Yunianto Hendrawardhana, M.Pd Guru IPA SMP Negeri 19Samarinda
Abstract
This class action research aims to improve science learning outcomes in the classroom by improving the effectiveness of teaching and learning activities in the classroom VIIIA of SMP Negeri 19 Samarinda. After applying the study of media use electric Charta in teaching and learning activities in the classroom, teaching and learning activities to be more effective and have an impact on student learning outcomes are increasing. This study consisted of two cycles of the 23 students. Data collection through teacher observation and collaborator, as well as the value of data collection in the form of student achievement. The data were analyzed by using percentage description. Based on the research that has been done can be concluded that the use of electric Charta media can improve the learning and teaching science in the classroom. Improved understanding of the students require habituation to the media, methods / ways that will be applied. Habituation can be through a learning structure, penggulangan and consistency of teaching. In addition to success in the teaching process is influenced by several factors, among others: a student's readiness to accept the lesson, the method used by teachers in teaching, as well as props or media used in teaching and learning ang accordance with the concept / material presented.
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 153 Keywords: Media Education, Learning Outcomes, Charta Electrical
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 154
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan meningkatkan hasil belajar IPA di kelas dengan meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar di kelas VIIIA SMP Negeri 19 Samarinda.Setelah menerapkan penggunaan media belajar charta elektrik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan berdampak pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus terhadap 23 orang siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi guru dan kolabolator, juga pengambilan data berupa nilai sebagai prestasi belajar siswa. Analisis data dilakukan secara deskripsi dengan teknik persentase.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa penggunaan media charta elektrik dapat meningkatkan hasil belajar mengajar IPA di kelas. Peningkatan pemahaman siswa memerlukan pembiasaan terhadap media, metode/cara yang akan diterapkan. Pembiasaan tersebut dapat melalui pola struktur belajar, penggulangan dan konsistensi pengajaran. Selain itu keberhasilan dalam proses pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, metode yang digunakan guru dalam mengajar, serta alat peraga atau media belajar ang digunakan dalam mengajar sesuai dengan konsep/materi yang disajikan.
Kata kunci: Media Pembelajaran, Hasil Belajar, Charta Elektrik
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka sudah selayaknya generasi muda sebagai harapan bangsa semakin dituntut untuk menunjukan prestasi serta potensi yang dimiliki untuk mendukung kemajuan bangsa. Sayangnya sedikit generasi muda
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 155 sekarang terutama pelajara kurang antusias menuntu ilmu pengetahuan.
Pelajar dihadapkan pada kemajuan teknologui diera globalisasi, hal ini mustahil mennghasilkan generasi yang diharapkan jika hasil belajar masih minim.
Kekhawatiran ini dapat terlihat jelas dalam dunia pendidikan terutama di SMPN 19 Samarinda. Banyak siswa menganggap belajar di sekolah hanya untuk memenuhi keinginan orangtua. Hanya sebagian kecil siswa yang sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan bagi diri mereka sendiri. Apalagi Siswa berhadapan dengan ilmu sains yang sebagain besar siswa mengatakan sulit, sehingga berdampak pada hasil belajarnya.
Ilmu Sains selalu berkembang, IPA contohnya, untuk belajar IPA tidak terpaku pada hapalan saja tapi harus pandai memahami dan menggali informasi dalam upaya memecahkan masalah. Di SMPN 19 Samarinda yang boleh dikata memiliki siswa yang heterogen baik dari segi kepandaian, perilaku, minat dan daya serap, tentu diperlukan cara yang efektif agar IPA mudah diterima dan disenangi siswa agar hasil belajarnya meningkat.
Berdasarkan keheterogenan siswa SMPN 19 Samarinda itu peneliti berusaha mencari media yang sesuai dan tepat agar dapat diterapkan guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa.Dalam mempelajari atau memahami suatu materi pelajaran IPA, guru sering menemukan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut yang juga terjadi di SMPN 19 Samarinda, hal ini disebabkan antara lain:minat belajar siswa yang masih rendah, tidak tertariknya siswa pada konsep yang disampaikan, tidak jelasnya penerimaan siswa dalam memahami konsep/materi, tidak adanya media belajar yang diperlukan untuk konsep/materi, penggunaan media belajar yang kurang sesuai dengan konsep/materi pelajaran disajikan, metode yang dipergunakan guru kurang tepat, masih banyak siswa yang belum paham / mengerti tapi malu bertanya / takut bertanya.
Selain itu, seiring dengan pengalaman menghadapi siswa yang cenderung sulit menerima komunikasi secara verbal, maka peneliti menganggap perlu untuk mengujicobakan suatu media/alat pembelajaran yang nantinya dapat berguna bagi keefektivitas dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran tersebut berupa charta elektrik, yaitu suatu gambar atau charta (misalnya gambar/charta rangka tubuh manusia) yang mana setiap bagian gambar
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 156
yang ditunjuk diberi lampu led yang bisa menyala, lalu pada keterangan gambar diberi paku pines yang terhubung dengan lampu led tadi. Jika kita menunjuk atau menyentuhketerangan gambar yang diberi paku pines dengan antena radio yang terhubung dengan charta tersebut maka lampu led akan menyala.
Penggunaan gambar atau charta pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas mungkin sudah biasa akan tetapi penggunaan charta elektrik merupakan suatu hal yang baru dan menarik, khususnya bagi siswa SMPN 19 yang letaknya dipinggiran kota Samarinda.
Charta elektrik yaitu gambar atau charta yang diberi lampu led yang dapat menyala disetiap bagian-bagiannya gambar. Oleh karenanya penerapan media pembelajaran dengan menggunakan charta elektrik di harapkan dapat menimbulkan minat siswa dan diharapkan proses kegiatan belajar mengajar lebih efektif.Secara umum diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar IPAdi kelas dengan meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar di kelas dengan mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep atau materi yang dipelajari, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep atau materi yang dipelajari, menemukan media yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar, meningkatkan pemikiran kritis guru dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah di kelas dan meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Efektivitas Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang efektif adalah syarat utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan dalam pembelajaran. Efektif bermakna tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Seluruh potensi yang dapat dioptimalkan hendaknya dipergunakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Efektif juga dapat berarti tepat sasaran, dimana guru sebagai penyampai materi pelajaran dan siswa berada pada tempat sesuai posisinya yaitu orang akan menerima materi pelajaran. Hal ini salah satunya dikarenakan ditunjang dengan penggunaan media yang tepat pula.
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 157 Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Pada pendidikan kurikulum negara kita lebih di kenal dengan media pembelajaran. Menurut Sudrajat (2011; 145) ‘media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat terciptanya proses pada diri siswa’
Pendapat lain bahwa, ‘segala bentuk yang digunakan menyalurkan informasi maka media dapat diartikan, segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut’ A Siedharta (dalam E Mulyasa 2009; 175). Jadi jelaslah bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga terdorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Sejalan dengan perkembangan iptek saat ini, khusus dalam bidang pendidikan media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif dengan tujuan siswa mampu termotivasi dan terangsang untuk belajar melalui media pembelajaran agar mampu membangkitkan keinginan dan minat baru. Musfiqon (2012 ; 116) berpendapat bahwa seorang guru bisa memperhatikan media yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk dukungan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Prinsif efektif adalah keberhasilan pembelajaran yang diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan sedangkan efisiensi adalah pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan biaya, waktu, dan sumber daya lain seminimal mungkin.
Manfaat media pembelajaran pada penelitian ini yakni beberapa barang bekas sederhana yang terangkai, dalam upaya menumbuhkan minat, dan keaktifan dan meningkatkan hasil belajar lompat tinggi, disamping itu pengunaan media pembelajaran ini sebagai wujud dukungan dan partisipasi pada sekolah adiwiyata atau berwawasan lingkungan hidup, serta bertujuan memberikan penghematan biaya baik dari guru, siswa maupun pihak sekolah.
Pemilihan beberapa barang bekas ini sebagai media pembelajaran, didasari pada komponen perencanaan pembelajaran, dengan pertimbangan tersedianya banyak bahan yang dijadikan sarana, mudah didapat dengan jumlah tidak terbatas serta tidak jauh dari lingkup
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 158
sekolah, menurut E Mulyasa (2009; 176) menyatakan bahwa “pemilihan media pembelajaran harus melihat komponen perencanaan pembelajaran seperti tujuan, materi, metode, pendekatan, evaluasi dan perkembangan karateristik siswa”.
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.Dalam kegiatan proses belajar mengajar diperlukan sarana dan prasana penunjang, salah satunya media belajar. Pemilihan dan penggunaan media belajar yang sesuai dan tepat tentunya dapat meningkat semangat dan minat belajar siswa, juga berdampak pada keefektivan kegiatan belajar mengajar di kelas. Media yang paling efektif dalam pengelolaan suatu kelas adalah media yang mudah digunakan, murah dan yang terpenting dapat menjadi fasilitas utama dalam strukturisasi pemahaman akademik siswa.
Media Belajar Charta Elektrik
Charta elektrik yaitu gambar atau charta yang diberi lampu led yang dapat menyala disetiap bagian-bagiannya gambar yang ditunjuk.
Cara menggunakan charta elektrik: Pada proses belajar mengajar gambar charta yang sudah dirangcang diletakkan di depan kelas agar dapat terlihat oleh seluruh siswa. Kemudian dihubungkan dengan sumber daya yang sesuai, lalu guru menunjukkan tulang-tulang penyusun rangka manusia dengan cara menyentuhkan ujung antena dengan kepala paku pines sehingga lampu led yang sesuai dengan keterangan yang ditunjuk akan menyala.
Hakekat Sains (IPA)
Menurut Ibrahim, M dkk (2004:1) Guru Sains berkewajiban mendidik para siswa melalui pembelajaran sains dan sekaligus meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sains serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar pendidikan dan pengajaran dapat berlangsung dengan baik dan terarah, maka terlebih dulu guru sains harus memahami dengan baik hakekat sains. Disamping itu guru harus memahami dengan karakteristik siswa yang dihadapinya serta kemampuan–kemampuan lain antara lain keterampilan dasar mengajar, kemampuan memilih dan menggunakan media
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 159 pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran, sebagai seorang pendidik yang profesional. Berikut akan diuraikan hakekat sains yang berisi: (a) Apakah sains itu? (b) Metode ilmiah sains? (c) Nilai-nilai sains? Penguasaan dan pemahaman hal-hal di atas oleh guru, diharapkan guru mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran. Dengan demikian tujuan pendidikan dan pengajaran seperti yang diharapkan dapat tercapai.
Carin dan Sund (1993) mendefinikan IPA sebagi pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eskperimen.Merujuk pada pengertian IPA itu maka hakikat IPA meliputi 4 unsur utama yaitu:
Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam dan makhluk hidup
Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah Produk : berupa fakta, teori prinsip dan hukum
Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep ipa dalam kehidupan.
Menurut Gordon (1996) enam jalur utama menuju otak dalam belajar melaluiapa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita kecap, apa yang kita sentuh, apa yang kita baui dan apa yang kita lakukan. Kemampuan rata-rata manusiadalam mengingat mempengaruhi proses pembelajaran, sebagaiman disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Kemampuan Rata-Rata Manusia Dalam Mengingat Mengingat Sesudah 3 Jam Sesudah 3 hari Verbal saja
Berdasarkan tabel1 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa belajar dengan menggunakan indera pendengaran saja mengakibatkan informasi yang diterima hanya dapat diingat 70% dalam waktu setelah 3 jam dan semakin berkurang dimana setelah 3 hari informasi yang dapat diingat tinggal 10% saja. Sedangkan belajar dengan mengunakan indera penglihatan saja mengakibatkan informasi yang diterima hanya dapat diingat 72% setelah 3 jam dan semakin berkurang dimana setelah 3 hari informasi yang dapat diingat tinggal 20% saja. Hal ini dapat diperbaiki dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan secara bersama-sama dimana informasi yang diterima dapat bertahan diingat
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 160
sebanyak 85% setelah 3 jam dan setelah 3 hari informasi yang masih dapat diingat sebanyak 20%.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yangbelajar. Bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapijuga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap.
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu.
Menurut (Dimyati dan Mudjiono, dalam Munawar, 2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat kemampuan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut (Hamalik dalam Munawar 2009) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Sedangkan menurut (Syaiful dan Aswan dalam Munawar, 2009) hasil belajar adalah hasil dalam penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.
Dari serangkaian pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebuah proses perubahan pengetahuan, berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar biasanya diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, baik berupa pengetahuan, maupun angka-angka maupun skor yang didapat siswa setelah tes diberikan yang merupakan hasil dari belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai sutu tujuan pendidikan.
Hasil belajar, tidak terlepas dari kata belajar itu sendiri. Moh Surya (dalam A Sudrajat (2011; 41) ”belajar dapat diartikan sebagai
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 161 proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.Pengertian dan pandangan tentang belajar memiliki cakupan yang sangat kompleks, meliputi berbagai aspek kehidupan, belajar dilakukan secara terus menerus, baik dalam suasana formal maupun informal dengan setting yang berbeda, dilingkungan keluarga, organisasi, mengisi waktu senggang, melalui kegiatan kemasyarakatan, dan setiap aktivitas yang bersifat praktis lainnya. Lebih lanjutASudrajat (2011; 42) mengatakan kata kunci dari belajar adalah: “perubahan perilaku sebagai hasil belajar atau prestasi belajar”. Seseorang atau individu dikatakan mengalami proses belajar ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan yang positif dalam dirinya, suatu keberhasilan atau kegagalan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan dan dialami oleh siswa baik ketika berada di sekolah maupun ketika berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat.
Keberhasilan dalam melaksanakan kurikulum pendidikan yang dikelompokkan pada empat jenis belajar, Tukiran dkk (2011; 9) menyatakan empat pilar tersebut adalah:
1). Belajar mengetahui (learning to know) yakni mendapatkan instrumen atau pemahaman
2). Belajar berbuat (learning to do) yakni mampu bertindak kreatif di lingkungannya dengan belajar mengetahui dan berbuat sampai batas yang luas
3). Belajar hidup bersama (learning to live together) yakni mampu berperan serta dan kerja sama dengan orang lain dalam semua kegiatan manuasia,
4). Belajar menjadi seseorang (learning to be) yakni kemajuan dari kelanjutan tiga sendi diatas sehingga pendidikan akan memberi sumbangsih nyata pada perkembangan seutuhnya dari setiap jiwa, raga, inteligensia, kepekaan, tanggung jawab.
Terkait dengan teori tentang belajar di atas, maka proses dari belajar itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Tentang hasil belajar ini, S Arikunto (dalam Ekawarna 2009; 41) mengemukakan bahwa ”hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam angka huruf atau kata-kata, baik sedang ataupun kurang. Penilaian hasil belajar oleh guru adalah untuk mengetahui
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 162
sejauhmana efektivitas proses belajar, ketepatan proses pengajaran dan strategi belajar yang digunakan serta tingkat kemampuan kesiapan siswa”.
Makna dasar yang terkandung dalam teori di atas bahwa hasil belajar adalah pencapaian hasil oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Bentuk pengukuran melalui proses pembelajaran berbentuk evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang secara luas telah digunakan yakni evaluasi hasil belajar. Lebih lanjut Moh Surya (dalam A Sudrajat 2011; 42) mengatakan bahwa: ciri-ciri dariperilaku dalam belajar yaitu:
(1) Perubahan yang disadari dan disengaja;
(2) Perubahan yang berkesinambungan;
(3) Perubahan yang fungsional;
(4) Perubahan yang bersifat positif;
(5) Perubahan yang bersifat aktif;
(6) Perubahan yang bersifat permanen;
(7) Perubahan yang bertujuan dan terarah; dan (8) Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Beberapa pendapat diatas menjadi pokok bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang dilakukan peserta didik untuk mendapatkan perubahan-perubahan pada dirinya setelah melakukan proses pembelajaran dengan penilaian mengunakan pengukuran nilai yang dirancang sesuai dengan metode dan penerapan kurikulum yang ada.
METODE
Penelitian dibagi empat tahap, yaitu : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan (observasi) dan tahap refleksi. Pada tahap persiapan dilakukan diagnosa awal tentang kemampuan siswa;
menyiapkan silabus, RP dan LKS; menyiapkan bahan ajar; menyiapkan charta elektrik; menyiapkan soal.Pada tahap pelaksanaan terdiri atas 2 siklus : Siklus I membahas tentang materi Sistem Rangka Tubuh Manusia (Pertemuan 1); Siklus II masih kelanjutan dari materi Sistem Rangka Tubuh Manusia (Pertemuan 2).Pada tahap pengamatan (observasi), dengan dilakukan tes baik pre tes maupun post tes. Di samping itu juga dilakukan observasi aktifitas minat belajar, daftar cek, angket dan wawancara.Pada tahap refleksi, jika pada siklus I menunjukan bahwa efektivitas siswa terhadap pemahaman materi atau konsep tentang
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 163 rangka tubuh manusia masih kurang hal ini berarti ”kelas tidak tuntas”
maka akan dilanjutkan pada siklus II dengan mengadakan perbaikan-perbaikan.
Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan sistem mengajar guru sebanyak 4 jam pelajaran (4 x 40 menit) tiap minggu. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus yaitu siklus 1 (4x40 menit atau 1x pertemuan) membahas tentang materi: Sistem Rangka Tubuh Manusia, termasuk ulangan formatif 1. Siklus 2 (4x40 menit atau 1x pertemuan) membahas tentang materi: kelanjutan Sistem Rangka Tubuh Manusia, termasuk ulangan formatif 2 dan ulangan harian/sumatif.
Pada tahap pengamatan, hal-hal yang akan diamati adalah aktivitas dan partisipasi siswa selama pembelajaran, kemampuan melakukan tanya jawab selama proses belajar berlangsung, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Keberhasilan dalam penelitian ini diperlihatkan antara lain seluruh siswa aktusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, seluruh siswa dapat memahami materi pelajaran yang di sampaikan, 85% siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru dan ketuntasan belajar klasikalnya 85%.
Evaluasi yang dilakukan peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak hanya melakukan penilaian dari segi pengetahuan siswa saja, tetapi juga dari segi sikap dan keterampilannya.
Hal itu sudah tampak pada saat KBM berlangsung. Dimana pada saat kegiatan diskusi dan kerja kelompok, peneliti langsung dapat mengambil nilai sikap siswa dan nilai keterampilan siswa, sedangkan pada saat memberikan tes formatif dan subsumatif, peneliti langsung dapat mengambil data nilai pengetahuan siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilaksanakannya penelitian pada Siklus I yang membahas tentang materi Sistem Rangka Tubuh Manusia diperoleh hasil yaitu persentase ketuntasan kelas pada tes formatif I = 73,91% dan dari hasil tes formatif I, guru dapat mengelompokkan siswa mana yang termasuk kelompok kurang, sedang dan baik, dengan kriteria siswa yang mempunyai skor / nilai ≤ 50 digolongkan pada kelompok kurang, nilai 60-70 digolongkan pada kelompok sedang dan nilai > 70 digolongkan pada kelompok baik.
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 164
Dari hasil tes formatif I diperoleh informasi yaitu siswa dengan nilai ≤ 50 ada 1 orang yakni siswa dengan nomor urut absen, 23, ke-satu siswa ini termasuk kelompok kurang dengan persentase 4,34%, siswa dengan nilai 60-70 ada 15 orang, yakni siswa dengan nomor urut absen:
1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,13,14,16,18,21 sehingga ke-15 siswa ini termasuk kelompok sedang dengan persentase 65,21%.Siswa dengan nilai diatas 70 ada 7 orang yakni siswa dengan nomor urut absen:
4,12,15,17,19,20,22, ke-7 siswa ini termasuk kelompok baik dengan persentase 30,43%. Hasil dari siklus 1 disajikan Tabel 3.
Tabel 2. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Tes Formatif I Nilai Jumlah Siswa
90 80 70 60 50
2 5 10
5 1
Kendala yang terjadi selama pelaksanaan siklus 1 adalah masih banyak kesalahan dalam pengisian LKS, persentase ketuntasan klasikal tes formatif I belummencapai 85,00%, dan persentase untuk kelompok baik kurang dari setengah jumlah siswa.Hal ini menunjukan sebagian besar siswa kurang memahami konsep atau materi yang
Kendala yang terjadi selama pelaksanaan siklus 1 adalah masih banyak kesalahan dalam pengisian LKS, persentase ketuntasan klasikal tes formatif I belummencapai 85,00%, dan persentase untuk kelompok baik kurang dari setengah jumlah siswa.Hal ini menunjukan sebagian besar siswa kurang memahami konsep atau materi yang