• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanggung Jawab Bambang Utoyo. Ketua Penyunting Tendas Teddy Soesilo. Wakil Ketua Penyunting Jarwoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penanggung Jawab Bambang Utoyo. Ketua Penyunting Tendas Teddy Soesilo. Wakil Ketua Penyunting Jarwoko"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan adalah jurnal ilmiah,

Diterbitkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur Terbit dua kali setahun, yakni setiap bulan Juni dan Desember

Penanggung Jawab Bambang Utoyo Ketua Penyunting Tendas Teddy Soesilo Wakil Ketua Penyunting

Jarwoko

Penyunting Pelaksana

Prof. Dr. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd., Prof. Dr. Husaeni Usman, M.Pd.,MT., Dr. Edi Rachmad, M.Pd., Dra. Siti Fatmawati, MA, Drs. Ali Sadikin, M.AP, Drs. Masdukizen, Dra.Pertiwi Tjitrawahjuni, M.Pd.,Dr. Sugeng, M.Pd., Andrianus Hendro Triatmoko,Dr.

Pramudjono, M.S.

Sirkulasi Sunawan Sekretaris Abdul Sokib Z.

Tata Usaha

Heru Buana Herman,Sunawan,

Alamat Penerbit/Redaksi : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsii Kalimantan Timur, Jl. Cipto Mangunkusumo Km 2 Samarinda Seberang, PO Box 218

• Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan diterbitkan pertama kali pada Juni 2007 oleh LPMP Kalimantan Timur

• Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah dalam bentuk soft file dan print out di atas kertas HVS A4 spasi ganda lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang

(3)

EDISI KHUSUS, Nomor 1, Desember2014 ISSN 1858-3105

Diterbitkan oleh

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rakhmatNya serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur dapat diterbitkan.

BorneoEDISI KHUSUS Nomor1, Desember2014ini merupakan edisi khusus yang diharapkan terbit untuk memenuhi harapan para penulis. Jurnal Borneo terbit dua kali setiap tahun, yakni pada bulan Juni dan Desember.

Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada tenaga perididik, khususnya guru di Propinsi Kalirnantan Timur untuk mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik berupa telaah teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi atas karya mereka diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca untuk melahirkan gagasan- gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan dan pembelajaran. Perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran ini merupakan titik perhatian utama LPMP Kalimantan Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.

Pada edisi ini,jurnalBorneo memuat beberapa artikel yang ditulis oleh Widyaiswara LPMP Kalimantan Timur maupun yang ditulis oleh penulis. jurnal Borneo edisi inilebih hanyak memuat tulisan dari luar khususnya yang datang dari pengawas dan guru atau siapa saja yang peduli dengan perkembangan pendidikan, dengan tujuan untuk memicu semangat guru mengembangkan gagasan-gagasan ilmiahnya. Untuk itu, terima kasih kami sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor sehingga jurnal Borneo edisi inidapat terbit sesuai waktu yang ditentukan.

Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal Borneo yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa yang telah mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah-mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Alloh SWT.

Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneoinimemberikan nilai tambah, khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan mutu pendidikan pada umumnya.

Redaksi

Bambang Utoyo

(5)

DAFTAR ISI

BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor1, Desember 2014 ISSN : 1858-3105

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

1 Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Matematika melalui Gaya Belajar Siswa SMP.

Sugeng

1

2 Analisis Rancangan Penilaian SikapPada Pelatihan Kurikulum 2013 Andrianus Hendro Triatmoko, MT

15

3 Memanfaatkan “BBM Kalbe Sloptik” SebagaiMedia Pembelajaran Melalui Metode BermainMenyenangkan Untuk Meningkatkan Minat, Keaktifan, Dan Hasil Belajar Atletik Lompat Tinggi

Kasmal, S.Pd

31

4 Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi BelajarMelalui Inovasi Pembelajaran KontekstualBerbasis Dudi

Lilis Suriyani, S.Pd.I

49

5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Operasi Bilangan Berpangkat Dua Dengan Menggunakan Media Monopoli Matematika Di Kelas V SDN 008 Malinau Kota TahunPembelajaran 2013/ 2014

NurulHidayah, S.Pd.Sd

65

6 Meningkatan Kemampuan Membaca Indah Puisi Menggunakan Metode Tutor Sebaya Pada SiswaKelas VII SMP Negeri 1 /2013

Ranem, S. Pd

83

7 Model Pengembangan Pembelajaran Berbasis Practical Experiment Pada PembelajaranPembiakan Tanaman Secara Generatif Di SMKNegeri 7 Berau Siti Jamilah, SP

101

(6)

8 Penggunaan Media Pembelajaran Lampu Berjalan Dengan Dukungan Video Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Peredaran Darah Manusia Dan Hubungannya Dengan Kesehatan

Suprayitna, M.Pd

119

9 Meningkatkan Kemampuan Pengungkapan Bahasa Melalui Metode Dongeng Kelompok Usia 4-5 Tahun Pada Kelompok Bermain Mentari Tahun Ajaran 2013/2014

Umaiyah, S.Pd

137

10 Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Menggunakan Media Belajar Charta Elektrik Pada Siswa Kelas VIIIA Smp Negeri 19 Samarinda Tahun Pelajaran 2012/2013

Yunianto Hendrawardhana, M.Pd

153

11 Pengaruh Aktivitas Belajar Dan Konsep DiriTerhadap Hasil Belajar Matematika SiswaKelas Viii Smp Negeri Se Kecamatan Samarinda Ulu Pramudjono

171

12 Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Benda dengan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe NHT Siswa Kelas VI SDN 004 Loa Janan

Ratna Dewi, M.Pd

185

13 Perancangan Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Yeni Ronalisa Saselah, S. Si, M. Pd

204

14 Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas VIIIC Melalui Supervisi Klinis di SMP Negeri 7 Samarinda

Mustika Puji Anggraini

214

15 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 6 Melalui Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Pada Materi Pengolahan DataSDN 002 Balikpapan Utara

Norhayati, S.Pd

245

(7)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKAMELALUI GAYA BELAJAR SISWA SMP.

Sugeng

Dosen Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Mulawarman [email protected]

Abstract

The purpose of this study was to determine the direct and indirect influence of family environment on Mathematics Learning Outcomes students through its Learning Styles.

Implementation of this ex post facto study involving 141 students SMP Samarinda region. Collecting data using two questionnaires and one mathematics achievement test. Data analysis using path analysis. The results showed that (a) there is a significant direct effect on the Family Environment student learning outcomes (yx1= 0244; t = 2.964, p = 0.004;  = 0:05; R2 = 0.059). (b) there is a significant direct effect of learning styles to student learning outcomes (yx2= 0.243; t = 2.954, p = 0.004;  = 0:05; R2

= 0.059; (c) there is a significant direct effect on the Family Environment Learning Styles students (x2x1 = 0487; t = 6.568, p = 0.004;  = 0:05; R2 = 0.237). In addition, it also acquired an indirect influence on the results of the Environmental Family Learning through Learning Styles of (x2x1) (yx2) or 0.118; p = 0.00;  = 0:05. the results of the data analysis also showed that a significant influence both variables (Environment Family and Learning Styles) jointly against learning outcomes are at .080; that it is supported by F = 5.977; p = 0.003; and  = 0.05.

Keywords: direct effect; Indirect effect. Path Analysis,

(8)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 2

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Matematika siswa melalui Gaya Belajar yang dimilikinya. Pelaksanaan penelitian ex post facto ini melibatkan 141 siswa SMPN wilayah Samarinda. Pengumpulan data menggunakan dua buah angket dan satu buah tes hasil belajar Matematika. Analisis data menggunakan Path Analysis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) terdapat pengaruh langsung yang signifikan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar siswa (yx1= 0.244; t=2,964, p=0,004; =0.05; R2=0,059). (b) terdapat pengaruh langsung yang signifikan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar siswa (yx2=0,243; t=2,954, p=0,004;

=0.05; R2=0,059; (c) terdapat pengaruh langsung yang signifikan Lingkungan Keluarga terhadap Gaya Belajar siswa (x2x1=0.487; t=6,568, p=0,004; =0.05; R2=0,237). Selain itu, juga diperoleh pengaruh tidak langsung dari Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar melalui Gaya Belajar sebesar (x2x1)(yx2) atau 0,118; p=0,00; =0.05. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa pengaruh yang signifikan kedua variable (Lingkungan Keluarga dan Gaya Belajar) secara bersama-sama terhadap Hasil Belajar adalah sebesar 0,080; yang hal itu didukung oleh F = 5,977; p=0,003; dan = 0.05.

Kata kunci: Pengaruh langsung; Pengaruh tidak langsung. Path Analysis,

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, terutama dari pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat. Demikian juga terhadap pendidikan Matematika siswa tidak lepas dari keterlibatan pihak keluarga. Proses belajar siswa di sekolah, menajdi tanggung jawab pihak sekolah beserta perangkatnya, baik yang berbentuk software, maupun hardware. Keterlibatan pihak keluarga dalam proses belajar matematika

(9)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 3 siswa, terlihat pada (1) usaha pemenuhan kebutuhan belajar siswa, seperti buku-buku matematika, ruang tempat belajar, fasilitas meja-kursi, fasilitas penerangan, dan lainnya, (2) pembimbingan ke arah siswa untuk melakukan kegiatan belajar matematika, dan (3) perhatian terhadap kondisi diri siswa, seperti aspek kesehatan, aspek keperluan dan kesiapan diri siswa untuk melakukan belajar (mandi, sarapan, pakaian, kelengkapan buku, alat tulis, dan lainnya), dan aspek kasih sayang orang tua terhadap anak.

Kegiatan proses belajar itu memerlukan ruang dan lingkungan pendukung untuk membantu siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar;

dan belajar memerlukan kondisi psikologi yang mendukung. (Tio Alexander, 2010). Lingkungan pendukung yang demikian, antara lain lingkungan keluarga. Setiap lingkungan keluarga memiliki kondisi yang berbeda-beda. Oleh karenanya, dimungkinkan ada lingkungan keluarga yang menghambat, ataupun yang mendukung terjadinya proses belajar siswa, terutama belajar di rumah, umumnya belajar di sekolah.

Lingkungan keluarga yang mendukung terjadinya siswa belajar dapat mendorong siswa memilih gaya belajar yang dirasakan cocok bagi diri siswa yang bersangkutan. Kesesuaian gaya belajar oleh siswa ini, akan memberi akibat yang menguntungkan bagi diri siswa, seperti belajar terasa nyaman, tidak merasa terbebani, dan lainnya. Namun sebaliknya, dengan lingkungan keluarga yang menghambat terjadinya siswa belajar, atau bahkan terbentuk kondisi yang mempersulit siswa belajar, akan membawa pada kondisi mental yang stress, tertekan, tidak menyenangkan, dan berujung pada terbentuknya kemalasan untuk belajar matematika.

Kemampuan siswa dalam memilih gaya belajar (visual, auditori, kinestetik) yang sesuai dengan keadaan dirinya, dapat mempermudah siswa dalam proses belajar, terutama memahami materi matematika yang sedang dipelajari. Siswa dapat melakukan aktivitas belajar sesuai dengan gaya belajar yang dipilihnya, apabila kondisi keluarga tempat siswa tinggal. Kondisi demikian menunjukkan bahwa lingkungan keluarga penting bagi diri siswa dalam melakukan belajar matematika.

Oleh karena itu, perlu diungkap pengaruh (langsung dan tidak langsung) dari Lingkungan Keluarga terhadap hasil belajar Matematika siswa melalui gaya belajar yang sesuai dengan pilihannya..

Lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang, daya, keadaan, dan makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) sebagai faktor

(10)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 4

kondisional yang memiliki makna atau pengaruh tertentu terhadap kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan individu (manusia) serta makhluk hidup lainnya (Munib, 2006; Hamalik, 2003). Selain itu, lingkungan juga sebagai kondisi alam yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan seseorang (Sartain dalam Hartoto, 2008). Berkenaan dengan kehidupan keluarga, lingkungan keluarga dimaksudkan sebagai kondisi dalam keluarga yang mempunyai makna dan pengaruh terhadap kehidupan anggota keluarga, baik aspek perilaku, pertumbuhan, ataupun perkembangan fisik dan non fisik.

