• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakekat Belajar dan PembelajaranMatematika di Sekolah

Pengetahuan dasar matematika dan keterampilan penggunaannya merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang. Orang yang tidak tahu dan tidak dapat melakukan proses-proses sederhana akan banyak bergantung kepada orang lain. Membilang, manambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan mengukur merupakan proses matematika sederhana. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diberikan dan ditambahkan secara kontinyu pada setiap pembelajaran matematika di sekolah. Pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar, Tugas dan tanggungjawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif sehingga peserta didik dapat terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran. Adapun yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pengajaran berjalan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif (Rohani, 2011) adalah:

1. Pengusaan bahan pengajaran 2. Penggunaan bahasa

3. Penggunaan metode pengajaran

4. Penggunaan alat-alat atau media pengajaran

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 69 5. Memahami peserta didik

6. Menaruh minat terhadap peserta didik 7. Tidak membeda-bedakan peserta didik 8. Memberikan tugas-tugas yang sesuai 9. Adil dalam memberikan angka 10. Memiliki rasa humor

11. Kerapian berpakaian

12. Mengusai keterlibatan kelas 13. Keefektifitasan mengajar

Dalam mengajarkan matematika harus bisa memahami dan mengetahui bahwa kemampuan setiap siswa itu berbeda, dan semua siswa belum tentu senang dengan pembelajaran matematika. Memang tujuan akhir dalam pembelajaran matematika di SD agar siswa terampil dalm menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(Herumen, 2010) pada pembelajaran matematika harus terkait dengan pengalaman belajar matematika sebelumnya. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali siswa dalam berfikir logis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerjasama. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan menggunakan symbol, tabel, diagram, dan media lain. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek seperti bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yangbelajar. Bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapijuga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap.

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu.

Menurut (Dimyati dan Mudjiono, dalam Munawar, 2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 70

kemampuan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut (Hamalik dalam Munawar 2009) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Sedangkan menurut (Syaiful dan Aswan dalam Munawar, 2009) hasil belajar adalah hasil dalam penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.

Dari serangkaian pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebuah proses perubahan pengetahuan, berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar biasanya diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, baik berupa pengetahuan, maupun angka-angka maupun skor yang didapat siswa setelah tes diberikan yang merupakan hasil dari belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai sutu tujuan pendidikan.

Operasi Bilangan Berpangkat Dua

Bilangan berpangkat dua adalah perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Contoh: 32 disebut bilangan berpangkat, 3 disebut bilangan pokok dan 2 disebut bilangan pangkat. 32 (di ucapkan tiga pangkat dua atau 3 kuadrat). Dan perkalian berulang pada 32 adalah 3 X 3.

Operasi bilangan berpangkat dua merupakan operasi hitung atau pengerjaan hitung yang dapat berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada dua bilangan atau lebih bilangan berpangkat dua.

Contoh:

32 + 52 = … 102 – 42 – 22 = ….

9 + 25 = 34 100 – 16 – 4 = 80 Media Monopoli Matematika

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 71 Media pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam Mayasa, 2012) adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran yang banyak verbalisme tentu akan cepat membosankan, sebaliknya pelajaran yang menggunakan media pembelajaran lebih menarik dan memberikan suasana gembira karena siswa tertarik dan mudah memahami materi pembelajaran.

Media monopoli matematika adalah sebuah alternatif media pembelajaran yang ditujukan untuk melatih keterampilan siswa dalam menerapkan operasi hitung bilangan berpangkat dua. Media monopoli matematika juga merupakan media yang mirip seperti permainan monopoli yang biasa dimainkan dan sudah dikenal oleh siswa. Media monopoli matematika terbuat dari bahan-bahan dan alat yang sederhana yang ada dilingkungan siswa yaitu berupa kertas karton, batu, koin, spidol, penggaris, dan gunting.

METODE

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah 24 siswa, yang terdiri atas 16 siswa laki – laki dan 8 siswa perempuan. Kemampuan akademik mereka beragam, mulai dari kemampuan rendah, sedang dan tinggi, sehingga cocok menggunakan media monopoli matematika dalam pembelajaran pada materi operasi hitung bilangan berpangkat dua.

Sedangkan sebagai pelaksana tindakan adalah penulis sendiri, dengan dibantu oleh seorang guru SDN 008 Malinau Kota untuk melaksanakan observasi terhadap kemampuan guru melakukan pembelajaran dan terhadap aktivitas siswa pada saat pelaksanaan tindakan.Penelitian ini akan dilaksanapan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2013-2014di SDN 008 Malinau Kota yang beralamat di Jl.

Panembahan RT. XII Kecamatam Malinau Kota Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Timur.

