TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh AGUSTINA NIM : 170403042
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
No. Dok.: FM-GKM-S1TI-FT-6-06-04; Tgl. Efektif : 09 Juli 2018; Rev : 01; Halaman : 1 dari 1
Judul : PENGENDALIAN PERSEDIAAN PUPUK GUNA MEMINIMASI BIAYA PERSEDIAAN DI PT. FAJAR TETAP JAYA
Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 2 Agustus 2021
AGUSTINA NIM. 170403042
persediaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan total biaya persediaan yang tinggi.
PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan distributor pupuk yang mendistribusikan 16 jenis pupuk kepada konsumen di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sistem persediaan pupuk di PT. XYZ selama ini belum memiliki metode pengendalian persediaan, melainkan hanya berdasarkan hasil pengecekan stock di gudang dan pengalaman tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan pembelian dilakukan secara terus-menerus dalam jumlah yang kecil sehingga mengakibatkan biaya pemesanan meningkat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meminimumkan biaya persediaan di PT. XYZ menggunakan metode Economic Order Quantity dan metode Algoritma Wagner Within. Hasil perhitungan total biaya persediaan pupuk pada kondisi aktual, dengan metode Economic Order Quantity, dan dengan metode Algoritma Wagner Within adalah Rp230.486.180, Rp175.695.472, dan Rp174.839.548. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Algoritma Wagner Within menghasilkan total biaya persediaan yang paling optimal dan menghemat biaya sebesar Rp55.646.632 atau 24,14%.
Kata kunci: Algoritma Wagner Within, EOQ (Economic Order Quantity), Persediaan, Total Biaya Persediaan
management can result in high total inventory cost. PT. XYZ is a fertilizer distributor company that distributes 16 types of fertilizer to consumers in Karo Regency, North Sumatra. Inventory system of fertilizers at PT. Fajar Fixed Jaya so far does not have an inventory control method, but is only based on the result of stock checking in the warehouse and past experience. This causes purchases to be made continuously in small quantities, resulting in increased ordering costs. The purpose of this study is to minimize inventory costs at PT. XYZ using the Economic Order Quantity method and Wagner Within Algorithm method. The results of the calculation of the total inventory cost of fertilizer in actual condition, with the Economic Order Quantity method, and with the Wagner Within Algorithm method are Rp. 230,486,180, Rp. 175,695,472, and Rp. 174,839,548. The results show that the Wagner Within Algorithm method produces the most optimal total inventory cost and saves costs of Rp. 55,646,632 or 24.14%.
Keywords: ABC Analysis, EOQ (Economic Order Quantity), Inventory, Total Inventory Cost
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Draft Tugas Sarjana ini.
Draft Tugas Sarjana ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1 Teknik Industri) di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Draft tugas sarjana ini berjudul Pengendalian Persediaan Pupuk Guna Meminimasi Biaya Persediaan di PT. Fajar Tetap Jaya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Draft Tugas Sarjana ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk penyempurnaan Draft Tugas Sarjana ini. Semoga Draft Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS
MEDAN, AGUSTUS 2021 AGUSTINA
menyelesaikan Tugas Sarjana dengan baik. Penulisan Tugas Sarjana ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan adik penulis yang selalu mendukung dan memotivasi penulis selama menempuh perkuliahan baik dari segi moril, doa, maupun materil.
2. Bapak Aulia Ishak, ST., MT., Ph.D, sebagai Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Rahmi Meilina Sari, ST., MM(T), sebagai Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE. dan Bapak Aulia Ishak, ST., MT., Ph.D selaku Koordinator Tugas Sarjana yang telah memberikan saran dan masukan untuk topik Tugas Sarjana.
5. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT, selaku Dosen Pembimbing Tugas Sarjana yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Draft Tugas Sarjana ini.
6. Bapak Prof. Dr, Ir. Humala L. Napitupulu, DEA dan Ibu Ir, Dini Wahyuni, MT, selaku Dosen Pembanding Tugas Sarjana yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan pada penelitian ini.
viii
Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam melaksanakan Tugas Sarjana ini.
9. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Bang Awaludin, Kak Rahma, Kak Neneng, Bu Ester, dan Bu Lince yang banyak membantu terutama dalam hal penyelesaian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.
10. Sahabat TAYO yaitu Lani Diyana Etaniya dan Felix Kurniawan yang telah menemani dan banyak membantu penulis melewati masa-masa perkuliahan serta mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana.
11. Teman baik penulis, Vinezsia Kokita dan Octaviani Maharaja yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.
12. Seluruh rekan sahabat SETAN, yaitu Felix Kurniawan, Lani Diyana Etaniya, Erica Luhur, Vandrick, Thomas Tanopo, Fernando, Supriadi, Stefry, Fionna Ingrid, Yence Wijaya, Evita Dewi, Brian, Vinezsia Kokita, dan Kelvin yang telah menemani penulis melewati masa-masa perkuliahan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana.
ix penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR. ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-5 1.3 Tujuan Penelitian ... I-5 1.4 Manfaat Penelitian ... I-5 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi... I-6
xi
BAB HALAMAN
II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1 2.1. Landasan Teori ... II-1 2.1.1. Persediaan ... II-1 2.1.2. Jenis-jenis Persediaan ... II-2 2.1.3. Fungsi Persediaan ... II-2 2.1.4. Tujuan Pengendalian Persediaan ... II-3 2.1.5. Biaya Persediaan ... II-4 2.1.6. Model-model Persediaan ... II-5 2.1.6.1. Model Persediaan Deterministik ... II-6 2.1.6.2. Model Persediaan Probabilistik ... II-6 2.1.7. Metode WWA (Wagner Within Algorithm) ... II-8 2.1.8. Metode EOQ ... II-10 2.1.8.1. Metode EOQ Deterministik ... II-12 2.1.8.2. Metode EOQ Probabilistik ... II-12 2.1.9. Persediaan Pengaman (Safety Stock) ... II-15 2.1.10. Waktu Tunggu (Lead Time) ... II-16 2.1.11. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ... II-16 2.2. Review Publikasi Penelitian ... II-17 2.3. Kerangka Teoritis ... II-20
xii
BAB HALAMAN
III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1. Jenis Penelitian ... III-1 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... III-1 3.3. Objek Penelitian ... III-1 3.4. Metode Pengumpulan Data ... III-1 3.5. Metode Pengolahan Data ... III-2
IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... IV-1 4.1. Pengumpulan Data ... IV-1 4.1.1. Sistem Persediaan Perusahaan ... IV-1 4.1.2. Data Permintaan Pupuk ... IV-2 4.1.3. Data Pembelian Pupuk ... IV-4 4.1.4. Data Harga Pupuk... IV-6 4.1.5. Biaya Pesan dan Biaya Penyimpanan... IV-6 4.1.6. Lead Time Pemesanan Pupuk ... IV-9 4.2. Pengolahan Data ... IV-9 4.2.1. Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point ... IV-10 4.2.2. Perhitungan Total Biaya Persediaan ... IV-13
4.2.2.1. Perhitungan Total Biaya Persediaan
Aktual Perusahaan ... IV-13
xiii
BAB HALAMAN
4.2.2.2. Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan Metode Economic Order
Quantity ... IV-30 4.2.2.3. Perhitungan Total Biaya Persediaan
dengan Metode Algoritma Wagner
Within ... IV-49 4.2.3. Perbandingan Total Biaya Persediaan Kondisi
Aktual dengan Total Biaya Persediaan Menggunakan Metode EOQ dan Metode
Algoritma Wagner Within ... IV-75
V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... V-1 5.1. Analisis dan Pembahasan Perhitungan Safety Stock
dan Reorder Point ... V-1 5.2. Analisis dan Pembahasan Perhitungan Total Biaya
Persediaan ... V-2 5.3. Analisis dan Pembahasan Perbandingan Total Biaya
Persediaan Kondisi Aktual dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity dan Algoritma
Wagner Within ... V-3
xiv
BAB HALAMAN
