BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional Indonesia adalah
terbangun atas pengalam
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan pancasila
sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Untuk membangun sebuah bangsa
diperlukan dana untuk pendukungnya karena dalam menjalankan pembangunan
diperlukan banyak biaya. Untuk memenuhi biaya pembangunan salah satu
sumbernya adalah dari pajak.
Kewenangan pengelolaan pajak dilimpahkan secara dekonsentralisasi ke
direktorat jenderal pajak dan selanjutnya kantor pelayanan pajak pratama di
seluruh Indonesia. Setiap kantor pelayanan pajak menjalankan tugas administrasi
yang berkaitan dengan perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Masing-masing kantor pajak di Indonesia telah diberikan target
penerimaan pajak di wilayahnya masing-masing. Dalam pemenuhan target
tersebut maka diperlukan fungsi kepemimpinan yang baik agar tercapai tujuan
organisasi tersebut sesuai dengan yang telah ditetapkan. Menurut Miftah Thoha
(2010:9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain,
atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan,
kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.
suatu organisasi bila organisasi dapat mengindentifikasikan kualitas yang
berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin
yang efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengindintifikasikan
perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai prilaku dan
teknik tersebut dapat dipelajari.
Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan tugas
dan penyelengaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan melalui
kepemimpinan yang didukung oleh kapasitas organisasi yang memadai, maka
penyelengaraan tata pemerintahan yang baik maka akan terwujud sebaliknya
kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja
biarokrasi di Indonesia. Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara
dari seorang pemimpin dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh
unsur didalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai tujuan organisasi
yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal.dengan
meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang dalam
mewujudkan tujuan organisasi.
Proses mempengaruhi dari seorang pemimpin memiliki andil yang besar
dalam memotivasi kinerja pegawai. Untuk itu mendapatkan kepemimpinan yang
baik maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompeten dan
berintegritas tinggi. Sumber daya manusia, memegang peranan yang tidak bisa
dianggap remeh, karena disinilah gerak roda perusahaan dimulai, terutama untuk
menempatkan seorang pemimpin, karena seorang pemimpin yang akan
menentukan sebuah arah kebijakan suatu perusahaan. Pemimpin juga harus
dipimpinnya, karena sumber daya manusia adalah aset perusahaan yang tidak bisa
dipandang remeh. Seorang pemimpin baru dapat dikatakan seorang pemimpin
yang efektif, apabila pemimpin tersebut sudah dapat menerapkan sistem
kepemimpinan secara tepat. Kepemimpinan tersebut sangat diperlukan dalam
rangka mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sesuai dengan
keinginan pemimpin tanpa merasa terpaksa. Penerapan kepemimpinan yang tepat
akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar dua
orang atau lebih. Baik yang disebut organisasi maupun kelompok, tujuannya
adalah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan . Jika sesuatu yang ingin dicapai
itu bener dapat diraih, maka tujuannya efektif. Efektivitas adalah suatu kontinum
yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai
tidak efektif (Sigit, 2003:2).
Terintergrasinya kebijakan pimpinan dan pekerjaan teknis operasional para
karyawan sangat menentukan bagi pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan
sehingga tujuan memaksimalkan keuntungan dan efektivitas kerja dapat tercapai.
Efektivitas kerja dapat juga ditujukan oleh suatu keadaan dari para karyawan yaitu
adanya kepuasan dari para karyawan sehingga pengukuran efektivitas kerja
karyawan dapat diukur dari kepuasan karyawan dalam bekerja. Kepuasan
karyawan dapat diketahui dari harapan (ekspektasi) dan keadaan yang diterima
oleh karyawan (perceived performance) antara harapan dan keadaannya adalah
sama, sedangkan apabila tidak puas berarti tidak samanya harapan dan keadaan
Kantor pelayanan pajak pratama Medan kota adalah suatu instansi
pemerintah. Oleh karna itu, pentingnya tugas, fungsi dan wewenang kantor
pelayanan pajak pratama untuk pembangunan negara maupun daerah dalam hal
memperoleh pendapatan negara melalui pajak. Kantor pelayanan pajak pratama
Medan kota, yang berkerja untuk pendapatan negara sudah seharusnya memberi
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang
demikian, pegawai kantor pelayanan pajak pratama Medan kota harus efektif
mungkin dalam menjalankan pekerjaannya. Namun sayang pada prakteknya,
sering kali ditemukan pegawai yang tidak berkerja efektif sebagaimana mestinya.
