PENGARUH METODE CARD SORT TERHADAP HASIL
BELAJAR IPA PADA SISWA SD
Skiripsi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Nama : Dian oktaviani NIM : 2014820024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Skripsi,Juli 2018
Dian Oktaviani (2014820024)
PENGARUH METODE CARD SORT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SD
xv + 150 hal, 18 tabel, 5 gambar, 19 lampiran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode card
sortterhadap hasil belajar IPA pada siswa sekolah dasar di SDN Ciputat 01
khususnya di kelas IV C dan IV D. Metode yang digunakan menggunakan model quasi eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rubrik penilaian IPA, tes uraian, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode card sortterhadap hasil belajar IPA pada siswa sekolah dasar di kelas IV C dan IV D SDN Ciputat 01. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan menunjukan hasil perhitungan uji t hitung sebesar 1,185 dan uji t tabel sebesar 2,001 sehingga t hitung ≤ t tabel (1,185 ≤ 2,001). Perbedadaan hasil belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan skor gain sebesar 0,215. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar IPA di kelas eksperimen dan kelas kontrol namun tidak signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada pihak-pihak terkait yang dapat memanfaatkan seperti kepala sekolah, guru, orang tua, dan siswa, serta peneliti selanjutnya.
Kata kunci: Metode Card Sort, Hasil Belajar, IPA DaftarPustaka: 30 (2009-2017)
iii
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari orang tua tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada :
Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia Nyalah skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
Untuk ayah tercinta Saidi Yusuf dan ibu yang tercinta Jumirah, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan anaknya, karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling baik selain doa yang terucap dari orangtua dan untuk adik tersayang Edwin Setiawan, Tyas Kusumaningrum, Indah Kusuma Vitaloka, dan Irfan Firdaus yang senantiasa memberikan dukungan serta semangat dan doanya untuk keberhasilan kakaknya ini. Serta teman-teman dan sahabat yang terus mensupport. Saya ucapkan terimakasih dan sayangku untuk kalian keluarga, teman-teman dan sahabat.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmunpengetahuan di masa yang akan datang.
viii Motto
“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya allah beserta orang-orang yang sabar” (AL-Baqarah:153)
“sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu keadaan yang ada pada diri mereka kecuali mereka sendiri yang mengubahnya.” (QS. Al-Rad : 11)
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat,serta kepada umatnya yang selalu melaksanakan ajarannya.
Skripsi ini sengaja peneliti ajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penelitian skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu peneliti ingin menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penyususnan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini peneliti ingin menyampaikan ucapna terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti studi di fakultas ini;
2. Bapak Azmi Al Bahij, M.Si. Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah
x
memberi dorongan dan arahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu;
3. Bapak Muhammad Hayyun, M.Pd. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran peneliti dalam penyusunan skripsi ini;
4. Bapak Kepala sekolah SDN Ciputat 01 yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian skripsi di sekolah;
5. Orang tua peneliti, sahabat yang telah banyak memberikan semangat baik moril maupun materil dalam melanjutkan studi di universitas ini serta penyelesaian studi dengan tepat waktu;
6. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada peneliti dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, peneliti berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 19 Juli 2018
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
FAKTA INTEGRITAS ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
MOTTO ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
xii B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Batasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 8 F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. KajianTeori ... 11
B. Kerangka Berpikir ... 34
C. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian ... 38
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 38
D. Populasi dan Sampel ... 41
E. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 49
H. Hipotesis Statistik ... 55
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Data ... 57
B. Hasil Analisis Data ... 67
C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 78
xiii
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran-saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 91
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SK dan KD IPA Kelas IV SD ... 24
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 37
Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 38
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen penelitian ... 43
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Hasil Belajar IPA ... 47
Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar IPA Pada Kelas Eksperimen ... 60
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Pada Pretest Kelas Eksperimen ... 60
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Pada Posttest Kelas Eksperimen ... 61
Tabel 4.4 Deskripsi Data Hasil Belajar IPA Pada Kelas kontrol ... 63
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Pada Pretest Kelas kontrol ... 63
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Pada Posttest Kelas kontrol ... 64
Tabel 4.7 Deskripsi Data Hasil Belajar IPA pada Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Aiken ... 68
Tabel 4.9 Tabel Ringkasan Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov... 70
Tabel 50 Uji Homogenitas Menggunakan Levene Test ... 71
Tabel 5.1 Perhitungan Pollen Varian ... 74
Tabel 5.2 Perhitungan T-Paired Pada Kelas Eksperimen ... 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Card Sort ... 31
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir ... 36
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar
IPA Pada Kelas Eksperimen ... 62
Gambar 4.2 Distribusi frekuensi nilai Hasil Belajar
IPA Pada Kelas eksperimen ... 65
Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai Pada Kelas Eksperimen Dan
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Uji Validitas Aiken ... 95
Lampiran 2 Hasil Reliabilitas Anova Hoyt ... 96
Lampiran 3 Normalitas Kolmogrov-Smirnov Kelas eksperimen Dan Kontrol ... 98
Lampiran 4 Uji Homogenitas (Levene Test) ... 99
Lampiran 5 Uji T-Independent (Polled Varian) ... 100
Lampiran 6 Uji T-Paired (Related Varian) Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 101
Lampiran 7 RPP Kelas Eksperimen ... 103
Lampiran 8 RPP Kelas Kontrol ... 111
Lampiran 9 Instrumen Penelitian Tes Uraian Hasil Belajar IPA ... 118
Lampiran 10 Konversi Perhitungan Nilai Pretest dan Posstest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 122
Lampiran 11 Data Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 130
xvii
Lampiran 12 Data n-gain Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 138
Lampiran 13 Dokumentasi Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 140
Lampiran 14 Kartu Menyaksikan Sidang Skripsi ... 145
Lampiran 15 Surat Permohonan Untuk Penelitian ... 146
Lampiran 16 Kartu Bimbingan Skripsi ... 147
Lampiran 17 Kartu Bimbingan Pasca Sidang Skripsi ... 148
Lampiran 18 Surat Balasan Sekolah ... 149
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik yang berada pada periode Sekolah Dasar berada dalam periode late childhood atau ahkir masa kanak-kanak, yaitu kurang lebih berada dalam rentang usia antara enam atau tujuh tahun. Periode Sekolah Dasar, ditandai dengan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap penyesuaian pribadi serta
penyesuaian sosial peserta didik Sekolah Dasar. Masa usia sekolah dasar dapat diperinci menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, saat peserta didik berada pada kelas 1, 2, dan 3 di usia 7 sampai dengan 9 tahun. Sedangkan pada masa kelas tinggi sekolah dasar, saat peserta didik berada pada kelas 4, 5, dan 6 di usia sekitar 10 sampai dengan 12 tahun.