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1 6.1. Kesimpulan ... VI-1 6.2. Saran ... VI-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
TABEL HALAMAN 1.1. Data Pembelian dan Penjualan Pupuk di PT. Fajar Tetap Jaya
Tahun 2020 ... I-4 2.1. Penjabaran fN ke dalam Ukuran Lot Pemesanan ... II-10 4.1. Data Permintaan Pupuk ... IV-3 4.2. Data Pembelian Pupuk ... IV-5 4.3. Data Harga Pupuk ... IV-6 4.4. Data Biaya Pesan ... IV-8 4.5. Data Biaya Penyimpanan ... IV-9 4.6. Perhitungan Standar Deviasi Pupuk Cal Ponit ... IV-11 4.7. Rekapitulasi Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point pada
Pupuk ... IV-12 4.8. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Cal Ponit
dengan Metode Perusahaan ... IV-14 4.9. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Cantik
dengan Metode Perusahaan ... IV-15 4.10. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Hidro Boron
dengan Metode Perusahaan ... IV-16 4.11. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Kamas
dengan Metode Perusahaan ... IV-17
xvi
TABEL HALAMAN 4.12. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk KCL dengan
Metode Perusahaan ... IV-18 4.13. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk KNO3
dengan Metode Perusahaan ... IV-19 4.14. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk KS Plus
dengan Metode Perusahaan ... IV-20 4.15. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk NPK 3x16
dengan Metode Perusahaan ... IV-21 4.16. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Organik Fajar
Mas dengan Metode Perusahaan ... IV-22 4.17. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Phonska Plus
dengan Metode Perusahaan ... IV-23 4.18. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Phosgrow
dengan Metode Perusahaan ... IV-24 4.19. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk SS Burung
dengan Metode Perusahaan ... IV-25 4.20. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk TSP dengan
Metode Perusahaan ... IV-26 4.21. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Urea dengan
Metode Perusahaan ... IV-27
xvii
TABEL HALAMAN 4.22. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk YaraMila
dengan Metode Perusahaan ... IV-28 4.23. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk ZA dengan
Metode Perusahaan ... IV-29 4.24. Rekapitulasi Perhitungan Total Biaya Persediaan Aktual
Perusahaan ... IV-30 4.25. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah dan Frekuensi Pemesanan
Berdasarkan Metode EOQ ... IV-32 4.26. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Cal Ponit
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-33 4.27. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Cantik
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-34 4.28. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Hidro Boron
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-35 4.29. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Kamas
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-36 4.30. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk KCL dengan
Metode Economic Order Quantity ... IV-37 4.31. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk KNO3
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-38
xviii
TABEL HALAMAN 4.32. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk KS Plus
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-39 4.33. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk NPK3x16
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-40 4.34. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Organik Fajar
Mas dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-41 4.35. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Phonska Plus
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-42 4.36. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Phosgrow
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-43 4.37. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk SS Burung
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-44 4.38. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk TSP dengan
Metode Economic Order Quantity ... IV-45 4.39. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk Urea dengan
Metode Economic Order Quantity ... IV-46 4.40. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk YaraMila
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-47 4.41. Ukuran Pemesanan dan Biaya Persediaan Pupuk ZA dengan
Metode Economic Order Quantity ... IV-48
xix
TABEL HALAMAN 4.42. Rekapitulasi Perhitungan Total Biaya Persediaan Perusahaan
dengan Metode Economic Order Quantity ... IV-49 4.43. Permintaan Pupuk Cal Ponit Tahun 2020 ... IV-50 4.44. Alternatif Pemenuhan Order (Oen) Pupuk Cal Ponit Tahun
2020 ... IV-51 4.45. Rekapitulasi Total Biaya Matriks Oen Pupuk Cal Ponit
(Rupiah) ... IV-54 4.46. Rekapitulasi Total Biaya Minimum Pupuk Cal Ponit Matriks fn
(Rupiah) ... IV-56 4.47. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk Cal
Ponit dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-58 4.48. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk Cantik
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-59 4.49. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk Hidro
Boron dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-60 4.50. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk Kamas
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-61 4.51. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk KCL
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-62
xx
TABEL HALAMAN 4.52. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk KNO3
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-63 4.53. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk KS Plus
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-64 4.54. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk NPK
3x16 dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-65 4.55. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk Organik
Fajar Mas dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-66 4.56. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk
Phonska Plus dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-67 4.57. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk
Phosgrow dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-68 4.58. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk SS
Burung dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-69 4.59. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk TSP
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-70 4.60. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk Urea
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-71 4.61. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk
YaraMila dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-72
xxi
TABEL HALAMAN 4.62. Ukuran Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Pupuk ZA
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-73 4.63. Rekapitulasi Perhitungan Total Biaya Persediaan Perusahaan
dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-74 4.64. Perbandingan Total Biaya Persediaan dengan Metode EOQ
dan dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-75 4.65. Perbandingan Total Biaya Persediaan Kondisi Aktual
Perusahaan dengan Metode Algoritma Wagner Within ... IV-76 5.1. Safety Stock dan Reorder Point pada Pupuk ... V-1 5.2. Perbandingan Total Biaya Persediaan Kondisi Aktual
Perusahaan dengan Metode Economic Order Quantity dan
Algoritma Wagner Within ... V-3
GAMBAR HALAMAN 2.1. Metode P ... II-7 2.2. Metode Q ... II-8 2.3. Kerangka Teoritis ... II-20 3.1. Tahapan Penelitian ... III-3
LAMPIRAN L-1 Tabel Z
L-2 Surat Permohonan Tugas Sarjana L-3 Formulir Penetapan Tugas Sarjana L-4 Surat Keputusan Tugas Sarjana
L-5 Surat Permohonan Riset ke Perusahaan L-6 Lembar Bukti Bimbingan
I-1 1.1. Latar Belakang
Pupuk merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil dan produktivitas pertanian. Pupuk adalah suatu zat, baik sintetis maupun organik, yang ditambahkan untuk meningkatkan pasokan nutrisi penting guna meningkatkan pertumbuhan tanaman dan vegetasi di dalam tanah.
Pendistribusian pupuk secara efektif merupakan kunci utama untuk mengoptimalkan penjualan. Namun, seringkali muncul permasalahan dalam pendistribusian pupuk yaitu permasalahan persediaan (Kusumah dan Ilmaniati, 2019).
Masalah persediaan dianggap sangat penting oleh perusahaan, terutama di bidang industri dan perdagangan. Alasan utama perusahaan sangat memperhatikan persediaan ialah karena persediaan merupakan sumber daya yang menganggur (idle resources) yang berarti jika persediaan berlebih menyebabkan investasi sia-sia, akan tetapi bila tidak ada persediaan maka akan sulit mengantisipasi fluktuasi permintaan atau hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya kekurangan (Madinah, 2015).
Pengelolaan persediaan yang tepat berdampak besar pada kinerja perusahaan. Keputusan penting dalam suatu sistem persediaan adalah menentukan berapa banyak dan kapan pesanan harus dilakukan sehingga memungkinkan perusahaan untuk menyimpan persediaan dalam jumlah yang sesuai di gudang dan
membantu meminimalkan biaya. Manajemen persediaan mempertimbangkan semua aktivitas yang terlibat dalam perencanaan dan pengendalian tingkat persediaan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi sehingga jumlah persediaan optimal (Mokhtari, 2018).
Dalam penelitian Chandradevi dan Puspitasari (2016) di PT. Pharos Tbk, ditemukan permasalahan yaitu perusahaan memesan bahan baku catropilini terlalu banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut mengakibatkan overstock bahan baku dan menuntut perusahaan mengeluarkan biaya lebih untuk menyimpan bahan baku tersebut di gudang. Total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan cukup besar, yaitu Rp 3.637.861. Penelitian dilakukan untuk menghitung jumlah bahan baku yang seharusnya ditetapkan dan didapatkan total biaya dengan menggunakan metode Economic Order Quantity adalah Rp2.652.884. Dengan menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ), maka perusahaan dapat menghemat total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp984.977.
Penelitian lain dilakukan oleh Enny Ariyani dan Sarah Panjaitan (2020) di PT. XYZ untuk mengatasi masalah penumpukan bahan baku kain di gudang yang menyebabkan membengkaknya biaya persediaan yang harus dikeluarkan perusahaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Algoritma Wagner Within dan menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp8.551.302.000 sementara total biaya persediaan dengan perhitungan perusahaan sebesar Rp9.311.518.375 sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp760.216.375 atau 8,1%.
PT. Fajar Tetap Jaya adalah perusahaan distributor pupuk yang mendistribusikan pupuk kepada konsumen (yang meliputi petani dan toko) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Terdapat 16 merk pupuk yang didistribusikan oleh PT. Fajar Tetap Jaya yaitu Cal Ponit, Cantik, Hidro Boron, Kamas, KCL, KNO3, KS Plus, NPK 3x16, Organik Fajar Mas, Phonska Plus, Phosgrow, SS Burung, TSP, Urea, YaraMila, dan ZA. Semua merk pupuk ini dijual dalam satuan sak, dimana berat setiap sak adalah 50 kg. Pada tahun 2020, jumlah keseluruhan permintaan pupuk mencapai 255.154 sak.
PT. Fajar Tetap Jaya melakukan pemesanan pupuk kepada supplier yang berada di Medan untuk memenuhi permintaan konsumennya. Perusahaan akan menghubungi pihak supplier di Medan untuk melakukan pembelian dan produk yang dipesan diantar dengan menggunakan truk ke perusahaan dan kemudian disimpan di gudang. Pemesanan dilakukan sebanyak 2 kali per bulan.
PT. Fajar Tetap Jaya selama ini mengelola persediaan hanya berdasarkan pengalaman. Pembelian pupuk didasarkan pada jumlah kebutuhan pupuk tahun sebelumnya, padahal penjualan belum tentu sama dengan penjualan tahun lalu sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kondisi overstock. Kondisi overstock dapat menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi. Data pembelian dan penjualan pupuk di PT. Fajar Tetap Jaya selama periode Januari – Desember 2020 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Data Pembelian dan Penjualan Pupuk di PT. Fajar Tetap Jaya Tahun 2020
Bulan Pembelian (sak) Penjualan (sak)
Januari 27.100 17.112
Februari 21.122 23.873
Maret 27.500 29.377
April 28.046 26.251
Mei 27.032 16.606
Juni 19.512 16.804
Juli 18.484 18.565
Agustus 18.064 15.565
September 15.030 25.527
Oktober 23.770 24.483
November 26.010 21.549
Desember 13.220 19.442
Total 264.890 255.154
Sumber: PT. Fajar Tetap Jaya
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pembelian pupuk dilakukan setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Namun, terdapat kelebihan pembelian pupuk dibandingkan kebutuhan pupuk sebesar 9.736 sak. Kelebihan pupuk ini akan disimpan di gudang yang menyebabkan meningkatnya biaya penyimpanan. Tingginya biaya penyimpanan dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Oleh karena itu, masalah utama pada perusahaan ini adalah belum adanya metode pengendalian persediaan pupuk, sehingga menyebabkan pengendalian persediaan belum berjalan secara optimum dan menyebabkan total biaya persediaan yang tinggi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana metode pengendalian persediaan pupuk yang seharusnya dilakukan PT. Fajar Tetap Jaya agar dapat meminimalkan total biaya persediaan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian terbagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meminimalkan total biaya persediaan pupuk menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan metode WWA (Wagner Within Algorithm).
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Menentukan jumlah persediaan pengaman (safety stock) dan titik pemesanan kembali (reorder point).
2. Menentukan total biaya persediaan.
3. Membandingkan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan metode WWA (Wagner Within Algorithm).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Objek Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengendalian persediaan barang.
2. Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah literatur terkait pengendalian persediaan barang dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang dipelajari selama di Teknik Industri tentang persediaan.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi
Berikut merupakan batasan masalah yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini:
1. Metode yang digunakan adalah metode EOQ (Economic Order Quantity) dan metode WWA (Wagner Within Algorithm).
2. Data yang digunakan adalah data pembelian dan penjualan pupuk selama Januari 2020 sampai Desember 2020.
3. Biaya persediaan yang dihitung terdiri dari biaya pesan dan biaya penyimpanan.
Berikut merupakan asumsi yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini:
1. Tidak terjadi perubahan metode pengendalian persediaan selama penelitian berlangsung.
2. Penyediaan stock pupuk diasumsikan lancar tanpa hambatan.
3. Harga pupuk, biaya pesan dan biaya penyimpanan diasumsikan bersifat tetap.
II-1 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Persediaan
Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Cahyo, 2014). Persediaan bahan baku yang cukup dapat menjamin kelancaran proses produksi sementara persediaan barang jadi dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran, yaitu memberikan kepuasan pada pelanggan, karena apabila barang tidak tersedia maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar dan perusahaan tidak dapat menyuplai barang pada tingkat optimal (Irwadi, 2015).
Pengendalian persediaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Tanpa pengendalian persediaan yang tepat, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan konsumen baik dalam bentuk barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan harus bijak dalam menentukan jumlah persediaan barang, karena tanpa adanya manajemen yang tepat perusahaan akan mengalami kerugian akibat biaya-biaya yang semestinya tidak perlu dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya operasional pabrik, biaya gedung, biaya kehilangan serta biaya kerusakan barang akibat terlalu lama disimpan (Sulaiman dan Nanda, 2015).
2.1.2. Jenis-jenis Persediaan
Ditinjau dari jenisnya, ada 4 macam persediaan secara umum yaitu (Cahyo, 2014):
1. Bahan Baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) yang akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Barang Setengah Jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan tahapan lanjutan untuk menjadi produk jadi.
3. Barang Jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi- lokasi pemasaran.
4. Bahan-Bahan Pembantu (supplies) adalah barang-barang yang diperlukan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.
2.1.3. Fungsi Persediaan
Fungsi utama persediaan adalah sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Handoko (1994) mendefinisikan bahwa persediaan memiliki tiga fungsi, yaitu :
1. Fungsi Decoupling
Adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa bergantung kepada pemasok.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau diskon pembelian, pengurangan biaya transportasi per unit, dan sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi
Adalah fungsi persediaan dalam menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diprediksi berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
2.1.4. Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Ristono (2013), tujuan dilakukan pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat.
2. Menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi yang dikarenakan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga sulit diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3. Mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
2.1.5. Biaya Persediaan
Menurut Ristono (2009), biaya–biaya dalam persediaan secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya Pemesanan (Ordering cost)
Biaya pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar.
Biaya pemesanan total per periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. Biaya pemesanan terdiri dari:
a. Biaya persiapan pemesanan (biaya telepon dan pengeluaran administrasi atau surat-menyurat)
b. Biaya penerimaan barang (biaya pembongkaran untuk dimasukkan ke gudang, biaya laporan penerimaan barang, dan biaya pengecekan)
c. Biaya pengangkutan barang sampai tujuan
d. Biaya proses pembayaran (biaya pembuatan cek, biaya transfer uang ke pemasok, dan sebagainya)
2. Biaya pembelian (Purchasing cost)
Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber eksternal atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan.
3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat penyimpanan barang atau bahan. Biaya penyimpanan dipengaruhi oleh jumlah barang yang disimpan perusahaan tersebut. Biaya penyimpanan meliputi:
a. Biaya penggunaan gudang b. Biaya perawatan barang
c. Biaya untuk menjaga ketahanan barang
d. Biaya untuk menimbang barang, dan sebagainya 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost)
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan apabila persediaan tidak mencukupi permintaan produk oleh konsumen atau kebutuhan bahan untuk proses produksi. Biaya yang muncul akibat kekurangan persediaan antara lain:
a. Kehilangan pendapatan b. Selisih harga komponen c. Terganggunya operasi
2.1.6. Model-model Persediaan
Secara umum, model persediaan berdasarkan permintaannya dibagi menjadi dua, yaitu model persediaan deterministik dan model persediaan probabilistik (Dijaya, 2013).
2.1.6.1.Model Persediaan Deterministik
Model deterministik adalah model persediaan dimana permintaan selama waktu perencanaan diketahui secara pasti dan tidak memiliki variasi. Fenomena persediaan deterministik dijumpai dalam situasi dimana variabel dan faktor yang terkait bersifat pasti, atau tidak mengalami perubahan yang berarti, diasumsikan perubahannya dapat diabaikan. Variabel yang dimaksud meliputi waktu kedatangan (lead time) dan jumlah permintaan (demand). Model deterministik yang banyak digunakan adalah EOQ (Economic Order Quantity) dan Program Dinamis.
EOQ bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan paling ekonomis yang dapat meminimalkan biaya persediaan.
2.1.6.2.Model Persediaan Probabilistik
Model probabilistik adalah persediaan dimana fenomenanya tidak diketahui secara pasti, namun nilai ekspektasi, variansi dan pola distribusi kemungkinannya dapat diprediksi. Ketidakpastian dapat berasal dari pemakai (user) yang berupa fluktuasi permintaan, pemasok yang berupa ketidaktepatan pengiriman yang dicerminkan oleh lead time, dan sistem manajemen (pengelola) yang berupa kurang handalnya pengelola.
Perbedaan utama model deterministik dan probabilistik adalah keberadaan safety stock atau persediaan pengaman yang dimunculkan untuk mengatasi ketidakpastian permintaan maupun lead time. Metode probabilistik dapat dikelompokan menjadi metode P dan Q.
Pada metode P, persediaan diperiksa secara berkala (periodic) setiap satu jangka waktu tertentu, dan panjang waktu ini tidak berubah dari waktu ke waktu.
Pemesanan kembali dilakukan dengan jumlah pemesanan yang berubah-ubah, tetapi dengan jarak waktu yang tetap antara dua pemesanan yang berurutan. Karena jarak waktu yang tetap ini, maka metode P disebut juga sistem pemesanan berkala (Periodic Review System), sistem pemesanan dengan jarak tetap (Fixed Interval Reorder System) atau sistem pemesanan kembali berkala (Periodic Reorder System).
Pada metode P ini ditetapkan satu target persediaan, yaitu tingkat persediaan yang harus dicapai setiap kali pemesanan dilakukan (Maskun, 2016).
Gambar 2.1. Metode P
Metode Q yang juga disebut sistem pemeriksaan terus menerus (countinuous review system) atau sistem jumlah pesanan tetap (fixed order quantity system) merupakan salah satu model inventory klasik yang banyak digunakan.
Dengan metode Q, setiap kali persediaan digunakan maka jumlah persediaan yang tersedia harus dihitung kembali untuk menentukan apakah pemesanan sudah perlu
dilakukan. Pada saat pememeriksaan tersebut, harus ditetapkan apakah jumlah persediaan yang tersisa, ditambah dengan jumlah yang sudah dipesan tetapi belum diterima, masih cukup untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang.
Gambar 2.2. Metode Q
2.1.7. Metode WWA (Wagner Within Algorithm)
Algoritma Wagner and Within adalah metode yang menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program dinamis, yaitu suatu model matematis yang solusinya menjamin hasil perhitungan tersebut merupakan hasil yang optimum.
Algoritma ini dikembangkan oleh Wagner dan Within pada tahun 1958 untuk memberikan solusi optimum untuk masalah ukuran pemesanan deterministik pada suatu kurun waktu tertentu dimana kebutuhan seluruh periode harus terpenuhi.
Algoritma Wagner Within adalah metode yang akurat untuk menentukan ukuran yang optimal untuk suatu produk dengan permintaan dinamis tanpa mempertimbangkan batasan kapasitas (Katias dan Affandi, 2018).
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan strategi pemesanan optimum dengan jalan meminimumkan ongkos pesan dan ongkos penyimpanan. Adapun kelebihan dari Algoritma Wagner and Within adalah memberikan solusi yang optimal dan tidak terlalu banyak memerlukan persyaratan matematika dalam penyelesaian masalah yang dinamis-deterministik dan kekurangan dari Algoritma Wagner and Within yaitu metode ini membutuhkan banyak waktu dan usaha perhitungan pada pengendalian persediaan (Somadi, 2020).
Langkah-langkah penggunaan metode Algoritma Wagner Within dapat dilakukan sebagai berikut (Delia, 2017).
1. Hitung matriks biaya total (biaya simpan dan biaya pesan) untuk semua alternatif pemesanan (order) selama horizon perencanaannya (terdiri dari N periode perencanaan), dengan rumus:
Oen = A + h∑𝑛𝑡=1(𝑞𝑒𝑛− 𝑞𝑒𝑡) untuk 1 ≤ e ≤ n ≤ N Dengan:
qet = ∑𝑛𝑡=0𝐷𝑡
e = batas awal periode yang dicakup pada pemesanan qet
n = batas maksimum periode yang dicakup pada pemesanan qet
2. Hitung fn dimana fn didefinisikan sebagai biaya minimum yang mungkin dari periode e sampai dengan periode n adalah 0. Dimulai dari f0 = 0 dan selanjutnya dihitung secara berurutan f1, f2,….,fN. Nilai fN yaitu nilai biaya total dari pemesanan optimal yang dihitung dengan rumus:
fn = Min[Oen + fe-1] untuk e = 1, 2, …., n dan n = 1, 2, …….N Harga fN adalah nilai optimal dari cara pemesanan sampai periode ke-N.
3. Terjemahkan fN menjadi ukuran lot dengan cara seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Penjabaran fN ke dalam Ukuran Lot Pemesanan
fN = Oen + fe-1
Pemesanan terakhir dilakukan pada periode e untuk memenuhi permintaan dari periode e sampai periode N.
fe-1 = Ove-1 + fv-1 Pemesanan sebelum pemesanan terakhir harus dilakukan pada periode v sampai periode e-1 fu-1 = O1u-1 + f0
Pemesanan yang pertama harus dilakukan pada periode 1 untuk memenuhi permintaan dari periode 1 sampai periode u-1
2.1.8. Metode EOQ
EOQ adalah salah satu model dalam pengendalian persediaan yang sudah lama diperkenalkan oleh F.W. Harris di tahun 1914. EOQ merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang dilakukan untuk menghasilkan jumlah ordering cost dan carrying cost per tahun yang paling minimal. Setelah jumlah bahan yang harus dibeli dengan biaya minimal ditentukan, masalah selanjutnya adalah kapan perusahaan harus melakukan pesanan kembali agar perusahaan tidak kehabisan bahan. Formula yang digunakan untuk menghitung EOQ ditunjukkan pada rumus (Rafliana, 2018):
EOQ = √2 × 𝐷 × 𝑆𝐶
Keterangan :
D = jumlah permintaan selama 1 periode/tahun S = biaya setiap melakukan pesanan
C = biaya penyimpanan
Penggunaan teknik EOQ hanya dapat dilakukan apabila memenuhi syarat:
1. Permintaan akan produk aadalah konstan, seragam, dan diketahui.
2. Harga per unit produk adalah konstan.
3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan.
4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L) adalah konstan.
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order.
Dalam menentukan biaya persediaan ada 2 jenis biaya yang berubah- ubah dan harus dipertimbangkan. Pertama biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan yaitu biaya pesan. Kedua biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besar kecilnya persediaan yaitu biaya penyimpanan. Selanjutnya menentukan total biaya persediaan (TIC) dengan menjumlahkan biaya pesan dan biaya simpan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut (Misbah, 2017).
TIC = (𝐷𝑄 𝑆) + (𝑄2 𝐻) Keterangan :
TIC = Total biaya persediaan Q = Jumlah barang setiap pesan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit S = Biaya pemesanan untuk setiap pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
Adapun perhitungan penghematan dalam bentuk persen adalah sebagai berikut.
Penghematan = (TIC Kebijakan Perusahaan - TIC Model EOQ)
TIC Kebijakan Perusahaan × 100%
2.1.8.1.Metode EOQ Deterministik
EOQ deterministik adalah suatu model EOQ dimana parameter sistem pengawasan persediaan dianggap selalu sama atau tidak berubah. Permintaan dianggap tetap dan bersifat konstan dari waktu ke waktu atau telah diketahui dengan pasti.
2.1.8.2.Metode EOQ Probabilistik
(Kadarini, 2018) EOQ probabilistik adalah suatu model EOQ dimana parameter-parameter dari sistem pengawasan persediaan tidak dapat diketahui dengan pasti. Suatu model dikatakan probabilistik apabila salah satu dari demand atau lead time atau bahkan keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti dimana perilakunya harus diuraikan dengan distribusi probabilitas. Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis perilaku persediaan selama lead time.
Apabila demand atau tingkat pemakaian tidak tetap namun lead time atau periode datangnya pesanan tetap, maka sebelum menentukan kapan pemesanan dilakukan, terlebih dahulu harus menentukan lead time yang diharapkan (expected lead time). Tetapi, jika lead time dan demand tidak tetap, maka untuk menentukan EOQ dan kapan sebaiknya dilakukan pemesanan, terlebih dahulu harus menentukan tingkat pemakaian yang diharapkan selama lead time (expected usage during lead
time). Berbagai kemungkinan tersebut akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya kelebihan bahan (surplus) atau kekurangan atau kehabisan bahan (stock out). Untuk menghindari kehabisan persediaan maka diperlukan persediaan pengaman (safety stock). Rumusan yang digunakan dalam EOQ probabilistik terdiri empat langkah yaitu sebagai berikut.
1. Menentukan EOQ atau kuantitas pembelian ekonomis. EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut.
EOQ = √2 × RU × CO CU × CC
Keterangan :
RU = required unit for annual atau kebutuhan bahan untuk tahun yang akan datang
EOQ = economic order quantity atau kuantitas pembelian ekonomis CO = cost per order atau biaya pemesanan setiap kali pemesanan
CU = cost per unit atau harga faktur dari biaya angkut setiap satuan bahan yang dibeli
CC = carrying cost percentage, biaya penyimpanan variabel yang dihitung berdasarkan persentase dari cost per unit bahan.
2. Menentukan persediaan pengaman (safety stock). Safety stock dapat dirumuskan sebagai berikut.
SS = (MU – AU) × LT Keterangan :
SS = safety stock, yaitu tingkat atau besarnya persediaan MU = maximum usage atau pemakaian maksimum
AU = average usage atau pemakaian rata-rata
LT = lead time atau waktu tunggu, yaitu tenggang waktu antara pemesanan sampai dengan kedatangan bahan
3. Menentukan waktu pemesanan kembali (reorder point). Reorder point dapat dirumuskan sebagai berikut.
ROP = (LT × AU) + SS Keterangan :
ROP = reorder point, menunjukkan tingkat dimana perusahaan harus memesan kembali
LT = lead time AU = average usage SS = safety stock
4. Menentukan titik minimum dan maksimum persediaan. Untuk menentukan besarnya titik minimum dan maksimum dapat digunakan rumus sebagai berikut.
MS = SS + EOQ Keterangan :
MS = maximum inventory point, yaitu titik persediaan maksimum SS = safety stock
EOQ = economic order quantity
2.1.9. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Adanya persediaan pengaman mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat kekurangan bahan, tetapi sebaliknya menambah biaya persediaan. Untuk menentukan besarnya persediaan pengaman digunakan analisa statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara perkiraan pemakaian bahan dengan pemakaian sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya.
Adapun rumus standar deviasi adalah sebagai berikut (Misbah, 2017).
SD = √∑(𝑥 − 𝑥̅)𝑁 2 Keterangan
SD = Standar deviasi
x = Pemakaian sesungguhnya 𝑥̅ = Perkiraan pemakaian N = Jumlah data
Setelah didapatkan hasil standar deviasi, maka dapat dihitung safety stock dengan rumus sebagai berikut.
Safety Stock = SD × Z Keterangan :
SD = Standar deviasi Z = Faktor pengaman
2.1.10. Waktu Tunggu (Lead Time)
Lamanya waktu antara pemesanan bahan dilakukan hingga kedatangan bahan yang dipesan dinamakan lead time. Bahan yang datang terlambat mengakibatkan kekurangan bahan, sementara bahan yang datang lebih cepat dari jadwalnya memperbesar biaya penyimpanan perusahaan (Misbah, 2017).
2.1.11. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Titik pemesanan kembali (reorder point) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada perusahaan saat perusahaan harus melakukan pemesanan kembali. Titik ini menunjukkan titik untuk kembali melakukan pemesanan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan.
Adapun rumus untuk menentukan titik pemesanan kembali adalah (Misbah, 2017):
ROP = (d × L) + SS Keterangan:
ROP = Titik pemesanan kembali (Reorder Point) d = Tingkat kebutuhan bahan
L = Lead time
SS = Persediaan pengaman (Safety stock)
2.2. Review Publikasi Penelitian
Penelitian-penelitian terdahulu banyak membahas permasalahan persediaan (inventory) dan penggunaan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan WWA (Wagner Within Algorithm) dalam mengatasi masalah persediaan untuk meminimumkan biaya.
Dalam penelitiannya, Happy Fauzi Afianti dan Hery Hamdi Azwir (2017) menekankan pentingnya pengendalian inventory pada sebuah perusahaan karena biaya inventory dapat mencapai sekitar 20% hingga 40% dari total nilai tahunan.
Penelitian tersebut dilakukan untuk melakukan perbaikan efisiensi inventory di PT.
Unilever Indonesia Savoury Factory.
Yopan Maulana dan Tatang Rois (2018) melakukan penelitian menggunakan metode EOQ untuk menentukan apakah metode pengendalian persediaan bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu yang dijalankan di CV.
Delapan-Delapan sudah optimal. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode EOQ dapat menghemat total biaya bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu masing-masing Rp17.553.366 dan Rp11.109.966.
Harly I. Unsulangi dkk (2019) melakukan penelitian di PT. Fortuna Inti Alam yang bergerak di bidang industri kopi bubuk dan menemukan bahwa sistem pengendalian persediaan bahan baku kopi dalam perusahaan belum optimal serta belum adanya persediaan pengaman. Penelitian menggunakan metode EOQ dilakukan untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal dan menghasilkan total biaya persediaan yang dapat menghemat biaya sebesar Rp9.279.360 dibandingkan total biaya persediaan aktual di perusahaan saat ini.
Yogi Elsandi (2019) dalam penelitiannya di Usaha Mie Sinar Sulawesi Cap Dua Angsa yang memproduksi mie basah menemukan bahwa pengendalian persediaan bahan baku perusahaan belum dilakukan dengan baik. Perusahaan menentukan kebijakan pengelolaan persediaan bahan baku dengan melakukan pembelian secara terus-menerus dan hanya berdasarkan perkiraan sehingga menghasilkan total biaya persediaan yang cukup tinggi yaitu Rp2.177.103. Hasil penelitian menggunakan metode Economic Order Quantity menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp1.559.085 sehingga menghasilkan efisiensi biaya persediaan bagi perusahaan sebesar Rp618.018.
Somadi dkk (2020) dalam penelitiannya untuk mengendalikan persediaan scrap besi di PT. XYZ menggunakan metode Algoritma Wagner Within. Adapun total biaya persediaan perusahaan sebelum melakukan pengendalian persediaan adalah Rp109.734.165.840, dan total biaya persediaan setelah penggunaan metode pengendalian persediaan turun menjadi sebesar Rp105.076.125.840. Perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya sebesar Rp4.658.040.000 per tahun untuk material scrap besi.
Delva Gestio dkk (2018) melakukan penelitian di PT. Kashibu Jaya yaitu sebuah perusahaan yang memproduksi bahan baku fried chicken dan menemukan permasalahan terjadinya kehilangan penjualan (lost sales) sebesar Rp57.228.243,06 karena tingkat persediaan tidak dapat memenuhi permintaan (stockout) sehingga dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Dari hasil penelitian, didapatkan teknik lot sizing yang terpilih adalah Wagner-Within dengan total biaya persediaan sebesar Rp2.297.134,30, atau mengalami penurunan dari kondisi aktual sebesar 96,07%.
Hamidah Nasution dan Maria Situmorang (2015) dalam penelitiannya di PT.
Putra Arezda Purnama yang bergerak dalam industri ban, menggunakan Algoritma Wagner-Within untuk meminimumkan biaya persediaan. Perusahaan biasanya menentukan kuantitas produksi hanya berdasarkan pengalaman, sehingga mengakibatkan kelebihan maupun kekurangan persediaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Algoritma Wagner-Within berhasil meminimumkan biaya persediaaan sebesar Rp484.279.880.
Amri Yanuar dan Yanita Carolina (2020) melakukan penelitian di PT. Purna Sentana Baja, sebuah perusahaan perdagangan yang menyediakan produk-produk raw material untuk industri besi dan baja. Permasalahan yang terjadi yaitu belum adanya suatu metode yang digunakan perusahaan dalam menentukan ukuran pemesanan barang mengakibatkan terjadinya kelebihan persediaan barang. Hasil penelitian dengan Algoritma Wagner-Within menghasilkan total biaya persediaan perusahaan sebesar Rp202.306.771.680 yang berhasil menghemat sebesar Rp7.011.000.000 jika dibandingkan dengan sistem perusahaan sekarang.
Dalam penelitian Arminas dan Neno Ikranegara (2015) di UD Mitra Usaha Kayu, terjadi penumpukan bahan baku kayu di gudang yang mengakibatkan timbulnya biaya penyimpanan yang tinggi. Penelitian dilakukan dengan metode Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Part Period Balancing (PPB), Period Order Quantity (POQ), dan Wagner Within (WW). Hasil penelitian merekomendasikan metode Wagner Within karena memberikan efisiensi biaya untuk produk papan sebanyak Rp25.239.750, lem kayu sebanyak Rp131.012, pen sebanyak Rp85.446, dan amplas sebanyak Rp589.350.
Maitimu dan Peea (2017) dalam penelitiannya di PT. Mina Maluku Sejahtera yang bergerak dalam bidang perikanan dihadapkan akan masalah kebijakan inventory perusahaan yang dianggap belum efisien ditinjau dari tingkat penumpukan akibat sistem inventory perusahaan yang masih bersifat tradisional dengan metode trial and error. Algoritma Wagner-Within diusulkan untuk penentuan ukuran lot pemesanan dan waktu pemesanan yang optimal. Dari hasil perhitungan diperoleh ongkos total inventory adalah sebesar Rp1.018.747.950, lebih optimal jika dibandingkan dengan sistem yang dipakai saat ini yaitu Rp1.022.261.053.
2.3. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah model konseptual yang menunjukkan keterkaitan antara variabel yang telah diidentifikasikan sebagai hal penting dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian (Sinulingga, 2011). Kerangka teoritis merupakan langkah awal dalam menganalisis masalah karena kerangka teoritis menjelaskan hubungan antar variabel dalam penelitian. Adapun kerangka teoritis penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Jumlah Permintaan
Jumlah Pembelian
Biaya Pesan
Biaya Penyimpanan
Jumlah Pemesanan
Optimal
Biaya Persediaan
Minimum
Sumber: Microsoft Visio 2016
Gambar 2.3. Kerangka Teoritis
Pada Gambar 2.1. dapat dilihat bahwa biaya persediaan minimum dipengaruhi oleh jumlah pemesanan yang optimal dipengaruhi oleh variabel jumlah permintaan pupuk, jumlah pembelian pupuk, biaya pesan, dan biaya penyimpanan.
Variabel adalah sesuatu yang memiliki nilai yang berbeda atau bervariasi.
Dalam penelitian ilmiah, terdapat beberapa tipe variabel yaitu variabel dependen, variabel independen, variabel moderator, variabel antara, variabel kontrol, variabel laten, dan variabel eksogen dan endogen (Sinulingga, 2011). Variabel dependen adalah variabel terikat yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya persediaan yang optimal. Sementara variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah permintaan pupuk, yaitu jumlah pupuk yang dipesan selama 1 tahun.
2. Jumlah pembelian pupuk, yaitu jumlah pupuk yang dibeli selama 1 tahun.
3. Biaya pesan, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses pemesanan barang hingga barang tiba di tujuan.
4. Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang timbul dalam menyimpan persediaan.
III-1 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam permasalahan ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research), yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan sesuatu secara sistematis, faktual dan akurat, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Fajar Tetap Jaya pada bulan Juli hingga Agustus 2021. Perusahaan berlokasi di Jalan Pasar Baru, Kelurahan Padang Mas II, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
3.3. Objek Penelitian
Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah persediaan pupuk di PT.
Fajar Tetap Jaya.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan di tempat.
2. Data Sekunder merupakan data yang berasal dari laporan-laporan atau catatan- catatan.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara terhadap pihak perusahaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan persediaan. Data sekunder berupa jumlah pembelian pupuk, jumlah permintaan pupuk, biaya pesan, dan biaya penyimpanan diperoleh melalui laporan yang terdapat di PT. Fajar Tetap Jaya.
3.5. Metode Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pengolahan data yaitu Algoritma Wagner- Within dan Economic Order Quantity (EOQ). Adapun langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan safety stock 2. Perhitungan reorder point
3. Perhitungan jumlah pemesanan optimal 4. Perhitungan total biaya persediaan.
5. Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan kondisi aktual dengan hasil perhitungan biaya persediaan menggunakan metode EOQ dan Algoritma Wagner Within.
Adapun langkah-langkah dalam tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Mulai
Studi Pendahuluan - Kondisi Aktual di PT. Fajar Tetap Jaya
- Persediaan Pupuk
Studi Literatur - Teori Buku
- Referensi Jurnal Penelitian
Identifikasi Masalah Awal Persediaan pupuk yang kurang optimum
sehingga menyebabkan total biaya persediaan yang tinggi
Pengumpulan Data 1. Data Sekunder
- Data Historis Pembelian Pupuk - Data Historis Permintaan Pupuk - Data Harga Pupuk
- Lead Time Pemesanan
Pengolahan Data - Perhitungan safety stock - Perhitungan reorder point
- Perhitungan jumlah pemesanan optimal - Perhitungan total biaya persediaan
- Perbandingan total biaya persediaan aktual dengan total biaya persediaan menggunakan metode EOQ dan Algoritma Wagner Within pada pupuk
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian
IV-1 4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan meninjau laporan-laporan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Pada penelitian yang dilakukan di PT. Fajar Tetap Jaya. didapatkan data sebagai berikut:
1. Sistem persediaan perusahaan 2. Data permintaan pupuk tahun 2020 3. Data pembelian pupuk tahun 2020 4. Harga pupuk
5. Biaya pesan
6. Biaya penyimpanan
7. Lead time pemesanan pupuk
4.1.1. Sistem Persediaan Perusahaan
Perusahaan melakukan pengecekan dua kali dalam sebulan dan akan melakukan pemesanan apabila stok pupuk sudah mulai berkurang. Batas pemesanan kembali ditentukan berdasarkan pengalaman perusahaan yaitu permintaan terkecil tahun sebelumnya.
Dalam memenuhi permintaan konsumen. perusahaan melakukan pemesanan kepada pihak supplier di Medan. Perusahaan akan menghubungi pihak
supplier dan produk yang dipesan biasanya diantar dengan menggunakan truk ke perusahaan. Keseluruhan jenis pupuk dibeli dalam satuan sak dimana berat setiap sak adalah 50 kg.
Adapun mekanisme pemesanan produk adalah sebagai berikut:
1. Pihak perusahaan memeriksa stock pupuk di gudang.
2. Pihak perusahaan melakukan pemesanan kepada pihak supplier di Medan dan mencatat pesanan di catatan.
3. Pada saat barang tiba. dilakukan pembongkaran barang dari truk dan pengecekan untuk memeriksa jumlah dan kondisi barang yang diterima.
4. Setelah selesai melakukan pengecekan. pihak perusahaan mencatat jumlah produk yang diterima di laporan penerimaan dan memasukkan produk ke gudang.
4.1.2. Data Permintaan Pupuk
Berikut ini merupakan data permintaan pupuk di PT. Fajar Tetap Jaya dari bulan Januari 2020 – Desember 2020.
Tabel 4.1. Data Permintaan Pupuk No Merk
Pupuk Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
1 Cal Ponit 437 122 380 96 280 116 371 374 146 337 357 199 3.215
2 Cantik 629 821 1.060 1.152 929 1.201 1.190 820 938 1.227 914 1.138 12.019
3 Hidro
Boron 13 209 143 86 208 178 246 139 144 28 0 0 1.394
4 Kamas 2.314 1.998 2.646 3.000 1.869 2.339 2.208 1.770 2.198 2.571 2.956 2.853 28.722
5 KCL 3.276 5.338 6.376 6.841 2.843 2.979 3.204 3.469 6.424 4.931 5.096 3.538 54.315
6 KNO3 136 97 57 10 61 253 235 350 317 151 187 85 1.939
7 KS Plus 445 881 1.244 117 53 32 185 48 187 67 209 49 3.517
8 NPK 3x16 3.006 2.742 4.931 5.958 3.024 2.634 2.967 1.955 3.444 3.105 2.606 2.923 39.295 9 Organik
Fajar Mas 50 97 170 10 125 372 8 215 221 230 100 425 2.023
10 Phonska
Plus 80 0 0 0 0 0 0 46 0 0 0 0 126
11 Phosgrow 326 104 1.423 2.511 499 789 193 657 1.233 899 373 536 9.543
12 SS Burung 693 1.055 1.933 417 337 352 639 211 1.132 1.180 1.093 914 9.956
13 TSP 1.625 4.791 2.929 1.985 1.861 1.931 4.214 2.485 4.374 5.043 2.960 2.392 36.590
14 Urea 652 808 838 642 384 277 195 254 475 574 293 162 5.554
15 YaraMila 1.159 1.178 1.565 1.637 2.556 1.790 1.657 1.147 1.752 1.576 1.522 1.853 19.392
16 ZA 2.271 3.632 3.682 1.789 1.577 1.561 1.053 1.625 2.542 2.564 2.883 2.375 27.554
Total 255.154
Sumber: PT. Fajar Tetap Jaya
4.1.3. Data Pembelian Pupuk
Berikut ini merupakan data pembelian pupuk di PT. Fajar Tetap Jaya dari bulan Januari 2020 – Desember 2020.
No Merk
Pupuk Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
1 Cal Ponit 450 422 100 466 50 300 82 400 400 50 380 350 3.450
2 Cantik 1.000 700 820 1.000 1.200 1.000 1.500 700 1.000 1.000 1.200 900 12.020
3 Hidro
Boron 500 200 200 180 150 150 220 200 200 180 100 0 2.280
4 Kamas 2.500 2.400 2.400 2.500 3.000 2.000 2.400 2.360 1.800 2.000 2.500 3.000 28.860
5 KCL 5.000 4.000 7.000 6.000 7.000 3.500 3.000 3.000 2.500 6.000 7.000 3.500 57.500
6 KNO3 250 150 100 100 50 80 200 200 350 350 250 150 2.230
7 KS Plus 500 500 1.000 1.200 82 82 82 80 80 90 90 120 3.906
8 NPK 3x16 4.500 4.000 3.500 4.500 5.000 4.000 3.500 3.000 2.600 3.000 3.000 350 40.950 9 Organik
Fajar Mas 450 50 100 200 50 100 250 30 150 0 240 200 1.820
10 Phonska
Plus 150 100 0 0 50 0 0 30 50 0 0 50 430
11 Phosgrow 1.000 1.000 680 1.000 2.500 1.000 1.000 500 500 1.050 1.000 400 11.630
12 SS Burung 1.000 900 1.000 2.000 400 350 350 744 100 1.000 1.000 1.000 9.844
13 TSP 5.000 2.000 5.000 2.500 2.000 2.000 2.000 4.000 2.500 4.000 5.000 1.000 37.000
14 Urea 800 700 800 900 700 450 400 320 300 350 450 200 6.370
15 YaraMila 1.500 1.500 1.300 1.500 1.800 2.500 2.000 1.500 1.000 2.000 1.300 1.000 18.900
16 ZA 2.500 2.500 3.500 4.000 3.000 2.000 1.500 1.000 1.500 2.500 2.500 1.000 27.500
Total 264.690
Sumber: PT. Fajar Tetap Jaya
4.1.4. Data Harga Pupuk
Berikut merupakan daftar harga pembelian pupuk di PT. Fajar Tetap Jaya.
Tabel 4.3. Data Harga Pupuk No Merk Pupuk Harga (Rp)
1 Cal Ponit 401.250
2 Cantik 347.500
3 Hidro Boron 161.500
4 Kamas 378.500
5 KCL 367.500
6 KNO3 501.250
7 KS Plus 272.500
8 NPK 3x16 335.000
9 Organik Fajar Mas 56.250 10 Phonska Plus 160.000
11 Phosgrow 158.500
12 SS Burung 315.000
13 TSP 400.000
14 Urea 280.000
15 YaraMila 508.500
16 ZA 207.500
Sumber: PT. Fajar Tetap Jaya
4.1.5. Biaya Pesan dan Biaya Penyimpanan
Dalam proses penyimpanan barang jadi di PT. Fajar Tetap Jaya. terdapat dua jenis biaya yang ditimbulkan yaitu biaya pesan dan biaya simpan.
1. Biaya Pesan
Biaya pesan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap melakukan pemesanan pupuk. Biaya pesan terdiri dari :
a. Biaya persiapan pemesanan yang terdiri dari biaya telepon dan biaya administrasi. Biaya telepon yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan panggilan telepon dalam melakukan pemesanan. Biaya telepon per menit adalah Rp2.000. Rata-rata lama bicara setiap melakukan pemesanan adalah
10 menit sehingga biaya telepon sebesar Rp20.000. Biaya administrasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk alat tulis dan catatan pemesanan. Biaya administrasi yang dikeluarkan setiap melakukan pemesanan sebesar Rp10.000. Sehingga total biaya persiapan pemesanan adalah Rp30.000.
b. Biaya penerimaan barang yang terdiri dari biaya pembongkaran dan pengecekan serta biaya laporan penerimaan. Biaya pembongkaran dan pengecekan merupakan biaya yang timbul pada saat barang diangkut dan dipindahkan dari truk ke gudang. Biaya bongkar muat yang dikeluarkan setiap melakukan pesanan kira-kira Rp60.000. Biaya laporan penerimaan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan laporan penerimaan. yaitu sebesar Rp10.000. Sehingga total biaya penerimaan barang adalah Rp70.000.
c. Biaya pengangkutan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk transportasi pupuk dari supplier di Medan ke PT. Fajar Tetap Jaya. Jarak dari Medan ke Kabupaten Karo sejauh 76 km memerlukan biaya transportasi sebesar Rp110.000.
d. Biaya proses pembayaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembayaran ke pihak supplier. Pembayaran dilakukan per bulan melalui transfer bank setelah barang diterima. Biaya administrasi transfer bank adalah Rp13.000.
Data biaya pesan untuk sekali pemesanan dapat dilihat pada Tabel 4.4.