Misalnya saja para pegawai sering kali datang terlambat masuk kerja dari jam
kerja yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja
berakhir. Selain itu fasilitas-fasilitas pendukung bagi para pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan masih minim, sehingga terkadang mereka memberikan
pelayanan yang kurang memuaskan terhadap masyarakat. Disinilah dituntut
kepemimpinan seorang kepala kantor pelayanan pajak dalam mengelola para
bawahannya agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
demi menciptakan aparatur pemerintahan yang baik dan sehat.
Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan kepala kantor pelayanan
pajak patama Medan kota harus menjalankan fungsi dan tugas dengan cara
memotivasi para pegawainya dan juga selalu berkomunikasi, agar para
pegawainya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan dan tidak
dibeda-bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya,
demi kemajuan bersama. Kepala kantor pelayanan pajak juga dibutuhkan untuk
capai atau tidak. Kepala kantor pelayanan pajak dan pegawai haruslah saling
bekerja sama dalam usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari mereka
haruslah menyadari tugas dan tanggung jawabnya.
Hal ini yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti masalah
fungsi kepemimpinan kantor pelayanan pajak yang dikaitkan dengan efektivitas
kerja pegawai. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu
kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut “Pengaruh Kepemimpinan
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.
1.2. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh fungsi
kepemimpinan terhadap efektivitas kerja pegawai pada kantor pelayanan pajak
pratama Medan kota.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan pada kantor pelayanan
pajak pratama Medan kota.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai pada kantor
pelayanan pajak pratama Medan kota.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh fungsi kepemimpinan terhadap
1.4. Manfaat Penelitian
Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, penelitian
ini juga dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis
adalah:
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah,sistematis, dan kemampuan untuk menuliskannya
dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang
diperoleh dari Program Studi Ekstensi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
atau sumbangan pemikiran bagi KPP Pratama Medan Kota sebagai salah satu
bentuk untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap
efektivitas kerja pegawai pada KPP Pratama Medan Kota.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
langsung maupun secara tidak langsung bagi kepustakaan Program Studi
Ekstensi Ilmu Administrasi Negara.
1.5. Kerangka Teori 1.5.1 Kepemimpinan
1. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang
memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan dalam
satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
2005:76).Menurut (Rivai, 2004:64), kepemimpinan pada dasarnya mempunyai
pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang
dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati
dan orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau
kegiatan yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain.Umar (2008:38)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan usaha
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok.
Sedangkan Menurut Hasibuan (2003:170) “Kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan
bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi”.Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar mau
berperan serta dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dimana defenisi kepemimpinan akhirnya dikategorikan menjadi tiga
elemen. (Susanto, 2003:115), yakni :
1. Kepemimpinan merupakan proses ;
2. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (hubungan) antara pimpinan
dan bawahan;
3. Kepemimpinan merupakan ajakan kepada orang lain
Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
secara umum pengertian pemimpin adalah suatu kewanangan yang disertai
kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan untuk menggerakan
orang-orang yang berada dibawah koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan yang
2. Fungsi Kepemimpinan
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka
kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, menurut nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan
berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam
situasi sosial kelompok atau organisasinya.
Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai
dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan
situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi
itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan
dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau
organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya
suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin
mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik.
Sondang P. Siagian (1999:47) dalam bukunya Teori dan Praktek
Kepemimpinan mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan
2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan
pihak-pihak di luar organisasi
4. Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama
dalam menangani situasi konflik
5. Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral
Fungsi kepemimpinan menurut Rivai (2002:119), bahwa kepemimpinan
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Fungsi kepemimpinan menurut Nawawi (1995:74) memiliki dua dimensi
yaitu :
1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam
tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang
yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau
organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.
