ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN
INSTRUMENT DERIVATIF PADA PT BANK BUKOPIN Tbk.
Fajrya Utami
Universitas Trilogi
1. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang penting dan berpengaruh dalam perekonomian rakyat dan dunia usaha. Banyak orang dan organisasi memanfaatkan jasa bank untuk menyimpan dan atau meminjam dana. Oleh karena itu, bank memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem moneter dan keuangan melalui kedekatan hubungannya dengan badan-badan pengatur, instansi pemerintah, dan swasta.
Para pelaku perbankan (bankir) menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi jasa keuangan bank berada pada bisnis yang berisiko. Risiko yang dihadapi oleh dunia perbankan merupakan suatu kondisi ketidakpastian yang sulit diprediksi yang nampak dalam bidang keuangan maupun dalam bidang lainnya sehingga bank tidak dapat beroperasi dengan normal atau bahkan bank menjadi bangkrut (Sudirman, 2000:198). Oleh karena itu, Bank perlu menerapkan manajemen risiko, termasuk manajemen risiko kredit sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan Bank Indonesia yang sejalan dengan rekomendasi Bank for International Settlements (BIS). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tuntunan bagi perbankan agar beroperasi secara lebih berhati-hati Bank harus mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif, agar dampak negatif kerugian bisa diminimalisasi.
2. Tujuan Penulisan
3. Literatur
Penerapan manajemen risiko di Bank Bukopin meliputi 8 jenis risiko yaitu: risiko kredit, risiko stratejik, risiko operasional, risiko reputasi, risiko pasar, risiko kepatuhan, risiko likuiditas dan risiko hukum. Bank Bukopin mengembangkan model dan sistem untuk manajemen risiko, seperti Internal Credit Risk Rating (ICRR), Credit Scoring (E Flow, Sistem Informasi Kredit Mikro/SIKM), Operational Risk and Control Self Assessment (RCSA), dan Asset and Liabilities Risk Management Model. Bank Bukopin juga melakukan stress test secara berkala, untuk mengetahui dampak dari setiap kejadian eksternal terhadap kinerja bank. Selain aktivitas audit internal, terdapat juga fungsi pengendalian internal yang melekat pada proses di risk taking units (yaitu unit Credit Risk Control dan unit Internal Control) dan Divisi Kepatuhan yang independen.
Secara keseluruhan, pada tahun 2015, kinerja produk kredit mikro mengalami peningkatan sebesar 43,39% atau sebesar Rp2,40 triliun dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp5,52 triliun menjadi Rp7,92 triliun di tahun 2015. Peningkatan ini berasal dari produk Kredit Pensiunan yang mencapai pertumbuhan sebesar 73,27% atau sebesar Rp2,46 triliun dari Rp3,35 triliun di tahun 2014 menjadi Rp5,81 triliun di tahun 2015. Peningkatan lainnya juga berasal dari produk Kredit modal tidak tetap Swamitra dengan pertumbuhan sebesar 4,48% atau sebesar Rp68 miliar dari total penyaluran produk di tahun 2014 yang mencapai Rp1,52 triliun menjadi Rp1,59 triliun di tahun 2015. Sedangkan, untuk produk lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar berasal dari produk Direct Loan Reguler yang mencapai penurunan sebesar 44,44%, hal ini disebabkan oleh adanya pelunasan kredit oleh para debitur. Prospek Usaha 2016 Meskipun kondisi perekonomian dunia dan nasional belum terlalu kondusif serta memperhatikan economic outlook di tahun 2016, Bisnis Mikro tetap optimis untuk terus meningkatkan kinerja dan kualitasnya dalam penyaluran kredit kepada nasabah yang menjadi target marketnya.
sebesar 27,57% atau sebesar Rp5,91 triliun dari pencapaian penyaluran kredit sebesar Rp21,42 triliun di tahun 2014 menjadi Rp27,33 triliun di tahun 2015. Peningkatan pertumbuhan produk UKM didominasi oleh produk kredit UKM umum sebesar 33,37% atau Rp5,71 triliun dari total penyaluran kredit sebesar Rp17,10 triliun di tahun 2014 menjadi Rp22,81 triliun di tahun 2015. Di sisi lain, produk lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar berasal dari produk KPKU dengan penurunan sebesar 22,62% atau Rp245 miliar dari Rp1,08 triliun di 2014 menjadi Rp838 miliar. Dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan harga komoditas berdampak pada penurunan penyaluran kredit di sektor ini
Rasio kredit macet (NPL) pada bisnis kartu kredit Bukopin masih berada pada level 2,26%. Rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio NPL tahun sebelumnya yang sebesar 2,06%. Upaya yang dilakukan untuk menekan NPL di 2015 yaitu: - Menentukan Capacity Plan (penambahan staff collection) di staff yang menangani
bucket NPL
- Meng-update scheme insentif atas pencapaian di bucket NPL
- Memberikan program reschedule dan discount pada cardholder NPL.
4. Rekomendasi
- Bisnis mikro harus ditingkatkan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas dalam penyaluran kredit kepada nasabah
- Perlunya peningkatan harga agar penyaluran kredit tidak menurun pada rasio kredit UKM
5. Kesimpulan
menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan 20 daya saing bank.
6. Daftar Pustaka
Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and Commerce.Vol.22, No. 3,2017.
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189
Kisman, Z.Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence.Transylvanian Review.Vol XXIV, No. 08,2016.
Indah, Rose., Analisis Penerapan Manajemen Resiko Kredit dan Instrument Derivatif pada PT Bank Bukopin Tbk. (Universitas Trilogi)