7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya, istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Menurut Hybels dan Weafer II (dalam Liliweri, 2003) komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya.
8
penerima, dengan maksud secara sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Sedangkan Lasswell menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Efect? Jadi dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu interaksi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dari sumber pemberi pesan kepada penerima pesan melalui sebuah media dengan harapan adanya efek dari proses komunikasi tersebut.
2.1.2 Unsur dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa unsur. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi yaitu:
a. Pengirim (sender) atau sumber (resource) yaitu komunikator yang menyampaikan pesan atau mengirim informasi.
b. Encoding adalah pengalihan gagasan ke dalam pesan. c. Pesan (message) adalah gagasan yang dinyatakan oleh
pengirim kepada orang lain.
d. Saluran (media) merupakan tempat dimana sumber menyalurkan pesan kepada penerima.
9
f. Penerima (receiver) adalah individu atau kelompok yang menerima pesan.
g. Respon (response) merupakan tanggapan atau reaksi yang timbul dari penerima pesan setelah menerima pesan.
h. Umpan balik (feedback) merupakan reaksi terhadap pesan yang disampaikan kepada pengirim pesan.
i. Gangguan (noise) merupakan efek internal atau eksternal akibat dari peralihan pesan.
Secara sistematis, berdasarkan paradigma Harold Lasswell (dalam Effendy, 2006), maka proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bagan 1. Proses Komunikasi
Dalam proses komunikasi, sebuah informasi atau pesan disampaikan oleh seorang komunikator (sender). Sebelum menyampaikan pesan, komunikator terlebih dahulu melakukan encoding yang merupakan proses pengalihan gagasan ke dalam bentuk pesan yang selanjutnya
Receiver
Sender Encoding
Media
Decoding
Noise
Response Feedback
10
disampaikan melalui sebuah media. Pesan yang ditujukan kepada komunikan, selanjutnya menerima pesan dan melakukan proses decoding, yaitu mengalihkan pesan ke dalam sebuah gagasan untuk dapat menerima makna yang dimaksud oleh komunikator. Setelah melakukan decoding terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator, komunikan akan berespon terhadap pesan yang diterima dan melakukan umpan balik kepada komunikator. Komunikasi akan berhasil ketika komunikan mampu menerima pesan yang dimaksud oleh komunikator. Akan tetapi, selama proses komunikasi seringkali terjadi gangguan sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima oleh komunikan secara baik. 2.1.3 Bentuk Komunikasi
Dalam proses komunikasi interpersonal, ada dua bentuk komunikasi yang dilakukan untuk dapat menyampaikan sebuah pesan, yaitu:
a. Komunikasi verbal
11 b. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata, dan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada orang lain (Potter & Perry, 2005). Komunikasi verbal lebih menekankan pada bahasa tubuh yang digunakan selama proses komunikasi yang dapat mendukung komunikasi verbal.
2.1.4 Keterampilan Dasar Berkomunikasi
Menurut Johnson (dalam Supraktiknya, 1995), keterampilan dasar dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut:
12
b. Kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. Kemampuan ini ditunjukkan dengan sikap hangat dan senang serta kemampuan untuk mendengarkan dengan menunjukkan pemahaman.
c. Kemampuan untuk menerima dan saling memberikan dukungan, termasuk didalamnya kemampuan untuk menanggapi keluhan oranglain.
d. Kemampuan untuk memecahkan konflik antarpribadi. Kemampuan yang dimaksud yaitu seperti kemampuan dalam menanggapi perbedaan pendapat.
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Kemampuan seseorang dalam melakukan komunikasi, baik bagaimana cara menyampaikan pesan, mengemas dan menerima isi pesan serta merespon pesan yang disampaikan, akan berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor penting yang juga harus diperhatikan oleh setiap orang yang akan melakukan komunikasi. Faktor-faktor tersebut, antara lain (Potter & Perry, 2005) :
a. Perkembangan
13
manusia bervariasi. Tingkat perkembangan akan berhubungan dengan perkembangan neurologi serta intelektual.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan seseorang terhadap apa yang terjadi. Setiap orang akan menginterprestasikan dan memahami kejadian secara berbeda-beda. Perbedaan persepsi tersebut dapat mempengaruhi, menghambat bahkan memutuskan proses komunikasi dan kesalahan dalam menerima makna dari pesan yang dimaksud.
c. Nilai
Nilai merupakan hal apa yang dianggap penting dalam hidup seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran serta ide. Sehingga nilai dapat mempengaruhi seseorang dalam menginterpretasikan pesan.
d. Emosi
14 e. Sosiokultural
Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh menunjukkan identitas budaya. Budaya akan mempengaruhi tata cara seseorang berkomunikasi. f. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki interprestasi yang berbeda dalam sebuah komunikasi.
g. Tingkat pengetahuan
Komunikasi dapat terhambat ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda dan kata-kata atau ungkapan yang digunakan tidak dimengerti oleh lawan bicara.
h. Peran dan hubungan
Perbedaan peran akan menimbulkan perbedaan teknik dan isi komunikasi dalam proses komunikasi. Sehingga untuk menjaga efektivitas komunikasi, setiap individu sebaiknya tetap memperhatikan peran mereka dalam suatu hubungan.
i. Lingkungan
15
membuat pesan yang disampaikan mengalami bias dan distorsi atau bahkan tidak dapat tersampaikan.
j. Ruang dan Teritorial
Teritorial menjadi penting karena membuat orang memiliki identitas, keamanan dan kontrol. Dalam interaksi, orang secara sadar akan mempertahankan jarak antar mereka sendiri.
2.2 Konsep Caring Dan Komunikasi Terapeutik
Caring merupakan jenis hubungan yang diperlukan
16
perawat dengan pasien, tidak akan terlepas dari sebuah proses komunikasi.
Komunikasi yang direncanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Uripni, dalam Taufik & Juliane, 2010). Potter dan Perry (2005) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses di mana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Dengan demikian, komunikasi terapeutik dan caring merupakan suatu proses interaksi yang penting untuk diterapkan oleh perawat kepada pasien serta menjadi suatu ciri khas hubungan perawat dan pasien karena tujuan dari pelaksanaan komunikasi terapeutik yaitu membantu proses penyembuhan pasien.
Setiap individu melakukan komunikasi secara unik, dimana individu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap informasi yang diterima. Ketika berinteraksi dengan orang lain, teknik komunikasi yang digunakan juga berbeda-beda. Teknik komunikasi yang digunakan untuk mengembangkan komunikasi antara perawat dengan pasien, antara lain meliputi:
a. Bertanya
17
Bentuk pertanyaan yang diajukan kepada pasien sebaiknya bentuk pertanyaan yang terbuka karena akan memberikan kesempatan kepada pasien untuk lebih lengkap membicarakan permasalahannya.
b. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang disampaikan. Mendengarkan berarti menunjukkan kepada pasien tentang minat dan penerimaan secara nonverbal.
c. Mengulang
Mengulang berarti mengulang kembali pikiran utama yang telah disampaikan oleh pasien. Hal ini menunjukkan bahwa perawat sedang mendengarkan dan memvalidasi, menguatkan dan mengembalikan perhatian pasien pada sesuatu yang telah disampaikan oleh pasien.
d. Klarifikasi
18 e. Fokus
Selama melakukan interaksi dengan pasien, perawat diharapkan mampu untuk memusatkan informasi pada elemen penting dan membatasi area komunikasi.
f. Memberi Informasi
Komunikasi yang efektif terjadi ketika komunikasi yang dilakukan dua arah, dimana pasien tidak hanya memberikan informasi kepada perawat tentang keluhannya, akan tetapi perawat dapat memberikan informasi tentang perkembangan kondisi pasien dan komunikasi yang terus menerus dapat memberikan informasi tambahan yaitu pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi pasien.
g. Menetapkan Observasi
19 h. Menyimpulkan
Menyimpulkan yaitu mengulang kembali ringkasan utama dari pembicaraan yang telah dilakukan oleh perawat dan pasien. Selain mengulang infomasi, menyimpulkan juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan pasien bahwa perawat memahami pesan yang telah disampaikan. i. Mempertahankan Ketenangan
Menciptakan suasana tenang membantu pasien untuk mempermudah dalam menerima, mengolah dan mengambil keputusan terhadap informasi yang disampaikan oleh perawat, demikian sebaliknya. Ketenangan dari perawat menunjukkan minat dan penerimaan perawat terhadap apapun yang akan diutarakan oleh pasien.
2.3 Komunikasi Antarbudaya
20
memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi (William B. Hart II, dalam Liliweri 2009).
Ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan yang berbeda maka kita memiliki pula perbedaan dan sejumlah hal, misalnya derajat pengetahuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat ambiguitas, kebingungan (Liliweri, 2003). Perbedaan bahasa, nilai, keyakinan dan hal-hal lain yang dipengaruhi oleh keberadaan budaya, memberikan dampak dari efektivitas proses komunikasi pada individu yang melakukan komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda. Menurut Liliweri (2009), efektivitas komunikasi pada komunikasi antarbudaya merupakan kemampuan seorang komunikator untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi dan komunikasi diantara dua kebudayaan yang berbeda.
21
mengemukakan bahwa tema sentral dari komunikasi antarbudaya yang utama terletak pada kompetensi dan kemampuan berkomunikasi antarbudaya yang dalam hal ini kompetensi dan kemampuan tersebut terdapat pada individual. Dengan demikian, keterampilan dalam melakukan komunikasi akan mempengaruhi efektivitas komunikasi dan kemampuan melakukan komunikasi merupakan keterampilan individu.
Keterampilan Komunikasi :
Bagan 2. Kerangka Berpikir Teoritis
Teknik Komunikasi : - Bertanya
- Mendengarkan - Mengulang - Klarifikasi - Fokus
- Memberi Informasi - Menetapkan Observasi - Menyimpulkan
- Mempertahankan Ketenangan Bentuk Komunikasi :