Sehubungan dengan dua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi
(1995:75), secara operasional dapat dibedakan dengan lima fungsi pokok
kepemimpinan, yaitu :
a. Fungsi Instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bila mana (waktu memulai
melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Dalam hal ini fungsi orang yang
dipimpin adalah sebagai pelaksana perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang
ada kaitannya dengan perintah tersebut, sepenuhnya adalah merupakan fungsi
pemimpin, fungsi ini juga berarti bahwa keputusan yang ditetapkan pemimpin
tanpa kemauan para bawahannya tidak akan berarti. Jika perintah tidak
dilaksanakan juga tidak akan ada artinya. Intinya,kemampuan bawahan
menggerakan pegawainya agar melaksanakan perintah, bersumber dari keputusan
yang ditetapkan. Perintah yang jelas dari pimpinan berati juga sebagai perwujudan
proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan organisasi.
b. Fungsi Konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua
arah. Hal tersebut digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi yang dimaksudkan untuk memperoleh
masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun
dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang
tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Fungsi ini tidak sekedar
berlangsung dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia
yang efektif antara pemimpin dan orang yang dipimpin baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Sekalipun memiliki
kesempatan yang sama bukan berarti setiap orang bertindak semaunya, tetapi
harus dilakukan dan dikerjakan secara terkendali dan terarah yang merupakan
kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
Dengan demikian musyawarah menjadi hal yang sangat penting dalam
kesempatan berpartisipasi melaksanakan program organisasi. Pemimpin tidak
sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, akan
tetapi pemimpin harus tetap dalam posisi sebagai pemimpin yang melaksanakan
fungsi kepemimpinan bukan sebagai pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Dalam melaksanakan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya
adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan
untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab.
Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan
kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh pemimpin seorang diri. Jika pemimpin
berkerja seorang diri, ia pasti tidak dapat berbuat banyak dan mungkin dapat
menjadi tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenang perlu
didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus
mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal.Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat
mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan. Dalam melakukan kegiatan tersebut berarti pemimpin berusaha
mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam
melaksanakan beban kerja atau perintah dari pimpinannya.
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diatas, diselenggarakan dalam
aktifitas kepemimpinan secara intergral. Aktifitas atau kegiatan kepemimpinan
yang bersifat intergral tersebut dalam hal pelaksanaannya akan berlangsung
sebagai berikut :
a. Pemimpin berkewajiban mejabarkan program kerja yang menjadi keputusan
yang kongkrit untuk dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya masing-masing
keputusan-keputusan itu harus jelas hubungannya dengan tujuan
kelompok/organisasi.
b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusan menjadi
intruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang melaksanakan,
Setiap anggota harus mengetahui dari siapa intruksi diterima dan pada siapa
di pertanggung jawabkan.
c. Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan
kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat baik secara perorangan
pendapat, saran, kritik anggotanya sebagai wujud dari partisipasinya. Usaha
mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam
melaksanakan perintah, tetapi juga dalam memberikan informasi dan
masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemimpin dalam
membuat dan memperbaiki keputusan-keputusan.
d. Mengembangkan kerjasama yang harmonis, sehingga setiap anggota
mengerjakan apa yang harus dikerjakannya, dan bekerjasama dalam
mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus
mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan,
prestasi atau kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompok/organisasinya.
e. Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan batas
tanggung jawab masing-masing. Setiap anggota harus didorong agar tumbuh
menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalah-masalahnya, dengan
menghindari ketergantungan yang berlebihan dari pemimpian atau orang lain.
Setiap anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang selalu menunggu
perintah. Namun diharapkan setiap anggota/bawahan adalah orang yang
inisiatif artinya mampu berkerja dengan sendirinya karena kesadaran bahwa
3. Syarat Pemimpin Yang ideal
Secara garis besar, seorang pemimpin idealnya memiliki tiga kategori
umum, yakni (Arep, 2002:241)
1. Kemampuan menganalisa dan menarik kesimpulan yang tepat. Ia harus
mampu menganalisa sesuatu masalah, situasi atau serangkaian keadaan
tertentu dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang tepat.
2. Kemampuan untuk menyusun suatu organisasi serta dapat menyeleksi dan
menempatkan orang-orang yang tepat untuk mengisi jabatan dalam organisasi
yang bersangkutan.
3. Kemampuan untuk membuat sedemikian rupa, agar organisasi yang
bersangkutan berjalan lancar untuk menuju tujuan, cita-cita dan putusan dari
tingkat yang lebih tinggi kepada bawahan-bawahannya, agar tujuan dan
putusan-putusan itu dapat diterima dengan baik.
Ketiga kemampuan tersebut, idealnya dimiliki oleh seseorang pemimpin
agar organisasi maju dan berkembang. Yang harus diingat, fungsi pemimpin juga
harus dapat memotivasi staf/pegawainya dan Mampu untuk menimbulkan
kepercayaan pada diri orang lain. Untuk itu dibutuhkan sejumlah persyaratan
yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin, yakni :
1. Harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alat-alat teknis dan
prosedur-prosedur yang dipergunakan oleh para pegawainya, sehingga ia
dapat member petunjuk-petunjuk dalam mengoprasikan alat-alat setra
prosedur-prosedur yang diperlukan.
2. Pengetahuan dan pengertian tentang garis-garis besar kebijaksanaan
3. Seorang pemimpin harus senantiasa setia memegang teguh setiap ucapannya.
Ia harus senantiasa menepati janjinya, jika ingin menanam kepercayaan
bawahannya.
4. Seorang pepemimpin harus mampu memberikan penilaian yang baik terhadap
semua permasalahan, baik yang bersifat kedinasan maupun yang bersifat
pribadi.
5. Tabah dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus
mempunyai keyakinan yang teguh atas segala sesuatu yang ingin dicapainya.
Tegasnya ia harus tabah dan tekun untuk mencari cara-cara melakukan
sesuatu sampai mendapatkan yang paling tepat untuk mencapai tujuan
organisasi.
6. Kemampuan untuk memberikan pengertian tanpa menimbulkan kesalah
pahaman dalam dalam menjelaskan/mengemukakan tujuan organisasi kepada
pihak lain.
7. Kemampuan untuk mendengarkan secara simpatik, baik berupa usul-usul
maupun berupa kritikan dari pihak lain maupun dari pihak bawahannya.
8. Senantiasa menaruh minat yang tulus dan ikhlas terhadap orang lain, atulus
terhadap kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya.
9. Kemampuan untuk memahami manusia serta reaksinya. Seorang pemimpin
harus paham benar akan manusia baik manusia sebagai individu maupun
sebagai anggota kelompok dan mengetahui mengapa ia bertindak sedemikian
10.Seseorang pemimpin harus senantiasa waspada untuk selalu bersikap objektif
dan jangan sampai membiarkan putusannya dipengaruhi oleh sentiment orang
lain.
11.Seseorang pemimpin harus senantiasa bersikapterus terang dan transparan. Ia
tidak boleh membiarkan orang lain berkata terhadap dirinya ; “ia selalu ingin
rahasia dan tertutup”.
Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan,
mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbingan sebagainya, agar
para bawahan mengikuti jejak pemimpin demi mencapai tujuan organisasi, hanya
dapat melaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya
sebagaimana mestinya. Fungsi-fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan
organisasi. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam
pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan
yang berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang
akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada
b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan
prosedur-prosedur yang diperlukan
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke
arah yang dituju akan dapat berlanguung terus menerus tanpa mengalami
hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi
sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil
maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk
para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada
anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka
hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak
mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani
mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul
tertulis dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang
sebaik-baiknya dari :
a. Perasaan, firasat atau intuisi
b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara
rasional-sistematis.
c. Pengalaman baik yang langsung maupun tidak langsung.
d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan
metode-metode sebagai berikut :
a. Keputusan-keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara
sendirian.
b. Keputusan-keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus
menerus dapat diserahkan kepada orang-orang yang terlatih khusus untuk itu
atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
c. Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi
Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya
menyangkut perhitungan-perhitungan secara teknis agar diambil dengan bantuan
seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak
buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang
baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa
ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak
buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai
oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil
tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah
berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan,
teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan
fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan
daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua
hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.