Pada masa usia enam sampai dua belas tahun anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau konkret secara logis. Menurut Jean Piaget dalam Wiyani (2013: 72) kemampuan kognitif peserta didik usia sekolah dasar masuk dalam tahapan pemikiran operasional konkret, yaitu masa dimana aktivitas mental peserta didik terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya.
Hasil belajar peserta didik merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran, guna untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan peserta didik menguasai atau memahami materi yang diajarkan oleh guru. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah di tetapkan terlebih
2
yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
IPA atau sains adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Pembelajaran Sains merupakan mata pelajaran yang dalam pengajarannya berkaitan dengan alam dan percobaan-percobaan. Pembelajaran IPA tidak hanya
mempelajari tentang lingkungan dan gejala-gejala alamnya, tetapi pengetahuan yang dapat kita peroleh dari pembelajaran sains ini adalah kita memahami konsep-konsep IPA melalui percobaan-percobaan yang telah dilakukan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sains juga merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pembelajaran Sains seorang guru harus mempunyai perencanaan yang matang dan tersusun rapih yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan mata pelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, belajar IPA tidak sekedar menghafal penemuan orang saja tetapi juga mengembangkan keterampilan proses seperti mengamati, mencoba, merencanakan, melaksanakan percobaan, menilai, dan membuat kesimpulan.
Mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan alam kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga menerapkan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangannya lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Bahan belajar dalam pembelajaran IPA cukup beragam banyak yang di
3
tetapi disadari pula mungkin banyak yang tidak menarik untuk siswa. Itulah mengapa penyajian IPA perlu fariasi metode dalam pembelajarannya.
Melalui aktivitas belajar disekolah diharapkan guru dan siswa bersama-sama mampu mencapai apa yang diharpkan. Namun sangat disayangkan adalah hingga kini IPA menurut sebagian siswa dianggap mata pelajaran yang sulit, Keadaan ini sangat mempengaruhi kemampuan analisis IPA pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil penelitian statistik yang dilakukan secara internasional dalam Trends in International Mathemathics
and Science Study (TIMSS).
Pencapaian prestasi belajar siswa di bidang IPA pada studi TIMSS yang telah diikuti sebanyak tiga kali berturut-turut pada tahun 1999, 2003 dan 2007, namun Indonesia masih dari predikat memuaskan. Dari hasil studi IPA pada tahun 1999, 2003, dan 2007 secara berurutan adalah 435,420,dan 433. Berdasarkan skor tersebut siswa Indonesia menampati peringkat 32 dari 38 negara pada tahun 1999, peringkat 37 dari 46 negara pada tahun 2003, dan peringkat 35 dari 49 negara pada tahun 2007. Rata-rata skor siswa indonesia pada TIMMS dibawah skor rata-rata internasional yaitu 500, dan hanya mencapai low international benchmark.
Hasil studi PISA menunjukan prestasi IPA Indonesia secara berurutan pada tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009 menempati urutan ke 38 dari 41 negara dengan skor 393, berada pada urutan ke 38 dari 40 negara dengan skor rata-rata 395, urutan ke 50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 393 dan pada tahun 2009 menempati urutan ke 60 dari 65 negara dengan skor rata-rata 383. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh TIMSS dan PISA pada bidang sains menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa indonesia misalnya kemampuan analisis, masih termasuk ke dalam kategori rendah karena hasil yang diperoleh indonesia masih berada di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500.
4
Rendahnya prestasi belajar IPA yang terlihat dari laporan pelaksanaan TIMSS yang telah diuraikan sebelumnya, rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar. Tetapi belom mampu mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains. Apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak, hal tersebut menggambarkan tingkat berfikir terendah siswa baru sampai pada tahap menyelesaikan masalah-masalah sederhana dengan mengikuti prosedur yang telah biasa digunakan.
Dunia pendidikan, seorang guru yang hendaknya mengajar suatu materi kepada peserta didiknya di tuntut menggunakan media sebagai alat bantu penyampaian materi. Media yang digunakan tidak harus media yang mahal, melainkan media yang benar-benar efisien dan mampu menjadi alat penghubung antara seseorang guru dengan murid agar materi yang diajarkan dapat diterima dan dipahami secara maksimasl.
Metode sangat berperan penting dalam pencapaian hasil yang diharapkan. Metode yang yang sering guru gunakan dalam pembelajaran yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab. Namun metode yang memiliki ciri aktif, kreatif, dan menyenangkan adalah metode card sort. Metode card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang digunakan pendidik untuk mengajak peserta didik
menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang akan dibahas dalam pembelajaran. Metode card sort menggunakan fasilitas kartu, dengan menggunakan media kartu dalam praktek pembelajaran akan membantu siswa dalam memahami
pembelajaran, mengurangi rasa bosan serta menumbuhkan motivasi mereka dalam pembelajaran. Sebab dalam penerapan metode card sort, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa nya dalam pembelajaran. Sedangkan siswa belajar aktif dengan fasilitas dan arahan guru.
5
Dalam proses belajar mengajar, sering kali dihadapkan pada masalah dalam pemilihan metode pengajaran yang akan
diterapkan. Dalam penyampaian materi, guru dituntut untuk dapat memilih metode pengajaran guna mendukung tercapainya proses belajar mengajar. Pada umumnya pola pembelajaran yang
diterapkan oleh guru masih menggunakan metode konvensional. Dalam menyampaikan materi guru lebih mendominasi, guru lebih memilih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang bersifat klasikal. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru akibatnya siswa kurang antusias dalam belajar, suasana kelas nampak pasif dan siswa tampak bosan mengikut pembelajaran.
Hal ini terbukti dengan adanya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Utomo (2015: 107) dari hasil evaluasi dan analisis hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam masih banyak siswa yang memperoleh hasil dibawah kriteria ketuntasan minimal. Sebanyak 27 siswa keseluruhan yang tuntas dalam pembelajaran hanya 6 siswa atau 22% dan yang belum tuntas adalah 21 siswa atau 78%. Hal ini disebabkan karena dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru masih
mengandalkan satu metode yaitu ceramah dan guru belum memanfaatkan metode-metode yang lain.
Adapun menurut Yulina (2013: 33) hasil pengamatan pembelajaran IPA materi daur hidup hewan menunjukan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukan oleh hasil belajar yang dicapai siswa belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh guru. Kriteria ketuntasan
minimal untuk ilmu pengetahuan alam yaitu ketuntasan individu adalah 60 dan ketuntasan klasikal (KK) adalah 60%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 16 siswa ketika diadakan penelitian
formatif awal, 10 siswa (6-2,5%) mendapat nilai di bawah KKM dan 6 siswa (37,5%) mendapat nilai diatas KKM. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas IV, hal ini dikarenakan masih banyak
6
siswa yang masih kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, ada beberapa siswa yang tidak fokus dalam proses belajar mengajar dan ramai sendiri.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan diatas, peneliti mengambil judul dibawah ini untuk memberikan masukan dalam pembalajaran IPA sehingga pelajaran lebih kondusif dan menyenangkan.
“PENGARUH METODE CARD SORT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SD”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata hasil belajar siswa yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal.
2. Rendahnya hasil belajar pada siswa.
3. Rendahnya model pembelajaran guru pada pelajaran IPA. 4. Belum ditemukan metode yang tepat dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh metode card sort terhadap hasil belajar IPA pada siswa SD.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode card sort dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa SDN Ciputat 01.
7
2. Seberapa besar pengaruh metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa SDN Ciputat 01.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan:
1. Tujuan Umum
Untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecah masalah, dan membuat keputusan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh metode card sort terhadap hasil belajar IPA pada siswa SDN Ciputat 01.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode card
sort terhadap hasil belajar IPA pada siswa SDN Ciputat 01. F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian atau memberikan wawasan bagi penelitian lain untuk mengadakan penelitian lanjutan yang relevan.
2. Manfaat praktis a. Bagi siswa
1) Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya metode pembelajaran card sort.
8
2) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3) Memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran IPA.
4) Terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
b. Bagi Pendidik
1) Guru dapat mengembagkan kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran card sort.
2) Memotovasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat meningkatakan mutu sekolah.
2) Meningkatkan kualitas kompetensi lulusan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar IPA a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Menurut Hidayat (2013: 72) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan. Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
10
Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Adapun menurut Hamalik (2015: 27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengalami perubahan tingkah laku yang baru, dimana tingkah laku tersebut bersifat aktif dan positif dan terjadi secara sadar dan berkesinambungan serta perubahan tersebut akan bersifat permanen apabila seseorang terus melakukan proses belajar.
11
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran, guna mengetahui seberapa besar keberhasilan peserta didik menguasai atau memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.
Menurut Hidayat (2013: 82) hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar sering disebut juga dengan prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Sedangkan menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Adapun menurut Sudjana (2009: 22-23) menyatakan ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, diantaranya adalah
12
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari aspek, diantaranya adalah penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah mengikuti peoses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a. Hakikat IPA
Menurut Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘science’ yang berarti saya tahu.
‘science’ terdiri dari social science (ilmu pengetahuan sosial)
dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Untuk itu, dalam hal ini kita tetap
13
menggunakan istilah IPA untuk merujuk pada pengertian
sains yang kaprah yang berarti natural science.
Sedangkan menurut Fisher dalam Made dan Wandy (2009: 14) menyatakan kata sains berasal dari bahasa latin, yaitu scientia yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge). Kata sains mungkin juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu wissenchaft yang artinya sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis tersusun
(assembled) dan bersama-sama dalam suatu urutan
terorganisasi. Misalnya, pengetahuan tentang fisika, biologi,dan kimia.
Adapun menurut Wonohardjo (2011: 11) ilmu pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris:Science) berasal dari kata latin
“scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu
tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Sains mempunyai makna yang merujuk ke pengetahuan yang berada dalam sistem berfikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja. Selanjutnya makna ilmu atau science mengalami perluasan, dalam perkembangannya sains digunakan merujuk ke pengetahuan mengenai alam dan mempunyai objek alam
14
dan gejala-gejala alam yang sering digolongkan sebagai ilmu alam (natural science).
Ilmu alam atau sains sifatnya lebih pasti karena gejala yang diamati relatif nyata dan terukur, karenanya ilmu alam sering disebut ilmu pasti atau ilmu eksakta. Secara umum ilmu pengetahuan alam mempunyai ciri khas yang berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Kebanyakan pengetahuan mengenai alam ini didapat secara empiris, yakni pengamatan langsung atas kejadian di alam. Kumpulan data ini merupakan data yang sangat berharga yang nanti setelah diolah akan menghasilkan informasi yang akurat karena manusia dianugerahi akal budi atau rasio yang cukup untuk mengolah informasi. Selain itu pekermbangan ilmu pengetahuan alam ditunjang oleh penggunaan metodologi yang tepat. Metode panarikan kesimpulan berdasarkan fakta serta premis sebelumnya memberikan alur pikir logis yang tidak mudah goyah.
Berdasarkan penjelasan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sains atau ilmu pengetahuan alam adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi. Serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, tebuka, jujur, dan sebagainya.
15
b. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA
Adapun berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan di dalam suatu kurikulum sekolah. Samatowa (2011: 6) mengemukakan empat alasan mata pelajaran IPA dimasukan dalam kurikulum SD yaitu:
1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasr tekonologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai ilmu pengetahuan alam. 2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA
merupakan suatu mata pelajaran yang melatih / mengembangkan kemampuan berfikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Sebagai contoh hal berikut ini: “dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun ?” anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
16
4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Trianto (2012: 143) menyatakan secara khusus fungsi dan tujuan pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: 1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah. 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek
sains dan teknologi.
4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
d. Pembelajaran IPA di sekolah Dasar
Menurut Samatowa (2011: 3-4) ada berbagai alasan perlunya IPA diajarkan di sekolah dasar. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni: a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung
17
pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam, b) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah demikian. “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, c) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka, d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
De Vito dalam Samatowa (2016: 104) menyatakan pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skills) yang diperlukan untuk di pelajari. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan, dan
18
memberikan pengalaman belajar yang menarik kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA perlu diajarkan di sekolah dasar, karena IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Dalam pembelajaran IPA peserta didik harus dilibatkan secara langsung, dalam pengalaman langsung sangat efektif dibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal atau kata-kata. Oleh karena itu seorang guru harus bisa menguasai cara mengajar IPA kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang bisa melatih anak untuk berfikir kritis dan objektif.
e. Nilai-nilai IPA
Trianto (2010: 138-140) sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA tidak menjangkau nilai-nilai moral atau etika, juga tidak membahas nilai-nilai keindahan (estitika), tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud nilai disini adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan di capai. Nilai-nilai dimaksud bukanlah nilai-nilai nonkebendaan. Nilai-nilai nonkebendaan yang terkandung dala IPA antara lain sebagai berikut:
19
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat. Kemudian dengan teknologi tersebut membantu pla mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian, sains mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
2) Nilai Intelektual
Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah, tetapi juga masalah-masalah social, ekonomi dan sebagainya. Masalah ilmiah telah melatih keterampilan, ketekunan, dan melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunaannya. Keberhasilan memecah masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual, inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual. 3) Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai social-ekonomi-politik berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa, menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan
20
yang kuat dalam pencaturan sosial-ekonomi-politik internasional. Sebagai contoh, Negara-negara maju seperti USA, Uni Eropa, merasa sadar dan bangga terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang social-politik dan mengklaim diri mereka sebagai Negara adidaya.
4) Nilai Kependidikan
Dengan makin berkembangnya IPA dan teknologi serta diterapkan psikologi belajar pada pelajaran IPA, maka IPA diakui bukan hanya sebagai suatu pelajaran melainkan juga sebagai alat pendidikan. Artinya, pelajaran IPA dan pelajaran lainnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistemtis menurut metode ilmiah.
b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
5) Nilai Keagamaan
Suatu pandangan yang naif apabila dengan mempelajari IPA akan mengurangi kepercayaan kepada tuhan.
21
Karena secara empiris orang mendalami mempelajari IPA, makin sadarlah dirinya akan adanya kebenaran hokum-hukum alam, sadar aan adanya keterkaitan di dalam alam raya ini dengan maha pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia membaca, mempelajari dan menerjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya.
f. Materi Pembelajaran di Kelas IV Sekolah Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan standar minimum yang harus dicapai peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Peneliti mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar di kelas IV sebagai bahan yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi: Tabel 2.1 standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV SD
22
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok
Memahami gaya dan gerak pada kehidupan sehari-hari. 1. Mengidentifi kasi macam-macam gaya dan menyebutka n manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menghubun gkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar. Gaya dan Gerak
Materi IPA yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah gaya dan gerak. Materi tersebut memuat sub materi materi sebagai berikut:
A. Gaya dan Gerak
Gaya adalah dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan benda bergerak atau berubah bentuk. Sedangkan gerak adalah perpindahan posisi benda
dari tempat asalnya karena adanya gaya. Dalam
kehidupan sehari-hari secara tidak sadar melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Pada saat kita membuka atau menutup pintu kita telah melakukan gaya yang berupa dorongan dan tarikan. Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan
23
mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda yang semula diam menjadi bergerak, menyebabkan benda yang semula bergerak menjadi berhenti atau berubah arah, atau merubah bentuk benda.
Sebagai contoh, pada saat kamu menendang bola maka bola akan bergerak dan berubah arahnya. Sedangkan contoh perubahan bentuk benda karena pengaruh gaya adalah ketika kamu bermain dengan plastisin. Kamu dapat membuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan menyebabkan bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Besar kecilnya gaya dapat diukur menggunakan alat yang bernama
neraca pegas atau dinamometer. Sedangkan satuan
gaya dinyatakan dalam satuan Newton yang biasa
ditulis dengan huruf N. Kata Newton diambil dari nama
Sir Isaac Newton, seorang ahli matematika dan ilmuwan besar. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menarik benda akan ditunjukkan oleh jarum pada skala dinamometer. Gaya terdiri dari 5 macam yaitu:
1. Gaya Otot
Gaya otot adalah gaya yang dihasilkan oleh otot mahluk hidup baik manusia / hewan. Contohnya: berjalan, berlari, berenang, mengangkat benda,
24
memukul benda, menggeser meja, bermain bola, mendorong benda, mengayuh sepeda, bermain basket.
2. Gaya Listrik
Gaya listrik adalah gaya yang dialami oleh objek bermuatan yang berada dalam medan listrik. Jenis listrik dibagi menjadi 2 yaitu listrik satis dan listrik dinamis. Listrik statis adalah energi yang dimilki oleh benda bermuatan listrik. Sedangkan listrik dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. Contoh listrik statis: saat kita menyisir rambut, tanpa sadar kadang rambut kita akan terbawa berdiri seiring gerakan sisir. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara rambut dengan sisir. Contoh listrik dinamis : kipas angin, kulkas, kompor listrik, kulkas, tv, komputer, setrika.
3. Gaya Magnet
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh dorongan dan tarikan dari magnet. Contohnya : penutup lemari es, kompas, tarik menariknya paku jika mendekatkan nya pada magnet batang
4. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah gaya gaya tarik menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai
25
masa di alam semesta. Contohnya : kita berjalan tetap menapak ditanah, buah jatuh selalu menuju ke tanah, bola yang melambung tinggi akan kembali ke tanah, mobil yang berjalan tidak akan melayang, hujan dari langit akan jatuh ke tanah.
5. Gaya Gesek
Gaya gesekan adalah gaya yang berarah melawan gerak / arah kecenderungan benda bergerak. Contohnya: rem dan cakram, gergaji dan kayu, amplas dan kayu, lantai dan kaki, penghapus an tulisan
B. Sifat-sifat Gaya
1. Gaya dapat mengubah bentuk benda. Contoh : pada waktu kita membuat bermacam-macam bentuk benda yang terbuat dari plastisin tanah liat dengan ditekan-tekan oleh tangan.
2. Gaya dapat mengubah arah suatu benda. Contoh : saat menendang bola dan mengarahkannya ke gawang.
3. gaya biasanya digambarkan dengan sebuah anak panah yang mana arah panah tersebut menyatakan arah gerak. Contoh : benda bergerak kearah kanan sehingga arah anak panahnya ke kanan
26
C. Faktor yang mempengaruhi arah gerak benda
1. Besar kecilnya suatu gaya terhadap benda mempengaruhi gerak benda.
2. Semakin besar sebuah gaya mengenai benda maka semakin cepat benda tersebut bergerak.
3. Semakin besar sebuah gaya mengenai benda maka akan semakin jauh benda berpindah tempat.
D. Pengaruh gaya terhadap gerak benda
1. Gaya menyebabkan benda diam menjadi bergerak Contohnya: kelereng awalnya diam dan dapat bergerak setelah disentil, meja awalnya diam dapat berpindah setelah didorong dan sebagainya.
2. Gaya menyebabkan benda bergerak menjadi diam. Contohnya: bola yang melaju kencang akan diam setelah ditangkap oleh penjaga gawang.
3. Gaya dapat menyebabkan benda beruba arah.
Contohnya: bola kasti yan dilempar kearah tembok akan berubah arah setelah membentur tembok
4. Gaya dapat menyebabkan benda bergerak lebih cepat.
Contohnya: mobil yang bergerak lambat akan bertambah kecepatannya setelah digas oleh pengemudinya.
27
Contohnya : kaleng minuman yang kosong akan penyok setelah diinjak dengan keras.
3. Metode Card Sort a. Metode
Menurut Majid (2011: 135) menyatakan bahwa metode merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya Majid (2014: 193) mengatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tecapai secara optimal. Metode dalam kegiatan belajar mengajar sangat di perlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun menurut Purwadarminta dalam Hamiyah dan Jauhar (2014: 48) mengatakan bahwa metode adalah cara yang telah teratur dan terpkir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu alat atau cara dalam menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
28 b. Card Sort
Menurut Sutikno (2014: 130) menyatakan bahwa card
sort digunakan oleh pendidik dengan maksud mengajak
peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Sedangkan Baidlowi (2016: 113) berpendapat bahwa card
sort merupakan pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk membuat inovasi dalam pembelajaran. Adapun pendapat dari Warsono dan Hariyanto (2013: 47) menyatakan bahwa card sort merupakan gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran kolaboratif atau teknik pembelajaran kooperatif bergantung kepada keinginan guru.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang digunakan pendidik untuk mengajak peserta didik menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang akan dibahas dalam pembelajaran. Pembelajaran aktif tipe
card sort menggunakan fasilitas kartu, dengan menggunakan media kartu dalam praktek pembelajaran akan membantu siswa dalam memahami pelajaran dan menumbuhkan motivasi mereka dalam pelajaran. Sebab dalam penerapan metode card sort , guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa nya dalam
29
pembelajaran. Sementara siswa belajar secara aktif dengan fasilitas dan arahan dari guru. Dibawah ini terdapat contoh dari card sort
Gambar 2.1 Contoh card sort c. Langkah-Langkah Metode Card Sort
Menurut Silberman (2013: 130) langkah-langkah penerapan dari metode card sort sebagai berikut:
1. Berikan kepada setiap murid selembar kartu indeks berisi informasi.
2. Mintalah murid-murid untuk berkeliling di dalam kelas dan mencari pemilik kartu lain yang kategori yang sama. (Anda dapat mengumumkan kategori-kategori terlebih dulu atau membiarkan murid-murid menemukannya sendiri)
3. Mintalah murid-murid dengan kartu yang sama kategorinya tampil bersama-sama di depan kelas.
4. Ketika setiap kategori ditampilkan, sampaikanlah poin-poin pelajaran yang menurut anda penting.
30
Adapun pendapat dari Warsono dan Hariyanto (2013: 47) langkah-langkah penerapan metode card sort sebagai berikut:
1. Bagikan kartu indeks kepada setiap siswa yang meliputi lebih dari 1 macam kategori.
2. Mintalah kepada siswa untuk bergerak berkeliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori yang sama. Jika waktunya cukup anda biarkan saja para siswa menemukan kategorinya sendiri, jika waktunya tidak leluasa sebaiknya anda umumkan kepada seluruh kelas kategori apa saja yang tersedia.
