• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1479106222BAB VIII OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1479106222BAB VIII OK"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

122

BAB VIII

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

8.1

Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang

terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,

utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan

atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman

kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan

perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1.

Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Terkait dengan tugas dan wewenang Pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam

pengembangan permukiman sesuai UU No. 1 Tahun 2011. Tugas Pemerintah Kabupaten

Bulukumba, adalah :

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan stretegi di bidang perumahan dan kawasan

permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

2. Penyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan

permukiman.

3. Menyelenggarakan fungsi operasional dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan dalam

penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan

permukiman.

4. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaanperaturan perundang

undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan, permukiman,

lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

(2)

123 6. Melaksanakan peraturan perundang undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

7. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman

8. Melaksanakan jakstra provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

9. Meleksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan

permukiman.

10.Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan

dan kawasan permukiman.

11.Menetapkan Kasiba dan Lisiba.

Sedangkan kewenangan Pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam pengembangan

permukiman, adalah :

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten

Bulukumba

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang undanganbidang perumahan dan

kawasan permukima Kabupaten Bulukumba.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan

permukiman Kabupaten Bulukumba.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan

dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Bulukumba.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman

bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR di Kabupaten

Bulukumba.

g. Memfasilitasi kerjasama antara pemerintah dan badan hokum dalam penyelanggaraan

perumahan dan kawasan permukiman

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kabupaten Bulukumba.

i. Memfasiliasi peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kabupaten Bulukumba.

Kebijaksanaan dan program pembangunan infrastruktur PU Bidang Cipta Karya

Kabupaten Bulukumba tidak hanya menyangkut pembangunan dan penyediaan fasilitas umum

(3)

124 keciptakaryaan. Dengan demikian peranan infrastruktur PU Bidang Cipta Karya sangat penting

dalam kebebasan memilih pembangunan yang memungkinkan lingkungan hidup dapat

menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan, sebaliknya kebijaksanaan pembangunan

dan lingkungan hidup mempunyai pengaruh langsung pada perkembangan pembangunan.

Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan

karena akan menjadi dasar di masa yang akan datang, Jika ditinjau dari intensitas bangunan

yang ada saat ini, maka penataan bangunan dan lingkungan belum tertata baik. Rencana

penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus

memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka beberapa kawasan yang peruntukan

sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa

lingkungan yang asri.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Isu strategis kondisi permukiman di Kabupaten Bulukumba cenderung padat dan

tidak tertata dengan baik. Daya dukung dan daya tampung lahan untuk pengembangan

permukiman di masa yang akan datang sudah tidak memungkinkan. Sehingga upaya

pengembangan permukiman akan diprioritaskan pada program penataan lingkungan

dan perbaikan prasaranan dan sarana dasar permukiman.

Isu strategis lainnya terkait permukiman dan infrastrukturnya di Kabupaten Bulukumba

adalah:

- Kawasan permukiman rawan banjir (genangan),

- kondisi fisik kawasan merupakan lahan relative datar dan cekung dengan adanya rawa-rawa

- Merupakan kawasan daerah kumuh nelayan dan pinggiran kota - Daya dukung lingkungan rencah dan kepadatan bangunan tinggi - Infrastruktur kawasan masih memerlukan peningkatan

- Kawasan rawan konflik

- Sumber air terbatas dan penyediaan sanitasi lingkungan relative minim. - Penetapan Kasiba Lisiba

(4)

125 Kondisi sebagian dari permukiman di Kabupaten Bulukumba bisa dikatakan masih

jauh dari kata layak. Permukiman yang dibangun oleh masyarakat tidak sepenuhnya

dilengkapi denhan fasilitas penunjang layaknya permukiman lain. Selain karena masih

tingginya jumlah kawsan kumuh di wilayah perkotaan dan di wilayah Kecamatan di

Luar kota, pembangunan permukiman juga tidak terarah karena tidak adanya peraturan

daerah yang mengatur tentang pembangunan kawsan permukiman. Kawasan

permukiman cenderung tumbuh berkelompok-kelompok dan tidak dilengkapi dengan

prasaran dan sarana yang layak.

Permukiman kumuh yang tumbuh di Kabupaten Bulukumba memiliki luasan yang

cukup tinggi dan tersebar di seluruh Kecamatan, tidak hanya terpusat pada kawasan

perkotaan Bulukumba. Luasan dari permukiman Kumuh di Kab. Bulukumba tersaji

dalam tabulasi berikut:

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Sebagaimana dengan isu strategis maka Kab. Bulukumba juga mengalami

permasalahan dan tantangan dalam pengembangan permukiman. Tingginya jumlah

kawasan kumuh, masih terbatasnya Prasarana dasar di daerah terpencil,

belumberkembanganya kawasan tradisionil yang merupakan kawasan perdesaan

potensial secara optimal dan masih rendahnya pembiayaan yang ada untuk peningkatan

prasaran perdesaan dan kawasan kumuh. Berikut hasil identifikasi permasalahan dan

tantangan Pengembangan Permukiman di kabupaten Bbulukumba

8.1.3. Analisis Kebutuhan Permukiman

Pembangunan permukiman kumuh di Kabupaten Bulukumba dilakukan dan

dibangun oleh masyarakat secara swadaya yang tidak dilengkapi fasilitas penunjang

layaknya sebagai kawasan permukiman dan kategorikan sebagai permukiman kumuh

pinggiran kota dan permukiman kumuh nelayan. Jumlah kawasan kumuh yanga da di

Kabupaten Bulukumba tersaji dalam tabulasi berikut:

Layanan prasarana dan sarana perumahan dimaksudkan sebagai ketersediaan,

(5)

126 memenuhi kebutuhan penduduk perumahan. Ketersediaan dilihat dari jumlah yang ada

saat ini, jangkauan dilihat dari umlah penduduk yang terlayani, sedangkan tingkat

pelayanan merupakan ukuran seberapa banyak pendudukl yang telaayani oleh fasilitas

yang bersangkutan berdasarkan standar kebutuhan minimumnya.

Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan

sosial ekonomi masyarakat baik perkotaan maupun di pedesan seperti peningkatan

kualitas permukiman kumuh perkotaan/ nelayan, pembangunan infrastruktur pedesaan,

yang lebih baik diprioritaskan pada desa-desa tertinggal dan pengembangan wilayah

kecamatan terisolir.

Prosedur standar yang digunakan berdasarkan buku petunjuk oleh Departemen

Pekerjaan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri No. 13 dan No. 59

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).

Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan rencana pembangunan perumahan dan

permukiman sebagai bagian dari rencana pembangunan perkotaan adalah tersediaanya

dana yang cukup untuk membiayai setiap program pembangunan yang telah

dirumuskan. Secara yuridis, penyediaan dan pembiayaan fasilitas infratruktur tentang

pelayanan perkotaan merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah

kabupaten terutama pada instansi yang membawahinya secara langsung.

Ketersediaan pembiayaan pembangunan infrastruktur tergantung pada kondisi dari

sumber-sumber penerimaan, baik berupa pendapatan asli daerah (PAD), dana

perimbangan (bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum (DAU),

dana-dana lain yang sah (penerimaan dari provinsi).

Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan

volume/nilai bagi sumber penerimaan yang telah ada dan memungkinkan untuk itu

atau berusaha untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru sejauh masih

dimungkinkan oleh perundang-perundang yang berlaku. Dalam rangka meningkatkan

penerimaan daerah beberapa cara yang dapat ditempuh Pemerintah Kabupaten yaitu:

a. Mengumpulkan dana dari pajak-pajak dan retribusi daerah yang tidak bertentangan

atau diperbolehkan oleh peraturan atau perundang-undangan yang berlaku;

b. Pemerintah Kabupaten dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang

(6)

127 c. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral ( pusat) yang dipungut di daerah;

dan

d. Pemerintah Kabupaten dapat menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah

propinsi atau pemerintah pusat.

Upaya menjamin terlaksananya program pembangunan yang diperlukan pula

peningkatan partisipasi swasta dan masyarakat baik dalam pengadaan dan penyediaan

fasilitas pelayanan maupun dalam upaya pemeliharaannya. Untuk meningkatkan

partisipasi swasta dalam penyediaan fasilitas pelayanan dapat dilakukan dengan

memberikan kemudahan kepada swasta yang berminat melakukan investasi

pembangunan prasarana kota, misalnya dalam pembangunan sarana perbelanjaan,

kesehatan dan lainnya. Kemudahan dalam memperoleh ijin lokasi, pembebasan tanah

serta ijin mendirikan bangunan sejauh tidak menyimpang dari rencana kota yang telah

ditetapkan.

Penghematan yang telah diperoleh pihak swasta dalam menanamkan investasi ini

karena adanya kemudahan yang diberikan Pemerintah Kabupaten dapat

dikompensasikan dengan mewajibkan pihak swasta tersebut untuk membangun fasilitas

pelayanan yang dibutuhkan oleh warga kota. Kerja sama dengan pihak swasta dapat

diperluas pada hampir selurh sektor pembangunan. Singkatnya setiap kemudahan yang

diberikan Pemerintah Kabupaten kepada pihak swasta yang akan melakukan investasi

selayaknya pula pemerintah daerah memperoleh konpensasi yang seimbang.

Partipasi warga masyarakat terutama diharapkan dalam upaya memelihara fasilitas

pelayanan yang telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten. Langkah yang perlu

dilakukan adalah menanamkan kesadaran kepada warga bahwa sebagai penerima

manfaat dari prasarana pelayanan maka masyarakat sudah selayaknya pula memberikan

kontribusinya kepada Pemerintah Kabupaten.

Kerjasama ini secara kongrit dapat diwujudkan misalnya dengan melakukan

konsolidasi lahan perkotaan. Dengan dilaksanakannya program pada kawasan

perencanaan, maka Pemerintah Kabupaten dapat memperoleh lahan untuk

pembangunan prasarana melalui sumbangan dari masyarakat. Pada akhirnya tercipta

suatu kelembagan antara pemerintah, swasta maupun terhadap mayarakat dalam

penyelediaan dana untuk pengadaan infrastruktur.

(7)

128 a. Dinas Bina Marga Kabupaten Bulukumba;

b. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba;

c. Dinas Penyediaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Bulukumba

d. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bulukumba;

e. Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba;

f. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bulukumba;

g. Dinas Pertanian Kabupaten Bulukumba;

h. PDAM Kabupaten Bulukumba;

Perencanaan kota khususnya pada investasi infrastruktur permukiman akan sejalan

dengan program pembangunan lainnya, dimana setiap program tersebut pada akhirnya

akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena tingkat perputaran

perekonomian dapat tercipta dimana-mana.

Sebelum dilakukan analisis pengembangan permukiman, maka diperlukan telaahan

indikator permasalahan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bulukumba, antara lain:

a. Tumbuhnya permukiman liar yang terkesan kumuh di beberapa kawasan dengan

mengesampingkan arahan pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata

ruang; dan

b. Sistem kelembagaan yang bertugas, belum terorganisir dengan baik sehingga komunikasi

antara instansi terkait dalam hal pengembangan permukiman tidak berjalan sesuai dengan

yang diharapkan.

Implementasi Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bulukumba mengacu

pada aturan yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Direktur Jenderal

Cipta Karya maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan

penyelenggaraan tata bangunan gedung dan lingkungan serta peraturan daerah daerah yang

mengatur tentang penyelenggaran Bangunan Gedung, maka permasalahan secara fisik, sebagai

berikut:

a. Umumnya bangunan yang ada belum memenuhi syarat teknis maupun keserasian

bangunan dan lingkungannya;

b. Masih terdapat bangunan yang melanggar aturan tentang garis sempadan jalan, sungai,

(8)

129 c. Belum adanya aturan yang jelas, antara lain; peraturan bangunan setempat (PBS) dan

peraturan bangunan lainnya; dan

d. Prilaku masyarakat yang tidak menghiraukan aturan dalam membangun

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di

Kabupaten Bulukumba, yaitu dari aspek kelembagaan , aspek pendanaan dan aspek peran serta

masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah

yang direkomendasikan sebagai berikut:

a. Kelembagaan yang menangani Bidang Keciptakaryaan khususnya pengembangan

permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas, serta

penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman

kerja yang dimiliki;

b. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD

Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh satker berada dalam SKPD; dan

c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/kegiatan pengembangan

permukiman baik individu maupun Organisasi Masyarakat.

Sistem Infrastruktur permukiman yang diusulkan adalah adanya keserasian dan

keseimbangan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan diharapkan

mengacu kepada konsep pembangunan prasarana kota terpadu antar sektor sesuai dengan

rencana induk sistem prasarana dan sarana yang ada seperti peningkatan kualitas permukiman

kumuh dan pengembangan pemukiman baru, yang ditunjang dengan pembangunan sektor

lainnya seperti pembangunan drainase, persampahan, pengelolaan air limbah dan pembangunan

jalan kota.

Sedangkan sistem infrastruktur perdesaan dan perkotaan mengacu pada konsep

pemberdayaan melalui program pemberdayaan masyarakat antara lain : Program Pembangunan

Infrastruktur Permukiman (PPIP) oleh Organisasi Masyarakat Setempat (OMS), Bantuan

Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) oleh Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), PNPM

Mandiri Perkotaan, Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat (PLPBK),

Replikasi Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Replikasi PAKET), PAMSIMAS, Sanitasi Berbasis

Masyarakat (SANIMAS) dan DAK-Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (DAK_SLBM),dengan

tujuan meningkatkan aksesibilitas kehidupan dan penghidupan masyarakat menuju terwujudnya

(9)

130 8.1.4. Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

Usulan dari prioritas program pembangunan prasarana dan sarana permukiman

meliputi: pembangunan jalan lingkungan, jalan setapak, drainase, sanitasi, penyediaan air

bersih/minum dan fasilitas umum lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kegiatan

usaha masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan melalui program penigkatan kualitas

permukiman kumuh, program pembangunan infrastruktur perdesaan, program pengembangan

infrastruktur perkotaan dan program penanganan kawasan mendesak.

Kerangka pengembangan dan strategi pengembangan perumahan permukiman di

Kabupaten Bulukumba pada dasarnya dilaksanakan dengan memperhatikan konsep

pengembangan tata ruang wilayah yang terdiri dari 3 (tiga) kawasan utama:

a. Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

keserasian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan;

b. Kawasan penyangga, merupakan kawasan yang dikembangkan secara terbatas dengan

tujuan untuk melindungi kerusakan kawasan lindung dengan tepat; dan

c. Kawasan urban/perkotaan, merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan non pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pertokoan, pemusatan dan

distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan ekonomi.

Usulan dan prioritas kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman meliputi:

a. Program Prioritas Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

1. Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan Kegiatan:

a) Peningkatan Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman;

b) Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah;

c) Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) Kabupaten Bulukumba;

dan;

d) Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Minum berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)

Kabupaten Bulukumba;

e) Pembangunan prasarana dan sarana air bersih bagi masyarakat berpenghasilan rendah

Kabupaten Bulukumba;

f) Pembangunan prasarana dan sarana air limbah/sanitasi melalui DAK-SLBM dan

(10)

131 2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan

Program pemberdayaan yang terdiri atas 3 pilar pembangunan yang dikenal dengan

TRIDAYA PEMBANGUNAN yaitu Lingkungan, Ekonomi dan Sosial.

8.1.5. Usulan Dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program

kegiatan pembangunan permukiman di Kabupaten Bulukumba yang disusun berdasarkan

prioritas, seperti terlihat pada tabel berikut.

Sedangkan usulan pembiayaan baik dari APBD Kabupaten Bulukumba, APBD Provinsi

Sulsel, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta sesuai dengan kemampuan pembiayaan dapat

(11)

132

Tabel 8.1 :Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota

NO OUTPUT / SUB OUTPUT

KAB/KOTA DETAIL LOKASI

APBN

1 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

0 LAPOR AN

1.a. STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)

1.b. RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RPKPP) - LAPORAN

2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN

PERKOTAAN 2 KAWASAN

2.a. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN

KUMUH 2 KAWASAN

(12)

133

Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh

Kab. Bulukumba Kel. Caile Kec.

Ujungbulu 1 Kws

Kab. Bulukumba Kel. Ela-ela Kec.

Ujungbulu 1 Kws

Kab. Bulukumba Kel. Kasimpureng

Kec. Ujungbulu 1 Kws

Kab. Bulukumba Kel. Kasimpureng

Kec. Ujungbulu 1 Kws

Kab. Bulukumba Kel. Kasimpureng

Kec. Ujungbulu 1 Kws

2.b. INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG

MENINGKAT KUALITASNYA 0 KAWASAN

(13)

134 3 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR

PENDUKUNGNYA 0 TWIN

BLOCK

4 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN

PERDESAAN 4 KAWASAN

4.a. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA

4.b. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN

RAWAN BENCANA 4 KAWASAN

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kab. Bulukumba Kel. Kasimpureng Kec. Ujungbulu 1

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kab. Bulukumba Kel. Bintarore Kec. Ujungbulu 1

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kab. Bulukumba Kindang-Kahayya Kec. Kindang 1

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kab. Bulukumba Erelebu Kec. Bontotiro 1 KAWASAN

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kab. Bulukumba Kec. Gantarang 1 KAWAS AN

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Longsor

(14)

135 Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kab. Bulukumba Kec. Kindang 1 KAWAS AN

Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kab. Bulukumba Kec. Kindang 1 KAWAS AN

(15)

136 8.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL)

8.3.6. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk

mewujudkan lingkungan binaan di Kabupaten Bulukumba, khususnya wujud fisik bangunan

gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bulukumba mengacu pada

undang-undang dan peraturan, antara lain:

1) UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

2) UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

3) PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Ruang Bangunan

dan Lingkungan.

5) Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang

6) Permen PU No. 8 Tahun 2010 tentang Lingkup Tugas dan Fungsi Direktoral PBL

8.3.7. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Isu-isu strategis yang berkembang terkait bidang PBL di Kabupaten Bulukumba

dikelompokkan dalam tiga cakupan kegiatan, yaitu penataan lingkungan permukiman,

penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara, pemberdayaan komunitas dalam

penanggulangan kemiskinan. Identifikasi isu strategis ini berdasarkan kondisi nyata yang

termuat dalam berbagai agenda yang sifatnya internasional, nasional dan daerah yang kemudian

diturunkan dalam berbagai program kegiatan berdasarkan skala prioritas dan manfaat dari

rencana tindak, yang meliputi : a) Revitalisasi, b) RTH, c) bangunan tradisional/bersejarah dan

d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan

permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

Secara umum isu strategis dan kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten

Bulukumba, antara lain :

1.

Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan. Secara umum

(16)

137

standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan

maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan

Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan

bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya

kebakaran, banjir, gelombang pasang, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut

harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana

tersebut.

2.

Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran Hidran adalah cadangan air pada media

tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini

biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap

bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik,

gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan

dan lain-lain. Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas

memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan

standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan

hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana

kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan

kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan

sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang

sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3.

Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan. Beberapa kawasan di

(17)

138

sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan

lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.

4.

Permasalahan utama dalam penataan bangunan bersejarah di

Kabupaten Bulukumba

adalah belum adanya aturan yang mengatur perlindungan bangunan-bangunan

tersebut, sehingga sangat mungkin terjadi pembongkaran atau pemugaran yang

tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi/preservasi bangunan bersejarah.

Kawasan peruntukan ruang yang sudah direvitalisasi untuk kegiatan-kegiatan

sektor informal direncanakan untuk memberikan ruang yang khusus guna menampung

para pedagang kaki lima yang selama ini tersebar secara tidak teratur dan terkesan

kurang bersih dari segi lingkungan sekitarnya, apalagi yang memakai trotoar sebagai

ruang untuk berdagang atau melaksanakan kegiatan lainnya. Kawasan peruntukan

ruang khusus untuk pedagang kaki lima diupayakan diatur dan ditempatkan sesuai

dengan karakteristik pedagang kaki lima itu sendiri. Kawasan peruntukan ruang bagi

sektor informal, meliputi: kawasan Pasar Senggol di Kelurahan Ujung Sabbang; kawasan

Mattirotasi Baru di Kelurahan Sumpang Minangae; kawasan Cempae di Kelurahan

Watang Soreang; dan kawasan reklamasi Labukkang bagian selatan di Kelurahan

Labukkang.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan penataan ruang yang baru UU Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mengisyaratkan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) pada sebuah kawasan perkotaan adalah seluas 30% dari total luas lahan kawasan

perkotaan. RTH tersebut harus dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang, konservasi

ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan umum

(ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis).

Pemanfaatan lahan ruang terbuka non hijau lebih diarahkan pada kawasan ruang

terbuka non hijau yang meliputi: ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer dan

kolektor primer; trotoar atau pedestrian yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi

masyarakat umum maupun penyandang cacat; ruang terbuka yang berada di depan, samping

atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan dan jasa dan fungsi

lainnya; dan ruang terbuka peruntukan area parkir, anjungan seperti: hall dan tempat bermain.

Kabupaten Bulukumba memiliki beberapa Kawasan Wisata Alam yaitu :

(18)

139

-

Pantai Pasir Putih Lemo-Lemo, Terdapat Di Kecamatan Bontobahari;

-

Pantai Mandala Ria, Terdapat Di Ara Kecamatan Bontobahari;

-

Pantai Samboang, Terdapat Di Samboang Kecamatan Bontotiro;

-

Pulau Liukang Loe, Terdapat Di Kecamatan Bontobahari;

-

Pulau Kambing, Terdapat Di Kecamatan Bontobahari;

-

Permandian Alam Limbua, Terdapat Di Kecamatan Bontotiro;

-

Permandian Sumur Panjang Hila-Hila, Terdapat Di Kecamatan Bontotiro;

-

Permandian Alam Bravo Terdapat Di Kelurahan Borong Rappoa Di Kecamatan

Kindang;

-

Danau Buhung Tujuh Kahayya Terdapat Di Desa Kindang Kecamatan Kindang;

-

Pantai Panrang Luhu Terdapat Di Desa Bira Kecamatan Bontobahari;

-

Pantai Marummasa Terdapat Di Desa Darubia Kecamatan Bontobahari;

-

Pantai Kasuso Terdapat Di Kecamatan Bontobahari;

-

Permandian Alam Seppenge’ Desa Bontomate’ne Kecamatan Rilau Ale;

-

Permandian Alam Bombang Tellue Kecamatan Rilau Ale;

-

Permandian Alam Kantang Jodoh Desa Bontoharu Kecamatan Rilau Ale.

Untuk Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan di kabupaten Bulukumba yaitu :

-

Kawasan Adat Amma Toa Kajang, terdapat di Kecamatan kajang;

-

Gua Passohara, terdapat di Desa Ara Kecamatan Bontobahari;

-

Gua Malukua, terdapat di Desa Bira Kecamatan Bontobahari;

-

Gua Liukang Panikia, terdapat di Desa Bira Kecamatan Bontobahari;

-

Makam Samparaja Karaeng Sapo Batu, terdapat di Desa Tri Tiro Kecamatan

Bontotiro

-

Situs Pua Janggo, terdapat di Desa Bira Kecamatan Bontobahari;

-

Situs Karangpuang, terdapat di Desa Karampuang Kecamatan Bulukumpa. Makam

Al Maulana Khatib Bungsu (Dato Tiro), terdapat di Hila-hila Kecamatan Bontotiro;

-

Makam Launru Daeng Biasa (Karaeng Ambibia). terdapat di Kelurahan Ekatiro

Kecamatan Bontotiro.

(19)

140

-

Perkebunan Karet terdapat di Kecamatan Ujung Loe, Kajang dan Bulukumpa

-

Agrowisata Tambak di Kecamatan Ujung Loe

-

Pasar Cekkeng di Kecamatan Ujung Bulu

-

Dermaga Leppe’e di Kelurahan Kalumeme Kecamatan Ujung Bulu

- Agro Wisata Parukku Desa Bululohe dan Bontomanai Kecamatan Rilau Ale

Penataan dan perlindungan permukiman tradisional dan bangunan/situs cagar budaya

tersebut perlu diintegrasikan dengan pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan

daerah. Usaha Pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam mengembangkan kawasan/ Bangunan

tradisional dan sejarah diharapkan tetap memperhatikan pengembangan kawasan pariwisata

secara terpadu dengan tetap mempertahankan kelestarian daya dukung lingkungan;

mengembangkan pariwisata yang komersial dan mandiri; melengkapi objek wisata dan rekreasi

dengan fasilitas penunjang; dan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengembangan dan

pengelolaan wisata dan rekreasi.

8.3.8.

Analisis Kebutuhan Pengembangan PBL

Analisis kebutuhan pengembangan PBL didasarkan pada Isu Strategis, Kondisi Eksisting,

Permasalahan dan Tantangan yang disebutkan sebelumnya sebagai upaya pengendalian

pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan sebagai wujud fisik

bangunan gedung dan lingkungannya. Kebutuhan pengembangan PBL berdasarkan kebijakan

penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Bulukumba, meliputi:

1.

Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk bangunan

gedung dan rumah negara.

2.

Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk

memenuhi persyaratan bangunan gedung dan penataan lingkungan.

3.

Meningkatkan

kapasitas

penyelenggaraan

dalam

penataan

lingkungan

permukiman.

4.

Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pewngembangan jatidiri dan

produktifitas masyarakat.

5.

Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis dari

(20)

141

6.

Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat di bidang

bangunan gedung dan penataan lingkungan.

7.

Mewuudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan khasanah arsitektur lokal

dan nilai tradisional.

8.

Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur bangunan gedung.

8.3.9.

Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

Berdasarkan kebijakan di atas, mengarahkan rencana kebutuhan kegiatan sektor

penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bulukumba, antara lain :

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman, meliputi :

- Ruang Terbuka Hijau

- Ruang Terbuka Non Hijau

- PSD

- PS Lingkungan

- HSBGN dan Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN

2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara, meliputi :

- Bangunan fungsi hunian, Bangunan fungsi bangunan Bangunan fungsi usaha

- Bangunan fungsi sosial budaya, bangunan fungsi khusus

- Bintek pembangunan gedung negara

3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penaggulangan Kemiskinan, meliputi :

- PNPM Mandiri Perkotaan;

- Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat (PLPBK);

- Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL).

8.3.10.

Usulan dan Prioritas Program

Dalam rangka meningkatkan dan menyelenggarakan penataan bangunan dan

lingkungan yang baik sehingga menghasilkan suatu lingkungan yang layak huni, maka perlu

(21)

142  penyelenggaraan desiminasi/sosialisasi peraturan perundang - undangan penataan

bangunan dan lingkungan.

 pengembangan sistem informasi bangunan, gedung dan arsitektur  penyelenggaraan pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung  penyusunan rencana teknis pengelolaan ruang terbuka hijau.

Program yang disusulkan meliputi bangunan gedung dan lingkungan permukiman dan

harus dilaksanakan dalam lima tahun kedepan, antara lain:

A.

Bangunan Gedung

-

Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran

-

Penyusunan NSPK Penataan Bangunan dan Lingkungan

-

Sosialisai pentingnya IMB

-

Pengembangan Sistem Informasi bangunan Gedung dan Arsitektur

-

Peningkatan/Pemantapan kelembagaan bangunan Gedung

-

Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

-

Pembinaan Teknis Pembangunan Bangunan gedung Negara

-

Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi kebakaran

-

Penyusunan Ranperda Bangunan gedung

B.

Lingkungan permukiman

-

Bantek RTBL

-

Bantek Penataan RTH

-

Dukungan Sarana dan prasraana Lingkungan Permukiman Kumuh

-

Dukungan sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional

Bersejarah

C.

Pembinaan PBL

-

Bantek dan Pendampingan Penyusunan Ranperda BG

-

Fasilitasi Penyusunan RTBL

-

Fasilitasi RISPK

-

Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

-

Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau

-

Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman

(22)

143

-

Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Bangunan dan Lingkungan

D.

Pengawasan PBL

-

Pemeriksaan Keadaan Bangunan Gedung

-

Perbaikan kondisi bangunan gedung yang rusak

E.

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman

-

Pengembangan sarana dan prasarana proteksi bangunan

-

Pengembangan sarana dan prasarana untuk aksesibilitas bangunan gedung

-

Sarana dan prasarana revitalisasi kawasan

-

Sarana dan prasarana ruang terbuka hijau

-

Sarana dan prasarana permukiman tradisonal dan bersejarah

-

Pengembangan sarana dan prasarana untuk proteksi kebakaran

F.

Keswadayaan/Pemberdayaan Msyarakat (P2KP)

-

Pendampingan pemberdayaan sosial masyarakat (P2KP)

(23)

144

Tabel 8.2 Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bulukumba

NO OUTPUT / SUB OUTPUT

LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PBL , PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

1a Draft NSPK daerah Bidang Penataan

Bangunan dan Lingkungan

1b Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(24)

145 1c

LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PBL, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara (RTBL)

Kab.

PELAKSANAAN PBL , PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

3 BANGUNAN GEDUNG DAN

FASILITASNYA

3a Aksesibilitas Bangunan Gedung dan

Lingkungan

Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan Lingkungan "Bulukumba Tower"

Kab.

Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan "Islamic Centre"

Kab.

Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan "Bulukumba Tower"

Kab.

4a Sarana dan Prasarana Revitalisasi

Kawasan

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

(25)

146

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

4b Sarana dan Prasarana Penanggulangan

Bahaya Kebakaran

Dukungan Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kab.

Dukungan Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kab.

Dukungan Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kab.

4c Sarana dan Prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau ( RTH )

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang

Terbuka Hijau Kab.

Bulukumba

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang

Terbuka Hijau Kab.

Bulukumba

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang

Terbuka Hijau Kab.

Bulukumba

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang

Terbuka Hijau Kab.

(26)

147 4d

Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/ Bersejarah

Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya

Kab.

Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya

Kab.

Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya

Kab.

Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya

Kab.

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Pemukiman Tradisional & bersejarah)

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Pemukiman Tradisional & bersejarah)

Keswadayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan

Keswadayaan Masyarakat PBL/PLPBK /P4IP

Kab.

Keswadayaan Masyarakat PBL/PLPBK /P4IP

Kab.

Keswadayaan Masyarakat PBL/PLPBK /P4IP

Kab.

Keswadayaan Masyarakat PBL/PLPBK /P4IP

Kab.

Keswadayaan Masyarakat PBL/PLPBK /P4IP

(27)
(28)

149 8.3SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

8.4.6. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Sektor air minum, merupakan kebutuhan pokok penduduk dari beberapa kebutuhan

pokok lainnya. Sasaran estimasi kebutuhan air minum dikategorikan berdasarkan jumlah

penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas perkotaan (fasilitas umum dan sosial). Pelayanan

air bersih di Kabupaten Bulukumba dapat dilakukan dengan pengadaan air bersih sendiri di

dalam wilayah Kabupaten Bulukumba, disamping itu juga memungkinkan untuk melakukan

kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan Air Bersih,misalnya kerja sama pengelolaan Air

Bersih.

8.4.7. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Sumber Air Bersih yang paling utama adalah dari sungai karaje. Oleh karena itu

pelestarian derah tangkapan air pada hulu sungai tersebut perlu perhatian yang serius.

Disamping dari sungai karaje juga diharapkan dari sumur-sumur bor/terbuka terutama

penduduk yang jauh dari pesisir pantai.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 47 Tahun 1999 Tentang Kinerja

PDAM, salah satu penilaiannya adalah cakupan pelayanan. Pelayanan Air Bersih suatu daerah

masyarakat dianggap ideal jika sudah dapat melayani sebanyak 80% dari jumlah penduduk. Dari

dasar itu, dapat dikatakan bahwa cakupan pelayanan di Kabupaten Bulukumba masih dibawah

standar.

Permasalahan pokok yang dihadapi dalam hal pemenuhan kebutuhan akan air minum,

sebagai berikut:

a. Kemampuan dana yang disediakan pemda dalam pengalokasian dan distribusi air minum

terbatas; dan

b. Kurangnya sumber-sumber air baku yang dapat dijadikan sebagai sumber air minum dalam

suatu wilayah/kawasan.

Perhatian terhadap kebutuhan air minum dinilai masih kurang khususnya bagi

masyarakat yang bermukim di perdesaan.

Tersedianya air bersih yang layak untuk dikomsumsi bagi masyarakat baik melalui

layanan PDAM maupun sumber air lainnya. Dimana kewajiban pemerintah dalam menyediakan

(29)

150 Permasalahan yang utama dalam melakukan kegiatan adalah terdiri dari perencanaan

yang kurang baik, sdm, kelembagaan hingga dana. Oleh karena itu pentingnya nilai-nilai

kebersamaan dalam melakukan kegiatan yang tujuannya kepada kesejahteraan masyarakan

mulai dari tingkat pimpinan.kebijakan hingga masyarakat itu sendiri.

8.4.8. Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum

Melihat kondisi ketersediaan air minum dii Kabupaten Bulukumba masih belum mampu

melayani kebutuhan masyarakat secara optimal, hal ini disebabkan kapasitas produksi yang

memang tidak cukup untuk memenuhi masyarakat kota disamping kualitas produksi air yang

masih perlu ditingkatkan

Untuk memenuhi kebutuhan warga kota mengenai air bersih, seiring dengan semakin

meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat, seperti semakin tumbuhnya perhotelan dan

perumahan dan lain-lain maka tentu akan diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat

kebutuhan air bersih. Oleh karena itu dengan kondisi sekarang ini saja sudah menunjukkan

kekurang mampuan pihak PDAM dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga

pencarian sumber air baku yang baru dan memenuhi kualitas menjadi suatu kebutuhan.

Berdasarkan data yang ditemukan, bahwa tingkat pelayanan PDAM sudah menghampiri

standar yang ditentukan ideal berdasarkan keputusan Mentri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999

yakni 80% penduduk terlayani. Sementara PDAM Kabupaten Bulukumba telah melayani 76.59%

dari total penduduk Kabupaten Bulukumba .

8.4.9. Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

Alternatif program yang bisa dilakukan dan efisien dari segi operasional adalah dengan

meanambah jaringan perpipaan dengan mencari sumber air baku yang baru yang

memungkinkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan.

Hal yang paling memungkinkan adalah pengaliran melalui sistem gravitasi karena daerah

pelayanan pada umunya letaknya lebih rendah dari sumber air. Rekomendasi yang diusulkan

dalam pengelolaan sistem air minum adalah pemenuhan kebutuhan penduduk akan air minum

melalui peningkatan kapasitas sistem distribusi air minum.

Berdasarkan hal diatas, maka pengembangan sistem penyediaan air bersih/minum di

(30)

151

a.

Pelayanan sarana dan prasarana air bersih dilakukan melalui pengembangan

rencana induk dan peta jaringan air bersih, dengan mengutamakan pemenuhan

kebutuhan untuk rumah tangga, jasa dan industri, kesehatan dan lainnya;

b.

Membangun sumur-sumur dalam pada wilayah rawan air bersih yang tidak

terjangkau jaringan perpipaan;

c.

Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air bersih untuk seluruh

wilayah

Kabupaten Bulukumba

; dan

d.

Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap dan meningkatkan

manajemen opersional pelayanan

e.

Jaringan perpipaan, baik di kota maupun perdesaan yang memiliki sumber mata

air/sumber air baku yang memungkinkan untuk menjangkau kebutuhan

masyarakat setempat;

f.

Sumur bor pada daerah perdesaan yang berada pada daerah yang memiliki muka air

tanah yang cukup dalam; dan

g.

Sumur gali di daerah perdesaan yang permukaan air tanahnya cukuk rendah dan

kwalitas airnya tidak asin.

Adapun pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan air bersih/minum diharapkan

melalui sumber APBN mengingat kebutuhan dana yang diperlukan cukup besar, sehingga

diharapkan dari pemerintah daerah melalui dana APBN, maupun dari dana APBD propinsi dan

juga partisipasi masyarakat.

8.4.10.Usulan dan Prioritas Program

Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan Air Minum adalah:

a. Kegiatan Penyedian Prasarana dan Sarana Air Minum, yang terdiri dari pengadaan perpipan

untuk daerah pesisir, pengadaan hydrant Umum, sumur bor, pengadaan mesin pompa dan

Pembuatan bak penampungan air yang lokasinya tersebar di beberapa kecamatan di

Kabupaten Bulukumba;

b. Kegiatan penyediaan Prasarana dan Sarana Air Minum bagi kawasan RHS yang terdiri dari

Penyusunan Master Plan Air Minum Kabupaten Bulukumba;

c. Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Air minum di desa rawan air, Pesisir dan desa

(31)

152 d. Kegiatan bantuan teknis/bantuan program penyehatan PDAM diantaranya Pembenahan

jaringan PDAM, Perencanaan dan pembangunan jaringan air sistem gravitasi kapasitas 0,5

liter/detik dan instalasi penjernihan air bersih/minum;

e. Kegiatan pembangunan SPAM IKK/Kawasan yang belum memiliki SPAM;

(32)

153

Tabel 8.3 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

NO OUTPUT / SUB OUTPUT

KAB/KOTA DETAIL LOKASI

(33)

154

Jumlah NSPK Bid. SPAM Kab. Bulukumba Kec. Gantarang, Kec. Kondang 2 Laporan 100,000 2020 ya

3 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM

Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM Kab. Bulukumba Kec. Ujungbulu, Kec. Ujungloe 2 Laporan 100,000 2016 ya

Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM Kab. Bulukumba Kec. Bontobahari, Kec Bontotiro 2 Laporan 100,000 2017 ya

Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM Kab. Bulukumba Kec. Herlang, Kec. Kajang 2 Laporan 100,000 2018 ya

Jumlah Laporan Pembinaan

Penyelenggaraan SPAM

Kab. Bulukumba

Kec. Bulukumpa,

Kec. Rilau Ale 2 Laporan

100,000 2019 ya

Jumlah Laporan Pembinaan

Penyelenggaraan SPAM

Kab. Bulukumba

Kec. Gantarang,

Kec. Kondang 2 Laporan

100,000 2020 ya

4 LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM

Jumlah Laporan Pengawasan Bidang SPAM Kab. Bulukumba Kec. Ujungbulu, Kec. Ujungloe 2 Laporan 100,000 2016 ya

Jumlah Laporan Pengawasan Bidang SPAM Kab. Bulukumba Kec. Bontobahari, Kec Bontotiro 2 Laporan 100,000 2017 ya

Jumlah Laporan Pengawasan Bidang SPAM Kab. Bulukumba Kec. Herlang, Kec. Kajang 2 Laporan 100,000 2018 ya

Jumlah Laporan Pengawasan Bidang SPAM Kab. Bulukumba Kec. Bulukumpa, Kec. Rilau Ale 2 Laporan 100,000 2019 ya

(34)

155

5 PERCONTOHAN RE-USE DAN DAUR ULANG AIR MINUM

5.a Jumlah Kawasan yang Ditangani

Kampanye hemat air Kab. Bulukumba Semua Kecamatan 2 Laporan 120,000 2016-2020 ya

Aktivitas Re-Use dan Daur Ulang Air Kab. Bulukumba Semua Kecamatan 2 Laporan 150,000 2016-2020 ya

6 PENYELENGGARA SPAM TERFASILITASI

6a PDAM yang Memperoleh Pembinaan

7 SPAM DI KAWASAN MBR

7a SPAM di Kawasan RSH/Rusunawa

Ada

7b SPAM di Kawasan Kumuh & Nelayan

SPAM di Kawasan Kumuh & Nelayan Kab. Bulukumba Kec. Ujungbulu Kel. Kalumeme 1 Kws 3,000,000

300,000 2016 ya Belum

bel u m

Ada

SPAM di Kawasan Kumuh & Nelayan Kab. Bulukumba Kel. Ela-ela Kec. Ujungbulu 1 Kws 3,000,000

300,000 2018 ya Belum

bel u m

Ada

7c SPAM di Kawasan MBR (optimalisasi IKK)

(35)

156

Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Kab.

Bulukumba Kassi Kec. Kajang 1 paket

Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Kab.

Bulukumba

Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK

Kab.

9a SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil

(36)

157 Bingkarongo Desa Bontomatene Kec. Rilau Ale

Pengeboran Air Tanah Borongmanempa

Desa Polewali Kec. Gantarang

Kab.

Pengeboran Air Tanah Paggantangan

Desa pataro Ke. Herlang

Kab.

Pengeboran Air Tanah Dusun Latamba

Desa Padangloang Kec. Ujungloe

(37)

158

Pengebora Air Tanah Kamangi Kel.

Mariorennu Kec. Gantarang

Pengebora Air Tanah BTN Cabalu Desa Paenrelmpoe Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Desa

Pengebora Air Tanah Dusun Kassi

(38)
(39)

160 8.4PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

8.4.1. AIR LIMBAH

8.4.1.1.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Sub bidang air limbah pada PU Bidang Cipta Karya memiliki program dan kegiatan yang

bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang

bebas dari pencemaran air. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah yang berasal dari

perumahan dan permukiman penduduk yang terdiri dari limbah domestik (rumah tangga) yang

bersumber dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan perumahan dan

permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun

dan berbahaya (B3).

Peningkatan kondisi dan tingkat pelayanan sektor air limbah manusia dari permukiman

perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih

membuang air limbah di tempat terbuka dan mengurangi penyebaran penyakit yang ditularkan

memlalui air. Untuk meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan air limbah maka diperlukan

pembangunan fasilitas sanitasi sistem setempat, seperti MCK, SPAL dan toilet umum.

Fasilitas tersebut merupakan stimulan yang beertujuan memberikan contoh mengenai

pengelolaan sanitasi yang benar dan diharapkan masyarakat selanjutnya dapat membangun dan

membiayai fasilitas sanitasinya. Untuk perlu adanya tindakan nyata berupa:

a. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab dalm

mewujudkan lingkungan yang sehat dan tidak terganggu oleh air limbah;

b. Remburg warga masyarakat pada lingkungan masing-masing untuk musyawarah tentang

pembagian tanggung jawab penanganan air limbah;

c. Pembangunan Septic Tank baik setiap rumah tangga atau per kelompok;

d. Peningkatan pelayanan pengurasan dan pembuangan lumpur septik, peningkatan

pelayanan sarana air limbah sistem penanganan kawasan pusat kota dalam permukiman

kepadatan tinggi dan terutama kelompok masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas;

e. Peningkatan penyediaan sarana air limbah untuk penduduk berpenghasilan rendah;

f. Peningkatan penyediaan sarana air limbah untuk tempa-tempat umum; dan

g. Peningkatan monitoring /pengawasan sarana air limbah maupun industri, serta kualitas

dan kuantitas badan-badan penerima air.

(40)

161 Air limbah di Kabupaten Bulukumba relatif tidak ada masaalah pencemaran, mengingat

jenis limbah yang dominan adalah limbah rumah tangga. Sehingga untuk saat ini belum

membutuhkan pengelolaan yang bersifat kimiawi dan dapat dialirkan langsung ke saluran

drainase kota. Namun, mengingat dinamika perkotaan yang cenderung bergerak cepat, perlu

dipikirkan pengelolaan air limbah dengan system off site atau on site.

Off site system adalah system penanganan air limbah domestic melalui jaringan

pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sementara On site

system adalah system penanganan air limbah domestic yang dilakukan secara indifidual dan atau

komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengolahannya

diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.

Untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat, paling tidak kita harus dapat

mengidentifkasi jumlah prasarana dan sarana kesehatan yang tersedia sebagai dasar untuk

menjustifikasi skala pelayanan dengan jumlah penduduk yang dilayani, untuk kemudian

dilakukan upaya penambahan dan penyempurnaan jika ternyata itu dibutuhkan agar seluruh

masyarakat dapat terjangkau pelayanan kesehatnnya secara cepat dan memadai.

Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah dilakukan pada jenis

limbah tertentu seperti untuk tinja namun untuk limbah lain perlu pula dilakukan penanganan

karena hal tersebut tidak kurang pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan yang pada

akhirnya bermuara pada kerugian manusia.

Kabupaten Bulukumba saat ini juga belum mempunyai sistem pembuangan air limbah

terpusat berupa bangunan intalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) penanganan pembuangan air

limbah sebagian besar dilakukan secara individual oleh masyarakat dengan membuat jamban

keluarga dan septictank.

Sistem pengolahan limbah hasil buangan masyarakat masih menggunakan sistem

setempat (onsite sanitation) yang berupa jamban keluarga (pribadi) dengan bak penampungan

(septic tank individu), sehinggan bila septick tank penuh masyarakat manggali dan membuat

septick tank baru, hal ini sangat berbahaya sebab dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi

dengan air tanah dan tercemarnya sumber air minum (sumur).

Persoalan limbah menjadi masalah di hampir semua tempat terutama pada daerah

perkotaan demikian pula di daerah yang mengalami perkembangan dengan beragam aktifitas

(41)

162 Disamping perlunya dibangun sarana dan prasarana pengolah air limbah, maka saluran

pembuang air hujan yang selama ini tergabung dengan air limbah buangan rumah tangga,

limbah perkotaan dan sebagainya, maka untuk mengefisienkan dana yang diperlukan sarana

pengolah air limbah yang diperlukan maka antara saluran air limbah dan saluran limpasan air

hujan harus dipisahkan.

Atas permasalahan yang dihadapi seperti yang disebutkan pada analisis permasalahan

diatas, maka direkomendasikan untuk membangun sarana dan prasarana pengolah air limbah

untuk menetralkan air limbah/buangan sebelum dilepas pada pembuangan akhir yaitu sungai

dan laut.

8.4.1.3.Analisis Kebutuhan Pengelolaan Limbah

Pengolahan air limbah dapat mencapai tujuan dan sasaran peruntukannya maka perlu

dilakukan secara terencana dan terarah dan dilakukan aturan hukum mengenai sanksi bagi yang

melanggar kesepakatan yang telah disepakati tentang keharusan setiap individu, lembaga dan

swasta yang menghasilkan limbah wajib melakukan pengolahan limbah secara terpadu sebelum

di buang ke tempat pembuangan akhir.

Baik pengelolaan pengolahan air limbah dari tinja maupun buangan rumah tangga dan

dari berbagai sumber lainnya perlu dilakukan pengembangan seiring dengan bertambahnya

jumlah penghasil air limbah, demikian pula tentang umur ekonomis dan cakupan pelayanannya,

hal ini perlu diproyeksikan perencanaan jangka menegah dan jangka panjang.

8.4.1.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah

Usulan dan prioritas program terutama ditujukan untuk air limbah industri yang

dianggap berbahaya bagi manusia dan lingkungan, juga buangan rumah tangga dan kegiatan

ekonomi produktif lainnya yang menghasilkan limbah. Penanganan air limbah merupakan

bagian program pemerintah dalam menjaga kesehatan lingkungan dan meningkatkan kualitas

lingkungan hidup. Untuk meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan air limbah di Kabupaten

Bulukumba, maka Pemerintah Kabupaten membangun dan memfasilitasi pembangunan fasilitas

sanitasi sistem setempat seperti Mandi Cuci Kakus (MCK), SPAL dan Toilet Umum, dengan

adanya fasilitas sanitasi tersebut dapat memberikan contoh bagi masyarakat mengenai

pengelolaan sanitasi yang benar dan diharapkan masyarakat selanjutnya dan membangun dan

(42)

163 Beberapa langkah-langkah yang telah dan selalu menjadi program penanganan dan

pembangunan sanitasi, yaitu penyuluhan terhadap masyarakat dalam meningkatkan kesadaran

dan tanggung jawab untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan tidak terganggu oleh air

limbah, penanganan air limbah secara terpadu, penyediaan septic tank di setiap rumah tangga

dan septic tank terpadu, peningkatan pelayanan sarana air limbah, sistem penanganan pada

kawasan perkotaan dengan kepadatan permukiman yang tinggi, terutama pada masayarakat

golongan ekonomi menengah ke atas, peningkatan sarana air limbah pada tempat-tempat umum

seperti kawasan perdagangan, pelabuhan, tempat rekreasi, rumah sakit dan perkantoran.

Secara umum fasilitas pembuangan air limbah, relatif tidak ada masalah pencemaran

serius, karena jenis air limbah yang dominan adalah limbah rumah tangga, sehingga tidak

membutuhkan pengelolaan yang bersifat kimiawi dan dapat dialirkan langsung ke saluran

drainase, selain itu mengingat investasi bangunan dan teknologi cukup tinggi, maka untuk

mengantisifasinya dibutuhkan pendekatan teknologi tepat guna, yaitu dengan teknologi

sederhana yang hasilnya tetap terjaga dan terkontrol, ramah lingkungan dan pengoperasiannya

mudah.

Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Bulukumba yang akan dikembangkan

meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terletak di Kelurahan Kalumeme,

Kelurahan Terang-Terang dan Kelurahan Bentenge di Kecamatan Ujung Bulu, dan Instalasi

Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) yang terletak di Desa Polewali Kecamatan Gantarang tapi belum

berfungsi secara sempurna.

Berdasarkan hal diatas, maka pengembangan sistem pengelolaan limbah di Kabupaten

Bulukumba meliputi:

a.

Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah domestik dan non domestik secara

terpisah;

b.

Meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan air limbah dengan pembangunan

fasilitas sanitasi terpadu; dan

c.

Membangun tempat pengelolaan limbah B3 dengan memperhatikan prinsip-prinsip

kelestarian lingkungan, keselamatan dan keberlanjutan di kawasan TPA Borong

Paoe.

d.

Pembangunan IPLT serta pengadaan sarana air bersih dan peralatannya (genset,

pompa dan instalasinya);

(43)

164

f.

Pengadaan armada tinja; dan

g.

Pengembangan sistem penanganan air limbah terpusat

(severage system) untuk

Kabupaten Bulukumba.

Penanganan air limbah ini dapat memenuhi tujuannya maka perlu sosialisasi dan

pemahaman diberikan kepada segenap lapisan masyarakat baik sebagai individu, lembaga

swasta, kelompok industri dan seluruh pihak terkait agar penanganan pengolahan air limbah ini

dilakukan secara partisipatif demi kebaikan bersama, sehingga beban pemerintah untuk investasi

pembangunan prasarana dan sarana air limbah yang diperlukan dapat diminimalkan.

Skenarionya perlu dilakukan secara profesional antara pemerintah, masyarakat dan swasta.

Mengingat dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan cukup signifikan maka

sumber pendanaan khususnya pihak pemerintah dapat bersumber dari pemerintah daerah

maupun APBN.

6.4.2 PERSAMPAHAN

6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Sub bidang persampahan, diperlukan pengelolaan lanjutan karena masih dapat

dimanfaatkan atau masih memiliki nilai produktif jika dikelola. Produksi sampah yang dihasilkan

akan tergantung dari jenis dan frekuensi aktivitas yang berlangsung pada suatu

wilayah/kawasan. Sedangkan jenis produksi sampah masih sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi

sosial budaya dan orientasi ekonomi.

Pengelolaan jenis sampah dan intensitas penanganannya antara kawasan dalam suatu

wilayah sangat berbeda termasuk jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk mengestimasi jumlah

sampah yang akan dihasilkan dimasa yang akan datang (waktu/tahapan perencanaan) dianggap

bahwa jumlah sampah yang dihasilkan tergantung dari besaran jumlah penduduk.

6.4.2.2Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan Sampah merupakan hal yang cukup mendesak untuk ditangani, seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan berbagai aktifitasnya. Di sisi lain, semakin

berkurangnya lahan untuk menampung produksi sampah yang dihasilkan. Adapun program

beserta target, pengelolaan persampahan adalah:

a. Program pembinaan sistem pengelolaan persampahan;

(44)

165

1. Peningkatan pengembangan perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan manual bidang pengelolaan persampahan; dan

2. Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan Sumberdaya Manusia serta adanya pemisahan peran Operator dan Regulator.

b. Program pengembangan perencanaan pengelolaan sampah;

Target: Tersusunnya PJM dan Masterplan/Outline Plan atau PTMP (Perencanaan Teknis dan

Manajemen Persampahan).

c. Program pengurangan timbulan sampah;

Target:

1. Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilihan,

pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala indifidu,

kawasan/lingkungan dan skala kota

2. Pengurangan volume sampah ditargetkan sesuai dengan target nasional yakni pada tahun

2010, pengurangan sebesar 20%

d. Program perluasan cakupan pelayanan persampahan;

Target:

1. Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah secara bertahap sesuai

dengan kriteria

2. Peningkatan sistem pelayanan dan pengelolaan secara terpadu melalui sistem pengelohan

antara

e. Program peningkatan kualitas sistem pengolahan akhir sampah.

Target:

1. Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi sumber daya lingkungan

minimal controlled landfill dan sanitary landfill;

2. Peningkatan Efisiensi pengelolaan persampahan melalui kerjasama antar kota/secara

regional.

Berdasarkan data terakhir, produksi sampah di Kabupaten Bulukumba berkisar 278,71

m3, dengan dominasi produksi sampah berasal dari permukiman, yang dikelola langsung oleh

Dinas Tata Ruang dan Cipta karya Kabupaten Bulukumba. Berikut ini disajikan tabel sumber dan

Gambar

Tabel 8.1 :Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota
Tabel 8.2  Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bulukumba
Tabel 8.3 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Tabel 8.4 Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kabupaten Bulukumba

Referensi

Dokumen terkait

Pola komunikasi dalam interaksi kyai dan santri penghafal Al-Qur’an dalam meningkatkan jumlah hafalan adalah pola komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi

Saat menemukan teman maupun kelompok yang nyaman bagi remaja tersebut, remaja akan sulit untuk melepaskan diri dari kelompok sebaliknya remaja akan mulai mengadopsi nilai-

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala penyertaan, pengalaman, kesempatan, serta pilihan yang diberikan sehingga penelitian yang berjudul “Dukungan

dari sisi keaktifan apabila semua siswa (100%) aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok,2).dari sisi kreatifitas apabila semua kelompok mampu menyelesaikan

yang bisa dilakukan adalah dengan membandingkan hasil data. wawancara dengan observasi, membandingkan apa

Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 4 Adapun variabel terikat yang akan digunakan dalam

Dalam penelitian ini, metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur.Metode wawancara ini digunakan untuk menggali data dari Kepala Sekolah, Guru Fiqih,

Djoko dan Sofyan (2014) juga telah melakukan penelitian mengenai kualitas briket dari cangkang kelapa sawit dengan perekat pati singkong... Faktor-faktor yang mempengaruhi