Mel Silberman (2002) dalam buku Active Learning mengemukakan belajar aktif menjadi, sebagai berikut: Apa yang saya dengar saya lupa (What I hear, I forget ); Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit (What I hear andsee, I remember a little ); Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham (What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand ). Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan (What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill ); Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya (What I teach to another, I master). Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat mengembangkan semua kemampuan yang dimilikinya, hingga dapat mencapai hasil belajar yang baik dan tidak bosan dalam belajar.
Menurut Ausubel dan Novak (Dahar, 1996 : 115) ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 53 3. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Contextual Teaching And Learning
Pendekatan CTL (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questinoning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Johnson, 2002).
Peran industri semakin penting bagi SMK karena perkembangan teori pendidikan dan pembelajaran kejuruan lebih banyak menempatkan DUDI sebagai tempat belajar cara kerja yang efektif. Ada dua teori belajar di tempat kerja yang pokok yang terkait dengan DUDI, yaitu situated learning dan work-based learning (belajar berbasis tempat kerja). Konsep Situated Learning adalah teori yang mempelajari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan di dunia kerja (Brown, 1998). Stein (1998:1) mengidentifikasi empat prinsip terkait dengan situated learning, yaitu:
(1) Belajar adalah berakar pada kegiatan sehari-hari (everyday cognition)
(2) Pengetahuan diperoleh secara situasional dan transfer berlangsung hanya pada situasi serupa (context),
(3) Belajar merupakan hasil dari proses sosial yang mencakup cara-cara berpikir, memandang sesuatu, pemecahan masalah, dan berinteraksi di samping pengetahuan deklaratif dan procedural,
(4) Belajar merupakan hal yang tidak terpisah dari dunia tindakan tetapi eksis di dalam lingkungan sosial yang sehat dan komplek yang meningkatkan aktor, aksi, dan situasi.
Dari keempat prinsip ini, prinsip kedua adalah lingkungan yang serupa dengan dunia kerja yang sebenarnya diperlukan oleh sekolah.
Lingkungan dunia usaha dan dunia industri adalah lingkungan belajar
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 54
Guru Siswa Partisipasi
Siswa dalam Pembelajaran
Peningkatan Hasil Belajar Memotivasi
yang memberikan pengalaman siswa yang mendukung kerja di industri adalah industri sendiri. Sedangkan Work Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja. Raelin (2008:2) menyatakan bahwa, WBL secara ekspresif menggabungkan antara teori dengan praktik. Dalam sistem ini siswa belajar dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasiperilaku dan cara kerjanya dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik.
Dalam pembelajaran, motivasi adalah suatu yang menggerakkan atau mendorong peserta didik untuk belajar dan menguasai materi pelajaran yang sedang diikuti. Tanpa motivasi , peserta didik tidak akan tertarik dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Gintings (2007) guru memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik. Mengingat pentingnya peran motivasi dalam pembelajaran maka seorang guru harus tekun dan berupaya terus menerus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif untuk mencapai prestasi belajar. Adapun keterkaitan guru, motivasi dan siswa dalam pembelajaran ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Keterkaitan Guru, Motivasi dan Siswa dalam Pembelajaran Hasil Belajar
Hasil belajar, tidak terlepas dari kata belajar itu sendiri. Moh Surya (dalam A Sudrajat (2011; 41) ”belajar dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.Pengertian dan pandangan tentang belajar memiliki cakupan yang sangat kompleks, meliputi berbagai aspek kehidupan, belajar dilakukan secara terus
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 55 menerus, baik dalam suasana formal maupun informal dengan setting yang berbeda, dilingkungan keluarga, organisasi, mengisi waktu senggang, melalui kegiatan kemasyarakatan, dan setiap aktivitas yang bersifat praktis lainnya. Lebih lanjutASudrajat (2011; 42) mengatakan kata kunci dari belajar adalah: “perubahan perilaku sebagai hasil belajar atau prestasi belajar”. Seseorang atau individu dikatakan mengalami proses belajar ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan yang positif dalam dirinya, suatu keberhasilan atau kegagalan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan dan dialami oleh siswa baik ketika berada di sekolah maupun ketika berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat.
Keberhasilan dalam melaksanakan kurikulum pendidikan yang dikelompokkan pada empat jenis belajar, Tukiran dkk (2011; 9) menyatakan empat pilar tersebut adalah: ”1). belajar mengetahui (learning to know) yakni mendapatkan instrumen atau pemahaman, 2).
belajar berbuat (learning to do) yakni mampu bertindak kreatif di lingkungannya dengan belajar mengetahui dan berbuat sampai batas yang luas, 3). belajar hidup bersama (learning to live together) yakni mampu berperan serta dan kerja sama dengan orang lain dalam semua kegiatan manuasia, 4). belajar menjadi seseorang (learning to be) yakni kemajuan dari kelanjutan tiga sendi diatas sehingga pendidikan akan memberi sumbangsih nyata pada perkembangan seutuhnya dari setiap jiwa, raga, inteligensia, kepekaan, tanggung jawab.
Terkait dengan teori tentang belajar di atas, maka proses dari belajar itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Tentang hasil belajar ini, S Arikunto (dalam Ekawarna 2009; 41) mengemukakan bahwa ”hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam angka huruf atau kata-kata, baik sedang ataupun kurang. Penilaian hasil belajar oleh guru adalah untuk mengetahui sejauhmana efektivitas proses belajar, ketepatan proses pengajaran dan strategi belajar yang digunakan serta tingkat kemampuan kesiapan siswa”.
Makna dasar yang terkandung dalam teori di atas bahwa hasil belajar adalah pencapaian hasil oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Bentuk pengukuran melalui proses pembelajaran berbentuk evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang secara luas telah digunakan yakni evaluasi hasil belajar. Lebih lanjut Moh Surya (dalam A
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 56
Sudrajat 2011; 42) mengatakan bahwa: ciri-ciri dariperilaku dalam belajar yaitu: (1) perubahan yang disadari dan disengaja; (2) perubahan yang berkesinambungan; (3) perubahan yang fungsional; (4) perubahan yang bersifat positif; (5) perubahan yang bersifat aktif; (6) perubahan yang bersifat permanen; (7) perubahan yang bertujuan dan terarah; dan (8) perubahan perilaku secara keseluruhan.Beberapa pendapat diatas menjadi pokok bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang dilakukan peserta didik untuk mendapatkan perubahan-perubahan pada dirinya setelah melakukan proses pembelajaran dengan penilaian mengunakan pengukuran nilai yang dirancang sesuai dengan metode dan penerapan kurikulum yang ada.
METODE
Rancangan Pembelajaran
Pada tahapperencanaan,gurumembuatpersiapanberuparancanganprogram pengajaran (RPP) disesuaikan dengankompetensidasardanindikator sertamateri pembelajaranpada silabus. Pada tahapinisemua perencanaankegiatandidesaindan dimatangkanserta ditentukanalatdanmediayangdigunakandalamkegiatan
pembelajaranyangdilakukan padasetiap tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual ini dilaksanakan dengan menjadikan DUDIsebagai
lingkungandansumberbelajaryangbertujuanuntukmemotivasi
pesertadidikagar lebihaktif dankreatif
hinggamampuberinovasibaiksecaraindividumaupunkelompok dengan menggali berbagai informasi dan menjalin komunikasi sertamemanfaatkan teknologiyangdiperoleh melaluiDUDIyang adadi KabupatenBerau. Adapun mekanismekegiatanpembelajaran yang dilaksanakan terlihatpada gambar 2.
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 57 Gambar 2. Mekanisme Kegiatan pembelajaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
DarihasilpembelajarankontekstualberbasisDUDI
padamaterimenyajikan laporan penulismencobamemberikan diskripsiyang diperolehdarigambaranpartisipasi pesertadidik dan narasumber sebagai berikut:
a. Kemampuandanketerampilanberbicara meningkat seiringbertambahnya kosakata yangdiperoleh.
Menciptak an Hal
Baru
Menyimpul kan
Menyajikan
Mengeksploras i
Bertanya
Mengamati
Memprosespengetahuansehinggadapatmenciptakanses uatu yangbermanfaatbagipesertadidikdanoranglain
Pembelajaran lebih produktif dan bermakna karena materi
akademikdikaitkandengankontekskehidupansehari-hari
Mengelola dan mentransfer teknologi, informasi dan komunikasimelaluiproseskolaboratifdankooperatif
Belajar tidaksekedarmenghafal
tetapimenemukan,memahami dan melakukan
Menggaliinformasidanmemilikikemampuanberkomuni kasi interpersonaldanintrapersonal
Mengamati danmemahamimaknamateripelajaranyang dipelajaridenganmengaitkannya
dalamkontekskehidupan
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 58
b. Meningkatnya kepercayaandiridanmotivasi akan pentingnya keterampilan berbicaradalam menyajikanlaporan.
c. Terwujudnya proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi ketika pelaksanaan pembelajaransehinggaatensidanantusiasme yangmenjadikan diskusisemakin hidup dan menantang.
d. Berkembangnyapengetahuandanwawasanyangmenjadikanpesertadid ikterampil memanfaatkan penggunaan tekhnologi, informasi dan komunikasi sebagai sumber dan mediayangmendukungkegiatan pembelajaran.
e. Menjadikanpesertadidiksenangbelajardanmerasakankebermanfaatan nyakarena dapatlangsung bereksplorasidanmenemukanhal-halbaru yang adadilingkungan DUDI.
f. Meningkatnya persentasi ketuntasan
belajarmenurutstandarKKMpada
keterampilanberbicarapadamaterimenyajikanlaporandanprestasiserta hasil belajaryangdiperolehdatanilaites,try outdanUNjugamengalamipeningkatan yangsignifikan
Dari hasil pembelajaran kontekstual berbasis DUDI ini diperoleh dua bentuk pengukuranyaitu
1. Penilaianketerampilanberbicara: dilakukan berdasarkanperformayang dilakukan peserta didik pada saat
menyajikan laporan. Adapun ketentuan
penilaianberdasarkaninstrument
yangtelahdisusunsebelumnya.Dalamhalpenentuan
ketuntasanbelajarmengacustandarkriteriaketuntasanminimal(KKM) 7,00pada matapelajaran bahasaInggris. Hasil Perbandingan Nilai PesertaDidikSebelumdan Sesudah menggunakanCTL dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan Perbandingan Nilai Keterampilan Berbicara Sebelumdan Sesudah menggunakanCTLdapat dilihat pada Tabel 2.
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 59 Tabel 1. SebaranNilai PesertaDidikSebelumdan SesudahCTL
No. Predikat
SebelumCTL Sesudah CTL
Jumlah
PesertaDidik Persentase Jumlah
PesertaDidik Persentase
1 Amat Baik 0 0% 1 2%
2 Baik 7 17% 18 44%
3 Cukup 12 29% 19 46%
4 Kurang 22 54% 3 7%
Jumlah 41 100% 41 100%
Tabel 2. Perbandingan Nilai Keterampilan Berbicara
No. Perbandingan SebelumCTL SesudahCTL
1. Nilai rata-rata 6,8 7,7
2. Jumlah yangtuntas 19 38
3. Persentaseketuntasan 46% 93%
2. Prestasidanhasil belajarpesertadidikyang diperolehdari perbandingan nilai rata-rata,nilaitertinggidannilaiterendahpada TesDayaSerap,Try OutdanUjian Nasional dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Hasil dan Prestasi Belajar Siswa
No. Perbandingan TDS Try Out UN
1. Nilai rata-rata 4,41 5,96 7,20
2. Nilai tertinggi 8,80 9,20 9,60
3. Nilai terendah 2,40 3,00 5,00
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan analisisdarisebelumdansesudahditerapkannya pembelajaran kontekstualdiperoleh perkembanganbaikketerampilanberbicara
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 60
saatmenyajikan laporan dan prestasi dari hasil belajar belajar peserta didik kelas XII AK1. Meningkatnyahasilbelajar pesertadidik disajikan sebagaimana Gambar 3.
Gambar 3. Prestasi Ketuntasan Berdasarkan Nilai KKM 7
Berdasarkan Gambar 3, diperolehgambaranbahwa penilaian keterampilan menyajikan laporanberdasarkanKKM(7,00) sebelumditerapkanmodelpembelajarankontekstual (CTL) diperoleh 46%atau hanya19dari41pesertadidikkelasXII AK1yangtuntas sedangkansetelahpenerapanCTL
terdapat93%atau38pesertadidikyangdinyatakan tuntas.
DaridatatersebutmenunjukanbahwasetelahditerapkannyaCTL
motivasisiswa meningkatyangdiikutidengan
progresmeningkatnyakemampuandanketerampilan berbicarapesertadidik karenaterdapatkenaikan47% pesertadidikyangmencapai
ketuntasanbelajar dari sebelumditerapkannya
pembelajaranBahasaInggrisModel CTL. Adapun
3pesertadidikyangbelumberhasilmencapaiketuntasanbelajardisebabkanpe ngembangankosakatadanspeakingyangterbatas,
disampingitukurangnyarasa percayadiri.Adapuntindak lanjutakan diberikan bentukpembelajaranremedi, layanan konseling dan/ataudiberikantugas,baiktugasindividualmaupunkelompoksesuai dengan hasilbelajar. Secara langsung penerapan
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 61 pembelajarankontekstual (CTL) dapat mempengaruhi perolehan nilai Prestasi Belajar PesertaDidikBerdasarkanPerolehan Nilai Test DayaSerap, TryOut dan UN Tahun 2012/2013 sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.
Gambar 4. Prestasi Belajar PesertaDidik Berdasarkan Perolehan Nilai Test DayaSerap, TryOut dan UN Tahun 2012/2013
Adapunpadagrafik2menunjukkan bahwaprestasidanhasilbelajar secara
keseluruhanyang diperolehdarinilairata-rata
dannilaitertinggipadamasing– masing testdayaserap,tryout, danUNterusmeningkat dari 4,41 menjadi 5,59dan meningkatmenjadi7,20 kemudiandari 8,80, 9,20 dan 9,60 sedangkannilaiterendah yang awalnya2,40 menjadi 3,00 dan bertambah menjadi 5,00.
PEMBAHASAN
DalampelaksanaanpembelajarankontekstualberbasisDUDIpeserta didik termotivasilangsungsecaraaktifdankreatif sertaberinovasiuntukmencari, menemukan,mengembangkandansaling transferpengetahuandan pengalamanyang telah diperoleh secaramandiri dan bertanggungjawab.
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 62
Terintegrasinya
beberapakompetensipembelajaranbahasaInggriskelasXIIyang disajikandalamlaporankegiatanmenjadikanEnglishisfun,
karenapesertadidiksecara langsungmemperoleh dan memperkayakosakataatauistilah dan percakapan yang terjadisecara situasionaldilingkungan DUDI sehinggamemberikan waktudanruang
bagi peserta
didikuntukberlatihberkomunikasiuntukmeningkatkankompetensinya untuk mencapai ketuntasan belajar. Adapun peserta didik yang belum berhasil
mencapaiketuntasanbelajardisebabkanpengembangankosakatadanspeaki
ngyang terbatas, disamping
itukurangnyarasapercayadiri.Adapuntindaklanjutakandiberikan bentukpembelajaranremedi,layanankonselingdan/ataudiberikantugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasilbelajar.
Memberikanrasanyamandalambelajarkarenalangsung dapatmenghubungkan
pengetahuanakademikdenganlingkungankerjayangnyatasebagaisumberb elajarsehingga pesertadidikdapat berinteraksi dan mengaktualisasikan diri melalui komunikasiinterpersonal dan intrapersonal dalamlingkungan dunia kerjayangnyata.
Pemanfaatangadget lebihefektifkarena
digunakanuntuksesuatuyang berarti
dalammendukungprosesbelajar.Sehinggapesertadidiktidakhanya menguasaiilmu
pengetahuantetapijugaterampildalampemanfaatanteknologiyang
terusberkembang saat
ini.PeranalumnusyangtelahbekerjadilingkunganDUDI
sangatmembantudalam memberikan informasi sekaligus motivasi akan pentingnya pengetahuan,keterampilan dansikapdalampersaingan untukmemperolehkesempatankerja.Haliniakan menginspirasi bagi pesertadidik kelas XIIAK1 agar lebih tekun belajar.
KESIMPULAN
Berdasarkandata danpembahasan padababsebelumnya penulisdapat
menyimpulkanbahwapembelajarankontekstualberbasisDUDI
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 63 dapatmeningkatkan motivasi dan prestasi belajarpesertadidik kelas XIIAK1 SMK Negeri 1Berau.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, L. B. 1998. Applying Constructivism in Vocational and Career Education. Columbus: ERIC.
Gintings, A. 2007. Esensi Praktis. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora
Harmer,J.1997.ThePracticeofEnglishlanguageTeaching.NewYork:Addis onWesley, LongmanLimited
McGinnis,AL.1991.MenumbuhkanMotivasiMemupukSemangatMemetik YangTerbaik.Jakarta: PustakaTangga.
Novia,T.2002.
StrategytoImproveStudentsAbilityinSpeaking.MakalahTugasAkhi rS1. Padang: UNP Padang.
Johnson, Elaine2009. ContextualTeaching and Learning. Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasyikkandan Bermakna.Bandung: CetakanI. Kaifa
Pardjono. 2011. Peran Industri dalam Pengembangan SMK. Makalah Workshop: Bantul
Raelin,J.A.2008.Work-BasedLearning:Bridgingknowledgeandactionintheworksplace.
San Francisco: Jossey-Bass.
Silbermen. 2002, ACTIVE Learning (101 StrategiPembelajaran Aktif).
Yogyakarta: InsaniMadani
Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG):
Model-modelPembelajaranInovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Wardiman Djojonegoro. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia:
Melalui SekolahMenengah Kejuruan(SMK). Jakarta: PT.
JayakartaAgung.
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 64
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWAPADA OPERASI