Analisis Klorin Pada pakan Beras menggunakan teknik argentometer secara spektrofotometer UV-vis
Bab 1
+Latar Belakang :
Tahun 2018 Beras merupakan salah satu komoditi yang akan di Impor dari Thailand dan Vietnam dengan total sebanyak 1000 Ton. Kita tidak tahu seberapa aman beras yang kita konsumsi. Karena di pasaran beredar beras-beras murah tetapi banyak mengandung senyawa Klorin yang berbahaya bagi tubuh dimana jika terjadi pengedapan pada tubuh klorin bisa menyebabkan infeksi paru. Senyawa Klorin dapat di indetifikasi dengan beberapa teknik, pada peneltian ini teknik yang digunakan merupakan teknik argentometri, metode Mohr. Hasil dari Teknik ini dapat dilihat menggunakan spektrofotometer UV-vis.
Rumusan Masalah :
Apakah senyawa klorin pada Beras pada (nama unggas) dapat teridentifikasi?
Tujuan Penelitian :
Mengetahui hasil analisis klorin pakan beras yang di berikan pada (nama unggas) .
Manfaat :
Teoritis : mengetahui keefektifan analisis klorin pada beras dengan teknik argentometri
Praktis : penelitian dapat di terapkan pada daerah lain.
Landasan teori :
Klorin pada beras dan efek negatifnya
Klorin merupakan bahan alternatif pengganti formalin yang dapat digunakan untuk
pengawetan daging. Klorin adalah bahan kimia yang cukup aman, bersifat sanitizer,
relatif murah, mudah didapat dan mudah dideteksi bila penggunaannya dalam konsentrasi
Teknik argenometri untuk menganalisis klorin
Titrasi pengendapan (Argentometri) adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan tetapi metode tua seperti penetuan Cl-¸ Br -, I- dengan Ag(I) (disebut juga metode argentomeri) adalah sangat penting. (S.M Khopkar, 1990: 61). Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa -senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. (Anonim,2015). Metode argentometri yang digunakan untuk analisis senyawa Cl ialah metode Mohr, Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida. Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi. Larutan standarnya yaitu larutan perak nitrat
menggunakan indikator larutan kalium kromat. Reaksinya:
NaCl + AgNO₃ AgCl (endapan) + NaNO₃
2AgNO₃+K₂CrO₄(endapan) + 2KNO₃
Titik akhir titrasi terjadi perubahan warna pada endapan menjadi merah coklat (AgCrO₄). Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau sedikit alkalis karena:
1. Dalam suasana asam endapan AgCrO₄ akan larut karena terbentuk perak dikromat (Ag₂Cr₂O₇)
2. Dalam suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida membentuk endapan perak hidroksida AgNO₃ + NaOH AgOH (endapan) + NaNO₃
Gangguan pada titrasi ini antara lain disebabkan oleh:
1. Ion yang akan mengendap lebih dulu dari AgCl, misalnya: F, Br, CNS ˉ
2. Ion yang membentuk kompleks dengan Ag⁺, misalnya: CN , NH₃ diatas Ph 7 ˉ 3. Ion yang membentuk kompleks dengan Cl , misalnya: Hg²⁺ ˉ
4. Kation yang mengendapkan kromat, misalnya: Ba²⁺ Hal yang harus dihindari : cahaya matahari langsung atau sinar neon karena larutan perak nitrat peka terhadapcahaya (reduksi fotokimia).
Alat spektofotometer uv-vis untuk membaca hasil
Senyawa klorin ditemukan pada sampel beras yang didapatkan di daging unggas (namaunggas). Menurut Jenie (1988), klorin pada pH lebihdari 10 akan kehilangan
efektifitas. terdapat level terbaik dari penggunaan berbagai tingkat klorin dibandingkan dengan kontrol terhadap total mikroba dan pH daging broiler (Puspitasari,2007)
BAB 2
1. Beras
Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar rakyat Indonesia, tidak hanya sebagai bahan makanan pokok, beras juga dapat diolah menjadi tepung beras kemudian dijadikan sebagai bahan dasar berbagai macam makanan dan kue. Cara pengolahan dan pemasakan beras juga sangat mudah. Tingkat daya beli,
pengetahuan mengolah dan menyajikan yang telah dikuasai oleh masyarakat
Indonesia sangat sesuai dengan beras sebagai bahan makanan pokok (Sediaoetama, 2009). Kandungan nilai gizi pada beras cukup tinggi yaitu karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 g dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg. Vitamin yang utama pada beras adalah tiamin, riboflavin, niasin dan piridoksin (Astawan, 2004)
2. Klorin
Klorin merupakan bahan kimia berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau sangat menyengat yang biasa digunakan sebagai pemutih dan penghalus dalam industri tekstil, pulp dan kertas. Selain dapat memutihkan warna kertas, Klorin juga dapat menguatkan permukaan kertas (Hasan, 2006). Dalam jangka panjang, Klorin akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Sinuhaji, 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2007, Klorin dilarang dicampur dalam beras. Namun, Balai Pengawasan Obat dan Makanan Kota Jakarta menemukan pedagang menjual beras berklorin dengan bebas di Pasar Beras Cipinang, di mana untuk setiap 1 kilogram beras dari lima sampel yang diuji mengandung Klorin seberat 28,772-107,909 mg (Roszandi, 2014).