• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang - Test Repository"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM

PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang)

SKRIPSI

DITUJUKAN UNTUK MEMEPEROLEH GELAR

SARJANA HUKUM ISLAM

OLEH:

LUQMANUL HAKIM

21111026

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diteliti,maka skripsi saudara:

Nama : Luqmanul Hakim

NIM : 21111026

Jurusan : Syariah dan ekonomi islam Program Studi : Ahwal Al Syakhshiyyah

Judul :PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN

ANAK DALAM PERSPEKTIF KUKUM ISLAM DAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (Studi Kasus Di Desa Suruh Kab. Semarang).

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga,....November 2015 Pembimbing

Evi Ariayani, M.H.

(3)

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG

KETENAGAKERJAAN (Studi Kasus Di Desa Suruh Kab. Semarang)

Oleh: Luqmanul hakim

Nim:21111026

Telah dipertahankan didepan siding munaqasyah skripsi fakultas syari‟ah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari selasa, tanggal 12 januari 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum Islam.

Dewan sidang munaqasyah

Ketua sidang : H. Muh. Irfan Helmy, Lc. MA ………... Sekretaris sidang : Evi Ariyani, SH., MH ……… Penguji I : Sukron ma‟mun, S.HI., M.Si ……… Penguji II : Nafis Irkhami, M.Ag. ………

Salatiga, 15 januari 2016

Dekan fakultas syari‟ah

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Luqmanul Hakim

NIM : 21111026

Jurusan : Syariah dan ekonomi islam

Program Studi : Ahwal Al Syakhshiyyah

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasar kode etik ilmiah

Salatiga , 16 November 2015 Yang menyatakan,

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Learn from the past, live for today and plan for tomorrow.

(Belajar dari masa lalu, hidup untuk sekarang, dan berencana untuk hari esok.)

PERSEMBAHAN

1. Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang begitu berjasa dalam hidupku

2. Sir Makarimal Akhlaq dan Ny. Urip Asmah yang tercinta

3. Untuk adik-adik saya den bagus Fahim Nur Itsna, Salis Alfan Niam dan den ayu Khalila Yumna Farikha

4. Untuk para dosen yang telah memberikan ilmunya, utamanya ibu Evi Ariayani, M.H. sebagai dosen pembimbing

5. Sahabat-sahabatku : Dwy Styawan As, Farid Ma‟ruf, Angin, Chino, Arini Husnia, Istiqomah Aqila. Kalian luar biasa..

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuhu..

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta nikmat bagi hambanya ini dan bagi umat di dunia ini sehingga kita bisa menjalankan kehidupan dengan tenang dan damai. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa‟at serta hidayah-Nya di hari akhir nanti.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana berupa skripsi dengan judul “PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF KUKUM ISLAM

DAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGA KERJAAN (Studi

Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang). Penulis menyadari bahwa

terselesaikanya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi, tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta

do‟a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN

(7)

3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ahwal Al Syahsiyah. 4. Ibu Evi Ariyani M.H yang telah membimbing saya selama mengerjakan

skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen mata kuliah yang telah memberikan ilmunya kepada saya

6. Kepada orang tua saya serta keluarga besar, yang senantiasa memberikan support. Kalian yang selalu ada untuk saya, membimbimbing dan membesarkan saya.

7. Kepada teman-teman senansib seperjuangan, AS angkatan tahun 2011. 8. Sahabat-sahabat terbaikku: Gadis, Alifia, Dwi Rahayu, Dwy setyawan,

farid ma‟ruf, Yuliana indah, Nur Salim, Istiqomah Aqila, Arini Husnia, yang selalu membuat saya merasa berarti.

9. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis, terima kasih atas segala dukunganya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kalangan insan akademis. Amin

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu..

Salatiga, 16 November 2015 Penulis

(8)

ABSTRAK

Hakim, Luqmanul.2015. Pekerja Anak Dan Perlindungan Anak Dalam Perspektif Hujkum Islam Dan UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus Di Desa Suruh Kab. Semarang). Skripsi. Jurusan Syariah Dan Ekonomi Islam. Program Studi Ahwal Al Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri (Iain) .Salatiga. Pembimbing: Evi Ariayani, M.H. Kata kunci: Pekerja Anak Dan Perlindungan Anak

Fenomena pekerja anak bukanlah hal yang baru di tengah masyarakat. Fenomena ini merupakan isu global yang terjadi hampir di seluruh dunia, utamanya negara-negara berkembang seperti Indonesia. Keberadaannya telah banyak menjadi perhatian berbagai pihak.

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan fenomena pekerja anak dan penerapan perlindungan anak di Desa Suruh. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana fenomena pekerja anak dapat terjadi di Desa Suruh?, dan (2) Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja anak menurut hukum islam dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003? Untuk menjawab pertanyaan ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

Hasil penelitian yang telah dihimpun oleh peneliti menunjukkan bahwa fenomena pekerja anak di Desa Suruh bukanlah fenomena yang baru, melainkan sudah terjadi sejak sekian lama. Fenomena ini terjadi karena berbagai faktor yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Faktor tersebut dibagi menjadi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: pandangan hidup, gayahidup, pendidikan rendah. Sedangkan faktor eksternal antara lain: kemiskinan, nilai norma yang berlaku, sosialisasi dari keluarga, serta lingkungan dan pergaulan. Beberapa faktor inilah yang menjadikan upaya penghapusan pekerja anak menjadi sulit dilakukan.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO IAIN SALATIGA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PERNYATAAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEAASLIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Dan Kegunaan... 4

D. Penegasan Istilah ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Metode Penelitian... 9

(10)

BAB II PEKERJA ANAK

A. Tinjauan Umum Tentang Pekerja Anak Menurut Undang-Undang ... 15 B. Tinjauan Hukum Islam Mengenai Pekerja Anak ... 26 C. Tinjauan Sosiologi Mengenai Fenomena Pekerja Anak ... 34

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Suruh Kec. Suruh Kab Semarang ... 39 B. Fenomena Pekerja Anak Di Desa Suruh ... 46

BAB IV ANALISIS FENOMENA PEKERJA ANAK DI DESA SURUH

MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG

KETENAGA KERJAAN

A. Analisis Fenomena Pekerja Anak di Desa Suruh Kec Suruh Kab

Semarang. ... 53 B. Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Desa Suruh Kec

Suruh Kab. Semarang Menurut UU No.13 Tahun 2003 dan Hukum Islam 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran-Saran 73

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Baik kebutuhannya sendiri ataupun kehidupan keluarganya yang berupa kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut seseorang melakukan berbagai macam pekerjaan. Hal ini lazim disebut dengan mencari nafkah.

Seperti dalam firman Allah SWT :

sebagai lapangan mengusahakan kehidupan (bekerja) ; Tetapi sedikit sekali

diantaramu yang bersyukur.” (QS. A‟raf : 10)

Dalil tersebut telah diterangkan bahwa Allah telah memberikan wahana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Yang perlu dilakukan manusia adalah bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

(12)

patrilineal seorang laki-laki atau ayah memiliki kedudukan yang tinggi. (Goode, 1985: 114)

Profesi atau pekerjaan seseorang pun sangat bervariasi. Mulai dari pekerjaan ringan sampai dengan pekerjaan berat/kasar. Segalanya dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam kondisi tertentu apabila seoarang kepala keluarga tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, beberapa komponen keluarga yang lain bisa saja membantu atau menggantikan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan sebuah keluarga. Komponen keluarga ini bisa saja seorang istri atau pun seorang anak.

Seorang anak yang bekerja inilah yang disebut dengan pekerja anak yang apabila mereka belum masuk dalam usia produktif yakni 17 tahun sampai dengan 55 tahun. Ketentuan mengenai batas usia anak yang boleh bekerja juga telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Anak yang dimaksud adalah mereka yang belum genap berusia 18 tahun.

(13)

kompleks karena mereka yang bekerja diusia dini biasanya tidak memiliki bekal pendidikan yang cukup untuk memperoleh pekerjaan yang layak.

Akan sangat disayangkan apabila anak-anak sebagai penerus generasi bangsa terbelenggu dalam kemiskinan. Seharusnya mereka dapat memperoleh kemakmuran sehingga mendapat kelayakan dalam kehidupannya. Hal tersebut hanya dapat diperoleh ketika mereka memiliki bekal yang cukup untuk kemudian menjadi pribadi yang berkualitas secara ahlaq dan intelektualnya.

