PENGEMBANGA
MATERI OPERA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN UNTUK S
KELAS III SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Natalia Hanna Perfecta
NIM: 131134046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
MATEMATIKA
N UNTUK SISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PENGEMBANGA
MATERI OPERA
Diajukan u
Program Studi Pendidikan Guru
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN UNTUK S
KELAS III SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Natalia Hanna Perfecta
NIM: 131134046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
MATEMATIKA
N UNTUK SISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
iv
PERSEMBAHAN
Terselesaikannya skripsi ini bukan karena kerja keras saya sendiri semata,
namun karena bantuan dan dukungan berbagai pihak. Maka dengan bangga saya
mempersembahkan skripsi ini kepada :
1. Singgih Purnomo dan Eny Rohati, kedua orang tua yang selalu
mendukung dan memberi semangat agar cepat terselesaikannya skripsi ini.
2. Wahyu Nugroho partner yang selalu memberi semangat, maaf telah
v Motto
Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. ~NN
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah
dengan sendirinya tanpa berusaha.~NN
Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah
cita-cita juga adalah beban, jika itu hanya angan-angan. ~NN
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya
sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 April 2017
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Natalia Hanna Perfecta
Nomor Mahasiswa : 131134046
Demi pengembangan imu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung
Bilangan Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar”
beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal : 5 April 2017
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
Natalia Hanna Perfecta Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan tes hasil belajar yang baik. Penelitian ini dimulai dari melihat potensi dan masalah. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk materi operasi hitung campuran untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.
Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall. Analisis data uji coba produk dilakukan dengan menggunakan aplikasi TAP (Test Analysis Programs).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah (b) pengumpulan data (c) desain produk (d) validasi desain (e) revisi desain (f) uji coba produk (g) revisi produk, (2) hasil penelitian kualitas produk tes terdapat 50 soal valid dan reliabel. Untuk tingkat kesukaran terdapat 5 soal dalam kategori mudah dan 45 soal dalam kategori sedang. Hasil analisis daya pembeda terdapat 9 soal yang kurang membedakan dan terdapat 21 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi. Pengecoh yang kurang berfungsi akan direvisi sehingga dapat digunakan.
ix ABSTRACT
“THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST IN ARITHMETIC MATERIAL FOR THE THIRD GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTS”
Natalia Hanna Perfecta
Sanata Dharma University
2017
The aim of this study is to develop a good learning achievement test. This research began the potential and problems. The problem encountered by classroom teacher was the difficulty in constructing a good learning achievement test. This research is Research and Development (R&D) that aims to (1) develop learning achievement test (2) describe the quality of learning achievement test in Arithmmetic material for the third grade of elementary school students.
Procedure of learning achievement test development, researcher modified the ways of developments based on Borg and Gall’s. The result of the test was analyzed by using TAP (Test Analysis Program) software.
This research showed (1) the ways of development research are: (a) found the potential and problems, (b) gathered the data, (c) designed product, (d) validated the design, (e) revised the design, (f) tested the design, and (g) revised the design.(2) the research result of the test product quality, there are 50 valid and reliable items. For the level of difficulty, there are 5 items as easy level, and 45 items as medium level. The result of analyzing differentiation, there are 9 items are less differentiate and there are 21 items have dysfunctional distractors. The items which aredysfunctional distractors will be revised so that can be used.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi
yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi
Hitung Bilangan untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi
ini, yaitu:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran
dalam mengerjakan skripsi ini
2. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi selaku wakaprodi PGSD.
5. Drs Puji Purnomo,M.Si dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd yang
telah mendampingi dalam pembuatan skripsi ini.
6. Segenap guru yang telah bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.
7. Segenap keluarga besar SD N Percobaan 4 Wates yang telah bersedia
bekerjasama.
8. Kedua orang tua yang senantiasa memberi dukungan agar cepat
terselesaikannya penelitian ini.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
xi
lain. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan
sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi yang telah dibuat ini.
Peneliti,
xii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Teori ... 10
1. Tes Hasil Belajar ... 10
2. Konstruksi Tes Hasil Belajar... 19
3. Karakteristik Butir Soal... 23
4. Pengembangan Tes Hasil Belajar... 26
xiii
1. Non Tes ... 56
A. Wawancara... 56
B. Kuesioner ... 57
2. Tes... 58
E. Instrumen Penelitian ... 59
1. Data Kualitatif... 59
2. Data Kuantitatif... 61
F. Teknik Analisis Data... 63
1. Analisis data Kualitatif ... 63
2. Analisis data Kuantitatif ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Hasil penelitian ... 74
1. Prosedur pengembangan Tes Hasil Belajar ... 74
2. Kualitas Tes Hasil Belajar... 78
B. Pembahasan... 88
1. Prosedur pengembangan Tes Hasil Belajar ... 88
2. Kualitas Tes Hasil Belajar... 98
3. Produk Akhir... 106
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN,DAN SARAN ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Keterbatasan Pengembangan ... 111
C. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 113
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan... 60
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner untuk Ahli ... 61
Tabel 3.3 Indikator Soal Tes Hasil Belajar ... 62
Tabel 3.4 Kriteria Soal Skala empat ... 64
Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas ... 67
Tabel 3.6 Indeks Tingkat Kesukaran ... 69
Tabel 3.7 Indeks Daya Beda ... 71
Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli... 76
Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain ... 77
Tabel 4.3 Hasil Validitas Soal Tipe A ... 78
Tabel 4.4 Hasil Validitas Soal Tipe B... 79
Tabel 4.5 Tingkat Kesukaran Soal Tipe A... 81
Tabel 4.6 Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 82
Tabel 4.7 Daya pembeda Soal Tipe A ... 83
Tabel 4.8 Daya Pembeda Soal Tipe B ... 84
Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengecoh Tipe A ... 85
Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Tipe B ... 87
Tabel 4.11 Analisis hasil Validasi Ahli... 89
Tabel 4.12 Revisi Mengurutkan option jawaban ... 90
Tabel 4.13 Revisi Angka Terlalu Besar ... 91
Tabel 4.14 Revisi Option Jawaban... 92
Tabel 4.15 Revisi Pengecoh... 95
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pengumpulan Data Uji Kualitas Tes Hasil Belajar ... 31
Gambar 2.2 Literature MapHasil Penelitian Yang Relevan ... 40
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 42
Gambar 3.1 Langkah Metode Penelitian Pengembangan ... 46
Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar... 55
Gambar 3.3 Hasil Validitas Pada Program TAP ... 66
Gambar 3.4 Hasil Reliabilitas Pada Program TAP ... 67
Gambar 3.5 Hasil Tingkat Kesukaran Pada Program TAP... 69
Gambar 3.6 Hasil Daya Beda Pada Program TAP... 71
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Wawancara... 115
Lampiran 2 Format Validasi Ahli ... 118
Lampiran 3 Hasil Validasi Butir Soal Tipe A... 150
Lampiran 4 Hasil Validasi Butir Soal Tipe B ... 151
Lampiran 5 Kuesioner Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 152
Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli ... 156
Lampiran 7 Soal Uji Coba Tipe A ... 172
Lampiran 8 Soal Uji Coba Tipe B... 179
Lampiran 9 Contoh Lembar Jawab Uji Coba Soal ... 186
Lampiran 10 Rekap Jawaban Siswa Soal Tipe A ... 187
Lampiran 11 Rekap Jawaban Siswa Soal Tipe B... 189
Lampiran 12 Hasil Uji TAP Soal Tipe A... 191
Lampiran 13 Hasil Uji TAP soal Tipe B... 198
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tujuh bagian pendahuluan. Ketujuh bagian
pendahuluan tersebut yaitu latar belakang, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi
produk.