3. Peserta didik yang memiliki kartu indeks dengan kategori yang sama berkumpul. Sebaiknya jumlah siswa dalam setiap kategori anda rancang sama.
4. Para siswa dalam kategori yang sama bermusyawarah untuk menunjuk salah seorang di antara mereka mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas.
5. Lakukan refleksi dengan mengungkap butir-butir penting dari setiap kategori bahan ajar.
d. Kelebihan dan kekurangan metode card sort
Menurut Zaini dalam Silalahi (2017: 64) mengatakan bahwa kelebihan dari metode card sort yaitu:
31
a) Siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
b) Penilaian kepada siswa dilakukan secara otentik. c) Proses kerjasama yang kuat antar siswa.
d) Siswa akan berfikir kritis dalam menganalisis materi pembelajaran secara mandiri.
e) Siswa lebih mudah mengerti tentang materi yang diajarkan dari pada menggunakan metode ceramah. f) Siswa lebih antusias dalam pembelajaran.
g) Sosialisasi antara siswa lebih terbangun yakni antara siswa denga siswa lebih akrab.
2) Kekurangan Metode Card Sort
a) Sedangkan kekurangan dari metode card sort yaitu : b) Dibutuhkan keterampilan guru dalam menerapkan
card sort.
c) Siswa harus paham terhadap materi yang diajarkan untuk menjodohkan kartu yang sesuai dengan harapan.
d) Guru harus memperhatikan setiap aktifitas siswa.
B. Kerangka Berfikir
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah mengikuti peoses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tidak bervariasi dapat mengakibatkan kurang optimalnya hasil
32
yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai seorang guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.
Selama ini masih banyak guru dalam mengajarkan pembelajaran IPA masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional seperti ceramah, teks book, dan dilanjutkan dengan penugasan. Sehingga hal itu membuat peserta didik menjadi mdah bosan dalam proses pembelajaran. Keadaan ini seharusnya dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat.
Metode card sort merupakan kegiatan kolaborasi yang digunakan pendidik untuk mengajak peserta didik menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang akan akan dibahas dalam pembelajaran. Pembelajaran tipe card sort menggunakan fasilitas kartu, dengan menggunakan media kartu dalam praktek pembelajaran akan membantu siswa dalam memahami pelajaran dan menumbuhkan motivasi mereka dalam pembelajaran. Sebab dalam penerapan metode Card Sort, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa nya dalam pembelajaran. Sementara siswa belajar secara aktif dengan fasilitas dan arahan dari guru.
Dengan metode card sort, guru dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk belajar dan melatih kemampuan analisis khususnya dalam pembelajaran IPA. Kegiatan siswa dalam
33
menggunakan kartu akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan tidak membosankan serta menjadikan siswa terlibat secara aktif. Gerakan siswa untuk menemukan teman yang memiliki kartu dengan kategori yang sama akan membuat siswa tertarik dengan pembelajaran IPA, karena pada dasarnya, siswa SD memiliki sifat rasa ingin tahu. Oleh karena itu, penggunaan metode card sort akan membantu siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran serta menumbuhkan keaktifan dan kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran IPA. Dalam penelitian ini, diduga akan ada pengaruh metode Card Sort terhadap kemampuan analisis siswa pada pelajaran IPA. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat bagan kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis yang dapat diajukan terdapat pengaruh metode card sort terhadap hasil belajar IPA pada siswa SD di kelas IV.
Pembelajaran IPA
Hasil belajar IPA pada siswa Metode Card Sort Meningkat Penerapan Pembelajaran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ciputat 01 kelas IV C dan IV D, yang beralamat di jalan KH Dewantara No.6 Ciputat Kota Tangerang Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 yang dilaksanakan mulai tanggal 23 januari 2017 sampai 03 maret 2018. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal penelitian
No Kegiatan 2017 2018
Nov Des Jan Feb Mar Apr Jul Agst 1 Pengajuan judul 2 Penyusunan proposal 3 Observasi 4 Pelaksanaan penelitian 5 Pengolahan dan analisis data 6 Laporan penelitian 7 Sidang Skripsi 8 Revisi Skripsi
35
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode quasi eksperimen, karena peneliti tidak membentuk kelas baru tetapi menerima kelas yang sudah ada di sekolah dasar tersebut. Penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran metode card sort menjadi
treatment untuk kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol
menggunakan pembelajaran biasa. Bentuk desain eksperimen yang dipilih adalah pretest-posttest control group design. Adapun rancangan yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Posttest
R O1 X O2
R O3 O3
Sumber:
“Metode Penelitian Pendidikan” Sugiyono (2015:112) R : Kelas yang menjadi sampel penelitian.
X : Treatmen yang menggunakan metode card sort. O1 : Pretest yang dilakukan untuk kelas eksperimen.
O2 : Posttest yang dilakukan untuk kelas eksperimen.
O3 : Pretest yang dilakukan untuk kelas kontrol.
O4 : Posttest yang dilakukan untuk kelas kontrol.
C. Variabel, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel penelitian
F.N Kerlinger dalam Sugiyono (2015: 61) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak atau sifat yang akan dipelajari atau variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda, dengan demikian variabel itu
36
merupakan sesuatu yang bervariasi. Pada penelitian ini dalam metode quasi eksperimen dikenal istilah variabel kriteria dalam penelitian kriteria dan variabel treatment. Adapun yang menjadi variabel kriteria dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA pada siswa. sedangkan variabel treatment dalam penelitian ini yaitu metode card sort.
2. Definisi konseptual variabel
a. Definisi Konseptual Variabel Kriteria (Hasil Belajar IPA) Hasil belajar IPA merupakan perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah mengikuti peoses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Definisi Konseptual Variabel Treatment (metode card sort)
Metode card sort merupakan metode yang
menggunakan fasilitas kartu yang berisikan pokok materi atau bahasan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. 3. Definisi operasional variabel
a. Definisi Operasional Variabel Hasil Belajar IPA
Definisi operasional hasil belajar IPA yaitu skor yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPA melalui tes uraian yang diberikan. Siswa dikatakan mampu jika memenuhi kriteria yang distandarkan yaitu dengan
memenuhi skala 1-4. Skor ini diperoleh dari indikator hasil belajar IPA yang diintrerprestasikan dalam tes uraian yang diberikan dengan jumlah soal sebanyak 15 butir. Setiap satu butir soal memiliki skor 4 untuk jawaban yang benar sesuai dengan prosedur menjawabnya, skor 3 untuk jawaban yang tepat namun terdapat sedikit kesalahan, skor 2 untuk
jawaban yang kurang tepat, dan skor 1 untuk jawaban yang salah.
37
b. Definisi Operasional Metode Card Sort
Definisi operasional metode card sort yaitu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik agar mempunyai jiwa yang mandiri sehingga dapat meningkatkan kreativitas peserta didik untuk membuat inovasi dalam pembelajaran. Pada metode ini seluruh siswa diberikan kartu yang telah diberikan kata kunci atau informasi tertentu secara acak. Kemudian siswa diminta untuk bergerak berkeliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori yang sama, setelah peserta didik memiliki kartu dengan kategori yang sama mereka diminta untuk berkumpul menjadi sebuah kelompok. Kemudian setiap kelompok diminta untuk bermusyawarah dan tampil bersama-sama didepan kelas. Adapun langkah-langkah pembelajran dengan menggunakan metode Card
Sort ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagikan kartu indeks kepada setiap siswa yang meliputi lebih dari 1 macam kategori.
2. Mintalah kepada siswa untuk bergerak berkeliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori yang sama. Jika waktunya cukup anda biarkan saja para siswa menemukan kategorinya sendiri, jika waktunya tidak leluasa sebaiknya anda umumkan kepada seluruh kelas kategori apa saja yang tersedia.
3. Peserta didik yang memiliki kartu indeks dengan kategori yang sama berkumpul. Sebaiknya jumlah siswa dalam setiap kategori anda rancang sama.
38
4. Para siswa dalam kategori yang sama bermusyawarah untuk menunjuk salah seorang di antara mereka mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas.
5. Lakukan refleksi dengan mengungkap butir-butir penting dari setiap kategori bahan ajar.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2015: 117) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di
tetetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN Ciputat 01 pada semester genap pada tahun ajaran 2017/ 2018.
2. Sampel
Menurut Siregar (2017: 56) sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Peneliti menetapkan sampel pada penelitian ini diambil 2 kelas dari 5 kelas yang ada pada kelas IV di SDN Ciputat 01. Alasan dipilihnya kelas IV sebagai sampel penelitian, karena kelas IV merupakan kelas tinggi pada jenjang Sekolah Dasar yang dianggap sudah mampu untuk diterapkannya kemampuan analisis dalam pembelajaran IPA.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang peneliti gunakan yaitu sampling
purposive. Menurut Siregar (2017: 60) sampling purposive
39
sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Terdapat lima kelas pada jenjang kelas IV dan dua kelas yang akan dipilih sebagai sampel penelitian yaitu IV C dan IV D. Untuk
menentukan kelas mana yang akan dijadikan sampel penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu dan didasarkan pada rekomendasi dari kepala sekolah dan guru yang
bersangkutan.
E. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi instrumen
Menurut Sugiyono (2015: 147) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Untuk mempermudah penyusunan instrumen maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.3.
40
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Materi Indikator pembelajaran Nomor
butir soal
Hasil Belajar IPA
Siswa dapat menyebutkan
macam-macam gaya 5
Siswa dapat menyebutkan
manfaat macam-macam gaya 10 Siswa dapat menjelaskan
pengertian macam- macam gaya
1,2,3,4,6 ,7
Siswa dapat menyebutkan
contoh macam-macam gaya 9,11,12 Siswa dapat menjelaskan
pengaruh gaya terhadap gerak benda
8,13,14, 15 Jumlah Item
15
2. Uji validitas instrumen
Menurut Arikunto (2012: 80) mengemukakan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Pada variabel kriteria uji validitas dan reabilitas dilakukan melalui uji panelis (judgement expert) yang terdiri dari 5 orang ahli. Rekomendasi para panelis bertujuan untuk mengetahui atau relevansi butir dengan sasaran ukur. Penilaian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan skala lima, yaitu (1) sangat kurang baik, (2) kurang baik, (3) cukup baik, (4) baik, dan (5) sangat baik. Sedangkan validitas isi suatu butir ditentukan berdasarkan rekomendasi panelis dengan menggunakan uji Aiken dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2012: 113):
41
(
)
−
=
1
c
n
s
V
dengans
=
r
−
Lo
V = Indeks Validity dari Aiken Nilai V terletak di antara 0 dan 1 dengan kategori sebagai berikut:
Status nilai V 0,00 – 0,33 = DROP 0,34 – 0,67 = REVISI
0,68 – 1,00 = VALID
Uji validitas yang digunakan adalah uji ahli atau pakar berupa pengisian angket yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan sebagai alat untuk melakukan penelitian. Setelah instrumen sudah diujikan dan sudah disetujui oleh 5 ahli atau pakar, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan valid untuk dijadikan bahan penelitian oleh peneliti.
3. Uji Reabilitas Instrumen
Menurut Arikunto (2012: 100) reabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk uji reabilitas maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus uji anova hoyt (Arikunto, 2012: 117):
Vr Vs r11 = 1−
Keterangan:
r11 = reliabilitas seluruh soal
Vr = varians responden Vr = varians sisa
42
Menurut Siregar (2017: 90) suatu instrumen dinyatakan reliabel bila koefisien reabilitas minimum 0,6. Jadi suatu instrumen tes dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reabilitas lebih dari 0,6 artinya instrumen tersebut dapat memberikan hasil ketepatan yang tinggi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan serangkaian cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa rubrik penilaian IPA, tes uraian dan dokumentasi.
1. Rubrik Penilaian IPA
Menurut Warsono dan Hariyanto (2014: 270) rubrik adalah perangkat pemberian skor yang seacara eksplisit menyatakan kinerja yang diharapkan bagi tugas-tugas yang diberikan atau bagi suatu hasil karya para siswa. Pada penelitian ini, penulis menyusun sendiri rubrik penilaian yang akan digunakan dalam penilaian tes uraian yang diberikan untuk mengukur
kemampuan analisis IPA. Rubrik penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.
43
Tabel 3.4
Rubrik Penilaian Hasil Belajar IPA
Aspek Kriteria Skor
Kemampuan menjelaskan pengertian macam-macam
gaya
Siswa dapat menjelaskan pengertian macam-macam gaya dengan benar seluruhnya
4 Siswa dapat menjelaskan pengertian
macam-macam gaya namun kurang lengkap
3 Siswa dapat menjelaskan pengertian
macam-macam gaya namun membaca dari buku
2 Siswa sama sekali tidak dapat menjelaskan
pengertian macam-macam gaya 1
Pengetahuan tentang
macam-macam gaya
Siswa dapat menyebutkan 5 macam-
macam gaya 4
Siswa dapat menyebutkan 4 atau 3
macam-macam gaya 3
Siswa dapat menyebutkan 2 macam-
macam gaya 2
Siswa dapat menyebutkan 1 macam-macam
gaya 1
Pengetahuan tentang contoh macam-macam
gaya
Siswa dapat menyebutkan minimal 4
contoh macam-macam gaya 4
Siswa dapat menyebutkan minimal 3
contoh macam-macam gaya 3
Siswa dapat menyebutkan minimal 2
contoh macam-macam gaya 2
Siswa dapat menyebutkan minimal 1 contoh
macam-macam gaya 1 Pengetahuan tentang pemanfaatan macam-macam gaya
Siswa dapat menyebutkan minimal 4
contoh pemanfaatan macam-macam gaya 4 Siswa dapat menyebutkan minimal 3
contoh pemanfaatan macam-macam gaya 3 Siswa dapat menyebutkan minimal 2
contoh pemanfaatan macam-macam gaya 2 Siswa dapat menyebutkan minimal 1 contoh
pemanfaatan macam-macam gaya 1
Pengetahuan gaya dan gerak
Siswa dapat menjelaskan pengaruh gaya
terhadap gerak benda 4
Siswa dapat mejelaskan sebagaian besar
pengaruh gaya terhadap benda 3
Siswa dapat menjelaskan sebagian kecil
pengaruh gaya terhadap gerak benda 2 Siswa belum dapat mejelaskan pengaruh gaya
44 2. Tes uraian
Menurut Arikunto (2012: 177) tes berbentuk esai atau uraian adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pretest dan posttest
berbentuk tes uraian untuk mengumpulkan data penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang kemampuan analisis IPA pada siswa. Pretest merupakan uji kemampuan siswa sebelum dilakukannya treatment, sedangkan posttest merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu tes setelah dilakukan eksperimen. Dalam penelitian ini, pretest dan posttest diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tujuan
diberikannya pretest dan posttest ini adalah untuk mendapatkan bukti pengaruh metode card sort terhadap kemampuan analisis IPA pada siswa kelas IV SDN Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan.
3. Dokumentasi
Menurut Darmadi (2013: 307) dokumentasi adalah teknik dimana peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya. Peneliti
menggunakan foto-foto pada saat peneliti melakukan penelitian. Foto-foto tersebut merupakan serangkaian bukti untuk
memberikan gambaran mengenai proses penelitian yang dilaksanakan.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data yang diperoleh dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Adapun teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
45 1. Deskripsi Data
Data yang telah dihasilkan dari proses penelitian,
selanjutnya dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2015: 207) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Selanjutnya, data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan software Ms. Excel 2007 dan SPSS 19 melalui tahapan sebagai berikut:
a. Memberikan skor mentah jawaban siswa dengan kunci jawaban dan pedoman perskoran yang digunakan untuk tes hasil belajar IPA pada siswa setelah itu diubah ke dalam bentuk nilai.
b. Membuat tabel nilai pretest dan posttest untuk tes hasil belajar IPA pada siswa.
c. Melakukan perhitungan terhadap mean, nilai terbesar dan nilai terkecil dalam kelas menjadi sampel penelitian, serta menentukan besarnya sebaran data range, standar deviasi,dan varians pada masing-masing kelompok.
d. Membuat tabel distribusi frekuensi dan disajikan dalam diagram batang untuk memeberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh mengenai hasil belajar IPA pasa siswa.