Namun memang kadang kala kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Disekitar kita masih ada beberapa orang anak yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Lengkap dengan berbagai alasan yang mereka lontarkan.

Tentu tidak ada satu pun orang yang ingin sengsara dalam kehidupannya. Bahkan jika kita ingat salah satu falsafah negara kita salah satunya adalah

“kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”. Cita-cita bangsa yang begitu mulia.

Bukan perkara mudah untuk mewujudkannya.

Jika semua pihak yang terkait sadar dan mempunyai keperdulian penuh mengenai fenomena pekerja anak. Maka saya berkeyakinan penuh bahwa fenomena ini bisa teratasi.

(14)

Mungkin memang dulunya fenomena ini bukanlah masalah yang besar karena mungkin dulu fenomena ini hal yang wajar di Desa Suruh. Karena pada masa itu pendidikan bukanlah standard untuk seseorang dalam memperoleh pekerjaan. Tetapi hari ini dimana pendidikan menjadi sebuah standard dalam memeperoleh pekerjaan maka tentu saja fenomena ini menjadi sebuah masalah serius.

Fenomena ini adalah kenyataan yang harus diterima. Karena memang fenomena ini benar-benar terjadi. Bahkan mungkin dekat sekali dengan kita. Walaupun tentu saja kita sepakat bahwa fenomena ini seharusnya tidak terjadi. Tentu kita juga sepakat bahwa mereka yang wajib dilindungi.

Upaya perlindungan terhadap mereka melalui nilai, norma serta berbagai aturan yang telah dituangkan dalam UU oleh berbagai pihak sudah dilakukan. Namun pada tataran praktiknya semua itu ternyata tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kehidupan mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fenomena pekerja anak dapat terjadi di Desa Suruh?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja anak menurut Hukum Islam dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003?

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

(15)

2. Memberikan pemahaman tentang bagaimana bentuk perlindunga terhadap pekerja anak menurut Hukum Islam dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi akademik

Berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai pekerja anak sehingga mampu memberikan beberapa paradigma baru dalam dunia keilmuan. Utamanya ilmu sosial.

2. Bagi masyarakat

Menumbuhkan keperdulian masyarakat mengenai pekerja anak, perlindungan anak dan perkembangan psikologisnya.

D. Penegasan istilah

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pekerja/ buruh diartikan sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18 tahun. (Wijayanti, 2009: 1)

(16)

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal ini dipaparkan dalam pasal 1 UU Perlindungan Anak.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan Undang-Undang adalah ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah suatu negara.

Hukum Islam adalah peraturan yang mengenai kehidupan berdasarkan kitab suci al-Qur‟an dan Hadist. Hukum Islam disebut juga dengan syara‟.

E. Tinjauan pustaka

Ada beberapa skripsi yang membahas tentang fenomena ini. Salah satu skripsi yang telah membahas fenomena ini adalah skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Bangunan Dibawah Umur Dalam

Pandangan Hukum Islam dan UU No 13 Tahun 2003” yang ditulis oleh Prihatin

(17)

Selain itu ada skripsi yang berjudul ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pekerja Anak di Bawah Umur (Studi Analisis UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan Perspektif Mashlahah)” karangan Thoriqotul Azizah, juga

seorang IAIN Walisongo Semarang. Skripsi ini berfokus pada pandangan hukum Islam mengenai pekerja anak dengan menggunakan pisau analisis metode Ushul Fiqh yakni maslahah mursalah.

Kemudian dalam penelitian yang lain berbentuk skripsi yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tenaga Kerja di Bawah Umur (studi kasus pada Lembaga Pelatihan dan Keterampilan “CINTA KELUARGA” Semarang)”

yang ditulis oleh Novia Mujiatun seorang mahasiswa IAIN Walisongo yang juga dipaparkan mengenai pekerja anak dalam perspektif hukum Islam menggunakan metode yang normatif.

Pemerintah pusat juga telah membuat sebuah modul yang disusun guna mempermudah pelaksanaan program penghapusan fenomena pekerja anak. Dalam istilah modul tersebut disebut sebagai pekerjaan terburuk untuk anak. Modul yang

berjudul “Modul Penangan Pekerja Anak” ini diterbitkan oleh Departemen

(18)

normatif. Solusi yang ditawarkan pun menjadi terlalu umum, terkadang tidak sesuai dengan kultur masyarakat setempat. Namun demikian asas-asas yang terdapat dalam modul ini sangat membantu dan mudah diterapkan dalam proses pelaksanaan program penanggulangan tersebut.