Gaya belajar merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar dalam mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang khusus (Susilo, 2006); juga sebagai cara konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal atau masalah (Nasution, 2006). Terdapat tiga jenis gaya belajar, yaitu (a) gaya visual, (b) gaya auditori, dan (c) gaya kinestetik (Boobi, 2000; Ella Yulaelawati, 2007). Karakteristik gaya visual adalah (a) siswa belajar lebih baik dengan melihat sesuatu teks berbentuk coretan dalam buku, di papan tulis, ataupun paparan computer; (b) siswa lebih mengingat dan memahami arahan dan penjelasan yang dibaca dari buku; (c) siswa tidak memerlukan penjelasan lisan seperti siswa auditori tetapi mereka selalu dapat belajar melalui membaca; dan (d) siswa visual selalu menulis catatan dan arahan lisan jika mereka hendak mengingat sesuatu. Karakteristik gaya auditori: (a) siswa auditori belajar dengan mendengar informasi dan juga arahan lisan; (b) siswa dapat mengingat penjelasan melalui membaca yang dibunyikan dengan bibir ketika membaca terutama apabila mempelajari sesuatu yang baru; (c) siswa dapat memperkuat ingatan mereka dengan mendengarkan semua rekaman pita audio, mengajar siswa lain, dan berdiskusi dengan guru. Gaya Kinestetik memiliki karakteristik: (a) siswa kinestetik belajar dengan baik melalui pengalaman dan kegiatan fisik dalam aktivitas di kelas; dan (b) siswa dapat mengingat sesuatu dengan baik apabila mencoba terus aktivitas melalui kegiatan langsung. Namun demikian, menurut Boobi (2000), meski masing-masing individu (siswa) itu melakukan belajar dengan menggunakan ketiga modalitas (modalitas visual, auditori, dan

(11)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 5 kinesttetik) tersebut pada tahapan tertentu, kebanyakan individu (siswa) lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya. Kondisi demikian disebabkan ketiga gaya belajar tersebut masing-masing memiliki karakteristik khusus sehingga siswa dapat menyesesuaikan masing- masing aktivitas belajarnya dalam memperdalam pengetahuan yang dipelajarinya. Oleh karena itu, gaya belajar merupakan cara peserta didik dalam beraktivitas belajar untuk mencari jalan belajar agar menjadi hal yang mudah sehingga semua informasi yang akan diterimanya menjadi bermakna, dan terdiri atas gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.

Hasil belajar adalah perubahan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang dipertimbangkan (Hamalik, 2007). Pengalaman yang yang dimiliki siswa merupakan salah satu factor dalam diri siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Sardiman, 2007).

Tujuan pendidikan formal mencakup tiga aspek, yaitu (a) aspek kognitif, (b) aspek afektif, dan (c) aspek psikomotorik (Bloom, et al., dalam King, 1979). Masing-masing aspek, secara berturut-turut berkenaan dengan kemampuan intelektual, keadaan psikis, dan keterampilan motorik siswa. Oleh karena materi Matematika bersifat abstrak, maka hasil belajar siswa bidang matematika lebih cenderung kepada aspek kognitif daripada kedua aspek yang lainnya. Hasil belajar Matematika dengan kondisi tersebut sering dikatakan sebagai prestasi akademik Matematika siswa. Prestasi akademik siswa menunjuk kepada pencapaian hasil belajar jenjang sekolah. Ada beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik, yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal meliputi inteligensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan lainnya. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan social ekonomi, dan lainnya (Ahmadi & Supriyono, dalam Mulyani, 2010).

METODE

Pelaksanaan penelitian ex post facto ini melibatkan 141 siswa SMPN wilayah Samarinda. Penelitian ini melibatkan tiga buah variable, yaitu Lingkungan keluarga, Gaya belajar, dan Hasil belajar Matematika.

Pengumpulan data menggunakan dua buah angket dan satu buah tes hasil belajar Matematika. Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data Lingkungan Keluarga terdiri atas 20 butir pernyataan, dan angket

(12)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 6

Gaya belajar memuat 20 pernyataan. Angket Lingkungan Keluarga dan Gaya Belajar, masing-masing terdiri atas 4 pilihan jawaban (option), yaitu Sangat tidak satuju. Setuju, Tidak setuju, Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Demikian juga untuk instrument angket Gaya belajar. Data untuk variable Hasil belajar Matematika dikumpulkan dengan menggunakan instrument tes.

Data penelitian dianalisis untuk pengujian hipotesis menggunakan Teknik Path Analysis (Riduwan & Engkos Achmad Kuncoro, 2011). Teknik ini mampu menjelaskan pengaruh variable bebas (exogenous) terhadap variable terikat, baik pengaruh yang bersifat langsung maupun pengaruh yang tidak langsung. Aplikasi teknik ini memerlukan persyaratan analisis (a) normalitas, (b) hubungan antarvariabel bersifat linear (Linearitas hubungan), dan Homogenitas varians.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

a. Desain Penelitian

Lingkungan 1

Keluarga (X1) yx2

Hasil Belajar

x2x1 Matematika (Y) Gaya yx2

Belajar (X2)

2

Gambar 1. Desain Analisis Jalur Keterangan:

X1 : Lingkungan Belajar X2 : Minat Belajar

Y : Hasil Belajar Matematika

1 : Error yang berkenaan dengan Y sebagai variable endogen

2 : Error yang berkenaan dengan X2 sebagai variable endogen

(13)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 7 b. Hasil Persyaratan Analisis

Hasil pengujian persyaratan normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk diperoleh bahwa ketiga variable penelitian, masing-

Tabel 1. Uji Normalitas

masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal, yaitu variable

Lingkungan Keluarga (Sig.=0,057; =0,05); (b) variable Gaya Belajar (Sig.= 0,200; =0,05); dan (c) variable Hasil Belajar Matematika (Sig.=

0,062; =0,05). Hasil analisis SPSS terlihat pada Tabel 1 di atas.

Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa ketiga variable penelitian, masing-masing memiliki varians yang homogen; yaitu variable Lingkungan Keluarga (F=0,420; Sig.= 0,483;  = 0,05); (b) variable Gaya Belajar (F=0,859; Sig.= 0,972;  = 0,05); dan (c) variable Hasil Belajar Matematika (F=0,905; Sig.= 0,687;  = 0,05). Hasil analisis dengan SPSS terlihat berikut ini.

