Djamarah (2008:54), menjelaskan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat, baik dari dalam yang lebih utama, maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya. Aktivitas belajar menurut Handoko (dalam Suyono, 1981:8) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memahami bahan pelajaran disekolah melalui pengalaman yang didorong oleh naluri ingin tahu dalam waktu yang tidak terbatas yakni masa sekolah . Jhonson (dalam Imansyah, 1984:24) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah intensitas kedua belah pihak yang terlibat dalam proses belajar
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 175 mengajar, yaitu siswa dan pengajar karena proses belajar mengajar yang optimal merupakan proses dua arah antara siswa dan guru.
Nasution (2004:86), berpendapat bahwa dari semua asas pengajaran dapat dikatakan aktivitaslah asas yang terpenting, karena belajar itu sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan tak mungkin seseorang dikatakan belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat dan teori diatas maka yang dimaksud aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam dalam proses belajar dengan tujuan untuk memahami pelajaran matematika yang dilakukan dirumah maupun disekolah baik secara mandiri maupun kelompok.Adapun indikator dari aktivitas belajar siswa, adalah aktivitas belajar disekolah, aktivitas belajar di rumah, dan aktivitas belajar kelompok.
Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Burns (dalam Slameto,2010:182) mengatakan:
“the self concept refers to connection of attitudes and beliefs we hold about ourselves”. Artinya konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinanan akan diri sendiri. Konsep ini merupakan suatu kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif sulit diubah. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-teman.
G.H. Mead (dalam Slameto, 2010:182) menyebut bahwa konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses iternalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologi. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari “dirinya sendiri” yang diterima dari orang-orang yang berpengaruh pada dirinya.
Anant Pai (dalam Djaali, 2011:129) mengatakan yang dimaksud konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Brook (dalam Rakhmat, 2009:99) konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Soemanto (2006:185) menyatakan
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 176
bahwa konsep diri itu adalah pikiran seseorang tentang dirinya sendiri, dan merupakann faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku.
Felker (dalam Desmita, 2009:169) terdapat tiga alasan yang dapat menjelaskan peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku:
1. konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin (inner consistency). Pada dasarnya individu berusaha mempertahankan keselarasan batinnya. Apabila timbul perasaan, pikiran atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilakunya.
2. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya.
3. Konsep diri menentukan pengharapan individu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan konsep diri dalam penelitian ini adalah pikiran, perasaan, dan cara pandang siswa dalam menilai dirinya sendiri dan kemampuan yang dimilikinya. Adapun indikator konsep diri yaitu peran dan tanggung jawabnya sebagai siswa, watak kepribadiannya, sikapnya dalam kehidupan, harapan dan cita-citanya di masa yang akan datang, dan pengharapan siswa terhadap diri sendiri.
Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dimiyati dan Mudjiono (2006:151) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Hamalik (2008:30) menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, dan hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
(BORNEO, Edisi Khusus No. 1, Desember 2014) 177 tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Ketika seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah dilakukan proses pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini, hasil belajar matematika dinyatakan dalam skor atau angka yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar.
METODE
Penelitian menggunakan rancangan penelitian ex post facto, terdiri atas dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah aktivitas belajar sebagai X1., konsep diri sebagai X2.dan hasil belajar matematika siswa sebagai Y yang dimodelkan dalam gambar berikut.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP NegeriKecamatan Samarinda Ulupada kelas VIII semester I tahun ajaran 2012/2013.Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII SMP Negeri Kecamatan SamarindaUluyang berjumlah 6 sekolah. Berjumlah 1267 siswa Adapun jumlah sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 307 siswa Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
Gambar 1. Model Rancangan Penelitian Aktivitas Belajar
(X1)
Hasil Belajar Matematika (Y)
Konsep Diri (X2)
(BORNEO, Edisi Khusus, No. 1, DESEMBER 2014) 178
memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
Angket diujicobakan ke sekoah poplasi yang berjumlah 40 siswa agar validitas dan reliabilitas angket dapat dipertanggungjawabkan, sehingga layak dapat dipakai untuk alat pencari data. Teknik Analisis Data sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Untuk keperluan pengujian hipotesis, langkah-langkahnya sebagai berikut:Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data-data yang dianalisis berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau berdistribisi tidak normal. Uji Kehomogenan, Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data dari variabel dependen (terikat) berasal dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Uji Linieritas, Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi linear ganda sesuai.Uji Multikolinieritas, Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditunjukkan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, dimana uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinieritas.