• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan untuk siswa kelas III sekolah dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan untuk siswa kelas III sekolah dasar"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGA

MATERI OPERA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN UNTUK S

KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Natalia Hanna Perfecta

NIM: 131134046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

MATEMATIKA

N UNTUK SISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)

PENGEMBANGA

MATERI OPERA

Diajukan u

Program Studi Pendidikan Guru

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN UNTUK S

KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Natalia Hanna Perfecta

NIM: 131134046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

MATEMATIKA

N UNTUK SISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Terselesaikannya skripsi ini bukan karena kerja keras saya sendiri semata,

namun karena bantuan dan dukungan berbagai pihak. Maka dengan bangga saya

mempersembahkan skripsi ini kepada :

1. Singgih Purnomo dan Eny Rohati, kedua orang tua yang selalu

mendukung dan memberi semangat agar cepat terselesaikannya skripsi ini.

2. Wahyu Nugroho partner yang selalu memberi semangat, maaf telah

(6)

v Motto

Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. ~NN

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah

dengan sendirinya tanpa berusaha.~NN

Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah

cita-cita juga adalah beban, jika itu hanya angan-angan. ~NN

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya

sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 April 2017

Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Natalia Hanna Perfecta

Nomor Mahasiswa : 131134046

Demi pengembangan imu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung

Bilangan Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar”

beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal : 5 April 2017

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Natalia Hanna Perfecta Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan tes hasil belajar yang baik. Penelitian ini dimulai dari melihat potensi dan masalah. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk materi operasi hitung campuran untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall. Analisis data uji coba produk dilakukan dengan menggunakan aplikasi TAP (Test Analysis Programs).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah (b) pengumpulan data (c) desain produk (d) validasi desain (e) revisi desain (f) uji coba produk (g) revisi produk, (2) hasil penelitian kualitas produk tes terdapat 50 soal valid dan reliabel. Untuk tingkat kesukaran terdapat 5 soal dalam kategori mudah dan 45 soal dalam kategori sedang. Hasil analisis daya pembeda terdapat 9 soal yang kurang membedakan dan terdapat 21 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi. Pengecoh yang kurang berfungsi akan direvisi sehingga dapat digunakan.

(10)

ix ABSTRACT

“THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST IN ARITHMETIC MATERIAL FOR THE THIRD GRADE OF ELEMENTARY

SCHOOL STUDENTS”

Natalia Hanna Perfecta

Sanata Dharma University

2017

The aim of this study is to develop a good learning achievement test. This research began the potential and problems. The problem encountered by classroom teacher was the difficulty in constructing a good learning achievement test. This research is Research and Development (R&D) that aims to (1) develop learning achievement test (2) describe the quality of learning achievement test in Arithmmetic material for the third grade of elementary school students.

Procedure of learning achievement test development, researcher modified the ways of developments based on Borg and Gall’s. The result of the test was analyzed by using TAP (Test Analysis Program) software.

This research showed (1) the ways of development research are: (a) found the potential and problems, (b) gathered the data, (c) designed product, (d) validated the design, (e) revised the design, (f) tested the design, and (g) revised the design.(2) the research result of the test product quality, there are 50 valid and reliable items. For the level of difficulty, there are 5 items as easy level, and 45 items as medium level. The result of analyzing differentiation, there are 9 items are less differentiate and there are 21 items have dysfunctional distractors. The items which aredysfunctional distractors will be revised so that can be used.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi

yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi

Hitung Bilangan untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar” sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti mengucapkan

terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi

ini, yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran

dalam mengerjakan skripsi ini

2. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi selaku wakaprodi PGSD.

5. Drs Puji Purnomo,M.Si dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd yang

telah mendampingi dalam pembuatan skripsi ini.

6. Segenap guru yang telah bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.

7. Segenap keluarga besar SD N Percobaan 4 Wates yang telah bersedia

bekerjasama.

8. Kedua orang tua yang senantiasa memberi dukungan agar cepat

terselesaikannya penelitian ini.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

(12)

xi

lain. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan

sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi yang telah dibuat ini.

Peneliti,

(13)

xii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Tes Hasil Belajar ... 10

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar... 19

3. Karakteristik Butir Soal... 23

4. Pengembangan Tes Hasil Belajar... 26

(14)

xiii

1. Non Tes ... 56

A. Wawancara... 56

B. Kuesioner ... 57

2. Tes... 58

E. Instrumen Penelitian ... 59

1. Data Kualitatif... 59

2. Data Kuantitatif... 61

F. Teknik Analisis Data... 63

1. Analisis data Kualitatif ... 63

2. Analisis data Kuantitatif ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Hasil penelitian ... 74

1. Prosedur pengembangan Tes Hasil Belajar ... 74

2. Kualitas Tes Hasil Belajar... 78

B. Pembahasan... 88

1. Prosedur pengembangan Tes Hasil Belajar ... 88

2. Kualitas Tes Hasil Belajar... 98

3. Produk Akhir... 106

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN,DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Keterbatasan Pengembangan ... 111

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan... 60

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner untuk Ahli ... 61

Tabel 3.3 Indikator Soal Tes Hasil Belajar ... 62

Tabel 3.4 Kriteria Soal Skala empat ... 64

Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas ... 67

Tabel 3.6 Indeks Tingkat Kesukaran ... 69

Tabel 3.7 Indeks Daya Beda ... 71

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli... 76

Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain ... 77

Tabel 4.3 Hasil Validitas Soal Tipe A ... 78

Tabel 4.4 Hasil Validitas Soal Tipe B... 79

Tabel 4.5 Tingkat Kesukaran Soal Tipe A... 81

Tabel 4.6 Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 82

Tabel 4.7 Daya pembeda Soal Tipe A ... 83

Tabel 4.8 Daya Pembeda Soal Tipe B ... 84

Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengecoh Tipe A ... 85

Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Tipe B ... 87

Tabel 4.11 Analisis hasil Validasi Ahli... 89

Tabel 4.12 Revisi Mengurutkan option jawaban ... 90

Tabel 4.13 Revisi Angka Terlalu Besar ... 91

Tabel 4.14 Revisi Option Jawaban... 92

Tabel 4.15 Revisi Pengecoh... 95

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengumpulan Data Uji Kualitas Tes Hasil Belajar ... 31

Gambar 2.2 Literature MapHasil Penelitian Yang Relevan ... 40

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 3.1 Langkah Metode Penelitian Pengembangan ... 46

Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar... 55

Gambar 3.3 Hasil Validitas Pada Program TAP ... 66

Gambar 3.4 Hasil Reliabilitas Pada Program TAP ... 67

Gambar 3.5 Hasil Tingkat Kesukaran Pada Program TAP... 69

Gambar 3.6 Hasil Daya Beda Pada Program TAP... 71

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Wawancara... 115

Lampiran 2 Format Validasi Ahli ... 118

Lampiran 3 Hasil Validasi Butir Soal Tipe A... 150

Lampiran 4 Hasil Validasi Butir Soal Tipe B ... 151

Lampiran 5 Kuesioner Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 152

Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli ... 156

Lampiran 7 Soal Uji Coba Tipe A ... 172

Lampiran 8 Soal Uji Coba Tipe B... 179

Lampiran 9 Contoh Lembar Jawab Uji Coba Soal ... 186

Lampiran 10 Rekap Jawaban Siswa Soal Tipe A ... 187

Lampiran 11 Rekap Jawaban Siswa Soal Tipe B... 189

Lampiran 12 Hasil Uji TAP Soal Tipe A... 191

Lampiran 13 Hasil Uji TAP soal Tipe B... 198

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tujuh bagian pendahuluan. Ketujuh bagian

pendahuluan tersebut yaitu latar belakang, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi

produk.

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting di seluruh dunia. Mutu

pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam bidang pendidikan.

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia telah banyak disadari oleh

banyak orang terutama pemerhati pendidikan di Indonesia. Hayat (dalam

Suwarto 2012:1) mengemukakan rendahnya mutu pendidikan ini dapat

dilihat, antara lain dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional

(UAN) untuk semua bidang studi yang di-UAN-kan, baik di tingkat

nasional maupun daerah. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga

diakui oleh wakil presiden Yusuf Kalla dalam jumpa pers di kantornya

tanggal 1 Juli 2005 (Suwarto, 2012: 1).

Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah rendahnya kualitas

guru. Salah satu tugas guru dalam kompetensi pedagogik yaitu

melaksanakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan

menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan (Suwarto, 2012: 6).

(19)

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan

dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai

bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program

pendidikan. Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah

standar, tolok ukur, atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan

upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal,

kemudian dibandingkan dengan kriteria, agar dapat diketahui seberapa

jauh atau seberapa tinggi kesenjangan yang ada antara kondisi nyata

tersebut dengan kriteria sebagai kondisi yang diharapkan (Arikunto, 2008:

8). Instrumen evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tes dan

non-tes. Tes merupakan suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan

kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik,

kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku

peserta didik (Arifin, 1988: 22). Terdapat empat ciri tes hasil belajar yang

baik yaitu valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran dan kepraktisan

(Rakhmad dan Suherdi, 2001: 57).

Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik merupakan salah satu hal yang

penting untuk diperhatikan oleh para pendidik. Pada kenyataannya

pendidik tidak memperhatikan bagaimana cara membuat tes hasil belajar

yang baik. Para pendidik cenderung hanya meniru soal-soal yang ada pada

(20)

menggunakan langkah-langkah untuk pembuatan tes. Hal ini ditunjukan

pada wawancara kepada salah satu guru kelas III di salah satu SD Negeri

di Bantul. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016. Dari hasil

wawancara tersebut peneliti mendapatkan beberapa data mengenai

pengembangan tes hasil belajar.

Data pertama yang didapatkan fungsi dari evaluasi pembelajaran

adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan untuk mengetahui

sejauh mana materi yang diserap siswa. Dalam melakukan evaluasi, guru

melaksanakan sebanyak 5 kali ulangan harian, 1 kali ujian tengah semester

dan 1 kali ujian akhir semester. Guru tersebut dapat membuat soal sendiri

hanya saja tidak melakukan langkah-langkah yang baik. Beliau

menuturkan langkah-langkah dalam membuat soal hanya membaca materi

lalu membuat kisi-kisi dan soal. Beliau tidak sempat menguji validitas,

reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran dan analisis pengecohnya. Beliau

juga menuturkan sangat membutuhkan prototypesoal yang sudah diujikan

validitas dan reliabilitasnya untuk dijadikan acuan dalam pembuatan soal.

Guru membutuhkan prototype soal pada materi operasi hitung bilangan

karena guru kesulitan untuk membuat pengecohnya.

Berdasarkan wawancara diatas guru membutuhkan tes hasil belajar

materi operasi hitung bilangan untuk dijadikan pedoman atau acuan dalam

pembuatan soal evaluasi yang baik. Maka, peneliti terdorong untuk

pengembangan tes hasil belajar dengan penelitian dan pengembangan

(21)

Belajar Matematika materi Operasi Hitung Bilangan Untuk Kelas III

Sekolah Dasar”.

Hasil dari penelitian ini akan menghasilkan contoh soal yang baik

yang telah melalui tahap analisis dan teruji kualitas dari setiap butir

soalnya. Hasil dari penelitian ini nantinya bisa membantu guru untuk

mendapatkan contoh soal evaluasi yang baik.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti melakukan pembatasan masalah pada penelitian ini yang

meliputi :

1. Alat ukur yang dikembangkan mengukur ranah kognitif.

2. Tes hasil belajar digunakan untuk kurikulum KTSP 2006.

3. Tes yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan

jawaban.

4. Materi yang dijadikan alat ukur mengacu pada standar kompetensi 1

yaitu melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka.

Kompetensi dasar 1.3 melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga

angka dan pembagian bilangan tiga angka dan 1.4 melakukan operasi

hitung campuran.

5. Tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan

(22)

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini ada dua yaitu :

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar yang baik untuk mata

pelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan untuk siswa

kelas III SD ?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika materi operasi

hitung bilangan untuk siswa kelas III SD ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung

bilangan untuk siswa kelas III SD sesuai langkah-langkah.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi

operasi hitung bilangan untuk siswa kelas III SD.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Adanya teori dalam penelitian ini memberi manfaat sebagai bahan

referensi dan pengetahuan mengenai pembuatan tes hasil belajar yang

baik tentang materi operasi hitung bilangan untuk kelas III SD.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adanya penelitian ini bagi guru, siswa, peneliti dan

(23)

a. Bagi Peneliti

Manfaat yang diperoleh peneliti dengan adanya penelitian ini

adalah peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung dalam

proses pembuatan tes hasil belajar khususnya mata pelajaran

matematika kelas III tentang operasi hitung bilangan. Peneliti juga

dapat menambah wawasan tentang cara membuat tes hasil belajar

yang berkualitas sesuai kaidah pembuatan tes yang benar. Selain

itu peneliti juga dapat menganalisis soal baik validitas, reliabilitas,

daya beda, tingkat kesukaran serta analisis pengecohnya.

b. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru kelas III dapat

membuat tes hasil belajarnya sendiri seperti contoh tes hasil belajar

yang baik yang dibuat peneliti khususnya dalam mata pelajaran

matematika.

c. Bagi Siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dengan adanya penelitian ini adalah

siswa dapat mengukur kemampuan mereka khususnya dalam mata

pelajaran matematika kelas III tentang operasi hitung bilangan.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam hal

(24)

F. Batasan Istilah

1. Tes hasil belajar adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur

pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat

materi tertentu.

2. Validitas tes adalah kesahihan suatu alat ukur untuk melakukan

fungsinya.

3. Reliabilitas tes adalah tingkat ketepatan, keajekan, atau

kemantapan .

4. Tingkat kesukaran tes adalah proporsi peserta tes menjawab

dengan benar terhadap suatu butir soal.

5. Daya beda tes adalah indeks yang menunjukan tingkat kemampuan

butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai dengan

peserta tes yang kurang pandai di antara peserta tes.

6. Pengecoh tes adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci

jawaban.

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen tes hasil belajar berupa soal Matematika kelas III

semester I Kompetensi Dasar 1.3 “Melakukan perkalian yang

hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka”

dan 1.4 “Melakukan operasi hitung campuran”.

2. Instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan 4

pilihan jawaban, disertai data tentang ranah kognitif, dan tingkat

(25)

3. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan

layak untuk digunakan atau diujicobakan dengan perbaikan sesuai

saran.

4. Instrumen pilihan ganda sudah valid dengan kriteria r hitung soal

melebihi rtabeldengan taraf signifikan 5%.

5. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada

kategori “tinggi” yaitu pada rentang 0,61-0,80.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembedanya. Daya

pembeda yang digunakan adalah kategori “ sangat membedakan”

yaitu pada rentang 0,80-1,00, “lebih membedakan” yaitu pada

rentang 0,60-0,79 dan “cukup membedakan” yaitu pada rentang

0,40-0,59.

7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi

tingkat kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah” yaitu pada

rentang 0,71-1,00, 50% “sedang” yaitu pada rentang 0,31-0,70, dan

25% “sukar” yaitu pada rentang 0,00-0,30.

8. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh.

Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.

9. Penyusunan instrumen pilihan ganda memperhatikan EYD yang

meliputi penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan

imbuhan.

10. Perangkat tes hasil belajar memuat beberapa komponen yaitu: (a)

(26)

yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar

matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur, dan

(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II akan membahas empat pokok bahasan yaitu kajian teori,

penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka akan membahas mengenai tes hasil belajar,

konstruksi tes hasil belajar dan Taksonomi Bloom yang direvisi.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi tes hasil belajar

Tes hasil belajar merupakan penggabungan dari kata tes dan hasil

belajar. Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan

untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap

seperangkat materi tertentu Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 192).

Menurut Mansyur,dkk (dalam Wiyodoko, 2014: 2) tes adalah sejumlah

pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan

yang harus diberi tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat

kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes. Sedangkan menurut Sudijono (dalam Ratnawulan dan

Rudiana, 2015: 192) tes adalah alat atau prosedur-prosedur yang

digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Pengertian tes

lainnya yaitu tes sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang

(28)

atribut pendidikan dimana setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai

jawaban atau ketentuan yang dianggap benar Suryanto,dkk (dalam

Wiyodoko, 2014: 2). Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat ukur untuk

mengumpulkan informasi dari kemampuan atau pengetahuan

karakteristik suatu objek. Diantara objek tes adalah peserta didik.

Menurut Hamalik (dalam Jihad dan Abdul, 2012: 15) hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan

sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Sedangkan menurut Juliah (dalam

Jihad dan Abdul, 2012: 15) hasil belajar merupakan segala sesuatu yang

menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar mengajar yang

dilakukannya. Purwanto (2009: 66) memaparkan tes hasil belajar

merupakan tes penguasaan karena tes ini mengukur penguasaan siswa

terhadap materi yang diajarkan guru atau dipelajari siswa. Tes diujikan

setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian

dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut.

Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes hasil

belajar adalah salah satu alat untuk mengukur sejauh mana perubahan

perilaku siswa setelah melalui proses belajar mengajar.

b. Jenis tes dan kegunaannya

Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 193) ada beberapa jenis

tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu sebagai

(29)

1) Tes Penempatan

Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar

setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas atau pada

jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran

secara efektif. Contohnya : tes bakat, tes kecerdasan, dan tes minat.

2) Tes Diagnostik

Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan

belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang

menyebabkan kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi

belajar. Dengan demikian, jelas ada kaitan yang erat antara tes

penempatan dan diagnostik. Dapat dikatakan keduanya saling

melengkapi dalam memberikan konstribusi terhadap peningkatan

efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang

pendidikan tertentu.

3) Tes Formatif

Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk

mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas

pembelajaran dalam konteks kelas. Kualitas pembelajaran di eklas

ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri

setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.

4) Tes Sumatif

Hasil tes sumatif berguna untuk menentukan kedudukan atau

(30)

dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran

berikutnya, dan menginformasikan kemajuan siswa untuk

disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat,

dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan tes akhir atau biasa

disebut evaluasi belajar tahap akhir (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015:

193).

Jadi dapat disimpulkan terdapat empat jenis tes yang sering

digunakan dalam proses pendidikan yaitu 1). Tes Penempatan 2). Tes

Diagnostik 3). Tes Formatif dan 4). Tes Sumatif.

c. Bentuk Tes

Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 194) untuk

melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seseorang guru dapat

menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan dan tes

buatan guru .

Archievement test yang biasa dilakukan oleh guru dapat dibagi

menjadi dua golongan, yakni tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis dapat

dibagi atas tes esai dan tes objektif.

1) Tes lisan

Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan atau

pernyataan yang disusun secara terencana, diberikan oleh seorang

guru kepada para siswa tanpa melalui media tulis. Pada kondisi

tertentu, seperti jumlah siswa kecil atau sebagian siswa yang

(31)

Tes lisan ini sebaiknya berfungsi sebagai tes pelengkap, setelah

tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan Sukardi (dalam

Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 194).

2) Tes Tertulis

a) Test Esai

Secara ontologis, test esai adalah salah satu bentuk tes

tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang

masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban

siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan

berpikir siswa Sukardi (dalam Ratnawulan dan Rusdiana, 2015:

194).

b) Tes Objektif

Tes objektif merupakan tes yang cara pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan dengan cara

mencocokan kunci jawaban dengan hasil jawaban tes. Hal yang

memungkinkan tes untuk menjawab banyak pertanyaan dalam

waktu yang relatif singkat.

Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 195) ada

beberapa jenis tes objektif, yaitu sebagai berikut.

(1) Tes Objektif Pilihan Ganda

Item tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang

(32)

pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi.

Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes

yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, reliabilitas, dan daya

pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal.

Menurut BALITBANG-DEPDIKNAS soal pilihan ganda

harus memperhatikan kaidah – kaidah sebagai berikut:

Aspek Materi

a) Soal harus sesuai dengan indikator.

b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi

materi.

c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau

yang paling benar.

Aspek Konstruksi

d) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

e) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan

pernyataan yang diperlukan saja.

f) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban

benar.

g) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat

negatif ganda.

(33)

i) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua

pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban

di atas benar".

j) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus

disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka

tersebut, atau kronologisnya.

k) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang

terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

l) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal

sebelumnya.

Aspek Bahasa

m) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia.

n) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika

soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

o) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.

p) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang

bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

(2) Tes Objektif Benar-Salah

Item tes benar-salah dibedakan menjadi dua macam

bentuk, yaitu item tes bentuk regular atau tidak dimodifikasi atau

regular banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya

(34)

proses belajar mengajar sebagai teknik untuk mengawali diskusi

dengan hangat, menarik, dan bermakna. Item tes benar-salah

apabila dicermati secara intensif akan membawa peserta didik

dalam diskusi isu-isu pembelajaran yang bergeser sedikit menjadi

problem solving.

(3) Tes Objektif Menjodohkan

Item tes menjodohkan sering juga disebut matching test

item. Item tes menjodohkan juga termasuk dalam kelompok tes

objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan terdiri atas dua

kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang

disebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau fakta yang

disebut daftar respon atau jawaban.

Jadi terdapat tiga jenis tes objektif yaitu 1). Tes Objektif

Pilihan Ganda 2). Tes Objektif Benar-Salah 3). Tes Objektif

Menjodohkan.

d. Komponen tes

Menurut Purwanto (2009: 73-75) tes hasil belajar mempunyai beberapa

komponen. Masing-masing komponen dibahas sebagai berikut.

1) Perangkat soal

Perangkat soal adalah keseluruhan butir pertanyaan atau

(35)

2) Petunjuk pengerjaan

Petunjuk pengerjaan mendeskripsikan detail petunjuk yang

harus dilakukan dalam mengerjakan soal. Misalnya : memberi tanda

silang, melingkari, memberikan jawaban singkat, dan sebagainya.

3) Butir soal

Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang

menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.

Penguasaan siswa diketahui dari kemampuannya membuat

pemecahan masalah. Satuan untuk soal adalah butir sehingga tiap

item pertanyaan atau pernyataan dikenal sebagai butir soal.

4) Pilihan jawaban

Soal objektif adalah soal yang segala kemungkinan jawaban

telah disediakan dan tugas peserta tes adalah memilih satu pilihan

yang merupakan jawaban atas pertanyaan. Sejumlah alternatif yang

ditawarkan dinamakan pilihan (options).

5) Kunci jawaban

Kunci jawaban (key) adalah pilihan yang merupakan jawaban

atas pertanyaan yang diajukam dalam soal.

6) Pengecoh

Pengecoh adalah pilihan yang bukan merupakan kunci

jawaban. Misalnya : pada soal objektif jenis benar-salah, bila kunci

(36)

objektif pilihan ganda dengan empat pilihan a,b,c,d dan kunci

jawabannya adalah c maka a,b,c merupakan pengecoh.

Jadi terdapat enam komponen tes yaitu 1). Perangkat soal 2).

Petunjuk pengerjaan 3). Butir soal 4). Pilihan jawaban 5). Kunci

Jawaban 6). Pengecoh.

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Kontruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan. Ketiga

pokok bahasan yang dimaksud adalah validitas, reliabiltas dan

karakteristik butir soal. Ketiga pokok bahasa tersebut memiliki peran

penting dalam pembuatan tes hasil belajar. Tes hasil belajar akan baik

tergantung oleh tiga pokok bahasan tesebut. Penjabaran dari ketiga

pokok bahasan tersebut yaitu :

a. Validitas

Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid,

apabila tes tersebut benar-benar menyasar kepada apa yang dituju.

Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara

tepat sesuatu yang ingin diukur. Menurut Anastasi dan Urbina (dalam

Purwanto, 2009: 114), validitas berhubungan dengan apakah tes

mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik dia

melakukannya. Menurut Yusuf (2015: 61), validitas menunjuk

kepada kesesuaian, kebermaknaan, dan kebergunaan

kesimpulan-kesimpulan yang dibuat skor instrumen. Arifin (1988: 109)

(37)

dengan tujuan penggunaan alat ukur. Validitas merupakan

pertimbangan paling pokok di dalam mengembangkan dan

mengevaluasi tes (Suwarto,2012: 94). Pada pernyataan para ahli diatas

dapat ditarik kesimpulan validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur

mengukur apa yang ingin diukur. Semakin tinggi validitas suatu

instrumen, berarti semakin baik kesimpulan yang diambil dan semakin

baik pula tingkat kebermaknaan maupun kegunaannya, oleh karena itu

suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen atau alat ukur tersebut

benar-benar mengukur sesuatu yang hendak diukur.

Validitas suatu instrumen atau alat ukur dapat dilihat dari sisi

atau konsep yang terdapat pada alat ukur tersebut. Di samping itu,

dapat pula dilihat dengan memperhatikan bentuknya atau hubungan

dengan instrumen lain secara empirik atau statistik. Sehubungan

dengan itu maka validitas dapat dibedakan atas :

1) Validitas isi

Menurut Purwanto (2009: 120), validitas isi adalah pengujian

validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil

belajar mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi

berhubungan dengan representativitas sampel butir dari semesta

populasi butir. Sedangkan menurut Widoyoko (2014: 140) yang

dimaksud validitas isi adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana

skor dalam tes berhubungan dengan penguasaan peserta tes dalam

(38)

mengetahui validitas isi tes, diperlukan adanya penilaian ahli yang

menguasai bidang studi tersebut. Jadi bersifat analisis kualitatif.

2) Validitas Konstruk

Menurut Purwanto (2009: 120), validitas konstruk adalah

pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian

konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya. Hasil belajar

dikonstruksi oleh sejumlah ranah. Pengujian validitas konstruk menguji

konstruksi hasil belajar. Misalnya : konstruksi “hasil belajar ranah

kognitif” menurut taksonomi Bloom meliputi pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

3) Validitas Kriteria

Validitas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan

dengan membandingkan tes hasil belajar dengan kriteria tertentu diluar

tes hasil belajar. Instrumen dapat dinyatakan valid apabila telah

mengukur dengan hasil sebagimana hasil pengukuran kriterianya.

Kesesuaian pengukuran ditunjukan oleh hasil korelasi yang signifikan

antara skor hasil pengukuran menggunakan tes hasil belajar dengan

skor hasil pengukuran menggunakan instrumen kriteria yang digunakan

sebagai dasar pengujian validitas. Berdasarkan kriteria yang digunakan

sebagai dasar pengujian, validitas dapat dibagi menjadi dua yaitu

validitas konkuren dan validitas prediktif (Purwanto ,2009: 120).\

Terdapat tiga macam validitas yaitu 1). validitas isi 2). validitas

(39)

b. Reliabilitas

Menurut Purwanto (2009: 153), reliabilitas (reliability)

berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang

artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan

ketetapan dan konsistensi. Tes hasil belajar dikatakan dapat

dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang

relatif tetap dan konsisten. Menurut Thorndike dan Hagen (dalam

Purwanto, 2009: 154) reliabilitas berhubungan dengan akurasi

instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur

dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.

Pendapat ahli lainnya yaitu menurut Hopkins dan Antes (dalam

Purwanto, 2009: 154) menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi

pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada

satu subjek maupun sejumlah subjek. Suwarto (2012: 101)

menambahkan reliabilitas adalah tingkat ketepatan, keajekan, atau

kemantapan. Jadi dapat ditarik kesimpulan reliabilitas soal

merupakan ukuran yang menyatakan keajegan atau konsistenan

suatu soal tes. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi

atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap (bahwa alat ukur

stabil, dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk meramalkan).

Menurut Purwanto (2009: 155), banyak metode yang dapat

(40)

garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok

berdasarkan perbedaan dalam mendefinisikan reliabilitas.

1) Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran apabila tes hasil

belajar diujikan beberapa kali. Reliabilitas sebagai stabilitas

eksternal ini memandang bahwa tes hasil belajar dikatakan reliabel

apabila diujikan beberapa kali akan memberikan hasil pengukuran

yang relatif konsisten. Tergolong dalam kelompok ini adalah

metode tes ulang dan metode pararel.

2) Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran

butir-butir tes hasil belajar. Tes hasil belajar memberikan hasil

pengukuran yang konsisten. Metode dalam kelompok ini dapat

dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah butirnya. Apabila jumlah

butir genap maka metode dapat menggunakan metode belah dua,

Flanagan dan Rulon, sedangkan bila jumlah butir ganjil maka

metode yang dapat digunakan adalah metode Kuder-Richardson,

Hoyt dan Alpha Cronbach.

3. Karakteristik butir soal

a. Daya pembeda

Menurut Zainul dan Nasution (dalam Widoyoko, 2014:

136), daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukan tingkat

kemampuan butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai

dengan peserta tes yang kurang pandai di antara peserta tes.

(41)

kemampuan butir soal tes hasil belajar membedakan siswa yang

mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Anastasi dan Urbina

(dalam Purwanto, 2009: 102), menyatakan daya beda berhubungan

dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik

perilaku pengambil tes dalam tes yang dikembangkan. Suwarto

(2012:108) menambahkan daya pembeda suatu butir tes berfungsi

untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan

kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang

ada pada kelompok itu. Jadi pendapat para ahli dapat disimpulkan

bahwa daya beda merupakan nilai yang membedakan antara siswa

yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Tujuan dari pengujian

daya beda untuk membedakan antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan

rendah.

b. Tingkat kesukaran

Menurut Widoyoko (2014: 132), tingkat kesukaran butir soal

adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu

butir soal. Crocker dan Algina (Purwanto, 2009: 98) menyatakan

tingkat kesukaran dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa

peserta tes yang menjawab benar. Rakhmat dan Suherdi (2001:

190) berpendapat bahwa tingkat kesukaran yaitu ukuran yang

menunjukan kesulitan soal untuk diselesaikan oleh siswa. Jadi

(42)

kesukaran adalah jumlah siswa yang menjawab benar terhadap

suatu soal.

Perhitungan tingkat kesukaran item adalah pengukuran seberapa

besar derajat kesukaran suatu item atau tes. Jika suatu item atau tes

memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan

bahwa tes tersebut baik (Arifin,1988: 129). Sedangkan menurut

Sulistyorini (2009: 173), asumsi yang digunakan untuk

memperoleh kualitas soal yang baik adalah adanya keseimbangan

dari tingkat kesulitan soal, keseimbangan yang dimaksud adalah

adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara

proporsional. Suryapranata (2004: 12), menyatakan bahwa proporsi

jawaban benar yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada

butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes

seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum

digunakan. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar

bisa dibuat 3-4-3. Artinya terdapat 30% soal kategori mudah, 40%

soal kategori sedang dan 30% soal kategori sukar. Misalkan

terdapat 60 butir soal pilihan ganda terdapat 18 soal kategori

medan, 24 soal kategori sedang dan 18 soal kategori sukar. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah jumlah

proporsi soal antara soal kategori mudah, sedang dan sukar.

(43)

lebih banyak daripada kategori mudah dan sukar, sedangkan

kategori mudah dan sukar jumlahnya harus seimbang.

c. Analisis Pengecoh

Menurut Purwanto (2009: 108), pengecoh (distractor) yang juga

dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah pilihan

jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh bukan

hanya sekedar pilihan jawaban. Pengecoh diadakan untuk

menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Pengecoh

menggoda siswa yang kurang memahami materi pelajaran untuk

memilihnya, agar dapat melakukan fungsinya untuk mengecoh

harus dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban.

Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada

siswa yang terkecoh memilih. Pengecoh yang sama sekali tidak

dipilih tidak dapat melakukan fungsinya sebagai pengecoh karena

terlalu menyolok dan dimengerti oleh semua siswa sebagai

pengecoh soal. Pengecoh yang berdasarkan hasil uji coba tidak

efektif direkomendasikan untuk diganti dengan pengecoh yang

lebih menarik (Purwanto, 2009: 108).

d. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan wujud pencapaian peseta didik sekaligus

merupakan lambang keberhasilan pendidik dalam membelajarkan

peserta didik (Yusuf, 2015: 181). Untuk melihat berhasil atau tidaknya

(44)

siswa yang digunakan sebagai dasar untuk memberikan penilaian hasil

belajar, seharusnya memiliki kemampuan secara nyata menimbang

secara adil “bobot” kemampuan siswa (Purwanto, 2009: 81). Setiap

alat ukur yang akan digunakan harus dipastikan dapat mengukur

secara baik, oleh karena itu tes hasil belajar harus dibuat dengan

prosedur pengembangan yang akan menjamin menghasilkan tes hasil

belajar yang baik. Menurut Purwanto (2009: 83-94) prosedur

pengembangan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi hasil belajar

Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang hendak

diukur hasil belajarnya. Disamping itu hasil belajar juga harus

diidentifikasi aspek mana yang diukur ranah kognitif, afektif dan

psikomotoriknya (Purwanto,2009: 83-94). Langkah yang pertama

yang harus dilakukan oleh peneliti yaitu mengidentifikasi hasil

belajar dan mengidentifikasi aspek yang diukur. Jadi identifikasi

hasil belajar yang dilakukan untuk mengetahui masalah yang

dihadapi oleh siswa sebagai dasar untuk membuat suatu tes.

b. Deskripsi Materi

Objek kajian dalam pendidikan adalah perilaku siswa

dalam suatu hasil belajar. Untuk mengukur objek maka pengukur

harus mengetahui objek yang akan diukur dengan baik dan juga

dalam pendidikan pengukur harus mengetahui dengan baik pula

(45)

yang akan diukur diperoleh dari materi tentang hasil belajar. Materi

merupakan salah satu penentu dalam mengembangkan tes hasil

belajar. Data hasil belajar yang ingin dikumpulkan didasarkan pada

informasi mengenai hasil belajar sebagaimana sudah

dideskripsikan pada materi. Materi mengarahkan dalam

pengumpulan data dan menjadi acuan dalam memahami hasil

belajar (Purwanto, 2009: 85). Jadi jika data yang dikumpulkan

merupakan data hasil belajar maka materi itu yang akan

dikembangkan.

c. Pengembangan Spesifikasi

Adanya pengembangan spesifikasi ini bertujuan untuk dua

atau lebih pengembang (developer) tes hasil belajar menghasilkan

tes hasil belajar yang sama kualitasnya, dengan adanya

pengembangan spesifikasi tersebut akan pengembangan tes hasil

belajar oleh dua orang atau lebih akan memberikan hasil yang

sama. Dengan adanya spesifikasi juga memungkinkan satu

pengembang tes hasil belajar dapat membuat dua atau lebih

perangkat tes hasil belajar yang setara atau ekuivalen sehingga

memungkinkan tes hasil belajar diuji kemampuannya melakukan

pengukuran dengan hasil ukur yang relatif stabil dan konsisten

(reliabel). Spesifikasi yang dikembangkan menyangkut sepuluh hal

menurut Purwanto (2009: 86-90) yaitu menentukan jenis tes hasil

(46)

skoring, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan

instruksional khusus dan menyusun kisi-kisi tes.

d. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban

Kisi-kisi tes merupakan dasar untuk penulisan butir-butir

tes. Butir-butir soal yang ditulis berpedoman pada kisi-kisi.

Suryabrata (dalam Purwanto, 2009: 92) memberikan pedoman

penulisan butir tes sebagai berikut.

1) Nyatakan soal sejelas mungkin

2) Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat

3) Hindarilah pengaturan kata yang kompleks dan janggal

4) Masukkan semua keterangan yang diperlukan untuk

membuat jawaban

5) Hindarilah memasukkan kata-kata yang tidak berfungsi

6) Rumuskan soal setepat mungkin

7) Sesuaikan taraf kesukaran soal dengan kelompok dan tujuan

yang dimaksudkan

8) Hindarilah isyarat ke arah jawaban benar yang tidak perlu

Kunci jawaban harus ditentukan dalam spesifikasi tes hasil

belajar agar orang lain yang mengikuti perolehan hasil belajar

responden dari jawaban yang dibuatnya. Sebagaimana jenis

jawaban yang dituntutnya, kunci jawaban soal esai berbeda

(47)

sedangkan objektif berupa pilihan dari beberapa alternatif

(Purwanto, 2009: 92).

e. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar

Pengumpulan data uji coba dilakukan dengan mengujikan

instrumen uji coba tes hasil belajar yang ditulis berdasarkan

kisi-kisi. Jawaban siswa peserta uji coba diubah menjadi skor

berdasarkan aturan skoring uji coba. Skor-skor selanjutnya

menjadi data uji coba hasil belajar.

f. Uji Kualitas tes hasil belajar

Butir soal yang berpedoman pada kisi-kisi merupakan butir

tes yang secara teori baik. Untuk memastikan butir soal yang

secara teori sudah baik secara empiris perlu dilakukan uji kualitas.

Uji kualitas dilakukan untuk menjamin bahwa tes hasil belajar

layak sebagai sebuah alat ukur. Setelah berdasarkan uji kualitas

telah menunjukan bahwa tes hasil belajar memenuhi syarat, maka

tes hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur atau

mengumpulkan data hasil belajar. Purwanto (2009: 93)

mengatakan bahwa dalam pengukuran hasil belajar yang

dikumpulkan mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi.

Pengumpulan data dengan cara demikian dapat digambarkan

(48)

Gambar 2.1 Pengumpulan Data Uji Kualitas Tes Hasil Belajar

g. Kompilasi

Kompilasi tes adalah menyusun kembali butir setelah uji

coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang

baik. Butir kompilasi adalah butir yang siap digunakan untuk

mengumpulkan data hasil belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prosedur pengembangan tes

hasil belajar ada tujuh, yaitu kegiatan identifikasi hasil belajar,

deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan

kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, pengujian kualitas

dan perangkat, serta kompilasi.

4. Taksonomi Bloom

Bloom (dalam Sudijono, 2006: 48) berpendapat bahwa

taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus

senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada

diri peserta didik, yaitu (1) Ranah proses berpikir (2) Ranah nilai

(49)

mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya

menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.

Dalam ranah kognitif tersebut terdapat enam jenjang proses

berpikir, ke-enam jenjang tersebut adalah (1) pengetahuan/

hafalan/ ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension),

(3) Penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis

(synthesis) dan (6) Penilaian (evaluasion). Tetapi taksonomi telah

direvisi menjadi dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan

dimensi proses kognitif. Dalam dimensi proses kognitif mencakup

enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Berikut tingkatan

taksonomi Bloom yang telah direvisi :

a. Mengingat

Menurut Anderson dan Krathwohl (dalam Suwarto, 2012:

18), mengingat merupakan proses kognitif yang mengandung

arti mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori

jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini berupa

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural atau metakognitif

bahkan kombinasi dari pengetahuan tersebut. Kategori

mengingat merupakan kategori dimana terjadi aktivitas menarik

kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang

seorang siswa. Dua proses kognitif yang berkaitan dengan

(50)

kata kerja operasional pada taraf ini adalah mengutip,

menjelaskan, menyebutkan, menggambar, membilang,

mengidentifikasi, mendaftar, menunjukan, memberi label,

memberi indeks, memasang, menamai, menandai, membaca,

menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang,

mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari,

mentabulasi, memberi kode, menelusuri dan menulis.

b. Memahami

Memahami merupakan proses mengkonstruksi makna dari

pesan pembelajaran baik yang bersifat lisan,tulis maupun grafis

yang disampaikan dalam pembelajaran Anderson dan Krathwohl

(dalam Suwarto, 2012: 19). Proses-proses kognitif yang

termasuk dalam kategori memahami meliputi proses

menginterprestasikan, mencontohkan, mengklasifikasikan,

merangkum, menduga, membandingkan dan menjelaskan. Kata

kerja pada taraf ini adalah memperkirakan, menjelaskan,

mengkategorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan,

membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah,

mempertahankan, menguraikan, menjalin, membedakan,

mendiskusikan, menggali, mencontohkan, menerangkan,

mengemukakan, mempolakan, memperluas, menyimpulkan,

(51)

c. Mengaplikasikan

Proses kognitif yang menggunakan prosedur tertentu untuk

mengerjakan suatu soal latihan atau untuk menyelesaikan

masalah Anderson dan Krathwohl (dalam Suwarto, 2012: 22).

Kategori menerapkan ini terdiri dari dua proses kognitif yaitu

proses melaksanakan (apabila tugas yang diberikan berupa

sebuah latihan) dan proses mengimplementasikan (apabila tugas

yang diberikan dalam bentuk suatu persoalan). Kata kerja

operasional pada taraf ini adalah menugaskan, mengurutkan,

menentukan, menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasi,

memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung, membangun,

mengurutkan, membiasakan, mencegah, menggambarkan,

menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan,

mengadaptasi, menyelidiki, mengoprasikan, mempersoalkan,

mengkonsepkan, melaksanakan, meramalkan, memproduksi,

memproses, mengaitkan, menyusun, mensimulasikan,

memecahkan, melakukan, mentabulasi.

d. Menganalisis

Menganalisis menurut Anderson dan Krathwohl (dalam

Suwarto, 2012: 24-26) adalah proses memecah materi menjadi

bagian kecil dan menentukan hubungan bagaimana hubungan

antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur

(52)

proses-proses membedakan, proses-proses mengorganisasi, dan proses-proses

menghubungkan. Kata kerja operasional pada taraf ini adalah

menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan,

mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, memerinci,

menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan,

merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah,

membagankan, menyimpulkan, menemukan, menelaah,

memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan,

memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan

membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standart Anderson

dan Krarhwohl (dalam Suwarto, 2012: 26-27). Kriteria tersebut

dapat ditentukan oleh para siswa atau para guru. Standar yang

dapat digunakan bisa berupa standart kuantitatif maupun

standart kualitatif. Kategori mengevaluasi mencakup sejumlah

proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik. Kata kerja

operasional pada taraf ini adalah membandingkan,

menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang,

memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas,

menugaskan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci,

mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi, mengetes,

(53)

f. Mencipta

Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan elemen-elemen

penting menjadi sesuatu yang utuh yang koheren Anderson dan

Krathwohl (dalam Suwarto, 2012: 27-30). Proses-proses

kognitif yang termasuk ke dalam kategori ini biasanya juga

dikoordinasikan dengan pengalaman belajar yang sudah di

miliki oleh para siswa sebelumnya. Kata kerja operasional pada

taraf ini adalah mengabstraksi, mengatur, menganimasi,

mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode,

mengombinasikan, menyusun, mengarang, membangun,

menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan,

mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte,

meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk,

memperjelas, merumuskan, menggeneralisasi, menghubungkan,

memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan, menyiapkan,

memproduksi, merangkum, merekonstruksi, dan membuat.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat enam dimensi

proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,

(54)

B. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ada tiga jenis. Berikut

penelitian yang relevan dengan penelitian ini :

1. Bayuni,dkk. (2013). Melakukan penelitian yang berjudul

Pengembangan Tes Matematika Dengan Teknik Part-Whole pada

siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Gianyar. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan tes matematika,

kisi-kisi tes matematika, validitas isi, validitas butir dengan teknik

part-whole , reliabilitas butir, taraf kesukaran butir, daya beda, dan

efektifitas pengecoh butir tes matematika berdasarkan SK-KD SD

kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gianyar.

Sebanyak 500 siswa kelas IV dipilih sebagai sampel. Data Penelitian

dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program excel.

Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut. (1) Tes matematika

yang dikembangkan berdasarkan SK-KD sudah mengacu pada

langkah-langkah pengembangan tes, (2) Kisi-kisi tes matematika

yang dikembangkan sudah berdasarkan SK-KD. (3) Hasil validitas

isi termasuk kategori validitas isi sangat tinggi (dengan formula

Gregory diperoleh validitas isi 0.925), (4) Hasil analisis validitas

butir pada 40 butir tes penelitian ini diperoleh hasil 99% valid (hanya

1 butir soal yang tidak valid yaitu no.23), (5) Hasil analisis

reliabilitas menurut kriteria Guilford termasuk derajat reliabilitas

(55)

(6) Taraf kesukaran butir tes diperoleh hasil yaitu kategori sedang

62,5%, kategori sukar 7,5%, dan kategori mudah 30%, (7) Daya

beda butir tes matematika penelitian ini yaitu kategori sedang 42,5%,

kategori jelek 45%, kategori baik 12,5%, (8) Efektifitas pengecoh

penelitian ini memperoleh hasil kategori semua pengecoh baik

sebanyak 7.5%. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan

dikembangkan yaitu pengembangan tes matematika di SD.

2. Duskri,dkk. (2014). Melakukan penelitian yang berjudul

Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD.

Penelitian ini menggunakan Analisis kuantitatif untuk mengetahui

informasi butir tes menggunakan program ITEMAN dan Program R.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) pengembangan tes diagnostik

kesulitan belajar matematika di SD ini meliputi: studi pendahuluan,

studi literatur dan hasil penelitian, analisis masalah, merumuskan

learning continuum, merumuskan peta konsep, menyusun tes essay,

polarisasi jawaban siswa, menyusun tes bentuk pilihan ganda,

validasi pakar melalui focus group discussion, uji coba terbatas, dan

uji yang diperluas, (2) indeks daya beda butir tes antara 0,391 sampai

dengan 2,317, indeks kesukaran butir tes antara -2,158 sampai

dengan 2,528, kecocokan uji tes dengan kemampuan peserta (θ)

antara -2,00 sampai dengan 2,60, dan fungsi informasi tes antara

0,111 sampai dengan 3,879, dan (3) informasi yang dapat

(56)

individual, grafik ketuntasan belajar, profil individual, analisis salah

konsepsi dan saran remedial. Penelitian ini merupakan penelitian

yang relevan kedua karena kesamaan dengan penelitian yaitu

pengembangan.

3. Wirasri. (2014). Melakukan penelitian dengan judul Analisis

Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran

Kelas 1. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif

deskriptif non experimental. Hasil pekerjaan siswa dalam bentuk

dokumen menjadi data penelitian yang diambil pada 31 Maret

menggunakan software TAP (Test Analysis Program) yang

dipetakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas soal ulangan tengah

semester II kelas I pada mata pelajaran matematika cenderung belum

baik, masalah-masalah yang ditemukan dalam soal tersebut adalah

tidak menggunakan struktur kata dan kalimat yang baik, tidak

terdapat kisi-kisi soal, soal banyak yang tidak valid dilihat dari kadar

validitas dan validitas isi, tingkat kesukaran soal tidak seimbang

proporsinya dan daya pembeda soal rendah.

Berikut merupakan litterature map ketiga penelitian yang

(57)

Gambar 2.2 Literature MapHasil penelitian yang relevan

Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu mengenai pengembangan tes pada

mata pelajaran matematika di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang

dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk diteliti. Hal ini dikarenakan dari

ketiga penelitian terdahulu tersebut, belum pernah dilakukan penelitian mengenai

pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan untuk

siswa kelas III Sekolah Dasar.

C. Kerangka berpikir

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada

setiap siswa. Untuk mendapatkan tes yang berkualitas sebaiknya dilakukan uji

(58)

digunakan sebagai alat ukur . Ciri tes yang baik yaitu valid, reliabel, memiliki

tingkat kesukaran, dan praktis.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti, guru masih mengalami

kesulitan dalam proses pembuatan tes hasil belajar yang baik. Guru jarang

membuat soal sesuai dengan langkah-langkah pembuatan tes karena keterbatasan

waktu. Guru juga sangat membutuhkan contoh soal yang mencakup validitas,

reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh.

Terdapat macam-macam bentuk tes, salah satu bentuk yang sering digunakan

oleh guru adalah bentuk tes pilihan ganda.Tes pilihan ganda sangat sering

digunakan untuk ujian kenaikan kelas, ujian tengah semester maupun ujian

nasional. Adapun kelebihan tes pilihan ganda adalah tes tersebut dapat dijawab

dengan cepat, reliabilitas skor dapat dijamin sepenuhnya dan jawaban siswa

mudah dikoreksi. Sedangkan kekurangan pada bentuk tes pilihan ganda yaitu

siswa dapat menebak atau menerka-nerka jawaban dan membutuhkan waktu yang

cukup besar atau lama dalam pembuatan tes tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti ingin mengadakan penelitian

mengenai pengembangan tes hasil belajar yang baik. Peneliti membuat tes yang

sudah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda dan analisis

pengecohnya. Dalam hal ini peneliti juga akan menggunakan Taksonomi Bloom

dari mengingat hingga mencipta, sehingga tidak menekan siswa hanya pada daya

(59)

contoh pembuatan tes hasil belajar yang baik untuk para guru. Kerangka berpikir

pengembangan tes pilhan ganda yang berkualitas akan disajikan sebagai berikut:

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir

Ciri – ciri tes yang baik 1. Valid

2. Reliabel

3. Memiliki tingkat kesukaran

4. Dapat membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai 5. Pengecoh berfungsi

Bentuk tes pilihan ganda

Bentuk tes pilihan ganda pada umumnya digunakan sebagai ujian nasional, ujian sekolah maupun ujian kenaikan kelas.

Kelebihan tes pilihan ganda adalah tes dapat dijawab dengan cepat, reliabilitas skor dapat dijamin sepenuhnya dan jawaban siswa mudah dikoreksi. Sedangkan kekurangan pada bentuk tes pilihan ganda yaitu siswa dapat menebak atau menerka-nerka jawaban dan membutuhkan waktu yang cukup besar atau lama dalam pembuatan tes tersebut.

Tes

Alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat materi tertentu.

Fungsi Tes :

1. Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.

2. Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah.

Hasil Wawancara

1. Guru kesulitan dalam pembuatan tes hasil belajar yang baik

2. Guru membuat tes hasil belajar belum sesuai dengan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar

3. Guru membutuhkan contoh tes hasil belajar materi operasi hitung bilangan yang sudah teruji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecohnya.

(60)

D. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar

matematika materi operasi hitung untuk siswa kelas III SD?

2. Bagaimana kualitas tes hasil tes hasil belajar matematika?

a. Bagaimana validitas isi tes hasil belajar matematika materi

operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan para

ahli?

b. Bagaimana validitas tes hasil belajar matematika materi

operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan uji coba

empiris?

c. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar matematika materi

operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan uji coba

empiris?

d. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar matematika

materi operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan

uji coba empiris?

e. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar matematika materi

operasi hitung untuk siswa kelas III SD berdasarkan uji coba

Gambar

Gambar 2.2 Literature Map Hasil penelitian yang relevan
Gambar 3.1 Bagan langkah-langkah penggunaan Metode Research and
Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan pembuatan tes hasil belajar. Guru kesulitan dalam pembuatan tes hasil belajar yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pengembangan tes hasil belajar matematika materi hitung campur dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan uang untuk siswa kelas III

Hasil penelitian ini adalah 1) langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung, pembulatan, dan penaksiran yang meliputi tujuh

Penelitian ini dilakukan dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan pembuatan tes hasil belajar. Guru kesulitan dalam pembuatan tes hasil belajar yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pengembangan tes hasil belajar matematika materi hitung campur dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan uang untuk siswa kelas III

Penelitian ini adalah penelitian dan peneembanean denean tujuan meneembanekan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas tes hasil belajar kompetensi dasar 1.4

Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa secara tepat sesuai dengan prosedur penyusunan tes.Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan tes hasil

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan tes hasil belajar pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar operasi campuran bilangan bulat untuk siswa kelas V SD,