• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Semarang, Mei 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Semarang, Mei 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung i

KATA PENGANTAR

Modul Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung Tingkat Dasar bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat tentang pelaksanaan konstruksi bangunan gedung meliputi tahap meliputi pemeriksaan dokumen pelaksanaan, persiapan lapangan, kegiatan konstruksi, pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksi, uji coba peralatan bangunan dan penyerahan hasil akhir pekerjaan, serta pengelolaan persyaratan pelaksana dan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan bangunan gedung

Buku ini disusun dalam 9 (sembilan) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung, Persiapan Lapangan, Kegiatan Konstruksi, Perubahan Pekerjaan, Pemeriksaan Akhisr Pekerjaan Konstruksi Dan Uji Coba/Testing And Cmissioning, Penyerahan Hasil Akhir Konstruksi, Pengelolaan Persyaratan Pelaksana, dan Penutup.

Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta diklat.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun/penyempurna atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di pusat dan daerah dalam bidang penyelenggaraan bangunan gedung.

Semarang, Mei 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

(2)

ii Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi

A. Deskripsi ... vi B. Persyaratan ... vi C. Metode ... vi D.Alat Bantu/Media ... vi BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A.Latar Belakang ... 2 B.Deskripsi Singkat ... 2 C.Tujuan Pembelajaran ... 2

D.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 3

BAB 2 PEMERIKSAAN DOKUMEN PELAKSANAAN ... 6

A.Indikator Keberhasilan ... 8

B.Pengantar ... 8

C.Pemeriksaan Kelengkapan dan Kebenaran ... 8

D.Pemeriksaan keterlaksanaan konstruksi ... 9

E.Latihan...10

F.Rangkuman ...10

BAB 3 PENGELOLAAN PERSIAPAN LAPANGAN BANGUNAN GEDUNG ... 11

A.Indikator Keberhasilan ...12

B.Pengantar ...12

C.Penyusunan Program Pelaksanaan (Jadwal, Organisasi Proyek, Material, Keuangan, Tenaga, Peralatan, Kesesuaian Sumber Daya) ...14

D.Penyiapan Fisik Lapangan ...17

E.Mobilisasi Sumber Daya ...24

F.Latihan ...24

G.Rangkuman ...25

BAB 4 PENGELOLAAN KEGIATAN KONSTRUKSI ... 27

A.Indikator Keberhasilan ...28

B.Penyusunan gambar kerja Pelaksanaan /Shop Drawing ...28

(3)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung iii

D.Metode pelaksanaan bangunan Gedung ...28

E.Metode Umum Pelaksanaan Konstruksi ...29

F.Pembuatan Laporan Kemajuan Pekerjaan ...37

G.Gambar Pelaksanaan As Built Drawing ...39

H.Melaksanakan SMM dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ...40

I.Latihan ...42

J.Rangkuman ...42

BAB 5 PENGELOLAAN PERUBAHAN PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG ... 45

A.Indikator Keberhasilan ...46

B.Penyiapan jenis pekerjaan tambah-kurang ...46

C.Perhitungan Volume dan Harga Pekerjaan Tambah-Kurang ...47

D.Berita Acara Perubahan ...48

E.Amandemen/Addendum Kontrak...49

F.Latihan ...50

G.Rangkuman ...50

BAB 6 PENGELOLAAN PEMERIKSAAN HASIL AKHIR PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN UJI COBA PERALATAN ... 51

A.Indikator Keberhasilan ...52

B.Pemeriksaan Hasil Akhir Pekerjaan Konstruksi BG Terhadap Kesesuaian dengan Dokumen Pelaksanaan ...52

C.Kelengkapan dokumen Pelaksanaan Konstruksi ...52

D. Gambar Pelaksanaan Pekerjaan Sesuai dengan yang Dilaksanakan (As Built Drawing) ...53

E.Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan BG (Sipil, IPAL, ME) ...54

F.Defect List...58

G.Uji Coba Peralatan serta Perlengkapan Mekanikal dan Elektrikal BG ...59

H.Bangunan Gedung Laik Fungsi (Sarana dan Prasarana) ...66

I.Latihan ...67

J.Rangkuman ...67

BAB 7 PENGELOLAAN PENYERAHAN HASIL AKHIR PEKERJAAN ... 69

A.Indikator Keberhasilan ...70

B.Bangunan Gedung Laik Fungsi (prasarana dan sarana) ...70

C.Kelengkapan Dokumen Pelaksanaan Konstruksi ...70

D. Gambar Pelaksanaan Pekerjaan Sesuai dengan yang Dilaksanakan (As Built Drawing) ...71

(4)

iv Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

F.Dokumen Penyerahan Hasil Kerja (SLF) (Dilampirkan Jaminan/Garansi,

Berita Acara Penyerahan Pekerjaan) ...71

G.Latihan ...72

H.Rangkuman ...72

BAB 8 PENGELOLAAN PERSYARATAN PELAKSANAAN ... 74

A.Indikator Keberhasilan ...76

B.Bangunan Gedung Laik Fungsi (prasarana dan sarana) ...76

C.Kelengkapan Dokumen Pelaksanaan Konstruksi ...76

D.Gambar Pelaksanaan Pekerjaan Sesuai dengan yang Dilaksanakan (As Built Drawing) ...77

E.Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan BG (Sipil, IPAL, ME) ...77

F.Dokumen Penyerahan Hasil Kerja (SLF) (Dilampirkan Jaminan/Garansi, Berita Acara Penyerahan Pekerjaan) ...77

G.Latihan ...78

H.Rangkuman ...78

BAB 9 PENUTUP ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(5)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Site Plan ... 18 Gambar 2. Generator Diesel ... 23

(6)

vi Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Deskripsi

Modul Pelaksanaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung ini terdiri dari 7 (tujuh) materi pokok dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar terdiri dari pemeriksaan dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung, persiapan lapangan, kegiatan konstruksi, perubahan pekerjaan, pemeriksaan akhisr pekerjaan konstruksi dan uji coba/testing and cmissioning, penyerahan hasil akhir konstruksi, dan pengelolaan persyaratan pelaksana.

Dasar dalam pengembangan modul berdasarkan kepada peraturan yang berlaku sebagai dasar dalam pelaksanaan di lapangan secara berurutan dan dengan berbagai contoh baik melalui pengetahuan didalam kelas ataupun di luar kelas. Modul ini terdiri dari 2 modul yang akan diterapkan didalam 2 diklat penyelenggaraan bangunan gedung tingkat dasar dan tingkat lanjutan. Ke dua diklat ini berdasarkan pada sumber yang sama dengan pendekatan permasalahan yang berbeda.

B. Persyaratan

Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan perundangan yang terkait dengan materi dalam modul ini, yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung. Banyaknya acuan dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri serta SNI sehingga tidak dicantumkan di dalam tulisan ini.

C. Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara, adanya kesempatan tanya jawab, diskusi interaktif serta latihan-latihan untuk menciptakan pemahaman yang mendalam terhadap keleluasaan pengetahuan.

D. Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan alat bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu :

(7)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung vii

2. Papan tulis atau white board dengan penghapusnya 3. Flipchart

(8)
(9)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 1

BAB 1

PENDAHULUAN

(10)

2 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung secara umum membutuhkan proses dan hasil akhir yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena bangunan yang sudh berdiri dibutuhkan jaminan bahwa bangunan tersebut mampu berdiri hingga lebih dari 25 tahun dan mempunyai vitalitasi bangunan dalam mengakomodasi berbagai kegiatan yang kemungkinan berubah sesuai dengan tuntutan jaman.