Menurut Lassey (2008:157),dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu :
1. Fungsi menjalankan tugas
Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Yang tergolong fungsi ini adalah :
a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah, menyarankan
b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul-usul atau
saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.
c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya dengan
pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa.
d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran-saran yang diterima.
e. Memberikan penjelasan dengan contoh-contoh yang lebih dapat
mengembangkan pengertian.
f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan mencoba
mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan.
g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain menjadi satu
dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusikan dalam
kelompok.
h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan menilai
keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.
i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah ditetapkan
dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan.
j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah
selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi untuk
mencapai kemajuan yang diharapkan.
2. Fungsi pemeliharaan
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan
pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi
a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat
memuji orang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui
sumbangan fikiran orang lain.
b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara
dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan
untuk mendengar.
c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian
keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang
bertentangan dengan pedoman kelompok.
d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai
pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil
keputusan.
e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai
penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.
1.5.2. Efektifitas Kerja Pegawai 1. Pengertian Efektifitas kerja
Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber
daya manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antar berbagai sumberdaya
manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antar berbagai sumber daya tersebut
harus dikelola dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif dan
efesien. Secara sederhana efektivitas kerja dapat didefenisikan sebagai
Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya dari aspek kecepatan
waktu, maka efektivitas tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat
pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang disediakan
untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam program yang telah disusun
sebelumnya.
Menurut komarudin (2000:269) “ Efektivitas adalah suatu keadaan dalam
mencapai tujuan. Manajemen yang efektif perlu disertai dengan manajemen yang
efisien. Tercapainya, tujuan mungkin hanya dapat dilakukan dengan
penghamburan dan, oleh karena itu manajemen tidak boleh hanya diukur dengan
efektifitas tetapi juga diperlukan efisiensi”.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1985:151) mengenai efektivitas
kerja yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditetapkan,
artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak, bergantung pada
bilamana tugas itu diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan
bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.
Menurut Sondang P. Siagian (1985: 151) terdapat empat hal yang
menonjol dalam unsur efektivitas yaitu ;
a. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Ketetapan waktu yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila
penyelesaian atau pencapaian tujuan sesuai dengan waktu yang telah
c. Manfaat, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan itu
bermanfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya.
d. Hasil, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut
mendatangkan hasil.
Dengan demikian pengertian efektivitas kerja adalah keadaan yang
menunjukan ketercapaiannya suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
dengan pengerahan segala daya yang terdapat pada manusia melalui
aktivitas-aktivitasnya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja
Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan melakukan program
dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dapat menentukan efektivitas kerja
Karyawan berhasil dilakukan dengan baik atau tidak dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan. Tugas bawahan dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan
pemberitahuan (komunikasi) tentang pendelegasian tugas/tanggung jawab serta
adanya evaluasi kerja dari pimpinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kerja dalam organisasi :
1. Waktu
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor
utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka semakin
banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas
kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit.
2. Tugas
Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang
3. Produktivitas
Seorang karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja
tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik demikian pula
sebaliknya
4. Motivasi
Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan
tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi karyawan untuk bekerja
secara positif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan.
5. Evaluasi Kerja
Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada
bawahan,sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik dan
menyelesaikan untuk dievaluasi tugas terlaksana dengan baik atau tidak
6. Pengawasan
Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat terus terpantau dan
hal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam pelaksanaan tugas.
7. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh
suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu bekerja.
8. Perlengkapan dan Fasilitas
Adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam
bekerja. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi kelancaran
karyawan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang disediakan oleh
perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seorang dalam
Dari seluruh penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas
kerja adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakan oleh para pegawai yang
dilaksanakan secara bersama terhadap pencapaian dan pemenuhan beberapa
ketentuan yang dicapai sesuai dengan standart yang berlaku dengan organisasi
tersebut.
3. Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Terhadap efektivitas Kerja Pegawai Fungsi kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian
sebagai usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai untuk
berkerja keras, memiliki semangat kerja yang tinggi dan memotivasi tinggi guna
mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur
hubungan antara individu atau kelompok dengan organisasi. Selain itu, fungsi
pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang
bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan
organisasi.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagai besar ditentukan oleh
pemimpin. Hal ini dapat dilihat bagaimana seorang pemimpin dalam bersikap dan
bertindak. Cara bersikap dan bertindak dapat terlihat dengan cara melakukan suatu
pekerjaan. Suatu ungkapan mulia mengatakan bahwa pemimpin yang bertanggung
jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini merupakan ungkapan
yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu instansi pemerintahan khususnya,
pada posisi yang terpenting.
Sedangkan efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada
waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini juga
seberapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang telah
ditentukan, dan apakah sesuai dengan mutu yang telah ditentukan, dan apakah
sesuai dengan mutu yang telah ditargetkan atau tidak.
Tercapainya tujuan organisasi diharapkan tercapainya pula tujuan individu
para bawahan. Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya
apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal
termasuk peningkatan efektivitas kerjanya masing-masing. Seseorang pegawai
akan efektif dalam melakukan pekerjaan apabila terdapat keyakinan dalam dirinya
bahwa berbagai keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat tercapai.
Dalam hal ini dapat dilihat fungsi kepemimpinan pada kantor pelayanan
pajak pratama Medan kota yaitu berusaha untuk mempengaruhi para pegawainya
dengan cara memotivasi dan komunikasi untuk terus berkerja secara efektif sesuai
dengan waktu dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, efektif tidaknya
pekerjaan yang dilakukan para pegawainya tergantung bagaimana cara atau sikap
seorang dalam memimpin.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana
kebenarannya perlu diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan,belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiono, 2010:70). Adapun hipotesis yang dikemukakan
penulis adalah ada pengaruh fungsi kepemimpinan terhadap efektifitas kerja
1.7 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1997:33).
Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari
terjadinya interprestasi ganda dari variabel yang diteliti. Untuk mendapatkan
balasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini
penulis mengemukakan definisi dari konsep yang akan dipergunakan :
1. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi
atau mengawasi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang yang
dipimpinnya.
2. Fungsi kepemimpinan merupakan situasi dimana pemimpin harus
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam,
bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian
didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.
3. Efektivitas kerja pegawai adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang
telah ditetapkan oleh para setiap bagian yang ada didalam organisasi dalam
keadaan yang menunjukan ketercapaiannya suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan pengerahan segala daya yang terdapat pada manusia
4. Pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kerja pegawai adalah sebagai
usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan pegawai untuk bekerja keras
agar dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Dimana untuk mencapainya ada usaha mempengaruhi pegawai
yang dilakukan pimpinan dengan cara memotivasi dan komunikasi yang
berjalan dengan baik.
1.8. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana
mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui
indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel tersebut
(Singarimbun, 1997:46).
1. Variabel (X)
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah fungsi
kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (1995:74), dengan indikator-indikatornya
adalah :
a. Fungsi Instruktif
1. Penjelasan mengenai cara mengerjakan perintah
2. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan pegawainya agar
b. Fungsi Konsultatif
1. Merumuskan serta mengambil keputusan selalu melibatkan bawahan dalam
menyusun perencanaan program kerja
c. Fungsi Partisipasi
1. Kerja sama dengan tidak mencampuri tugas pegawai lainnya
2. Selalu melibatkan seluruh pegawai dalam pelaksanaan program organisasi
yang sesui dengan tugasnya masing-masing
d. Fungsi Delegasi
1. Pelimpahan wewenang kepada bawahan dalam merumuskan dan
mengambil keputusan
2. Variable Terikat (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah efektivitas kerja
pegawai, menurut Sondang P. Siagian (1985:151) indikator efektivitas kerja
pegawai adalah :
a. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Waktu yang digunakan, yaitu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu
c. Manfaat, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan itu
bermanfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya.
d. Hasil, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut