• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

SKRIPSI

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

Mar’ah Nailul Faroh NIM. 084 111 117

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JULI 2015

(2)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

SKRIPSI

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

Mar’ah Nailul Faroh NIM. 084 111 117

Disetujui Pembimbing

Haryu, S. Ag., M. Si.

NIP. 19740402 200501 1 005

(3)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 04 Agustus 2015 Tim Penguji

Ketua

As’ari, M.Pd.I., M.Ed

NIP. 19760915 200501 1 004

Sekretaris

Ninuk Indrayani, M.Pd NIP. 19780210 200912 2 002 Anggota

1. Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag ( )

2. Haryu, S.Ag., M.Si ( )

Mengetahui Dekan,

Dr. H. Abdullah, S. Ag., M.H.I

(4)

(ةﺮﻳﺮﻫ ﰉا ﻩاور) اْوُﺮِّﻔَـﻨُـﺗ َﻻَو اْوُﺮِّﺸَﺑَو اْوُﺮِّﺴَﻌُـﺗ َﻻَو اْوُﺮِّﺴَﻳ

Artinya: “Mempermudahlah kamu semua dan jangan kamu mempersulit, dan menggembirakanlah dan jangan menakut-nakuti” (HR. Abi Huroiroh) (Abdurrohman, 205).

(5)

Teruntuk

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Yang selalu memberiku seluruh cinta dan do’anya Demi kesuksesan dan kebahagiaan hidupku

Aa’ dan Mbak ku tersayang

Yang selalu memotivasi agar aku terus maju mewujudkan mimpi serta cita-citaku

Para guru dan dosenku

yang selalu menjadi pelita dalam studiku

karena kalianlah aku dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal menggapai cita-citaku

Serta teruntuk sahabat-sahabatku Yang telah setia menemaniku

Hingga aku dapat menyusun dan menyelesaikan

Lembar demi lembar tulisan ini menjadi karya yang begitu indah

(6)

Pertama Negeri 6 Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. maka pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang bersusila, beragama, dan berbudaya. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah proses pembelajaran. Dalam hal ini, pendidik/ guru menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran. Diantaranya, guru harus mempunyai prinsip pembelajaran sebagai acuan atau pedoman dalam menyajikan dan menyampaikan materi pengetahuan atau bidang studi dengan tepat dan guru dituntut menguasai strategi atau metode mengajar dengan baik, agar tercipta suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Penelitian ini berusaha mengungkapkan pokok permasalahan tentang, apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015? Adapun sub pokok masalahnya yaitu : 1) Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015? 2) Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015? 3) Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015?

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. Adapun tujuan khususnya yaitu: 1) untuk mengetahui pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. 2) untuk mengetahui pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. 3) untuk mengetahui pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Field Research (Penelitian Lapangan). Adapun populasi dalam penelitian ini

(7)

dokumentasi. Selanjutnya untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan rumus: = a + bX

Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. Dengan rxy sebesar 0.004 pada taraf signifikasi 5%

sebesar 3.95 maka diperoleh Fhitung<Ftabel yaitu 0.002<3.95. Secara khusus kesimpulan dari hasil analisa menunjukkan bahwa 1) tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. Dengan rxysebesar 0.012 pada taraf signifikasi 5% sebesar 3.95 maka diperoleh Fhitung<Ftabel yaitu 0.013<3.95 2) tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. Dengan rxy sebesar 0.033 pada taraf signifikasi 5% sebesar 3.95 maka diperoleh Fhitung<Ftabel yaitu 0.095 < 3.95 3) tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015. Dengan rxy sebesar 0.011 pada taraf signifikasi 5% sebesar 3.95 maka diperoleh Fhitung< Ftabelyaitu 0.010 < 3.95.

Kata Kunci : Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice), Hasil Belajar.

(8)

Segenap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala anugerah, hidayah dan izin-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju jalan yang terang benderang yaitu Addinul Islam.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1) Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto SE. MM selaku Rektor IAIN Jember yang telah memberikan fasilitas yang memadai selama kami menuntut ilmu di IAIN Jember.

2) Bapak Dr. H. Abdullah, S. Ag., M.H.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang telah membimbing kami dalam proses perkuliahan.

3) Bapak Dr. H. Mundir, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam yang telah memberikan bimbingan dalam proses perkuliahan.

4)

Bapak H. Mursalim, M. Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan arahannya dalam program perkuliahan yang kami tempuh.

(9)

kelancaran penulisan skripsi ini.

6) Bapak H. Erwan Salus Prijono, S. Pd, M. Pd selaku Kepala SMP Negeri 6 Jember yang telah memberi izin penelitian dan bantuan untuk memperlancar penyusunan skripsi.

7) Ibu Dra. Watso Rahmawati Ningsih Selaku guru PAI kelas VII yang telah membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di SMP Negeri 6 Jember.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga masih perlu penyempurnaan. Oleh sebab itu untuk menyempurnakan skripsi ini tidak terlepas dari kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jember, 06 Juli 2015

Penulis

(10)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Maslah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Variabel Penelitian ... 10

2. Indikator Variabel ... 11

F. Definisi Operasional ... 13

G. Asumsi Penelitian ... 14

H. Hipotesis ... 15

I. Metode penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 18

2. Populasi dan Sampel ... 18

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 21

4. Analisis Data ... 24

J. Sistematika Pembahasan ... 25

(11)

1. Kajian Teori Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally

Appropriate Practice) ... 29

a. Pengertian Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) ... 29

b. Konsep DAP (Developmentally Appropriate Practice)... 31

c. Prinsip dasar perkembangan berdasarkan DAP (Develop- mentally Appropriate Practice) ... 70

d. Tahap-tahap Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) ... 72

e. Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) melalui DAP (Developmentally Appropriate Practice)... 73

2. Kajian Teori Hasil Belajar ... 77

a. Pengertian hasil belajar ... 77

b. Klasifikasi hasil belajar ... 78

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 87

d. Macam-macam tes hasil belajar ... 93

3. Kajian Teori Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 95

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 98

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 98

B. Penyajian Data ... 99

C. Analisis dan Pengujian Hipotesis ...109

D. Pembahasan ...119

BAB IV PENUTUP ...127

A. Kesimpulan ...127

B. Saran - Saran ...128

(12)

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matrik Penelitian

3. Pedoman Teknik Pengumpulan Data

4. Daftar Penyajian data dengan program SPSS 5. Tabel r Product Moment

6. Tabel Kolmogorov Smirnov

7. Tabel Persentase Distribusi F (0.05) 8. Skala Penelitian

9. Skor Hasil Skala Prinsip Pembelajaran DAP 10. Data Hasil Belajar Siswa

11. Denah SMP Negeri 6 Jember

12. Visi dan Misi SMP Negeri 6 Jember 13. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) 14. Surat Izin Penelitian

15. Jurnal Penelitan 16. Surat Selesai Peneltian 17. Dukumentasi

18. Biodata Penulis

(13)

No. Uraian Hal

3.1 Daftar Nama Responden ... 99

3.2 Rancangan Sebaran Butir Skala DAP ... 103

3.3 Rekapitulasi Skor DAP dan HBS ... 104

3.4 Skor Hasil Belajar Siswa... 106

3.5 Deskripsi Statistik ... 109

3.6 Reabilitas Cronbach Alpha ... 111

3.7 Hasil Pengujian Reabilitas ... 111

3.8 Hasil PengujianValiditas ... 112

3.9 Data Hasil Uji Normalitas ... 114

3.10 Hasil Pengujian Linieritas ... 115

3.11 Rangkuman Hasil Analisis Regresi... 119

3.12 Interpretasi Koefisien Pengaruh ... 119

3.13 Akumulasi Data Hasil Analisis ... 120

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Sebagai suatu sistem, pendidikan harus memiliki arah dan tujuan yang jelas untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang terdapat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan Nasional, yang menyebutkan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Sisdiknas, 2011:7) Pendidikan dalam pandangan Islam juga merupakan hal terpenting dalam mengangkat martabat suatu bangsa. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Q.S. Al Mujadalah ayat 11 yaitu:

....



























Artinya: “....niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al- Qur’an, 58: 11)

(15)

Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran. Dalam hal ini, pendidik/ guru menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran.

Diantaranya dalam menyajikan dan menyampaikan materi pengetahuan atau bidang studi dengan tepat, guru dituntut menguasai strategi atau metode mengajar dengan baik (Syaodih, 2005: 256), agar tercipta suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Mulyono (2011:147) guru harus mengembangkan dan menggunakan apakah pendekatan dan strategi pembelajaran sudah sesuai dengan cara kerja peserta didik. Mengingat setiap peserta didik atau individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Terutama pada masa anak sekolah, Kalau pada masa bayi dan kanak-kanak, dunia anak lebih banyak didalam rumah, bersama keluarganya, maka pada masa anak, dunianya lebih banyak di sekolah dan lingkungan sekitar (Syaodih, 2005: 123).

Pendidikan yang dilakukan terhadap anak seharusnya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak serta bagaimana anak belajar. Sehingga pendidikan pada anak tidak berarti sebagai program “pemaksaan” terhadap anak untuk melakukan sesuatu atau untuk memiliki suatu kemauan sesuai keinginan orang dewasa tanpa mempertimbangkan kondisi anak. Elga dalam Yus (2011: 61) menekankan pentingnya peran aktif dari si anak dalam proses belajarnya. Belajar berdasarkan minat dan kemampuan anak, akan mendorong anak berinisiatif dan bergerak aktif untuk mengeksplorasi

(16)

lingkungan. Kerry Jones memberi satu strategi utama bagi pembelajaran anak yaitu bermain.

Pernyataan tersebut sejalan dengan Prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) atau dalam Bahasa Indonesia berarti “Pendidikan yang patut sesuai sesuai dengan tahapan perkembangan anak”. Gestwicki dalam Yus (2011: 46) mengemukakan bahwa, DAP merupakan suatu kerangka bekerja atau framework, suatu filosofi, atau suatu pendekatan yang menunjukkan cara bekerja sama dengan anak-anak. Kaitannya dengan DAP (Developmentally Appropriate Practice), bermain dilakukan berdasarkan tahapan perkembangan dan kebutuhan anak.

Kemudian menyimak pendapat Bredekamp dalam Yus (2011: 47) tentang konsep DAP (Developmentally Appropriate Practice), menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak mempunyai dua dimensi pemahaman. Pertama adalah dimensi umur (age appropriateness) dan yang kedua adalah dimensi individual (individual appropriateness). Sementara Gary Glassenapp menambahkan satu dimensi lagi, yaitu sosial dan budaya (Appropriateness for the cultural and social context of the child) (Abdul: 1).

Dengan memahami dimensi umur peserta didik, guru dalam menyelenggarakan pengajarannya tidak akan pernah dapat mengabaiakan aspek perkembangan peserta didik. Pemahaman tentang keunikan perkembangan peserta didik dalam rentang waktu (umur) tersebut selayaknya menjadi acuan atau dasar filosofis setiap pelayanan program pengajaran yang

(17)

disediakan guru. Guru sepatutnya mampu mempersiapkan dan menyediakan lingkungan belajar dan pengalaman belajar yang benar-benar appropriate (layak, pantas, cocok atau tepat) dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selanjutnya dengan memahami individual si anak, guru dalam menyelenggarakan pengajarannya, tidak akan pernah bisa mengabaikan keunikan peserta didik, yang bersifat khas dalam kepribadiannya, gaya belajar, dan latar belakang keluarganya. Keunikan-keunikan tersebut memperlihatkan eksitensi perbedaan antar peserta didik bahwa demokratisasi dalam sebuah pengajaran menjadi sebuah tuntutan yang harus dilaksanan oleh seorang guru.

Dan para pendidik juga harus mengetahui latar belakang sosial dan budaya anak, karena latar belakang sosial dan budaya anak dapat menjadi bahan acuan guru dalam mempersiapkan materi pelajaran yang relevan dan berarti bagi kehidupan anak. Selain itu, guru juga dapat mempersiapkan anak menjadi individu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sosialnya.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaran saat ini lebih cenderung berfokus pada kegiatan akademik seperti, membaca, menulis dan menghitung.

Kegiatan belajar lebih menekankan pada keterampilan akademik mengabaikan kegiatan bermain sebagaimana tuntutan perkembangan belajar anak. (Yus, 2011:45) Padahal anak belajar paling efektif bila melalui pendekatan konkret dan berorientasi pada bermain. Kondisi yang sedemikian

(18)

sering terjadi pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, terutama pada kelas VII, dimana rentang usianya antara 12-14 tahun, usia tersebut masih terbilang anak-anak. Sesuai dengan fase perkembangan menurut Aristoteles dalam Ahmadi dan Munawar (2005: 72), yakni pada umur 7;0 - 14;0 tahun disebut masa anak atau masa sekolah, dimana kegiatan anak mulai belajar disekolah dasar. Peserta didik juga masih harus menyesuaikan diri dengan perubahan cara belajar pada saat di Sekolah Dasar ke cara belajar di Sekolah Menengah Pertama.

Sekolah Menengah Pertama merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa dimana siswa terikat kepada lingkungan teman, belajar, dan kehidupan diluar. Masa dimana mereka harus menyesuaikan antara minat dan tanggung jawab. Masa dimana mereka memiliki kebingungan dengan banyaknya perubahan secara biologis dan lingkungan belajar. Masa Sekolah Menengah Pertama merupakan masa yang kritis bagi pendidikan siswa. Pembelajaran yang disusun harus diperhatikan secara cermat dan matang sesuai dengan kebutuhan usia mereka. Sikap belajar yang terbangun dengan baik akan membantu anak menjalani pendidikan dengan lancar.

Salah satu lembaga tersebut yaitu SMP Negeri 6 Jember. SMP Negeri 6 Jember ini, merupakan lembaga pendidikan yang begitu mementingkan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajarannya. Hal tersebut termuat dalam Visi dan Misi SMP Negeri 6 Jember, yaitu pada Visi butir kedua yang berbunyi “Unggul dalam proses pembelajaran” dan Misi pada butir kedua

(19)

yang berbunyi “Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran”. Tidak hanya itu, SMP Negeri 6 Jember juga merupakan salah satu lembaga pendidikan umum yang sangat mementingkan Pendidikan Agama Islamnya.

Lembaga tersebut begitu peduli terhadap pemahaman dan pengetahuan siswa tentang agama. Terlihat dari kegiatan-kegiatan keagamaannya seperti penambahan muatan lokal yaitu BTA (Baca Tulis Al-Qur’an) dan pembiasaan keagamaan, seperti membaca Surat Yasin yang dilakukan setiap hari jum’at.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dilembaga tersebut, dengan menerapkan Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terutama dalam Pendidikan Agama Islamnya. Setelah Prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) tersebut diterapkan, peserta didik terlihat begitu antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Inilah sesuatu yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, yaitu pertanyaan mendasar apakah prinsip tersebut memiliki pengaruh atau tidak terhadap keberhasilan pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Pengaruh Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di SMPN 6 Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015”.

(20)

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pokok Masalah

Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islamkelas VII di SMPN 6 Jembertahun pelajaran 2014/ 2015?

2. Sub Pokok Masalah

a. Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015?

b. Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual Appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015?

c. Apakah ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian (STAIN Jember, 2014: 37). Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jembertahun pelajaran 2014/2015.

b. Untuk mengetahui ada atau tidak adapengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

c. Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa

(22)

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran guna memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang pendidikan terutama terkait dengan prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kompetensi peneliti dan dapat menambah wawasan pengetahuan terkait pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Bagi Lembaga SMPN 6 Jember

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan masukan dalam proses pembelajaran untuk lebih mempertimbangkan pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(23)

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang aktual dan dapat menambah wawasan serta kesadaran masyarakat mengenai prinsip pembelajaran yang tepat dan sesuai, sangat diperlukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Sumadi, 2011: 25). Ada dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independent variable) (Sugiyono, 2015:61).

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (independent variable) yang terdapat pada judul penelitian ini yaitu “Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice)”, dan variabel ini juga disebut variabel X.

b. Variabel terikat (dependent variable) yang terdapat pada judul penelitian ini yaitu “hasil belajar siswa”, variabel ini juga disebut dengan variabel Y.

(24)

2. Indikator Variabel

Memecah variabel menjadi sub-variabel ini juga disebut kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi ketegori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variable (Arikunto, 2010: 164).

Setelah variabel penelitian terpenuhi kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan indikator-indikator variabel yang merupakan tujuan empiris dari variabel yang diteliti. Indikator empiris ini nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan dalam angket, interview, dan observasi (STAIN Jember, 2014: 38).

Adapun yang menjadi indikator dari variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas atau independent variable yang terdapat pada judul penelitian ini yaitu Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice), Variabel ini juga disebut dengan variabel X.

Variabel ini terbagi menjadi tiga bagian, sehingga dapat dikatakan sebagai X1 yaitu DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness, X2 yaitu DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness dan X3 yaitu DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child. Adapun indikator yang terdapat pada sub-variabel ini adalah:

(25)

1. DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness

a) Perkembangan kognitif b) Perkembangan bahasa c) Perkembangan fisik d) Perkembangan seni e) Perkembangan emosional f) Perkembangan sosial g) Perkembangan spiritual

2. DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness

a) Kepribadian individual b) Gaya belajar

c) Latar belakang keluarga

3. DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child

a) Latar Belakang Sosial b) Latar Belakang Budaya

b. Variabel terikat atau dependent variable yang terdapat pada judul penelitian ini yaitu hasil belajar siswa, Variabel ini juga disebut dengan variabel Y. Adapun indikatornya adalah Hasil Ulangan Harian Siswa.

(26)

F. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang digunakan sebagai pijakan pengukuran secara empiris terhadap variabel penelitian dengan rumusan yang didasarkan pada indikator variabel (STAIN Jember, 2014: 38).

Untuk dapat memperoleh gambaran dan pengertian yang jelas, serta untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penafsiran judul penelitian, maka perlu penulis jelaskan mengenai pengertian variabel dari judul “Pengaruh Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015”, maka hal-hal yang perlu dijelaskan adalah:

1. Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Prinsip menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya. Prinsip dapat difahami sebagai ketentuan yang harus ada atau harus dijalankan.

Prinsip juga berarti suatu aturan umum yang dijadikan sebagai panduan.

Sedangkan DAP (Developmentally Appropriate Practice) atau dalam bahasa Indonesia Pendidikan Patut Sesuai Tahapan Perkembangan Anak, merupakan suatu kerangka berpikir yang menunjukkan bagaimana caranya bekerja sama dengan anak-anak. DAP memberikan penjelasan bagaimana seharusnya pembelajaran dilakukan, pertimbangan apa yang perlu digunakan untuk menentukan program, dan bagaimana

(27)

menggunakan perubahan dan kebutuhan perkembangan anak dalam belajar, serta bagaimana anak belajar (Yus, 2011: 46).

Jadi, yang dimaksud dengan Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) dalam penelitian ini adalah suatu aturan yang dijadikan sebagai panduan dalam kegiatan pembelajaran yang menyesuaikan perkembangan siswa dan bagaimana siswa di SMPN 6 Jember belajar agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai dari kemampuan- kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah setelahadanya aktifitas belajar suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan pula.

Jadi hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang telah dicapai (dilakukan) oleh siswa kelas VII di SMPN 6 Jember setelah adanya aktifitas belajar dengan menggunakan prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian biasa disebut juga sebagai anggapan dasar atau postulat, yaitu sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Anggapan dasar harus dirumuskan secara jelas sebelum peneliti melangkah mengumpulkan data (STAIN Jember, 2014: 39).

(28)

Asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa:

1. Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa

2. Seluruh responden dapat mengisi skala dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan fakta yang ada

3. Nilai ulangan harian merupakan salah satu bukti nyata yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan belajar siswa yang telah disusun berdasarkan kaidah-kaidah penulisan tes yang standar.

H. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat juga dinyatakan sebagai jawaban teoritik terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono: 2015: 96). Hipotesis diajukan dalam bentuk pernyataan sementara terhadap hasil penelitian (STAIN Jember, 2014: 40).

Secara umum ada dua macam hipotesis (Winarsunu, 2009: 9), yaitu:

1. Hipotesis nihil (disebut juga hipotesis nol, hipotesis statistik, disingkat H0) adalah sebuah pernyataan yang menyatakan tidak ada hubungan, perbedaan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Disebut hipotesis

(29)

statistik karena yang diuji kebenarannya melalui statistik di dalam penelitian adalah hipotesis nihil.

2. Hipotesis kerja (juga disebut hipotesis alternatif disingkat Haatau hipotesis satu disingkat H1) adalah sebuah pernyataan yang menyatakan ada perbedaan, pengaruh, hubungan antara dua variabel atau lebih.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini:

1. Hipotesis Kerja (Ha) Mayor

Ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

2. Hipotesis Kerja (Ha) Minor

a. Ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

b. Ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

c. Ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

(30)

Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

Berdasarkan hipotesis kerja (Ha) yang diajukan di atas, karena analisis menggunakan analisa statistik, maka hipotesis kerja (Ha) terlebih dahulu dirubah menjadi hipotesis nol (H0), yaitu:

1. Hipotesis Nihil (H0) Mayor

Tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 JemberTahun Pelajaran 2014/ 2015.

2. Hipotesis Nihil (H0) Minor

a. Tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Age appropriateness terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

b. Tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Individual appropriatenessterhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

c. Tidak ada pengaruh prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) of Appropriateness for the cultural and social context of the child terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

(31)

Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 6 Jember tahun pelajaran 2014/ 2015.

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, karena data penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut (Martono, 2011: 20). Dan dalam melakukan penelitian, peneliti berada langsung pada objeknya, terutama dalam mengumpulkan data dan berbagai informasi, sehingga jenis penelitiannya termasuk Field Resrarch atau penelitian lapangan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti.

Sementara itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Prasetyo dan Lina, 2005: 119). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Noor, 2011: 155).

Dalam purposive sampling, penunjukkan sampel didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Kasiram, 2010: 263). Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi

(32)

disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian (Margono, 2010: 128).

Purposive sampling harus didasarkan atas informasi yang mendahului (previous knowledge) tentang keadaan populasi dan informasi ini harus diyakini benar, sehingga tidak lagi perlu diragukan, atau masih samar-samar, atau masih berdasarkan dugaan-dugaan atau kira-kira (Kasiram, 2010: 264).

Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII di SMPN 6 Jember dengan populasi berjumlah 257 siswa, dengan rincian sebagai berikut:

(a) Kelas VII A berjumlah 36 siswa (b) Kelas VII B berjumlah 36 siswa (c) Kelas VII C berjumlah 38 siswa (d) Kelas VII D berjumlah 38 siswa (e) Kelas VII E berjumlah 35 siswa (f) Kelas VII F berjumlah 38 siswa (g) Kelas VII G berjumlah 36 siswa

Adapun kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu:

(a) Berusia maksimal 13 tahun

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap anak.

Sehingga dalam pengambilan sampel peneliti membatasi dari segi umur/ usia yaitu yang berusia maksimal 13 tahun agar sampel/ objek penelitian benar-benar berada pada cakupan masa anak. Adapun

(33)

alasan peneliti, yaitu mengutip pendapat Aristoteles dalam Ahmadi dan Munawar (2005: 72) bahwa pada usia 7;0-14 tahun adalah masa anak sedangkan 14;0-21;0 adalah masa remaja atau pubertas. Oleh karena itu, peneliti membatasi dari segi umur/ usia yaitu sampai usia 13 tahun. Karena apabila membatasi sampai usia 14 tahun, dikhawatirkan sampel berada pada cakupan masa remaja atau pubertas.

(b) Beragama Islam

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti adalah pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Oleh karena itu, peneliti membatasi pada siswa yang beragama islam. Mengingat SMP Negeri 6 Jember merupakan lembaga pendidikan umum.

Sehingga setelah melakukan Purposive sampling, maka yang dapat menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 89 siswa, dengan rincian sebagai berikut:

(a) Kelas VII A berjumlah 15 siswa (b) Kelas VII B berjumlah 11 siswa (c) Kelas VII C berjumlah 14 siswa (d) Kelas VII D berjumlah 11 siswa (e) Kelas VII E berjumlah 15 siswa (f) Kelas VII F berjumlah 15 siswa (g) Kelas VII G berjumlah 8 siswa

(34)

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Bagian ini menjelaskan begaimana peneliti akan melakukan pengumpulan data serta menjelaskan sarana atau alat yang digunakan dalam metode pengumpulan data (STAIN Jember, 2014: 41). Teknik atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode diantaranya:

a. Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur dengan prosedur yang terstandart. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015: 203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dalam menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Macam-macam observasi adalah:

1) Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.

2) Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan

(35)

Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur, karena peneliti telah merancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya, telah diketahui hal-hal apa yang akan diamati.

Adapun data yang ingin diperoleh dari metode observasi ini adalah Keadaan kegiatan pembelajaran PAI di SMP Negeri 6 Jember.

b. Skala

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi kedalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif (Sudjana: 2010: 80).

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan skala likert. Skala likert merupakan teknik mengukur sikap dimana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidak setujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan (Noor, 2011: 128). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Skala likert merupakan pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seorang responden terhadap pernyataan itu (Arikunto, 2006: 110).

Yang dimaksud dengan sikap menurut Thurstone dalam Sarwono (2006: 96), ialah (1) pengaruh atau penolakan (2) penilaian (3) suka

(36)

atau tidak suka (4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis.