Tabel 2. Uji Homogenitas Varians

Hasil uji linearitas hubungan antardua variabel penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa (a) variable Lingkungan Keluarga dan Gaya

(14)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 8

belajar adalah linear, ditunjukkan oleh persamaan regresi linear: X2 = 59,035 + 0,335X1 (F=43,134; b=0,335; Sig.=0.000, =0.05); (b)variable Lingkungan Keluarga dan Hasil belajar adalah linear, ditunjukkan oleh persamaan regresi linear: Y = 8,069 + 0,112 X1 (F = 8,784; b = 0,112;

Sig.=0.004,  = 0.05); dan (c) variable Gaya Belajar dan Hasil belajar Matematika adalah linear, ditunjukkan oleh persamaan regresi linear: Y

= 8,727 + 0,162 X2 (F = 8,727; b=0,162; Sig.=0.004,  = 0.05).

Tabel 3. Analisis Linearitas Hubungan Antara Variabel Lingkungan Keluarga dan Gaya Belajar Siswa

Pengujian linearitas hubungan variable Lingkungan Keluarga dan Gaya Belajar terhadap Hasil belajar Matematika melalui pengujian hipotesis: Ho : yx1 = yx2 = 0; dan H1 : yx1 = yx2 ≠ 0 , dengan analisis regresi adalah linear, yang hal ini ditunjukkan oleh persamaan regresi ganda: Y = 1,635 + 0,109 X1 + 0,076 X2 (F= 5,977; b1 = 0,109; b2 = 0,076; Sig. = 0,003, pada  = 5%).

(15)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 9 Tabel 4. Hasil Analisis Linearitas Hubungan Antara Variabel

Lingkungan Keluarga dan Gaya Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar

Hasil Analisis Data

Tabel 5. Besarnya Pengaruh pada Path Analysis No. Pengaruh

Variabel

Pengaruh Kausal

Pengaruh Total Langsung Tidak langsung

Melalui X2

1 X1 terhadap Y

yx1

(0,244)

(x2x1)( yx2) (0,487)(0,243)

yx1 + (x2x1)( yx2) (0,244 + 0,118 =

0,362 2 X2 terhadap

Y

yx2

(0,243)

--- yx2

(0,243) 3 X1 terhadap

X2

x2x1

(0,487)

--- x2x1

(0,487) Keterangan

X1 : Lingkungan Keluarga X2 : Gaya Belajar

Y : Hasil Belajar matematika

(16)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 10

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung variable Lingkungan Keluarga (X1; eksogen) terhadap pencapaian Hasil belajar Matematika (Y; endogen), menunjukkan bahwa pada pengujian Ho : yx1 = 0; H1 : yx1 0. diperoleh harga t = 2,964 atau pada p=0,004; dengan =0.05; sehingga Ho ditolak. Dengan demikian, terdapat pengaruh langsung yang signifikan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar; dan koefisien yx1=0,244 serta koefisien determinasi 0,059. Persamaan strukturnya adalah Y = yx1 X1 +

y11 atau Y= 0,244X1 + 0,9411.

Pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung variable Lingkungan Keluarga (X1; eksogen) terhadap pencapaian Gaya belajar siswa (Y; endogen), menunjukkan bahwa pada pengujian Ho : x2x1 = 0; H1 : x2x1 0. diperoleh harga t = 6,568 atau pada p=0,000; dengan =0.05; sehingga Ho ditolak. Dengan demikian, terdapat pengaruh langsung yang signifikan Lingkungan Keluarga terhadap Gaya Belajar; dan koefisien x2x1=0,487 serta koefisien determinasi 0,237. Persamaan strukturnya: X2 = ,487X1 + 0,7632.

Pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung variable Lingkungan Keluarga (X1; eksogen) terhadap pencapaian Hasil belajar Matematika (Y; endogen) melalui Gaya Belajar (X2) ditunjukkan oleh pengujian Ho : [(x2x1) (yx2)]= 0; H1 : [(x2x1) (yx2)  0 dan ternyata diperoleh harga F = 34,791; pada p=0,00;

dengan =0.05; sehingga Ho ditolak. Berarti, terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar melalui Gaya Belajar siswa; dengan koefisien Beta (x2x1) (yx2)= 0,118.

Total effects Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar melalui Gaya Belajar siswa sebesar yx1 + (x2x1) (yx2) = 0,244+ 0,118 = 0,362 dengan koefisien determinasi 0,352. Secara total, persamaan struktur yang terbentuk adalah Y = yx1X1 + yx2 X2 + y1; atau Y = 0,244X1 + 0,243X2

+ 0,9411; dengan X2= x2x1X1 + x2 2. Pembahasan

Dengan terujinya hipotesis pertama, yakni terdapat pengaruh langsung yang signifikan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar siswa (t = 2,964; pada p=0,004) menunjukkan bahwa keberadaan

(17)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 11 Lingkungan keluarga amat penting bagi pencapaian hasil belajar matematika siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh Ahmadi (2008) bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama;

dan menurut Sutjipto Wirowidjojo (dalam Slameto, 2010; Sulistiyowati, 2005) bahwa selain keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama; juga keluarga yang sehat menjadi besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil (pendidikan keluarga), namun bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Kedua pendapat tersebut menegaskan bahwa lingkungan keluarga sangat mendukung terjadinya proses pendidikan, terutama bagi anak-anak dari anggota keluarga itu, baik berkenaan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga ini memberikan dukungan yang “berarti”

bagi anak-anak (siswa) dari keluarga yang bersangkutan ketika menempuh pendidikan formal, teutama dalam pencapaian hasil belajar.

Meskipun secara statistic sumbangan variasi Variabel Lingkungan Keluarga terhadap pencapaian Hasil Belajar Matematika siswa sebesar 5,9%; Lingkungan keluarga menjadi pendukung utama dan pertama bagi kelangsungan proses pendidikan anak-anak dari keluarga tersebut.

Dari persamaan regresi linear yang terbentuk, yaitu Y = 8,069+0,112X1, menunjukkan bahwa apabila nilai variable Lingkungan keluarga dinaikkan satu satuan maka pencapaian hasil belajar matematika akan meningkat 0,112 satuan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa dengan adanya peningkatan kondisi pada lingkungan keluarga, baik dari aspek keharmonisan hubungan antar-anggota keluarga, kondisi kesejahteraan keluarga, perhatian orangtua terhadap anak, dan lainnya, meskipun peningkatan itu relative kecil, ternyata membawa dampak pada peningkatan hasil belajar matematika siswa.

Apabila lingkungan kelurga dalam kehidupan diri siswa yang bersangkutan tidak mendukung sama sekali, missal kehiudpan rumah tangga tidak harmonis (hubungan ayah dan ibu retak dan senantiasa bertengkar sehingga “tidak” memperhatikan lagi kehidupan anak- anaknya, atau karena factor lain), maka mengikuti proses pendidikan, khususnya dalam pencapaian hasil belajar matematika siswa tidak mendapat dukungan dari lingkungan keluarga. Namun demikian, siswa akan mendapatkan 8,069 poin keberhasilan mencapai hasil belajar matematika karena factor dirinya sendiri, tanpa dukungan yang bersifat eksternal.

(18)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 12

Kondisi di atas, juga mirip untuk pengujian hipotesis kedua dan ketiga. Pada pengujian hipotesis kedua, pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Gaya belajar siswa menghasilkan persamaan regresi linear X2 = 59,035+0,335X1. Demikian juga, secara statistika pengaruh kedua variable (Lingkungan Keluarga dan Gaya Belajar) terhadap pencapaian hasil Belajar Matematika siswa membentuk persamaan regresi linear ganda : Y = 1,635 + 0,109X1 + 0,076 X2. Kontribusi yang diberikan oleh kedua variable tersebut sebesar 0,080; artinya kedua variable tersebut mampu menjelaskan variasi yang berkenaan dengan pencapaian Hasil belajar Matematika sebesay 8%, sedangkan variasi yang lain dijelaskan oleh variable-variabel lain yang tidak diteliti.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah

1. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan variable Lingkungan Keluarga (X1; eksogen) terhadap pencapaian Hasil belajar Matematika (Y; endogen) (t = 2,964; p=0,004; =0.05;

R2=0,059 ). Secara statistika, persamaan strukturnya: Y = yx1 X1

+ y11 atau Y= 0,244X1 + 0,9411.

2. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan variable Lingkungan Keluarga (X1; eksogen) terhadap pencapaian Gaya belajar siswa (X2; endogen) (t = 6,568; p=0,000; =0.05;

R2=0,037). Secara statistika, persamaan strukturnya: X2 = x2x1 X1

+ x222 atau X2 = ,487X1 + 0,7632.

3. Terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan variable Lingkungan Keluarga (X1; eksogen) terhadap pencapaian Hasil belajar Matematika (Y; endogen) melalui Gaya Belajar (X2) (F = 34,791; p=0,00; =0.05; Indirect effects = 0,118; Total effects = 0,244+ 0,118 = 0,362; R2=0,352). Secara statistika, menurut total effects, persamaan struktur yang terbentuk adalah Y = yx1X1

+ yx2 X2 + y1; atau Y = 0,244X1 + 0,243X2 + 0,9411; dengan X2= x2x1X1 + x2 2.

(19)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 13 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. (2008). Pendidikan dari masa ke masa. Bandung: Armico.

Bobbi, dkk. (2000). Quantum teaching. Bandung: Mirzan Pustaka.

Hartoto. (2008). Pengertian, fungsi, dan jenis pendidikan. Diakses pada

tanggal 8 Agustus 2012 dari

http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/16/bab-v- pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-pendidikan/.

Mulyani. (2010). Hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar Matematika (siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu). Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Bengkulu. Diambil pada tanggal 20 Juli 2011, dari http://www.pustakaskripsi.com/hubungan-antara-tingkat-

kecerdasan-motivasi-berprestasi-dan-kebiasaan-belajar-

matematika- siswa-semester-1-kelas-xi-ipa-a-sma-negeri-6-kota- bengkulu-109.htm

Nasution. (2006). Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik.( 2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. (2003). Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Riduwan & Engkos Achmad Kuncoro. ( 2011). Cara menggunakan dan memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar.

Jakarta: Persada.

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistiyowati, H. S. (2005). Pengaruh disiplin belajar, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen.

Diakses pada tanggal 23 April 2013

darihttp://www.pustakaskripsi.com/pengaruh-disiplin-belajar- lingkungan-keluarga-dan-lingkungan-sekolah-terhadap-prestasi- belajar-siswa-kelas-x-semester-i-tahun-ajaran-2004-2005-sma- negeri-i-gemolong-kabupaten-sragen-2816.html.

(20)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 14

Susilo, J. (2006). Gaya belajar menjadikan makin pintar. Yogyakarta:

Pinus.

Tio Alexander. (2010). Lingkungan sekolah yang nyaman memacu siswa untuk berprestasi. Diambil pada tanggal 12 Agustus 2014 dari http://un2kmu.wordpress.com/2010/03/ 11/lingkungan-sekolah- yang-nyaman-memacu-siswa-untuk-berprestasi/

Yulaelawati. (2007). Kurikulum dan pembelajaran. Filosofi, teori, dan aplikasi.Jakarta: Pakar Raya.

(21)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 15 ANALISIS RANCANGAN PENILAIAN SIKAP

PADA PELATIHAN KURIKULUM 2013 Andrianus Hendro Triatmoko, MT

Widyaiswara Pertama LPMP Kalimantan Timur Abstract

In the Implementation Training Curriculum 2013 that has been implemented for Teachers, Principals and Supervisors, there are several issues that arise when doing the training process, including the lack of understanding and skills training participants to be able to formulate and define indicators of a certain basic competencies. Basic competence in particular spiritual attitudes and social attitudes, where training participants have difficulty in understanding and formulating indicators in accordance with these competencies. This is because the basic competence of spiritual attitudes and social attitudes are not taught directly, but through habituation perilku everyday. To overcome these problems required repairs Worksheet on training eye "Analysis Competency Standards, Core Competencies and Competency Basic" to facilitate the training participants to understand and define the indicators of achievement Improvement Worksheet on training eye "Analysis Competency Standards, Core Competence and Basic Competence" can facilitate the training participants to determine the measures achievement Basic competence in the form of indicators.

Keywords: core competencies attitude, attitude indicator of competence

(22)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 16

Abstrak

Didalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 yang telah dilaksanakan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, terdapat beberapa masalah yang muncul saat dilakukannya proses diklat, diantaranya adalah kurangnya pemahaman dan keterampilan peserta diklat untuk dapat merumuskan dan menetapkan indikator dari suatu Kompetensi Dasar tertentu. Khususnya Kompetensi Dasar sikap spiritual dan sikap sosial, dimana peserta diklat mengalami kesulitan dalam memahami dan merumuskan indikator-indikator yang sesuai dengan kompetensi tersebut. Hal ini disebabkan karena kompetensi dasar sikap spiritual dan sikap sosial tidak diajarkan secara langsung, melainkan melalui pembiasaan perilku sehari-hari. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perbaikan Lembar Kerja pada mata diklat “Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar” untuk mempermudah peserta diklat memahami dan menentukan indikator ketercapaian Perbaikan Lembar Kerja pada mata diklat “Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar” dapat mempermudah peserta diklat untuk menentukan ukuran- ukuran pencapaian Kompetensi Dasar dalam bentuk indikator.

Kata Kunci : Kompetensi inti sikap, indikator Kompetensi sikap.

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

(23)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 17 warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan yang merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Permendikbud No 54, 2013).

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.

Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.

Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian (Pusbang Tendik, 2014). Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII (Pusbang Tendik, 2014).

Untuk mensukseskan implementasi Kurikulum 2013, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), menyiapkan strategi dan telah melaksanakan berbagai Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas. Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 menekankan pada prinsip Ketiga, yaitu semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik yang diimplementasikan ke dalam mata diklat (mata tatar) Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi dasar (KD) (Pusbang Tendik, 2014).

(24)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 18

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.

Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu Matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut;

kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4 (Permendikbud NO 69, 2013).

Didalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 yang telah dilaksanakan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, terdapat beberapa masalah yang muncul saat dilakukannya proses diklat, diantaranya adalah kurangnya pemahaman dan keterampilan peserta diklat untuk dapat merumuskan dan menetapkan indikator dari suatu Kompetensi Dasar tertentu. Khususnya Kompetensi Dasar sikap spiritual dan sikap sosial, dimana peserta diklat mengalami kesulitan dalam memahami dan merumuskan indikator-indikator yang sesuai dengan kompetensi tersebut. Hal ini disebabkan karena kompetensi dasar sikap spiritual dan sikap sosial tidak diajarkan secara langsung, melainkan melalui pembiasaan perilaku sehari-hari.

Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan suatu analisis untuk mencermati, memperbaiki kekurangan yang mungkin terjadi dan melakukan pengembangan dengan memfokuskan pada Lembar Kerja yang digunakan dalam mata diklat (mata tatar) Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Hasil dari perbaikan dan pengembangan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta diklat untuk dapat merumuskan dan menetapkan indikator dari suatu Kompetensi Dasar.

KAJIAN PUSTAKA Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

(25)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 19 pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Permendikbud NO 69, 2013).

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar (standard- based education)”, dan teori “kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum)”. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak (Permendikbud NO 69, 2013).

Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan

(26)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 20

tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

(Permendikbud NO 54, 2013).

Standar Kompetensi Lulusan disusun berdasarkan tiga aspek pembelajaran yang terdiri dari aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Berdasarkan P_ermendikbud Nomor 54 Tahun 2014 Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A wajib memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

Sikap; Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Pengetahuan; Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan; Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B wajib memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

Sikap; Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Pengetahuan; Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

(27)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 21 Keterampilan; Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

Lulusan SMA / MA / SMK / MAK / SMALB / Paket C harus memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Sikap; Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan; Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan; Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

Kompetensi Dasar Sikap

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.

Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kelompok 1: Kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;

2. Kelompok 2: Kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;

3. Kelompok 3: Kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan

4. Kelompok 4: Kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Kompetensi Dasar Sikap merupakan bagian dari Kompetensi Inti yang dikelompokkan dalam Kelompok kompetensi ke-1 yang merupakan

(28)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 22

kompetensi dasar sikap spiritual dan kelompok kompetensi ke-2 yang merupakan kompetensi sikap sosial. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud NO 69, 2013).

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memfokuskan pada pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Penggunaan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang masalah dan hasil perbaikan yang diteliti.

Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data melalui wawancara menggunakan instrumen yang berwujud pertanyaan- pertanyaan untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Sedangkan observasi dilakukan terhadap penggunaan Instrumen Lembar Kerja baik Instrumen Lembar Kerja lama dan Instrumen Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan selama dan setelah pelaksanaan pelatihan untuk mata diklat “Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar”. Hasil pengumpulan data digunakan sebagai masukan yang akan dikaji dan dianalisis penyelesaiannya.

Waktu penelitian adalah 5 hari yang dilakukan selama kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 yang diselenggarakan pada Hari Selasa, 19 Agustus 2014 sampai dengan hari Sabtu, 23 Agustus 2014. Tempat pelaksanaan penelitian di SMK Kristen Long Bawan Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dan observasi. Sehingga instrument penelitian merupakan bentuk pertanyaan dan penyataan yang berkaitan dengan permasalah

(29)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 23 yang akan diteliti dan dianalisis. Kisi-kisi yang tertuang dalam instrument wawancara adalah :

• Kompetensi Inti yang diangkat / diamati

• Kompetensi Dasar Sikap Sosial yang diangkat / diamati

• Kata - kata kunci yang ada didalam Kompetensi Dasar Sikap Sosial yang diangkat / diamati

• Indikator - Indikator yang relevan dengan Kompetensi Dasar Sikap Sosial yang diangkat / diamati

• Indikator - Indikator yang relevan dengan Kegiatan Pembelajaran

• Indikator – Indikator yang ditetapkan untuk mengukur Kompetensi dasar Sikap Sosial yang diangkat/diamati.

• Kendala penggunaan analisis sikap pada Lembar Kerja yang lama dengan Lembar kerja yang telah dikembangkan

Sedangkan kisi-kisi yang tertuang dalam instrument Obseryasi adalah :

• Keterampilan menggunakan Lembar Kerja Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar, khususnya Lembar kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan.

• Keterampilan menemukan dan menentukan kata-kata kunci dalam Kompetensi Dasar.

• Keterampilan menggunakan kata-kata kunci dalam menetapkan indikator dari Kompetensi Dasar yang dibahas.

• Hasil pengamatan perbandingan penggunaan analisis sikap pada Lembar Kerja yang lama dengan Lembar kerja yang telah dikembangkan

Pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan kisi-kisi tersebut merupakan acuan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan peserta diklat dalam hal pemahaman dan keterampilan menganalisis indikator–indikator yang dapat mengukur ketercapaian Kompetensi dasar khususnya Kompetensi Dasar Sikap Sosial yang diangkat / diamati. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu menggunakan informasi dan studi dokumentasi yang dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung pada sampel penelitian.

