• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Nining Yuningsih, 2014

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN

SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP

PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

Nining Yuningsih NIM.1002506

Pembimbing I: Dr.Setiya Utari, M.Si.

Pembimbing II : Arif Hidayat, S.Pd., M.Si. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peningkatan scientific reasoning siswa SMP sebagai hasil penerapan pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry, serta mendapatkan gambaran profil scientific reasoning siswa mengenai pembelajaran pada topik pesawat sederhana. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experimental dengan desain “one group design pretest posttest” yang dilaksanakan di salah satu SMP di kabupaten Bandung Barat. Analisis penelitian dengan menggunakan effect size menghasilkan nilai 0,8 yang dinyatakan pada kategori besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan scientific reasoning. Dimensi deductive reasoning meningkat dengan effect size 0,4 dengan kategori sedang, dimensi correlational reasoning memiliki effect size 0, dimensi control of variables meningkat dengan effect size 1,2 dengan kategori besar, dimensi hypothetical deductive reasoning meningkat dengan effect size 0,6 dengan kategori sedang, dimensi causal reasoning meningkat dengan effect size 0,5 dengan kategori sedang. Hasil analisis profil scientific reasoning menunjukkan bahwa siswa memiliki masalah dalam menjawab soal yang ditunjukkan dengan adanya ketidaksesuaian jawaban antara pertanyaan konten dengan alasan.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Levels of Inquiry ... 6

B. Kemampuan Scientific Reasoning ... 9

C. Dimensi Scientific Reasoning ... 10

D. Hubungan Level of Inquiry dengan Scientific Reasoning ... 14

BAB III. PENDEKATAN PENELITIAN A. Lokasi dan Sample Penelitian ... 17

B. Desain Penelitian ... 17

C. Metode Penelitian ... 18

(3)

E. Instrumen Instrumen ... 19

F. Teknik Pengumpulan Data ... 20

G. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian ... 21

H. Teknik Analsis Instrumen ... 22

I. Prosedur Penelitian ... 29

J. Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. ... D eskripsi Peningkatan Scientific Reasoning ... 34

2. Deskripsi Peningkatan Pada Masing-Masing Dimensi Scientific Reasoning ... 35

3. Deskripsi Profil Scientific Reasoning ... 37

4. Deskripsi Peningkatan Pada Masing-Masing Dimensi Scientific Reasoning ... 39

a. ... Deductive Reasoning ... 39

b.... Correlational Reasoning ... 40

c. ... Control of Variables ... 40

d.... Hypothetica Deductivel Reasoning ... 41

e. ... Causal Reasoning ... 42

4. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry... 43

B. Diskusi dan Pembahasan ... 47

(4)

2. Dimensi Scientific Reasoning ... 49

3. Profil Scientific Reasoning ... 52

4. Profil Masing-Masing Dimensi Scientific Reasoning ... 53

a. ...

Deductive Reasoning ... 53

b....

Correlational Reasoning ... 55

c. ...

Control of Variables ... 56

d...

Hypothetica Deductivel Reasoning ... 59

e. ...

Causal Reasoning ... 61

5. ... K

eterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto S,

2010:174). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dimaksudkan untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Sampel penelitian adalah siswa

kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Daerah Kabupaten Bandung. Sekolah ini

merupakan salah satu sekolah yang perbah menyandang status sebagai Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), sehingga jumlah siswa setiap kelas tidak

lebih dari 28 siswa. Hal inilah yang membuat kondisi sekolah lebih kondusif

meskipun berada di daerah kabupaten dan lebih memungkinkan untuk melakukan

pengawasan selama proses pembelajaran terutama selama eksperimen

berlangsung. Selain itu sample dipilih berdasarkan penerapan kurikulum di

sekolah tersebut. Sehingga teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling yakni pemilihan sampel berdasarkan informasi yang didapatkan, peneliti

percaya bahwa sampel merupakan representatif dari populasi. Hal ini

diungkapkan oleh Fraenkel, Wallen dan Hyun dalam How to Design and Evaluate

Research in Education (2012, hlm. 100). “Researchers assume they can use their

knowledge of the population to judge whether or not a particular sample will be

representative”.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group

pretest-posttest design. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Fraenkel, Wallen dan Hyun

dalam How to Design and Evaluate Research in Education (2012, hlm. 267). “In

(6)

Berikut adalah tabel one group pretest-posttest design :

Tabel 3.1.

One Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Keterangan :

O1 = Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan (treatment)

X = Penerapan Levels of Inquiry

O2 = Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan (treatment)

Pada desain ini, peningkatan scientific reasoning siswa dapat dilihat

dari hasil pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum siswa mendapatkan

perlakuan, yaitu penerapan levels of inquiry. Setelah mendapatkan data

melalui pretest, perlakuan diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.

Peningkatan scientific reasoning dapat dilihat melalui perbedaan hasil

pretest dan posttest.

C. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan level of inquiry pada

pembelajaran fisika. Adapun metode yang digunakan adalah metode

pre-experimental (nondesign). Pre-pre-experimental merupakan pendekatan yang masih

terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen (Sugiyono, 2007, hlm. 74).

D. Definisi Operasional

1. Levels of Inquiry

Wenning (2011) menjelaskan levels of inquiry sebagai pembelajaran

yang kemudian menjelaskan secara lengkap urutan pembelajarannya. Urutan

proses pembelajarannya meliputi discovery learning, interactive

(7)

Dengan pembelajaran tersebut, guru akan membantu siswa mengembangkan

intelektual dan kemampuan proses sains siswa. Pada penelitian ini,

berdasarkan jenjang sekolah yakni sekolah menengah pertama (SMP), maka

proses pembelajaran hanya akan meliputi urutan discovery learning,

interactive demonstrations, inquiry lessons, dan inquiry labs. Untuk

melihat keterlaksanaan levels of inquiry digunakan traskrip rekaman video

penerapan levels of inquiry.

2. Scientific Reasoning

Scientific reasoning dapat dipahami sebagai sebuah kemampuan

yang diperlukan dalam menerima hasil proses ilmiah seperti kemampuan

untuk mengumpulkan dan menganalisis fakta, yang digunakan untuk

menghasilkan suatu paduan fakta yang didasarkan argumen (Koenig, 2012,

hlm. 2). Berdasarkan jenjang sekolah dan materi yang akan diajarkan, maka

dimensi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah control of

variables, inductive reasoning, correlational reasoning, causal reasoning,

dan hypothetical-deductive reasoning. Untuk menentukan seberapa besar

peningkatan scientific reasoning siswa digunakan Tes Modified Lawson

Classroom Test Scientific Reasoning (MLCTSR) disesuaikan dengan konten

mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum (Koenig, 2012, hlm.5) dan

dianalisis dengan menggunakan effect size Cohen (d).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), digunakan sebagai panduan

selama proses pembelajaran berlangsung. Rencana pelaksanaan

pembelajaran disesuaikan dengan tahapan levels of Inquiry dimensi

(8)

2. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kerja siswa digunakan untuk membantu melatihkan kemampuan

scientific reasoning siswa selama proses pembelajaran. Lembar Kegiatan

Siswa disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran tahapan pada

Levels of Inquiry dan dimensi scientific reasoning yang dilatihkan.

3. Tes Scientific Reasoning

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

(Arikunto, 2010, hlm.193). Digunakan pada saat pretest dan posttest untuk

mengetahui scientific reasoning siswa pada materi pesawat sederhana

dengan bentuk soal yaitu soal pilihan ganda yang diadopsi dan diadaptasi

dari Lawson Classroom Test Scientific Reasoning (LCTSR). Setiap butir soal

pada tes tersebut digunakan untuk mengukur aspek kemampuan scientific

reasoning siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Literatur

Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau

permasalahan yang ditemukan. Manfaat dari studi pendahuluan ini adalah

untuk mengetahui dengan pasti apakah penelitian dapat dilakukan atau

tidak, serta mengetahui dengan pasti mengenai apa yang akan diteliti.

2. Tes Scientific Reasoning

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2010,

hlm.193). Digunakan pada saat pretest dan posttes untuk mengetahui

(9)

dengan bentuk soal yaitu soal pilihan ganda dan essay yang diadopsi dan

diadaptasi dari Lawson Classroom Test Scientific Reasoning (LCTSR).

Setiap butir soal pada tes tersebut digunakan untuk mengukur aspek

kemampuan scientific reasoning siswa. Tes Modified Lawson Classroom

Test Scientific Reasoning (MLCTSR) disesuaikan dengan konten mata

pelajaran yang terdapat dalam kurikulum (Koenig, 2012, hlm.5). proses

pemberian skor menggunakan skema skor-pasangan yang berarti jika siswa

menjawab kedua pertanyaan dengan benar (konten dan alasan) mendapat

skor 1 (Han, 2013, hlm 72-73).

3. Transkrip Pembelajaran

Transkrip pembelajaran merupakan denskripsi dialog-dialog yang

terjadi selama proses pembelajaran dengan pendekatan levels of inquiry.

Transkrip pembelajaran dapat berupa rekaman, video, ataupun foto selama

pembelajaran berlangsung. Hasil transkrip pembelajaran dapat digunakan

untuk mendukung, memperkuat, serta mempertajam hasil dan analisis.

G. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan dan profil scientific reasoning siswa,

Penyusunan alat ukur menggunakan Modified Lawson’s Classroom Test of

Scientific Reasoning (MLCTSR) yang disesuaikan dengan materi pembelajaran

yang sudah ditetapkan oleh kurikulum.

Dimensi yang dirumuskan oleh Lawson dikembangkan oleh Jing Han yang

awalnya sebanyak lima menjadi tujuh. Kemudian dianalisis dan dipilih beberapa

dimensi yang disesuaikan dengan objek penelitian yakni, siswa tingkat SMP

kelas VIII. Selanjutnya proses pembuatan Modified Lawson’s Classroom Test of

Scientific Reasoning (MLCTSR) disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan

selama penelitian berlangsung dengan bimbingan dosen pembimbing. Dengan

arahan dosen pembimbing, kemudian Modified Lawson’s Classroom Test of

Scientific Reasoning (MLCTSR) di judgement kepada dosen yang ahli

(10)

Reasoning (MLCTSR) diujikan ke lapangan. Validitas dan reliabilitasnya dihitung,

kemudian dipilih soal yang akan di ujikan pada pretest dan posttest dengan

bimbingan dosen pembimbing.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan

instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan mata pelajaran Fisika SMP kelas

VIII yang disesuaikan dengan kurikulum yang sedang digunakan.

2. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai kisi-kisi

yang telah dibuat.

3. Melakukan judgement kepada dua orang dosen yang telah didiskusikan

dan disetujui oleh dosen pembimbing.

4. Melakukan uji coba instrument.

5. Menganalisis butir soal meliputi uji validitas soal, reliabilitas, daya

pembeda, dan tingkat kesukaran.

6. Menentukan soal yang akan digunakan dan soal yang tidak akan

digunakan.

7. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terakit soal yang akan

digunakan untuk tes saat melakukan penelitian.

H. Teknik Analisis Instrumen

Instrument penelitian tes dapat digunakan apabila telah teruji validitas dan

reliabilitasnya. Oleh karena itu sebelum diberikan kepada sampel penelitian maka

instrument harus diujicobakan terlebih dahulu. Setelah diujicobakan maka

instrument ini dianalisis tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan

reliabilitasnya.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih

memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila tes

(11)

bahwa sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010, hlm. 211). Uji validitas

butir soal dilakukan dengan teknik korelasi product moment dengan angka

kasar yang dikemukakan Pearson sebagai berikut :

(1)

Dengan :

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

= skor tiap butir soal

= skor total tiap butir soal

N = jumlah siswa

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari

perhitungan diatas, digunakan kriteria validitas butir soal seperti yang

ditunjukkan pada tabel berikut: (Arikunto, 2009, hlm.75):

Tabel 3.2.

Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah 0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2009, hlm.75)

2. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut

memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2009, hlm.86). Hasil pengukuran

(12)

meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang

berbeda pula. Tidak berpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi.

Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan pendekatan belah dua

atau split-half method. Rumus produk moment dengan angka kasar dari Karl

Pearson, yaitu :

Dengan:

n : banyak subjek

x1 : kelompok data belahan pertama, dan

x2 : kelompok data belahan kedua

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas alat evaluasi keseluruhan

Spearman Brown mengemukakan rumus :

Di mana :

merupakan korelasi antara skor-skor setiap belahan tes dan

merupakan koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan. Tolak ukur

untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat menggunakan

tolak ukur yaitu:

Tabel 3.3.

Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

(13)

3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sulit.

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya

suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 (sukar) sampai 1,00

(mudah). Rumus mencari indeks kesukaran adalah :

(4)

keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.4.

Klasifikasi indeks kesukaran

Indeks

kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,3 1– 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009, hlm.207)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Indeks

ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Berbeda dengan tingkat kesukaran,

pada indeks diskriminasi terdapat tanda negative(-). Tanda negative

digunakan jika suatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee. Rumus

(14)

(5)

Keterangan :

D : daya pembeda

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan

benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.5.

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya pembeda Kategori

0,71 – 1,00 Baik sekali

0,41 – 0,70 Baik

0,21 – 0,40 Cukup

0,00 – 0,20 Jelek

(15)

Hasil Uji Instrumen

RELIABILITAS BELAHAN = 0,41  Cukup

RELIABILITAS TOTAL = 0,58  Cukup

Tabel 3.6.

Hasil Uji Instrumen

No

Soal

Daya pembeda Taraf Kesukaran Validitas

keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,06 jelek 0,36 Sedang 0,22 Rendah Diperbaiki

2 -0,11 jelek 0,94 Mudah 0,13 Sangat

Rendah Dibuang

3 0,00 jelek 0,17 Sukar -0,23 Tidak

Valid Dibuang

4 0,11 jelek 0,17 Sukar 0,29 Rendah Diperbaiki

5 0,33 cukup 0,67 Sedang 0,34 Rendah Dibuang

6 0,39 cukup 0,47 Sedang 0,41 Sedang Dipakai

7 0,11 jelek 0,33 Sedang 0,37 Rendah Diperbaiki

8 0,17 jelek 0,53 Sedang 0,29 Rendah Dibuang

9 0,28 cukup 0,36 Sedang 0,45 Sedang Dipakai

10 0,17 jelek 0,81 Mudah 0,34 Rendah Dibuang

11 0,06 jelek 0,81 Mudah 0,15 Sangat

rendah Diperbaiki

12 0,5 baik 0,64 Sedang 0,57 Sedang Dipakai

13 0,28 cukup 0,75 Mudah 0,46 Sedang Dibuang

14 -0,17 jelek 0,31 Sedang 0,09 Sangat

rendah Dibuang

(16)

(Lanjutan)

Tabel 3.6

Hasil Uji Instrumen

No

Soal

Daya pembeda Taraf Kesukaran Validitas

keterangan Nilai Kriteria Nilai Nilai Kriteria

16 0,39 cukup 0,36 Sedang 0,49 Sedang Dipakai

17 0,22 cukup 0,5 Sedang 0,38 Rendah Dibuang

18 -0,06 jelek 0,19 Sukar -0,12 Tidak

valid Dibuang

19 0,22 cukup 0,50 Sedang 0,21 Rendah Dipakai

20 0,28 cukup 0,86 Mudah 0,66 Tinggi Dipakai

21 0,22 cukup 0,22 Sukar 0,17 Sangat

rendah Dibuang

22 0,56 baik 0,50 Sedang 0,58 Sedang Dibuang

23 0,56 baik 0,67 Sedang 0,74 Tinggi Dipakai

24 0,50 baik 0,64 Sedang 0,59 Sedang Dibuang

25 0,44 baik 0,61 Sedang 0,59 Sedang Dipakai

26 0,28 cukup 0,31 Sedang 0,04 Sangat

rendah Dipakai

27 0,06 jelek 0,08 Sukar 0,18 Sangat

rendah Dibuang

(17)

I. Prosedur Penelitian

Tahap persiapan penelitian

1. Menentukan sekolah tempat penelitian

2. Membuat surat izin studi pendahuluan

3. Menghubungi pihak sekolah dan guru fisika

4. Melaksanakan studi pendahuluan di sekolah yang dijadikan tempat

penelitian, meliputi penyebaran angket untuk siswa dan wawancara dengan

guru dan siswa.

5. Studi literature mengenai hal-hal yang akan dikaji.

6. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang akan digunakan

dalam penelitian

7. Merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian

8. Menetapkan sampel penelitian.

9. Menyiapkan perangkat pembelajaran mengenai pokok bahasan yang akan

dijadikan materi penelitian dan di sesuaikan dengan pembelajaran Level of

Inquiry

10. Membuat dan menyusun instrumen penelitian untuk pretest dan posttest

11. Menilai instrumen penelitian

12. Merevisi kembali hasil penilaian

13. Melakukan uji coba instrumen

14. Melakukan revisi pada instrumen

Tahap pelaksanaan

1. Memberikan pretest kemampuan hasil belajar kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol

2. Memberikan treatment yaitu pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan levels of inquiry untuk kelas eksperimen dan pendekatan

konvensional atau ceramah untuk kelas kontrol. Treatment dilaksanakan

(18)

3. Memberikan posttest berupa tes kemampuan hasil belajar kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol sesudah dilakukan treatment.

Tahap Akhir

1. Mengolah data hasil pretest dan posttest

2. Menganalisis dan membahas hasil penelitian.

3. Menarik kesimpulan

Gambaran Alur Penelitian

Pengolahan data, analisis data, kesimpulan, dan rekomendasi Pretest

Penggunaan pendekatan levels of inquiry

Postest

Melaksanakan Studi literatur & studi kurikulum

Mengembangkan instrumen penelitian Menyiapkan perangkat pembelajaran Merumuskan masalah & Menetapkan sampel penelitian

Menentukan sekolah tempat penelitian

Membuat surat izin studi pendahuluan, Menghubungi pihak sekolah dan guru fisika

Melaksanakan studi pendahuluan

Penilaian instrumen, revisi instrumen

(19)

J. Analisis Data

1. Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran

Keterlaksanaan model pembelajaran dilihat dari hasil rekaman aktivitas atau

proses pembelajaran berlangsung. kemudian dianalisis melalui video yang telah

merekam proses pembelajaran berlangsung. dari sini daat terlihat sejauh mana

keterlaksanaan pendekatan yang diterapkan.

2. Tes Scientific Reasoning

Untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan

sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan effect size. Perhitungan

effect size dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan achievement

siswa setelah diterapkan metode levels of inquiry. Rosenthal (dalam Dunst, C.J,

dkk, 2004, hlm.1) menyatakan bahwa “an effect size is a measure of the

magnitude of the strength of a relationship between an independent (intervention) and dependent (outcome) variable”. Goverment South of Australia meliris bahwa effect size adalah sebuah pengukuran terhadap sample untuk mengkuantitatifkan

perbedaan antara dua grup atau grup yang sama salam pada skala yang umum.

Dalam pendidikan, effect size merupakan salah satu cara mengukur efektivitas

sebuah perlakuan. Effect size memungkinkan kita untuk mengukur peningkatan

(gain) prestasi pada sebuah grup pembelajar dan variasi performa siswa dengan

melihat skala standarisasi. Selanjutnya diungkapkan oleh Daniel (2012) bahwa

untuk mengukur effect size sering digunakan dalam eksperimen dimana

membandingkan satu rata-rata dengan satu sample yang lainnya, yakni Cohen’s

d, didefinisikan sebagai

(untuk populasi) (6)

(20)

Untuk menentukan formula yang akan digunakan, maka terlebih dahulu

menghitung korelasi antara baseline (pretest) dengan intervention (posttest)

dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

Nilai korelasi yang diperoleh kemudian diinterpretasi sesuai dengan Tabel

3.2 sebelumnya. Dengan perhitungan korelasi maka peneliti dapat menentukan

rumusan yang digunakan untuk menghitung besar effect size.

Karena korelasi yang diperoleh termasuk kategori kecil, maka rumus effect

size yang digunakan adalah sebagai berikut:

(9)

Cohen (dalam Duns, dkk. 2004, hlm. 6)

Dengan d = effect size, = mean posttest, mean pretest, =

standar deviasi pretest dan = standar deviasi posttest

Selain itu, Formula Effect Size untuk desain eksperimen yang biasanya

digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Formula Effect Size

Group Pretraining Posttraining

Effect size for pretest/posttest with control group designs

(ESPPWC)

Training T1 T2

Control C1 C2

(21)

(Lanjutan)

Tabel 3.7

Formula Effect Size

Effect size for posttest only with control group designs (ESPOWC)

Training — T2

Control — C2

d = (T2 - C2)/ST2C2 = ESPPWC

Effect size for single group pretest/posttest designs (ESSOPP)

Training T1 T2

Control — —

d = (T2 - T,)/ST1 = ESPPWC

(Carlson dan Schmidt, 1999, hlm.852)

Sedangkan untuk interpretasi dari nilai effect size yang didapatkan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.8.

Interpretasi Effect Size

Batasan Kategori

0,0 - 0,1 Tidak berpengaruh

0,2 – 0,4 Kecil

0,5 – 0,7 Sedang

0,8 – tak hingga Besar

(22)
(23)

73

DAFTAR PUSTAKA

Ammer, at all. (2005). Basic Proficiencies in Scientific Reasoning.

Forsburg State University

Arikunto S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitin. Jakarta: Rineka Cipta.

Bao, dkk. (2009). Learning and Scientific Reasoning. 323.

sciencemag.org

Bao, dkk. (2012). International Partnership of Education Reasearch an

Communication (IIPERC). [online]. Tersedia:

www.iperc.org/home/reasearch-sr/. [Diakses Januari 2014]

Becker, L. (2000). Effct Size(ES). http://web.uccs.edu/lbecker/Psy590/es.htm

Carlson, K.D., Schmidt, F.L. (1999) Impact of Experimental Design on

Effect Size: Findings From the Research Literature on Training.

American Psychological Association, Inc, 6 (84), hlm. 851-862.

Dunst, C.J,dkk. (2004). Guidelines for Calculating Effect Sizes for

Fraenkel, J., Wallen, N., Hyun, H., (2012) How to Design and Evaluate

Research in Education. New york : McGraw-Hill.

Han, Jing. (2013). Scientific Reasoning: Research, Development, And

(24)

74

Joyce, B., weil, M., dan Calhoun, E. (2009) Models of Teaching. Boston :

Pearson Education, Inc

Koenig, K., Schen, M., dan Bao, L. (2012) Explicitly Targeting

Pre-service Teacher Scientific Reasoning Abilities and Understanding

of Nature of Science through an Introductory Science Course. 21

(2), hlm. 1-9.

Lawson, A.E. 1992. The Development of Reasoning Among College

Biology Student A Review of Research. Journal of College Science

Teaching, 21 (6), hlm. 338-346.

Wenning, Carl. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical

practices and inquiry processes. J. Phys. Tchr. Educ. Online

Wenning, Carl. J. (2011). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal Physics Teacher Education Online, 6(2), hlm. 9-16.

Zimmerman, Corinne (2007).The Development of Scientific Reasoning

Skills: What Psychologists Contribute to an Understanding of

Elementary Science Learning. Illinois State University

Zimmerman, Corinne (2007). The development of scientiWc thinking skills

Gambar

Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ainsi, des problèmes subsistent en ce qui concerne la désignation du comité de direction, en matière de surveillance de l’indépendance du personnel, de transparence dans les

Agar pembelajaran menulis puisi epik pada siswa kelas VIII menjadi.. sebuah pembelajaran menyenagkan dan menarik, penulis memanfaatkan

menguji pengaruh toleransi akan resiko, dorongan keberhasilan diri, kebebasan dalam bekerja dan latar belakang.. pekerjaan orang tua terhadap minat berwirausaha

Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk. membuat

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak usia

Orang dan proses secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan berkunjung dan dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Adjusted R

Kerajaan adalah sistem yang tidak benar dalam pandangan pemikiran Hizbut Ideologi politik Hizbut Tahrir adalah Islam dengan menerapkan hukum.. Islam dalam

Bila transformator didesain dengan standar IEC dengan suhu sekitar 20 0 C tetapi beroperasi di Indonesia dimana suhu lingkungan sekitar 30 0 C maka trafo tersebut harus