• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Ke"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI

SMA NEGERI SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2005/2006

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Retno Dwi Astuti NIM : 1314000018

Jurusan : Bimbingan dan Konseling / S1

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

Retno Dwi Astuti, 2005. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006.

Skripsi ini ditulis dengan alasan bahwa pola asuh orang tua merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar, dari latar belakang keluarga yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda dan diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar. Secara kenyataan di SMA Negeri Sumpiuh belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar.

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu pola asuh Otoriter (X1), pola

asuh demokratis (X2), pola asuh permisive (X3) sebagai variabel bebas dan

kemandirian siswa dalam belajar (Y) kriterium sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 yang berjumlah 199 siswa. Dalam pengambilan sampel ditentukan 25 % dari populasi yakni sebanyak 50 siswa dan dalam pengambilan sampel tersebut menggunakan Propotional Random Sampling yang menjadi anggota sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak sederhana/undian. Metode pengumpulan data dengan skala psikologi yaitu skala pola asuh orangtua dan skala kemandirian siswa dalam belajar, analisis data yang terkumpul menggunakan analisis regresi ganda dengan tiga prediktor.

Dari perhitungan yang dilakukan yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi ganda dengan tiga prediktor diperoleh harga Freg = 43,692 dan

Ftabel = 2,81 pada taraf signifikan 5% , harga Freg > Ftabel , dengan demikian

hipotesis kerja yang berbunyi ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 diterima dan kontribusi pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar sebesar 63,92 %. Hal ini berarti bahwa meningkat atau menurunnya kemandirian siswa dalam belajar ditentukan oleh pola asuh orangtua sebesar 63,92% sedangkan sisanya 36,08 % ditentukan oleh faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kemandirian siswa dalam belajar.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa Tanggal : 26 Juli 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M Drs. H. Suharso, M.Pd NIP. 130515769 NIP. 131754158

Pembimbing I Anggota Penguji

Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd 1. Dra. Martensi.K.Dj NIP. 131570048 NIP. 130345750

Pembimbing II 2. Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd NIP. 131570048

Dra. Hj. Ninik Setyowani 3. Dra. Hj. Ninik Setyowani NIP. 130788543 NIP.130788543

KATA PENGANTAR

(4)

menyelesaikan Studi Strata 1 guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Dr. A.T Soegito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Siswanto, M.M., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan izin penelitian.

3. Drs. Suharso, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 4. Dra. Catharina Tri Anni, M.Pd., Pembimbing I atas bimbingan dan arahan

serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Soeparwoto, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dan arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Tim penguji skripsi jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

7. Drs. Edi Prasetyo, Kepala SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas yang telah memberikan izin dan bantuannya kepada peneliti saat melakukan penelitian.

(5)

9. Siswa-Siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas atas partisipasinya dalam penelitian ini.

10.Teman-teman mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan “2000” atas semangat dan dukungannya selama ini.

11.Teman-teman RTB MenThari dan teman-teman pelayanan atas dukungan doa dan semangatnya selama ini.

12.Pihak-pihak lain yang langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung baik moril maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, September 2005 Penulis

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Aku tidak melihat masa lalu, karena Allah tahu semua usahaku sia-sia, pemborosan waktu, perbuatan dosa dan penyesalan.

Kuserahkan semua kepada Dia yang menghapus segala noda dengan murah hati mengampuni, lalu melupakan.

Allah tahu masa depanku, dekat atau jauhkah jalanku, aku pasti dipimpin pulang.

Dengan Dia ada sukacita, kasih, damai sejahtera yang sempurna dan pengharapan menjadi kenyataan

(6)

Persembahan Skripsi ini teruntuk:

1. Bapak, Ibu tercinta dan Mas Ari terima kasih atas segalanya, dan yang tak henti-hentinya mendukungku di dalam doa dan semangat. 2. Teman-teman RTB MenThari dan

teman-teman pelayanan yang memberikan semangat ketika aku lelah, dukungan doa dan kesabaran. 3. Sahabatku Vic Chou, Anisa, Ester “Jupiter Z” ,

Anggit, Hindun, Yayan, Kak Seto, Kursin dan seluruh teman-teman BK angkatan “2000”. 4. Almamaterku.

DAFTAR ISI

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Penegasan Judul ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kemandirian Belajar ... 9

1. Pengertian Kemandirian ... 9

2. Pengertian Belajar ... 10

3. Kemandirian Siswa dalam Belajar ... 12

4. Ciri-ciri Kemandirian Belajar ... 13

5. Faktor yang mempengaruhi Kemandirian Belajar ... 14

6. Aspek-aspek Kemandirian Siswa dalam Belajar ... 17

(8)

B. Pola Asuh Orangtua ... 22

1. Pengertian Pola Asuh Orangtua ... 23

2. Jenis Pola Asuh Orangtua ... 23

C. Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar ... 28

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Populasi ... 34

B. Sampel dan Teknik Sampling ... 35

C. Variabel Penelitian ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 37

E. Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Validitas ... 41

2. Reliabilitas ... 42

F. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Persiapan Penelitian ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 48

C. Analisis Data ... 49

D. Pembahasan ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 56

A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Siswa dalam Belajar …. 29

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin penelitian ... 59

2. Surat keterangan penelitian dari SMA Negeri Sumpiuh ... 60

3. Nama-nama responden uji coba instrumen ... 61

4. Nama-nama responden penelitian ... 62

5. Data hasil uji coba skala pola asuh orangtua ... 63

6. Perhitungan validitas skala pola asuh orangtua ... 66

7. Perhitungan reliabilitas skala pola asuh orangtua ... 67

8 . Data hasil ujicoba skala instrumen skala kemandirian siswa dalam belajar ... 68

9. Perhitungan validitas skala kemandirian siswa dalam belajar ... 70

10. Perhitungan reliabilitas skala kemandirian siswa dalam belajar ... 72

11. Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian pola asuh orangtua ... 73

12. Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian kemandirian siswa dalam belajar... 74

13. Instrumen penelitian pola asuh orangtua... 75

14. Instrumen penelitian kemandirian siswa dalam belajar... 80

15. Data hasil penelitian tentang pola asuh orangtua ... 85

16. Data hasil penelitian tentang kemandirian siswa dalam belajar ... 87

17. Tabel persiapan analisis regresi ... 89

(13)

19. Uji normalitas data pola asuh otoriter ... 94

20. Uji normalitas data pola asuh demokratis ... 95

21. Uji normalitas data pola asuh permisive ... 96

22. Uji normalitas data kemandirian siswa dalam belajar ... 97

23. Tabel harga kritik dari r product moment ... 98

24. Daftar kritik uji F ... 99

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan wadah pendidikan yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan kemandirian anak, oleh karena itu pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari keluarganya karena keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar menyatakan diri sebagai mahkluk sosial dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Orang tua yaitu ayah dan ibu merupakan orang yang bertanggung jawab pada seluruh keluarga. Orang tua juga menentukan kemana keluarga akan dibawa dan apa yang harus diberikan sebelum anak-anak dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri, ia masih tergantung dan sangat memerlukan bekal pada orang tuanya sehingga orang tua harus mampu memberi bekal kepada anaknya tersebut.

(15)

Menurut Zainum Mutadin (2002, www.e_psikologi.com) Kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya.

Kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi, jikalau kemandirian anak diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Kunci kemandirian anak sebenarnya ada di tangan orang tua. Kemandirian yang dihasilkan dari kehadiran dan bimbingan orang tua akan menghasilkan kemandirian yang utuh. Untuk dapat mandiri anak membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga khususnya pola asuh orang tua serta lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua didalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Meski dunia pendidikan atau sekolah juga juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, pola asuh orang tua tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Orang tua mana yang tidak mau leihat anaknya tumbuh menjadi anak mandiri. Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

(16)

oriented) ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi robot, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba (alchohol or drug abuse).

Pola Asuh Permisif, sifat pola asuh ini children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua, ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.

(17)

Siswa SMA Negeri Sumpiuh berasal dari latar belakang kelarga yang berbeda. Ada yang berasal dari keluarga pegawai negeri, pegawai swasta, TNI, petani, buruh tani, buruh pabrik dan dari keluarga dengan latar belakang pekerjaan musiman. Dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda tersebut telah membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda di dalam keluarga. Pada penelitian ini, penulis melihat secara kenyataan di lapangan bahwa kemampuan siswa antara yang satu dengan lainnya berbeda-beda, siswa yang satu memiliki tipe belajar A sedangkan lainnya memiliki tipe belajar B dan seterusnya. Setiap remaja yang tercatat sebagai siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan teman-temannya hal ini disebabkan oleh karena siswa memiliki potensi yang berbeda-beda dengan siswa yang lain. Seorang Guru di SMA Negeri Sumpiuh menggambarkan siswa yang kurang memiliki kemandirian dalam belajar terlihat ketika dalam mengikuti proses belajar mengajar bersikap pasif, tidak berani bertanya apabila menghadapi kesulitan, dlam ulngan mempunyai kesukaan untuk mencontek pekerjaan teman atau mencontek dari lembaran-lembaran yang telah dipersiapkan dari rumah dan kurang berfikir kritis.

(18)

kemandirian siswa dalam belajar di sekolah tersebut, dan akhirnya penulis merumuskan ke dalam penelitian yang berjudul sebagai berikut : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar pada Siswa Kelas XI SMA Negeri I Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005 / 2006.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh ?”

C. Penegasan Judul 1. Pola Asuh Orang Tua

Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik) anak (Singgih D. Gunarsa, 1991 : 108-109).

Dalam penelitian ini, pola asuh orang tua yang dimaksudkan adalah Gambaran yang dipakai oleh orang tua dalam mengasuh, membesarkan, merawat dan mendidik yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian anak dalam belajar.

2. Kemandirian Siswa dalam Belajar

Menurut Drost (1993:22) Kemandirian adalah individu yang mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara dewasa.

(19)

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya ( Syaiful Bahri, 2002:12)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam belajar adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik mampu untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri serta bertujuan agar siswa mampu menemukan sendiri apa yang harus dilakukan dan memecahkan masalah di dalam belajar dengan tidak bergantung pada orang lain.

Dengan demikian yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah Pengaruh metode atau cara yang dipilih orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka untuk menghadapi masalah dan dalam proses mencapai kemandirian dalam belajar.

D. Tujuan Penelitian

(20)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling yang khususnya dapat dimanfaatkan sebagai kajian bersama mengenai pengaruh pola asuh orang tua sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

2. Secara Praktis

a. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran realitas bagi orang tua siswa dalam menerapkan pola asuh di dalam meningkatkan kemandirian dalam belajar.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru pembimbing di sekolah untuk lebih memperhatikan kemandirian yang dimiliki oleh siswa dalam belajar.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

(21)

Bab pertama pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab dua landasan teori, berisi teoritis mengenai maslah yang dibahas dalam penelitian ini dan pengajuan hipotesis.

Bab tiga metode penelitian terdiri dari populasi, sampel penelitian, teknik dan pengumpulan data, validitas dan reliabilitas secara teknik analisis data.

Bab empat hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi pembahasan dari hasil penelitian.

Bab lima penutup terdiri dari simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian. Sedangkan bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pusataka dan lampiran-lampiran.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Kemandirian Belajar Pengertian Kemandirian

Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.

Menurut Antonius (2000:145) seseorang yang mandiri adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya. Mutadin (2002, www.e_psikologi.com) kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap.

(23)

Hasan Basri (1994:53) mengatakan bahwa kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kemandirian dalam penelitian ini adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri.

Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat, bagi para pelajar atau siswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.

(24)

perubahan, perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah perubahan sebagai hasil dari proses belajar dan perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Menurut Hasan Basri (1994:92), mendefinisikan bahwa belajar adalah proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat melakukan sesuatu dan sebagainya.

Hasan Basri menekankan bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat melakukan sesuatu.

Menurut James (dalam Syaiful Bahri, 2002:12) merumuskan belajar sebagai proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan C.T Morgan dalam Singgih D. Gunarsa (2003:22) belajar adalah sesuatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil) pengalaman yang lalu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam diri seseorang yang di sengaja dan terarah untuk menuju pada suatu tujuan kepribadian yang lebih utuh dan tangguh.

Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan proses siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.

(25)

Kemandirian Siswa dalam Belajar

Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan teman-temannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki potensi yang berbeda dengan orang lain.

Menurut Hendra Surya (2003:114),

Belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar

Dari pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang di dorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya.

(26)

diperbuatnya dalam menyelesaikan tugas yang dihadapkan kepadanya. Siswa memiliki kemahiran dalam menyelesaikan tugas belajarnya dan mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperolehnya tersebut.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam belajar adalah perilaku yang akan diukur yaitu siswa sebagai subyek yang akan diteliti, hal ini terkait dengan kemandirian siswa tersebut belajar, bertujuan agar siswa mampu menemukan sendiri apa yang harus dilakukan dan memecahkan masalah di dalam belajar dengan tidak bergantung pada orang lain.

Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari kemandirian belajar siswa.

Menurut Chabib Thoha (1996: 123-124) membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan jenis, yaitu :

a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif. b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. c. Tidak lari atau menghindari masalah.

d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.

e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.

(27)

g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Sementara itu Yohanes Babari (2002:145) membagi ciri-ciri kemandirian dalam lima jenis, yaitu :

1 Percaya diri

2 Mampu bekerja sendiri

3 Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya 4 Menghargai waktu

5 Bertanggung jawab

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Hasan Basri (1994:54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).

Faktor endogen (internal)

(28)

perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.

Faktor eksogen (eksternal)

Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya.

Sementara itu Chabib Thoha (1996:124-125) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dapat dibedakan dari dua arah, yakni :

1. Faktor dari dalam

Faktor dari dalam diri anak adalah antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Di samping itu inteligensia anak juga berpengaruh terhadap kemandirian anak.

2. Faktor dari luar

Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak adalah

(29)

b. Keluarga, meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara memberikan penilaian kepada anak bahkan sampai cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak. Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2002: 118-119) menyebutkan sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu : c. Gen atau keturunan orangtua. Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi

sering kali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.

d. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya.

e. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menenkankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.

f. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri.

(30)

dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berfikir secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut.

Dengan demikian, penulis berpendapat dalam mencapai kemandirian seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat, merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di dalam lingkungan tempat tinggalnya.

6. Aspek-aspek Kemandirian Siswa dalam Belajar

Dalam keseharian siswa sering dihadapkan pada permasalahan yang menuntut siswa untuk mandiri dan menghasilkan suatu keputusan yang baik.

Robert Havighurst dalam Mu’tadin (2002,www.e_psikologi.com) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

a. Aspek intelektual, aspek ini mencakup pada kemampuan berfikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah.

(31)

c. Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya dengan tidak bergantung secara emosi pada orang tua.

d. Aspek ekonomi, mencakup kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi tidak lagi bergantung pada orang tua.

Dari pejelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut saling terkait satu sama lainnya, karena aspek tersebut mempunyai pengaruh yang sama kuat dan saling melengkapi dalam membentuk kemandirian belajar dalam diri seseorang.

7. Keterampilan-keterampilan Belajar secara Mandiri

Menurut A. Suhaenah Suparno (2001: 106-126), ada beberapa keterampilan-keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan kemandirian dalam belajarnya, yaitu :

a. Mengenali diri sendiri

(32)

b. Memotivasi diri sendiri

Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini sebenarnya bisa dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh tatkala memutuskan untuk mempelajari sesuatu.

c. Mempelajari cara-cara belajar efektif

Tipe atau gaya orang untuk belajar merupakan hal yang unik untuk dirinya dan mungkin sangat berbeda dengan gaya belajar orang lain. Namun ada beberapa tips yang dapat dicatat tentang tindakan-tindakan yang dapat membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar, diantaranya :

1). Membuat rangkuman

Rangkuman adalah ikhtisar tentang hal-hal esensial yang terkandung dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang kita simak tersebut yang lebih ramping. Rangkuman membantu seseorang ketika mengulang pekerjaan aatau ketika mencoba mengingat kembali apa yang telah dibacanya. Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman dapat membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijwab sendiri.

2). Membuat pemetaan konsep-konsep penting

(33)

pelengkap dan konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu sendiri .

3). Mencatat hal-hal yang esensial dan membuat komentar

Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian ; di sebelah kiri dibuat catatan-catatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai dengan apa yang dibaca atau yang didengar . Di sebelah kanan dibuat catatan-catatn yang sifatnya lebih personal, dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri sendiri untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman sebelumnya. 4). Membaca secara efektif

a). Skimming

Skimming berarti membaca selintas dan cepat untuk melihat gambaran sangat umum dengan membaca judul-judul bab dan bagian lainnya secara garis besar.

b). Scanning

Scanning adalah cara membaca dengan melihat judul bab kemudian judul-judul sub bab atau pasal-pasal di dalam suatu bab serta dengan membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap paragraf yang sering disebut topic sentence.

c). Membaca simpulan

(34)

d). Membaca untuk pendalaman

Dalam membaca untuk mendalami sesuatu, orang melakukannya secara cermat dan penuh kesadaran, artinya tidak sambil melamun, mendalami isi bacaan kalimat per kalimat. Dalam kegiatan ini seseorang harus dapat menangkap ide yang tersirat (reading between the lines).

e). Memanfaatkan indeks

Indeks menolong pembaca untuk mengetahui ada tidaknya atau dimana suatu informasi yang diperlukannya dipaparkan dalam buku. 5). Membuat situasi yang kondusif

Belajar adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan penglihatan, pendengaran, latihan dan pikiran. Oleh karena itu diperlukan suasana yang menunjang seperti tempat yang relatif tenang dan pikiran yang konsentrasi . Cara belajar yang sehat adalah cara yang rileks tidak mengganggu postur tubuh dan tidak mengganggu konsentrasi.

6). Mengenal lingkungan

(35)

d. Mengarahkan diri sendiri dalam belajar

Yang dimaksud dengan mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan belajar karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu. Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena memang sistem dalam lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada juga orang yang melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya.

e. Catatan harian

Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus dilakukan, apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai, masalah-masalah yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan seseorang

Pola Asuh Orang Tua

Pengertian Pola Asuh Orang Tua

(36)

Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua adalah cara mengasuh dan metode disiplin orang tua dalam berhubungan dengan anaknya dengan tujuan membentuk watak, kepribadian, dan memberikan nilai-nilai bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam memberikan aturan-aturan atau nilai terhadap anak-anaknya tiap orang tua akan memberikan bentuk pola asuh yang berbeda berdasarkan latar belakang pengasuhan orang tua sendiri sehingga akan menghasilkan bermacam-macam pola asuh yang berbeda dari orang tua yang berbeda pula.

Jenis Pola Asuh Orang tua

Agus Dariyo (2004:97) membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi empat, yaitu :

(37)

Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah mejadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan di hadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.

b. Pola Asuh Permisif (children centered)

(38)

c. Pola Asuh Demokratis

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua.

d. Pola Asuh Situsional

Pada pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tertentu. Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.

Menurut Hourlock dalam Chabib Thoha (1996 : 111-112) mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :

1. Pola Asuh Otoriter

(39)

menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak.

Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.

2. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya. Pola Asuh Permisive

(40)

anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.

Tembong Prasetya (2003: 27-32) membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi empat, yaitu :

1. Pola pengasuhan autoritatif

Pada umumnya pola pengasuhan ini hampir sama dengan bentuk pola asuh demokratis oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996) namun hal yang membedakan pola asuh ini yaitu adanya tambahan mengenai pemahaman bahwa masa depan anak harus dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya, tidak ragu-ragu mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku buruk. Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang akan mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang. 2. Pola pengasuhan otoriter

Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak dari pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri.

3. Pola pengasuhan penyabar atau pemanja

(41)

tidak berani menegur anak. Anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung lebih energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), impulsif, mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri (cengeng).

4. Pola pengasuhan penelantar

Pada pola pengasuhan ini, orang tua kurang atau bahkan sama sekali tidak mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri, orang tua juga lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anak. Kepentingan perkembangan kepribadian anak terabaikan, banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai macam alasan . Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang paling potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua sering mengabaikan keadaan anak dimana ia sering tidak peduli atau tidak tahu dimana anak-anaknya berada, dengan siapa anak-anak mereka bergaul, sedang apa anak tersebut. Dengan bentuk pola asuh penelantar tersebut anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tua, sehingga ia melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya.

(42)

bukan merupakan pola asuh yang sempurna, sebab bagaimanapun juga ada hal yang bersifat situsional seperti yang dikemukakan oleh Agus Dariyo (2003), bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh anaknya hanya menggunakan satu pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dengan demikian, ada keenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh yang murni diterapkan oleh orang tua tetapi orang tua dapat menggunakan ketiga bentuk pola asuh tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.

Dalam penelitian ini penulis mengacu pada tiga bentuk pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Adapun pengaruh ketiga bentuk pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara mengasuh dan cara hidup orang tua yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian anak dalam belajar.

Pengaruh Pola asuh Orang tua terhadap Kemandirian siswa dalam belajar

(43)

oleh orang tua ketika mendidik atau mengasuh anak. Peran orang tua sangatlah besar dalam proses pembentukan kemandirian seseorang, orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Pola Asuh Orang tua

Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat berpengaruh dalam perkembangan terutama ketika anak telah menginjak masa remaja. Ada berbagai macam cara orang tua dalam mengasuh dan membimbing anaknya, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, dan pendidikan orang tua.

Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian krusial. Menurut Jacquelin Marie T (2002) seorang staff pengajar Fakultas Psikologi UGM mengatakan bahwa anak tumbuh menjadi remaja, tingkat ketergantungan

X1 = Otoriter

X2 = Demokratis

X3 = Permisive

(44)

berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Kemandirianpun menjadi sangat berbeda pada rentang usia tertentu. Kermandirian sangat tergantung pada proses kematangan dan proses belajar anak. Remaja tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial, awal yang meletakkan dasr perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Dengan demikian, orang tua memiliki porsi terbesar untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang termasuk perkembangan kemandiriannya.

(45)

dirinya. Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri dan kalau tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain ia mampu menunda dan menghargai tuntutan pada lingkungannya. Baldwin (dalam Gerungan, 1998:189) mengatakan bahwa didikan demokratis akan membuat anak menjadi mandiri, tidak takut dan lebih bertujuan dalam hidupnya.

Sedangkan bila anak dididik oleh orang tua secara permisive, orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah laku. Anak terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga yang terlalu sibuk. Orang tua hanya bertindak sebagai “polisi” yang mengawasi, menegur, dan mungkin memarahi. Orang tua tidak terbiasa bergaul dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak harus tahu sendiri. Pada anak tumbuh keakuan (egocentrisme) yang terlalu kuat dan kaku dan mudah menimbulkan kesulitan-kesulitan kalau harus mengahadapi larangan-larangan yang ada dalam lingkungan sosialnya. Pada pola asuh ini anak dibiarkan berbuat sesuka hati dengan sedikit kekangan dan memenuhi kehendak anak agar anak mereka senang sehingga menjadikan anak tidak mandiri.

Hipotesis

(46)
(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penelitian untuk dapat memperoleh hasil yang optimal maka suatu penelitian ilmiah harus mendasarkan pada metode yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam bab ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut : populasi, sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas instrumen, reliabilitas instrumen dan metode analisis data.

A. Populasi

Sebelum menentukan sampel, maka populasi penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut Husaini Usman (1995:181) pengertian populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

(48)

B. Sampel dan Teknik Sampling

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:117) yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti sedangkan menurut Irawan Soehartono (2000:57) yang dimaksud dengan sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang dimiliki atau diteliti dan diambil dengan teknik atau cara-cara tertentu.

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:120), bahwa apabila dalam pengambilan sampel yang jumlah subjeknya besar (lebih dari 100 orang) maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dengan demikian dari populasi siswa kelas II SMA Negeri Sumpiuh Tahun Pelajaran 2005/2006 yang berjumlah 199 orang siswa yang akan diambil sampel sebesar 25%-nya yaitu 50 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Random Sampling ( Husaini, 2000:185).

Adapun yang menjadi alasan, peneliti menggunakan teknik Proportional Random Sampling adalah :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, dana dan tenaga.

2. Banyaknya subjek yang terdapat pada setiap kelas tidak sama, oleh karena itu untuk memperoleh sampel yang representatif maka pengambilan subjek dari setiap kelas di tentukan seimbang atau sebanding.

(49)

Tabel 1. Jumlah Sampel Setiap Kelas

No. Kelas Jumlah Siswa Perhitungan Jumlah Sampel 1.

Tabel tersebut dapat diketahui besarnya anggota sampel untuk masing-masing kelas yang keseluruhannya berjumlah 50 siswa.

Pemilihan objek yang menjadi anggota sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak sederhana dengan cara undian, dengan cara ini setiap subjek memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagi berikut :

1. Membuat atau memberi nomor pada setiap individu secara berurutan untuk masing-masing kelas.

2. Setiap nomor individu ditulis dalam kertas kemudian di gulung dan dimasukan dalam kotak.

3. Mengocok gulungan kertas yang ada dalam kotak agar berbaur secara tidak teratur.

(50)

C. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (1998:99) variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, ada dua jenis variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat.

Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut adalah :

1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah (X1 = pola asuh otoriter, X2 =

pola asuh deokratis, X3 = pola asuh permisive).

2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kemandirian Siswa dalam Belajar

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk menghimpun data dari sejumlah populasi yang menjadi sampel penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Skala Psikologi. Menurut Azwar (1999: 3-4) metode skala sebagai alat ukur psikologi memiliki karakteristik yaitu :

(51)

2. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item yang selalu banyak.

3. Respon tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Skala Psikologis dalam penelitian ini meliputi skala kemandirian siswa dalam belajar dan skala pola asuh orang tua. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala tertutup yang diberikan terstruktur, yaitu jawaban pertanyaan yang diajukan sudah disediakan. Subjek diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya. Jadi pertanyaan bersifat tertutup. Dalam penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban instrumen yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) adapun yang menjadi alasan peneliti adalah :

1. Lebih Efektif

2. Agar responden tidak seenaknya sendiri dalam memberi jawaban tanpa berfikir.

3. Mudah ditafsirkan oleh responden. 4. Bersifat luwes.

5. Bentuknya lebih umum dan mudah dipahami.

(52)

pernyataan (unfavorable). Sistem penilaian untuk jawaban yang favorable adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).

Pada pernyataan yang bersifat favorable subjek akan memperoleh nilai 4 jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika menjawab sesuai (S), nilai 2 jika menjawab tidak sesuai (TS) dan jawaban sangat tidak sesuai (STS) nilai 1 sedangkan pernyataan unfavorable subyek akan memperoleh nilai 4 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika jawaban tidak sesuai (TS) sedangkan untuk jawaban sesuai (S) mendapat nilai 2 dan jawaban sangat sesuai (SS) mendapat nilai 1.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun instrumen adalah dengan menyusun kisi-kisi pengembangan instrumen.

Tabel 2. Kisi-kisi Pengembangan Skala Kemandirian Siswa dalam Belajar Item

Variabel Sub variabel Indikator

(+) (-) Jmlh untuk membantu teman dalam belajar.

(53)

d. Aspek Ekonomi

sarana dan prasarana belajar dengan benar.

Tabel 3. Kisi-kisi Pengembangan Skala Pola Asuh Orang Tua Item Variabel Sub variabel Indikator

(+) (-) Jmlh

2. Komunikasi dua arah. 3. Hukuman diberikan

sesuai dengan tingkat kesalahan anak.

(54)

c. Permisive 4. Disiplin terhadap anak

sangat longgar, orang tua bersifat bebas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998:160).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus product moment yaitu sebagai berikut :

(55)

Keterangan : reliabilitas. Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika alat tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menentukan reliabilitas adalah dengan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 1998:186)

(56)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal

Σσb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

Jika r11 > r tabel instrumen dikatakan reliable dan jika r11< r tabel instrumen

dikatakan tidak reliable.

F. Metode Analisis Data

Data dari penelitian tidak dapat dipergunakan begitu saja, agar data tersebut dapat memberi suatu keterangan yang dapat dipahami secara tepat dan teliti, maka dibutuhkan suatu penelolaan data lebih lanjut. Data yang telah dikumpulkan tersebut dianalisis secara statistik. Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan teknik analisis regresi dengan tiga prediktor.

Rumusnya :

Ry.123 = Subyek dalam variabel dependen (terikat) yang diprediksikan

Σx1y = Jumlah produk antara pola asuh demokratis dengan

kemandirian siswa dalam belajar.

Σx2y = Jumlah produk antara pola asuh otoriter dengan kemandirian

(57)

Σx3y = Jumlah produk antara pola asuh permisif dengan kemandirian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998:160).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus product moment yaitu sebagai berikut :

(58)

Y = skor total reliabilitas. Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika alat tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menentukan reliabilitas adalah dengan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 1998:186)

Σ

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal

(59)

σt2 = varians total

Jika r11 > r tabel instrumen dikatakan reliable dan jika r11< r tabel instrumen

dikatakan tidak reliabel. H. Metode Analisis Data

Data dari penelitian tidak dapat dipergunakan begitu saja, agar data tersebut dapat memberi suatu keterangan yang dapat dipahamai secara tepat dan teliti, maka dibutuhkan suatu pengelolaan data lebih lanjut. Data yang telah dikumpulkan tersebut dianalis secara statistik. Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan teknik analisis regresi dengan 3 prediktor dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006.

1. Mencari Koefisien Korelasi Ganda

Untuk menguji keberartian persamaan regresi ganda digunakan rumus:

Ry(1,2,3) = 1 1 2 22 3 3

Ry(1,2,3) = subyek dalam variabel dependen (terikat) yang diprediksikan

x1y = jumlah produk antara pola asuh otoriter dengan kemandirian

siswa dalam belajar

x2y = jumlah produk antara pola asuh demokratis dengan

(60)

x3y = jumlah produk antara pola asuh permisive dengan kemandirian

siswa dalam belajar

a1 = koefisien prediktor pola asuh otoriter

a2 = koefisien prediktor pola asuh demokratis

a3 = koefisien prediktor pola asuh permisive

y = kriterium (Husaini Usman, 2000 : 242) 2. Mencari Persamaan Regresi

Untuk mencari persamaan regresi ganda digunakan rumus: Y = a1X1 + a2X2 + a3X3 + K

(Sutrisno Hadi, 2000 : 28) 3. Menentukan Freg

(Sutrisno Hadi, 2000 : 34)

Persamaan regresi tersebut apabila Fhitung > Ftabel dengan db pembilan =

m dan db penyebut = N – m – 1. Tabel 4. Rangkuman Analisis Regresi

Sumber variasi db JK RK

(61)

4. Mencari SumbanganRelatif (SR)

5. Mencari Sumbanagn Efektif (SE)

SE X1 = xEfektivitasgarisregresi

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan laporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 pada bulan Juli sampai September. Sebelum itu, disajikan terlebih dahulu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data dan pembahasan.

Persiapan Penelitian 1. Proses Perizinan

Sebelum melakukan penelitian di lapangan, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian. Berdasarkan surat izin dari Dekan FIP UNNES, kemudian penelitian menemui Kepala SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas untuk selanjutnya setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, kemudian peneliti berkonsultasi mengenai pelaksanaan penelitian dengan guru pembimbing di sekolah.

2. Penentuan Populasi dan Sampel

(63)

Arikunto (1998) yaitu jika subjeknya lebih dari 100 lebih baik diambil antara 10% - 15% atau lebih. Karena jumlah anggota populasi sebanyak 199 siswa, maka banyaknya sampel adalah 25% dari populasi yaitu 50 siswa.

3. Rancangan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala psikologi. Skala psikologi dalam penelitian ini meliputi skala kemandirian siswa dalam belajar dan skala pola asuh orang tua. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini diberikan secara terstruktur. Kedua skala psikologi tersebut berjumlah 120 item.

4. Ujicoba (Try Out)

Uji coba alat ukur ini yaitu skala sikap yang digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas sebuah alat ukur. Uji coba instrumen diberikan pada individu yang segolongan dengan subyek penelitian. Uji coba dilaksanakan satu kali. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2005 di kelas XI II.A1 sejumlah 20 siswa.

a. Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui dan menguji valid tidaknya instrumen digunakan rumus product moment.

(64)

masih berurutan). Keenam item tersebut mempunyai koefisien korelasi dengan

skor totalnya yang lebih kecil dari rtabel = 0,444 untuk α = 5% dengan n = 20.

Untuk keperluan penelitian nomor item yang semula berurutan kemudian diacak terlebih dahulu, dan 6 item yang tidak valid dari skala pola asuh orang tua tersebut dibuang, karena masih ada butir lain yang mewakili aspek yang ingin diungkapkan. Skala kemandirian siswa dalam belajar yang semula sebanyak 60 item, ternyata diperoleh 4 item yang tidak valid yaitu nomor 3, 32, 51, dan 58. Karena mempunyai koefisien korelasi dengan skor totalnya dengan skala pola asuh nomor yang semula berurutan kemudian diacak terlebih dahulu ketika penelitian di lapangan dan 4 item skala kemandirian yang tidak valid tersebut dibuang karena masih ada butir lain yang mewakili aspek yang ingin diungkapkan.

b. Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, pada skala pola asuh diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,952 dan pada skala kemandirian siswa dalam belajar diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh nilai rtabel sebesar 0,444, karena

kedua koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil pengujian ini lebih besar dari nilai rtabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua instrumen tersebut reliabel.

(65)

5. Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan waktu penelitian yang telah disepakati bersama antara peneliti dan guru pembimbing, selanjutnya peneliti melaksanakan pengambilan data dengan memberikan skala pola asuh orang tua dan skala kemandirian siswa dalam belajar, yaitu pada tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2005.

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Ada pun tujuan analisis data ini agar data yang terkumpul dan dianalisis tersebut mudah dipahami dan diinterpretasikan.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik analisis regresi ganda dengan 3 prediktor. Dengan teknik tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, serta dapat dipercaya kebenarannya. Seperti telah disebutkan, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar.

(66)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus χ2 dengan kriteria

bahwa data berdistribusi normal apaila harga χ2hitung < χ2tabel pada taraf

signifikansi 5%. Hasil perhitungan uji normalitas data pola asuh orang tua dan kemandirian siswa dalam belajar diperoleh hasil seperti tabel berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data

Variabel dk χχχχhitung χχχχtabel Kriteria Sumber : Data Hasil Penelitian

Pada taraf kesalahan 5%, dengan derajat kebebasan = 6 – 3 = 3 diperoleh nilai kritik chi kuadrat sebesar 7,81. Pada tabel 2 terlihat bahwa nilai chi kuadrat hitung untuk semua variabel lebih kecil dari 7,81, sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari keempat variabel penelitian tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis ini, maka analisis data penelitian dapat digunakan analisis regresi ganda.

2. Uji Hipotesis

(67)

Analisis statistik yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis tersebut adalah analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh persamaan regresi Y = -5,098 + 0,933X1 + 1,739X2 + 1,040X3. Untuk

menguji signifikansi dari persamaan regresi tersebut digunakan analisis varians untuk regresi. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh Fhitung =

43,692 > Ftabel = 2,81 untuk α = 5% dengan dk pembilang = 3 dan dk penyebut =

50 – 3 – 1 = 46. Karena Fhitung > Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa persamaan

regresi tersebut signifikansi sehingga hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “Tidak ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006” ditolak dan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi “Ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006” diterima.

Dari analisis diperoleh pula koefisien sebesar 0,7995 dan indeks determinasi sebesar 0,6392. Oleh karena itu variabel kemandirian siswa dalam belajar dapat dijelaskan oleh variabel pola asuh orang tua sebesar 63,92% sedangkan 36,09% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

(68)

siswa dalam belajar sebesar 37,03% dan untuk pola asuh permisive berpengaruh terhadap kemandirian siswa dalam belajar sebesar 15,83%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang memberikan pengaruh paling besar terhadap kemandirian siswa dalam belajar adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti oleh pola asuh permisive dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.

7. Pembahasan

Di dalam keluarga, orang tua yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja. Masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian sangat besar.

Meski dunia pendidikan (sekolah) juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual serta ketrampilan diperoleh pertama kali dari orang tua. Pada siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis ini menunjukkan bahwa sikap siswa lebih dapat bertanggung jawab terhadap dirinya berkaitan tugas belajar yang dibebankan kepadanya.

(69)

kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri.

Pola asuh dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah, menyebabkan siswa lebih percaya dan lebih terbuka, mudah bekerjasama sehingga anak akan cenderung lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri. Dengan pola asuh demokratis tersebut, anak juga lebih mampu mengontrol dan mengarahkan emosinya. Mereka dapat lebih memahami kebiasaaan temannya dan bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tembong Prasetyo (2003:29). Sikap-sikap tersebut akan mampu mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajarnya secara bertanggung jawab dan mandiri dalam upaya mendapatkan hasil belajar yang terbaik.

Berbeda dengan gaya otoriter, anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu. Di dalam keluarga, orang tua lebih cenderung memaksakan kehendaknya, dengan menerapkan aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap tersebut dalam waktu lama akan menjadi sifat yang akan dibawanya, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua).

Gambar

Tabel 1. Jumlah Sampel Setiap Kelas
Tabel 2. Kisi-kisi Pengembangan Skala Kemandirian Siswa dalam Belajar
Tabel 3. Kisi-kisi Pengembangan Skala Pola Asuh Orang Tua
Tabel 4. Rangkuman Analisis Regresi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas dan stabilitas busa SDS ( Sodium Dodecyl Sulphate ) secara kontinu dan dinamik terhadap variabel perubahan

setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah penelitian. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Manfaat Hasil Belajar “Menyiapkan

[r]

adalah kemampuan surfaktan yang tetap dalam bentuk busa dan kemampuannya untuk. tidak

[r]

(a) kompensasi yang cukup dan memadai, gaji yang diterima individu dari kerjanya dapat memenuhi standar gaji yang diterima umum, cukup untuk membiayai suatu tingkat hidup yang

With considerable knowledge and ingenuity, Lukacher adapts Freud's notion of the primal scene to describe both &#34;the interpretive impasse that arises when a reader has good reason

Intensi Kewirausahaan merupakan hal mendasar bagi ma- hasiswa untuk menjadi wirausaha mandiri (Indarti 2004). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha