Siti Jamilah, SP
Guru Produktif SMA Negeri 7 Berau
Abstract
This study was carried on in SMK 7 Berau, Jl.
Development, Kampung Tubaan, District Tabalar, Berau Regency. When the study carried out in the first semester 2013/2014 academic year in August to October 2013.
Application of Research Subjects Research is Subjects Breeding In Generative (Productive) subjects were students of Class X the number of 15 people. Research on Product Early Learning Model shows that the effectiveness of the overall Peer tutoring is 47.50% of the expected criteria.
Students With Learning Activity, which is obtained is 46.67% of Criteria Activities Student that is expected.
Student Results, obtained is 48.33% of Criteria Student Results are expected. Research on Improving the Effectiveness Model Products shows that the Practical Experiment-based learning as a whole is 70% of the expected criteria. Student activity, which is obtained is:
71.67% of Criteria Activities Student that is expected.
Student Results, obtained is:.33% of Criteria Student Results are expected. Practical Application of Model-Based Learning Experiment on Plant Breeding In Generative Learning can improve Student Results of average data 47.50% to 70%.
Keywords: parctical Experiment, Plant Breeding, Generative
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 101 Abstrak
Penelitian ini di laksanakan di SMK Negeri 7 Berau, Jl.
Pembangunan, Kampung Tubaan, Kecamatan Tabalar, Kabupaten Berau. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 pada bulan Agustus hingga Oktober Tahun 2013. Subjek Penelitian Penerapan Penelitian adalah Mata Pelajaran Pembiakan Tanaman Secara Generatif (Produktif) Subjek penelitian adalah siswa Kelas X dengan jumlah 15 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan Penerapan Metode. Hasil Penelitian pada Produk Awal menunjukkan bahwa Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya secara keseluruhan adalah 47,50% dari kriteria yang diharapkan. Dengan Aktivitas Belajar Siswa, yang diperoleh adalah : 46,67% dari Kriteria Aktivitas Belajar Siswa yang di harapkan. Hasil Belajar Siswa, yang diperoleh adalah : 48,33% dari Kriteria Hasil Belajar Siswa yang di harapkan. Hasil Penelitian pada Penyempurnaan Produk menunjukkan bahwa Efektivitas Model Pembelajaran berbasis Practical Experiment secara keseluruhan adalah 70% dari kriteria yang diharapkan.
Aktivitas Belajar Siswa, yang diperoleh adalah: 71,67%
dari Kriteria Aktivitas Belajar Siswa yang di harapkan.
Hasil Belajar Siswa, yang diperoleh adalah:33% dari Kriteria Hasil Belajar Siswa yang di harapkan. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Practical Experiment pada Pembelajaran Pembiakan Tanaman Secara Generatif dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa dari data rata-rata 47,50% menjadi 70%.
Keywords :Parctical Experiment, Pembiakan Tanaman, Generatif
PENDAHULUAN
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang ikut mempengaruhinya.
Salah satu faktor tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 102
keberhasilan proses belajar mengajarsangat ditentukan oleh faktor guru.
Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Interaksi komunikasi, penerapan metode mengajar, dan pemakaian media pembelajaran yang baik dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar siswapun meningkat.
Proses pembelajaran mencakup di dalam proses pemilihan, penataan, dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai serta cara siswa berinteraksi dengan sumber informasi. Dalam suatu kegiatan pembelajaran selalu ada pesan yang dikomunikasikan, pesan ini dapat berupa uraian tentang topik-topik tertentu, arahan guru kepada siswa tentang langkah-langkah mempelajari topic-topik tertentu, daftar pertanyaan tentang topik yang sudah di pelajari oleh siswa, atau umpan balik dan informasi-informasi lainnya yang diperlukan.
Belajar sebagai sarana pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap baru pada diri siswa, pada saat mereka beriteraksi dengan informasi dan lingkungannya. Kegiatan belajar dapat dilakukan atau terjadi sepanjang waktu. Sementara Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk penyampaian informasi, seperti metode diskusi, kuliah, dan simulasi.
Tutor sebaya merupakan sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru, untuk membantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan sistem pembelajaran menggunakan tutor sebaya, akan membantu siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ), atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru, Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau pemberian pembelajaran antar siswa atau peserta didik. Hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri, dan kemudian membantu peserta didik lain, yang kurang mampu. Hal ini merupakan strategi untuk mendukung pengajaran, sesama peserta didik didalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas Pengembangan Model pembelajaran lainnya dengan menggunakan pembelajaran berbasis
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 103 Practical Experiment merupakan bentuk Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pembelajar dan memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu:
1) Menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial.
2) Dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran
3) Proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk kreativitas, karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk mengembangkan pembentukan masyarakat praktek.
Dikaitkan dengan Standar Pendidikan Nasional tahun 2005 menyatakan bahwa, standar mutu proses merupakan salah satu indicator rendahnya mutu pendidikan dasar dan menengah disebabkan karena kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa cenderung hanya menghafal materi, tidak memahami essensi makna materi, bahkan tidak mengetahui aplikasi tentang materi pembelajaran di dunia nyata. Hal ini karena materi pembelajaran disekolah kurang terkait dengan konteks lingkungan kehidupan siswa, baik konteks social, budaya, geografi, dan karakteristik siswa itu sendiri. Disini menunujukkan bahwa ada hal yang kurang tepat dalam pendekatan pembelajaran yang selama ini berlangsung disekolah.
Ditinjau dari segi proses, maka Mata Pelajaran Kejuruan di SMK memiliki berbagai keterampilan sains diantaranya keterampilan mengamati, menggunakan sebanyak mungkin indera, mengumpulkan fakta yang relevan, mencari kesamaan dan perbedaan dan mengaplikasikannya dalam suatu suatu hasil produk. Kenyataan dilapangan siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam belajar.Beberapa permasalahan yang teramati oleh penulis selaku guru produktif di SMK, diantara adalah :Penguasaan pemahaman konsep belajar siswa pada bidang Keahlian Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura masih sangat kurang. Kurangnya pemahaman
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 104
siswa dalam penguasaan konsep belajar sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di SMK Negeri 7 Berau. Pemahaman dan dan hasil belajar siswa yang masih kurang di SMK Negeri 7 Berau sehingga menyebabkan Aktivitas siswa sangat rendah.Pendekatan dan metode yang digunakan guru kurang tepat, dan kurang bervariasi
Dengan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Practical Experiment pada Pembelajaran Pembiakan Tanaman Secara Generatif di SMK NEGERI 7 BERAU diharapkan akan meningkatkan potensi siswa baik secara kognitif, psikomotorik, hingga afektif.
KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Tutor sebaya merupakan sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru, untuk membantu guru dalam melakukan bimbinganterhadap kawan sekelas. Dengan sistem pembelajaran menggunakan tutor sebaya, akan membantu siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ), atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru (Herianto dkk., 2010). Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau pemberian pembelajaran antar siswa atau peserta didik. Hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri, dan kemudian membantu peserta didik lain, yang kurang mampu. Hal ini merupakan strategi untuk mendukung pengajaran, sesama peserta didik didalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas ( Setiawati, 2009).
Pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sumber belajar tidak hanya dari guru melainkan dari teman sekelas yang nilai KKM nya lebih tinggi. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan, bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa malu untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Tutor berfungsi sebagai pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menimbulkan suasana kompetitif,
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 105 setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Peran tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan melalui metode diskusi kelompok tutor sebaya (Herianto dkk., 2010).
Metode tutor sebaya merupakan metode yang dilakukan dengan cara memperdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi atau latihan kepada teman-temannya yang belum paham. Pemakaian tutor dari teman mereka memungkinkan siswa tidak merasa enggan untuk bertanya, dengan adanya tutor dapat memberikan keringanan pada guru dalam memberikan contoh soal atau latihan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain. Dalam memilih tutor sebaya hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan dalam membantu orang lain.
Ini berarti bahwa tutor adalah murid yang tergolong baik dalam prestasi. Ada beberapa keuntungan metode tutor sebaya antara lain, 1 ) adanya suasana hubungan lebih akrab antara murid dengan tutor, 2 ) bersifat efisien, 3 ) bagi tutor merupakan pengayaan dan, 4 ) dapat meningkatkan rasa tanggung jawab. Namun demikian ada kekurangannya yaitu guru harus tahu siswa yang mempunyai pemahaman lebih, pengawasan tutor harus dilakukan dengan baik dan proses tutoring akan terhambat manakala siswa yang ditutori merasa rendah diri. Pemasalahan dalam metode ini antara lain apabila di dalam kelas tidak ada yang mampu dan bersedia menjadi tutor sebaya.
Tutor sebaya menurut Djamarah dan Zain dikutif (Azimatul dan Rosijono, 2010) adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri.
Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari gurunyayang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri dari kedua pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran tutor sebaya merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa sekelas yang memiliki kemampuan dan kriteria sebagai tutor untuk membimbing teman lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan dari gurunya. Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu siswa dalam mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok siswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada siswa-siswa lainnya dan
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 106
memiliki kemampuan menjelaskan kembali pemahaman yang dimiliki.Menurut Gintings dikutif (Amizatul dan Rusijono, 2010) penjelasan mengenai Produkan-Produkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran tutor sebaya. Produkan-Produkan tersebut adalah sebagai berikut:1) langkah perencanaan, guru mempelajari bahan ajar dengan seksama dan mengedentifikasi bagian-bagian yang sulit dari isi bahan ajar kemudian menyusun strategi untuk membantu siswa menghadapi kesulitan agar bisa mempelajari bagianyang sulit. 2) langkah persiapan, guru menyiapkan bahan ajar tambahan seperti variasi, contoh-contoh penyelesaian soal atau LKS.
3) langkah pelaksanaan, guru mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami bahan ajar yang diberikan dan sulit dipahami dan melaksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkah-langkah yang telah disiapkan.
4) langkah evaluasi, guru melakukan tanya jawab untuk meyakinkan bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya dan memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan tugas mandiri.
Kriteria Tutor Sebaya
Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria yaitu, memiliki kemampuan akademik di atas Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) siswa satu kelas, mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa, memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademik yang baik, memiliki sifat toleransi dan tenggang rasa dengan sesama, memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik, bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab, suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan. Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut yaitu, 1)
memberikan tutorial
kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari, 2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis, 3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai, 4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dalam memecahkan masalah yang dihadapi, 5) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari, peran guru dalam metode
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 107 diskusi kelompok terbimbing dengan tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya guru hanya melakukan intervensi ketika betul – betul diperlukan oleh siswa (Setiawati, 2009) Model Pembelajaran Berbasis Practical Experiment
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka (Grant, 2008).
Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu:
1. Menetapkan tema proyek
Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
a. Memuat gagasan yang penting dan menarik b. Mendeskripsikan masalah kompleks
c. Mengutamakan pemecahan masalah.
2. Menetapkan konteks belajar Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
a. Mengutamakan otonomi siswa b. Melakukan inquiry
c. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien d. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab 3. Merencanakan aktivitas
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah mencari sumber yang berkait dengan tema proyek.
4. Memproses aktivitas, dan
Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain:
a. Membuat sketsa
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 108
b. Melukiskan analisa rancangan proyek.
5. Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.
Langkah-langkah yang dilakukan, adalah:
a. mengerjakan proyek berdasarkan sketsa b. membuat laporan terkait dengan proyek, dan c. mempresentasikan proyek
Kelima langkah tersebut mengandung interprestasi bahwa dalam mengerjakan proyek, siswa dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim mereka.
Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa.
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek yang sangat khas, maka da persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar strategi pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain:
a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang kompleks.
b. Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan penentuan menganai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan proyek.
c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus.
d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek.
e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik.
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 109 f. Diperlukan ketrampilan lebih dari satu bidang guna menyelesaikan
problem yang di timbulkan.
g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok – kelompok.
h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah.
Berpijak pada uraian diatas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan strategis berbasis proyek, proyek kerja apa yang akan dibuat atau dikerjakan siswa harus sudah jelas. Selain itu bentuk proyek yang dirancang tersebut harus memberi kemungkinan bagi siswa untuk saling bekerja sama seoptimal mungkin antara sesama anggota kelompok.Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.
Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pembelajar dan memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu:
1) Menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial.
2) Dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran
3) Proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk kreativitas, karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 110
diterapkan untuk mengembangkan pembentukan masyarakat praktek (Grant, 2008).
Sama seperti pembelajaran pada umumnya, strategi pembelajaran berbasis proyek terdiri atas tiga Produkan utama, yaitu:
a. Produk perencanaan pembelajaran proyek.
Mengingat perencanaan strategi pembelajaran berbasis proyek harus disusun secara sistematis maka langkah – langkah perencanaan dirancang sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek.
2. Menganalisis karakteristik siswa.
3. Merumuskan strategi pembelajaran.
4. Membuat lembar kerja.
5. Merancang kebutuhan sumber belajar.
6. Merancang alat evaluasi.
b. Produk pelaksanaan pembelajaran proyek.
Agar proses pelaksanaan praktik kejuruan dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek ini berjalan dengan baik, ada beberapa kegiatan yang dilakukan:
1. Mempersiapkan sumber belajar yang disiapkan.
2. Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja.
3. Mengelumpukkan siswa sesuai dengan tugas masing – masing.
4. Mengerjakan proyek.
c. Produk evaluasi pembelajaran proyek.
Produk evaluasi merupakan Produk penting dalam pembelajaran berbasis proyek. Agar guru mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai.Penilaian melalui tugas dilakukan terhadap tugas yang dikerjakan siswa secara individu atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas sering berkaitan dengan pengumpulan data/bahan, analisis data, penyajian data atau bahan, dan pembuatan laporan. Penilaian tugas dapat dilakukan terhadap proses selama pengerjaan tugas atau terhadap hasil tugas akhir. Dengan demikian guru dapat menetapkan hal – hal yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale).
Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa tergantung dari rancangan Produk pembelajaran. Produk pelajaran yang dirancang harus dapat menggali penemuan-penemuan mereka
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 111 sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek, pendidik harus mampu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi proyek secara demokratis.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yangbelajar. Bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapijuga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap.
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu.
Hasil belajar, tidak terlepas dari kata belajar itu sendiri. Moh Surya (dalam A Sudrajat (2011; 41) ”belajar dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.Pengertian dan pandangan tentang belajar memiliki cakupan yang sangat kompleks, meliputi berbagai aspek kehidupan, belajar dilakukan secara terus menerus, baik dalam suasana formal maupun informal dengan setting yang berbeda, dilingkungan keluarga, organisasi, mengisi waktu senggang, melalui kegiatan kemasyarakatan, dan setiap aktivitas yang bersifat praktis lainnya. Lebih lanjutASudrajat (2011; 42) mengatakan kata kunci dari belajar adalah: “perubahan perilaku sebagai hasil belajar atau prestasi belajar”. Seseorang atau individu dikatakan mengalami proses belajar ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan yang positif dalam dirinya, suatu keberhasilan atau kegagalan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan dan dialami
Hasil belajar, tidak terlepas dari kata belajar itu sendiri. Moh Surya (dalam A Sudrajat (2011; 41) ”belajar dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.Pengertian dan pandangan tentang belajar memiliki cakupan yang sangat kompleks, meliputi berbagai aspek kehidupan, belajar dilakukan secara terus menerus, baik dalam suasana formal maupun informal dengan setting yang berbeda, dilingkungan keluarga, organisasi, mengisi waktu senggang, melalui kegiatan kemasyarakatan, dan setiap aktivitas yang bersifat praktis lainnya. Lebih lanjutASudrajat (2011; 42) mengatakan kata kunci dari belajar adalah: “perubahan perilaku sebagai hasil belajar atau prestasi belajar”. Seseorang atau individu dikatakan mengalami proses belajar ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan yang positif dalam dirinya, suatu keberhasilan atau kegagalan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan dan dialami