ... 44

Tabel 4.4 Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Hipotesis ... 48

Tabel 4.5 Jawaban Guru dalam Aspek Merancang Penelitian/Eksperimen ... 50

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal TIPS II ... 60

Lampiran 2. Lembar Jawab ... 74

Lampiran 3. Hasil Jawaban Guru ... 75

Lampiran 4. Keadaan Jawaban Guru ... 77

Lampiran 5. Skor Keterampilan Proses Sains Guru ... 78

Lampiran 6. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Mengidentifikasi Variabel . 79 Lampiran 7. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Mendefinisikan Variabel secara operasional ... 80

Lampiran 8. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Merumuskan Hipotesis ... 81

Lampiran 9. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Merancang Penelitian / Eksperimen ... 82

Lampiran 10. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Menyajikan / Interpretasi Data ... 83

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa dengan

cara mengembangkan potensi-potensi sumber daya manusia. Pendidikan

merupakan bekal seseorang untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan

serta mencapai cita-cita yang diinginkan. Dengan adanya pendidikan

membuat seseorang lebih mengerti bagaimana untuk menjalani hidupnya

serta untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan formal sudah mulai

dikenalkan sejak seseorang memasuki TK(taman kanak-kanak), SD, SMP,

SMA, hingga perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal dikenalkan

pendidikan mengenai sains (ilmu pengetahuan alam). Pendidikan

mengenai sains sudah mulai dikenalkan dari SD tetapi masih dalam tingkat

yang umum. Pendidikan mengenai sains mulai dipelajari secara khusus

pada jenjang SMP.

Dalam mata pelajaran sains, siswa dituntut untuk memiliki

kemampuan ketrampilan bukan hanya penguasaan materi. Hal ini

dikarenakan dalam mata pelajaran sains sangat memungkinkan untuk

melibatkan kegiatan pengamatan, percobaan, serta kemampuan analisis.

Keterampilan yang disebutkan ini sering dikenal sebagai keterampilan

(20)

pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ilmiah ini

merupakan unsur yang ditekankan dalam kurikulum terbaru yaitu

kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini, scientific approach terdiri dari

kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan dan menciptakan. Scientific approach menekankan pada

keterampilan proses pembelajaran. Saat ini keterampilan proses siswa

kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran. Para siswa meskipun

mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam mata pelajaran, namun mereka

tampak kurang mampu dalam menerapkan perolehannya, baik berupa

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, ke dalam situasi lain

(Semiawan, 1985). Untuk mengetahui keterampilan proses dapat diukur

dengan menggunakan uji keterampilan proses keterampilan terpadu. Uji

keterampilan proses dapat diukur dengan Test of Integrated Process Skill

II (TIPS II).

Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan untuk

mengembangkan keterampilan proses siswa. Agar keterampilan proses

siswa berkembang dengan baik maka seorang guru juga harus mengerti

dan memahami bagaimana keterampilan proses dan penerapannya. Guru

sains harus memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pendekatan

ilmiah dalam proses belajar mengajar sehingga keterampilan proses siswa

terbentuk dengan baik. Berdasarkan hal ini maka penelitian dilakukan

untuk menyelidiki sejauh mana keterampilan proses guru SMP di beberapa

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan di teliti adalah:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada

Guru IPA SMP di kabupaten Klaten.

2. Penguasaan aspek apa yang dikuasai dan kurang dikuasai oleh guru

IPA SMP di kabupaten klaten.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA

SMP di kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang

dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru dan Calon guru

Memberikan gambaran tentang pendekatan sains dan keterampilan

proses sains serta bagaimana caranya untuk menerapkan dalam

(22)

2. Bagi peneliti

Memberikan gambaran bahwa untuk menjadi guru sains yang

profesional harus menguasai dan memahami pendekatan sains serta

keterampilan proses yang selanjutnya dapat diterapkan untuk kegiatan

(23)

5

BAB II

DASAR TEORI

A. Pembelajaran Sains

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya

di masa yang akan datang (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, pasal 1,

dalam Hamalik, 2007). Menurut Idris dan Jamal (1992), pendidikan

merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk

mencapai suatu tujuan pendidikan maka siswa harus belajar. Untuk

mengerti suatu hal, dalam diri seseorang terjadi suatu proses, yang disebut

sebagai proses belajar (Rooijakkers, 1980). Dengan belajar diharapkan

peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan

tujuan sistem pendidikan (Idris, Jamal, 1992). Menurut Gagne (1984)

(dalam Dahar, 2011), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Sains dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam (IPA).

Wahyana (dalam Trianto, 2012) mengatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Carin dan

Sund (dalam Puskur, 2007: 3; Trianto, 2012), mendifinisikan IPA sebagai

(24)

umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

eksperimen. Kumpulan teori sistematis lahir dan berkembang melalui

metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap

ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka dan jujur dan sebagainya (Trianto,

2012). Rasa ingin tahu membuat seseorang lebih konstruktivis.

Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakekat

pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi (Suparno, 2007).

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori kognitif yang baru

dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi

baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu

tidak sesuai lagi (Trianto, 2012). Menurut Suparno, pengetahuan sains

bukan sesuatu yang sudah jadi, tetapi yang dibentuk dalam perjalanan

waktu, melalui proses panjang. Akibat dari pandangan itu maka ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Pengetahuan hanya terjadi bila siswa aktif mengkonstruksi.

2. Konstruksi itu terjadi lewat indrasiswa: dengan melihat, meraba,

mencium, mengukur dan memikirkan.

3. Konstruksi dapat melalui metode inkuiri, metode ilmiah, dengan siswa

membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data,

(25)

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah, dan sikap ilmiah (Trianto, 2012). Untuk mempelajari sains maka

harus diperlukan proses ilmiah atau pendekatan ilmiah (Scientific

Approach). Pendekatan ilmiah (Scientific approach) menekankan pada

kemampuan keterampilan proses.

B. Keterampilan Proses

1. Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan

ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat

digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,

untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun

untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan / falsifikasi

(Indrawati, dalam Trianto, 2012). Keterampilan proses merupakan

unsur yang dianggap perlu dalam kegiatan belajar-mengajar.

Semiawan (1985) mengidentifikasi empat alasan yang

melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam

kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan

ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru

mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua, para

ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah

memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan

contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi

(26)

penemuan konsep melalui perlakuan terhadap pernyataan fisik, melalui

penanganan benda-benda yang bersifat nyata. Alasan ketiga, penemuan

ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen,

penemuannya bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses

belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari

pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Funk (dalam Indrawati, 1999; Trianto, 2012) membagi

keterampilan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat

dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu

(integrated science process skill). Dalam keterampilan proses dasar

terdapat beberapa unsur yaitu pengamatan, pengukuran, menyimpulkan,

meramalkan, menggolongkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan

dalam keterampilan proses terpadu terdiri dari unsur pengontrolan

variabel, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel

secara operasional, dan merancang eksperimen. Dalam pendekatan

keterampilan proses, menurut Suyanto dalam Nuh (2013), siswa perlu

mengalami sendiri berbagai prosedur serta proses ilmu dan

(27)

2. Keterampilan Proses Mendasar

Menurut Semiawan, kemampuan-kemampuan atau

keterampilan mendasar itu adalah kemampuan dan keterampilan:

a) Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan

ilmiah yang mendasar (Semiawan, 1985). Mengobservasi atau

mengamati tidak sama dengan melihat tetapi kita

memilah-milah mana yang penting dan mana yang kurang penting

(Semiawan, 1985). Untuk melakukan observasi digunakan

semua indra yang kita punya. Beberapa perilaku yang

dikerjakan siswa pada saat pengamatan antara lain (Trianto,

2012):

1) Penggunaaan indera-indera tidak hanya penglihatan.

2) Pengorganisasian objek-objek menurut satu sifat tertentu.

3) Pengidentifikasian banyak sifat.

4) Melakukan pengamatan kuantitatif.

5) Melakukan pengamatan kulitatif.

b) Penghitungan

Kemampuan perhitungan merupakan komponen penting

dalam kegiatan ilmiah. Kita mungkin tak dapat membayangkan

seorang ilmuwan tanpa kegiatan menghitung (Semiawan,

1985). Perhitungan membantu untuk mengkomunikasikan hasil

(28)

c) Pengukuran

Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah

(Semiawan, 1985). Pengukuran adalah penemuan ukuran dari

suatu objek, berapakah massa suatu objek, berapa banyak ruang

yang ditempati suatu objek (Trianto, 2012). Dasar dari

pengukuran adalah pembanding (Semiawan, 1985). Kita dapat

membandingkan apa yang kita ukur.

d) Klasifikasi

Menurut Semiawan, keterampilan mengklasifikasi atau

menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang

penting dalam kerja ilmiah. Pengklasifikasian adalah

pengkelompokkan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu

(Trianto, 2012). Beberapa perilaku siswa adalah:

1) Pengidentifikasian suatu sifat umum.

2) Memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau

lebih.

e) Kesimpulan sementara (inferensi)

Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering

dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses penelitiannya

(Semiawan, 1985). Kesimpulan tersebut bukan merupakan

kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara

(29)

f) Peramalan

Menurut Semiawan (1985), para ilmuwan sering membuat

ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran

atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gejala

tertentu. Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin

dihasilkan dari suatu percobaan (Trianto, 2012).

Menurut Trianto (2012), ada beberapa perilaku yang

penting dilakukan pada saat peramalan yaitu:

1) Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai.

2) Penafsiran generalisasi tentang pola-pola.

3) Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

g) Komunikasi

Menurut Semiawan, seorang ahli dituntut agar mampu

menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain.

Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui

dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau

grafik (Trianto, 2012).

Ada beberapa perilaku yang penting yang harus dikerjakan

oleh siswa dalam proses komunikasi menurut Trianto (2012),

antara lain:

1) Pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan

(30)

2) Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan

pengamatan dan peragaan data.

3) Perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data

untuk meyakinkan orang lain.

Uraian diatas merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam

keterampilan proses dasar.

3. Keterampilan Proses Terpadu

Sedangkan unsur-unsur dalam keterampilan proses terpadu

terdiri dari:

a. Mengidentifikasi Variabel

Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Dalam

penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan

variabel eksperimen atau penelitian (Semiawan, 1985). Dalam

suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama

kecuali satu, yaitu variabel manipulasi (Trianto, 2012).

Pengontrolan variabel adalah memastikan bahwa segala sesuatu

dalam suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor (Trianto,

2012).

Dalam pengendalian variabel ada beberapa perilaku yang

harus diperhatikan. Menurut Trianto, beberapa perilaku

tersebut antara lain:

1) Pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil.

(31)

3) Pengidentifikasian variabel dikontrol dalam suatu

percobaan.

Pengendalian variabel merupakan suatu aktivitas yang

dipandang sulit, namun sebenarnya tidak terlalu sulit seperti

yang kita bayangkan (Semiawan, 1985). Menurut Devi (2010),

dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang

sama pentingnya yaitu:

1) Variabel Bebas atau Manipulasi

Variabel bebas atau variabel manipulasi adalah variabel

yang sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi.

2) Variabel Respon

Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai

hasil akibat dari kegiatan manipulasi.

3) Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja

dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap

variabel respon.

b. Pendefinisian Variabel Secara Operasional

Pendefinisian variabel secara operasional adalah perumusan

(32)

atau yang anda amati (Trianto, 2012). Suatu definisi opersional

mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian

berlangsung.

c. Perumusan Hipotesa

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk

menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu

(Semiawan, 1985). Perumusan hipotesis adalah dugaan masuk

akal yang akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa

sesuatu terjadi (Trianto, 2012) . Dalam suatu kerja ilmiah,

seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian

diuji kebenarannya melalui eksperimen.

Menurut Trianto (2012), ada beberapa perilaku saat

merumuskan hipotesis antara lain:

1) Perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan

inferensi.

2) Merancang cara-cara untuk menguji hipotesis.

3) Merevisi hipotesis apabila tidak mendukung hipotesis

tersebut.

Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka

tabir penemuan-penemuan berbagai hal baru (Semiawan,

(33)

d. Merancang Penelitian

Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes

melalui penyelidikan praktis (Semiawan, 1985). Umumnya

kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran

ilmu pengetahuan alam, fisika, biologi dan kimia.

e. Interpretasi data

Kemampuan menginterpretasikan atau menafsirkan data

adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai

oleh para ilmuwan (Semiawan, 1985). Di interpretasi disebut

juga menafsirkan. Penafsiran data adalah menjelaskan makna

informasi yang telah dikumpulkan (Trianto, 2012). Data yang

dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran,

eksperimen atau penelitian sederhana dapat dicatat atau

disajikan dalam bentuk seperti tabel, grafik, histogram atau

diagram (Semiawan, 1985). Data yang disajikan tersebut dapat

di interpretasikan atau ditafsirkan.

Pada hakekatnya, kegiatan belajar mengajar dengan melatihkan

keterampilan proses kepada siswa dapat dilaksanakan dengan keyakinan

bahwa IPA merupakan alat yang sangat potensial untuk membantu

mengembangkan kepribadian siswa (Trianto, 2012). Menurut Trianto

(2012), Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses

berulang-ulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan

(34)

pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada

peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus-menerus.

Dari hasil temuannya sendiri diharapkan siswa dapat memahami sains

secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu yang relatif lama,

sehingga dapat mencegah terjadinya miskonsepsi fisika pada khususnya

(Trianto, 2012). Apa yang dipelajari dan diperoleh peserta dilakukan

dengan indera dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara

langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan (Fadlillah, 2014).

Pendekatan pembelajaran ini merupakan pendekatan yang digunakan

dalam pembelajaran kurikulum 2013.

C. Pembelajaran dalam Perspektif Kurikulum 2013

kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah

ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis

pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada

tahun 2006 (Fadlillah, 2004). Menurut Fadlillah (2004), Kurikulum 2013

adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan

menyeimbangkan kemampuan Soft skills dan Hard skills yang berupa

sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,

hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

(35)

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”

(Hosnan, 2014). Menurut Fladlillah (2004), Pendekatan scientific ialah

pendekatan yang dilakukan melalui proses mengamati (observing),

menanya (queationing), mencoba (experimenting), menalar (associating),

dan mengkomunikasikan (communicating). Kelima aspek tersebut

diimplementasikan kedalam pembelajaran sehingga dapat membentuk

sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa Dengan kelima proses

pembelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menghadapi dan

memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Fadlillah, 2004),

tentang Sistem Satuan Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi

dalam bentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga kompetensi

yang diadopsi tersebut memiliki proses yang berbeda-beda. Menurut

Fadlillah (2004), sikap diperoleh dengan aktivitas “menerima,

menjalankan, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memehami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas

“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Harapannya dengan menguasai ketiga kompetensi dalam kurikulum ini,

siswa mempunyai kemampuan soft skills dan hard skills yang mumpuni.

(36)

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi (Hosnan, 2014).

Keberhasilan kurikulum ini juga tidak terlepas dari peran guru di

dalamnya. Peran guru sangat penting untuk keberhasilan kurikulum yang

diterapkan. Menurut KEMENDIKBUD, kesiapan guru lebih penting dari

pada pengembangan kurikulum 2013. Pada diri guru, sedikitnya ada empat

aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan

keterlaksanaan kurikulum 2013. Hal ini bertujuan mendorong peserta

didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,

dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), terhadap apa yang mereka

peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Ini

sesuai dengan apa yang ada dalam unsur-unsur ketrampilan proses sains.

Pada dasarnya unsur-unsur dalam keterampilan proses

mengembangkan pemikiran siswa sehingga lebih mencari tahu dan

konstruktivis. Dalam membentuk kontruksivis siswa, guru memiliki

peranan penting. Peran guru lebih sebagai fasilitator yang membantu agar

proses konstruksi siswa lancar, efektif, dan efisien (Suparno, 2009).

D. Peran Guru dalam Pembelajaran

Guru dapat di ibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),

yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab

atas kelancaran perjalanan itu (Mulyasa, 2007). Dalam aktivitas/kegiatan

belajar, guru harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang

(37)

baru, bahwa siswa perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode belajar

standar yang telah dialaminya untuk memaksimalkan informasi yang dapat

mereka pahami dalam kegiatan belajar mengajar (Hosnan, 2014).

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama

(Usman, 2008). Mengajar adalah merupakan salah satu komponen dari

kompetensi-kompetensi guru (Roetiyah, 1982). Kompetensi berarti suatu

hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik

yang kualitatif maupun kuantitatif (Usman, 2008). Dalam proses belajar

mengajar, guru perlu memiliki keterampilan-keterampilan dalam kegiatan

mengajar yang harus dilakukan untuk memperoleh suatu hasil. Menurut

Rooijakkers (1980), pengajar perlu mengetahui cara menyusun

pengajaran, cara mengisi bagian pendahuluan, dan bagian akhir

pengajaran.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific (ilmiah).

Karena tuntutan kurikulum diharapkan guru dapat menguasai keterampilan

mengajar dengan baik. Penguasaan keterampilan proses guru sangat

penting dikarenakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran kurikulum

2013 terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

akhir. Ketiga kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan

pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya

(Fadillah, 2014). Pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila guru

(38)

proses sains dengan baik. Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan

saintifik meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Hosnan, 2014). Guru dapat

menerapkan keterampilan proses khususnya dalam kegiatan inti yang

terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum 2013.

Kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan

data, menegosiasi, dan mengkomunikasikan.

Dalam proses belajar mengajar, guru menyediakan pengalaman

belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode

pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan

bermakna (Fadlillah, 2014). Melatihkan keterampilan proses dalam

pelaksanaannya diawali oleh pemodelan guru, kemudian barulah siswa

dimintakan bekerja dan berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru

(Trianto, 2012). Guru dapat menjadi model dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk

pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk

melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan

pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta

didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan melakukan

umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik (Fadlillah, 2014).

Dengan menerapkan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh

guru dalam pembelajaran, maka akan terjad kegiatan menanya,

(39)

Menurut Trianto (2012), keterampilan proses sains perlu dilatihkan karena

mempunyai peran yaitu 1) membantu siswa belajar mengembangkan

pikirannya, 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan

penemuan, 3) meningkatkan daya ingat, 4) memberikan kepuasan intrinsik

bila anak telah berhasil melakukan sesuatu, 5) membantu siswa

mempelajari konsep-konsep sains. Dengan keterampilan proses serta

pemodelan yang baik yang dilakukan oleh guru, maka siswa dapat

(40)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian yang akan mencari data untuk menentukan sifat-sifat tertentu

pada individu. Hasil penelitian ini hanya sebatas pada Guru SMP yang di

teliti saja. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh peneliti tidak dapat

digeneralisasikan pada keadaan-keadaan yang ada di luar kasus yang

diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada 18 Mei 2014 sampai 28 Juni

2014 dan dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

kabupaten Klaten.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Guru-guru Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dalam penelitian ini menggunakan 7 (tujuh) SMP di kabupaten Klaten.

(41)

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan satu buah variabel yaitu

keterampilan proses sains. Variabel tersebut kemudian akan dilihat

hasilnya.

E. Desain Penelitian

1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan sebuah tes kepada Guru SMP berupa

pertanyaan-pertanyaan yang menguji unsur-unsur dalam

keterampilan proses terpadu. Hal ini digunakan untuk

mengetahui tingkat pendekatan keterampilan proses Guru

baik Guru kelas VII, kelas VIII, maupun kelas IX.

Pertanyaan-pertanyaan berupa pilihan ganda tanpa

menggunakan soal perhitungan.

b. Setelah tes dilakukan kepada guru, kemudian hasil tes

tersebut dianalisis dengan mengkoreksi jawaban yang benar

serta jawaban yang salah. Setelah dianalisis jawaban benar

dan salahnya kemudian dicari nilai rata-rata dari

keseluruhan aspek keterampilan proses sains. Kemudian

juga dicari rata-rata untuk tiap-tiap aspek keterampilan

(42)

2. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan satu macam instrumen yang berupa soal pilihan

ganda mengenai keterampilan proses sains yang disusun oleh

Burns (1985). Data tentang keterampilan proses sains Guru SMP

didapatkan dari hasil jawaban guru dalam soal pilihan ganda

tersebut. Kemudian jawaban dari guru dicocokkan dengan kunci

jawaban.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa soal-soal yang

mengukur keterampilan proses sains (Test of Integrated Process Skills II).

Soal terdiri dari 25 poin soal pilihan ganda yang diambil dari 36 poin soal.

Pengurangan beberapa poin soal dikarenakan beberapa item memiliki

peroalan yang hampir sama. Aspek yang dikurangi yaitu mengidentifikai

variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis.

Walaupun dari 36 soal dikurangi menjadi 25 soal tetapi dari 25 soal

tersebut sudah mewakili 5 unsur yang ada dalam keterampilan proses

sains.

Instrumen Test of Integrated Process Skils II (TIPS II) ini

sebenarnya berupa soal berbahasa inggris yang kemudian dibahasakan

dalam bahasa indonesia. Dalam proses alih bahasa peneliti dibantu oleh

saudara Yohanes Marino yaitu mahasiswa program studi bahasa inggris di

(43)

sepenuhnya sempurna. Untuk menyempurnakan bahasa yang digunakan,

peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing sampai

memperoleh bahasa yang baik untuk digunakan sebelum instrumen

digunakan. Berikut ini penjabaran tentang TIPS II yang digunakan dalam

penelitian:

1. Test of Integrated Process Skill II (TIPS II)

Test of Integrated Process Skill II (TIPS II) merupakan

suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keterampilan proses seseorang. TIPS II terdiri dari 36 point soal

pilihan ganda yang mencakup unsur-unsur keterampilan proses

terpadu yang terdiri dari mengidentifikasi variabel, mendefinisikan

variabel secara operasional, merumuskan hipotesis,

menyajikan/interpretasi data, dan merancang

penelitian/eksperimen. Karena banyak soal yang hampir mirip,

maka dari 36 soal diringkas menjadi 25 soal saja.

Unsur-unsur dalam TIPS II yang terdiri dari 36 poin soal

tersebut diklasifikasikan menjadi 25 poin soal berdasarkan

(44)

Tabel 3. 1. Klasifikasi Item Tes TIPS II berdasarkan Aspek

3. Merumuskan Hipotesis 4,8,9,18,20,25 4. Merancang

Berikut ini tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II:

Tabel 3. 2. Tujuan dan Contoh Soal Tes pada TIPS II

Tujuan Contoh soal

Sebuah penelitian tentang efisiensi kendaraan telah dilakukan. Hipotesa yang didapat adalah penambahan zat pada bensin dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah bahan bakar yang sama tetapi jumlah additive (zat tambahan) yang berbeda lalu mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bensin habis. Tim Peneliti mencatat jarak tempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mobil diukur dalam penelitian ini?

A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin.

B) Jarak tempuh tiap mobil.

C)Jumlah bahan bakar yang digunakan. D) Jumlah Additive (zat tambahan) A

(45)

Tujuan Contoh soal

Susan sedang meneliti jumlah makanan yang diproduksi pada tanaman buncis. Dia mengukurnya dengan melihat pada jumlah zat tepung yang diproduksi. Dia mencatat bahwa dia dapat mengubah intensitas cahaya, jumlah karbon dioksida, dan jumlah air yang diterima oleh tanaman. Hipotesis manakah yang dapat diujikan jika Susan akan melakukan uji tersebut?

A) Semakin banyak karbon dioksida yang diterima oleh tanaman buncis, semakin banyak zat tepung itu diproduksi

B) Semakin banyak zat tepung pada tanaman buncis diproduksi, semakin banyak pula intensitas cahaya yang dibutuhkan.

C) Semakin banyak air yang diperoleh tanaman buncis, semakin banyak pula karbon dioksida yang dibutuhkan.

(46)

Tujuan Contoh soal

Seorang peneliti sedang menguji pupuk baru dengan menggunakan lima lahan yang berukuran sama. Ia memberikan jumlah pupuk yang berbeda di setiap lahan. Satu bulan kemudian, ia mengukur tinggi rata-rata rumput di setiap lahan tersebut. Hasil pengukurannya ada pada tabel di

Seorang ahli Biologi menguji hipotesa berikut: Semakin banyak jumlah vitamin yang diberikan pada tikus, semakin cepat tikus akan bertambah besar. Bagaimana ia dapat mengukur kecepatan perkembangan tikus tersebut?

A)Mengukur kecepatan tikus

B)Mengukur jumlah latihan yang diterima oleh tikus

C)Mengukur berat tikus setiap hari D)Mengukur jumlah vitamin yang akan

(47)

G. Metode Penelitian

Untuk mengetahui keterampilan proses sains Guru SMP yaitu

melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai unsur-unsur yang terdapat pada

keterampilan proses. Hasil tes yang diperoleh kemudian di analisis dengan

menggunakan analisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk mendapatkan

data, semua guru yang di uji diberikan tes dengan soal yang sama.

Sebelum diadakan tes, Guru tidak diminta untuk mempelajari tentang

unsur-unsur dalam keterampilan proses. Hal ini bertujuan untuk menguji

seberapa jauh ketrampilan proses yang dimiliki oleh Guru. Sehingga apa

yang diketahui atau yang dikuasai guru mengenai keterampilan proses

dalam kegiatan pembelajaran akan di ungkapkan kembali sesuai yang

dipahami Guru.

H. Analisis Data

Melalui hasil jawaban tes yang diberikan kepada Guru tersebut,

maka dapat diketahui keterampilan proses Guru. Data-data yang diperoleh

melalui instrumen yang digunakan selanjutnya dianalisis secara deskriptif

kuantitatif untuk masing-masing bagian soal sehingga didapatkan jawaban

salah dan benar untuk tiap-tiap soal.

1. Tingkat Keterampilan Proses

Untuk mengukur tingkat keterampilan proses sains guru, maka

instrumen yang diberikan kepada guru dikoreksi dan dihitung hasil

benar dan salahnya. Setelah dihitung nilai benar dan salahnya

(48)

Skills II mengandung lima (5) unsur di dalamnya maka setelah

dihitung benar dan salahnya kemudian dikelompokkan menurut

masing-masing unsur. Setelah pengelompokkan kemudian dihitung

nilai rata-rata dari masing-masing unsur. Hasil tersebut digunakan

untuk menganalisis keterampilan sains guru IPA SMP. Untuk

mempermudah perhitungan maka digunakan program microsoft excel

dengan menggunakan 0 (nol) untuk jawaban yang salah dan 1 (satu)

untuk jawaban yang benar. Kemudian hasil jawaban dideskripsikan

dan disimpulkan untuk melihat tingkat keterampilan proses sains guru

SMP.

Setelah semua selesai dilakukan, kemudian hasil disajikan dalam

bentuk tabel yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung

persentase. Dari nilai benar selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya

kemudian dikualifikasikan berdasarkan kualifikasi yaitu sangat baik,

baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Kualisifikasi tersebut dibuat

dengan berdasarkan nilai tertinggi. Nilai tertinggi yang dipakai yaitu

nilai 100. Setelah itu dibuat dalam bentuk persentase 100% jika benar

semua. Dalam penentuan prosentase kualifikasi ini menggunakan

standar penilaian yang dipakai pada umumnya. Berikut kualifikasi

(49)

Tabel 3. 3. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains

Nilai rata-rata benar (%) Tingkat ketrampilan proses sains

≥80 Sangat baik

68 – 79 Baik

56 – 67 Cukup

46 – 55 Kurang

≤ 45 Sangat kurang

Adapun tabel yang digunakan untuk menganalisis

keterampilan proses menurut masing-masing unsur keterampilan

proses. Berikut tabel yang disajikan:

Tabel 3. 4. Keterampilan Proses Untuk Masing-masing Aspek

No. Aspek ���� �

2. Mendefinisikan Variabel secara

operasional

(50)

Setelah dianalisis berdasarkan masing-masing aspek

selanjutnya setiap aspek dianalisis berdasarkan jawaban yang

diberikan oleh guru. Berikut tabel yang digunakan untuk

menganalisis berdasarkan jawaban guru.

Tabel 3. 5. Jawaban Guru Berdasarkan Aspek

Aspek

No Item

Jumlah Guru yang menjawab (%) a b c d Kosong Total

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban

(51)

33

BAB IV

DATA DAN ANALISA

A. Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui keterampilan

proses sains guru IPA di beberapa SMP di kabupaten klaten diawali

dengan kegiatan menyusun instrumen penelitian yang diambil dari soal

TIPS II yang melalui proses alih bahasa menjadi bahasa indonesia. Setelah

proses penyusunan instrumen penelitian kemudian mencari sekolah yang

bersedia untuk diadakan kegiatan penelitian. Kegiatan selanjutnya yaitu

pengambilan data dari guru IPA di beberapa sekolah SMP di kabupaten

klaten dengan cara guru diminta untuk mengerjakan soal mengenai

ketrampilan proses.

Kegiatan penyusunan instrumen sampai kegiatan penelitian

dilakukan dari bulan Januari sampai bulan September. Kegiatan penelitian

sedikit terkendala karena libur kenaikan kelas. Sebelum dilakukan tes,

guru tidak diminta untuk mempelajari tentang keterampilan proses sains

terlebih dahulu. Jenis soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda

sebanyak 25 item soal yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.

Pengambilan data dengan menguji guru dalam mengerjakan soal mengenai

keterampilan proses sains. Guru diminta untuk memilih jawaban yang

(52)

dipilih oleh guru selanjutnya digunakan untuk mengetahui serta

mendeskripsikan keterampilan proses sains guru di beberapa SMP di

kabupaten Klaten.

Pelaksanaan penelitian pada bulan juni 2014 sampai september

2014. Pengambilan data dengan menguji semua guru mata pelajaran IPA

di sekolah yang dilakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian pertama kali

dilakukan pada hari senin, tanggal 26 mei 2014 pada pukul 10.00 – 10.30

WIB dilakukan di di SMP N 1 Trucuk dengan jumlah guru adalah 4 guru.

Pada hari rabu, tanggal 28 mei 2014 pada pukul 09.00 – 09.30 WIB

dilakukan di SMP 2 Wedi dengan jumlah guru adalah 6 guru. Pada hari

sabtu, tanggal 31 mei 2014 pada pukul 10.00 – 10.30 WIB dilakukan di

SMP N 2 Trucuk dengan jumlah guru adalah 3 guru. Pada hari senin,

tanggal 18 agustus 2014 pukul 09.30 – 10.00 WIB dilakukan di SMP

Pangudi Luhur Cawas dengan jumlah guru adalah 2 guru. Pada hari kamis,

tanggal 28 agustus 2014 pada pukul 09.00 – 09.30 WIB dilakukan di SMP

Pangudi Luhur 1 Klaten dengan jumlah guru adalah 3 guru, dan pada

pukul 10.30 – 11.00 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi dengan

jumlah guru adalah 1 guru. Pada hari sabtu, 30 agustus 2014 pukul 1.00 –

12.30 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi dengan jumlah guru

adalah 1 guru. Jadi jumlah guru yang mengikuti tes yaitu sebanyak 20

(53)

B. Data

Tes diikuti oleh 20 guru dari kelas VII sampai guru kelas IX di

beberapa SMP di kabupaten klaten. Semua guru mengerjakan soal tentang

keterampilan proses sains. Dalam pengerjaan soal ini diberikan waktu

selama 30 menit. Soal terbagi dalam 5 aspek yang terdiri dari 25 item soal.

C. Deskripsi dan Analisa data

Pada bagian ini dideskripsikan jawaban guru mengenai

keterampilan proses sains yang diteliti. Aspek yang diteliti yaitu

aspek-aspek yang terdapat dalam keterampian proses terpadu. Berikut deskripsi

mengenai keterampilan proses sains guru di SMP di kabupaten Klaten.

1. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru Secara

Keseluruhan

Test of Integrated Proses Skills II adalah instrumen yang

digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan keterampilan proses

sains guru. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA

dapat dilihat dari 5 aspek yang terdapat dalam soal. Berdasarkan

instrumen yang digunakan, maka keterampilan proses sains guru

dibahas menurut masing-masing aspek serta dari keseluruhan aspek

keterampilan proses sains. Berikut ini adalah tabel tingkat

(54)

Tabel 4. 1. Tingkat Penguasan Keterampilan Proses Sains Guru IPA

SMP di Kabupaten Klaten

No. Aspek

1 Mengidentifikasi Variabel 45

2 Mendefinisikan Variabel

secara operasional 53

3 Merumuskan Hipotesis 56,67 57,18 11,556

4 Merancang

S.Dev = Standar deviasi

Berdasarkan tabel 4. 1, dapat dilihat skor rata-rata untuk

keseluruhan aspek keterampilan proses sains guru yaitu sebesar

57,18% dengan standar deviasi 11,56%. Jika di klasifikasikan

berdasarkan tabel 3. 3 (halaman 26), maka dapat dikatakan bahwa guru

(55)

keterampilan proses sains yang cukup. Dengan nilai standar deviasi

yang cukup besar, maka dapat dikatakan bahwa skor rata-rata guru

untuk untuk setiap aspeknya menyebar. Hal ini berarti terdapat aspek

keterampilan proses sains yang sangat dikuasai oleh guru serta aspek

yang kurang dikuasai oleh guru.

Pada aspek mengidentifikasi variabel didapatkan skor rata-rata

sebesar 45%, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat

penguasaan yang sangat kurang dalam aspek mengidentifikasi

variabel. Pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional

didapatkan skor rata-rata sebesar 53%, maka dapat dikatakan bahwa

guru memiliki tingkat penguasaan yang kurang dalam aspek

mendefinisikan variabel. Pada aspek merumuskan hipotesis didapatkan

skor rata-rata sebesar 56,67%, maka dapat dikatakan bahwa guru

memiliki tingkat penguasaan yang cukup dalam aspek merumuskan

hipotesis. Pada aspek merancang penelitian / eksperimen didapatkan

skor rata-rata sebesar 70%, maka dapat dikatakan bahwa guru

memiliki tingkat penguasaan yang baik dalam merancang penelitian /

eksperimen. Pada aspek menyajikan / interpretasi data didapatkan skor

rata-rata sebesar 76,25%, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki

tingkat penguasaan yang baik dalam aspek menyajikan / interpretasi

data. Ketersebaran skor rata-rata untuk setiap aspeknya ditunjukkan

(56)

data serta aspek yang kurang dikuasai guru yaitu aspek

mengidentifikasi variabel.

2. Tingkat Penguasaan Terhadap Setiap Aspek Keterampilan Proses

Sains Guru

Keterampilan proses sains yang tercantum dalam soal Test of

Integrated Process Skills II terdiri dari 5 (lima) aspek keterampilan

proses terpadu. Dalam keterampilan proses terdapat 5 aspek yang

diteliti yaitu mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel seara

operasional, merumuskan hipotesis, merancang penelitian/eksperimen,

menyajikan / interpretasi data. Berikut deskripsi dari aspek-aspek yang

terdapat dalam keterampilan proses sains.

a) Mengidentifikasi variabel

Berdasarkan tabel 4. 1, diketahui bahwa skor rata-rata

untuk aspek mengidentifikasi variabel yaitu sebesar 45%. Dengan

mengacu pada tabel 3. 3, maka tingkat penguasaan keterampilan

proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel dapat

dikatakan sangat kurang.

Sebaran data terkait jawaban guru pada aspek ini yang

(57)

Tabel 4. 2. Jawaban Guru dalam Aspek Mengidentifikasi Variabel

Cetak Tebal (Bold) : Jawaban salah paling banyak

Dalam penyelidikan bidang sains, pengenalan atau

identifikasi variabel sangat penting. Dengan mengamati variabel

yang berpengaruh, maka memungkinkan penyelidik untuk dapat

merumuskan hipotesis dan merancang eksperimen. Namun

demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan

guru terkait dengan identifikasi variabel masih sangat kurang.

Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati respon guru

dalam setiap item dalam aspek ini.

Berdasarkan tabel 4. 2 dapat dilihat bahwa pada soal nomor

3 terdapat 70% guru menjawab salah yaitu pilihan D. Dari soal

(58)

dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari jumlah

jarak tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel

yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per

liter bensin?. Dalam hal ini jarak tempuh per liter adalah variabel

terikat. Maka variabel yang yang tepat untuk mempengaruhi

variabel terikat adalah jawaban B yaitu “Ukuran mesin”, sebanyak

20% guru menjawab benar. Sebagian besar guru memilih jawaban

D yaitu “Berat mobil” dan “ukuran mesin”. Ukuran mesin

merupakan jawaban yang paling tepat karena ukuran mesin adalah

faktor yang sangat berpengaruh terhadap jarak tempuh per liter

bensin. Sedangkan berat mobil pasti sudah didesain sedemikian

rupa sehingga ada keseimbangan dengan ukuran mesin. Karena

berat mobil menyeuaikan ukuran mesin kendaraan.

Hasil penelitian yang menarik adalah mencermati pola

jawaban untuk bacaan nomor 9 sampai 12 serta bacaan nomor 20

sampai 23. Soal untuk nomor 10 sampai 12 dan nomor 21 smpai 23

memiliki pola yang sejenis yaitu secara berurutan menentukan

variabel kontrol, variabel terikat, dan variabel bebas. Dari kasus

yang disediakan, respon guru yang menjawab untuk nomor 10, 11,

dan 12 secara berurutan yaitu 45%, 50%, dan 40%, hasil yang

serupa untuk nomor 20, 21, dan 23 secara berurutan yaitu 40%,

50%, dan 40%. Untuk dua pola soal yang sejenis didapatkan hasil

(59)

variabel terikat daripada variabel kontrol dan variabel bebas.

Dengan kata lain guru lebih mengalami kesulitan untuk

menentukan variabel kontrol dan variabel bebas daripada variabel

terikat.

Untuk soal dengan bacaan nomor 9 sampai 12 banyak guru

yang menjawab benar tetapi tidak sedikit juga yang menjawab

salah. Kemungkinan guru menjawab salah dikarenakan guru

kurang teliti dalam identifikasi variabel atau bisa juga guru

kesulitan untuk mengidentifikasi variabel yang dimaksud. Bacaan

untuk nomor 9 sampai 12 yaitu “Rini ingin mengetahui jika suhu

mempengaruhi jumlah gula pasir yang akan larut di dalam air. Ia

menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0˚C, 50˚C, 75˚C, dan 95˚C

kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak

mungkin kedalam botol dengan mengaduknya. Dalam hal ini 50

mL air merupakan variabel kontrol karena dibuat tetap, gula yang

dilarutkan merupakan variabel terikat karena yang diukur untuk

menentukan adanya pengaruh variabel bebas, dan suhu merupakan

variabel bebas karena yang mempengaruhi. Sehingga nomor 10

dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel kontrol

dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B yaitu “Jumlah

air dalam setiap botol”. Untuk nomor 11 dengan pertanyaan

“Manakah yang merupakan variabel terikat dalam penelitian

(60)

dilarutkan di dalam setiap botol”. Untuk nomor 12 dengan

pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel bebas dalam

kasus tersebut?, jawabannya adalah D yaitu “Suhu air”.

Untuk nomor 10 sampai 12 banyak guru menjawab benar,

tetapi tidak sedikit juga guru yang menjawab salah. Pada nomor 10

kemungkinan dari 35% guru berfikir bahwa variasi suhu air dalam

empat botol merupakan variabel yang tetap sehingga memilih

jawaban D yaitu “Suhu”. Selain itu untuk nomor 11 dan 12

kemungkinan guru terbalik dalam memilih yang menjadi variabel

terikat dan variabel bebasnya karena sebanyak 30% guru

menjawab salah pada nomor 11 dan 12 dengan pilihan D dan A.

Seperti pada bacaan bacaan nomor 9 sampai 12, untuk

bacaan soal nomor 20 sampai 23 juga banyak guru yang menjawab

benar tetapi tidak sedikit yang menjawab salah. Bacaan untuk soal

nomor 20 sampai 23 yaitu “Sebuah penelitian dilakukan untuk

mengetahui apakah sampah daun yang dimasukkan kedalam tanah

memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan.

Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap

bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 Kg

sampah daun yang dicampur dengan tanah. bak kedua diisi 10 kg,

bak ketiga 5 kg, dan bak keempat diisi sampah daun. Semua bak

diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan

(61)

setiap bak dihitung”. Dalam kasus ini jumlah tanah setiap bak

merupakan variabel kontrol karena tetap, jumlah tomat yang

dihasilkan merupakan variabel yang menentukan adanya pengaruh

variabel bebas, sedangkan jumlah sampah adalah variabel bebas.

Untuk nomor 21 yaitu “Manakah yang merupakan variabel

kontrol dalam penelitian tersebut”, jawabannya adalah C yaitu

“Jumlah tanah di dalam setiap bak”. Nomor 22 yaitu “Manakah

yang merupakan variabel terikat dalam penelitian tersebut?”,

jawabannya adalah A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan dalam

setiap bak”. Nomor 24 yaitu “manakah yang merupakan variabel

bebas dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B “Jumlah

sampah daun yang ditambahkan kedalam kotak”.

Pada nomor 21 sebanyak 35% guru menjawab salah pada

pilihan B yaitu “Jumlah sampah daun yang ditambahkan dalam

bak”, mungkin guru berfikir ini merupakan variabel kontrol

dikarenakan jumlah sampah yang ditambahkan sudah ditetapkan

tetapi dalam hal ini jumlah sampah tiap bak berbeda sehingga

bukan merupakan variabel kontrol. Pada nomor 23 sebanyak 30%

guru memilih jawaban A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan

dalam setiap bak” dan 30% guru memilih jawaban D yaitu

“Jumlah bak yang diisi sampah daun”, mungkin pada jawaban A

guru berfikir hasil dari bak yang berbeda-beda merupakan variabel

(62)

respon. Sedangkan pada jawaban D kemungkinan guru berfikir

karena penggunaan jumlah bak dalam penelitian ini padahal dalam

hal ini yang diubah isian dalam bak bukan bak nya.

b) Mendefinisikan Variabel Secara Operasional

Berdasarkan tabel 4. 1, dapat diketahui bahwa skor rata-rata

untuk aspek variabel secara operasional yaitu sebesar 53%. Dengan

mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek variabel secara operasional

dapat dikatakan cukup.

Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini

yang meliputi 5 item soal dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3. Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel

Secara Operasional

Aspek No Item

Jumlah Guru yang menjawab (%)

A B c d Kosong Tota

Gambar

grafik (Trianto, 2012).
Tabel 3. 2. Tujuan dan Contoh Soal Tes pada TIPS II
grafik data, dan
tabel yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oven desain dibuat dari bahan plat seng sebagai dinding luar, plat aluminium sebagai dinding dalam dan tanah liat yang melapisi kedua dinding samping dan atas oven

1.3 Hasil Rekapan Keluhan atau Pengaduan Pasien / Keluarga Pasien Terhadap Pelayanan petugas di Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Bulungan Kalimantan

Penelitian yang akan saya lakukan berjudul “Faktor Risiko Rinitis Akibat Kerja pada Pekerja Pengecatan Mobil Pengguna Cat Semprot (Studi pada Bengkel

menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan

Tatanan Kepelabuhanan Nasional merupakan dasar dalam perencanaan pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian pelabuhan di seluruh Indonesia, balk

Sedangkan tujuan khususnya adalah rnengetahui aktivitas mahasiswa IPB; mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswa IPB; mengetahui persepsi rnahasiswa IPB yang

Yangmenar i k,padakaj i ani nij uga di t emukan bahwa dal am BMD ket i ka ber t ut ur dapat di duga kepada si apa seseor ang ber t ut ur , di per i ngkat yang manaseseor angi t

Masa ini organ-organ dalam tubuh janin sudah terbentuk tapi viabilitasnya masih diragukan. Apabila janin lahir, belum bias bertahan hidup dengan baik. Masa ini ibu sudah merasa