• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. STUDI LITERATUR DAN IDENTIFIKASI DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. STUDI LITERATUR DAN IDENTIFIKASI DATA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

9 Universitas Kristen Petra 2. STUDI LITERATUR DAN IDENTIFIKASI DATA

2.1 Studi Literatur

Dalam studi literatur ini banyak diperoleh data-data dari berbagai sumber literatur.

2.1.1 Tinjauan Judul Perancangan

Perancangan buku bergambar interaktif tentang perumpamaan Yesus sebagai media pembelajaran untuk anak-anak mengandung unsur mendidik sekaligus menghibur, beserta media promosinya akan diuraikan masing-masing komponennya sesuai dengan landasan teoritis yang sudah ada.

a. Perancangan Buku Bergambar Interaktif

Judul perancangan dari buku ini adalah Perancangan Buku Bergambar Interaktif tentang Perumpamaan Yesus sebagai Media Pembelajaran untuk Anak-Anak. Alasan dipilihnya format buku bergambar adalah karena buku merupakan media komunikasi yang dapat ditujukan untuk semua kalangan, serta berperan penting dalam menyampaikan berbagai macam informasi dan ilmu pengetahuan sampai saat ini. Buku merupakan media informasi yang mudah dibaca kapan saja dan dibawa ke mana saja. Format interaktif digunakan agar anak menjadi lebih tertarik untuk membaca buku, di mana anak-anak lebih menyukai bermain daripada membaca. Dengan format interaktif, buku bergambar ini dapat dibaca sambil bermain dan belajar.

b. Tentang perumpamaan Yesus

Cerita Alkitab yang diambil adalah perumpamaan- perumpamaan Yesus yang terdapat dalam kitab Injil. Cerita-cerita ini banyak mengandung pesan moral serta menyampaikan kebenaran kasih Allah kepada manusia.

c. Media pembelajaran

Buku ini tidak hanya berfungsi sebagai bacaan saja, para pembaca juga dapat melatih pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai pembelajaran yang disajikan.

(2)

10 Universitas Kristen Petra d. Anak-anak

Anak-anak usia 6-8 tahun umumnya adalah anak-anak yang duduk di kelas 1-3 Sekolah Dasar. Anak-anak pada usia ini terdiri dari anak-anak dengan berbagai tingkat kemampuan belajar yang berbeda-beda. 2.1.2 Tinjauan Buku Cerita Bergambar

2.1.2.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

Buku bergambar adalah media informasi yang disajikan dalam bentuk teks dan gambar. Buku bergambar biasanya ditujukan untuk anak-anak. Buku bergambar dapat lebih memotivasi anak-anak untuk belajar.

Menurut Hafid, biasanya buku-buku bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar yang hidup dan komunikatif sehingga mempengaruhi minat baca anak (82).

Gambar pada sebuah buku bergambar memiliki peran penting untuk menarik minat anak-anak. Buku bergambar yang baik memiliki gambar yang sesuai dengan tema cerita, baik itu latar, perwatakan tokoh dan plot cerita. Ilustrasi sebuah buku bergambar harus benar-benar mengekspresikan tokoh dalam cerita serta menjelaskan keadaan yang terjadi dalam cerita itu. Hal ini sangat penting untuk memberikan gambaran cerita kepada para pembaca. Buku bergambar yang bagus dapat memberikan kesenangan/hiburan dan pengalaman estetik pada anak-anak.

Di Indonesia, buku cerita bergambar sering diasumsikan sama dengan komik. Pada kenyataannya, buku cerita bergambar dan komik memiliki perbedaan, meskipun ada juga persamaannya. Persamaannya adalah keduanya sama-sama mengandung kisah atau cerita yang didukung oleh gambar.

Perbedaannya adalah buku cerita bergambar merupakan buku yang memuat suatu kisah/cerita yang dituturkan melalui tulisan/teks, dengan didukung oleh ilustrasi yang mewakili cerita tersebut. Ilustrasi hanya menggambarkan 1 adegan atau lebih dari cerita satu halaman. Adegan yang diambil adalah adegan yang paling menarik dan dapat menggambarkan inti cerita pada halaman tersebut.

(3)

11 Universitas Kristen Petra Beberapa contoh buku cerita bergambar:

Gambar 2.1. Buku Cerita Bergambar “What Will I Wear?” Sumber: Calder (2003,10-11)

Gambar 2.2. Buku Bergambar “Franklin Pergi ke Museum” Sumber: Bourgeois & Clark (1999, 9-10)

Sedangkan komik merupakan rangkaian gambar berurutan yang membentuk suatu kisah dengan dilengkapi balon-balon percakapan yang diisi teks/narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Beberapa contoh komik:

(4)

12 Universitas Kristen Petra Gambar 2.3. Komik “Happy Paradise 2”

Sumber: Takarada (2007, 30-31)

Gambar 2.4. Komik “Batman” Sumber: “Batman” (2007) 2.1.2.2 Jenis-Jenis Buku Cerita Bergambar

Buku bergambar memiliki banyak variasi. Buku bergambar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: (Hafid 82.)

1. Buku abjad (alphabet book)

Setiap huruf alfabet dikaitkan dengan suatu ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan

(5)

huruf-13 Universitas Kristen Petra huruf kunci dan gambar obyek dan mudah teridentifikasi. Beberapa buku alfabet diornanisasi pada sekitar tema khusus, seperti peternakan dan transportasi. Buku alfabet berfungsi untuk membantu siswa, menstimulasi, dan membantu pengembangan kosakata.

2. Buku mainan (toys book)

Buku ini menggunakan cara penyajian yang tidak biasa. Buku mainan terdiri dari buku kartu papan, buku pakaian, dan buku pipet tangan. Buku ini mengarahkan anak-anak untuk lebih memahami teks, dapat mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak dan alur cerita. Buku mainan membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya, dan mencintai buku. Sikap positif terhadap membaca dapat ditumbuhkan dengan buku ini.

3. Buku konsep (concept books)

Buku yang menyajikan konsep dengan menggunakan satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang dikembangkan. Konsep-konsep yang ditekankan diajarkan melalui alur cerita atau dijelaskan melalui repetisi dan perbandingan. Melalui berbagai konsep seperti warna, bentuk, ukuran, dapat didemonstrasikan sendiri dengan konsep yang lainnya.

4. Buku bergambar tanpa kata (wordless picture books)

Buku untuk menyampaikan suatu cerita melalui ilustrasi saja. Buku bergambar tanpa kata menjadi berkembang dan popular pada masyarakat generasi muda. Ini terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual lainnya dari komunikasi. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas. Buku bergambar tanpa kata terdiri dari berbagai bentuk, seperti buku berupa buku humor, buku serius, buku informasi atau buku fiksi. Buku ini mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Ketrampilan pemahaman juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita melalui ilustrasi.

(6)

14 Universitas Kristen Petra 5. Buku cerita bergambar

Buku ini memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting dalam cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia atau binatang. Di sini ditampilkan kualitas manusia, karakter, dan kebutuhan, sehingga anak-anak dapat memahami dan menghubungkannya dalam pengalaman pribadinya.

Banyaknya ragam buku bergambar membuat sulit dalam memilih buku bergambar yang tepat untuk anak-anak sesuai usia. Karena itu perlu dipahami jenis-jenis buku bergambar untuk anak menurut usia mereka. Menurut Ciptanti Putri, buku bergambar dapat dibagi menjadi beberapa macam menurut usia anak-anak (par. 5):

1. Baby books

Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana, permainan dengan jari, atau sekedar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Cerita yang dimuat terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dll. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton).

2. Picture books

Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4-8 tahun. Rata-rata terdiri dari 1000 kata. Plotnya sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa menggunakan lebih dari 1500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki

(7)

masa-15 Universitas Kristen Petra masa puncak di spektrum usianya. Cerita non-fiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2000 kata dalam teksnya.

3. Early picture books

Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1000 kata. Banyak genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya. 4. Easy readers

Biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6-8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tetapi dengan format yang lebih “dewasa”. Ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32-64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200-1500 kata, atau paling banyak 2000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat-kalimat). Biasanya ada 2-5 kalimat di tiap halaman.

5. Transition books

Untuk anak-anak usia 6-9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2-3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halaman.

6. Chapter books

Untuk usia 7-10 tahun. Terdiri dari naskah setebal 45-60 halaman dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2-4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di

(8)

16 Universitas Kristen Petra tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya.

7. Middle grade

Untuk usia 8-12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100-150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok non-fiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multibudaya.

8. Young adult

Naskahnya antara 130-200 halaman, genre ini untuk usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat “ruwet” dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. 2.1.2.3 Buku Bergambar Interaktif

Media interaktif adalah suatu sarana komunikasi yang dapat menimbulkan interaksi atau reaksi timbal balik. Buku bergambar interaktif adalah buku bergambar yang tidak terdiri dari gambar dan teks saja. Buku dengan format interaktif mengajak pembacanya untuk terlibat dalam cerita.

Buku bergambar interaktif biasanya ditujukan untuk anak-anak. Hal ini dikarenakan agar anak-anak lebih tertarik untuk membaca sebuah buku.

Buku bergambar interaktif dapat berupa pop-up, yaitu buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi, lift-the flaps atau buku-buku khusus, yaitu buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu.

(9)

17 Universitas Kristen Petra 2.1.2.4 Elemen-Elemen Buku Cerita Bergambar

Secara garis besar, elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah buku cerita bergambar adalah:

1. Story/cerita

Pada umumnya, cerita dibedakan menjadi dua macam, yaitu tulisan atau karangan ilmiah atau karangan nonfiksional dan tulisan atau karangan fiksional. Tulisan atau karangan ilmiah adalah tulisan-tulisan yang mengungkapkan sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan tulisan atau karangan fiksional adalah tulisan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Secara konvensional, cerita lebih dimaksudkan untuk memaparkan peristiwa tertentu yang dialami oleh tokoh tertentu di tempat tertentu dalam rentang waktu tertentu dengan pola tulis yang khas (Hamid, par. 4). Menurut Mukhlis A. Hamid, (par. 5) langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menciptakan sebuah karangan adalah:

Langkah Pertama

Membuat kerangka cerita yang memuat: • Pokok persoalan yang akan diceritakan • Tokoh yang mengalami persoalan tersebut • Tempat dan waktu terjadinya peristiwa • Konflik yang dialami oleh tokoh • Cara tokoh menyelesaikan konflik • Nasib tokoh pada akhir cerita • Posisi sebagai kita sebagai pencerita

Pokok persoalan, tokoh, dan peristiwa yang diangkat dalam cerita mungkin saja berupa kejadian nyata yang dialami, didengar, dibaca, ataupun dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang sudah disamarkan, ditambah, diperkaya dengan imajinasi, sedemikian rupa sehingga sukar dibuktikan kebenarannya oleh pembaca.

(10)

18 Universitas Kristen Petra Menentukan bagaimana sebaiknya memulai atau membuka cerita. Contohnya misalnya:

• Memperkenalkan tokoh yang akan mengalami peristiwa dalam cerita. Perkenalan ini lazimnya dibuat dalam bentuk deskripsi fisik ataupun mental sang tokoh, baik dalam bentuk uraian langsung, maupun dalam bentuk monolog ataupun dialog sang tokoh dengan tokoh lain.

• Menggambarkan lingkungan alam tempat tokoh berada. Misalnya memulai dengan deskripsi cuaca, kegiatan manusia/hewan, dan sebagainya.

• Penempatan satu peristiwa tertentu yang dianggap kuat atau penting dalam cerita tersebut.

Langkah Ketiga

Cara dimulainya cerita akan memberikan efek pada pengurutan peristiwa dalam cerita. Para analisis sering memakai istilah alur atau plot untuk merujuk pada cara seorang penulis mengurutkan peristiwa dalam cerita tertentu. Bila cerita dimulai dengan pengenalan tokoh atau lingkungan alam tempat tokoh berada lalu dilanjutkan dengan peristiwa lain secara kronologis (urut waktu kejadian), maka yang digunakan adalah alur maju. Sebaliknya bila cerita dimulai dengan peristiwa tertentu yang menjadi klimaks, lalu dilanjutkan dengan penjelasan sebab-musabab terjadinya hal itu melalui system sorot balik, flashback, maka yang digunakan adalah alur mundur.

Langkah Keempat

Saat membuat cerita, si penulis harus menentukan di mana posisinya, apakah ikut bermain dalam cerita atau jadi penonton saja. Bila ikut bermain di dalamnya, sebaiknya si penulis menggunakan sudut pandang ‘aku’. Sudut pandang ini memudahkan si penulis dalam memaparkan berbagai hal tentang tokoh ‘aku’, termasuk pemikirannya, perasaannya, dan sebagainya. Jika menjadi penonton, si penulis berada di luar cerita dan bertindak sebagai pelapor atau komentator. Terkadang,

(11)

19 Universitas Kristen Petra pelapor ini mengetahui apa yang dirasakan, dipikirkan, dan yang terbersit dalam hati tokoh.

Langkah Kelima

Usahakan tokoh dalam cerita hidup, seperti layaknya tokoh dalam dunia keseharian. Apabila tokohnya binatang atau pohon, binatang atau pohon itu memiliki sifat-sifat kebinatangan dan kepohonan, meskipun tokoh tersebut digambarkan unik, mungkin hanya ada dalam pikiran sang penulis. Kalau tokohnya manusia, tokoh tersebut idealnya memiliki watak dan sifat seperti manusia pada umumnya. Tokoh sebaiknya tergambar secara detail, baik fisik maupun mental/jiwa/perasaannya.

Langkah Keenam

Langkah selanjutnya adalah pemaragrafan peristiwa-peristiwa yang sudah dirancang dalam tahap pertama. Usahakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh berlangsung dalam suatu urut waktu ataupun sebab akibat. Gunakan juga dialog atau monolog untuk membantu menjelaskan mengapa peristiwa atau hal tertentu terjadi dan bagaimana reaksi tokoh utama atau tokoh lain terhadap peristiwa tersebut.

Langkah Ketujuh

Usahakan menjalin peristiwa yang akan diceritakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan konflik cerita. Konflik dalam cerita dapat berupa konflik antara tokoh dengan tokoh lain, konflik antara tokoh dengan dirinya sendiri, dan konflik antara tokoh dengan alam atau lingkungan. Hal ini perlu karena kekuatan sebuah cerita sangat bergantung pada konflik yang dialami oleh tokoh dalam cerita.

Langkah Kedelapan

Cerita sebaiknya ditutup atau diakhiri ketika peristiwa yang dirancang dalam corat-coret awal sudah habis. Jangan menambah peristiwa-peristiwa lain yang akan membuat cerita menjadi kepanjangan

(12)

20 Universitas Kristen Petra dan bertele-tele. Akhir cerita dapat berupa happy ending, sad ending, atau menggantung.

2. Gambar • Garis

Garis merupakan salah satu unsur desain yang sangat penting. Secara umum, garis terdiri dari unsur-unsur titik yang mempunyai peran tersendiri. Unsur titik juga bisa ikut mendukung keindahan. Bentuk garis bisa bersifat lurus atau lengkung, namun keduanya mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda. Antara garis lurus dan garis lurus lainnya juga bisa berbeda, misalnya berbeda dalam tekanan, ketebalan dan letak. Masing-masing akan memiliki karakter tersendiri. Sifat garis yang umum dikenal yaitu lurus, lengkung dan bersudut (Nada, par. 2).

Dalam penggunaannya, garis memiliki berbagai macam fungsi menurut jenisnya. Ahmad Nada menguraikannya sebagai berikut (par. 5):

Garis lurus. Digunakan sebagai penunjukan yang disertai kualitas tertentu misalnya: kekuatan, stabilitas, aspirasi, ketenangan dan lain-lain.

Garis vertikal. Disebut juga garis jatuh, berkesan kekuatan yang bergerak ke atas yaitu pada saat mata kita tergerak untuk melihat dari bawah ke atas. Garis ini juga membantu memberikan kesan ketinggian yang nyata.

Garis horizontal. Terletak mendatar, sejajar dengan cakrawala atau horizon. Berkesan tenang serta membuat mata seolah-olah digerakkan dari arah kiri ke kanan. Gunanya untuk memberi kesan dan mempertegas pentingnya gambar.

Garis diagonal atau oblique. Arah garis yang miring ke kiri atau ke kanan. Berkesan aman, gerakan, semangat, gelora, serta perlawanan. Oleh karena itu garis jenis ini biasa digunakan untuk memberi tekanan atau emphasis.

Garis lengkung. Garis ini mampu menimbulkan kesan pada perasaan, yaitu kuat, lemah, sensitif, dan ekspresif. Turunannya dapat berbentuk garis setengah lingkaran, garis lingkaran penuh, dan spiral.

(13)

21 Universitas Kristen Petra Garis berbentuk lingkaran penuh adalah bentuk yang sempurna dan sangat diperlukan dalam disain. Sedangkan garis spiral kesannya mengalir, enerjik, penuh aktivitas yang pada abad ke-18 dianggap sebagai ”garis yang indah”.

Pemberian kesan energik dan tidak monoton dalam komunikasi grafis, kadang bisa diselingi dengan menggunakan Garis-garis yang berlawanan, garis transisi, garis selang-seling, garis berirama dan garis yang memancar. Perpaduan atau kombinasi dari garis-garis di atas diperlukan untuk membuat disain yang enerjik.

• Bentuk

Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar secara umum adalah kotak (rectangle), lingkaran (circle), dan segitiga (triangle). Jenis bentuk lainnya adalah bentuk alam, seperti manusia, binatang, tumbuhan serta bentuk lainnya yang tidak biasa. Bentuk abstrak, seperti ikon, bergaya angka, grafik dan ilustrasi, adalah versi sederhana dari bentuk alam.

• Tekstur

Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, dan lain sebagainya.

• Ruang

Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Tanpa ruang , tidak akan diketahui mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar belakang (background).

• Ukuran

Ukuran adalah mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek. Dengan unsur dapat diciptakan kontras dan penekanan (emphasis) pada obyek

(14)

22 Universitas Kristen Petra desain sehingga orang akan tahu mana yang akan dilihat atau dibaca terlebih dahulu.

• Warna

Warna merupakan salah satu bagian yang penting dalam ilustrasi sebuah buku bergambar. Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik dan secara subyektif/psikologis. Secara obyektif, warna didefinisikan sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Warna dapat diberikan oleh panjang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik. Secara subyektif, warna didefinisikan sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (Sanyoto par.1)

Warna dapat terlihat oleh mata kita karena adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah warna. Suatu benda berwarna merah karena sifat pigmen benda itu memantulkan warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna pelangi. Sebaliknya suatu benda berwarna putih karena pigmen benda tersebut memantulkan semua warna pelangi.

Warna merupakan bagian dari elemen tata rupa yang memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain (Sanyoto par. 3). Warna memiliki kemampuan untuk menimbulkan efek-efek tertentu. Warna dapat mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang terhadap suatu benda.

Secara garis besar, warna dapat dikelompokkan menjadi warna primer, sekunder dan tersier.

1. Warna primer

Warna primer adalah warna yang spesial karena dari warna-warna inilah warna-warna lain terbentuk. Warna primer dapat dibedakan menjadi warna primer aditif dan warna primer subtraktif. Warna aditif adalah produsen cahaya, seperti motitor komputer dan

(15)

23 Universitas Kristen Petra televisi. Warna ini terdiri dari merah, hijau dan biru. Campuran ketiga warna ini akan menghasilkan warna putih.

Gambar 2.6. Warna Aditif

Sumber: “Additive Color Mixing” (2007)

Warna subtraktif merefleksikan cahaya sekitarnya untuk menghasilkan bermacam-macam warna. Sistem ini tidak menghasilkan cahaya sendiri melainkan bergantung pada material yang mencerminkan sumber cahaya sekitarnya untuk menentukan warna yang dilihat oleh mata manusia. Dalam system ini campuran ketiga warna akan menghasilkan warna hitam (“Jenis” par. 3). Warna primer substraktif biasanya diterapkan dalam industry percetakan dan biasa dikenal dengan warna CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black).

Gambar 2.7. Warna Substraktif Sumber: “Substractive Color” (2007)

(16)

24 Universitas Kristen Petra 2. Warna Sekunder

Warna sekunder merupakan warna gabungan dari warna primer yang bersebelahan. Dalam system warna aditif warna sekunder adalah kuning, magenta/merah keunguan, dan cyan/biru muda.

3. Warna Tersier

Warna tersier merupakan gabungan dari warna primer dan sekunder.

Selain itu, warna juga dapat dikelompokkan menurut sensasi yang ditimbulkan, antara lain:

1. Warna Panas. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah warna merah, kuning, dan pencampuran keduanya.

2. Warna Dingin. Warna yang termasuk di dalamnya adalah warna hijau, biru, dan pencampuran keduanya.

3. Warna Netral. Warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau bukan merupakan warna primer atau sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama. Misalnya putih, hitam, abu-abu. Warna dapat menciptakan kesan yang berbeda-beda. Setiap warna memiliki makna dan kesan tersendiri. Respon psikologi warna menurut Prasetyo (par. 3):

1. Merah: Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya. Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain. Merah dikombinasikan dengan hijau, akan menjadi symbol Natal. Merah dikombinasikan dengan putih akan berarti ‘bahagia’ di budaya oriental.

2. Biru: Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan. Banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan ‘kepercayaan’.

3. Hijau: Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan. Warna hijau tidak terlalu ‘sukses’ untuk ukuran global. Di Cina dan Perancis,

(17)

25 Universitas Kristen Petra kemasan dengan warna hijau tidak begitu mendapat sambutan. Tapi di Timur Tengah, warna hijau sangat disukai.

4. Kuning: Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan. Dalam agama Hindu, warna kuning adalah warna keramat.

5. Ungu/jingga: Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan.

6. Oranye: Energi, keseimbangan, kehangatan. Warna ini menekankan produk yang tidak mahal.

7. Coklat: Tanah/bumi, reliability, comfort, daya tahan.

8. Abu-abu: Intelek, masa depan (seperti warna Milenium), kesederhanaan, kesedihan. Warna abu-abu merupakan warna yang paling gampang/ mudah terlihat oleh mata.

9. Putih: Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, steril, kematian. Di Amerika, putih melambangkan perkawinan (gaun pengantin berwarna putih), tetapi di budaya Timur, terutama di India dan Cina, putih melambangkan kematian.

10. Hitam: Power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan. Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya Barat. Sebagai warna kemasan, hitam melambangkan keanggunan (elegance), kemakmuran (wealth) dan kecanggihan (sopiscated).

• Ilustrasi

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk.

Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.

Fungsi khusus ilustrasi antara lain:

(18)

26 Universitas Kristen Petra

• Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah

• Memberikan bayangan langkah kerja

• Mengkomunikasikan cerita.

• Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia.

• Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

3. Teks • Tipografi

Tipografi berasal dari kata typos (bentuk) dan graphein (menulis). Tipografi adalah suatu ilmu mengatur huruf menggunakan gabungan bentuk huruf cetak, ketebalan garis, garis pandu (line leading), jarak aksara, dan ruang huruf untuk menghasilkan hasil seni aturan huruf. Tujuan utama dari seni tipografi adalah mengatur teks (isi) dalam bentuk yang mudah dibaca dan menarik dipandang.

Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan property visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.

Perjalanan desain dan gaya huruf latin mulai diterapkan pada awal masa kejayaan kerajaan ROMAWI. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukkan Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari Yunani. Pada awalnya alfabet Latin hanya terdiri dari 21 huruf : A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam alfabet Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani.

(19)

27 Universitas Kristen Petra Tiga huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alfabet Latin menjadi 26.

Anatomi Huruf

Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatis yang disbut dengan ground.

Jenis - jenis Huruf

Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig , antara lain sbb :

1. Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.

2. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.

3. Sans Serif

Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.

(20)

28 Universitas Kristen Petra 4. Script

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.

5. Miscellaneous

Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Dalam pemilihan jenis huruf, yang senantiasa harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya. Seperti misalnya pada produk minyak wangi untuk wanita jarang yang menggunakan jenis huruf Egyptian karena berkesan kuat dan keras dan biasanya mempergunakan jenis huruf Roman yang bernuansa klasik dan lembut sehingga cocok dengan karakter minyak wangi dan wanita.

• Lay out

Menurut Gavin Amborse dan Paul Harris, lay out adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan ke dalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Tujuan utama lay out adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

Gavin Amborse dan Paul Harris menguraikan beberapa teori mengenai lay out, antara lain (“Lay out” par. 2):

Grid System

Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid system seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk

(21)

29 Universitas Kristen Petra menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.

The Golden Section

Sebelum kita bisa membuat grid, kita memerlukan sebuah halaman untuk meletakkannya. Di bidang seni grafis, proporsi agung menjadi dasar pembuatan ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan sebuah desain. Proporsi agung sudah ditemukan sejak jaman kuno untuk menghadirkan proporsi yang sangat sempurna dan indah.

Membagi sebuah garis dengan perbandingan mendekati rasio 8 : 13 berarti bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis yang lebih panjang tadi.

Proporsi agung juga dikenal dalam istilah deret bilangan fibonacci yaitu deret bilangan yang setiap bilangannya adalah hasil jumlah dari dua bilangan sebelumnya dan di mulai dari nol. Deret bilangan ini memiliki rasio 8 : 13 yaitu rasio proporsi agung. Bilangan ini sering dipakai dalam pengukuran bangunan, arsitektur, karya seni, huruf hingga layout sebuah halaman karena proporsinya yang harmonis. 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144 233 377...

Sebuah obyek yang mempunyai proporsi agung mampu sekaligus memuaskan mata dan tercermin pada benda-benda alam. Ujung daun pakis dan spiral dalam rumah keong adalah contoh yang paling populer. The symetrical grid

Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki bidang yang lebih lebar. Layout klasik yang dipelopori oleh Jan Tschichold (1902-1974) seorang typographer dari Jerman ini didasari ukuran halaman dengan proporsi 2 : 3.

(22)

30 Universitas Kristen Petra 2.1.3 Tinjauan Cerita Perumpamaan Yesus

2.1.3.1 Pengertian Perumpamaan Yesus

Cerita perumpamaan Yesus merupakan kisah Alkitab yang tertulis dalam kitab Injil, yaitu kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Cerita perumpamaan ini menuturkan firman atau pesan Tuhan yang disampaikan Yesus lewat berbagai kisah perumpamaan. Setiap perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus ini mengandung pesan moral penting tentang kebenaran. Menurut Kistemaker:

“Yesus melukiskan gambaran verbal tentang dunia di sekitarnya melalui perumpamaan-perumpamaan. Ia mengajar dengan menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan nyata. Dia menggunakan sebuah cerita yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Ia mengajarkan pengajaran baru dengan menggunakan cerita tentang keadaan yang sudah dikenal dan diterima oleh pendengar-Nya.” (ix)

Pengajaran Yesus dibatasi oleh kemampuan pendengar-pendengarNya untuk mengerti akan kebenaran yang diajarkanNya. Agar para pendengarNya dapat mengerti, maka Yesus mengajar dengan memakai perumpamaan-perumpamaan. Dengan perumpamaan-perumpamaanNya, Yesus dapat membangkitkan perhatian pendengar-pendengarNya dengan memberikan contoh-contoh yang diambil dari dunia mereka.

Yesus mengambil bahanNya dari berbagai macam sumber. Kadang-kadang Dia berbalik ke Perjanjian Lama, seperti yang Dia lakukan untuk perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur, Dia mengambil tema dari “Nyanyian tentang Kebun Anggur” yang dicatat dalam Yesaya 5.

Pada kesempatan lain Yesus mengambil contoh-contoh secara langsung dari zaman, budaya, dan lingkungan di mana Dia hidup. Misalnya perumpamaan-perumpamaan seperti penabur, pohon ara yang tidak berbuah, dan hakim yang tidak benar. Yesus juga memakai kejadian-kejadian yang dikenal oleh pendengarNya, seperti seorang bangsawan yang pergi ke negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja, dan seorang yang tidak berdaya yang jatuh ke tangan perampok di sepanjang jalan ke Yerikho.

(23)

31 Universitas Kristen Petra Semua perumpamaan yang diceritakan Yesus adalah milikNya. Perumpamaan-perumpamaan itu bukan berasal dari pemikiran para penulis Injil, dan perumpamaan-perumpamaan itu tidak dikarang oleh komunitas Kristen mula-mula yang memerlukan sebuah kisah yang khusus untuk tujuan pengajaran doktrin. Yesus adalah sumber dari perumpamaan-perumpamaan itu (Kistemaker 298).

2.1.3.2 Penerima Perumpamaan Yesus

Pengajaran Yesus menggoncangkan orang-orang yang bersifat masa bodoh dan menghadapmukakan mereka dengan kebenaran. Yesus memakai aneka ragam lukisan atau perumpamaan, sehingga orang-orang dari berbagai tingkat kecerdasan dan kerohanian sanggup mengerti ajaranNya. Semua lapisan masyarakat tertarik pada ajaranNya, karena Dia menerapkan firman Allah pada masalah-masalah mereka yang beraneka-ragam (“Metode par. 6).

Orang-orang yang mendengarkan perumpamaan-perumpamaan ketika Yesus mengajarkannya di tempat umum dan di rumah-rumah tergolong dalam 3 kategori: murid-murid, orang banyak, dan orang-orang yang menentang Yesus. Sebagian besar dari perumpamaan tersebut ditujukan kepada orang banyak maupun kepada para murid (Kistemaker 308).

• Murid-murid

Menurut Matius, perumpamaan- perumpamaan yang didengarkan oleh para murid adalah perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga, domba yang hilang, hamba yang tidak mengampuni, pekerja-pekerja kebun anggur. Perumpamaan- perumpamaan eskatologis yang diberikan kepada para murid secara pribadi adalah perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, talenta, dan penghakiman terakhir. Menurut Lukas murid-murid diajar secara pribadi perumpamaan- perumpamaan tentang sahabat di tengah malam, hakim yang tidak benar, penjaga pintu, pencuri, hamba yang diberi otoritas, bendahara yang tidak jujur, dan tuan dan hambanya.

(24)

32 Universitas Kristen Petra Menurut Matius, perumpamaan-perumpamaan yang didengarkan oleh orang banyak adalah perumpamaan tentang dua macam dasar, anak-anak yang bermain di pasar, penabur, gandum dan lalang, dan biji sesawi dan ragi. Lukas menulis bahwa orang banyak itu senang dengan semua hal yang mengagumkan yang dilakukan oleh Yesus, meskipun musuh-musuhNya dipermalukan (Lukas 13:17). Mereka mendengar perumpamaan tentang dua macam dasar, penabur, orang kaya yang bodoh, biji sesawi dan ragi, orang yang membangun menara dan raja yang pergi berperang, dan uang mina.

• Orang-orang yang menentang Yesus

Imam-imam kepala dan para tua-tua merupakan orang-orang yang menentang Yesus. Menurut Matius, mereka mendengar perumpamaan tentang dua orang anak, penyewa-penyewa kebun anggur, dan perjamuan kawin di mana perumpamaan- perumpamaan ini ditujukan kepada mereka. Lukas menunjukkan bahwa Yesus sering kali menjawab para lawanNya dengan mengajar mereka perumpamaan- perumpamaan bahkan di rumah mereka sendiri. Terdapat lima kesempatan berbeda di mana Yesus mengajar orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, atau guru-guru Taurat. Pada waktu memenuhi undangan makan malam Simon orang Farisi, Yesus mengajar perumpamaan tentang dua orang yang berhutang. Kemudian pada acara makan malam yang serupa, seorang Farisi yang terkemuka dan para tamunya mendengar perumpamaan- perumpamaan Yesus tempat yang paling utama dan yang paling rendah dan perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih. Ketiga, seorang ahli Taurat menanyakan arti kata ‘sesama’ pada Yesus dan mendengar penjelasan dalam bentuk perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Keempat, ketika orang-orang Farisi dan ahli Taurat menggerutu ketika Yesus makan bersama orang-orang yang dibuang secara moral dan social, mereka diminta untuk berkaca pada perumpamaan tentang domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang. Kelima ketika orang Farisi mencemooh Yesus karena mereka mencintai uang, Yesus mengajarkan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin.

(25)

33 Universitas Kristen Petra 2.1.3.3 Bentuk-Bentuk Perumpamaan

Menurut Kistemaker, perumpamaan secara umum dibagi dalam tiga kategori: (x)

1. Perumpamaan-perumpamaan berupa kisah nyata

Perumpamaan ini menggunakan ilustrasi dari kehidupan sehari-hari yang sudah dikenal oleh para pendengar. Setiap orang mengakui kebenaran dari kisah itu, sehingga tidak ada dasar bagi para pendengar untuk mengajukan keberatan atau kritik. Semua orang telah melihat bahwa benih tumbuh dengan sendirinya (Mrk 4:26-29); ragi mengkhamirkan seluruh adonan (Mat 13:33); anak-anak bermain di pasar (Mat 11:16-19; Luk 7:31-32); seekor domba yang meninggalkan kumpulannya (Mat 18:12-14); dan seorang wanita yang kehilangan dirham di rumahnya (Luk 15:8-10). Perumpamaan- perumpamaan ini dan banyak perumpamaan yang lain bertitik-tolak dari gambaran kehidupan manusia maupun alam yang memang demikian kenyataanya. Perumpamaan- perumpamaan itu biasanya berkaitan dengan apa yang terjadi pada masa kini.

2. Perumpamaan-perumpamaan berupa cerita

Perumpamaan berbentuk cerita menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Biasanya menceritakan pengalaman seseorang. Contohnya adalah pengalaman dari seorang petani yang menabur gandum dan kemudian mengetahui bahwa musuhnya telah menabur lalang di tempat yang sama (Mat 13:24-30); seorang kaya yang memiliki manajer yang telah menyia-nyikan hartanya (Luk 16:1-9); seorang hakim yang menjalankan keadilan setelah mendengarkan permohonan yang terus menerus dari seorang janda (Luk 18:1-8). Kehistorisan dari cerita-cerita ini tidak dipermasalahkan, karena yang penting bukan apakah peristiwa itu benar-benar terjadi atau tidak, tetapi yang penting adalah kebenaran yang terkandung di dalam cerita itu.

(26)

34 Universitas Kristen Petra Cerita-cerita ilustrasi yang muncul di Injil Lukas biasanya dikategorikan sebagai cerita-cerita contoh. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:30-37); perumpamaan orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21); perumpamaan orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31); dan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai (Luk 18:9-14) termasuk dalam kategori ini. Pola dari ilustrasi-ilustrasi tersebuat berbeda dari perumpamaan berupa cerita. Perumpamaan berupa cerita merupakan sebuah analogi, sedangkan ilustrasi memperlihatkan contoh-contoh yang harus ditiru atau harus dihindari. Ilustrasi langsung dipusatkan pada karakter dan tingkah laku seseorang, sedangkan perumpamaan berupa cerita juga melakukan hal itu hanya tidak secara langsung.

2.1.4 Tinjauan Media Pembelajaran 2.1.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata ‘media’ merupakan bentuk jamak dari bahasa Latin medium yang berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Laria, par. 1).

Media pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Sudrajat, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (par. 1).

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berupa alat bantu visual yang memiliki fungsi sebagai alat bantu guru dalam mendidik muridnya. Kemudian pada pertengahan abad ke 20, media pembelajaran berkembang menjadi alat bantu audio-visual. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, yang didukung dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, media pembelajaran berkembang lebih luas menjadi lebih interaktif, contohnya dengan munculnya komputer dan internet.

(27)

35 Universitas Kristen Petra 2.1.4.2 Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam mengajar. Mustolih mengatakan bahwa media memiliki fungsi memperjelas, memudahkan, dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajar dan mengefisienkan proses belajar-mengajar (par. 4).

Sedangkan menurut Sudrajat, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya (par. 3):

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para pendidik. Para pendidik memiliki pengalaman dan kemampuan yang berbeda-beda. Dengan adanya media pembelajaran, para pendidik dapat memiliki pegangan dalam mendidik.

2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Ada berbagai macam hal yang membuat pendidik tidak dapat membawa obyek pembelajaran ke dalam kelas. Hal tersebut dapat dikarenakan obyek terlalu besar, obyek terlalu kecil, obyek yang bergerak terlalu lambat, obyek yang bergerak terlalu cepat, obyek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, atau obyek yang berbahaya dan beresiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.

6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak. 2.1.4.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

(28)

36 Universitas Kristen Petra Media pembelajaran memiliki berbagai macam jenis. Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar ekonomi dapat ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual dan media serba aneka. (Mustolih par.9)

1. Media Audio: radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon.

2. Media Visual:

• Media visual diam: foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film strip), transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta dan globe.

• Media visual gerak: film bisu. 3. Media Audio-Visual

• Media audio visual diam: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku dan suara.

• Media audio visual gerak: video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.

4. Media Serba Aneka:

• Papan dan display: papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, white board, mesin pengganda.

• Media tiga dimensi: sampel, artifack, model, diorama, display. • Media teknik dramatisasi: drama, pantomime, bermain peran,

demonstrasi, pawai/karnaval, panggung boneka, simulasi.

• Sumber belajar pada masyarakat: kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.

• Belajar terprogram • Komputer

Media yang tidak memerlukan keahlian khusus: • Papan tulis/whiteboard

• Transparansi (OHT)

(29)

37 Universitas Kristen Petra Media yang memerlukan keahlian khusus:

• Program audio-visual

• Program slide, Microsoft Powerpoint • Program internet

Media yang tergantung hadirnya guru: • Papan tulis/whiteboard

• Transparansi (OHT)

Media yang tidak tergantung hadirnya guru: • Media rekam

• Bahan belajar mandiri, seperti buku teks 2.1.5 Tinjauan Psikologis Anak

Perkembangan setiap anak melalui sebuah proses yang terjadi secara bertahap. Menurut Kadarmanto, perkembangan setiap anak berbeda antara satu dan lainnya. Ada anak yang berkembang lebih cepat daripada anak lain, tetapi ada juga yang perkembangannya lebih lambat (41).

Tahap-tahap perkembangan psikologis anak menurut umurnya terbagi dalam beberapa tahap (Kadarmanto 42-54):

• Usia 3-5 tahun

Dalam usia ini anak tidak mengalami perkembangan fisik yang sangat pesat. Anak-anak belajar menggunakan ketrampilan dengan memakai otot kecil. Anak pada usia ini sangat egosentris, yang artinya memusatkan perhatian pada dirinya sendiri.

• Usia 6-8 tahun

Terdiri dari anak-anak yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. Pada usia ini anak berada dalam pergumulan antara keinginan untuk melakukan sesuatu dengan perasaan takut gagal.

• Usia 9-12 tahun

Salah satu hal yang menonjol pada anak usia ini adalah persiapan dirinya menuju remaja. Mereka sangat menghargai apa yang selama ini ia peroleh dari orangtua, dan dari lingkungan sekitarnya. Dalam usia

(30)

38 Universitas Kristen Petra ini anak-anak mengalami kebimbangan antara rasa membutuhkan orangtuanya dan rasa ingin mandiri.

2.1.5.1 Golongan Anak Kecil (6-8 tahun)

Golongan usia 6-8 tahun pada umumnya adalah anak-anak yang duduk di kelas 1-3 Sekolah Dasar. Golongan usia ini terdiri dari anak-anak dengan berbagai tingkat kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada yang baru belajar membaca dan menulis, ada yang sudah sangat pandai. Ada yang dapat belajar dengan cepat, ada yang lambat menangkap pelajaran (Kadarmanto 46).

Anak-anak pada usia ini mulai mencoba untuk meninggalkan ketergantungannya pada orang dewasa di sekitarnya. Mereka memiliki cirri-ciri yang berbeda dengan anak balita. Perkembangan yang cukup besar mereka alami, baik secara fisik maupun mental (“Mengenal” par. 1).

Ciri khas secara jasmani:

• Dalam usia ini perkembangan fisik anak, khususnya otot-otot besar, berkembang dengan sangat pesat. Gerakan aktif seperti berlari, melompat-lompat, melempar, memanjat, kejar-kejaran menjadi bagian dalam anak tersebut.

• Menguasai beberapa ketrampilan, seperti menulis, melipat, menganyam, mengukir, dan membuat simpul dengan tali. Anak-anak pada usia ini juga sudah mampu membaca not balok dan belajar memainkan sebuah alat musik bila mendapat kesempatan dengan pendampingan orang dewasa.

• Akan merasa cepat letih sehingga perlu istirahat yang cukup. Aktivitas belajar dan bermain harus seimbang.

Ciri khas secara mental:

• Memiliki daya khayal yang kuat, bahkan masih mengalami kesulitan dalam membedakan antara kenyataan dan khayalan. Memerlukan bantuan serta penegasan apakah kisah di televisi atau cerita seseorang sungguh-sungguh terjadi atau tidak.

• Berfikir secara harafiah dan belum dapat menerima hal-hal yang abstrak. Mereka cenderung membayangkan segala sesuatu dengan gambar.

(31)

39 Universitas Kristen Petra • Kemampuan membaca semakin baik. Tetapi semangat mereka akan

pudar ketika melihat tulisan yang rapat dan kecil-kecil. • Memiliki daya ingat yang baik.

• Selalu bertanya “mengapa”. Ciri khas secara emosi:

• Anak-anak pada usia ini suka melamun. Lamunan-lamunan yang ada di benak mereka biasanya berkisar hiburan dan kesenangan pribadi. Terkadang mereka membual pada orang lain dan menceritakan lamunannya seolah-olah lamunan itu kenyataan.

• Perasaan takut sering mengganggu pikiran mereka. Hal in dapat diakibatkan karena mereka mendengar kisah seram, melihat film atau gambar yang seram.

Ciri khas secara sosial:

• Mudah bergaul dan mudah terlibat dalam kegiatan berkelompok. Anak-anak pada usia ini mulai belajar berkelompok. Mereka suka bermain bersama anak-anak seusianya. Mereka juga telah memiliki keinginan untuk dapat diterima dalam sebuah kelompok, tetapi kadang-kadang tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya.

• Suka mengambil hati orang dewasa. Anak pada usia ini akan berusaha untuk melakukan aktivitas dengan sebaik-baiknya apabila ada seseorang yang memperhatikannya.

• Suka bekerjasama dan kurang suka berkompetisi.

• Masih suka bertengkar bila berkumpul bersama teman, dan tidak suka bila harus bermain secara bergiliran.

• Pada masa ini mulai terjadi pengelompokan berdasarkan jenis kelamin. Anak perempuan dan anak laki-laki menunjukkan adanya perbedaan minat dalam permainan, misalnya: anak laki-laki menganggap gulat dan tinju sebagai permainan yang mengasikkan sementara anak perempuan lebih menyukai lompat tali atau main bekel.

Ciri khas secara rohani:

• Imannya murni dan menaruh minat terhadap kebenaran. Penting untuk menanamkan apa yang benar dan apa yang salah, mana yang boleh

(32)

40 Universitas Kristen Petra dilakukan dan mana yang tidak boleh. Cara pandangnya terhadap kehidupan memang masih sangat sederhana, baginya segala sesuatu di dalam hidup ini merupakan salah satu dari dua kemungkinan saja: baik atau buruk.

• Dapat berdoa dengan kata-kata sendiri secara spontan.

• Pada umumnya suka ke Sekolah Minggu. Mereka hendaknya dipupuk dengan segala macam aktivitas gerejawi. Mereka bereaksi terhadap pendidikan Kristen yang diberikan kepadanya. Mereka dapat memberi dengan pengorbanan yang sepenuh hati. Mereka juga dapat turut ambil bagian secara aktif dalam berbagai kegiatan gereja.

• Semua pengalaman rohaninya adalah meniru tingkah laku dan teladan orang dewasa. Untuk itu, perlu diberikan teladan dan sering dibagikan pengalaman rohani secara pribadi oleh orang dewasa.

2.1.5.2 Cara Mengajar Anak Umur 6-8 Tahun

Anak-anak pada umur 6-8 tahun sangat senang belajar melalui pengalaman-pengalaman mereka secara nyata daripada melalui kata-kata. Untuk itu sangat penting untuk mengajar mereka dengan menggunakan alat peraga seperti gambar-gambar, drama, slide dan sebagainya. Seorang anak akan belajar lebih banyak melalui alat peraga daripada hanya melalui kata-kata saja. (“Bagaimana” par. 1).

Anak-anak pada umur 6-8 tahun sangat gemar akan cerita. Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk menceritakan kisah-kisah Alkitab kepada mereka. Dalam menceritakan kisah-kisah Alkitab, mereka perlu diberi pemahaman bahwa kisah pada Alkitab benar-benar terjadi. Oleh karena itu jangan mencampur-adukkan dengan cerita khayalan agar mereka tidak menjadi bingung.

Anak-anak ini sudah siap menerima semua dasar-dasar kebenaran dari Akitab. Untuk itu kebenaran Alkitab diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak dan dihubungkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ketika mereka merasa bersalah atau kesepian, mereka perlu memahami dan merasakan bantuan Tuhan di dalam diri mereka. Juga ketika mereka sedang gembira mereka akan menghubungkan segala kegembiraan yang mereka alami dengan Tuhan.

(33)

41 Universitas Kristen Petra Cara agar mereka dapat belajar dengan baik adalah dengan teknik bercerita karena pada umur sekian mereka menyukai cerita. Pertanyaan-pertanyaan dapat diberikan untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman mereka akan cerita dan penerapan mereka dalam kehidupan secara nyata. Selain itu dapat juga meminta mereka untuk mengekspresikan diri mereka melalui kegiatan drama, tugas-tugas, seni, tulis menulis serta permainan kelompok.

Aktivitas yang cocok untuk anak-anak umur 6-8 tahun ini antara lain (“Aktivitas” par. 2):

1. Membaca Alkitab

Pada saat bercerita, beri kesempatan kepada anak-anak untuk membuka Alkitab dan membaca ayat-ayat yang sesuai dengan cerita itu.

2. Menghafal Ayat

Pada akhir cerita, dapat dibagikan secarik kertas yang berisi ayat-ayat Alkitab yang sesuai dengan cerita dan minta untuk dihafalkan.

3. Permainan

Banyak permainan yang dapat digunakan, antara lain mencari ayat, teka-teki dan permainan lainnya.

4. Drama

Anak-anak umur 6-8 tahun sudah dapat dilibatkan dalam permainan drama pendek dan mereka sudah dapat memerankan sesuatu.

5. Aktivitas Seni

Aktivitas seni ini antara lain menggambar, menempel, mewarnai, prakarya, dan sebagainya.

6. Tulis Menulis

Contoh kegiatan adalah menuliskan pengalaman mereka sehari-hari atau pengenalan dan hubungan mereka dengan Tuhan, sesama atau alam.

(34)

42 Universitas Kristen Petra 2.1.6 Tinjauan Desain Grafis

2.1.6.1 Pengertian Desain Grafis

Desain grafis adalah salah satu bentuk seni lukis (gambar) terapan yang memberikan kebebasan kepada sang perancang untuk memilih, menciptakan, atau mengatur elemen rupa seperti ilustrasi, foto, tulisan, dan garis diatas suatu permukaan dengan tujuan untuk memproduksi dan dikomunikasikan sebagai pesan. (“Pengertian” par.1)

2.1.6.2 Sejarah Desain Grafis

Perkembangan manusia dalam melahirkan karya grafis dari waktu ke waktu memiliki alur yang menarik untuk diikuti. Pengaruh dari karya masa lalu banyak yang masih dijadikan patokan bagi karya-karya masa kini.

Zaman Prasejarah

Karya grafis yang mula-mula dikenal manusia adalah periode gambar-gambar dalam gua, goresan-goresan tanda menggunakan tulang, dan gading gajah yang dibuat setelah periode Paleolithikum 40.000 sampai 10.000 tahun sebelum masehi. Di Gua Lascaux, Prancis Selatan, ditemukan torehan berupa gambar bison, jenis benteng atau kerbau Amerika. Lukisan ini dilukis dengan menggunakan warna merah dan kuning oker (yellow ocre) yang dibuat menggunakan campuran antara lemak binatang dan tumbuhan yang dicoretkan menggunakan buluh (bambu kecil) maupun ranting-ranting. Torehan ini belum mengandung sandi yang membentuknya menjadi bahasa, namun sudah merupakan ‘pesan’ sebagai upaya komunikasi non verbal paling kuno.

Gambar 2.7. Lukisan di Gua Lascaux, Prancis Selatan Sumber: “Lascaux” (2007)

(35)

43 Universitas Kristen Petra Di Mesir, ada cerita tentang dewa maut dalam dunia roh yang terdapat di kuburan Raja Nakht yang ditoreh di atas papyrus. Papyrus ini juga sudah dikenal lama oleh orang Assiria, Siria dan Parsi. Selanjutnya beralih menjadi bentuk mozaik (susunan lempeng batu berwarna) di Yunani. Karya ini berlangsung hingga abad ke 4 Masehi, pada zaman Romawi cerita bergambar berkembang pesat yang selanjutnya menyebar hamper ke seluruh Eropa.

Di Mesir terdapat lukisan pada dinding piramida yang diperkirakan dibuat pada tahun 1300 SM. Gambar yang melekat pada makam raja-raja Mesir tersebut menjadi bukti bahwa pada masa itu manusia sudah mengenal cara komunikasi non verbal. Sama halnya dengan gambar berupa beberapa sosok manusia tengah menggiring kuda yang tertera pada guci klasik buatan Ergotimos dan Kleitias dari Yunani yang kira-kira dibuat pada 579 SM.

Gambar 2.8. Gambar pada sebuah tembikar tahun 579 SM Sumber: “Mlahanas” (2006)

Abad Modern

Pada pertengahan abad ke VIII dibuat bibble yang dihiasi gambar-gambar indah berlapis emas, yaitu The Book of Kells.

(36)

44 Universitas Kristen Petra Gambar 2.9. The Book of Kells

Sumber: “The Book of Kells” (2005)

Era ketika Johann Gutenberg dari Jerman menemukan huruf cetak yang dapat diganti-ganti merupakan tonggak sejarah baru dunia grafis. Setelah era itu, khususnya di Inggris pada akhir abad ke 19 terjadi perkembangan yang lebih jelas dengan terpisahnya fine art (seni murni) dengan appried art (seni yang dapat didayagunakan).

Era Art Nouveau

Art Nouveau adalah bahasa Prancis yang berarti “(aliran) seni baru”, yaitu sebuah gaya atau aliran dalam seni, arsitektur, desain yang popular di awal abad ke-20. Istilah Art Nouveau sebenarnya berasal dari nama sebuah toko yang menjual barang-barang seni di Paris, Maison de I’Art Nouveau, yang saat itu dioperasikan oleh Samuel Bing.

Ciri khas dari gaya Art Nouveau adalah kesannya yang datar (tidak membentuk efek 3 dimensi), bermotif dekoratif, menggambarkan elemen-elemen organic seperti dedaunan, bunga, serta sulur yang meliuk-liuk yang membentuk efek dekoratif. Karya-karya dalam gaya ini bernuansa alami (natural).

Lay Out Gaya Mondrian

Piet Mondrian, yang lahir pada tahun 1872 adalah seorang pelukis yang pengaruh karyanya masih diterapkan hingga sekarang, yakni di era komputer grafis. Karya lukisnya menginspirasikan pembagian bidang dalam kanvas yang

(37)

45 Universitas Kristen Petra kemudian dikenal dengan istilah Grid. Dalam lukisan itu, Mondrian menerapkan gambar-gambar geometris menggunakan teori harmoni universal yang dikenal dengan istilah Golden Rectangle.

Gambar 2.10. Lay Out Mondrian Sumber: “Mondrian” (2000) Abad ke-20

Memasuki abad ke-20, perkembangan desain grafis banyak ditandai dengan perkembangan di bidang tipografi, yakni munculnya huruf sans serif. Kreasi seni para seniman pada periode tersebut banyak yang mulai mengarah ke objek-objek yang berdaya guna, seperti rancangan bentuk bangunan, bentuk panggung teater, poster, desain pada kain, desain bentuk atau model pakaian, keramik, furniture, logo, dsb. Penggunaan desain mulai diterapkan dalam segala aspek kehidupan.

(Kusrianto 101-106)

2.1.7 Tinjauan Geraja Anak Mawar Sharon 2.1.7.1 Sejarah Gereja Mawar Sharon

Sejarah Gereja Mawar Sharon diawali dengan persekutuan Doa “Febe” yang berjemaat sekitar 75 sampai 100 orang yang bertempat di jalan Embong Sawo. Setahun kemudian, persekutuan ini pindah ke jalan Cempaka 18i. Pada tanggal 20 Juli 1986 persekutuan Doa ini resmi memakai nama “Mawar Sharon”. Seiring berjalannya waktu, jemaat persekutuan Doa ini terus bertambah hingga mencapai 1000 orang, sehingga pada tahun 1987/1988 dibangunlah ruang ibadah yang lebih besar. Kemudian pada tahun 1989, pemerintah mengeluarkan izin

(38)

46 Universitas Kristen Petra sehingga persekutuan “Mawar Sharon” resmi menjadi Gereja “Mawar Sharon”. (“Sejarah” par.1)

Visi Gereja Mawar Sharon adalah gereja sel yang Apostolik dan Prophetik. Visi ini telah diaplikasikan dalam kehidupan berjemaat lewat kelompok sel yang ada, yaitu Kemas (Keluarga melayani Allah dan sesama), Promasa (Profesional muda melayani Allah dan sesama), Pemasa (Pemuda melayani Allah dan sesama), Remasa (Remaja melayani Allah dan sesama) dan Amasa (Anak melayani Allah dan sesama).

2.1.7.2 Gereja Anak-Eagle Kids

Eagle Kids adalah salah satu divisi Gereja Mawar Sharon yang menggembalakan anak-anak. Pada tanggal 9 September 2001 Eagle Kids resmi menjadi Gereja Anak. Gereja Anak memiliki perbedaan dengan Sekolah Minggu. Di Sekolah Minggu, anak-anak dilihat sebagai obyek, sedangkan Gereja Anak melihat anak-anak sebagai subyek. Di sini anak-anak menjadi subyek yang melayani, mereka dilatih dan dibimbing menjadi pelayan Tuhan.

Ibadah Gereja Anak:

1. Batita (bawah tiga tahun, usia 1-3 tahun), untuk anak-anak yang belum sekolah.

2. Balita (bawah lima tahun, usia 4-6 tahun), untuk anak-anak usia playgroup.

3. Pratama (usia 7-9 tahun), untuk anak-anak usia Sekolah Dasar kelas 1-3.

4. Madya (usia 10-14 tahun), untuk anak-anak usia Sekolah Dasar kelas 4-6.

2.2 Identifikasi Data 2.2.1 Target Audience 2.2.1.1 Target Audience Primer

a. Demografis

• Anak-anak usia 6-8 tahun

(39)

47 Universitas Kristen Petra • Tingkat pendidikan: Kelas 1-3 Sekolah Dasar

• Perekonomian menengah ke atas • Agama: Kristiani

b. Geografis

• Daerah perkotaan Indonesia

c. Behavioural

• Gemar membaca

• Suka bermain dan belajar • Terampil dan suka berkreasi

d. Psikografis

• Menyukai cerita-cerita yang menarik • Rasa ingin tahu besar

• Ingin mencoba sesuatu yang baru 2.2.1.2 Target Audience Sekunder

a. Demografis

• Orang tua yang memiliki anak berusia 6-8 tahun • Para pengajar dan pembimbing Sekolah Minggu • Para pengajar dan pembimbing Sekolah Dasar • Umur di atas 18 tahun

• Perekonomian menengah ke atas • Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan

b. Geografis

• Daerah perkotaan di Indonesia

c. Behavioural

• Orang tua atau pendidik yang suka mendidik anak tentang kisah Alkitab

• Orang tua atau pendidik yang suka memberikan pelajaran dan latihan kreatifitas kepada anak

d. Psikografis

• Orang tua atau pendidik yang ingin menanamkan nilai-nilai Kristiani pada anak sejak dini

(40)

48 Universitas Kristen Petra • Orang tua atau pendidik yang ingin memperkenalkan kisah Alkitab

pada anak.

• Orang tua yang ingin menjalin komunikasi dan interaksi dengan anaknya.

2.2.2 Cerita Perumpamaan Yesus

Cerita Perumpamaan Yesus yang tercatat dalam Injil Perjanjian Baru, yaitu Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes antara lain:

Injil Matius

• Perumpamaan dua macam dasar (Matius 7:24-27) • Perumpamaan seorang penabur (Matius 13: 3-23)

• Perumpamaan lalang di antara gandum (Matius 13: 24-30) • Perumpamaan biji sesawi (Matius 13: 31-32)

• Perumpamaan ragi (Matius 13: 33)

• Perumpamaan harta terpendam (Matius 13: 44)

• Perumpamaan mutiara yang berharga (Matius 13: 45-46) • Perumpamaan pukat (Matius 13: 47-50)

• Perumpamaan domba yang hilang (Matius 18: 12-14) • Perumpamaan pengampunan (Matius 18: 22-35)

• Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16) • Perumpamaan dua orang anak (Matius 21: 28-32)

• Perumpamaan penggarap-penggarap kebun anggur (Matius 21: 33-44) • Perumpamaan perjamuan kawin (Matius 22: 1-14)

• Perumpamaan pohon ara (Matius 24: 32-35) • Nasihat supaya berjaga-jaga (Matius 24: 37-44)

• Perumpamaan hamba yang setia dan hamba yang jahat (Matius 24: 45-51)

• Perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh (Matius 25: 1-13)

• Perumpamaan talenta (Matius 25:14-30)

(41)

49 Universitas Kristen Petra Injil Markus

• Perumpamaan seorang penabur (Markus 4:1-20) • Perumpamaan pelita dan ukuran (Markus 4: 21-25) • Perumpamaan benih yang tumbuh (Markus 4: 26-29) • Perumpamaan biji sesawi (Markus 4: 30-34)

• Perumpamaan penggarap-penggarap kebun anggur (Markus 12: 1-12) • Perumpamaan pohon ara (Markus 13:28-31)

• Nasihat supaya berjaga-jaga (Markus 13: 34-36) Injil Lukas

• Dua macam dasar (Lukas 6: 47-49)

• Perumpamaan seorang penabur (Lukas 8: 4-15) • Perumpamaan tentang pelita (Lukas 8: 16-18) • Orang Samaria yang murah hati (Lukas 10: 25-37)

• Perumpamaan orang yang meminjam roti (Lukas 11: 5-13) • Orang kaya yang bodoh (Lukas 12: 13-21)

• Perumpamaan kewaspadaan (Lukas 12: 35-40)

• Perumpamaan hamba yang setia dan hamba yang jahat (Lukas 12:41-48) • Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (Lukas 13: 6-9) • Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Lukas 13: 18-21)

• Perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih (Lukas 14: 15-24) • Perumpamaan domba yang hilang (Lukas 15: 3-7)

• Perumpamaan tentang dirham yang hilang (Lukas 15: 8-10) • Perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15: 11-32) • Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Lukas 16: 1-9) • Orang kaya dan Lazarus yang miskin (Lukas 16: 19-31)

• Perumpamaan tentang hakim yang tak benar (Lukas 18: 1-8)

• Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Lukas 18: 9-14)

• Perumpamaan tentang uang mina (Lukas 19: 11-27)

• Perumpamaan penggarap-penggarap kebun anggur (Lukas 20: 9-19) • Perumpamaan pohon ara (Lukas 21: 29-33)

(42)

50 Universitas Kristen Petra • Nasihat supaya berjaga-jaga (Lukas 21: 34-38)

Injil Yohanes

• Perumpamaan gembala yang baik (Yohanes 10: 1-21) • Perumpamaan pokok anggur yang benar (Yohanes 15: 1-15)

Beberapa cerita perumpamaan Yesus yang akan dimasukkan ke dalam buku adalah:

1. Perumpamaan tentang domba yang hilang

Perumpamaan tentang domba yang hilang terletak pada Injil Matius 18: 12-14 dan Injil Lukas 15: 4-7. Perumpamaan ini mengisahkan seseorang yang memiliki seratus ekor domba, seekor di antaranya tersesat. Orang ini meninggalkan domba yang sembilan puluh sembilan ekor dan mencari yang tersesat itu. Setelah ia menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira. Setibanya di rumah, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangganya serta berkata kepada mereka: “Bersukacitalah bersama-sama aku, sebab dombaku yang hilang itu telah ditemukan.”

Perumpamaan ini dapat menanamkan dan mengajarkan kepada anak bahwa Tuhan sangat mengasihi mereka.

2. Perumpamaan tentang anak yang hilang

Perumpamaan tentang anak yang hilang terletak di Lukas 15: 11-32. Dikisahkan ada seorang yang mempunyai 2 orang anak laki-laki. Si bungsu meminta bagian harta yang menjadi haknya lalu menjualnya dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta dan hidup berfoya-foya. Setelah hartanya habis ia menjadi melarat dan pergi bekerja menjadi penjaga babi. Saat kelaparan, ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi, tapi tidak ada yang mau memberinya. Kemudian dia teringat rumahnya dan pulang kepada ayahnya. Ketika masih jauh, ayahnya telah melihatnya dan berlari menyambut anaknya, kemudin merangkul dan menciumnya. Lalu ayahnya memberikan jubah terbaik untuk dipakai dan mengadakan pesta untuk merayakan kepulangan anaknya.

Melalui kisah ini dapat menanamkan dan mengajarkan bahwa kasih Tuhan tidak terbatas. Sikap Bapa dalam perumpamaan ini mewakili kasih pengampunan

(43)

51 Universitas Kristen Petra Tuhan kepada orang berdosa yang bertobat. Anak-anak dapat belajar untuk mengampuni orang yang bersalah pada mereka.

3. Orang Samaria yang murah hati

Perumpamaan ini terdapat dalam Lukas 10: 25-37. Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, ia jatuh ke penyamun-penyamun yang bukan hanya merampoknya habis-habisan, tapi juga memukulnya dan meninggalkannya setengah mati. Ada seorang iman turun ke jalan itu, ia melihat orang itu tapi melewatinya dari seberang jalan. Demikian seorang Lewi datang ke tempat itu, ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah ia oleh belas kasihan. Ia lalu membalut luka-lukanya, kemudian menyiramnya dengan minyak dan anggur. Lalu ia menaikkan orang itu ke keledai tunggangannya sendiri dan membawa ke penginapan serta merawatnya.

Perumpamaan ini mengajarkan kepada anak-anak untuk saling mengasihi dengan sesama mereka. Dalam mengasihi, hendaknya tanpa pamrih dan tanpa memandang siapa orang itu. Bukan hanya teman atau keluarga yang perlu dikasihi, musuh juga harus dikasihi.

2.2.3 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada orang tua-orang tua yang memiliki anak laki-laki atau perempuan berusia 6-8 tahun. Dari wawancara yang telah dilakukan, didapat data sebagai berikut:

• Sebagian besar anak-anak pada usia 6-8 tahun kurang suka membaca. Mereka lebih suka bermain, terutama main komputer, dan menonton televisi.

• Orang tua jarang membacakan cerita untuk anak mereka. Biasanya mereka hanya mendampingi anak mereka yang sedang membaca.

• Cerita yang sering dibaca anak-anak adalah komik Donal Bebek, cerita tentang robot, misalnya Power Rangers (untuk anak laki-laki), cerita Barbie dan Disney’s Princess (untuk anak perempuan).

• Biasanya anak-anak membaca Alkitab saat Sekolah Minggu. Di rumah anak-anak jarang membaca Alkitab.

Gambar

Gambar 2.1. Buku Cerita Bergambar “What Will I Wear?”
Gambar 2.4. Komik “Batman”
Gambar 2.6. Warna Aditif
Gambar 2.7. Lukisan di Gua Lascaux, Prancis Selatan  Sumber: “Lascaux” (2007)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana para wali baptis dapat menyadari dan menjalankan tugasnya dalam mendampingi anak baptisnya terutama remaja yang saat ini sedang

Fungsi Pengguna Deskripi Mencatat Pendataa n Pembaya ran Pajak Aset Bagian Keuangan Yayasan Fungsi yang digunakan untuk mencatat pembayaran pajak aset Melihat

Menindaklanjuti apa yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah dimaksud, Pemerintah Kota Mataram melalui Badan Kepegawaian Daerah telah menetapkan jumlah pejabat

Bahan pengisi (filler), yaitu bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos saringan No. Ketentuan agregat kasar dan agregat halus untuk campuran panas beton aspal dapat

Ang usaping ito ay para sa kinabukasan ng mga mamamayan maging ng bansa kaya naman masusi dapat itong binubusisi upang maiwasan ang pangmatagalang problema na

Penelitian dilakukan secara in silico dengan protokol penambatan dan protokol post docking analysis menunjukkan bahwa emodin bukan merupakan ligan aktif pada

Hal tersebut dibuktikan dari nilai rata- rata sebesar 3,81 dengan rata-rata jawaban responden dalam kategori tinggi karyawan pada indikator Organisasi