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting di seluruh dunia. Mutu
pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam bidang pendidikan.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia telah banyak disadari oleh
banyak orang terutama pemerhati pendidikan di Indonesia. Hayat (dalam
Suwarto 2012:1) mengemukakan rendahnya mutu pendidikan ini dapat
dilihat, antara lain dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional
(UAN) untuk semua bidang studi yang di-UAN-kan, baik di tingkat
nasional maupun daerah. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga
diakui oleh wakil presiden Yusuf Kalla dalam jumpa pers di kantornya
tanggal 1 Juli 2005 (Suwarto, 2012: 1).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah rendahnya kualitas
guru. Salah satu tugas guru dalam kompetensi pedagogik yaitu
melaksanakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan
menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan (Suwarto, 2012: 6).
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan. Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah
standar, tolok ukur, atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan
upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal,
kemudian dibandingkan dengan kriteria, agar dapat diketahui seberapa
jauh atau seberapa tinggi kesenjangan yang ada antara kondisi nyata
tersebut dengan kriteria sebagai kondisi yang diharapkan (Arikunto, 2008:
8). Instrumen evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tes dan
non-tes. Tes merupakan suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan
kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik,
kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku
peserta didik (Arifin, 1988: 22). Terdapat empat ciri tes hasil belajar yang
baik yaitu valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran dan kepraktisan
(Rakhmad dan Suherdi, 2001: 57).
Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik merupakan salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan oleh para pendidik. Pada kenyataannya
pendidik tidak memperhatikan bagaimana cara membuat tes hasil belajar
yang baik. Para pendidik cenderung hanya meniru soal-soal yang ada pada
menggunakan langkah-langkah untuk pembuatan tes. Hal ini ditunjukan
pada wawancara kepada salah satu guru kelas III di salah satu SD Negeri
di Bantul. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016. Dari hasil
wawancara tersebut peneliti mendapatkan beberapa data mengenai
pengembangan tes hasil belajar.
Data pertama yang didapatkan fungsi dari evaluasi pembelajaran
adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan untuk mengetahui
sejauh mana materi yang diserap siswa. Dalam melakukan evaluasi, guru
melaksanakan sebanyak 5 kali ulangan harian, 1 kali ujian tengah semester
dan 1 kali ujian akhir semester. Guru tersebut dapat membuat soal sendiri
hanya saja tidak melakukan langkah-langkah yang baik. Beliau
menuturkan langkah-langkah dalam membuat soal hanya membaca materi
lalu membuat kisi-kisi dan soal. Beliau tidak sempat menguji validitas,
reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran dan analisis pengecohnya. Beliau
juga menuturkan sangat membutuhkan prototypesoal yang sudah diujikan
validitas dan reliabilitasnya untuk dijadikan acuan dalam pembuatan soal.
Guru membutuhkan prototype soal pada materi operasi hitung bilangan
karena guru kesulitan untuk membuat pengecohnya.
Berdasarkan wawancara diatas guru membutuhkan tes hasil belajar
materi operasi hitung bilangan untuk dijadikan pedoman atau acuan dalam
pembuatan soal evaluasi yang baik. Maka, peneliti terdorong untuk
pengembangan tes hasil belajar dengan penelitian dan pengembangan
Belajar Matematika materi Operasi Hitung Bilangan Untuk Kelas III
Sekolah Dasar”.
Hasil dari penelitian ini akan menghasilkan contoh soal yang baik
yang telah melalui tahap analisis dan teruji kualitas dari setiap butir
soalnya. Hasil dari penelitian ini nantinya bisa membantu guru untuk
mendapatkan contoh soal evaluasi yang baik.
B. Pembatasan Masalah
Peneliti melakukan pembatasan masalah pada penelitian ini yang
meliputi :
1. Alat ukur yang dikembangkan mengukur ranah kognitif.
2. Tes hasil belajar digunakan untuk kurikulum KTSP 2006.
3. Tes yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan
jawaban.
4. Materi yang dijadikan alat ukur mengacu pada standar kompetensi 1
yaitu melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka.
Kompetensi dasar 1.3 melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga
angka dan pembagian bilangan tiga angka dan 1.4 melakukan operasi
hitung campuran.
5. Tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini ada dua yaitu :
1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar yang baik untuk mata
pelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan untuk siswa
kelas III SD ?
2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika materi operasi
hitung bilangan untuk siswa kelas III SD ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung
bilangan untuk siswa kelas III SD sesuai langkah-langkah.
2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi
operasi hitung bilangan untuk siswa kelas III SD.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Adanya teori dalam penelitian ini memberi manfaat sebagai bahan
referensi dan pengetahuan mengenai pembuatan tes hasil belajar yang
baik tentang materi operasi hitung bilangan untuk kelas III SD.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis adanya penelitian ini bagi guru, siswa, peneliti dan
a. Bagi Peneliti
Manfaat yang diperoleh peneliti dengan adanya penelitian ini
adalah peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung dalam
proses pembuatan tes hasil belajar khususnya mata pelajaran
matematika kelas III tentang operasi hitung bilangan. Peneliti juga
dapat menambah wawasan tentang cara membuat tes hasil belajar
yang berkualitas sesuai kaidah pembuatan tes yang benar. Selain
itu peneliti juga dapat menganalisis soal baik validitas, reliabilitas,
daya beda, tingkat kesukaran serta analisis pengecohnya.
b. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru kelas III dapat
membuat tes hasil belajarnya sendiri seperti contoh tes hasil belajar
yang baik yang dibuat peneliti khususnya dalam mata pelajaran
matematika.
c. Bagi Siswa
Manfaat yang diperoleh siswa dengan adanya penelitian ini adalah
siswa dapat mengukur kemampuan mereka khususnya dalam mata
pelajaran matematika kelas III tentang operasi hitung bilangan.
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam hal
F. Batasan Istilah
1. Tes hasil belajar adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur
pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat
materi tertentu.
2. Validitas tes adalah kesahihan suatu alat ukur untuk melakukan
fungsinya.
3. Reliabilitas tes adalah tingkat ketepatan, keajekan, atau
kemantapan .
4. Tingkat kesukaran tes adalah proporsi peserta tes menjawab
dengan benar terhadap suatu butir soal.
5. Daya beda tes adalah indeks yang menunjukan tingkat kemampuan
butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai dengan
peserta tes yang kurang pandai di antara peserta tes.
6. Pengecoh tes adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci
jawaban.
G. Spesifikasi Produk
1. Instrumen tes hasil belajar berupa soal Matematika kelas III
semester I Kompetensi Dasar 1.3 “Melakukan perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka”
dan 1.4 “Melakukan operasi hitung campuran”.
2. Instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan 4
pilihan jawaban, disertai data tentang ranah kognitif, dan tingkat
3. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan
layak untuk digunakan atau diujicobakan dengan perbaikan sesuai
saran.
4. Instrumen pilihan ganda sudah valid dengan kriteria r hitung soal
melebihi rtabeldengan taraf signifikan 5%.
5. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada
kategori “tinggi” yaitu pada rentang 0,61-0,80.
6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembedanya. Daya
pembeda yang digunakan adalah kategori “ sangat membedakan”
yaitu pada rentang 0,80-1,00, “lebih membedakan” yaitu pada
rentang 0,60-0,79 dan “cukup membedakan” yaitu pada rentang
0,40-0,59.
7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi
tingkat kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah” yaitu pada
rentang 0,71-1,00, 50% “sedang” yaitu pada rentang 0,31-0,70, dan
25% “sukar” yaitu pada rentang 0,00-0,30.
8. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh.
Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.
9. Penyusunan instrumen pilihan ganda memperhatikan EYD yang
meliputi penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan
imbuhan.
10. Perangkat tes hasil belajar memuat beberapa komponen yaitu: (a)
yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar
matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur, dan
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II akan membahas empat pokok bahasan yaitu kajian teori,
penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka akan membahas mengenai tes hasil belajar,
konstruksi tes hasil belajar dan Taksonomi Bloom yang direvisi.
1. Tes Hasil Belajar
a. Definisi tes hasil belajar
Tes hasil belajar merupakan penggabungan dari kata tes dan hasil
belajar. Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan
untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap
seperangkat materi tertentu Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 192).
Menurut Mansyur,dkk (dalam Wiyodoko, 2014: 2) tes adalah sejumlah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan
yang harus diberi tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang
dikenai tes. Sedangkan menurut Sudijono (dalam Ratnawulan dan
Rudiana, 2015: 192) tes adalah alat atau prosedur-prosedur yang
digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Pengertian tes
lainnya yaitu tes sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
atribut pendidikan dimana setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar Suryanto,dkk (dalam
Wiyodoko, 2014: 2). Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat ukur untuk
mengumpulkan informasi dari kemampuan atau pengetahuan
karakteristik suatu objek. Diantara objek tes adalah peserta didik.
Menurut Hamalik (dalam Jihad dan Abdul, 2012: 15) hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan
sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Sedangkan menurut Juliah (dalam
Jihad dan Abdul, 2012: 15) hasil belajar merupakan segala sesuatu yang
menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar mengajar yang
dilakukannya. Purwanto (2009: 66) memaparkan tes hasil belajar
merupakan tes penguasaan karena tes ini mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan guru atau dipelajari siswa. Tes diujikan
setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian
dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut.
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes hasil
belajar adalah salah satu alat untuk mengukur sejauh mana perubahan
perilaku siswa setelah melalui proses belajar mengajar.
b. Jenis tes dan kegunaannya
Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 193) ada beberapa jenis
tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu sebagai
1) Tes Penempatan
Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar
setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas atau pada
jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
secara efektif. Contohnya : tes bakat, tes kecerdasan, dan tes minat.
2) Tes Diagnostik
Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan
belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi
belajar. Dengan demikian, jelas ada kaitan yang erat antara tes
penempatan dan diagnostik. Dapat dikatakan keduanya saling
melengkapi dalam memberikan konstribusi terhadap peningkatan
efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang
pendidikan tertentu.
3) Tes Formatif
Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk
mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas
pembelajaran dalam konteks kelas. Kualitas pembelajaran di eklas
ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri
setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.
4) Tes Sumatif
Hasil tes sumatif berguna untuk menentukan kedudukan atau
dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran
berikutnya, dan menginformasikan kemajuan siswa untuk
disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat,
dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan tes akhir atau biasa
disebut evaluasi belajar tahap akhir (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015:
193).
Jadi dapat disimpulkan terdapat empat jenis tes yang sering
digunakan dalam proses pendidikan yaitu 1). Tes Penempatan 2). Tes
Diagnostik 3). Tes Formatif dan 4). Tes Sumatif.
c. Bentuk Tes
Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 194) untuk
melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seseorang guru dapat
menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan dan tes
buatan guru .
Archievement test yang biasa dilakukan oleh guru dapat dibagi
menjadi dua golongan, yakni tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis dapat
dibagi atas tes esai dan tes objektif.
1) Tes lisan
Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan atau
pernyataan yang disusun secara terencana, diberikan oleh seorang
guru kepada para siswa tanpa melalui media tulis. Pada kondisi
tertentu, seperti jumlah siswa kecil atau sebagian siswa yang
Tes lisan ini sebaiknya berfungsi sebagai tes pelengkap, setelah
tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan Sukardi (dalam
Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 194).
2) Tes Tertulis
a) Test Esai
Secara ontologis, test esai adalah salah satu bentuk tes
tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang
masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban
siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berpikir siswa Sukardi (dalam Ratnawulan dan Rusdiana, 2015:
194).
b) Tes Objektif
Tes objektif merupakan tes yang cara pemeriksaannya
dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan dengan cara
mencocokan kunci jawaban dengan hasil jawaban tes. Hal yang
memungkinkan tes untuk menjawab banyak pertanyaan dalam
waktu yang relatif singkat.
Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 195) ada
beberapa jenis tes objektif, yaitu sebagai berikut.
(1) Tes Objektif Pilihan Ganda
Item tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang
pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi.
Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes
yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, reliabilitas, dan daya
pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal.
Menurut BALITBANG-DEPDIKNAS soal pilihan ganda
harus memperhatikan kaidah – kaidah sebagai berikut:
Aspek Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator.
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau
yang paling benar.
Aspek Konstruksi
d) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
e) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
f) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban
benar.
g) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda.
i) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua
pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban
di atas benar".
j) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka
tersebut, atau kronologisnya.
k) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
l) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
Aspek Bahasa
m) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia.
n) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika
soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
o) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
p) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang
bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
(2) Tes Objektif Benar-Salah
Item tes benar-salah dibedakan menjadi dua macam
bentuk, yaitu item tes bentuk regular atau tidak dimodifikasi atau
regular banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya
proses belajar mengajar sebagai teknik untuk mengawali diskusi
dengan hangat, menarik, dan bermakna. Item tes benar-salah
apabila dicermati secara intensif akan membawa peserta didik
dalam diskusi isu-isu pembelajaran yang bergeser sedikit menjadi
problem solving.
(3) Tes Objektif Menjodohkan
Item tes menjodohkan sering juga disebut matching test
item. Item tes menjodohkan juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan terdiri atas dua
kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang
disebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau fakta yang
disebut daftar respon atau jawaban.
Jadi terdapat tiga jenis tes objektif yaitu 1). Tes Objektif
Pilihan Ganda 2). Tes Objektif Benar-Salah 3). Tes Objektif
Menjodohkan.
d. Komponen tes
Menurut Purwanto (2009: 73-75) tes hasil belajar mempunyai beberapa
komponen. Masing-masing komponen dibahas sebagai berikut.
1) Perangkat soal
Perangkat soal adalah keseluruhan butir pertanyaan atau
2) Petunjuk pengerjaan
Petunjuk pengerjaan mendeskripsikan detail petunjuk yang
harus dilakukan dalam mengerjakan soal. Misalnya : memberi tanda
silang, melingkari, memberikan jawaban singkat, dan sebagainya.
3) Butir soal
Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang
menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.
Penguasaan siswa diketahui dari kemampuannya membuat
pemecahan masalah. Satuan untuk soal adalah butir sehingga tiap
item pertanyaan atau pernyataan dikenal sebagai butir soal.
4) Pilihan jawaban
Soal objektif adalah soal yang segala kemungkinan jawaban
telah disediakan dan tugas peserta tes adalah memilih satu pilihan
yang merupakan jawaban atas pertanyaan. Sejumlah alternatif yang
ditawarkan dinamakan pilihan (options).
5) Kunci jawaban
Kunci jawaban (key) adalah pilihan yang merupakan jawaban
atas pertanyaan yang diajukam dalam soal.
6) Pengecoh
Pengecoh adalah pilihan yang bukan merupakan kunci
jawaban. Misalnya : pada soal objektif jenis benar-salah, bila kunci
objektif pilihan ganda dengan empat pilihan a,b,c,d dan kunci
jawabannya adalah c maka a,b,c merupakan pengecoh.
Jadi terdapat enam komponen tes yaitu 1). Perangkat soal 2).
Petunjuk pengerjaan 3). Butir soal 4). Pilihan jawaban 5). Kunci
Jawaban 6). Pengecoh.
2. Konstruksi Tes Hasil Belajar
Kontruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan. Ketiga
pokok bahasan yang dimaksud adalah validitas, reliabiltas dan
karakteristik butir soal. Ketiga pokok bahasa tersebut memiliki peran
penting dalam pembuatan tes hasil belajar. Tes hasil belajar akan baik
tergantung oleh tiga pokok bahasan tesebut. Penjabaran dari ketiga
pokok bahasan tersebut yaitu :
a. Validitas
Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid,
apabila tes tersebut benar-benar menyasar kepada apa yang dituju.
Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara
tepat sesuatu yang ingin diukur. Menurut Anastasi dan Urbina (dalam
Purwanto, 2009: 114), validitas berhubungan dengan apakah tes
mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik dia
melakukannya. Menurut Yusuf (2015: 61), validitas menunjuk
kepada kesesuaian, kebermaknaan, dan kebergunaan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat skor instrumen. Arifin (1988: 109)
dengan tujuan penggunaan alat ukur. Validitas merupakan
pertimbangan paling pokok di dalam mengembangkan dan
mengevaluasi tes (Suwarto,2012: 94). Pada pernyataan para ahli diatas
dapat ditarik kesimpulan validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur
mengukur apa yang ingin diukur. Semakin tinggi validitas suatu
instrumen, berarti semakin baik kesimpulan yang diambil dan semakin
baik pula tingkat kebermaknaan maupun kegunaannya, oleh karena itu
suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen atau alat ukur tersebut
benar-benar mengukur sesuatu yang hendak diukur.
Validitas suatu instrumen atau alat ukur dapat dilihat dari sisi
atau konsep yang terdapat pada alat ukur tersebut. Di samping itu,
dapat pula dilihat dengan memperhatikan bentuknya atau hubungan
dengan instrumen lain secara empirik atau statistik. Sehubungan
dengan itu maka validitas dapat dibedakan atas :
1) Validitas isi
Menurut Purwanto (2009: 120), validitas isi adalah pengujian
validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil
belajar mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi
berhubungan dengan representativitas sampel butir dari semesta
populasi butir. Sedangkan menurut Widoyoko (2014: 140) yang
dimaksud validitas isi adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana
skor dalam tes berhubungan dengan penguasaan peserta tes dalam
mengetahui validitas isi tes, diperlukan adanya penilaian ahli yang
menguasai bidang studi tersebut. Jadi bersifat analisis kualitatif.
2) Validitas Konstruk
Menurut Purwanto (2009: 120), validitas konstruk adalah
pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian
konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya. Hasil belajar
dikonstruksi oleh sejumlah ranah. Pengujian validitas konstruk menguji
konstruksi hasil belajar. Misalnya : konstruksi “hasil belajar ranah
kognitif” menurut taksonomi Bloom meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
3) Validitas Kriteria
Validitas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan
dengan membandingkan tes hasil belajar dengan kriteria tertentu diluar
tes hasil belajar. Instrumen dapat dinyatakan valid apabila telah
mengukur dengan hasil sebagimana hasil pengukuran kriterianya.
Kesesuaian pengukuran ditunjukan oleh hasil korelasi yang signifikan
antara skor hasil pengukuran menggunakan tes hasil belajar dengan
skor hasil pengukuran menggunakan instrumen kriteria yang digunakan
sebagai dasar pengujian validitas. Berdasarkan kriteria yang digunakan
sebagai dasar pengujian, validitas dapat dibagi menjadi dua yaitu
validitas konkuren dan validitas prediktif (Purwanto ,2009: 120).\
Terdapat tiga macam validitas yaitu 1). validitas isi 2). validitas
b. Reliabilitas
Menurut Purwanto (2009: 153), reliabilitas (reliability)
berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang
artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan
ketetapan dan konsistensi. Tes hasil belajar dikatakan dapat
dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang
relatif tetap dan konsisten. Menurut Thorndike dan Hagen (dalam
Purwanto, 2009: 154) reliabilitas berhubungan dengan akurasi
instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur
dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.
Pendapat ahli lainnya yaitu menurut Hopkins dan Antes (dalam
Purwanto, 2009: 154) menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi
pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada
satu subjek maupun sejumlah subjek. Suwarto (2012: 101)
menambahkan reliabilitas adalah tingkat ketepatan, keajekan, atau
kemantapan. Jadi dapat ditarik kesimpulan reliabilitas soal
merupakan ukuran yang menyatakan keajegan atau konsistenan
suatu soal tes. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi
atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap (bahwa alat ukur
stabil, dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk meramalkan).
Menurut Purwanto (2009: 155), banyak metode yang dapat
garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
berdasarkan perbedaan dalam mendefinisikan reliabilitas.
1) Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran apabila tes hasil
belajar diujikan beberapa kali. Reliabilitas sebagai stabilitas
eksternal ini memandang bahwa tes hasil belajar dikatakan reliabel
apabila diujikan beberapa kali akan memberikan hasil pengukuran
yang relatif konsisten. Tergolong dalam kelompok ini adalah
metode tes ulang dan metode pararel.
2) Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran
butir-butir tes hasil belajar. Tes hasil belajar memberikan hasil
pengukuran yang konsisten. Metode dalam kelompok ini dapat
dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah butirnya. Apabila jumlah
butir genap maka metode dapat menggunakan metode belah dua,
Flanagan dan Rulon, sedangkan bila jumlah butir ganjil maka
metode yang dapat digunakan adalah metode Kuder-Richardson,
Hoyt dan Alpha Cronbach.
3. Karakteristik butir soal
a. Daya pembeda
Menurut Zainul dan Nasution (dalam Widoyoko, 2014:
136), daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukan tingkat
kemampuan butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai
dengan peserta tes yang kurang pandai di antara peserta tes.
kemampuan butir soal tes hasil belajar membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Anastasi dan Urbina
(dalam Purwanto, 2009: 102), menyatakan daya beda berhubungan
dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik
perilaku pengambil tes dalam tes yang dikembangkan. Suwarto
(2012:108) menambahkan daya pembeda suatu butir tes berfungsi
untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan
kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang
ada pada kelompok itu. Jadi pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa daya beda merupakan nilai yang membedakan antara siswa
yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Tujuan dari pengujian
daya beda untuk membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan
rendah.
b. Tingkat kesukaran
Menurut Widoyoko (2014: 132), tingkat kesukaran butir soal
adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu
butir soal. Crocker dan Algina (Purwanto, 2009: 98) menyatakan
tingkat kesukaran dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa
peserta tes yang menjawab benar. Rakhmat dan Suherdi (2001:
190) berpendapat bahwa tingkat kesukaran yaitu ukuran yang
menunjukan kesulitan soal untuk diselesaikan oleh siswa. Jadi
kesukaran adalah jumlah siswa yang menjawab benar terhadap
suatu soal.
Perhitungan tingkat kesukaran item adalah pengukuran seberapa
besar derajat kesukaran suatu item atau tes. Jika suatu item atau tes
memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan
bahwa tes tersebut baik (Arifin,1988: 129). Sedangkan menurut
Sulistyorini (2009: 173), asumsi yang digunakan untuk
memperoleh kualitas soal yang baik adalah adanya keseimbangan
dari tingkat kesulitan soal, keseimbangan yang dimaksud adalah
adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara
proporsional. Suryapranata (2004: 12), menyatakan bahwa proporsi
jawaban benar yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada
butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes
seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum
digunakan. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar
bisa dibuat 3-4-3. Artinya terdapat 30% soal kategori mudah, 40%
soal kategori sedang dan 30% soal kategori sukar. Misalkan
terdapat 60 butir soal pilihan ganda terdapat 18 soal kategori
medan, 24 soal kategori sedang dan 18 soal kategori sukar. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah jumlah
proporsi soal antara soal kategori mudah, sedang dan sukar.
lebih banyak daripada kategori mudah dan sukar, sedangkan
kategori mudah dan sukar jumlahnya harus seimbang.
c. Analisis Pengecoh
Menurut Purwanto (2009: 108), pengecoh (distractor) yang juga
dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah pilihan
jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh bukan
hanya sekedar pilihan jawaban. Pengecoh diadakan untuk
menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Pengecoh
menggoda siswa yang kurang memahami materi pelajaran untuk
memilihnya, agar dapat melakukan fungsinya untuk mengecoh
harus dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban.
Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada
siswa yang terkecoh memilih. Pengecoh yang sama sekali tidak
dipilih tidak dapat melakukan fungsinya sebagai pengecoh karena
terlalu menyolok dan dimengerti oleh semua siswa sebagai
pengecoh soal. Pengecoh yang berdasarkan hasil uji coba tidak
efektif direkomendasikan untuk diganti dengan pengecoh yang
lebih menarik (Purwanto, 2009: 108).
d. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan wujud pencapaian peseta didik sekaligus
merupakan lambang keberhasilan pendidik dalam membelajarkan
peserta didik (Yusuf, 2015: 181). Untuk melihat berhasil atau tidaknya
siswa yang digunakan sebagai dasar untuk memberikan penilaian hasil
belajar, seharusnya memiliki kemampuan secara nyata menimbang
secara adil “bobot” kemampuan siswa (Purwanto, 2009: 81). Setiap
alat ukur yang akan digunakan harus dipastikan dapat mengukur
secara baik, oleh karena itu tes hasil belajar harus dibuat dengan
prosedur pengembangan yang akan menjamin menghasilkan tes hasil
belajar yang baik. Menurut Purwanto (2009: 83-94) prosedur
pengembangan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi hasil belajar
Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang hendak
diukur hasil belajarnya. Disamping itu hasil belajar juga harus
diidentifikasi aspek mana yang diukur ranah kognitif, afektif dan
psikomotoriknya (Purwanto,2009: 83-94). Langkah yang pertama
yang harus dilakukan oleh peneliti yaitu mengidentifikasi hasil
belajar dan mengidentifikasi aspek yang diukur. Jadi identifikasi
hasil belajar yang dilakukan untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh siswa sebagai dasar untuk membuat suatu tes.
b. Deskripsi Materi
Objek kajian dalam pendidikan adalah perilaku siswa
dalam suatu hasil belajar. Untuk mengukur objek maka pengukur
harus mengetahui objek yang akan diukur dengan baik dan juga
dalam pendidikan pengukur harus mengetahui dengan baik pula
yang akan diukur diperoleh dari materi tentang hasil belajar. Materi
merupakan salah satu penentu dalam mengembangkan tes hasil
belajar. Data hasil belajar yang ingin dikumpulkan didasarkan pada
informasi mengenai hasil belajar sebagaimana sudah
dideskripsikan pada materi. Materi mengarahkan dalam
pengumpulan data dan menjadi acuan dalam memahami hasil
belajar (Purwanto, 2009: 85). Jadi jika data yang dikumpulkan
merupakan data hasil belajar maka materi itu yang akan
dikembangkan.
c. Pengembangan Spesifikasi
Adanya pengembangan spesifikasi ini bertujuan untuk dua
atau lebih pengembang (developer) tes hasil belajar menghasilkan
tes hasil belajar yang sama kualitasnya, dengan adanya
pengembangan spesifikasi tersebut akan pengembangan tes hasil
belajar oleh dua orang atau lebih akan memberikan hasil yang
sama. Dengan adanya spesifikasi juga memungkinkan satu
pengembang tes hasil belajar dapat membuat dua atau lebih
perangkat tes hasil belajar yang setara atau ekuivalen sehingga
memungkinkan tes hasil belajar diuji kemampuannya melakukan
pengukuran dengan hasil ukur yang relatif stabil dan konsisten
(reliabel). Spesifikasi yang dikembangkan menyangkut sepuluh hal
menurut Purwanto (2009: 86-90) yaitu menentukan jenis tes hasil
skoring, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan
instruksional khusus dan menyusun kisi-kisi tes.
d. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban
Kisi-kisi tes merupakan dasar untuk penulisan butir-butir
tes. Butir-butir soal yang ditulis berpedoman pada kisi-kisi.
Suryabrata (dalam Purwanto, 2009: 92) memberikan pedoman
penulisan butir tes sebagai berikut.
1) Nyatakan soal sejelas mungkin
2) Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat
3) Hindarilah pengaturan kata yang kompleks dan janggal
4) Masukkan semua keterangan yang diperlukan untuk
membuat jawaban
5) Hindarilah memasukkan kata-kata yang tidak berfungsi
6) Rumuskan soal setepat mungkin
7) Sesuaikan taraf kesukaran soal dengan kelompok dan tujuan
yang dimaksudkan
8) Hindarilah isyarat ke arah jawaban benar yang tidak perlu
Kunci jawaban harus ditentukan dalam spesifikasi tes hasil
belajar agar orang lain yang mengikuti perolehan hasil belajar
responden dari jawaban yang dibuatnya. Sebagaimana jenis
jawaban yang dituntutnya, kunci jawaban soal esai berbeda
sedangkan objektif berupa pilihan dari beberapa alternatif
(Purwanto, 2009: 92).
e. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar
Pengumpulan data uji coba dilakukan dengan mengujikan
instrumen uji coba tes hasil belajar yang ditulis berdasarkan
kisi-kisi. Jawaban siswa peserta uji coba diubah menjadi skor
berdasarkan aturan skoring uji coba. Skor-skor selanjutnya
menjadi data uji coba hasil belajar.
f. Uji Kualitas tes hasil belajar
Butir soal yang berpedoman pada kisi-kisi merupakan butir
tes yang secara teori baik. Untuk memastikan butir soal yang
secara teori sudah baik secara empiris perlu dilakukan uji kualitas.
Uji kualitas dilakukan untuk menjamin bahwa tes hasil belajar
layak sebagai sebuah alat ukur. Setelah berdasarkan uji kualitas
telah menunjukan bahwa tes hasil belajar memenuhi syarat, maka
tes hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur atau
mengumpulkan data hasil belajar. Purwanto (2009: 93)
mengatakan bahwa dalam pengukuran hasil belajar yang
dikumpulkan mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi.
Pengumpulan data dengan cara demikian dapat digambarkan
Gambar 2.1 Pengumpulan Data Uji Kualitas Tes Hasil Belajar
g. Kompilasi
Kompilasi tes adalah menyusun kembali butir setelah uji
coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang
baik. Butir kompilasi adalah butir yang siap digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prosedur pengembangan tes
hasil belajar ada tujuh, yaitu kegiatan identifikasi hasil belajar,
deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan
kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, pengujian kualitas
dan perangkat, serta kompilasi.
4. Taksonomi Bloom
Bloom (dalam Sudijono, 2006: 48) berpendapat bahwa
taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada
diri peserta didik, yaitu (1) Ranah proses berpikir (2) Ranah nilai
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Dalam ranah kognitif tersebut terdapat enam jenjang proses
berpikir, ke-enam jenjang tersebut adalah (1) pengetahuan/
hafalan/ ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension),
(3) Penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis
(synthesis) dan (6) Penilaian (evaluasion). Tetapi taksonomi telah
direvisi menjadi dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan
dimensi proses kognitif. Dalam dimensi proses kognitif mencakup
enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Berikut tingkatan
taksonomi Bloom yang telah direvisi :
a. Mengingat
Menurut Anderson dan Krathwohl (dalam Suwarto, 2012:
18), mengingat merupakan proses kognitif yang mengandung
arti mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini berupa
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural atau metakognitif
bahkan kombinasi dari pengetahuan tersebut. Kategori
mengingat merupakan kategori dimana terjadi aktivitas menarik
kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang
seorang siswa. Dua proses kognitif yang berkaitan dengan
kata kerja operasional pada taraf ini adalah mengutip,
menjelaskan, menyebutkan, menggambar, membilang,
mengidentifikasi, mendaftar, menunjukan, memberi label,
memberi indeks, memasang, menamai, menandai, membaca,
menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang,
mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari,
mentabulasi, memberi kode, menelusuri dan menulis.
b. Memahami
Memahami merupakan proses mengkonstruksi makna dari
pesan pembelajaran baik yang bersifat lisan,tulis maupun grafis
yang disampaikan dalam pembelajaran Anderson dan Krathwohl
(dalam Suwarto, 2012: 19). Proses-proses kognitif yang
termasuk dalam kategori memahami meliputi proses
menginterprestasikan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menduga, membandingkan dan menjelaskan. Kata
kerja pada taraf ini adalah memperkirakan, menjelaskan,
mengkategorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan,
membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah,
mempertahankan, menguraikan, menjalin, membedakan,
mendiskusikan, menggali, mencontohkan, menerangkan,
mengemukakan, mempolakan, memperluas, menyimpulkan,
c. Mengaplikasikan
Proses kognitif yang menggunakan prosedur tertentu untuk
mengerjakan suatu soal latihan atau untuk menyelesaikan
masalah Anderson dan Krathwohl (dalam Suwarto, 2012: 22).
Kategori menerapkan ini terdiri dari dua proses kognitif yaitu
proses melaksanakan (apabila tugas yang diberikan berupa
sebuah latihan) dan proses mengimplementasikan (apabila tugas
yang diberikan dalam bentuk suatu persoalan). Kata kerja
operasional pada taraf ini adalah menugaskan, mengurutkan,
menentukan, menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasi,
memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung, membangun,
mengurutkan, membiasakan, mencegah, menggambarkan,
menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan,
mengadaptasi, menyelidiki, mengoprasikan, mempersoalkan,
mengkonsepkan, melaksanakan, meramalkan, memproduksi,
memproses, mengaitkan, menyusun, mensimulasikan,
memecahkan, melakukan, mentabulasi.
d. Menganalisis
Menganalisis menurut Anderson dan Krathwohl (dalam
Suwarto, 2012: 24-26) adalah proses memecah materi menjadi
bagian kecil dan menentukan hubungan bagaimana hubungan
antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur
proses-proses membedakan, proses-proses mengorganisasi, dan proses-proses
menghubungkan. Kata kerja operasional pada taraf ini adalah
menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan,
mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, memerinci,
menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan,
merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah,
membagankan, menyimpulkan, menemukan, menelaah,
memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan,
memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan
membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standart Anderson
dan Krarhwohl (dalam Suwarto, 2012: 26-27). Kriteria tersebut
dapat ditentukan oleh para siswa atau para guru. Standar yang
dapat digunakan bisa berupa standart kuantitatif maupun
standart kualitatif. Kategori mengevaluasi mencakup sejumlah
proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik. Kata kerja
operasional pada taraf ini adalah membandingkan,
menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang,
memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas,
menugaskan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci,
mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi, mengetes,
f. Mencipta
Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan elemen-elemen
penting menjadi sesuatu yang utuh yang koheren Anderson dan
Krathwohl (dalam Suwarto, 2012: 27-30). Proses-proses
kognitif yang termasuk ke dalam kategori ini biasanya juga
dikoordinasikan dengan pengalaman belajar yang sudah di
miliki oleh para siswa sebelumnya. Kata kerja operasional pada
taraf ini adalah mengabstraksi, mengatur, menganimasi,
mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode,
mengombinasikan, menyusun, mengarang, membangun,
menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan,
mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte,
meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk,
memperjelas, merumuskan, menggeneralisasi, menghubungkan,
memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan, menyiapkan,
memproduksi, merangkum, merekonstruksi, dan membuat.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat enam dimensi
proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ada tiga jenis. Berikut
penelitian yang relevan dengan penelitian ini :
1. Bayuni,dkk. (2013). Melakukan penelitian yang berjudul
Pengembangan Tes Matematika Dengan Teknik Part-Whole pada
siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Gianyar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan tes matematika,
kisi-kisi tes matematika, validitas isi, validitas butir dengan teknik
part-whole , reliabilitas butir, taraf kesukaran butir, daya beda, dan
efektifitas pengecoh butir tes matematika berdasarkan SK-KD SD
kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gianyar.
Sebanyak 500 siswa kelas IV dipilih sebagai sampel. Data Penelitian
dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program excel.
Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut. (1) Tes matematika
yang dikembangkan berdasarkan SK-KD sudah mengacu pada
langkah-langkah pengembangan tes, (2) Kisi-kisi tes matematika
yang dikembangkan sudah berdasarkan SK-KD. (3) Hasil validitas
isi termasuk kategori validitas isi sangat tinggi (dengan formula
Gregory diperoleh validitas isi 0.925), (4) Hasil analisis validitas
butir pada 40 butir tes penelitian ini diperoleh hasil 99% valid (hanya
1 butir soal yang tidak valid yaitu no.23), (5) Hasil analisis
reliabilitas menurut kriteria Guilford termasuk derajat reliabilitas
(6) Taraf kesukaran butir tes diperoleh hasil yaitu kategori sedang
62,5%, kategori sukar 7,5%, dan kategori mudah 30%, (7) Daya
beda butir tes matematika penelitian ini yaitu kategori sedang 42,5%,
kategori jelek 45%, kategori baik 12,5%, (8) Efektifitas pengecoh
penelitian ini memperoleh hasil kategori semua pengecoh baik
sebanyak 7.5%. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan
dikembangkan yaitu pengembangan tes matematika di SD.
2. Duskri,dkk. (2014). Melakukan penelitian yang berjudul
Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD.
Penelitian ini menggunakan Analisis kuantitatif untuk mengetahui
informasi butir tes menggunakan program ITEMAN dan Program R.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) pengembangan tes diagnostik
kesulitan belajar matematika di SD ini meliputi: studi pendahuluan,
studi literatur dan hasil penelitian, analisis masalah, merumuskan
learning continuum, merumuskan peta konsep, menyusun tes essay,
polarisasi jawaban siswa, menyusun tes bentuk pilihan ganda,
validasi pakar melalui focus group discussion, uji coba terbatas, dan
uji yang diperluas, (2) indeks daya beda butir tes antara 0,391 sampai
dengan 2,317, indeks kesukaran butir tes antara -2,158 sampai
dengan 2,528, kecocokan uji tes dengan kemampuan peserta (θ)
antara -2,00 sampai dengan 2,60, dan fungsi informasi tes antara
0,111 sampai dengan 3,879, dan (3) informasi yang dapat
individual, grafik ketuntasan belajar, profil individual, analisis salah
konsepsi dan saran remedial. Penelitian ini merupakan penelitian
yang relevan kedua karena kesamaan dengan penelitian yaitu
pengembangan.
3. Wirasri. (2014). Melakukan penelitian dengan judul Analisis
Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran
Kelas 1. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif
deskriptif non experimental. Hasil pekerjaan siswa dalam bentuk
dokumen menjadi data penelitian yang diambil pada 31 Maret
menggunakan software TAP (Test Analysis Program) yang
dipetakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas soal ulangan tengah
semester II kelas I pada mata pelajaran matematika cenderung belum
baik, masalah-masalah yang ditemukan dalam soal tersebut adalah
tidak menggunakan struktur kata dan kalimat yang baik, tidak
terdapat kisi-kisi soal, soal banyak yang tidak valid dilihat dari kadar
validitas dan validitas isi, tingkat kesukaran soal tidak seimbang
proporsinya dan daya pembeda soal rendah.
Berikut merupakan litterature map ketiga penelitian yang
Gambar 2.2 Literature MapHasil penelitian yang relevan
Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu mengenai pengembangan tes pada
mata pelajaran matematika di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk diteliti. Hal ini dikarenakan dari
ketiga penelitian terdahulu tersebut, belum pernah dilakukan penelitian mengenai
pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan untuk
siswa kelas III Sekolah Dasar.
C. Kerangka berpikir
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada
setiap siswa. Untuk mendapatkan tes yang berkualitas sebaiknya dilakukan uji
digunakan sebagai alat ukur . Ciri tes yang baik yaitu valid, reliabel, memiliki
tingkat kesukaran, dan praktis.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti, guru masih mengalami
kesulitan dalam proses pembuatan tes hasil belajar yang baik. Guru jarang
membuat soal sesuai dengan langkah-langkah pembuatan tes karena keterbatasan
waktu. Guru juga sangat membutuhkan contoh soal yang mencakup validitas,
reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh.
Terdapat macam-macam bentuk tes, salah satu bentuk yang sering digunakan
oleh guru adalah bentuk tes pilihan ganda.Tes pilihan ganda sangat sering
digunakan untuk ujian kenaikan kelas, ujian tengah semester maupun ujian
nasional. Adapun kelebihan tes pilihan ganda adalah tes tersebut dapat dijawab
dengan cepat, reliabilitas skor dapat dijamin sepenuhnya dan jawaban siswa
mudah dikoreksi. Sedangkan kekurangan pada bentuk tes pilihan ganda yaitu
siswa dapat menebak atau menerka-nerka jawaban dan membutuhkan waktu yang
cukup besar atau lama dalam pembuatan tes tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti ingin mengadakan penelitian
mengenai pengembangan tes hasil belajar yang baik. Peneliti membuat tes yang
sudah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda dan analisis
pengecohnya. Dalam hal ini peneliti juga akan menggunakan Taksonomi Bloom
dari mengingat hingga mencipta, sehingga tidak menekan siswa hanya pada daya
contoh pembuatan tes hasil belajar yang baik untuk para guru. Kerangka berpikir
pengembangan tes pilhan ganda yang berkualitas akan disajikan sebagai berikut:
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir
Ciri – ciri tes yang baik 1. Valid
2. Reliabel
3. Memiliki tingkat kesukaran
4. Dapat membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai 5. Pengecoh berfungsi
Bentuk tes pilihan ganda
Bentuk tes pilihan ganda pada umumnya digunakan sebagai ujian nasional, ujian sekolah maupun ujian kenaikan kelas.
Kelebihan tes pilihan ganda adalah tes dapat dijawab dengan cepat, reliabilitas skor dapat dijamin sepenuhnya dan jawaban siswa mudah dikoreksi. Sedangkan kekurangan pada bentuk tes pilihan ganda yaitu siswa dapat menebak atau menerka-nerka jawaban dan membutuhkan waktu yang cukup besar atau lama dalam pembuatan tes tersebut.
Tes
Alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat materi tertentu.
Fungsi Tes :
1. Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.
2. Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah.
Hasil Wawancara
1. Guru kesulitan dalam pembuatan tes hasil belajar yang baik
2. Guru membuat tes hasil belajar belum sesuai dengan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar
3. Guru membutuhkan contoh tes hasil belajar materi operasi hitung bilangan yang sudah teruji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecohnya.
D. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan teori yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar
matematika materi operasi hitung untuk siswa kelas III SD?
2. Bagaimana kualitas tes hasil tes hasil belajar matematika?
a. Bagaimana validitas isi tes hasil belajar matematika materi
operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan para
ahli?
b. Bagaimana validitas tes hasil belajar matematika materi
operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan uji coba
empiris?
c. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar matematika materi
operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan uji coba
empiris?
d. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar matematika
materi operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan
uji coba empiris?
e. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar matematika materi
operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan uji coba