Skala Likert mengharuskan responden untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif adalah kebalikannya (Sudjana: 2010: 80).

Pernyatan Positif Pernyatan Negatif Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Sangat Setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Ragu-ragu (R) = 3 Tidak Setuju (TS) = 4 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5 Menggunakan skala likert ini, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Artinya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Adapun data yang diperoleh dari metode ini adalah data tentang Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice).

(37)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201). Adapun data yang diperoleh dari dokumentasi dalam penelitian ini adalah Profil Sekolah, denah dan visi dan misi sekolah, data usia siswa kelas VII, dan nilai hasil ulangan harian siswa kelas VII di SMPN 6 Jember.

4. Analisis Data

Adapun metode statistik yang digunakan dalam menganalisa data hasil penelitian ini adalah teknik Analisis Regresi Linier Sederhana.

Persamaan regresi dirumuskan adalah :

= a + bX Keterangan :

= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk

diprediksikan

A = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

B = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

(38)

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga pada bab penutup (STAIN Jember, 2014: 42). Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terbagi menjadi empat bab, yaitu sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian (variabel penelitian, indikator penelitian), definisi operasional, asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan analisis data), dan diakhiri sistematika pembahasan.

Bab kedua, kajian kepustakaan. Pada bab ini membahas tentang kajian kepustakaan yang di dalamnya memuat penelitian terdahulu, pada bagian ini dicantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Setelah itu masuk pada kajian teori yang dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan penelitian.

Bab ketiga, penyajian data dan analisis. Di dalamnya memuat gambaran objek penelitian, penyajian data, analisis dan pengujian hipotesis dan berisi pembahasan.

Bab keempat, penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Dilanjutkan dengan saran-saran yang bermanfaat bagi perkembangan lembaga pendidikan.

(39)

A. Penelitian Terdahulu

1. Nora Friska Yanti. 2012. “Tanggapan Guru Paud Terhadap Developmentally Aproppriate Practice (DAP) Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini Di PAUD Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo”.

Menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Intrumen pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan angket dan dokumentasi. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan teknik persentase. P = x100% . Dengan persentase perhitungan pada guru PAUD dapat diketahui bahwa 60% guru PAUD sangat merasakan manfaat DAP dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini sedangkan 32% guru PAUD hanya sedikit merasakan manfaatnya dan 8% guru PAUD beranggapan tidak merasakan manfaat apabila DAP diterapkan di PAUD.

Secara umum terdapat kesamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu membahas tentang konsep DAP (Developmentally Appropiates Practices) dan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu menganalisis tentang tanggapan guru terhadap DAP (Developmentally Appropiates Practices) dalam mengembangkan kecerdasan emosional, dan menggunakan analisis data persentase, sedangkan dalam penelitian ini

(40)

menganalisis tentang DAP sebagai prinsip pembelajaran dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa, dengan menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Sederhana.

2. Ana Sudarwati. 2012. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menulis Puisi Yang Berorientasi Pada Prinsip Developmentally Appropiates Practices (DAP) Siswa Kelas VIII SMPN 2 Ngoro Mojokerto tahun pembelajaran 2011-2012”.

Merupakan penelitian deskriptif Kuantitatif. Efektivitas perangkat pembelajaran pada penelitian ini ditentukan oleh empat indikator, diantaranya adalah keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar siswa. Tes belajar siswa terdiri atas pre-test dan post-test dari hasil analisis data menunjukkan bahwa keterlaksanaan RPP selama pembelajaran adalah sangat baik dengan rata-rata peresentase 97,05%.

Aktivitas siswa yang muncul sebesar 85,71% . respon siswa juga menunjukkan bahwa siswa juga tertarik dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, yang dibuktikan pada rata-rata presentase 97,05%.

Selanjutnya efektivitas perangkat pembelajaran juga ditentukan oleh hasil belajar siswa. Pada penelitian ini hasil belajar siswa dihitung dengan uji

“t”. hasil belajar siswa atau t diinterpretasikan mempunyai perbedaan signifikan dengan nilai t yakni 2,76<25,13>3,29. Berdasarkan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa empat indikator efektivitas masuk dalam kategori baik jadi perangkat pembelajaran “PILAR Bahasa dan

(41)

Sastra Indonesia” yang dikembangkan efektif jika diterapkan pada pembelajaran menulis puisi.

Secara umum terdapat kesamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu membahas tentang konsep DAP (Developmentally Appropiates Practices). Perbedaannya adalah penelitian terdahulu menganalisis tentang DAP sebagai Pengembangan Perangkat Pembelajaran, sedangkan dalam penelitian ini menganalisis tentang DAP sebagai prinsip pembelajaran dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Perbedaannya juga terdapat pada analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis yang digunakan penelitian terdahulu untuk mengumpulkan data adalah Persentase dan Uji t. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik Analisis Regresi Linier Sederhana.

3. Wiwik Indriani. 2013. Media Pembelajaran Tematik Lingkungan (tali) sebagai Developmentally Appropriate Practice Student (studi kasus pada sdn alasdowo 01 kab. Pati)”.

Tujuan penelitiannya adalah menghasilkan media pembelajaran tematik lingkungan mata pelajaran PKN dan IPS dalam membantu guru menerapkan metode pembelajaran tematik dan meningkatkan hasil nilai belajar siswa. Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian adalah metode pengembangan ADDIE yang terdiri dari 5 tahap yaitu Analisis, Desain, Development, Implementasi, dan Evaluasi. Hasil penelitian yang diperoleh meliputi : (1) hasil pengujian Black Box tidak

(42)

terjadi kesalahan sehingga dapat diimplementasikan dan didistribusikan kepada user. (2) pengujian user acceptance mencapai tingkat keberhasilan 81,94% menyatakan media pembelajaran dapat mempermudah dan membantu siswa dalam proses pembelajaran tematik mata pelajaran PKN dan IPS. (3) Hasil uji hipotesis diterima pernyataan hipotesis H1 yaitu rerata nilai siswa sebelum menggunakan media pembelajaran tematik lingkungan lebih kecil dengan rerata nilai sesudah menggunakan media pembelajaran tematik lingkungan. Dapat dinyatakan media pembelajaran tematik lingkungan dapat meningkatkan hasil nilai belajar siswa mata pelajaran PKN dan IPS.

Secara umum terdapat kesamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu membahas tentang konsep DAP (Developmentally Appropiates Practices). Perbedaannya penelitian ini menganalisis tentang DAP sebagai prinsip pembelajaran, sedangkan penelitian terdahulu DAP sebagai media pembelajaran yaitu melalui pembelajaran tematik.

B. Kajian Teori

1. Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) a. Pengertian Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally

Appropriate Practice)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya. Prinsip juga berarti suatu aturan umum yang dijadikan sebagai panduan.

Menurut Toto Asmara, Prinsip adalah hal yang secara fundamental

(43)

menjadi martabat diri atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian paling hakiki dari harga diri. Ahmad Jauhar Tauhid berpendapat bahwa prinsip adalah pandangan yang menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan bertahan sekian lama.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Prinsip pembelajaran adalah suatu pandangan/ aturan yang dijadikan sebagai panduan atau pokok dasar berfikir dan bertindak dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Sedangkan DAP (Developmentally Appropriate Practice) atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah Pendidikan yang patut sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Gestwicki dalam Yus (2011: 46) mengemukakan bahwa, DAP merupakan suatu kerangka berfikir atau framework, suatu filosofi, atau suatu pendekatan yang menunjukkan cara bekerja sama dengan anak-anak. DAP memberikan penjelasan bagaimana seharusnya pembelajaran dilakukan, pertimbangan apa yang perlu digunakan untuk menentukan program, dan bagaimana menggunakan perubahan dan kebutuhan perkembangan anak dalam belajar, serta bagaimana anak belajar (Yus, 2011: 46).

Jadi, Prinsip Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) adalah suatu pandangan/ aturan yang dijadikan sebagai panduan atau pokok dasar berfikir dan bertindak dalam kegiatan pembelajaran yang menyesuaikan dengan tahapan perkembangan anak

(44)

serta bagaimana anak belajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) mencerminkan suatu pembelajaran yang interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari konsep ini adalah prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial fisik mereka. Dalam DAP diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.

b. Konsep DAP (Developmentally Appropriate Practice)

Menurut Sue Bredekamp dalam Anita Yus (2011: 47), konsep Developmentally Appropriate Practice memiliki dua dimensi, yiatu age appropriateness dan individual appropriateness. Sementara Gary Glassenapp menambahkan satu dimensi lagi, yaitu sosial dan budaya (Appropriateness for the cultural and social context of the child).

Konsep DAP memperlakukan anak sebagai individu yang utuh (the whole child) yang melibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings); karena pikiran, emosi, imajinasi, dan sifat alamiah anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan.

(45)

Konsep DAP yang dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak (Cak Heppy, 2011). Konsep DAP (developmentally Appropriate practice) didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana anak berkembang dan belajar (Yus, 2011: 50).

1. Age Appropriateness (patut menurut usia)

Age Appropriateness adalah perkembangan manusia yang berdasarkan hasil penelitian yang bersifat universal, memiliki urutan pertumbuhan dan perkembangan. Age Appropriateness menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada anak yang dapat diperkirakan dan berlangsung pada aspek sebagai berikut :

a. Perkembangan Kognitif

1) Pengertian perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2011: 34).

Perkembangan kognitif ini meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa. Dan pengolahan

(46)

informasi yang memungkinkan seorang memperoleh pngetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

2) Tahapan perkembangan kognitif

Jean Piaget dalam Mohammad Asrori (2009: 49-51) membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu:

(a) Tahap Sensori-Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori- motoris yang amat jelas. Menurut Piaget, pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui prasaan dan otot- ototnya.

(b) Tahap Praoperasional

Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam arti semua

(47)

perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap- sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.

(c) Tahap Operasional Konkrit

Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya.

Menurut piaget, pada tahap ini interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran- pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih obyektif. Pada tahap ini juga, anak sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan.

(d) Tahap Operasional Formal

Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun keatas.

Pada masa ini anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga

(48)

telah berkembang, sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.

Menurut piaget, pada tahap ini interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa.

b. Perkembangan Bahasa

1. Pengertian Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan, yang merupakan anugerah dari Allah SWT, yang dengannya manusi dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya (Yusuf, 2011: 118).

Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa, komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi. Karena tanpa bahasa, siapapun tidak akan dapat mengekspresikan diri untuk menyampaikan kepada orang lain. Menurut Crow dan Crow dalam Bahri (2008: 46) Bahasa adalah alat ekspresi bagi manusia. Via bahasalah

(49)

manusia dapat mengorganisasikan bentuk-bentuk ekspresinya dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal kanak-kanak. Cepatnya perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak, karena dalam waktu yang sedemikian pendek sudah menguasai sedemikian banyak kosa kata, ucapan maupun cara mengucapkannya.

Para ahli psikologi perkembangan dalam Asrori (2009: 141) mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.

Sedangkan menurut Sunarto dan Hartono dalam Bahri (2008:

48) perkembangan bahasa anak ialah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik secara lisan, tertulis maupun dengan tanda-tanda atau isyarat. Tentu saja mampu menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.

(50)

2. Tahapan Perkembangan Bahasa

Perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk dalam Asrori (2009: 142-143) dapat dibagi dalam empat komponen, yaitu:

(1) Fonologi (phonologi)

Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan mengahasilkan bunyi pembicaraan bahasa.

(2) Semantik (semantics)

Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.

(3) Tata Bahasa (Grammar)

Tata bahasa merujuk kepada penguasaan kosa kata yang kemudian memodifikasikannya ke dalam cara-cara yang bermakna. Pengetahuan tentang tata bahasa meliputi dua aspek utama yaitu: sintak (syntax) adalah aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dapat dipahami. Dan morfologi (morphology) adalah aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam bahasa.

(51)

(4) Pragmatik (pragmatics)

Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa yang berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain.

Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, maka seseorang harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu.

3. Tugas-tugas perkembangan bahasa

Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas- tugas yang lainnya (Yusuf, 2011: 119). Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:

(1) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.

(2) Pengembangan perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo

(52)

yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

(3) Penyusunan kata-kata menjadi kalimat. Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture untuk melengkapi cara berpikirnya.

(4) Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tuanya).

4. Tipe Perkembangan bahasa

Ada dua tipe perkembangan bahasa anak (Yusuf, 2011: 120), yaitu sebagai berikut:

(1) Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.

(2) Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).

(53)

Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk:

(a) Adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari (b) Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap

ucapan atau tingkah laku orang lain

(c) Command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman)

(d) Questions (pertanyaan) (e) Answers (jawaban).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor- faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya (Asrori, 2009: 146). Sementara aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, bahwa perkembangan kemampuan berbahsa seseorang itu tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Adapun aliran lain cenderung lebih moderat yakni aliran konvergensi yang mengajukan pandangan merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa (Asrori, 2009: 147-148), adalah:

(54)

(1) Kognisi, tinggi rendahnya kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu tersebut.

(2) Pola komunikasi dalam keluarga, dalam satu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahsa anggota keluarganya ketimbang yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.

(3) Jumlah anak atau anggota keluarga, suatu keluarga yang memiliki anak dalam jumlah yang banyak akan lebih mempercepat perkembangan bahasa anak, karena di dalamnya akan terjadi komunikasi yang bervariasi dari pada keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lainnya selain keluarga inti.

(4) Posisi urutan kelahiran, posisi anak yang urutan kelahirannya di tengah akan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang anak sulung atau anak bungsu karena anak telah memiliki arah komunikasi ke atas maupun kebawah.

(5) Kewibahasaan (billingualism), anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang hanya menggunakan satu bahasa

(55)

saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.

c. Perkembangan Seni 1) Pengertian

Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media (Pekerti, 2014:1.8). dalam konteks fungsi individual seni, ada karakteristik yang membedakan antara seni untuk anak-anak dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. seni bagi anak-anak merupakan kegiatan bermain, berekspresi dan kreatif yang menyenangkan.

Estetika adalah suatu kemampuan jiwa yang dipergunakan untuk menentukan suatu dengan ukuran bagus/

tidak bagus atau indah/ tidak indah. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan kodrat. Perkembangannya juga ditentukan oleh faktor endogen dan faktor eksogen (Soejanto, 2005: 80-81).

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan yang diberikan oleh Lembaga Joglo Tani juga digunakan petani untuk mengontrol antar petani satu dengan yang lain. Pembentukan. kelompok baru untuk mempermudah

Basis data MS Visual Foxpro yang digunakan di RS Telogorejo sebagai Sistem Informasi Farmasi tidak lagi mampu melayani proses transaksi karena begitu besarnya

bawahan di lingkungan Seksi Kompetensi Teknis jabatan setiap saat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar; Membimbi ng

Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku berdasarkan tingkat pendidikann, pengetahuan yang dikategorikan baik pada responden tingkat pendidikan akhir SMA sebanyak

” Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk

Mendelegas ikan pekerjaan dan wewenang sesuai kompetensi dan potensi.. pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Direktorat 2) Menghimpun saran dan masukan dari bawahan; 3)

PENGGUNAAN ALAT BANTU KARET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MEROD A PAD A PEMBELAJARAN SENAM LANTAI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Perspective Taking and Prejudice Reduction: The Mediational Role of Empathy and Situational Attributions. Designing Neighbourhoods for Social Interaction: The