Demikian strategisnya pembangunan suatu bangunan gedung sehingga dari sejak awal sudah dilakukan penetapan fungsi bangunan yang tepat sesuai dengan peraturan yang berlaku serta pemahaman terhadap bagaimana fungsi tersebut bekerja melalui berbagai unsur manusia, lingkungan, dan bangunan sehingga manusia yang berada di dalam bangunan ini senantiasa dapat merasakan perlindungan yang maksimal, mendukung kesehatan, dan kesesuaian dengan lingkungan dan mendapatkan kenyamanan.

Penyelenggaraan bangunan gedung membutuhkan pemahaman bagi Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari tugas dan fungsi sebagai pembinaan, pengawasan, dan pengendalian untuk menjamin terselenggaranya pembangunan bangunan gedung yang berkualitas.

B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini dimaksudkan memberikan pemahaman kepada peserta diklat tentang pelaksanaan konstruksi, meliputi pemeriksaan dokumen pelaksanaan, perubahan pekerjaan, persiapan lapangan, kegiatan konstruksi, pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksi, uji coba peralatan dan penyerahan hasil akhir konstruksi, serta pengelolaan persyaratan pelaksana dan sanksi terhadap pelanggaran perizinan bangunan gedung.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar

Pada akhir pembelajaran, peserta diharapkan mampu memahami dan melaksanakan pelaksanaan konstruksi bangunan gedung sebagai tahapan dalam proses penyelenggaraan bangunan gedung.

(11)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 3

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan pengelolaan :

a. Pemeriksaan dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung b. Persiapan lapangan

c. Kegiatan konstruksi d. Perubahan Pekerjaan

e. Pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksi f. Penyerahan hasil konstruksi

g. Pengelolaan persyaratan pelaksana

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Materi Pokok

a. Pemeriksaan dokumen pelaksanaan b. Pengelolaan Persiapan lapangan c. Pengelolaan Kegiatan konstruksi d. Perubahan Pekerjaan

e. Pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksi f. Penyerahan hasil konstruksi

g. Pengelolaan persyaratan pelaksana

2. Sub Materi Pokok

a. Pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan

1) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran 2) Pemeriksaan keterlaksanaan konstruksi b. Pengelolaan Persiapan Lapangan

1) Penyusunan program pelaksanaan 2) Penyiapan fisik lapangan

3) Mobilisasi sumber daya c. Pengelolaan Kegiatan Konstruksi

(12)

4 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

2) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan 3) Metode Umum Pelaksanaan Konstruksi

4) Pembuatan Laporan Kemajuan Pekerjaan 5) Gambar Pelaksanaan As Built Drawing 6) Melaksanakan SMM dan SMK3 d. Pengelolaan Perubahan pekerjaan

1) Penyiapan Jenis Pekerjaaan Tambah-Kurang

2) Perhitungan Volume dan Harga Pekerjaan Tambah-Kurang 3) Berita Acara Perubahan

4) Amandemen/Addendum Kontrak

e. Pengelolaan Pemeriksaan Akhir Pekerjaan Konstruksi dan Uji coba peralatan

1) Pemeriksaan hasil akhir pekerjaan konstruksi BG terhadap kesesuaian dengan dokumen pelaksanaan

2) Kelengkapan dokumen pelaksanaan konstruksi 3) Gambar pelaksanaan (as built drawing)

4) Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan BG 5) Defect List

6) Uji coba peralatan Mekanikal dan Elektrikal 7) Bangunan Gedung Laik Fungsi

f. Pengelolaan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan

1) Bangunan Gedung laik fungsi (prasarana dan sarana) 2) Kelengkapan dokumen pelaksanaan konstruksi

3) Gambar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang dilaksanakan (as built drawing)

4) Pedoman pengoperasian peralatan mekanikal dan elektrikal 5) Dokumen penyerahan hasil kerja (SLF)

g. Pegelolaan Persyaratan Pelaksanaan 1) Bangunan Gedung Laik Fungsi

2) Kelengkapan Dokumen Pelaksanaan Konstruksi

(13)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 5

4) Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan BG 5) Dokumen Penyerahan Hasil Kerja

(14)
(15)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 7

BAB 2

PEMERIKSAAN DOKUMEN PELAKSANAAN

(16)

8 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Pengelolaan Pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan

A.

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami dan melaksanakan pengelolaan pemeriksaan dokumen pelaksanaan.

B.

Pengantar

Pembangunan gedung merupakan kegiatan lapangan dalam

merealisasikan/mendirikan fisik bangunan gedung. Tahapan yang harus dilakukan mulai tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).

Pelaksanaan pembangunan bangunan gedung dilakukan berdasarkan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui dan disahkan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk Izin Mendirikan Bangunan (pengecualian untuk bangunan gedung fungsi khusus). Sehingga pembangunan bangunan gedung dapat terlaksana dengan tertib baik untuk syarat administratif dan teknis supaya tercapai keandalan bangunan gedung dan seminimal mungkin dampak penting terhadap lingkungan. Dokumen pelaksanaan yang diperiksa berupa kelengkapan, kebenaran, dan keterlaksanaan konstruksi (constructability) dari semua dokumen pelaksanaan pekerjaan.

C.

Pemeriksaan Kelengkapan dan Kebenaran

Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran adalah pemeriksaan dokumen pelaksanaan pekerjaan dengan memeriksa keberadaan dan kelengkapan dokumen berdasarkan hasil perencanaan yang sudah disepakati.

Untuk mendapatkan kebenarannya pemeriksaan dokumen pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada akurasi gambar rencana, gambar shop drawing, perhitungan-perhitungan dan kesesuaian dengan kondisi lapangan.

(17)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 9

Kelengkapan dan kebenaran bangunan gedung memiliki ketentuan-ketentuan persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yaitu

persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan dan

2. Persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung, yaitu:

a. Persyaratan tata bangunan meliputi - persyaratan peruntukan dan intensitas gedung, arsitektur bangunan, persyarayan pengendalian lingkungan; dan

b. Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi - persyaratan keselamatan, - kesehatan, - kenyamanan dan - kemudahan.

c. Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku.

Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat.

D.

Pemeriksaan Keterlaksanaan Konstruksi

Keterlaksanaan konstruksi merupakan proses pelaksanaan bangunan gedung telah dilaksanakan 100%, sehingga diperlukan suatu bukti yang menunjukkan konstruksi berjalan sesuai dengan spesifikasi teknis. Kesesuaian tersebut harus mampu berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga perlu diperhatikan kelaikannya.

Adapun hal-hal yang terkait dalam dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF), yaitu: Pemilik gedung harus segera mengurus beberapa dokumen dimulai dari:

1. Pengajuan SLF dengan melengkapi data-data kelengkapan persyaratan IMB, surat bukti kepemilikan tanah, dokumen-dokumen pengkajian teknis; 2. Semua berkas-berkas diajukan ke Suku Dinas Perizinan Bangunan wilayah

Kota Administrasi setempat;

3. Setelah dilakukan penilai dan dinyatakan lengkap, maka berkas diperiksa melalui pemeriksaan fisik di lapangan dan membuat laporan serta rekomendasi oleh Suku dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan serta

(18)

10 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Suku Dinas Perizinan Bangunan penerbitan SLF, dan SLF yang diterbitkan akan dikirim pemberitahuan kepada Pemilik untuk pengambilan SLF.

E.

Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaskud dengan Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran dokumen pelaksanaan konstruksi!

2. Uraikan ketentuan persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran!

F.

Rangkuman

Dalam rangka pemenuhan ketaatan, kelengkapan, kebenaran, efisiensi, ekonomi, terhadap pengendalian kualitas, waktu, dan biaya dengan memeriksa kebenaran pelaksanaan pengendalian atas instrumen pengendalian dan aplikasinya. Dokumen pelaksanaan yang diperiksa berupa kelengkapan, kebenaran, dan keterlaksanaan konstruksi (constructability) dari semua dokumen pelaksanaan pekerjaan.

(19)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 11

BAB 3

PENGELOLAAN PERSIAPAN LAPANGAN

BANGUNAN GEDUNG

(20)

12 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Pengelolaan Persiapan Lapangan Bangunan

Gedung

A. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan pengelolaan persiapan lapangan.

B. Pengantar

Berdasarkan Keputusan Presiden No.19 tahun 1999, pelaksanaan konstruksi adalah rangkaian kegiatan dalam pekerjaan konstruksi yaitu dimulai dari persiapan

lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi.

Menurut Djojowirono (1991), sebelum memulai pekerjaan pelaksanaan konstruksi, diawali dengan persiapan kegiatan peninjauan keadaan lapangan (project site /

field) agar memperoleh suatu gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan

lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah salah satu cara untuk melakukan pelaksanaan kontruksi. Penerapan metode, berhubungan dengan kondisi lapangan dan jenis proyek yang dikerjakan. Masing-masing proyek merupakan suatu kegiatan yang unik, hal itu dipengaruhi oleh kekhususan proyek sehingga tidak ada dua proyek yang memiliki kondisi seratus persen sama. Secara umum, semua jenis proyek konstruksi diawali dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan.

Salah satu kegiatan pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana lapangan (perencanaan site). Pekerjaan ini memiliki tujuan pokok dalam perencanaan site plan yaitu melakukan pengaturan tata letak masing-masing bangunan fasilitas dan sarana pada proyek, supaya kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

Penempatan masa masing-masing bangunan fasilitas dan sarana pada suatu proyek perlu dilakukan pengaaturan menurut kebutuhan supaya diperoleh efisiensi kerja. Berdasarkan pendapat Djojowirono (1991), efisiensi kerja adalah pencapaian perbandingan terbaik antara sumber tenaga / daya dengan hasil pelaksanaan.

(21)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 13

Oleh karena itu, letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana tersebut harus sinkron satu dengan yang lainnya atau tidak boleh saling mengganggu baik jarak maupun ukurannya.

Penempatan masing-masing bangunan fasilitas dan sarana yang efektif pada proyek dibutuhkan untuk dapat menunjang pekerjaan konstruksi. Selanjutnya Djojowirono (1991) menuturkan, efektif yaitu dapat diselesaikannya suatu pekerjaan sesuai dengan rencana (schedule) kerja yang telah disusun.

Perencanaan site plan yang tidak efektif dapat menyebabkan timbulnya keterlambatan proyek dan berakibat bertambahnya anggaran biaya proyek. Sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan merupakan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan site plan, untuk tercapainya kelancaran transportasi di lokasi proyek.

Jalan kerja harus dipersiapkan dalam pembuatannya supaya mampu mendukung kelancaran transportasi karena sangat terkait dengan perletakan bangunan-bangunan fasilitas dan sarana proyek lainnya. Akibat terganggunya kelancaran transportasi yaitu dapat mengakibatkan timbulnya hambatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehingga jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat menyimpang dari rencana kerja yang telah tersusun.

Tujuan dibuatnya bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek yaitu untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan proyek. Keamanan dimaksud untuk menghindarkan timbulnya gangguan pencurian, kehilangan dan kerusakan peralatan serta bahan-bahan bangunan. Sedangkan keselamatan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan para tenaga kerja.

Pengamanan dalam sebuah area proyek dilakukan dengan membuat pagar keliling yang dilengkapi dengan pintu untuk keluar masuk dan pos jaga, menentukan letak direksi keet, gudang bahan dan peralatan, tempat istirahat pekerja, lokasi parkir kendaraan dan alat berat, serta posisi bangunan yang akan dibangun. Keberadaan masing-masing kegiatan tidak saling mengganggu satu dengan lainnya, supaya sirkulasi tenaga kerja, peralatan dan bahan berjalan lancar. Selain itu, dibuat

schedule pelaksanaan untuk merencanakan waktu pembangunan yang diperlukan

(22)

14 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

C. Penyusunan

Program Pelaksanaan (Jadwal, Organisasi Proyek, Material, Keuangan, Tenaga, Peralatan, Kesesuaian Sumber Daya)

1. Jadwal / Time Schedule

Jadwal mencakup seluruh item pekerjaan sehingga dapat memberikan gambaran rencana kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap penyelesaian. Pada umumnya dalam membuat penjadwalan pekerjaan konstruksi agar lebih mudah dipahami, digunakan sistem laporan gabungan antara diagram batang (Bar Chart) dan kurva-S. Sistem ini dirasakan lebih bermanfaat mengingat dengan diagram batang dapat terlihat dengan mudah rangkaian kegiatan secara keseluruhan, sedangkan melalui kurva-S akan diperoleh gambaran kemajuan manajemen proyek secara keseluruhan.

2. Organisasi Proyek

Organisasi proyek adalah sarana untuk mencapai sebuah tujuan proyek yang pembentukkannya harus memperhatikan berbagai faktor dan persyaratan yang berkaitan dengan upaya mencapai tujuan tersebut. Dalam menyusun organisasi proyek, disamping harus memenuhi syarat umum sebagaimana layaknya organisasi formal, penyusunan ini harus pula memenuhi keinginan agar struktur organisasi tersusun sedemikian rupa sehingga konsep manajemen proyek dapat diterapkan dan dijalankan sebaik-baiknya. Adapun unsur-unsur konsep manajemen proyek yang berkaitan erat dan perlu dicerminkan dalam struktur organisasi berkisar pada:

a. Arus horisontal, disamping arus vertikal;

b. Penanggungjawab tunggal atas terselenggaranya proyek; dan c. Pendekatan sistem dalam perencanaan dan implementasi.

Organisasi proyek biasanya bagian dari organisasi yang lebih besar seperti pemerintah, institusi, badan atau lembaga atau dapat juga dengan skala lebih kecil seperti perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga penelitian, kumpulan dari kelompok kepentingan, dan lainnya. Agar tujuan organisasi proyek dapat dicapai, dilakukan proses sebagai berikut:

a. Identifikasi dan pembagian kegiatan: identifikasi dan pembagian kegiatan proyek perlu diketahui untuk menentukan volume pekerjaan, macam dan jenisnya, kebutuhan sumber daya, jadwal pelaksanaan serta

(23)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 15

anggarannya sehingga dapat dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.

b. Pengelompokan penanggungjawab kegiatan: agar hasilnya maksimal, pemilihan penanggungjawab organisasi disesuaikan dengan keahlian, keterampilan dan kemampuan personel dibidangnya sehingga sasaran dan tujuan proyek dapat tercapai.

c. Penentuan wewenang dan tanggung jawab: setiap personel penanggung jawab kegiatan harus mengetahui wewenang dan tanggung jawab pekerjaannya, dengan membuat penjabaran kerja serta standar prosedur operasional pekerjaan yang dikelolanya.

d. Menyusun mekanisme pengendalian: karena organisasi proyek melibatkan banyak pihak, maka agar tidak terjadi penyimpangan, mekanisme pengendalian dan kordinasi dibuat dalam format yang dapat menggerakkan organisasi dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta melakukan tindakan koreksi untuk mengatasi penyimpangan. Struktur organisasi proyek dibuat dengan situasi kultur dan keunikan berbeda berdasar kebutuhan sistem manajemen proyek. Oleh karena itu, organisasi proyek mempunyai susunan dan hierarki yang berlainan pula. Pemilihan organisasi proyek didasarkan atas tingkat kebutuhan dan kompleksitas proyek; semakin kompleks proyek, semakin kompleks pula susunan organisasinya. Beberapa macam susunan organisasi proyek dapat dijelaskan seperti di bawah ini.

Organisasi Proyek Fungsional: Struktur organisasi jenis ini dikelompokkan menurut fungsinya, memiliki struktur dengan konsep otoritas dan hierarki vertical. Tanggung jawab organisasi proyek biasanya dirangkap dengan tugas sehari-hari pada organisasi fungsional perusahaan, karena itulah untuk proyek yang besar dapat mengganggu kegiatan keseluruhan, bila organisasi fungsional digunakan.

Organisasi Proyek Murni: Struktur organisasi proyek jenis ini merupakan bagian tersendiri dari organsasi fungsional perusahaan, di mana manajer mempunyai otoritas penuh terhadap proyek. Dengan status ini, tim proyek memiliki komitmen dan wewenang mandiri, namun tetap dalam koordinasi perusahaan.

Organisasi Proyek Matriks: Struktur organisasi proyek ini biasanya gabungan dari organisasi proyek murni dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai

(24)

16 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

disiplin ilmu yang terlibat dalam organsasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu proses pelaksanaan proyek serta organisasi fungsional perusahaan.

3. Rencana Keuangan

Kontraktor menyusun anggaran belanja dan aliran kas proyek berdasarkan RAB yang dialokasikan oleh pemilik proyek. Kontraktor atas dasar tersebut mengkaji ulang nilainya secara cermat.

a. Rencana Pengeluaran (Cash Out) dalam menyusun rencana cash flow, harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:

1) Jadwal Pembayaran Sub Kontraktor. 2) Jadwal Pembayaran Bahan/ Material. 3) Jadwal Pembayaran Upah.

4) Jadwal Pembayaran Sewa Peralatan Berat. b. Rencana Penerimaan/ Cash in/ Termin

1) Sistem pembayaran dari pemilik proyek

 Berdasarkan prestasi fisik ( 30 %, 70%, 100% ).  Secara periodik : tiap bulan, 2 bulan, dst.  Pengajuan Uang muka.

 Besarnya jaminan pemeliharaan (retensi). 2) Jangka waktu untuk proses pengurusan tagihan

 Prosedur penagihan, mulai dari pembuatan BA pemeriksaan Fisik Pekerjaan, BA pembayaran, instansi yang terkait, dll.

 Jangka waktu untuk proses pemeriksaan, persetujuan. 3) Sumber dana

 Dana pemerintah: APBN/ APBD.  Bantuan luar negeri/ loan.  Swasta.

(25)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 17

D. Penyiapan Fisik Lapangan

Penyiapan fisik lapangan sangat penting bagi keamanan dan kalancaran pada proses pelaksanaan pembangunan, Tujuan dari persiapan fisik adalah untuk menjamin kegiatan pokok dapat dilaksanakan tanpa hambatan. Hal-hal yang terkait dengan penyiapan kondisi fisik lapangan adalah terkait dengan metode pelaksanaan yang akan digunakan, daya dukung tanah, elevasi muka air tanah dan lainnya.

Persiapan fisik dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok dimulai, pada umumnya meliputi pekerjaan:

 Penyiapan patok-patok ukur (patok as, patok elevasi)setelah penyerahan

lapangan(setting out) ;

 Pengukuran bersama (mutual check), bila diperlukan;

 Penyiapan site plan, termasuk pagar bila diperlukan;

 Penyiapan jalan kerja (access road) baik dilokasi maupun, dan diluar lokasi, bila diperlukan;

 Dan lain-lainnya sesuai kebutuhan proyek.

1. Pengadaan Material

Pengadaan material harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan di lapangan, dimana material yang akan diadakan telah diketahui jenis dan jumlahnya. Jenis material bangunan gedung secara umum terdiri dari:

a. Bahan alam: Batu belah, split, pasir dan kayu; dan b. Bahan produksi: Semen dan besi beton.

2. Perencanaan Site Plan

Dalam merencanakan site plan untuk pekerjaan persiapan, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing – masing fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan metode pekerjaan konstruksi. Dalam memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain lay out yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek diharapkan nantinya dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan.

(26)

18 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung Gambar 1. Site Plan

Sumber : urbanize.ia

Perlu dipertimbangkan bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi nantinya akan dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai. Walaupun demikian, pemilihan bahan bangunan dan jenis konstruksi harus dipertimbangkan agar bangunan fasilitas dan sarana tersebut dapat bertahan selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan bangunan utama / pokok serta dapat menjamin keamanan dan keselamatan para penggunanya.

a. Pintu Keluar Masuk Proyek

Pintu keluar masuk proyek merupakan tempat yang dilalui orang/ pekerja dan kendaraan proyek untuk mobilisasi material sebagai gerbang yang membatasi area lokasi proyek dengan lingkungan sekitar.

Pada pembuatan pintu masuk dan keluar orang/ pekerja harus mempertimbangkan hal - hal sebagai berikut:

1) Pintu dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap keluar masuknya orang-orang yang bekerja/ berkepentingan, dengan ukuran lebar pintu minimal 1,20 (satu koma dua puluh) meter, atau selebar 2 (dua) badan orang .

(27)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 19

2) Harus dilengkapi dengan gardu untuk penjaga yang terlindung dari panas dan hujan.

3) Dilengkapi sistem kunci yang aman apabila sewaktu waktu kegiatan proyek terhenti.

4) Dilengkapi penerangan yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan pada malam hari, minimal menjangkau penerangan dalam radius 6 (enam) meter.

Pintu masuk dan keluar untuk kendaraan proyek dapat dibuat terpisah, dengan pertimbangan:

1) Ukuran / lebar disesuaikan dengan peralatan / kendaraan, dengan diberikan kelebihan lebar minimal 50 cm.

2) Tidak mengganggu kendaraan lain.

3) Perlu pengamanan yang berbeda dengan pintu keluar masuk untuk umum dan kendaraan kecil (Kepmen. Kimpraswil No.384/2004).

b. Peraturan Penempatan

Lokasi pintu masuk dan keluar berada pada area proyek yang berhadapan langsung dengan jalan utama. Hal ini bertujuan agar memudahkan semua pihak yang berkepentingan dengan proyek menuju lokasi proyek.

c. Jalan Kerja

Jalan kerja adalah jalur lalu lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material,

mixer truck maupun untuk mobilisasi alat – alat berat. Konstruksi jalan kerja

bersifat sementara, tetapi dalam perencanaannya harus tetap

memperhitungkan beban lalu lintas yang akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan kerja biasanya dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama, jika kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan beban lalu lintas proyek.

d. Peraturan Penempatan

Penempatan pintu keluar masuk jalan kerja proyek tidak boleh mengganggu arus lalu lintas dan prasarana kota. Apabila jalan masuk proyek tersebut melintasi trotoar dan saluran umum maka perlu dibuat konstruksi pengaman berupa jembatan sementara untuk lalu lintas kendaraan keluar dan masuk proyek dengan terlebih dahulu melaporkan ke Dinas/Suku Dinas dan instansi terkait. Jalan kerja dibuat searah agar memudahkan atau tidak mengganggu kegiatan pembangunan. (Kep.Gub. DKI Jakarta No72 / 2002)

(28)

20 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

e. Direksi Keet

Direksi keet adalah ruangan yang dibangun sebagai tempat pekerja bagi para staf dari kontraktor, pengawas, maupun pemilik proyek dilapangan. Ruangan ini dilengkapi beberapa fasilitas seperti ruang pimpinan, ruang rapat, ruang kerja staf, mushola dan toilet.

Bangunan ini di desain mulai dengan ukuran 60 m2 sampai dengan 200 m2, baik bertingkat maupun tidak yang disesuaikan dengan bentuk di lapangan. Direksi keet dapat dibangun dengan berbagai macam cara, seperti menggunakan container dan yang umum digunakan adalah cara sistem rakitan.

Pada sistem rakitan, konstruksi terdiri dari rangka baja sebagai struktur atas, dilapisi dinding plywood. Penutup atapnya terbuat dari bahan seng atau asbes, sedangkan pada plafon menggunakan bahan material plywood. Lantai bangunan direksi keet tak bertingkat menggunakan finishing keramik, sedangkan pada bangunan bertingkat, lantai atasnya menggunakan plywood setebal 20 mm.

f. Peraturan Penempatan

Pada umumnya dibangun diatas lahan yang tidak akan pernah terpakai. Letak bangunan tersebut dibangun sesuai dengan keinginan pemilik proyek, tetapi penempatannya tidak boleh mengganggu transportasi atau kegiatan yang sedang dan akan berlangsung.

1) Base Camp Staf Proyek dan Barak Pekerja

Base camp dan barak pekerja merupakan tempat tinggal staf dan tenaga

kerja proyek. Masing-masing dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, toilet dan dapur.

2) Peraturan Penempatan

Penempatan base camp dan barak pekerja dibuat terpisah. Base camp dan barak pekerja dibangun tidak jauh dari lokasi proyek. Penempatan base

camp dan barak pekerja diluar lokasi proyek harus memperhatikan faktor

(29)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 21

3) Gudang Material dan Peralatan

Gudang material adalah tempat penyimpanan material, dimana kondisi tempat tersebut harus dijaga agar tetap dan tidak lembab. Kondisi gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan dan peralatan yang digunakan. Gudang peralatan adalah tempat penyimpanan alat – alat ringan, seperti mesin genset, vibrator untuk pemadatan beton, alat – alat pengukuran (waterpass, theodolit) serta berbagai komponen peralatan lainnya.

Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti direksi keet, yaitu menggunakan container atau dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Untuk lantai pada bangunan gudang tidak menggunakan keramik, hanya difinishing dengan semen.

4) Peraturan Penempatan

Lokasi gudang material dan peralatan berada diluar area bangunan yang akan dikerjakan. Untuk mempermudah proses bongkar muat material, penempatan gudang tidak jauh dari jalan kerja dan dapat dijangkau oleh

tower crane. Untuk mempermudah proses penerimaan barang, gudang

material sebaiknya diletakkan dekat dengan pintu masuk. Gudang material dan peralatan juga harus diletakkan pada tempat yang mudah dimonitor, sehingga terjamin keamanannya.

5) Los Kerja Besi dan Kayu

Los kerja besi adalah tempat pemotongan dan pembengkokan besi beton. lainnya.

Kedua fasilitas tersebut dibangun tanpa dinding (los) tetapi tetap diberi penutup atap. Bentuk, ukuran dan konstruksi dari los kerja besi dan kayu harus dapat menjamin keselamatan dan ketentraman para pekerja yang bekerja di tempat tersebut.

6) Peraturan Penempatan

Penempatan los kerja besi dan kayu tidak jauh dari penumpukan material dan berada di dekat jalur kerja agar memudahkan proses pelaksanaannya.

7) Tower Crane, Passenger Hoist dan Lift Bahan

Tower crane merupakan alat berat yang berfungsi sebagai system

(30)

22 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Passenger hoist adalah alat transportasi vertikal yang berfungsi

memudahkan para staf dan pekerja proyek naik turun dilokasi proyek. Lift bahan adalah alat transportasi vertikal yang berfungsi untuk pengangkutan material pekerjaan finishing.

8) Peraturan Penempatan

Penempatan tower crane harus direncanakan dapat menjangkau seluruh area proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa halangan. Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah mencapai ketinggian tertentu.

Passenger hoist dan lift bahan diletakkan pada sisi bangunan yang tidak

memiliki halangan secara vertikal. Konstruksi passenger hoist dan lift bahan dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur ke struktur bangunan yang sudah jadi.

9) Disposal Area

Lingkungan proyek yang bersih, rapi dan sehat akan membantu meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi terjadinya resiko kecelakaan. Oleh karena itu, setiap proyek memerlukan tempat pembuangan (disposal area) untuk membantu menjaga kebersihan di lokasi kerja. Umur sampah paling lama 1 x 24 jam sudah harus diangkut keluar lokasi proyek. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya diperlukan untuk memudahkan proses pengangkutan.

Bahan bongkaran dan lain-lain yang sudah tidak terpakai tersebut harus dibuang / diangkut ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat pembuangan yang aman. Tidak diperbolehkan membuang bahan kimia dan bahan beracun dan berbahaya atau bahan / sisa bahan yang mengandung zat tersebut yang dapat mencemari tanah dan air dan lingkungan.

10) Peraturan Penempatan

Tempat sampah berada pada setiap lokasi yang berpotensi menimbulkan sampah. Pekerja housekeeping akan mengangkut sampah dari setiap tempat sampah yang sudah terkumpul dan akan dibuang menuju tempat pembuangan yaitu berupa bak sampah besar. Bak sampah besar terletak pada area yang tidak akan dibangun, dan daerah yang jauh dari lokasi

(31)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 23

pekerjaan. Hal ini mencegah terganggunya produktivitas kerja akibat bau yang bersasal dari tempat pembuangan sampah.

11) Rumah Genset dan Tangki Air

Genset berfungsi sebagai pencipta daya listrik dilokasi proyek. Tangki air merupakan sarana proyek yang berfungsi sebagai sumber air.

12) Peraturan Penempatan

Genset dan tangki air diletakkan pada daerah yang tidak akan dibangun sampai dengan pembangunan proyek selesai. Masing - masing diletakkan pada area yang berpotensial membutuhkan listrik dan air.

Gambar 2. Generator Diesel

Sumber ; mittronik.com

13) Pos Jaga dan Pagar Proyek

Pos jaga adalah tempat petugas keamanan proyek yang berfungsi memudahkan pengawasan keamanan seluruh kegiatan proyek.

Pagar proyek merupakan batas lokasi yang berfungsi untuk membatasi dan menjaga keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Konstruksi pagar proyek tergantung lokasi dan tempat pekerjaan, dapat dibuat dengan menggunakan dinding beton atau seng dan didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu.

14) Peraturan Penempatan

Pos jaga mutlak diperlukan, yaitu sebagai tempat para petugas keamanan dapat bekerja selama 24 jam. Pos jaga diletakkan pada pintu masuk dan keluar proyek serta pada daerah rawan.

(32)

24 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Pembuatan pagar dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan. Penempatannya mengitari lokasi proyek dengan tinggi minimal 2,5 meter dan memperhatikan keamanan serta estetika lingkungan. Pembuatan pagar tersebut tidak melampaui garis sepadan jalan.

E. Mobilisasi

Sumber Daya

Setelah mempersiapkan segala sesuatu di lapangan, pekerjaan selanjutnya mendatangkan sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan gedung. Sumber daya tersebut meliputi: tenaga ahli dan tenaga penunjang, bahan bangunan mulai semen, pasir, kerikil, air, besi dan bahan penunjang lainnya. Selain itu, peralatan yang akan dipergunakan ditujukan untuk mempercepat proses pembangunan.

1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam proyek adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari

pekerja-pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus

mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.

2. Mobilisasi peralatan

Peralatan yang akan dimobilisasi pada tahap awal adalah peralatan yang diperlukan untuk membangun fasilitas proyek antara lain: peralatan ringan seperti alat ukur. Sedangkan mobilisasi peralatan berat seperti alat tiang pancang dan bor dilakukan untuk menunjang pekerjaan pondasi dalam atau pondasi banguna tingkat tinggi. Namun untuk bangunan ringan atau tingkat rendah berupa: alat penggali antara lain: shovel atau back hoe yang dilengkapi dengan truk sebagai alat pengangkut bahan atau material.

F. Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan organisasi proyek!

2. Jelaskan manfaat dan kegunaan kurva-s dalam sebuah proyek!

3. Uraikan proses yang harus dilakukan agar tujuan organisasi proyek dapat

tercapai!

(33)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 25

G. Rangkuman

Dimulainya pekerjaan pelaksanaan konstruksi diawali dengan peninjauan persiapan lapangan (project site / field) agar memperoleh suatu gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan. Persiapan Lapangan adalah salah satu langkah awal untuk melakukan pelaksanaan kontruksi. Penerapan metode, berhubungan dengan kondisi lapangan dan jenis proyek yang dikerjakan. Masing-masing proyek merupakan suatu kegiatan yang unik, hal itu dipengaruhi oleh kekhususan proyek sehingga tidak ada dua proyek yang memiliki kondisi seratus persen sama.

Secara umum, semua jenis proyek konstruksi diawali dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan. Salah satu kegiatan pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana lapangan (perencanaan site). Pekerjaan ini memiliki tujuan pokok dalam perencanaan site plan yaitu melakukan pengaturan tata letak masing-masing bangunan fasilitas dan sarana pada proyek, supaya kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

(34)
(35)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 27

BAB 4

PENGELOLAAN KEGIATAN KONSTRUKSI

(36)

28 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Pengelolaan Kegiatan Konstruksi

A.

Indikator

Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan pengelolaan kegiatan konstruksi.

B.

Penyusunan

gambar kerja Pelaksanaan /Shop Drawing

Gambar kerja adalah gambar yang disiapkan untuk acuan bagi pelaksana pekerjaan di lapangan. Ketersediaan gambar kerja sangat membantu dalam memudahkan dan mengendalikan secara teknis dalam segi waktu dan mutu kerja. Sejak awal gambar kerja harus disiapkan dan dimintakan pengesahan dari pihak pengawas atau konsultan perencana sebelum dilaksanakan di lapangan.

C.

Pelaksanaan

Pekerjaan Konstruksi Fisik di Lapangan

Pelaksanaan di lapangan diawali dengan melakukan pengukuran dan pembuatan patok ukur tetap yang akan menjadi pedoman bagi pengukuran-pengukuran selanjutnya. Patok tetap ini dibuat diluar garis bangunan yang akan dibangun agar tidak mudah hilang selama dilakukan pelaksanaan pembangunan dan setiap saat dilakukan pemeriksaan kembali kebenarannya bersama konsultan pengawas dan konsultan perencana. Setelah seleai dilakukan pembuatan semua fasilitas proyek yang diperlukan dimulai.

D. Metode

pelaksanaan

bangunan Gedung

Secara garis besar pelaksanaan suatu proyek bangunan gedung terdiri dari: 1. Pekerjaan Pondasi

2. Pekerjaan Struktur

3. Pekerjaan Arsitektur atau finishing 4. Pekerjaan mekanikal/elektrikal dan 5. Pekerjaan pendukung/halaman

Tahapan pekerjaan bangunan gedung memiliki metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan desian dari konsultan perencana. Oleh sebab itu, modul

(37)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 29

pelaksanaan ini menindaklanjuti modul perencanaan. Jadwal waktu yang disediakan menjadi acuan dalam pelaksanaan ini.

Data kebutuhan bahan dan peralatan yang diperlukan meliputi jenis dan volume bahan. Hal itu akan dapat diperoleh dari metode perencanaan.

Dalam bab ini akan dipaparkan contoh-contoh metode pelaksanaan untuk proyek bangunan gedung, dimulai dari pekerjaan pondasi sampai pekerjaan finishing atau arsitektur serta untuk pekerjaan sipil lainnya.

E. Metode Umum Pelaksanaan Konstruksi

Metode pelaksanaan konstruksi adalah proses yang harus direncanakan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan konstruksi dilakukan. Metode ini di lapangan akan mudah dipelajari dan dikerjakan dengan membuat perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar ini akan digunakan sebagai acuan dalam metode pelaksanaan di lapangan.

Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua macam pekerjaan yaitu pekerjaan yang berdiri sendiri dan pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan yang lainnya. Bila bagian pekerjaan tidak terkait dengan bagian pekerjaan yang lainnya, maka bagian tersebut dapat dikerjakan tanpa menunggu atau mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk dua bagian pekerjaan yang saling berkaitan maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan secara berurutan.

Kondisi ini akan dipengaruhi oleh beberapa bagian dari proyek yaitu waktu pelaksanaan, rangkaian pelaksanaan, serta waktu /durasi yang harus diatur supaya kegiatan proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia.

1. Pekerjaan Pengukuran

Pengukuran di lapangan adalah pekerjaan awal dari suatu kegiatan pembangunan. Sebagian besar pekerjaan pembangunan memerlukan data hasil pengukuran, sehingga kegiatan pengukuran lapangan wajib teliti dan cermat supaya menghasilkan data pengukuran yang sangat akurat. Secara umum pekerjaan pengukuran terdiri dari:

a. Penentuan posisi as bangunan (Marking)

Posisi as bangunan diperlukan untuk pedoman dalam melaksanakan pekerjaan dan pembuatannya didasarkan pada rencana proyek. Penentuan titik-titik bangunan untuk memperoleh data mengenai elevasi, jarak dan dimensi ruang, contoh penentuan kolom, pekerjaan lift, dan sebagainya.

(38)

30 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

b. Penentuan vertikal bangunan

Bangunan bertingkat akan dapat terlihat vertikal apabila as-as bangunan segaris dalam arah vertikal.

Apabila terjadi pergeseran kecil akan mempengaruhi letak as bangunan dan akan menimbulkan kemiringan pada gedung yang dibangun. Oleh sebab itu, untuk memperoleh as bangunan yang segaris dalam arah vertikal, diperlukan pengukuran yang tepat.

2. Pekerjaan Pondasi

Metode pemancangan menggunakan metode Jack-In Pile, dengan menggunakan mesin pancang hydraulic dimana proses pemancang tiang pancang dengan memberikan tekanan beban secara STATIS (beban tetap, baik besarnya (intensitasnya), titik bekerjanya dan arah garis kerjanya). Pada tiang pancang, penekan/pemancangan tiang akan berhenti bila tiang telah mencapai tanah keras actual (sesuai data report dari kedalaman sondir)

3. Pemancangan tiang pancang

Persiapkan tiang pancang sesuai dengan kebutuhan tiang pancang yang akan di gunakan. Tiang pancang diangkat menggunakan pengait kemudian dimasukan kedalam penjepit jack-in, tiang ditekan secara statis kedalam tanah, sebagai tambahan: jarak terdekat titik pancang kedinding tetangga adalah 30 - 50 cm. Bila tiang pancang tersisa 30-50 cm dan belum mencapai MPA yang diinginkan maka tiang pancang disambung dengan tiang pancang berikutnya. Penyambungan tiang pancang menggunakan pengelasan (welding) pada kedua ujung tiang pancang terdapat plat baja media penyambungan. Sebaliknya, tiang pancang yang kedua tersisa 1 meter dari muka tanah dan kedalaman pemancangan sudah hampir mendekati kedalaman sondir dan MPA bacaan pada preasure gauge hampir mencapai MPA rencana, maka tiang selanjutnya dimasukan alat bantu baja solid yang bentuknya sama dengan tiang pancang (tiang doly) supaya tiang pancang dapat dimasukkan lebih jauh kedalam tanah.

Bila mesin pancang mencapai MPA yang di rencanakan, dapat di tandai dengan bacaan yang ada di preasure gauge dan apabila dorongan mesin sudah melewati kemampuan mesin akan terangkat sebagian, hal itu menunjukkan pemancangan telah mencapai tanah keras.

(39)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 31

4. Pekerjaan Galian

Alat berat yang digunakan untuk menggali tanah adalah Excavator. Galian tanah ini dilakukan untuk membuat semi basemen, yaitu galian area sumpit, galian area pile cap dan galian area pit lift.

Area sumpit merupakan area dipergunakan untuk menampung air sementara kemudian dialirkan ke dalam saluran kota. Area pit lift merupakan area dipergunakan untuk meletakan lift yang ada pada sebuah gedung tersebut. Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi yaitu:

Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi.

Kedalaman galian tanah ditentukan oleh tanah keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 bila tanah dasar masih jelek maka galian tanah diteruskan hingga mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, yaitu daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.

Lebar dasar galian tanah pondasi dibuat lebih lebar dari ukuran lebar dasar pondasi supaya tukang leluasa bekerja. Hasil galian tanah ditempatkan diluar dari lokasi pekerjaan penggalian tidak mengganggu pekerjaan.

5. Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan bekisting adalah pekerjaan memasang batako pada keempat sisi area pile cap, pit lift, dan sumpit. Pekerjaan ini dilakukan untuk menahan tekanan dari sisi dalam tanah yang terdapat pada area tersebut sehingga memudahkan pengukuran area sesuai dengan gambar rencana.

Bekisting dibuat pada pengerjaan basemen karena rentan terhadap longsor, sehingga bekisting digunakan sebagai dinding penahan tanah dan sekaligus sebagai bekisting permanen untuk dilakukan pengecoran tanpa melakukan pembokaran.

(40)

32 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

6. Pekerjaan Pembesian

Pembesian adalah pekerjaan yang terdiri dari pemotongan, pembengkokan, dan pemasangan (perakitan) besi tulangan. Peralatan yang dipakai pada pekerjaan pembesian adalah mesin pembengkok besi (bar bender), mesin pemotong besi (bar cutter) dan alat bantu seperti kakak tua. Pelaksanaan pembesian, besi tulangan diangkut menggunakan tower crane.

Pekerjaan pembesian mengacu instruksi yaitu membuat dan melaksanakan sesuai dengan daftar pemotongan dan pembengkokan besi tulangan yang tidak boleh menyimpang dari gambar kerja yang sesuai dengan bar banding schedule. Sebelum dan sesudah dilakukan pemotongan, besi tersebut harus tetap memenuhi persyaratan fisik yang ditetapkan. Pembengkokan besi tidak boleh menggunakan dipanaskan.

Setelah pekerjaan pemotongan dan pembengkokan dilanjutkan dengan perakitan / merangkai besi sesuai gambar kerja. Perakitan dilakukan dengan acara yaitu fabrikasi besi dan dirakit di tempat pemasangan.

a. Pembesian Pile Cap

Pembesian pile cap, pit lift dan sumpit terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan y. Penulangan disusun rangkap/dua lapis.

b. Pembesian Overstek kolom bawah

1) Pemberian tanda pada pembesian untuk menghindari kesalahan letak pemasangan, surveyor akan mencari as tiap kolom dengan mengunakan alat theodolith dengan mengacu pada Bench Mark (BM) yang telah ditentukan. Berikut data penulangan kolom:

2) Panjang overlap penulangan stek kolom 40d. Jarak sengkang tumpuan 10 cm dan sengkang lapangan 15 cm.

c. Pembesian semi basemen

1) Pemasangan pembesian ini terbagi menjadi beberapa pekerjaan yaitu : 2) Pembesian Layer Bawah (Bottom Plat) dan atas

3) Pembesian layer bawah dan atas terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan ditambah tulangan extra pada arah x dan y. Penggunaan tulangan extra berfungsi sebagai perkuatan didaerah tertentu yang mempunyai bahan lebih besar dari daerah lain. Tulangan tersebut disusun rangkap.

(41)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 33

4) Pemasangan Kaki ayam

5) Tulangan kaki ayam digunakan untuk menyatukan layer atas dengan layer bawah. Diameter kaki ayam menggunakan besi D25 tinggi 90cm, bagian bawah kaki ayam diikatkan pada pembesian layer bawah memakai kawat bendrat. Jarak antar kaki ayam berjarak 2 meter untuk arah x dan arah y.

7. Pekerjaan Bekisting

Bekisting digunakan untuk pekerjaan pengecoran, dimana beton memerlukan waktu untuk merubah keadaan cair menjadi keras.

Selain itu, bekisting berfungsi sebagai pembentuk beton dan bersifat sementara. Bentuk bekisting menyesuaikan bentuk (arsitektur), jenis beton dan beban atau gaya yang harus dipikul. Bekisting harus mudah dibongkar supaya menghemat waktu dan bahan.

8. Pekerjaan Pengecoran

Pekerjaan pengecoran yaitu menuangkan dan meratakan adukan beton kedalam bekisting yang berisi rakitan besi beton. Komposisi campuran beton harus sesuai dengan spesifikasi, juga cara pelaksanaan pengecoran dan perawatan beton selama proses pengerasan selama 28 hari. Pengawasan dimulai dari pengiriman beton (ready mix) hingga proses pengecoran hingga perawatan beton. Bila volume beton cukup banyak maka pengecoran dapat dilaksanakan dalam beberapa tahap sesuai dengan lokasi yang disesuaikan ketentuan teknik.

Pengangkutan adukan beton menggunakan truck mixer dan kapasitas angkut masing-masing truck berkisar antara 5 - 7 m3. Pengecoran beton menggunakan concrete pump.

Metode pelaksanaan pengecoran Basement meliputi: a. Persiapan tempat atau ceklist lokasi basement

Persiapan tempat / ceklist lokasi basement dipersiapkan sebelum dimulai pengecoran, yaitu:

1) Pembersihan lokasi basement untuk mengeluarkan bahan material yang tercecer (seperti potongan kawat, besi dan sisa pasir dan lainnya),

(42)

34 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

2) Pengecekan rakitan besi dan pemasangan sesuai dengan shop

drawing yang telah dibuat dan periksa ulang ikatan kawat,

3) Pengecekan bekisting b. Mobilisasi concrete pump

Pekerjaan ini dilakukan sebelum truck mixer datang supaya memudahkan pergerakan dan penempatan mobil concrete pump sesuai dengan metode kerja, pasang pipa concrete pump.

c. Mobilisasi truck mixer

Mobilisasi truck mixer setelah mobilisasi concrete pump selesai di tempatkan sesuai posisi dan disiapkan pipa concrete pump sesuai metode kerja. Selain truck mixer yang siap dihubungkan dengan concrete pump perlu tersedia 1-2 truck mixer supaya beton yang dihasilkan baik. d. Pencampuran zat integral waterproofing

Pencampuran zat integral waterproofing ke dalam mobil beton sesuai ketentuan perencanaan sehingga dihasilkan beton sesuai ketentuan dan kedap air.

e. Pengujian slump test

Pengujian slump test dilakukan setelah beton tercampur dengan zat integral waterproofing. Pengujian slump test untuk mengetahui mutu beton dan kekentalan campuran melalui penurunan beton. Selain itu, diambil beberapa sampel beton untuk dilakukan pengujian kuat tekan beton.

f. Pengecoran basement

Pengecoran basement dilakukan dalam beberapa tahapan dengan mengunakan mobil concrete pump dan mobil truck mixer yang dihubungkan dengan mobil concrete pump.

g. Persiapan vibrating/pemadatan

Alat vibrator disiapkan sebelum dilakukan pengecoran, vibrator dijalankan bersamaan dengan waktu pengecoran beton. Pemadatan ini dilakukan untuk menyebarkan dan meratakan beton ke seluruh bagian basement sehingga menghindarkan timbulnya keropos.

h. Finishing Trowel

Finishing trowel adalah proses akhir dari pengecoran basement, yaitu setelah pemadatan beton menggunakan vibrating kemudian dilanjutkan

(43)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 35

perataan permukaan atas basement. Selanjutnya, permukaan atas basement dihaluskan menggunakan floor hardiner supaya permukaan beton bebas dari retakan kecil pada permukaan beton.

9. Kendala Lingkungan

Saat hujan, pengecoran beton dilarang karena akan dapat menurunkan kualitas beton. Bila terpaksa akan dilakukan pengecoran, maka perlu dipersiapkan penutupan daerah pengecoran dengan menggunakan terpal/plastik.

Pengecoran beton dapat dilakukan bila telah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat tersebut berupa:

a. Pembesian terpasang sesuai gambar rencana, termasuk kekokohan ikatan antara tulangan dan sengkang terpasang dengan baik.

b. Persetujuan dari pihak manajemen konstruksi.

c. Semua perlengkapan penunjang pengecoran seperti pipa air bersih dan kotor, instalasi mekanikal dan elektrikal terpasang baik .

d. Permukaan lantai pengecoran bersih dari segala kotoran .

e. Alat penggetar atau vibrator serta tata cara penggetaran dipahami, supaya beton tidak keropos /berongga.

10. Perawatan Beton

Perawatan beton dilakukan sejak pengecoran selesai dilaksanakan dan beton mulai mengeras sampai umur beton 28 hari. Tujuan perawatan untuk:

a. Mencegah penguapan air dari permukaan beton yang terbuka, supaya beton bebas dari retak-retak.

b. Mencegah perubahan suhu secara mendadak.

c. Mencegah retak plastis akibat tegangan tarik beton setelah beberapa jam proses pengecoran.

d. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perawatan beton yaitu:

e. Permukaan beton yang masih basah ditutup menggunakan plastik atau stearofoam.

f. Suhu beton dicek menggunakan thermocouple setiap 2 jam hingga suhu 40oC.

(44)

36 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikan, memperbaiki, dan atau memperluas bangunan gedung negara dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi, yang merupakan badan hukum yang kompeten.

Kegiatan konstruksi meliputi pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan, pembuatan laporan kemajuan pekerjaan, penyusunan gambar kerja pelaksanaan (shop drawings) dan gambar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang dilaksanakan (as built drawings), serta kegiatan masa pemeliharaan konstruksi. Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung harus menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang telah disusun oleh perencana konstruksi, dengan segala tambahan dan perubahannya pada penjelasan pekerjaan waktu pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis) yang berlaku.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik harus memperhatikan kualitas masukan (bahan, tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan. Kecuali terjadi perubahan pekerjaan yang disepakati dan dicantumkan dalam berita acara, ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan rencana teknis yang telah ditetapkan harus dibongkar dan disesuaikan.

Contoh: Pedoman pelaksanaan mendirikan bangunan yaitu:

SNI 03-1728-1989 Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung, tata cara ini digunakan untuk memberikan landasan dalam membuat peraturan-peraturan mendirikan bangunan di masing-masing daerah, dengan tujuan menyeragamkan bentuk dan isi dari peraturan-peraturan bangunan yang akan dipergunakan di seluruh kota-kota di Indonesia.

Pelaksanaan konstruksi fisik harus mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa pengawas konstruksi atau penyedia jasa manajemen konstruksi.

Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah:

a. Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi:

1) Penyusunan gambar kerja pelaksanaan (shop drawing)

2) Penyusunan gambar kerja pelaksanaan (shop drawings) disediakan sebelum pelaksanaan pembangunan supaya hasilnya sesuai dengan gambar perencanaan.

(45)

Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung 37

3) Gambar pelaksanaan sesuai dengan yang dilaksanakan (as built drawing) 4) Bilamana pelaksanaan dan perencanaan terjadi ketidaksesuaian, maka

dilakukan penggambaran ulang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan atau pekerjaan yang dilaksanakan (as built drawing).

b. Kegiatan masa pemeliharaan:

Masa pemeliharaan konstruksi dilakukan sebagai jaminan kualitas kepada pemilik bangunan.

F. Pembuatan Laporan Kemajuan Pekerjaan

Selama proses pelaksanaan pekerjaan tersebut, dilakukan pembuatan laporan kemajuan pekerjaan harian, mingguan dan bulanan. Progres-progres tersebut dilakukan untuk memonitor waktu pelaksanaan berdasarkan schedule perencanaan. Hal itu untuk memastikan waktu pembangunan akan tercapai, apabila terjadi keterlambatan maka dapat dilakukan pekerjaan lembur untuk mengembalikan progres semula.

Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pekerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan pekerjaan menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk didalamnya:

1. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama. 2. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk. 3. Kendala/Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya.

4. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian sasaran proyek.

Sistem laporan harus mampu memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan, pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan dimana masing-masing kegiatan harus dihitung bobotnya.

Untuk membantu mempermudah penangkapan masalah yang dikemukakan, laporan kemajuan pekerjaan sebaiknya dilengkapi dengan suatu grafik. Selain itu, Kurva-S dapat dibuat dengan cepat dan mudah dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan, termasuk pembandingan visual antara target dan kemajuan

(46)

38 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

aktual. Kurva S dipakai juga dalam pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan sumber daya serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja, pembandingan kinerja aktual target rencana atau anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan. Kurva kemajuan secara grafis dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kriteria kemajuan dapat berupa persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan berbagai sumber daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya. Kurva-S rangkap ini membentuk semacam pembungkus. Jika pelaksanaan yang sebenarnya berada dalam daerah pembungkus, maka sasaran proyek besar kemungkinannya akan tercapai. Jika pelaksanaan sebenarnya berada dalam lingkungan pembungkus itu maka sasaran proyek besar kemungkinan akan dapat tercapai. Bila pelaksanaan sebenarnya berada di bawah rencana memulai lambat maka proyek umumnya tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya jika tidak diadakan revisi.

Untuk mencegah sampai adanya kurva pelaksanaan berada di bawah rencana mulai paling lambat maka pada setiap unit waktu tertentu disajikan kecenderungan arah kemiringan kurva (trend). Pada kurun waktu tertentu, bila trend kurva naik berarti kinerja pelaksanaan proyek baik. Kondisi yang demikian mengakibatkan hasil yang dicapai lebih 26 %. Tetapi ada kalanya trend kurva mendatar atau bahkan turun. Gejala ini jika terus berlanjut mengakibatkan kurva berada di bawah mulai paling lambat. Ini berarti prestasi kerja yang dicapai lebih rendah dari yang direncanakan. Dengan mengetahui trend kurva pengendalian pihak pengawas dapat memberikan saran atau peringatan kepada pihak pelaksana proyek. Penggunaan grafik “S” dijumpai dalam hal-hal berikut:

Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan.

Penggunaan sama dengan butir di atas, tetapi untuk satuan unit pekerjaan atau elemenelemennya.

Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk menganalisis prosentase (%) penyelesaian pekerjaan, misalnya jam-orang untuk menyiapkan rancangan, produksi gambar, menyusun pengajuan pembelian terhadap waktu.

Pada kegiatan kontruksi, yaitu untuk menganalisa pemakaian tenaga kerja atau jam orang dan untuk menganalisa prosentase (%) penyelesaian serta pekerjaan lain yang diukur dalam unit versus waktu.

Gambar

Gambar 2. Generator Diesel  Sumber ; mittronik.com

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum Bersumber APBN.. PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PUPR Wilayah I, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Mahkamah Konstitusi sebagai benteng terakhir penjaga keadilan untuk; memerintahkan kepada Termohon untuk melaksanakan tugas konstitusionalnya yang tertunda, yaitu Rapat

Misalnya pada impelementasi klaster industri hasil laut baik untuk industri teri nasi maupun industri rumput laut, meskipun keduanya memiliki nilai capaian kinerja komprehensif

Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing) yang selanjutnya disebut gambar terbangun adalah gambar setelah pekerjaan pembangunan PSU dilaksanakan, menjelaskan

Sesuai Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2021 Tentang : Penetapan Lokasi Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah

Untuk menentukan kawasan prioritas penanganan perumahan dan permukiman kumuh dari beberapa kecamatan, maka perlu adanya analisis yang dapat menghasilkan lokasi mana yang

Adapun kompetensi yang dipersyaratkan bagi Pelaku Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pengembangan infrastruktur wilayah yaitu antara lain memiliki kemampuan