Media monopoli matematika dirancang dalam bentuk permainan yang bukan hanya akan membuat siswa menjadi lebih senang belajar matematika tetapi ilmu pengetahuan juga tetap diperoleh. Selain itu siswa menjadi lebih kreatif dalam pengajuan soal-soal dan sekaligus kunci jawaban dari soal-soal yang berhubungan dengan operasi hitung bilangan berpangkat dua. Selain itu kerjasama antara anggota kelompokpun lebih terlihat pada saat mempersiapkan soal-soal dan

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 72

kunci jawabannya. Bahkan siswa yang telah bisa dan paham akan mengajari temannya agar bisa.

Kelengkapan dari permainan Monopoli Matematika, terdiri dari : a. Papan permainan Monopoli Matematika

b. 100 buah Bintang-bintang kertas dua warna sebagai pengganti uang-uangan

c. 20 Kartu pertanyaan sebagai pengganti kartu hak milik d. Sebuah koin sebagai pengganti dadu

e. 2 Buah batu warna-warni sebagai wakil dari pemain, sebagaimana disajikan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Kelengkapan Monopoli Matematika

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 73 Gambar 2. Contoh Papan Monopoli Matematika

Media monopoli matematika digunakan seperti permainan monopoli biasa, yang menjadi perbedaan adalah dalam monopoli matematika menguasai ilmu pengetahuan yang dibuat sendiri oleh siswa dalam kelompoknya. Berikut adalah cara bermain monopoli matematika 1. Permainan ini dimainkan dalam 2 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 anggota.

2. Papan monopoli yang terdiri dari 12 petak.

3. Sebuah koin digunakan sebagai pengganti dadu bertuliskan angka 1 (berarti satu kali melangkah) pada sisinya dan sisi yang lain bertuliskan angka 2 (berarti 2 kali melangkah).

4. Batu berwarna-warni digunakan untuk mewakili pemain.

5. 10 buah kartu monopoli berisi pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing kelompok.

6. Bintang-bintang dari kertas digunakan sebagai penghargaan bagi kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

7. Permainan dilakukan oleh masing-masing kelompok secara bergantian dengan cara melempar koin. Dan melangkah pada petak monopoli sesuai dengan hasil lemparan koin.

8. Kelompok yang melangkah atau main akan mendapat pertanyaan dari kelompok lawan sesuai dengan nomor yang ada pada petak monopoli.

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 74

9. Kelompok yang mendapat pertanyaan diberikan waktu menjawab selama 3 menit. Memecahkan permasalahan secara bersama-sama, tetapi menjawab secara bergantian masing-masing kelompok.

10. Apabila kelompok yang mendapat giliran dapat menjawab dengan benar pertanyaan dari kelompok lawan, maka kelompok tersebut berhak memperoleh bintang dari kelompok lawan sebanyak nomor soal berapa yang berhasil dijawab.

11. Apabila kelompok yang mendapat giliran menjawab soal tersebut tidak dapat menjawab, maka bintang akan menjadi milik kelompok lawan.

12. Permainan dianggap berakhir apabila salah satu kelompok telah mencapai petak “Selesai”.

13. Kelompok yang dianggap pemenang adalah kelompok yang paling banyak memperoleh “Bintang”

Prosedur Penggunaan Alat dalam Pembelajaran sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dan tiap kelompok 4-5 siswa. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas membuat bintang dari kertas sebanyak 50 buah dengan warna yang berbeda, sebuah batu kecil berwarna, dan sebuah uang koin.

2. Guru mempersiapkan sebuah “Papan Monopoli Matematika” dan 20 kartu soal untuk sepasang kelompok

3. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas membuat 10 buah soal bilangan berpangkat dua dan operasi hitungnya yang disertai dengan kunci jawaban

4. Guru membimbing siswa dalam kelompoknya secara bergantian dalam membuat soal, dan memeriksa kunci jawaban yang telah dibuat siswa.

5. Siswa memindahkan soal pada kartu soal monopoli yang telah disiapkan oleh guru,dan menuliskan kunci jawaban pada kertas yang telah disediakan

6. Setelah semua siap, guru memilih kelompok untuk bermain monopoli matematika secara berpasangan (sebuah papan monopoli dimainkan oleh 2 kelompok)

7. Guru memberitahukan kepada siswa aturan yang berlaku dalam permainan monopoli matematika

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 75 8. Siswa bermain monopoli matematika sesuai aturan yang telah

diberikan

9. Guru memberikan apresiasi pada kelompok yang memperoleh bintang terbanyak

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

Prestasi Siswa Sebelum Penggunaan Media Monopoli Matematika Sebelum menggunakan media monopoli matematika dalam pembelajaran operasi hitung bilangan berpangkat dua, penulis melaksakan pembelajaran tanpa menggunakan media atau alat peraga apapun. Karena pada saat pemberian materi konsep bilangan berpangkat dua, semua siswa telah tuntas belajar atau nilai siswa berada diatas KKM yaitu 60 keatas. Ini yang menjadi alasan penulis untuk tidak menggunakan media pembelajaran apapun.

Tetapi pada saat beralih ke materi operasi hitung bilangan berpangkat dua, sebagian dari siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan secara asal-asalan. Sehingga terjadilah kesalahan konsep.

Setelah dilakukan refleksi bersama teman sejawat disimpulkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan kurang menarik dan monoton,karena pada saat pembelajaran berlangsung, penulis sebagai guru langsung memberikan contoh soal, siswa menyelesaikan soal yang bentuknya mirip dengan contoh soal, sehingga siswapun dalam menjawab soal seenaknya. Walaupun dalam menyelesaikan soal pada materi sebelumnya yaitu mencari hasil bilangan berpangkat dua, siswa dengan mudah menjawabnya.

Setelah diadakan diskusi dengan teman sejawat yang membantu penulis dalam penelitian ini, maka diambil sebuah kesimpulan untuk menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk membangkitkan semangat atau motivasi belajar matematika siswa.

Apabila siswa telah termotivasi dengan baik, maka diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Maka dipilihlah media monopoli matematika.

Prestasi Siswa Setelah Menggunakan Media Monopoli Matematika Karena masih adanya kesalahan konsep pada siswa saat menyelesaikan soal operasi bilangan berpangkat dua, maka penulis sebagai guru berusaha agar siswa dapat menyelesaikan soal operasi

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 76

bilangan berpangkat dua dengan nilai sesuai KKM yaitu 65 atau diatas KKM. Penilaian pada siswa diberikan dengan dua cara yaitu penilaian individu pada saat menggunakan media monopoli matematika, dan penilaian pada saat menyelesaikan soal atau tugas individu yang diberikan oleh guru setelah permainan monopoli matematika berakhir.

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media monopoli matematika berakhir, maka terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Dan semua siswa telah meningkat keaktifan dan prestasi belajarnya. Dimana guru melakukan suatu pembelajaran yang memunculkan pengetahuan awal siswa sebagai dasar untuk ke jenjang pengetahuan berikutnya dan membentuk kelompok siswa yang heterogen. Sesama anggota kelompok melakukan diskusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan cara berfikir siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya atau memberikan makna terhadap apa yang dipelajari dalam upaya membangun pengetahuann sendiri

PEMBAHASAN

Setelah berakhinya permainan monopoli matematika yang dimainkan oleh siswa pada materi operasi hitung bilangan berpangkat dua, guru memberikan tugas berupa sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran yang harus dikerjakan siswa secara individu. Tes ini digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah diberikan.

Berdasarkan hasil penerapan dalam menggunakan media monopoli matematika dalam pembelajaran oprasi hitung bilangan berpangkat dua, maka, rubrik penilaian hasil belajar siswa dapat disajikan pada tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan prestasi siswa sebelum, dan sesudah menggunakan media monopoli matematika

Media monopoli matematika ini bisa kita gunakan juga untuk melatih keterampilan penguasaan materi pada mata pelajaran lainnya.

Gambar yang digunakan pada papan monopolipun bisa kita ubah sesuai pada materi yang akan disampaikan. Dalam menggunakan media monopoli matematika ini guru harus mengalokasikan waktu yang lebih dalam kegiatan pembelajaran. Karena sebelum diadakannya permainan,

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 77 siswa harus mempersiapkan soal yang akan digunakan saat bermain monopoli, dan guru mengoreksi soal serta kunci jawaban yang telah dibuat siswa dalam kelompoknya.

Kelebihan penggunaan media monopoli matematika dalam pembelajaran menurut penulis adalah:

1. Terjadinya kerjasama antar siswa dalam kelompok (kooperatif) untuk mempersiapkan apa yang diperlukan dalam permainan monopoli matematika sesuai materi pembelajaran yang sedang berlangsung

2. Melatih siswa untuk kreatif dalam pengajuan masalah (problem possing)

3. Jiwa kompetitif atau persaingan untuk menjadi yang terbaik akan tumbuh pada diri siswa dan saling mengajarkan pada siswa yang kurang mengerti

4. Melatih sifat jujur siswa dalam memberikan bintang pada pihak lawan yang dapat menjawab soal dengan benar

5. Melatih disiplin dan sikap sportif siswa untuk mentaati peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan monopoli matematika

6. Melatih siswa untuk bersikap legowo atau mau menerima kekalahan dan tidak sombong sebagai kelompok pemenang

Kekurangan dalam penggunaan media monopoli matematika dalam pembelajaran menurut penulis adalah:

1. Waktu yang digunakan dalam mempersiapkan permainan monopoli matematika cukup banyak

2. Ada siswa yang bermain sendiri bila dimainkan dikelas yang besar 3. Kelas menjadi lebih kacau apabila siswa tidak paham akan peraturan

dalam permainan monopoli matematika dan guru kurang terampil dalam menguasai kelas

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 78

Tabel 1. Skor Penilaian Penggunaan Media Monopoli Matematika

No. Aspek Kriteria Skor

* Berani menjawab soal dengan benar

* Malu-malu menjawab, tapi jawaban benar

* Berani menjawab soal, tapi jawaban salah

* Tidak menjawab sama sekali

* Mau bekerjasama

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 79

11 Maya 70 100 100

12 Muhammad Amir 50 83 100

13 Muhammad Haikal

30 83 80

14 M. Yudha 40 83 90

15 Narton 50 83 100

16 Nurfadilah 80 100 100

17 Nurhasanah 70 92 100

18 Rinti 80 100 100

19 Sabransyah 50 92 90

20 Sherly 40 83 100

21 Selvia Yohanis 40 92 90

22 Reza 50 83 100

23 Norman Hakim 60 92 100

24 Wahyu Renaldi 0 75 80

Jumlah 1.200 2.099 2.220

Nilai Rata - Rata 50 87,46 92,5

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan media monopoli matematika melalui sebuah permainan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Guru melakukan suatu pembelajaran yang memunculkan pengetahuan awal siswa sebagai dasar untuk ke jenjang pengetahuan berikutnya dan membentuk kelompok siswa yang heterogen. Sesama anggota kelompok melakukan diskusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan cara berfikir siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya atau memberikan makna terhadap apa yang dipelajari dalam upaya membangun pengetahuan sendiri, sesuaikonsep yang telah mereka pelajari, guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa bukan hanya transfer ilmu. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Vygotsky, bahwa pembelajaran itu hanya akan menjadi baik pada saat tantangan itu ada dihadapan anak dan kemudian mendorong anak merespon tantangan itu (Mulyani S. dan Johan P, 1999).

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 80

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media monopoli matematika melalui sebuah permainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 008 malinau Kota.

Hasil terlihat tes yang diberikan sebelum penggunaan media nilai rata-rata kelas siswa adalah 50,00 dengan persentase ketuntasan 20,83%. Tetapi setelah pembelajaran menggunakan media monopoli matematika ada kenaikan yang signifikan yaitu nilai rata-rata kelas siswa adalah 92,50 dengan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal adalah 100%. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada materi operasi hitung bilangan berpangkat dua dianggap tuntas.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika yang menggunakan media monopoli matematika ini didalamnya juga terdapat model pembelajaran kooperatif, problem posing, dan berfikir kreatif, dan permainan. Sehingga suasana belajar siswa lebih hidup dan menyenangkan. Dengan begitu hasil belajar siswa juga jadi lebih meningkat.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kepada guru yang akan menggunakan media monopoli matematika sebagai media alternatif dalam pembelajaran dikelas, peneliti menyarankan :

1. Tidak menggunakan media ini dalam penanaman konsep.

2. Merencanakan waktu yang cukup untuk menggunakan media ini.

3. Menjelaskan secara rinci cara bermain monopoli matematika

4. Perlu pembimbingan, pemberian motivasi, dan memberikan penguatan yang cukup kepada siswa

DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, Johan, 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 81 Munawar, Indra, 2009. Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi).

Http://indramunawar.blogspot..com. Diunduh Sabtu, 28 April 2012. Pukul 06.00 wita

Rohani. A, 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Supinah, 2008. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual. (Makalah yang disampaikan pada pelatihan guru tingkat lanjutan di Kabupaten Malinau). Yogyakarta: PPPTK Matematika.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Penelitian. Jakarta: Bumi Putra Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka

cipta

Djamarah,S.B. dan Zain, A. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Renika Cipta.

Irawan, P. dkk.1996. Teori Belajar Motivasi dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: PAU-UT

Joyce, B and Weil, M. 1996.Models of Teaching, Boston : Allyn and Bacon

Kemmis,S and McTaggart,R. 1988. The Action Research Planner.

Deakin University

Miles, M. B. & Huberman. 1992.Qualitative Data Analysis (terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.

Ratumanan Gerson T. 2002. Belajar dan Pembelajaran. UNESA University Press. IKAPI

Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.

Alfabeta

Sardiman. 2000.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasara Indonesia

(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 82

MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH