• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA DUKUNGAN KELUARGA PADA PEMIMPIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DINAMIKA DUKUNGAN KELUARGA PADA PEMIMPIN"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA DUKUNGAN KELUARGA

PADA PEMIMPIN PEREMPUAN

Fiya Ma’arifa Ulya ( 13710071 )

BATAS SUCI

POGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

(2)

Layout : [email protected] Desain Sampul : [email protected]

Dinamika Dukungan Keluarga

pada Pemimpin Perempuan

Fiya Ma’arifa Ulya

Dicetak oleh : Percetakan Batas Suci

Jln. Laksda Adisucipto No. 80, Caturtunggal, Kec. Depok., Sleman 55281 Email/FB : [email protected]

CP/Whatsapp : 081398924406

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan/

(3)

Motto

َنيِن ِسْحُ ْلا َعَ َل َهَللا َنِإَو ۚ اَنَلُب ُس ْمُهَنَيِدْهَنَل اَنيِف اوُدَهاَج َنيِذَلاَو

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.

Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.

(QS. Al-‘Ankabut: 69)

Jika keinginanmu semakin tinggi dan perjuanganmu telah maksimal, disertai keyakinan pada Allah SWT,

maka kesuksesan tak akan tertolak.

(Mahfudzot)

Jika kau penuh kasih sayang, orang-orang akan menuduh ada niat-niat tersembunyi padamu, tapi tetaplah penuh kasih sayang. Jika kau baik, orang-orang akan menipumu, tapi tetaplah baik. Ketika

kebaikanmu dilupakan orang, tetaplah berbuat kebaikan. Berikanlah yang terbaik kepada dunia meskipun itu tak cukup. Pada akhirnya akan kau lihat, semuanya adalah tentang kau dan

Tuhanmu,

bukan antara kau dan orang lain.

(4)
(5)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk,

Almamater tercinta Prodi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

(6)
(7)

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan hati dan akal sehingga kita mampu me nggali ilmu-ilmu Allah yang sangat banyak ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muham mad SAW, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta ke pada seluruh umatnya.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan tuntas tanpa adanya dedikasi, bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin me-ngucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Mochammad Sodik, S. Sos., M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga, Yogya karta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

Assalamu’alaikum Wr. Wb



(8)

2. Bapak Dr. Mustadin Taggala, S. Psi., M. Si., selaku Ketua Prodi Psikologi, UIN Sunan Kalijaga sekaligus penguji I Skripsi yang telah memberikan masukan, kritik, saran, koreksi dan pem-belajaran bagi penulis sehingga penelitian ini semakin baik. 3. Ibu Lisnawati, S. Psi., M. Psi., selaku pembimbing akademik

yang telah berdedikasi untuk membimbing penulis selama studi.

4. Ibu Hj. Maya Fitria, S. Psi., M. A., selaku pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan pencerahan, pengarahan, dan bimbi ngan selama menulis skripsi. Terimakasih atas kesabaran, kebaikan dan keikhlasan Ibu selama ini, semoga Allah SWT me mudahkan segala urusan Ibu.

5. Ibu Retno Pandan Arum Kusumawardhani, M., Si., selaku penguji II Skripsi yang telah memberi masukan, kritik, dan men cerahkan ikiran peneliti, terimakasih Ibu, semoga Allah mem balas kebaikan-kebaikan Ibu.

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Huma-niora, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta atas bimbingan dan pengalaman yang telah dibagi sehingga penulis dapat menye-lesaikan skripsi ini.

7. Terimakasih kepada seluruh narasumber penelitian (pemimpin-pemimpin perempuan progresif ) dan signiicant others yang telah berbagi pengalaman dan mengikhlaskan waktunya di-tengah-tengah aktivitas Ibu dan Bapak yang sangat padat, atas bantuan Panjenengan skripsi ini selesai.

8. Kepada kedua orangtua penulis, Ibu Roiqoh dan Bapak Fahrudin yang tak pernah lelah untuk mendo’akan penulis dan yang tak pernah menyerah soal pendidikan.

(9)

mem-butuhkan apapun. Terimakasih telah menjadi kakak terbaik meski terkadang menyebalkan.

10. Teman-temanku di prodi Psikologi angkatan 2013, terutama untuk kelas Psikologi C, terimakasih telah membersamai dan men jadi teman yang tak akan terlupakan sepanjang masa. 11. Immawan-Immawati IMM Cabang Kabupaten Sleman yang

se muanya spesial. Terimakasih telah mengajarkan banyak hal pada penulis, tetaplah berjuang dengan kerja-kerja keihklasan. 12. Teman-teman di Sahabat Masjid, Laboratorium Agama Masjid

Sunan Kalijaga. Terutama Khodijah Fitriana Dewi, terimakasih sudah meminjamkan laptopmu di detik-detik perjuangan. 13. Ustadz Fukkar Al Wathoni yang telah membantu penulis

me-rapikan ile, terimakasih banyak Usfu, terbaik memang.

Serta semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Jazakumullah

khairan katsir. Semoga berkah rahmat Ilahi senantiasa mengiringi

kita dalam mengarungi kehidupan ini. Akhir kata, terimakasih se-kali lagi atas kebaikan semua pihak, yakinlah kebaikan akan terus berbuah kebaikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 03 Agustus 2017

Penulis,

Fiya Ma’arifa Ulya

NIM. 13710071

(10)
(11)

Daftar Isi

MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xv

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 23

A. Dukungan Keluarga ... 23

1. Deinisi Keluarga ... 23

(12)

3. Sumber-Sumber Dukungan ... 25

4. Aspek-Aspek Dukungan Keluarga ... 27

5. Faktor-Faktor Terbentuknya Dukungan ... 29

6. Bentuk-Bentuk Dukungan ... 30

7. Pengaruh/ Dampak Dukungan Sosial ... 31

8. Manfaat/ Fungsi Dukungan ... 33

B. Pemimpin Perempuan ... 34

1. Deinisi Pemimpin ... 34

2. Pemimpin Perempuan ... 35

C. Pertanyaan Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Fokus Penelitian ... 38

C. Subjek Penelitian... 39

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Tahap Penelitian ... 44

F. Keabsahan Data ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

A. Orientasi Kancah dan Persiapan ... 51

1. Orientasi Kancah ... 51

2. Persiapan Penelitian ... 52

B. Pelaksanaan Penelitian... 53

1. Validitas dan Reliabilitas Data ... 54

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 56

C. Hasil Penelitian ... 59

1. Identitas Narasumber 1 (Lintang) ... 59

(13)

3. Identitas Narasumber 3 (Dian) ... 71

4. Dinamika Dukungan Keluarga Narasumber 1 (Lintang) ... 76

a. Sebelum menjadi Lurah ... 76

b. Setelah menjadi Lurah ... 78

c. Dukungan yang Diterima Lintang ... 85

d. Alasan Pemberian Dukungan ... 106

e. Dinamika Dukungan Keluarga ... 108

f. Permasalahan yang Dihadapi ... 110

g. Dampak Dukungan Keluarga terhadap Kepemimpinan Lintang ... 116

5. Dinamika Dukungan Keluarga Narasumber 2 (Sofa) ... 118

a. Sebelum menjadi Kaprodi ... 118

b. Setelah menjadi Kaprodi ... 120

c. Dukungan yang Diterima Sofa ... 127

d. Alasan Pemberian Dukungan ... 152

e. Dinamika Dukungan Keluarga ... 154

f. Permasalahan yang Dihadapi ... 156

g. Dampak Dukungan Keluarga terhadap Kepemimpinan Sofa ... 162

6. Dinamika Dukungan Keluarga Narasumber 3 (Dian) ... 163

a. Sebelum menjadi Ketua Umum ... 163

b. Setelah menjadi Ketua Umum ... 165

c. Dukungan yang Diterima Dian ... 175

d. Alasan Pemberian Dukungan ... 193

e. Dinamika Dukungan Keluarga ... 195

f. Permasalahan yang Dihadapi ... 197

(14)

D. Pembahasan ... 209

1. Riwayat menjadi Pemimpin Perempuan ... 209

2. Dukungan yang Diterima Narasumber ... 214

3. Alasan Pemberian Dukungan ... 242

4. Dinamika Dukungan Keluarga ... 245

5. Permasalahan yang Dihadapi Pemimpin Perempuan ... 247

6. Dampak Dukungan terhadap Kepemimpinan .... 250

7. Bagan Dinamika Dukungan Keluarga Lintang ... 253

8. Bagan Dinamika Dukungan Keluarga Sofa ... 254

9. Bagan Dinamika Dukungan Keluarga Dian ... 255

10. Bagan Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan ... 256

BAB V PENUTUP ... 257

A. Kesimpulan ... 257

B. Saran ... 258

DAFTAR PUSTAKA ... 261

(15)

Tabel 1. Aspek dan Bentuk Dukungan ... Bagan 1. Dinamika Dukungan Keluarga Lintang ... Bagan 2. Dinamika Dukungan Keluarga Sofa ... Bagan 3. Dinamika Dukungan Keluarga Dian ... Bagan 4. Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin

Perempuan ...

(16)
(17)

Dinamika Dukungan Keluarga

pada Pemimpin Perempuan

Intisari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika duku ngan keluarga pada pemimpin perempuan dan alasan yang me latar belakangi munculnya dukungan keluarga pada pemimpin perem puan. Subjek penelitian ini adalah tiga orang perempuan yang pe mimpin pada ranah birokrasi, pendidikan, dan sosial. Masing-masing menjabat sebagai Lurah, Ketua Program Studi, dan Ketua Umum Organisasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan meng guna-kan metode wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Analisis data dengan menggunakan model interaktif Miles and Huberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap pemimpin perem puan memiliki dinamika tersendiri dalam menjalani kepe-mimpi nan tergantung pada ranah yang dipimpin. Pemimpin perem puan memiliki dua tanggung jawab yakni tanggung jawab

Fiya Ma’arifa Ulya

Prodi Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dinamika Dukungan Keluarga

pada Pemimpin Perempuan

Dinamika Dukungan Keluarga

(18)

di rumah tangga serta tanggung jawab pada kepemimpinannya di luar rumah. Perempuan yang memiliki peran transisi tetap tidak bisa meninggalkan peran tradisinya di rumah tangga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga terdiri atas dukungan instrumental, emosional, informatif, penilaian dan penghargaan, serta dukungan yang dipersepsi sebagai dukungan yang bermakna dari suami. Pemimpin perempuan mendapatkan dukungan dari keluarga teru-tama pasangan karena telah ada komitmen sebelum menikah atau di awal menikah mengenai peran masing-masing. Dukungan ke luarga yang diberikan kepada pemimpin perempuan memiliki dampak atau pengaruh langsung pada kondisi psikologis pemimpin perem-puan yakni kenyamanan dalam menjalankan peran di luar rumah. Kenyamanan yang dirasakan kemudian berdampak pada terjaganya spirit kerja serta keharmonisan keluarga. Dengan demikian, dampak duku ngan keluarga terhadap kepemimpinan seorang perempuan yakni terciptanya kesejahtaraan subjektif serta job performance yang lebih baik.

(19)

Abstract

he purpose of this study is to investigate how the dynamics of family support at female leader and the grounds of emerging family sup port at female leader. he subjects were three females who is leading in three sectors. hey are bureaucracy, education and social. heir occupies are Lurah, Chief of Study Program, and General Chairwoman of an Organization.

he method of this study is a descriptive qualitative case study. Inter view, observation, and ield note were used to collect data. Quali­ tative data analysis use Miles and Huberman interactive model.

he result of this study shows that each of female leader has own dynamics in their leadership depend on the sector where they lead. Female leader has two responsibilities, domestic/ tradition sector and public/ transition. here for, female who has public/ transition role can’t left their role in domestic/ tradition sector. he support that is given by family include instrumental support, emotional support, informative

The Dynamics of Family Support

at Female Leader

Fiya Ma’arifa Ulya

Psychology of Sunan Kalijaga State Islamic University of Yogyakarta

The Dynamics of Family Support

at Female Leader

(20)

support, appreciation and appraisal support, and meaningful support from the husband. Female leader gets support from the family especially her husband cause there are commitment before marriage or the begin­ ning of it about each role. Family support has direct impact for female leader psychologist condition that is pleasant feeling when perform in public/ transition role. hen, it keeps job enthusiasm and family harmony. So, the efect of family support toward female leadership are subjective well­being and better job performance.

(21)

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit sosial kecil dan penting dalam bangu nan sosial masyarakat. Keberadaan keluarga telah ada sejak dahulu dan akan berlangsung sepanjang zaman (Lestari, 2014). Se-cara sederhana anggota keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak. Masing-masing memiliki peran dan saling bergantung satu dengan yang lain untuk dapat menjalankan peran tersebut. Dalam men-jalankan peran, anggota keluarga harus saling mendukung supaya tercipta keluarga yang tangguh, harmonis dan seimbang.

Keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting. Oleh sebab itu, dukungan keluarga akan memenuhi ke butuhan rasa aman dan nyaman, perlindungan, sekaligus ke-butuhan penghargaan. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga, baik berupa barang, jasa, infor masi, nasehat, dan sebagainya sehingga membuat penerima duku ngan merasa disayangi dan dihargai (Taylor, 1995).

Menurut Johnson dan Johnson (1991, dalam Adicondro dan Purnamasari, 2011) dukungan sosial berasal dari orang-orang

BAB I

Pendahuluan

Pendahuluan

(22)

penting yang dekat (signiicant others) bagi individu yang mem-butuhkan bantuan, misalnya di dalam keluarga seorang individu memperoleh dukungan dari pasangan dan anak. Pasangan hidup merupakan pribadi yang dipandang paling banyak memberikan dukungan dalam menghadapi masalah (Wills, dalam Ogden, 2004). Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Soeharto (2012) bah wa sumber dukungan sosial adalah orang-orang yang berada di se kitar dan kehadirannya sangat berarti bagi parempuan dan laki-laki yang berkarir/ bekerja.

Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dukungan yag diberikan oleh suami kepada istri yang berkarir dapat mening katkan niai positif pekerjaan-keluarga, membuat istri dapat bekerja lebih optimal, menurunkan burnout, serta dari segi kesehatan dapat membantu mengatasi stres. Dengan demikian, dukungan yang berasal dari suami sangat penting artinya bagi istri (Voydanof, 2004). Selain itu, Johnson dan Johnson (1991) menyatakan manfaat-manfaat dukungan sosial yakni dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kese jahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, membantu memerjelas identitas diri, menambah harga diri serta mengurangi stres, meningkatkan dan memelihara kesehatan isik serta pengelolaan terhadap stres dan tekanan.

(23)

Laporan penelitian Anggriana, dkk (2014) tentang dukungan sosial keluarga bahwa ketika individu mendapatkan prestasi dalam pe kerjaannya, keluarga akan memberikan dukungan dan peng-hargaan guna peningkatan prestasi yang lebih baik. Sebalik nya, ke tika menghadapi kondisi yang menekan, individu akan men-dapat kan kepedulian, empati, dan perhatian dari anggota keluarga. Dengan demikian, dalam hal ini dukungan sosial keluarga dibutuh-kan individu dalam segala situasi, baik saat mendapatdibutuh-kan prestasi mau pun dalam kondisi yang menekan.

Dukungan yang berasal dari suami/ pasangan sangat berkaitan dengan kesuksesan peran ganda istri. Penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Jones (1980 dalam Rini, 2000) menyatakan bahwa sikap suami merupakan faktor yang penting dalam menentukan keber hasilan dual­career marriage. Suami yang merasa terancam, tersaingi dan cemburu dengan status bekerja istrinya tidak dapat bersikap toleran terhadap realitas istri yang bekerja. Namun, ada pula suami yang tidak memermasalahkan istri yang bekerja, selama sang istri tetap dapat memenuhi dan melayani kebutuhan suami. Disamping itu, terdapat pula suami yang justru mendukung karir istrinya, dan ikut bekerjasama dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga. Hal tersebut dapat membuat istri lebih merasakan kepuasan dalam hidup, keluarga dan karirnya. Faktor personal seperti duku-ngan suami, strategi koping, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pen didikan , dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap istri dalam mengejar karir yang diinginkan.

(24)

baik di pemerintahan maupun non pemerintahan cukup banyak dijalankan oleh perempuan (Nimrah & Sakaria, 2015). Adanya ke-inginan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan telah mampu meningkatkan tingkat partisipasi mereka di dunia pendidikan.

Beberapa negara maju seperti Eropa dan Amerika, tingkat par-tisipasi perempuan di dunia pendidikan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Unicef dalam “Lembar Fakta Pendidikan untuk Anak Perempuan di Indonesia” disebutkan bahwa di tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) rasio untuk anak perempuan sedikit lebih tinggi (62, 4%) daripada untuk anak laki-laki (60, 9%). Demikian juga dengan perbedaan jumlah anak laki-laki dan perempuan yang meneruskan pendidikan ke tingkat selanjutnya, yaitu dari SLTP ke sekolah me-nengah umum (SMU) sedikit lebih besar. Walaupun tetap tidak signiikan yaitu 73% untuk anak laki-laki dan 69% untuk anak perempuan. Dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi antara perempuan dan laki-laki dalam bidang pendidikan dasar-menengah sudah cukup seimbang, meskipun pembicaraan tentang pendidikan dan perempuan masih merupakan paradoxical.

Dalam bidang politik, aspirasi perempuan juga telah mendapat tempat walaupun belum semua aspek terwakili. Upaya airmative

action untuk mendorong keterwakilan perempuan dalam politik

(25)

mandat kepada parpol untuk memenuhi kuota 30% bagi perempuan dalam politik, terutama di lembaga perwakilan rakyat. Meskipun dalam prakteknya, kebijakan airmasi tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan.

Permasalahan utama yang dihadapi perempuan dimulai saat dia memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Masuknya perem-puan ke dalam sebuah tradisi atau budaya politik yang telah lama ter konstruksi secara patriarki adalah faktor utama yang menjadi ham batan bagi perempuan secara nyata untuk berkipah total di dunia politik (Pambudi, 2012). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Meutya Viada Haid, Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI, Dapil Sumut 1 bahwa terdapat dua macam masalah perempuan berpolitik yakni masalah yang berasal dari dalam dan luar. Masalah pertama, dalam lingkup internal yang menjadi penghambat perempuan ber-politik yakni kondisi sosial ekonomi seorang perempuan, kurang-nya sumber keuangan, terbataskurang-nya akses pendidikan, profesi, serta beban ganda tugas rumah tangga dan kewajiban tugas kantor. Masalah yang kedua, yaitu kurangnya kepercayaan diri perem-puan akan kemamperem-puannya sendiri, sehingga ketika maju dalam arena politik perempuan justru minder terhadap laki-laki. Semen-tara itu, masalah eskternal yang menghambat perempuan ialah nilai tradisional yang masih berlaku di beberapa masyarakat, serta ke-bijakan internal partai yang belum sepenuhnya percaya dan ber-komitmen dalam rangka keterwakilan perempuan (Koran Sindo, Maret 2017).

(26)

praktek organisasi telah berubah, serta budaya yang telah berubah. Perubahan dalam konteks budaya ini dapat terlihat misalnya dalam pesan simbolik yang sering ditampilkan dengan penunjukan perem puan untuk posisi kepemimpinan penting. Suatu tanda keberangkatan dari praktek-praktek masa lalu ke arah komitmen untuk perubahan yang progresif (Nimrah & Sakaria, 2015).

Sementara itu, dalam konteks Indonesia, meskipun faktor-faktor tersebut senyatanya sudah terbukti, tetapi budaya patriarki masih sangat kental, walau tak kentara. Dengan budaya patriarki ter sebut telah membuat kesempatan perempuan terbatasi. Misalnya dalam perpolitikan di Indonesia saat ini yang mana sudah banyak perempuan yang berpartisipasi, namun hasilnya tidak begitu me-muaskan. Demikian juga dominasi laki-laki pada organisasi, tempat kerja, dan sebagainya. Meski telah memiliki basis legal yang menjamin hak dan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan, akan tetapi masih banyak kendala budaya dan struktural yang mem-buat perempuan masih menghadapi kesulitan, khususnya terkait parti sipasinya dalam pengambilan keputusan dan kekuasaan (Hermawati, 2007).

(27)

Namun demikian, pencapaian perempuan dalam usaha mening katkan partisipasinya di ranah publik perlu untuk di-apresiasi. Dengan semakin banyaknya perempuan yang muncul sebagai pemimpin, baik dalam organisasi non-proit maupun proit

oriented, pemimpin perempuan adalah sosok-sosok yang ikut andil

dalam pembebasan terhadap kaumnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemimpin dalam suatu organisasi sangatlah diperlukan. Peran pemimpin bukan hanya menjadi tonggak berjalannya organisasi, namun juga bertindak sebagai pemersatu anggota maupun karyawan yang dinaunginya (Nugroho & Setiawati, 2012).

Dalam perkembangannya, kepemimpinan perempuan me-rupa kan bentuk emansipasi yang sudah sejak dasawarsa ini didengungkan. Atribut natural perempuan yang suka untuk merawat, sensitif, empati, intuitif, bekerjasama, dan mengakomodasi ter kadang menjadikan proses-proses administratif dalam organisasi men jadi efektif (Growe, 1999). Media massa pun semakin banyak memberitakan kemunculan era baru kepemimpinan. Bussiness week

misalnya, pernah menerbitkan artikel yang menyatakan bahwa perempuan memiliki “Right Stuf” dalam kepemimpinan. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Siti Zuhro, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam merespon pening katan perolehan suara calon pemimpin daerah perempuan pada Pilkada 2015 yang lalu bahwa hal tersebut terjadi karena pe-milih memiliki ekspektasi yang tinggi. Masyarakat mengharapkan sebuah sifat pemimpin yang keibuan dan memiliki hati nurani (Republika.co.id, 2015).

(28)

perempuan melakukan aktivitas bukan hanya mengisi waktu seng-gang, melainkan betul-betul ikhtiar untuk meraih prestasi dengan memperlihatkan kemampuan dan aktivitas secara memadai. Partisipasi perempuan saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak, tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti dalam pem-bangunan masyarakat Indonesia.

Partisipasi perempuan menyangkut dua hal yakni peran tradisi dan peran transisi. Peran tradisi atau domestik terkait dengan peran perempuan sebagai istri, ibu, pengelola rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, peran transisi perempuan menyangkut perannya sebagai pemimpin organisasi, sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan manusia pembangunan (Rahmadita, 2013). Kepe-mimpinan yang berorientasi pada pengembangan karir harus dapat menyeimbangkan antara aktivitasnya dalam rumah tangga dan tanggung jawab pemimpin perempuan dalam organisasi/ lembaga yang dipimpinnya (Djafri, 2014). Bagaimanapun perempuan yang berkarir sebenarnya menghadapi situasi yang rumit. Mereka berada diantara dua posisi yang saling beririsan yakni kepentingan keluarga dan kepentingan berkarya. Oleh sebab itu, perempuan pemimpin seringkali berhadapan dengan situasi yang dilematis.

(29)

per-ceraian.

Selain itu, dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Nugroho & Setiawati (2012) terhadap tiga orang lurah perempuan di Yogya-karta masih ditemukan ketidakadilan gender baik dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, strereotipe, kekerasan maupun beban ganda. Salah satu subjek dalam penelitian tersebut menuturkan bahwa posisinya sebagai seorang lurah sempat dikeluhkan oleh suami nya dikarenakan kurangnya waktu untuk bersama dengan keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa posisi perempuan sebagai pe mimpin di sebuah organisasi dikaitkan dengan posisinya dalam keluarga sangat rentan terjadi permasalahan.

Sebagaimana hasil temuan peneliti dalam pre­eliminary research

yang telah dilakukan pada Dian (nama samaran), yang merupakan ketua umum organisasi otonom sekaligus kepala sekolah salah satu sekolah menengah pertama di Yogyakarta.

Jika perempuan diberikan ruang bebas, itu saya setuju. Cuma

terkadang kita tetap harus punya koridornya. Jangan sampai terlalu kebablasan terus mengabaikan rumah tangga yang di rumah, nah itu akan bahaya juga. Saya sendiri kadang dengan suami sering, ya bukan sering ya..berbeda pendapat gitu, ya karena saya terbiasa di sekolah mungkin memimpin, terus di organisasi saya memimpin, kadang kan kita pingin memimpin juga. Nah, itu yang harus kita rem. Saya kadang agak over juga, tapi ya bisa di....untungnya suami saya lebih suka langsung

menyampaikan.” (N3.D/W1.68-89)

(30)

nary research dengan narasumber yang lain yakni Sofa (nama samaran), ketua program studi di salah satu universitas negeri di Yogya karta serta pemimpin redaksi majalah, yang menyatakan bah-wa pengorbanan suami dan anak-anak menjadi keharusan untuk memahami peran narasumber.

“Kalau keluarga yang sekarang e dengan suami dan anak­anak ya mesti pengorbanan mereka yang e apa namanya jadi suatu keharusan, suatu syarat. Kalau misalkan mereka memang e tidak memahami untuk menyisihkan waktu, e Ibu saya me­ mang eksis gitu ya disini..disini..disini ya nggak akan jalan

semuanya sih”.(N2.S/W1.107-118)

Di sisi lain, tuntutan pekerjaan suami yang mengharuskannya sering pergi ke luar kota membuat narasumber harus pandai-pandai memanajemen waktu, tenaga dan pikiran untuk bertanggungjawab di dua hal yakni urusan kantor dan urusan rumah. Keduanya dapat berjalan dengan syarat harus ada yang dikorbankan.

“Terus perasaannya gimana ya saya harus bertanggung jawab di dua hal karena yang di Magelang itu tidak bisa diwakilkan karena itu harus kaprodinya. Selama ini saya yang betul­betul pegang berkas akreditasi sehingga tidak bisa diwakilkan. Semua disini (rumah) juga pernah diwakilkan, nggak terbukti, lepas. Jadinya harus jalan dua­duanya solusinya ya harus menge­

luarkan uang”.(N2.S/W2.53-62)

Lebih lanjut disebutkan narasumber bahwa pengorbanan adalah hal yang harus dilakukan dalam manajemen kepemimpinan perempuan.

Jadinya apa manajemen kepemimpinan perempuan ya harus

kayak gitu, Mbak. Gimana, mungkin nggak akan sama dengan

yang lain tapi harus ada yang dikorbankan, gitu.” (N2.S/

(31)

Menurut narasumber selanjutnya yang merupakan lurah salah satu desa di Kota Yogyakarta menyatakan bahwa ia menyadari bahwa perannya tidak hanya sebagai pemimpin di masyarakat, tetapi juga sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, kedudukan narasumber sebagai lurah juga tidak membuat narasumber menjadi sosok yang main perintah dengan suami.

“Saya pribadi menyadari bahwa fungsi saya itu selain sebagai lurah juga saya menempatkan diri tetap sebagai istri gitu. Jadi kalau di rumah itu saya nggak main perintah, nggak ini dan saya memang membatasi betul kegiatan saya kepada masya­ rakat, kegiatan saya di kantor tidak menganggu kegiatan di

rumah.”(N1.W/W1.216-224)

Ditambah lagi dengan pekerjaan suami yang menuntutnya sering pergi ke luar kota bahkan luar negeri, sehingga membuat narasumber harus leksibel dalam membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anak. Kenyataan bahwa narasumber tidak bisa full time

me ngurus anak-anak, membuat narasumber sudah memberikan pondasi-pondasi tanggung jawab kepada mereka.

“Saya leksibel aja kalau emang anak­anak bisa diajak ke kantor karena ada tempatnya kan, nah saya ajak ke kantor gitu, dan saya berusaha memberikan pengertian pada anak­anak bahwa bundanya ini sekarang tuh tugasnya tuh begini, begini, begini.”

(N1.W/W1.946-957)

“Dan sejak kecil memang saya sudah memberikan pondasi­ pondasi tangung jawab kepada mereka. Bahwa e karena saya tidak bisa full time dengan mereka, mereka harus bisa ber­

tanggung jawab untuk diri mereka sendiri.”

(N1.W/W1.961-965)

(32)

juga melibatkan dukungan dari keluarga, dukungan organisasi di mana individu berkarya, serta dukungan dari masyarakat. Sebagai-mana yang dinyatakan oleh Dian bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan dukungan yang berasal dari berbagai pihak. Mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan kerja, serta lingkungan sosial masyarakat. Suseno & Sugiyanto (2010) menyatakan bahwa duku-ngan sosial adalah suatu bentuk hubuduku-ngan interpersonal deduku-ngan orang-orang yang ada di sekitar, di dalamnya terdapat pemberian bantuan berupa empati yang diberikan melalui proses komunikasi dan kontak sosial.

“Kepemimpinan yang dia bisa maksimal dalam berkarya. Dalam artian semua elemen mendukung, semua e apa semua orang atau semua pihak mensupport. Karena kepemimpinan itu ya dukungan. Kepemimpinan itu ya sebenarnya hanya

duku ngan.” (N3.D/W1.13-19)

“Ada hal yang berbeda bahwa seorang pemimpin itu dia bisa memimpin karena dia mendapatkan dukungan, bahkan se­ orang perempuan tentunya dia mendapatkan energi positif itu

dari keluarganya, gitu”(N3.D/W1.28-32)

Senada dengan apa yang disampaikan oleh narasumber lainnya bahwa keberadaan mereka di panggung publik diketahui oleh keluarga dan atas izin suami. Sebagaimana yang diungkapkan Sofa bahwa suaminya memahami jika manusia itu harus mengembangkan potensinya dan sepanjang yang dilakukan oleh Sofa itu baik maka sepanjang itu pula kesenangan yang dirasakan suami.

“Karena dia kan tahu bahwa manusia itu harus mengembang­ kan potensinya dan sepanjang yang saya lakukan bermanfaat jadi dia senang gitu. Nggak ada kendala­kendala gitu saya, toh

(33)

Sementara itu, narasumber lainnya lagi yakni Lintang me-ngung kapkan bahwa meskipun suami enggan menemaninya duduk bersama ketika diundang acara, namun ia tetap ingin menunjukkan kepada masyarakat apabila keberadaannya di support dan hadirnya Lintang atas izin dari suaminya.

“Dan saya membawa beliau di saat acara­acara saya juga tahu bahwa ini nggak bakal turun dari mobil nih cuman saya hanya ingin menunjukkan bahwa e..suami saya itu ada, bahwa e saya disini itu di support, bahwa saya disini itu e..apa namanya atas izin suami saya. Meskipun suami saya tidak ikut tampil ber­

sama saya.” (N1.W/W3.921-924)

Berdasarkan data-data diatas, dukungan yang berasal dari keluarga pada pemimpin perempuan menjadi sangat penting dalam menunjang keberhasilan kepemimpinannya. Menurut Center for

Creative Leadership, terdapat enam faktor karakteristik yang dapat

membantu memaksimalkan efektivitas kepemimpinan perempuan dalam organisasi salah satunya yakni dukungan dan saran emosional dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman. Keluarga dan teman sebagai pihak yang terpercaya dan menjadi motivator untuk mencurahkan perasaan secara aman. Terutama keluarga yang merupakan sumber untuk memeroleh dukungan sosial.

(34)

yang paling penting untuk keberhasilan pemimpin perempuan pengusaha, khususnya terkait dengan pengambilan keputusan.

Oleh sebab itu, dukungan sosial yang berasal dari keluarga pada pemimpin perempuan sepatutnya menjadi suatu keniscayaan. Itulah yang kemudian mengilhami peneliti untuk melakukan pe-nelitian lebih lanjut mengenai dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perempuan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perempuan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menggali dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perempuan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memeroleh hasil dan manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ke pustaka an psikologi sosial dan kajian tentang perempuan. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi infor -masi kepada pembaca tentang bagaimana sebenarnya dina mika duku ngan keluarga pada pemimpin perempuan, serta mengapa dukungan keluarga bisa muncul.

2. Manfaat Praktis

(35)

dengan bagaimana dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perempuan. Selain itu, penelitian ini juga dapat mem berikan sumbangsih dalam pertimbangan membuat kebija kan untuk men ciptakan keluarga tangguh dan sadar gender.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memuat variabel yaitu dukungan keluarga. Di-antara beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan variabel dukungan keluarga yaitu:

1. Penelitian Anak Agung Ariputra Sancahya dan Luh Kadek Pande Ary Susilawati (2014) yang berjudul Hubungan antara Duku ngan Sosial Keluarga dengan Self Esteem pada Remaja Akhir di Kota Denpasar. Penelitian ini dilakukan dengan meng gunakan metodologi korelasi kuantitatif yang melibatkan jumlah subjek sebanyak 408 remaja di Kota Denpasar dan berusia 17-19 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koeisien determinasi (r2) sebesar 0,268. Hal tersebut berarti bahwa sumbangan yang diberikan oleh variabel dukungan sosial keluarga terhadap variabel self esteem yaitu sebesar 26,8% dan selebihnya 73,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Namun demikian, terdapat hubungan positif (meskipun tidak signiikan) antara dukungan sosial keluarga dengan self esteem pada remaja di kota Denpasar.

(36)

Ada pun dukungan yang dominan yaitu berupa nasehat kepada remaja pengguna narkoba dan yang melakukannya adalah teman dari partisipan.

3. Penelitian Zahrotun Nisa’ yang berjudul Pengaruh Resiliensi dan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Keterlibatan Istri dalam Binis Keluarga. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional yang melibatkan sebanyak 100 orang subjek, yakni istri dari para pengusaha batik di kota Pekalongan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel resiliensi dan dukungan sosial keluarga secara bersama-sama sangat signiikan dapat memrediksi keterlibatan kerja istri dalam bisnis keluarga (R = 0, 647, F = 34, 964, dan P < 0, 001). Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi dan dukungan sosial keluarga berpengaruh terhadap keterlibatan istri dalam bisnis keluarga.

4. Penelitian Unika Prihatsanti (2014) yang berjudul Dukungan Keluarga dan Modal Psikologis Mahasiswa. Penelitian ini di-laku kan dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional, dengan jumlah subjek sebanyak 126 orang yang ditentukan dengan teknik convenience sampling. Hasil analisis data menun-jukkan adanya korelasi positif yang signiikan antara dukungan keluarga dan modal psikologis mahasiswa (r = 0,125; p = 0,008). Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga memegang peranan pada munculnya modal psikologis pada mahasiswa. Semakin tinggi dukungan keluarga maka akan se-makin tinggi modal psikologis mahasiswa. Sebaliknya, sese-makin rendah dukungan keluarga maka akan semakin rendah modal psikologis mahasiswa.

(37)

Pekerja-Keluarga pada Ibu-Bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional yang melibat kan subjek sebanyak 38 wanita yang bekerja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil analisis data, rxy = 0, 364 (p < 0, 01) yang menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Semakin tinggi dukungan suami maka semakin tinggi pula nilai positif Ibu bekerja, sebaliknya semakin rendah duku ngan suami maka nilai positif pekerjaan-keluarga pada Ibu bekerja juga semakin rendah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dukungan suami merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan nilai positif pekerjaan-keluarga pada Ibu bekerja.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Flora Grace Putrianti yang berjudul Kesuksesan Peran Ganda Wanita Karir Ditinjau dari Duku ngan Suami, Optimisme, dan Strategi Coping. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuatitatif korelasional yang melibatkan subjek sebanyak 65 orang karya wati Bank Rakyat Indonesia kantor cabang Kutoarjo, Purworejo, Kebumen, Sleman, dan Katamso. Hasil penelitian me nun jukkan terdapat hubungan yang sangat signiikan antara dukungan suami, optimisme, dan strategi coping dengan peran ganda wanita karir, dengan F = 9, 946, R2 = 0, 328, dan P = 0, 000.

(38)

bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penerimaan diri individu yang mengalami asma.

8. Penelitian yang dilakukan Nobelina Adicondro & Ali Purnamasari yang berjudul Eikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga, dan Self Regulated Learning pada Siswa Kelas VIII. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuanti tatif korelasional yang melibatkan subjek sebanyak 62 orang siswa. Hasil analisis data menunjukkan: (1) ada hubungan positif yang sangat signiikan antara eikasi diri dan dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning (r = 0, 837, p = 0, 000). (2) ada hubungan positif yang sangat signiikan antara eikasi diri dengan self regulated learning (r = 0, 836, p = 0, 000). (3) ada hubungan positif yang sangat signiikan antara dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning (r = 0, 418, p = 0, 002).

(39)

lingkungan keluarga). Namun, dampak ketiga variabel laten eksogen tidak signiikan terhadap variabel laten endogen. Hasil lain menunjukkan bahwa bawahan memersepsi pe mimpin perempuan pengusaha dari empat kelompok etnis me miliki efektivitas kepemimpinan yang tinggi dan bergaya trans-formasional.

10. Penelitian yang dilakukan oleh Annette M. La Greca dan Kristen M. hompson dari Univeristy of Miami, yang berjudul

Family and Friend Support for Adolescents with Diabetes, atau

Dukungan Teman dan Keluarga pada Penderita Diabetes. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan campuran, yakni informasi kualitatif dan kuantitatif, yang melibat kan subjek sebanyak 29 perempuan dan 45 laki-laki pada penelitian pertama dan 31 perempuan serta 31 laki-laki pada penelitian kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pene litian yang dilakukan selama dua kali memberikan berbagai macam kontribusi. Namun, hasil yang paling utama yakni antara keluarga dan teman berperan penting dalam pemberian dukungan bagi para penderita diabetes. Keluarga harus menjadi pihak yang aktif dan suportif dalam memberikan dukungan, karena sebagai bentuk manajemen treatment yang bagus. Selain itu, dari penemuan pada dua penelitian ini mengindikasikan bahwa profesional di bidang kesehatan harus menentukan cara untuk mengedukasi dan merekrut teman-teman penderita supaya membantu mendampingi dan memberikan dukungan emosional pada penderita diabetes.

11. Penelitian yang dilakukan oleh Delores D. Stroud dari

Univeristy of New Mexico yang berjudul Familial Support as

Perceived by Adult Victims of Chilhood Sexual Abuse, atau

(40)

menjadi korban kekerasan seksual saat anak-anak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memberikan kuesioner, dan juga terdapat sesi wawancara untuk memeroleh data yang lebih mendalam dan akurat. Penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 66 orang yang didapatkan dengan cara membuka rekrutmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting dan efektif dalam mengatasi childhood sexual abuse

(CSA).

12. Penelitian yang dilakukan oleh CJ. Patel, A. Beekhan, Z. Paruk, dan S. Ramgoon dari School of Psychology, Howard College

Campus, King George V Ave, Duban, yang berjudul Work Family

Conlict, Job Satisfaction and Spousal Support: An Explo ratory

Study of Nurses’ Experience, atau Konlik pekerjaan-keluarga,

kepuasan kerja, dan dukungan pasangan: sebuah studi explorasi pada perawat. Penelitian ini dilakukan dengan dengan meng-gunakan pendekatan deskriptif kuantitatif koralasional yang melibatkan subjek sebanyak 80 orang perawat di rumah sakit negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berhubungan negatif dengan konlik pekerjaan-keluarga dan berhubungan positif dengan dukungan pasangan. Serta, konlik pekerjaan-keluarga berpengaruh negatif dengan dukungan pasangan. Implikasi dari adanya penemuan ini ialah dukungan pasangan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap hubungan kepuasan kerja dan konlik pekerjaan-keluarga. Hal tersebut perlu disadari dan diteliti lebih mendalam sehingga dapat digunakan untuk membantu mengatasi stres pada perawat.

(41)

oleh Kertamuda (2011) dengan judul “Peran Dukungan Keluarga pada Pemimpin Wanita”. Sekilas penelitian tersebut hampir mirip dengan apa yang akan diteliti oleh penulis. Namun, dalam penelitian penulis ini akan fokus pada aspek bentuk dukungan keluarga dan mengapa dukungan keluarga bisa muncul pada pemimpin perem puan. Selain itu, penelitian ini juga akan mensyaratkan usia pemimpin perempuan untuk bisa dijadikan subjek penelitian, yaitu dalam rentang usia dewasa muda. Tujuannya adalah untuk lebih mem perdalam penelitian sebelumnya. Dengan demikian dapat dikata kan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kertamuda.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Diantara nya, dalam penelitian ini narasumber utama adalah tiga perempuan yang menduduki jabatan sebagai pemimpin pada tiga sektor yang berbeda, yakni birokrasi, pendidikan, dan organi sasi sosial. Kemudian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika dukungan keluargan pada pemimpin perem-puan. Metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian se-belumnya, sebagian besar menggunakan pendekatan kuantitatif dan membahas mengenai dukungan sosial secara luas, sedangkan pene litian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu studi kasus dan akan fokus pada dukungan sosial pada keluarga. Adapun per-bedaan lainnya yaitu dalam konteks judul, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan metode analisis data.

(42)
(43)

Tinjauan Pustaka

BAB II

A. Dukungan Keluarga 1. Deinisi Keluarga

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Sejahtera, ke luarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Friedman (1992) me-nya takan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bekerjasama, saling berbagi, serta memiliki kedekatan emosi. Sementara itu, Murdock (1965, dalam Lestari, 2012) me-ngartikan keluarga sebagai kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi.

Koerner & Fitzpatrik (2004) mendeinisikan keluarga ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yakni deinisi struk-tural, deinisi fungsional, dan deinisi interaksional. Keluarga dalam deinisi struktural yaitu fokus pada siapa yang menjadi bagian keluarga, berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orangtua, anak, dan kerabat lainnya.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka

(44)

Deinisi fungsional dalam keluarga yakni penekanan pada ter-penuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial dalam keluarga/tugas-tugas yang dilakukan keluarga. Selanjutnya, deinisi interaksional yakni keluarga sebagai kelompok yang mengem bangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang me mun culkan rasa identitas sebagai keluarga. Fuhrmann (1990 dalam Fitri, 2014) menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga yang paling berpengaruh dalam perkembangan individu, karena keluarga merupakan sumber utama perlindungan, perawatan, dan dukungan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat individu belajar dan menya-takan diri sebagai makhluk sosial.

Berdasarkan deinisi-deinisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang tinggal bersama saling bekerjasama, berbagi, memiliki kedekatan emosi/ fungsi psikososial, men-jalan kan fungsi reproduksi, serta mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga.

2. Dukungan Keluarga

Dukungan akan dirasakan artinya apabila diperoleh dari orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan individu dan orang-orang yang dipercayainya (Fitri, 2000). Adams, dkk (1996) menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga didapat terutama berasal dari pasangan dan anak-anak. Individu akan men jadikan keluarga sebagai tumpahan harapan, tempat ber-cerita, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bila individu mengalami persoalan (Irwanto, 2002).

(45)

terutama pasangan (suami/ istri) dalam bentuk dukungan per lindungan, perhatian, kepercayaan, dan sebagainya (Nisa’, 2014). Dukungan keluarga adalah informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan nyata, serta tingkah laku yang di-beri kan oleh orang-orang akrab dengan individu, berupa ke-hadiran yang dapat memberikan keuntungan emosional, se-hingga memengaruhi tingkah laku penerimanya (Gottlieb, 1983 dalam Smet, 1994). Sementara itu, Kane (1988 dalam Friedman, 1998) dukungan keluarga adalah proses yang terjadi sepan jang hidup di mana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh terhadap lingkaran kehidupan keluarga.

Jadi, dukungan keluarga adalah proses interaksi berupa informasi verbal atau nonverbal, saran, bantuan nyata, mau -pun perilaku yang dilakukan oleh orang-orang dalam ikatan keluarga, mampu memberikan kenyamanan isik dan psiko-logis, meningkatkan koping, harga diri, rasa memiliki, ke-mampuan melewati perubahan sehingga berpengaruh terhadap lingkaran kehidupan keluarga.

3. Sumber-sumber Dukungan

Dukungan telah menjadi sarana dalam memenuhi ke-butuhan manusia yang berupa keke-butuhan rasa aman serta nyaman, peng hargaan yang membuat individu merasa lebih berarti, dan sebagianya. Wangmuba (2009) mengungkapkan sumber dukungan sosial yang terbagi atas:

a. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga

(46)

emosi onal, dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai peristiwa yang menekan dalam kehidupan. Sebagai sistem sosial, keluarga memiliki fungsi-fungsi yang perlu untuk dijalan kan, yaitu fungsi pendidikan, agama, ekonomi, biologis, sosialisasi, perlindungan, perasaan, dan fungsi rekreatif.

b. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman Terdapat tiga proses di mana sahabat atau teman dapat berperan sebagai pemberi dukungan. Pertama adalah proses membantu secara material atau instrumental. Stres yang dialami oleh individu dapat dikurangi apa bila mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalah-nya. Pertolongan secara material atau instrumental ini dapat berupa pemberian informasi mengenai pemecahan masalah atau dapat berupa bantuan materi. Kedua, yaitu pemberian dukungan emosio nal. Adanya perasaan terte-kan yang dialami oleh individu dapat berkurang apabila ia membicarakannya bersama sahabat atau teman yang simpatik. Sehingga ia akan memiliki kecenderungan untuk mendapatkan dukungan emosio nal dari pendengar setia nya. Ketiga, yakni integrasi sosial. Integrasi sosial berarti bahwa seorang individu dapat diterima dalam suatu kelompok sosial. Bergabungnya individu dengan kelompok sosial mampu menghasilkan perasaan sejahtera secara psikologis, sekaligus memperkuat ikatan sosial. c. Dukungan sosial dari Masyarakat

(47)

dan bersifat kesinambungan dengan dukungan sosial yang pernah diberikan oleh orang lain. Sehingga hal tersebut akan berpengaruh pula pada keakraban dan tingkat kepercayaan penerima dukungan.

Bagaimanapun keluarga merupakan sumber utama sebagai pihak yang memberikan perlindungan, perawatan, dan dukungan sehingga keluarga memiliki peranan penting ter hadap perkembangan individu (Fuhrmann, 1990). Ke-luarga menjadi tempat tujuan bagi individu ketika diri nya merasa lelah, sedih, dan terluka (Rudkin, 2003). Ketika individu mengalami kesulitan dalam menghadapi sebuah masalah maka individu tersebut cenderung mencari orang-orang yang dekat dengannya (Baron, Branscome, & Byrne, 2008).

4. Aspek-aspek Dukungan Keluarga

Menurut King, dkk (1995 dalam Nisa, 2014) bahwa terdapat dua aspek dukungan keluarga yakni:

a. Emotional Sustenance, yakni berupa perilaku dan sikap

individu yang mereleksikan ketertarikan keluarga terhadap pekerjaan individu, keinginan untuk mendengarkan, ber-bicara, dan memberikan nasehat kepada individu me ngenai pekerjaannya, dan secara umum mengindikasikan perhatian kepada individu penerima dukungan. Perilaku dan sikap tersebut berisi dorongan, pengertian, perhatian, pandangan positif, dan petunjuk mengenai pemecahan masalah.

b. Instrumental Assistance, ialah dukungan sosial keluarga yang

(48)

tang gung jawab anggota keluarga terkait dengan tugas-tugas dan kewajibannya, dan terhadap kehidupan struktur ke luarga supaya dapat menyesuaikan jadwal kerja individu atau keperluan keluarga.

Selanjutnya, dukungan keluarga adalah bagian dari dukungan sosial. Oleh karena dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan oleh orang-oran disekitar individu seperti ke-luarga, teman, rekaan kerja, komunitas, dan seterusnya. Weiss (1974 dalam Cutrona, 1994) mengemukakan adanya enam aspek dukungan sosial yang berasal dari hubungan dengan indi vidu lain. Enam aspek tersebut meliputi guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social integration, and

opportunity to provide nurturance. Berikut ini adalah penjelasan

lebih lengkap mengenai enam komponen dukungan sosial menurut Weiss (1974 dalam Cutrona, 1994):

a. Reliable alliance/ Tangible aid (bantuan nyata), yaitu

penge tahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat me-ngandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Maksud nya adalah individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari bahwa ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya apabila dirinya meng hadapi masalah dan kesulitan.

b. Guidance (bimbingan) yakni dukungan sosial yang berupa

nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Duku ngan ini juga dapat berupa pemberian feedback

(umpan balik) atas sesuatu yang dilakukan individu (Saraino, 1997 dalam Maslihah, 2011).

c. Reassurrance of Worth, adalah dukungan sosial ini berupa

(49)

ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai.

d. Attachment, yaitu bentuk dukungan berupa pengekspresian

kasih sayang dan cinta yang diterima oleh individu, yang dapat memberikan rasa aman pada individu yang menerima. Dengan kata lain, attachment dapat disebut juga dengan ke-dekatan (Intimacy), karena kedekatan dapat memberikan rasa aman pada individu.

e. Social Integration (integrasi sosial) adalah dukungan yang

berupa kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok, sehingga mampu membuat indi-vidu merasa diterima pada kelompok tersebut.

f. Opportunity to Provide Nurturance yakni suatu bentuk

duku ngan yang berupa perasaan individu bahwa ia di-butuhkan oleh orang lain. Sehingga individu merasa bahwa keberadaannya mampu memberi dampak untuk orang lain.

5. Faktor-faktor Terbentuknya Dukungan

Myers (Hobfoll, 1986 dalam Maslihah, 2011) menge-muka kan bahwa terdapat tiga faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif, yaitu: a. Empati, yakni turut merasakan kesusahan atau beban emosi

yang dialami orang lain dengan tujuan mengantisipasi emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesu-sahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

b. Norma dan Nilai Sosial, yakni seperangkat aturan atau ke-yaki nan yang berguna dalam membimbing individu untuk berperilaku.

(50)

dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi hubungan interpersonal (antar individu) yang memuaskan. Penga-laman adanya pertukaran secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan menyediakan apa yang ia butuhkan.

6. Bentuk-bentuk Dukungan

House & Kahn (1985, dalam Fitri, 2000) menjelaskan bahwa ada empat bentuk dukungan yang diberikan, yakni: a. Dukungan emosional (emotional support), ialah dukungan

sosial yang mampu membuat seseorang merasa nyaman, tenteram, merasa dimiliki dan dicintai, seperti ekspresi empati, perlindungan, perhatian, dan kepercayaan.

b. Dukungan instrumental (instrumental support) adalah dukungan dalam bentuk penyediaan sarana yang dapat mem permudah tujuan yang ingin dicapai. Dukungan ini bisa dalam bentuk materi maupun berupa jasa pelayanan. c. Dukungan informasi (informational support) merupakan

ben tuk dukungan yang meliputi pemberian nasehat, arahan, pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat.

d. Penilaian. Dukungan ini berupa pemberian penghargaan atas usaha yang telah dilakukan, maupun memberikan um-pan balik mengenai hasil atau prestasi.

Lebih jelas lagi, bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Aspek & Bentuk Dukungan

(51)

Aspek Bentuk Dukungan

Informatif • Pemberian nasehat dan pengaruh • Mendapatkan informasi yang dibutuhkan • Menyampaikan informasi kepada yang lain

Emosional • Empati

• Cinta dan kasih sayang • Kepercayaan

• Mendengarkan • Perhatian Instrumental • Bantuan materi

• Bantuan pekerjaan • Peluang waktu Penilaian dan

Penghargaan

• Pekerjaan • Peranan sosial • Prestasi • Umpan balik • Perbandingan sosial • Airmasi

7. Pengaruh/ Dampak Dukungan Sosial

Adapun pengaruh dari dukungan sosial menurut Brehm & Kassin (dalam Farhati & Rosyid, 1996) yakni terdapat tiga bentuk pengaruh dari dukungan sosial yang meliputi:

a. Pengaruh Langsung

Dukungan sosial dapat berpengaruh langsung dalam menciptakan situasi yang menyenangkan dan tidak mene-kan. Pengaruh secara langsung dari dukungan sosial mem-bentuk pola yang linier, yakni apabila dukungan sosial tinggi maka berpengaruh pada individu yang sehat. Sebaliknya, apabila dukungan sosial rendah maka berpengaruh secara lang sung pada individu yang tidak sehat.

(52)

Pengaruh tidak langsung dari dukungan sosial yakni dapat berpengaruh pada stres yang dihadapi individu dengan adanya penerimaan sosial yang dapat memengaruhi self esteem (harga diri). Self esteem kemudian akan berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang. Pola hubungan pengaruh tidak langsung pada dukungan sosial yaitu jika dukungan sosial tinggi, maka self esteem

juga tinggi yang menjadikan indi vidu sehat. Serta apabila dukungan sosial rendah, kemu dian selfesteem juga rendah, maka berpengaruh dalam membuat individu menjadi tidak sehat.

c. Pengaruh Penghambat

Dukungan sosial dapat menghambat hubungan antara stres dan sumber stres. Dukungan sosial dapat menghambat pikiran-pikiran depresif menjadi keadaan depresif. Dengan kata lain, dukungan sosial dapat membantu meringakan beban hidup individu sehingga ia dapat berfungsi secara efektif.

Adapun pola hubungan dukungan sosial dengan pe-ngaruh penghambat yaitu apabila individu mengalami stres yang tinggi, sementara ia juga mendapatkan dukungan sosial yang tinggi maka individu tersebut menjadi individu sehat. Namun, apabila individu mengalami stres yang tinggi, kemu dian dukungan sosial yang diterimanya rendah, maka akan menciptakan individu yang tidak sehat.

(53)

me nga kibatkan individu yang tidak sehat.

Berdasarkan penjelasan mengenai tiga bentuk pengaruh/ dampak dari dukungan sosial diatas, dapat dikatakan dukungan sosial yang diterima oleh individu yang sedang mengalami stres akibat dari tugas-tugas yang harus dilakukannya, dapat me-ngurangi stres yang dirasakan, meningkatkan self esteem, serta menjadikan individu sehat.

8. Manfaat/ Fungsi Dukungan

Dukungan memiliki manfaat yang besar apabila bersal dari orang-orang terdekat seperti keluarga. Schilling (1987) menyatakan bahwa penerimaan dukungan sosial memiliki dampak positif berupa peningkatan self esteem dan self conidence

pada individu yang menerima.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Adicondro & Purna-masari, 2011) terdapat empat manfaat dari adanya dukungan sosial, yakni:

a. Meningkatkan produktivitas

Dukungan sosial yang diterima oleh individu dapat membuatnya semangat bekerja, sehingga akan mening-katkan produktivitas dalam pekerjaannya.

b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri

Individu yang menerima dukungan sosial akan mem-buat individu mampu menghadapi permasalahan mau pun tugas yang harus dikerjakannya, serta mampu mening kat-kan rasa memiliki pada diri individu.

c. Memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stres

(54)

membuatnya menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan mengurangi stres yang dirasakan, karena ia yakin bahwa seberat apapun tugasnya bisa diselesaikan.

d. Meningkatkan dan memelihara kesehatan isik serta pengelolaan terhadap stres dan tekanan.

Individu yang menerima dukungan sosial akan lebih survive dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga stres yang dialami dapat berkurang. Individu yang mampu me-nge lola stres dengan baik akan berakibat pada daya tahan tubuh dan peningkatan kesehatan individu.

B. Pemimpin Perempuan

1. Deinisi Pemimpin

Pemimpin dalam bahasa Inggris yaitu Leader. Dalam Kamus Psikologi, Leader (pemimpin) diartikan sebagai sese-orang yang membimbing, mengatur, menunjukkan, meme-rintah, atau mengontrol kegiatan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat-sifat kepribadian dan kualiikasi lainnya bagi kepemimpinan (Chaplin, 2011). Lensuiie (2013) menyatakan bahwa kata “Pemimpin” di dalam bahasa Indonesia memiliki banyak arti, yaitu pimpinan, ketua, atau komandan. Pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Wirawan (2013) pe-mimpin adalah tokoh atau elit anggota sistem yang dikenal oleh dan berupaya memengaruhi para pengikutnya secara langsung atau tidak langsung.

(55)

of those goals, thereby allowing them to be efective.” Pemimpin diartikan sebagai seseorang yang dapat memengaruhi individu-individu dan kelompok-kelompok dalam organisasi, membantu membuat tujuan-tujuan organisasi, dan membimbing untuk mencapai tujuan-tujuan sehingga dapat bekerja lebih efektif.

Hughes, Ginnet & Curphy (2012) menyatakan bahwasan-nya pemimpin sebagai seorang pribadi kepada perumusan kepemimpinannya. Seperti pengalaman pribadi yang unik, minat, sifat, karakter, maupun motivasi. Meskipun semua pe mimpin tidak sama, tetapi seorang pemimpin cenderung memiliki kesamaan karakteristik. Pemimpin yang efektif dan tidak efektif dapat dibedakan dalam berbagai macam sifat/ karakter, kemampuan kognitif, kecakapan, dan nilai-nilai.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpul-kan bahwa pemimpin/ leader adalah individu dengan berbagai karakter, kemampuan kognitif, kecakapan, dan nilai-nilai yang membimbing, mengatur, mengarahkan, menunjukkan, memerintah, mengontrol yang dikenal oleh dan berusaha me-mengaruhi para pengikutnya baik secara langsung atau tidak langsung, sehingga membuatnya bekerja lebih efektif.

2. Pemimpin Perempuan

Manusia semenjak lahir ke dunia secara biologis dapat di bedakan ke dalam dua jenis kelamin yakni perempuan dan laki. Perbedaan manusia menjadi perempuan dan laki-laki merupakan hal yang bersifat kodrati yang selanjutnya juga akan menentukan peran-peran kodrati dari kedua jenis kelamin tersebut (Roqib, 2003). Demikian pula peran-peran yang harus dilakukan perempuan dalam kehidupan.

(56)

perempuan berasal dari kata “empu” yang memiliki arti dihargai. Sementara itu, Mahzar (dalam Mernissi, 1994) me-ngung kapkan bahwa istilah wanita adalah kata halus dalam bahasa Indonesia untuk kata perempuan dalam bahasa Melayu. Lebih lanjut lagi diungkapkan bahwa kaum feminis Indonesia tidak suka menggunakan kata wanita, dan mereka lebih suka meng gunakan kata perempuan. Perempuan adalah jenis makh-luk yang secara biologis paling berjasa bagi spesiesnya, karena perempuan lah yang memungkinkan manusia dari segi kuan-titas dapat bertambah banyak dan berganti generasi.

Jadi, pemimpin perempuan yaitu seorang individu ber jenis kelamin perempuan dengan berbagai macam sifat/ karakter, kemampuan kognitif, kecakapan, dan nilai-nilai yang me-miliki peran untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, menunjukkan, memerintah, mengontrol, yang dikenal oleh dan berusaha mengontrol para pengikutnya baik secara lang-sung atau tidak langlang-sung sehingga dapat membuat mereka bekerja lebih efektif.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini ada lah bagaimana dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perem-puan?

1. Apa bentuk-bentuk dukungan keluarga yang diterima pe mim-pin perempuan?

2. Siapa saja pihak yang memberi dukungan kepada pemimpin perempuan?

(57)

Metode Penelitian

BAB III

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripitif kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di-alami oleh subjek penelitian, misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moloeng, 2013).

Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus. Metode studi kasus dipilih untuk mengilustrasikan, mendeskripsikan, dan memerinci suatu kasus. Tujuan dari studi kasus adalah memahami isu, permasalahan, keprihatinan yang spesiik serta adanya penyeleksian dari satu atau beberapa kasus untuk dapat memahami kasus tersebut dengan baik (Stake (1995) dalam Creswell, 2015). lebih lanjut lagi, Azwar (2009) menyatakan bahwa dalam pendekatan studi kasus, pe-neliti melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai satu

Metode Penelitian

BAB III

(58)

unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasi dengan baik dan lengkap atas unit sosial tersebut. Tujuan nya adalah untuk mempelajari secara intensif mengenai latar bela kang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.

Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah

singlecase study. Peneliti memfokuskan pada satu isu atau persoalan,

menggali dinamikanya, serta menarik kesimpulan atas persoalan tersebut. Dalam hal ini, persoalan yang dimaksud yakni mengenai dukungan keluarga. Sementara itu, kasus berbatasnya adalah duku-ngan keluarga pada pemimpin perempuan. Jadi, desain ini dipilih untuk mengetahui bagaimana dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perempuan serta bentuk-bentuk dukungan apa saja yang diterima oleh pemimpin perempuan.

Alasan penggunaan metode studi kasus ini karena dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk menyelidiki dinamika pe-mimpin perempuan dalam menjalankan perannya di organisasi, menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, sebagai istri dari suami yang sama-sama sibuk bekerja namun dukungan dari ke-luarga (suami) masih tetap ada, sehingga ia dapat menjalankan peran dengan nyaman, tenang dan bekerja secara produktif se-bagai seorang public igure. Oleh karena jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif maka penelitian ini diarahkan untuk menyelidiki dan menghimpun fakta di lapangan bukan menguji hipotesis.

B. Fokus Penelitian

(59)

ber-gantung agar dapat memainkan perannya. Oleh Sebab itu, dukungan keluarga mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin perem puan. Namun demikian, ada faktor-faktor atau alasan-alasan mengapa dukungan sosial keluarga dapat muncul serta apa saja bentuk-bentuk dukungan yang diterima oleh pemimpin perempuan se hingga dapat efektif dalam menjalankan peran transisi mereka. Hal tersebut menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dukungan sosial keluarga pada pemimpin perempuan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditata sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat berupa benda, hal atau orang (Arikunto, 2007). Subjek penelitian dalam psiko logi pada umumnya adalah manusia serta apa saja yang menjadi urusan manusia.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial

(social situation) tertentu, melakukan observasi dan wawancara

kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial ter sebut. Oleh sebab itu, penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara bertujuan (purposive sampling) yaitu subjek yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian kualitatif subjek ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan subjek untuk menjelaskan fenomena/kasus yang sedang diteliti.

(60)

1. Jenis Kelamin Perempuan

Subjek penelitian ini adalah pemimpin yang berjenis kela-min perempuan. Hal ini dimaksudkan karena perempuan yang seringkali menjalani beban ganda (double burden). Di satu sisi ia menjalankan peran transisi namun pada saat yang sama ia juga harus menjalankan peran tradisi sekaligus bertanggung jawab merawat keharmonisan rumah tangga.

2. Berusia 30-40 tahun

Individu yang berusia 30-40 tahun menurut Hurlock (2012) termasuk dalam rentang usia dewasa dini. Ketika individu berada dalam rentang ini, ia memiliki peran-peran baru yang sangat memerlukan proses adaptasi. Selain itu, tun-tutan untuk mencapai kemapanan dalam status sosial juga semakin meningkat seiring dengan meningkatnya status eko-nomi dan kedudukan.

3. Sudah Menikah

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika dukungan keluarga pada pemimpin perempuan. Sehingga status perkawinan seorang perempuan yang menjadi subjek pe nelitian menjadi penting untuk selanjutnya menentukan

signiicant other partisipan. 4. Pimpinan Organisasi Non-Proit

(61)

yang melatarbelakangi status seorang perempuan sebagai pe-mimpin, meskipun ia berada di zaman serba materialis.. 5. Tinggal di Yogyakarta

Subjek penelitian tinggal di area Daerah Istimewa Yogya-karta. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan aksesi-bilitas dan kemudahan peneliti untuk menjumpai partisipan.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dapat dilakukan dalam berbagai

setting, sumber, dan cara. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan

data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi (observation), wawancara (interview), dan dokumentasi (Sugi yono, 2013). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode wawancara, observasi, dokumen tasi, dan catatan lapangan.

1. Wawancara

Denzin & Lincoln (2009) mengungkapkan bahwa wawan-cara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan men-dengar. Secara umum tipe wawancara dibagi menjadi tiga yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawan cara tidak terstruktur (Fitria, 2014).

Dalam penelitian ini, metode wawancara yang akan di-guna kan oleh peneliti yaitu wawancara semi terstruktur. Sebelum terjun di lapangan, peneliti akan menyusun poin-poin sebagai pedoman wawancara. Selanjutnya peneliti akan mengembangkan sendiri pertanyaan wawancara sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

2. Observasi/ Pengamatan

(62)

perangkat, dan merekamnya untuk tujuan ilmiah (Creswell, 2015). Teknik observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi pastisipatif dalam bentuk partisipasi moderat (moderate participation). Dalam observasi ini peneliti akan menyeimbangkan diri antara peneliti menjadi orang dalam dan orang luar. Artinya adalah dalam mengumpulkan data, peneliti mengikuti obervasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya. Dalam observasi ini, peneliti akan menggunakan metode pencatatan penarasian observasi berupa anecdotal records yaitu merekam observee/ partisipan secara selektif berdasarkan fokus perhatian yang penting.

Adapun poin-poin terkait dengan partisipan yang akan dicatat dalam observasi diantaranya:

a. Kondisi narasumber pada saat wawancara, meliputi: 1) Kondisi isik narasumber

2) Sikap narasumber pada saat wawancara 3) Ekspresi wajah narasumber

4) Bahasa tubuh yang ditunjukkan narasumber b. Kondisi psikologis, meliputi:

1) Interaksi narasumber dengan lingkungan 2) Kondisi emosi narasumber pada saat wawancara c. Kondisi lingkungan, meliputi:

1) Deskripsi situasi dan kondisi lingkungan pada saat wawan cara berlangsung.

3. Dokumentasi

Gambar

Tabel 1. Aspek dan Bentuk Dukungan ................................

Referensi

Dokumen terkait