YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
PANTUN DALAM SUDUT PANDANGAN KESUSATRAAN MELAYU
--- Juswandi, Hermansyah, Tengku Muhammad Sum
Universitas Lancang Kuning
(Naskah diterima: 1 juni 2022, disetujui: 28 Juli 2022) Abstract
One of the characteristics of the Malay people is rhyming. Therefore, pantun has become a tradition at all moments, no matter what social status, people of rank or ordinary people, even if they don't read the rhyme, they become the name of the community, they are even said to be not Malay. Pantun is also delivered by newcomers when giving a welcoming speech or cheering to all audiences. Pantun is said to be a rhyme that has a sampiran so that when listening to rhymes it is beautiful and interesting. For those who understand how to read rhymes, of course, they meet the standards of rhymes, you should not cut rhymes. The purpose of writing this rhyme is to understand perfection and encourage it to be preserved, considering that the rhyme in the Lancang Kuning earth has succeeded in becoming an intangible culture which was inaugurated by Unisko several years ago.(2017).
keywords: interpret the poem
Abstrak
Salah satu ciri khas orang Melayu ialah berpantun.sebab itu pantun sudah mentradisi di segala momen momen apa saja,tak ketinggalan status sosialnya,orang berpangkat maupun kalangan masyarakat biasa, bahkan jika tidak membacakan pantun malah menjadi sebutan masyarkat,bahkan dikatakan tidak orang Melayu. Pantun juga disampaikan oleh pendatang ketika memberikan sambutan sambutan atau eluk elukan kepada segenap halayak.pantun yang dikatakan pantun yang memiliki sampiran sehingga ketika mendengar pantun indah dan menarik.bagi kalangan yang paham baca pantun tentulah memenuhi standar pantun sebaiknya jangan pantun sekerat. Tulisan pantun ini bertujuan agar memahami kesempurnaan dan mendorong untuk lestarikan mengingat pantun di bumi uni inlancang kuning sudah berhasil menjadi budaya tak benda yang diakui oleh unisko beberapa tahun yang lalu.(2017)
Kata kunci: Memaknai pantun I. PENDAHULUAN
eberagaman budaya Melayu teramat banyak: ada-istiadat, tradisi, perminan rakyat, pakaian
K
tradisonal, tanjak, tunjuk ajar, kuliner,masakkan dan lainnya. Pada kesempatan ini penulis focus kepada bentuk-bentuk Kesusasteraan Melayu Riau. Bicara Melayu
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
juga sangat luas. Penulis tentu membatasi khusus budaya Melayu dalam pantun. Karena pantun juga banyak dan umum, maka penulis membahas “Pantun Dalam Sudut Pandang Kesusasteraan Melayu” kita tahu bahwa budaya Melayu sangat identic dengan ajaran Islam. Artinya segala sesuatu yang berbicara tentang Melayu, maka di sana akan terlihat mengedepankan nilai-nilai Keislaman.muda- mudahan dengan tulisan ini akan memberikan sedikit pemahaman kita tentang pantun Melayu.
Pantun sebagai Pembuka kata
Masyarakat Melayu sudah terbiasa menggunakan pantun Ketika menyampaikan sesuatu baiak dalam tulisan maupun lisan. Ada kalanya di awal kata dan ada kalanya setelah pembuka kata, kita lihat pantun di bawah ini.
Pantun ini di baca sebelum acara di buka.
Alhamdulillah tambahan kalam Puji bagi Allah siang dan malam Sifat-Nya Wujud serta Qidam Awalnya kekal siang dan malam
Selawat dan salam ke atas junjungan Nabi Muhammad
Penghulunya kita sekalian ummat Pangkatnya tinggi dunia akhirat
Meliputi Selatan utara timur dan barat Pantun merupakan bentuk puisi lama dalam kesusastraan Melayu yang paling banyak diketahui orang. Pantun dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan setiap berbicara dalam momen apa saja. Pantun sudah menjadi perhatian, terutama setiap menyampaikan pidato, kalau tidak memakai pantun terasa ada yang kurang suatu pekerjaan.. sebagai mana pantun di bawah ini:
Secantik seelok inilah parak Tak berdasun barang sebuah Secantik seelok inilah awak Tak berpantun barang sebuah (Edi Ruslan Pe Amin Riza)
Pantun digunakan setiap saat berpidato oleh para pemuka masyarakat Melayu Riau.dengan demikian timbul pertanyaan kita dari mana mulainya pantun serta makna apa pula yang terkandung dalam pantun itu sendiiri, sehingga pantun bersebakti dalam kehidupan masyarakat Melayu. dalam hal ini beragam pendapat yang menyatakan pantun:
ada yang mengatakan pantun sama dengan
“umpama” seperti yang terdapat dalam masyarakat Melayu Riau. Ada juga yang berpendapat kata pantun berasal dari “pe- tuntun” (pa-tuntun sama artinta penuntun).
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
Selanjutnya menurut A.A Navis di dalam bukunya berjudul : Alam Terkembang Jadi Guru menjelaskan bahwa perubahan bunyi
“pa-tuntun” menjadi “pantun” adalah sesuatu yang lazim dalam Bahasa Melayu dan Minangkabau, seperti halnya yang terjadi pada kata-kata: rumput-rumput menjadi rerumput dan laki-laki menjadi lelaki. Pagar (A.A Navis) contoh yang berasal dari beberapa pantun Melayu menunjukkan bahwa kata sepantun sama dengan seumpama seperti misalnya pada ungkapan, “kami sepantun anak itik, kasih maka menjadi” atau tuan sepantun kilat cermin, di balik gunung tampak jua”.
Beberapa ahli Bahasa dan ahli antropologi berpendapat bahwa pantun merupakan lanjutan dari pertumbuhan peribahasa dan perumpamaan. Kalimat perumpamaan diberi pengantar yang bunyi dan maknanya sangat mirip. Kalimat pengantar bukan di dalam pantun di sebut sampiran. Sampiran dalam sebuah pantun adalah suatu kiasan dari isi pantun, sementara isi pantun adalah kiasan tentang sesuatu, kata A.A Navis sebagaimana yang dikutip Hamid Jabbar dalam makalahnya pantun tradisinya di Minangkabau yang dibentangkan pada
persidangan antara Bahasa pengajian Mengajian di Kuala Lumpur Malaysia pada tahun 1979. Bahkan secara lebih luas Chairun Harun berpendapat bahwa sampiran sebuah pantun mengungkapkan sesuatu dari dunia makro, sementara isinya mengungkapkan sesuatu dari dunia mikro.
Dalam ungkapan lama yang berbunyi:
“Kerbau tahan palu Manusia tahan kias”
menyimpulkan bahwa pantun ialah alat untuk membuat kias jikalau orang hendak mengemukakan pendapat tentang sesuatu dalam percakapan sehari-hari dalam masyarakat Melayu, cukup hanya menggunakan pantun. Dengan memakai pantun sang lawan bicara sudah dapat memaklumi apa yang dimaksud oleh sipembicara. Dengan demikian oantun sebagai salah satu alat komunikasi dalam mengemukakan pendapat atau melancarkan kritik terhadap seseorang yang cukup efektif.
Hal ini sudah mentradisikan pada masyarakat Melayu sejak zaman dahulu. Namun demikian kenapa pantun dan bukankah hasil kesusastraan yang lain?.
Berdasarkan hal tersebut terutama disebabkan karena pantun adalah hasil kesusatraan Melayu yang pandai menyindir
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
dengan cara halus tanpa rasa sakit kias yang dibiaskan oleh pantun yang langsung mencapau sasran atau pokok permasalahan tanpa menjatuhkan marwah orang di tuju.
Cara untuk mengemukakan pendapat dan melancarkan kritikkan seperti itu merupaka salah satu sikap orang Melayu Riau. Jadi bukanlah makna atau arti pantun itu sendir yang memperlihatkan sikap hidup sipemakainya, seperti yang berkembang selama ini pada sementara masyarakat Melayu.
Dalam salah satu pertemuan diskusi dengan tokoh Melayu (Tenas Effendy, 2014, mengemukakan bahwa sikap orang Melayu Riau yang suka berhiba-hiba dan perajuk sebagaimana pantun yang berbunyi:
Tudung periuk pandai lah menyanyi Ditarikan oleh putra mahkota Kain buruk berikan kami Untuk menyapu si air mata
Pantun di atas menjelaskan bahwa orang Melayu memiliki sifat merendahkan diri dengan berlarut dalam bentuk merajuk dalam peristiwa kejadian seorang bujang dara yang patah hati atau kecewa persoalan yang ia hadapi (Edi Ruslan Pe Aminriza,1986:359) dalam Masyarakat Melayu Riau Dan
Kebudayaannya. Sebahagian lagi menyatakan bunyi pantun di atas merupakan kerrendahan hati orang Melayu dalam kesehariannya dalam sosiaal masyarakatnya.
Pantun tudung periuk merupakan lambang yang terkandung didalamnya penuh tafsirang yang mengatakan bahwa pantun mengandung arti sikap hidup yang suka berhiba-hiba yang merajuk merupakan kesalahan dalam menafsirkan makna atau lambang-lambang.
Yang jelas dalam pantun tersebut menggambarkan sifat budi luhur bernilai kerugian menuju masa depan seseorang dalam masyarakat Melayu. Pantun dapat dipilih pilah kedalam lima jenis, yaitu: pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun suka dan pantun duka. Pantun adat menurut isinya di bagi kedalam pantun yang berkenaan dengan tata pemerintahan sistem dalam kepemimpinan, dan hukum. Selanjtnya ada pantun yang berisikan ejekan dan teka teki dalam contoh, pantun adat
Lebat daun pantang ditebang sudah berbuah lalu berdaun adat Melayu pantang dibuang sudah pusaka turun tenurun
pantun di atas menunjukkan bahwa adat kebiasaan yang dimliki dan berlaku
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
semenjak dahulu sampai sekarang masih berlaku dalam setiap berintereaksi dengan dengan sesame manusia dan ala ini terus bergulir sepanjang zaman. Membuktikan bahwa sifat orang Melayu di pantun di atas sesuatu yang sulit hilang dalam masyarakat orang Melayu.
Patah lancang kita sadaikan Supaya sampan tidak melintang Petuah orang kita sampaikan Suapaya badan tidak berhutang
Dari bait pantun di atas jelas bahwa pantun memang tidak pernah terlupakan oleh masyarakat Melayu, segala tindak tanfuk dari beragama persoalan di tengah-yengah masyarakat pantun sebagai pengiring dan senjata dalam berbaur berbicara menyampaikan sesuatu keinginan seseorang untuk menyampaokan tujuan. Artinya pantun betul-betul sudah menjadi darah daging orang Melayu. Segala akpersoalan dalam kehidupan orang Melayu pantunlah yang dikedepan untuk sebagai pengantar kata, sekali gus menjadi nasehat dalan bersosial bermasyarakat, lihat pantun di bawah ini pantun yang bersifat memberikan nasehat nasehat khusus dalam bentuk berumah tangga
Burung punai memakan saga
Saga merah besar batangnya Rukun dan damai di rumah tangga Amal ibadat jadi tiangnya
Segala puncak persoalan rumah rumah tangga, tentu didukung oleh amal,ibadah seseorang, bukan hanya sekedar ucapan belaka yang terpenting lakukan kebaikan- kebaikan yang dimulai dari rumah tangga masing-masing, dan alan tervermin kuga di dalam masyarakat secara umum.
Didalam pantun terhadap pandangan orang Melayu pada setiap sosial kemasyarakatan dalam bentuk kesusastraan Melayu terkandung banyak manfaat beserta petuah-petuah baik dari pandangan agama, adat dan marwah yang juga dapat berpaedah nasehat lainnya. Dapat kita lihat dalam pantun berikut ini:
Bila pantun tersalah paham Yang halal menjadi haram Yang timbul menjadi tenggelam Lambat laun hidup pun karam (Tenas effendy 1993:8).
Pantun telah berhasil menjadikan bagian terpenting bagi kehiudupan orang Melayu. Ini terbukti bahwa kehidupan masyarakat orang Melayu pada zaman silam, ternyata mereka menjadikan pantun sebagai
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
salah satu sarana keistimewaan yang dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat Melayu.
Pantun juga memberikan ciri khas orang Melayu menjadikan pantun bentuk kepiawaian dan kebijaksanaan orang-orang terdahulu menyampaikan sesuatu dengan perentaraan pantun. pantun bukan hanya sekedar keindahan ketika di dengar oleh orang lain justru pantun dapat menghasilkan makna yang terkandung didalamny, namun terdapat juga kewibawaan seseorang untuk menjaga imej, dengan menyampaikan secara tidak langsung namun tepat sasaran, dengan buah pikiran dan pengucapan hasrat yang muncul termasuk pada rentak, dan bunyi serta pantun juga merupakan ‘a universe in widon’
(Daelle,1988) dalam (Nik Shafiah Karim.1993:243).
Selanjutnya pantun adalah salah satu bentuk sastra lisan orang Melayu yang sampai sekarang masih hidup dan lestari. Pantun bukan saja digunakan sebagai sarana untuk menghibur, sindir menyindir, melempiaskan rasa rindu,, dendam, sakit hati kepada seseorang, namun pantun lebih menukik kepada kemanfaatan dari tunjuk ajar orang Melayu (Tenas Effendy, 1993:1).berikut pantun ikut memberikan kontribusi dalam hal
pengakuan orang Melayu terhadap keesaan Allah Swt terpantul bait pantun di bawah ini:
Dengan bismillah pekerjaan dimulai Arrahman Arahim sifat Rabbani Pengasih penyayang di dunia ini Memberi nikmat banyak rezki
Pantun di atas merupakan pantun yang mengandung nilai kesusastraan Melayu.
Sebagai orang Melayu nilai keIslaman yang bersebakti dengan kehidupan orang Melayu.
Sebagai mana dalam ungkapan orang Melayu
“adat bersandikan Syara, Syara Bersandikan Kitabullah”. Artinya orang Melayu sebagai acuan hidup orang Melayu (Tenas Effendy) ciri-ciri orang Melayu ada tiga :
1. Berbahasa Melayu 2. Beradat Melayu dan 3. Beragama Islam.
Sebagai mana dalam ungkapan orang Melayu “Agma mengata, Adat memakai”
artinya agama Islam yang memberikan penjelasan-penjelasan tentang apa saja yang dihadapi oleh manusia sebagai hamba Allah di muka bumi ini, mengacu kepada norma-norma atau pun rambau-rambu yang suidah ditetapkan hendaknya diikuti agar tujuan hidup di dunia dan akhirat tetap selamat.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
Selanjutnya dapat kita lihat dalam pandangan orang Melayu terhadap kehidupan manusia tetap selamat dalam segi Pendidikan.
Pendidikan di dalam ungkapan orang Melayu
“Kalau hendak melentur bambu seeloknya dari rebung” maksudnya dalam rangka untuk mendidik seseorang hendaklah dari kecil sebagaimana nukilan orang Melayu ”belajar di waktu kecil bagai menukil di atas batu.
Belajarlah sudah deawasa bagai menukil di atas air” agar besa akan menjadi orang berguna, baik bagi keluarganya dan masyarakatnya. Untuk itu orang memberikan Pendidikan terhadap masyarakatnya jangan belajat setelah besar sulit untuk mendapatkan ilmu, maka belajarlah dari kecil.orang Melayu memberikan Pendidikan dari kecil dengan cara menyuruh anaknya mengaji ke masjid atau kesurau-suarau
Dari kecil nak cincilak padi Sesudah besar cincilak padang Dari kecil nak duduk mengaji Sesudah besar tegak sembahyang Ini salah satu bentuk kepedulian orang Melayu terhadap anak-anak. Menunjukkan kepiawaianya membangun diri untuk menuju kebaikan di dalam menjalankan kehidupannya di dunia dan akhirat. Maka dalam masyarakat
orang Melayu dianjurkanlah agar anak di didik semenjak kecil supaya setelah besar menjadi orang yang berguna.
Selanjutnya yang tak kalah pentingnya lagi prinsip orang Melayu, setelah mau belajarm maka perlu berhati-hati mencari guru. Mencari guru tidak boleh asal-asalan saja, carilah guru yang benar-benar paham dan tidak sembarangan orang. Sebagai mana pantun di bawah ini:
Berburu kepadang datar Dapat rusa belang kaki Berguru kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi
Menurut (Tenas Effendy>1993:2) ternyata masyarakat Melayu khususunya di Riau, pada umumnya pantun ini dinyanyikan oleh orang tuanya ketika anak di buayan menjelang tidur tersebut. pantun namun dapat juga untuk dinyanyikan sebagai penghibur bayi atau anak seperti:
Pisang emas bawa belayar Masak sebijik di atas peti Hutang emas dapat di bayar Hutang budi di bawa mati
Pantun di atas menunjukkan membe- rikan nasehat dengan mennamkan budi luhur yang baik kepada anak-anakmya. Agar jalan
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
kehidupan selamat dan akhirat. Artinya sebagai manusia tentu memilikii potensi untuk berbuat baik dengan sesame, sehingga kita berteman dengan baik-baik juga selama hayat kita pasti dikenang sebagai orang baik. Tapi sebaliknya bila kita tidak baik atau jahat orang akan menjauhi kita selama-lamanya dan sampai mati pun orang akan ingat keburukkan
Pulau pandan jauh ketengah Di balik pulau angsa dua Hancur badan di kandung tanah Budi yang baik di kenang jua
Simpan bilangan di dalam peti Masuk sembahyang di hari jumaat Barang siapa yang mungkir akan janji Bukan ummatnya Nabi Muhammad
Bismillah itu permulaan kalam Rahman dan Rahim bukti pujian Kita manusia hanyalah merencanakan Nasib baik buruk di tangan Tuhan Selengkapnya pantun terdiri daripada dua bahagian: yaitu pembayang maksud dan maksud, atau tentang ada dan tiada hubungan keduanya, contoh maksud yang berperan sebagai persediaan kepada pikiran utama dalan bait pantun. Sebab pantun awalnya
dihayati orang melalui deria (memudahkan untuk berkomunikasi) yang ditekankan pada pendengaran, bukan deria penglihatan, seperti cerpen, nopel. oleh sebab itu deria suatu pandangan yang ditekankan dan pada umumnya ia akan berbentuk pantun yang tampak pada dua baris pembayang maksud diikuti oleh dua baris maksud. Maka susunan kata pantun lazimnya terdiri dari perkataan- perkataan yang tidak abstrak, tetapi yang sebaliknya banyak yang berpijak kepada alam nyata. (Op.Cit:1993:244). Imajinasi yang digunakan oleh masyarakat Melayu pada umumnya menggunakan, baik dalam pembayang maksud maupun maksud, ini dapat kita lihat dalam bentuk sederhana seperti contoh-contoh dalam kata pantunya kepada alam kehidupan sekitarnya, seperti flora dan fauna, tumbuh-tumbuhan, bunga- bungaan, buah-buahan dan berbagai jenis tumbuhan lainya. Sebagaimana dalam pantun berikut ini:
Limau purut lebat kepangkal Sayang selisih condong uratnya Angin rebut dapat ditangkal Hati yang kasih apa obatnya
Putik pauh delima batu
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
Anak sembilang di tapak tangan Tuan jauh di negeri orang Hilang di mata di hati jangan
Bunga melur bunga melati Suntingan anak panglima perang Budi sedikit ku bawa mati Harta yang tinggal untuk orang
Artinya asfek pantun yang bersifat ringkas, padat. pantun hendakklah disampaikan dalam empat baris, kecuali pantun dua, dua, enam dan lapan kerat atau pantun berkait. Oleh sebab itu susunan dan pilihan kata yang perlu diperhatikan oleh seorang ahli pantun. Sukses atau tidaknya seorang ahli pantun ialah dengan menghasilkan buah pikiran bernas dan berkesan serta penuh keindahan.
Pandanagn alam semesta bagi masyarakat Melayu sangat berpengaruh kepada jauh sebelum masuknya agama besar dunia kealam Melayu itu sendiri, seperti sestem kepercayaan Melaayu, sistem tradisi Melayu dan Budaya Melayu. Ketiga-tiga hal ini sangat bergantung kepada hubungan horizontal antara Sang pencipta Alam dengan manusia sebagai khalifah, hubungan sesame
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan hewan, hubungan manusia hewan dengan tumbuhan, sehingga alam ini menjadikan guru.
Bunga kiambang di sungai Duku Di ambil orang jadi mainan
Kalau nak tahu pandangan hidup orang Melayu
Alam terbentang jadikan guru
Orang Melayu memandang alam ini sebagai tempat persinggahan sementara, sebab orang Melayu memiliki konsep bahwa ada lagi alam yang mesti di tempuh yaitu alam akhirat, di sanalah tempat mereka Kembali untuk selama-lamanya, Dalam rangka itulah masyarakat Melayu akan banyak berintereaksi mencari keselamatan menuju kampung akhirat.
Layang-layang bertali benang Benang putus sampai kedarat
Pandangan orang Melayu sangatlah terang
Kampung akhirat tempat berakhirnya.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (97-106)
DAFTAR PUSTAKA
Ediruslan Pe Aminriza Dan O.k Nizami Jamil, 1986. Masyarakat Melayu Riau Dan Kebudayaannya. Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat 1 Riau Pekanbaru.
Nik Safiah Karim, 1993. Segemal Padi Sekunca Budi. Pengajian Akademi Melayu. As-safi Taman Intan,Klang Malaysia.
Tenas Effendy, 1993. Pantun Sebagai Media Daqwah Tunjuk Ajar Melayu.
Pemerintah Daerah Tingkat 1 Provinsi Riau.
Rogayah A.Hamid, 2006. Pandangan Semesta Melayu. Dewan Bahasa Dan Pustaka Kuala Lumpur