Informasi yang dikumpulkan berupa gambaran pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki oleh sampel yang dapat memberikan jawaban pada masalah yang diangkat dalam penelitian. Studi dokumentasi didapatkan melalui observasi dan pengamatan keterampilan guru dalam pemahaman dan keterampilan terhadap masalah yang diteliti. Sesuai

(30)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 24

dengan kisi-kisi yang dibuat, wawancara dan observasi akan difokuskan pada informasi serta data yang akan menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis jawaban dan pernyataan serta pengamatan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan dampak dari perbaikan dan pengembangan Instrumen Lembar Kerja Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar terhadap kemampuan dan keterampilan peserta diklat dalam menentukan indikator-indikator yang sesuai dengan Kompetensi Dasar Sikap yang diamati.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan metode yang ditetapkan diperoleh hasil penelitian berupa hasil wawancara dan hasil observasi. Observasi dilakukan selama proses pelatihan implementasi kurikulum 2013 khususnya pada mata tatar Analisis SKL, KI dan KD. Pada mata tatar tersebut menekankan penggunaan metode diskusi kelompok disertai aktivitas penggisian menggunakan lembar kerja. Peneliti mengamati aktivitas peserta diklat dan mencatat hal-hal yang terkait dengan instrument observasi. Setelah observasi dilakukan konfirmasi untuk memastikan hasil pengamatan secara tepat.

Hasil Observasi peserta diklat terhadap penggunaan Lembar kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan, adalah sebagai berikut:

• Kemampuan menelusuri Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Permendikbud No 69 Tahun 2013 dan Permendikbud No 70 Tahun 2013.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Permendikbud 69 Tahun 2013 dan Permendikbud No 70 Tahun 2013 menjadi landasan dalam pencapaian proses belajar mengajar. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar berupa file dalam bentuk softcopy sehinggaproses penelusurannya menggunakan perangkat komputer / laptop. Hal ini berimbas pada keterampilan peserta diklat dalam hal penggunaan komputer. Dari hasil pengamatan terhadap proses pelatihan, sebagian besar guru terampil untuk mencari dan menemukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang termuat di dalam Permendikbud No 69 Tahun 2013 dan Permendikbud No 70 Tahun 2014 sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Namun sebagian peserta belum

(31)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 25 terampil menggunakan perangkat komputer, sehingga proses penelusuran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dilakukan bersama-sama dengan peserta yang sudah terampil menggunakan komputer.

• Keterampilan menggunakan Lembar Kerja Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar.

Lembar Kerja yang digunakan dalam proses pelatihan adalah Lembar Kerja lama dan Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan. Dari hasil pengamatan Lembar Kerja lama lebih sederhana, sehingga secara logika peserta dapat mengisi indikator dengan cepat. Namun pada kenyataannya peserta diklat kesulitan mengisi bagian kolom indikator dari suatu Kompetensi. Sedangkan pengisian Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan membutuhkan pengisian kolom yang lebih banyak yang menakibatkan waktu yang digunakan lebih lama. Namun pada kenyataannya proses pengisian Lembar kerja menjadi lebih cepat, yang dimulai dari menentukan kata kunci, menentukan indikator yang relevan dengan Kompetensi dasar, menentukan indikator yang relevan dengan proses belajar, dan menyimpulkan indikator akhir.

• Kemampuan menganalisis dan menetapkan kata kunci dari sebuah Kompetensi Dasar.

Penentuan kata kunci menjadi dasar untuk dapat menentukan indikator-indikator yang tepat bagi setiap Kompetensi Dasar (KD).

Dari hasil pengamatan (observasi) terhadap Lembar Kerja yang digunakan diperoleh keadaan bahwa peserta diklat dapat dengan mudah menentukan kata-kata yang menjadi kunci dari suatu Kompetensi Dasar. Misalnya hasil kerja peserta pada Lembar kerja untuk Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sosial pada Modul Bahasa Indonesia, yang berbunyi :

1.1. Menunjukkan perilaku tanggung jawab, responsif dan imajinatif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk berekspresi.

1.2. Menunjukkan perilaku tanggung jawab peduli, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyampaikan permasalahan.

Keterangan :

Garis bawah menunjukkan kata kunci.

• Kemampuan menyusun Indikator-Indikator yang tepat untuk mengukur Kompetensi Dasar.

(32)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 26

Untuk melihat Indikator - Indikator yang sesuai dengan Kompetensi Dasar, hasil pengisian Lembar Kerja yang digunakan dibandingkan.

Dari hasil pengisian Lembar Kerja lama, indikator yang dihasilkan kurang tepat atau belum dapat mengukur ketercapaian Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. Sedangkan pengisian Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan menghasilkan indikator yang lebih baik, relevan, akurat untuk dapat mengukur Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.

Wawancara dilakukan setelah proses pelatihan pada mata diklat Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar selesai. Wawancara juga dapat menjadi alat untuk melakukan konfirmasi terhadap hasil dari proses Observasi. Hasil wawancara peserta diklat terhadap penggunaan Lembar kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan, adalah sebagai berikut:

• Menurut hasil wawancara, penggunaan kata kunci dapat mengarahkan peserta diklat untuk berpikir secara sistematis.

• Penggunaan kata kunci dapat mengarahkan peserta diklat untuk bekerja secara terstruktur.

• Penggunaan kata kunci dapat mempermudah peserta diklat untuk menyusun sebuah indikator yang sesuai.

• Lembar kerja yang telah diperbaiki dapat menyelaraskan indikator kompetensi sikap yang diinginkan tercapai sesuai dengan proses pembelajaran di kelas.

• Lembar kerja yang telah diperbaiki dapat melengkapi indikator kompetensi sikap yang diharapkan yang mungkin tidak terakomodir dalam kata kunci.

• Lembar kerja yang telah diperbaiki dapat memperkuat dasar penetapan indikator kompetensi sikap berdasarkan kata kunci dan proses pembelajaran dikelas.

• Pengisian Lembar kerja yang telah diperbaiki tidak dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan pada mata diklat analisis SKL, KI dan KD.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dengan wawancara dan observasi, menunjukkan bahwa untuk pendidik dan tenaga kependidikan tingkat SMA/SMK, kemampuan dalam mengolah dan menyusun indikator dari suatu Kompetensi Dasar pada dasarnya mampu,

(33)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 27 hanya diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan komputer. Meskipun sebagian peserta diklat tidak terampil menggunakan komputer, peserta tersebut memiliki semangat untuk maju, tetap rajin mengikuti dan memahami hubungan antara Standar kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, sampai dengan bagaimana caranya mendapatkan indikator-indikator untuk mengukur suatu Kompetensi Dasar.

Untuk memudahkan dalam memahami hubungan antara Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar serta untuk menentukan indikator dari suatu Kompetensi Dasar digunakanlah Lembar kerja. Sebagaimana disajikan dalam pemabahasan sebelumnya Lembar Kerja yang digunakan dalam pelatihan ini adalah Lembar Kerja lama dan Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan.

Hasil perbandingan antara lembar kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan adalah Lembar Kerja lama lebih sederhana, sehingga secara logika peserta dapat mengisi indikator dengan cepat. Namun pada kenyataannya peserta diklat kesulitan mengisi Lembar kerja lama pada bagian kolom indikator dari suatu Kompetensi. Sedangkan pengisian Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan cenderung lebih cepat dan mudah, hal ini disebabkan karena proses pengisian Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan lebih efektif dan sistematis. Proses berpikir dan bekerja yang lebih efektif dan sistematis inilah yang menjadi pendorong peserta diklat dengan mudah menemukan dan menentukan indikator dari suatu Kompetensi Dasar.

Selama mengikuti mata diklat analisis SKL, KI dan KD, sebagian besar peserta mengakui bahwa penggunaan Lembar Kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan membantu dan memudahkan peserta diklat untuk menganalisis indikator-indikator yang relevan dengan Kompetensi Dasar yang diamati. Berdasarkan hasil observasi terhadap pengisian Lembar Kerja, indikator yang dihasilkan dari Lembar kerja yang telah diperbaiki dan dikembangkan lebih baik, relevan, akurat untuk dapat mengukur Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. Selain itu pengusaan komputer berperan besar dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu menghubungkan SKL, KI dan KD.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(34)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 28

1. Perbaikan dan pengembangan Lembar Kerja pada mata diklat

“Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar” berdampak langsung terhadap pemahaman peserta diklat dalam menentukan dan menetapkan indikator yang relevan dari Kompetensi Dasar khususnya Kompetensi Dasar Sikap Sosial.

2. Perbaikan Lembar Kerja pada mata diklat “Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar” dapat mempermudah peserta diklat untuk menentukan ukuran-ukuran pencapaian Kompetensi Dasar dalam bentuk indikator.

SARAN

Saran-saran yang diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk menghasilkan langkah – langkah kerja yang lebih sistematis dan terstruktur diperlukan suatu analisis terkait urutan kolom materi ajar dan penilaian pada Lembar Kerja mata diklat “Analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar”.

2. Untuk mempermudah kegiatan analisis terhadap SKL, KI dan KD, penambahan kolom tidak mutlak sama dengan memperhatikan kesistematisan dan kemudahan langkah-langkah penyelesaian Lembar Kerja Analisis SKL, KI dan KD.

DAFTAR PUSTAKA

Permendikbud No 54. 2013. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Permendikbud No 67. 2013.Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidayah. Jakarta.

Permendikbud No 67. 2013.Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.

Permendikbud No 68. 2013.Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta.

Permendikbud No 69. 2013.Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan.

Jakarta.

(35)

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 29 Slamento. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,

Jakarta: Rineka Cipta.

Somantri, GW.2005, Memahami Metode Kualitatif, Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9.

Sudrajat, A. 2011. Kurikulum Dan Pembelajaran Dalam Paradigma Baru.Yogyakarta: Paramitra Publishing.

Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu

(36)

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 30

MEMANFAATKAN “BBM KALBE SLOPTIK” SEBAGAIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI METODE

BERMAINMENYENANGKAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT, KEAKTIFAN, DAN HASIL BELAJAR ATLETIK

LOMPAT TINGGI

Kasmal, S.Pd

Guru SMP Negeri 14 Balikpapan

Abstract

The quality of learning processes and outcomes of physical education has not kept pace appropriate expectations, problems arise, among others; patterns of movement, one of the basic techniques, and as well as keberaniaan students to perform the activity. The purpose of this study is to increase the interest, activeness and high jump style learning outcomes of students of SMP Negeri 14 Balikpapan by utilizing cheap thrift Achievement learning outcomes expected to be achieved with a simple instructional media to supply unlimited amounts. Methods and techniques of research using classroom action research study subjects were 40 students of class IX-C.

Variables examined included instructional media, interests, and learning outcomes of students with learning scenarios for 2 cycles. Each cycle is designed four stages namely;

planning, action, observation and reflection, with data analysis techniques using percentages. The records of learning through performance test instruments, and observations. The results of the study concluded that the use of tin cans, slop cock, and plastic bottles as a learning medium has been able to increase the interest and activity of the high jump style belly roll-C class IX students of SMP Negeri 14 Balikpapan learning year 2011-2012.

Keywords: Learning Media, Methods Play

Gambar

Tabel 1. Uji Normalitas
Tabel 3. Analisis Linearitas Hubungan Antara Variabel  Lingkungan  Keluarga dan Gaya Belajar Siswa
Tabel 5.  Besarnya Pengaruh pada Path Analysis  No.  Pengaruh
Tabel 1. Hasil Pengamatan Minat/Keaktifan siswa dan Hasil belajar  No  Pengamatan  Siklus 1  Target  Keberhasil an  Siklus 2  Target  Keberhasilan  1  Minat  & Keaktifan  siswa  pada  lompat tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Disperindagtamben, Pryangan Bakery merupakan industri roti dengan kapasitas produksinya termasuk yang besar dibandingkan industri roti sejenis di Kota

Tanggap Darurat Krisis Kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan segera pada saat kejadian akibat bencana untuk menangani dampak kesehatan yang ditimbulkan,

Dari nilai absolute parameter teknik sebagai pedoman utama dan interaksi diantara parameter teknik maka dapat ditentukan parameter mana yang menjadi prioritas untuk

Besar penurunan rugi energi didapatkan dengan membandingkan tekanan local ketika kondisi default dengan kondisi penggunaan modifikasi dovetail-crown tip Dapat dilihat

Bagaimana profil pasien tumor ganas kulit berdasarkan jenis tumor, jenis kelamin, usia, pekerjaan, distribusi lokasi lesi, dan faktor pencetus di Poliklinik

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas atau classroom action research yakni melalui landasan teoritik, teori

Memberikan reward (penghargaan) berupa nilai yang bagus kepada tutor yang bisa membawa kelompoknya menjadi yang terbaik. Reward ini bertujuan agar timbul motivasi untuk

Diharapkan bagi para guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sebaiknya untuk mengajak para siswa untuk melakukan pembelajaran secara kooperatif