Untuk menghindari persepsi bahwa penelitian ini hanya meniru penelitian yang sudah ada skripsi ini ditulis dengan metode yang berbeda yakni dengan pendekatan intrapersonal yang kemudian menimbulkan keterlibatan langsung terhadap anak-anak tersebut sehingga muncul kedekatan secara emosional. Dengan berbekal hal tersebut diharapkan paparan data yang dihasilkan dapat digali secara lebih mendalam.

Mengingat lokasi tempat dimana penelitian ini dilakukan adalah tempat kelahiran peneliti sehingga kultur masyarakat dan pola kehidupan masyarakat dipahami secara penuh oleh penulis. Dengan demikian tidak ada keraguan bagi penulis untuk menggambarkan bagaiman fenomena ini terjadi dalam masyarakat tersebut. Pendekatan seperti ini disebut juga dengan pendekatan sosiologis, hal ini disebabkan karena obyek yang diteliti adalah pikiran dan perasaan yang membangun perilaku manusia.

(19)

F. Metode penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan sosiologis. Yang dimaksud pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial., politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku dimasyarakat. (Soekanto, 1986: 4-5)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif karena objek utama dalam penelitian ini adalah manusia. Tujuannya agar terjadi hubungan komunikasi langsung antara peneliti dengan informan. (Hikmat, 2011: 37) Dengan demikian proses penggalian data menjadi semakin mudah. Metode kualitatif digunakan mengingat hanya dengan metode ini seorang peneliti akan mengetahui pola perilaku, pikiran dan perasaan seseorang yang menjadi objek penelitiannya. Gambaran tersebut diperoleh dari proses pengamatan dan keterlibatan peneliti di lapangan.

2. Kehadiaran peneliti

(20)

diharapkan akan ada variasi paparan data yang cukup banyak. Sehingga memudahkan peneliti dalam menggambarkan fenomena yang terjadi.

Dengan dua tipe kehadiran peneliti ini diharapkan pula agar menghilangkan aspek subjektifitas penelitian. Sehingga, penelitian ini dapat menggambarkan fenomena di Desa Suruh secara utuh.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Profil lengkap mengenai lokasi penelitian akan dipaparkan dalam hasil penelitian.

4. Sumber data

Data yang diperoleh dapat dikatagorisasi menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari beberapa informan/narasumber sebagai sumber utama. Narasumber disini dapat dibagi menjadi dua, yakni informan utama dan pendukung. Informan utama adalah para pelakunya itu sendiri, sedangkan informan pendukungnya adalah mereka yang berhubungan baik langsung atau tidak langsung dengan para pelaku.

Sebagai data sekunder peneliti menggunakan data-data yang diperoleh dari analisis data tertulis yang didapat dari kelurahan dan pejabat setempat.

(21)

Data diperoleh dari : a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pencarian data atau informasi mendalam yang diajukan kepada informan dalam bentuk pertanyaan lisan. (Hikmat, 2011: 79)

Orang-orang yang diwawancarai ada dua macam, yakni informan pokok, informan pangkal. Informan pokok adalah para pekerja anak. Informan pangkal adalah mereka yang berhubungan langsung dengan para pekerja anak.

b. Catatan pengamatan lapangan (observasi)

Dalam penelitian ini dilakukan secara langsung oleh penulis dengan cara mengamati pola keseharian dan perilaku dari pekerja anak. Observasi juga dilakukan dengan cara mengamati lingkungan tempat tinggal pekerja anak tersebut.

c. Pengkajian dokumen

Pengkajian dokumen dilakukan dengan cara menelusuri data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia. Contoh dari data ini berupa data demografi yang didapatkan dari kantor kecamatan atau kantor kelurahan. Data ini merupakan data awal yang digunakan untuk mencari informan. (Hikmat, 2011: 83)

6. Teknik analisa data

(22)

Di sini penulis menggunakan triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, teori) sebagai teknik. Teknik triangulasi adalah teknik yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Maleong, 2009: 330)

7. Pengecekan keabsahan data

Proses pengecekan keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulation dan member chek. Teknik ini membandingkan hasil wawancara yang satu dengan lain. (Hikmat, 2011: 85) Proses ini dilakukan pula dengan mendialogkan pengamatan peneliti melalui observasi dengan keterangan narasumber yang diperoleh dari wawancara.

8. Tahap penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah penelitian pra lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang topik yang akan diteliti.

(23)

Tahap yang ketiga merupakan tahap yang terahir. Tahap penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis temuan data kemudian memaparkannya dalam bentuk narasi deskriptif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan akan dipaparkan tinjauan umum tentang pekerja anak menurut Undang-Undang, hukum Islam serta kajian ilmu sosiologi.

3. BAB III HASIL PENELITIAN

Hasil penelitan ini mencakup profil Desa Suruh, bagaimana fenomena pekerja anak terjadi di Desa Suruh.

4. BAB IV ANALISIS

Dalam bab ini akan dipaparkan analisa dari penulis mengenai pekerja anak di Desa Suruh,serta analisa mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja anak tersebut menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 dan Hukum Islam. 5. BAB V PENUTUP

(24)
(25)

BAB II

PEKERJA ANAK

A. Tinjauan Umum Tentang Pekerja Anak Menurut Undang-Undang

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

Namun demikian tidak semua anak beruntung mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Banyak diantara mereka terbelenggu oleh kemiskinan. Sehingga tidak terpenuhi haknya secara baik. Hal ini yang kemudian membuat anak terdorong untuk bekerja sebagai pekerja anak.

Masalah pekerja anak sebenarnya bukanlah isu yang hanya dialami oleh di Indonesia saja. Karena masalah pekerja anak merupakan isu internasional yang terjadi hampir diseluruh dunia utamanya pada negara-negara berkembang. Hal

inilah yang mendasari munculnya konvensi hak anak (UN‟s Convention on the

right of the child) pada 20 November 1989. Konvensi ini dilakukan oleh badan khusus PBB yang bernama ILO (International Labour Organization) Organisasi ini merupakan organisasi khusus PBB yang mengurusi masalah perburuhan internasional. (Joni, 1999: 1)

(26)

menunjukkan bahwa sejumlah 7% anak-anak di dikawasan Amerika Latin terlibat dalam perburuhan, dikawasan asia diperkirakan 18% anak-anak menjadi pekerja anak dan bagian yang lebih besae terdapat dikawasan Afrika yaitu sejumlah 25 %. (Joni, 1999: 2)

Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia diperkirakan 2,4 juta anak usia 10 – 14 tahun aktif secara ekonomi. Belum lagi anak-anak yang berusia dibawah 10 tahun. Angka ini masih konservatif, artinya masih kecil dibandingkan dengan realitas anak-anak usia belajar yang putus sekolah yang diperkirakan berjumlah 6,5 juta anak. (Joni, 1999: 3)

Untuk sebuah negara yang memiliki filsafat keadilan sosial seperti Indonesia seharusnya fenomena ini tidak boleh dibiarkan terjadi. Sejak awal Indonesia didirikan dengan menempatkan ideologi keadilan sosial sebagai tujuan akhir dari proses pembangunan ekonomi. (Yustika, 2003: 2) Oleh karena itu perburuhan dan pekerja anak merupakan masalah serius yang harus segera ditangani.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai pekrja anak dan segala bentuk perlindungannya di dalam Undang-Undang, mari kita pahami terlebih dahulu mengenai konsep anak menurut Undang-Undang.

(27)

bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Ukuran kedewasaan yang berbeda dipaparkan dalam KUHPer, menurut hukum perdata seseorang dinyatakan dewasa apabila telah berusia 21 tahun atau sudah kawin. (Salim, 2009: 20) Orang yang mempunyai kewenangan hukum hanyalah orang yang telah dewasa. Dengan demikian anak-anak yang belum berusia 21 tahun atau belum kawin belum memiliki kewenangan hukum menurut KUHPerdata.

Hukum perdata, dalam hal ini KUHPer mengatur seluruh segi kehidupan manusia sejak ia belum lahir dan masih dalam kandungan ibunya sampai

meninggal dunia. Hal itu diatur dalam KUHPer pasal 2 ayat 1 : ”anak yang ada

dalam kandugan ibunya dianggap telah dilahirkan, apabila kepentingan si anak

menghendakinya”. (Kansil, 2004: 2)

Selanjutya manusia yang telah dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum disebut sebagai subyek hukum. Manusia sebagai subyek hukum itu diatur secara luas dalam buku 1 tentang orang (van person) KUHPer, Undang-Undang kewarganegaraan, Undang-Undang orang asing, dan beberapa peraturan perundangan lainnya. ( Kansil, 2004 :85)

Pasal 1330 KUHPer mengemukakan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian. Orang orang tersebut antara lain : (Kansil, 2004: 87)

a. Orang yang belum dewasa

(28)

c. Orang wanita yang dalam perkawinan atau berstatus sebagai seorang istri. (Telah dicabut dalam UU No.1 tahun 1974)

Ketentuan yang ada dalam KUHPer mengenai kapan seseorang memiliki hak untuk melakukan perbuatan hukum berbeda dengan ketentuan yang ada dalam KUHP mengenai pada siapa berlakunya hukum pidana. Hukum pidana adalah hukum umum yang berlaku pada semua warga negara. Dan tidak membedakan-bedakan kualitas pribadi subyek hukum tertentu. Setiap warga negara harus tunduk dan patuh terhadap hukum pidana umum. (Chazawi, 2002: 11)

Undang-undang perkawinan memberikan standard yang berbeda, dalam UU perkawinan untuk melaksanakan sebuah perkawinan seseorang laki-laki minimal harus berusia 19 tahun dan perempuan 16 tahun.

Demikian beberapa aturan mengenai batas kedewasaan dan pengertian yang ada dalam sistem perundang-undangan. Memang setiap UU memiliki ketentuan berbeda-beda mengenai standard kedewasaan tergantung untuk apa aturan tersebut dibuat.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengartikan pekerja/buruh sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18 tahun. (Wijayanti, 2009: 1)

(29)

diladang dan lain-lain. Sehingga dalam masalah ini seorang anak tidak seharusnya melakukan sebuah pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Dalam hal ini seorang anak membantu orangtua untuk melakukan pekerjaan ringan yang dilakukan diwaktu senggang dengan tujuan agar anak memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang dunia kerja. Sehingga seorang anak tetap dapat melakukan aktivitas sekolah serta terjaga kesehatan dan keselamatannya. (Warsini, 2005: 11) Pekerja anak adalah anak yang melakukan segala jenis pekerjaan yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu pendidikan, membahayakan keselamatan, kesehatan serta tumbuh kembangnya. Sehingga pekerja anak merupakan masalah sosial yang timbul di masyarakat yang kemudian harus ditindak lanjuti dengan kerjasama semua pihak. Karena masalah pekerja anak ini dapat menimbulkan dampak yang kompleks bagi pelakunya itu sendiri dan masyarakat. Salah satu dampak yang terlihat yaitu aktivitas sekolah anak menjadi terganggu, karena anak harus berkerja dalam waktu yang panjang serta dilakukan setiap hari untuk mendapatkan penghasilan. (Warsini, 2005: 10)

Dasar hukum larangan mempekerjakan anak dan perlindungan hukum bagi anak dibawah umur :

a. UU No. 1 tahun 2000, tentang konvensi ILO nomor 182 mengenai pelanggaran dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

b. UU No. 20 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi ILO nomor 138 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja.

(30)

d. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

e. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. f. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

g. Keputusan Presiden RI No. 59 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan bentuk bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

h. Keputusan Presiden RI No. 87 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan exploitasi seksual komersial anak.

i. Keputusan Presiden RI No. 88 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan perdagangan (trafficking) perempuan dan anak.

Beberapa aturan mengatur tentang hak dasar anak. Peraturan tersebut berisi berbagai macam hak yang harus didapatkan oleh seorang anak. Beberapa aturan tersebut antara lain: (Warsini, 2005: 2)

a. Undang-Undang Dasar 1945

Anak sebagai amanah Tuhan Yang Maha Esa yang didalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak asasi yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak yang paling mendasar adalah hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 pada

amandemen II pasal 28B ayat (2) yang berbunyi: “Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi”.

(31)

bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kewajiban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk memberikan hak-hak anak secara optimal sejak dini.

b. Hak-hak dasar anak menurut Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak :

1) Hak untuk hidup layak

Setiap anak berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2) Hak untuk berkembang

Setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan. Mereka berhak untuk mengetahui identitasnya, mendapatkan pendidikan, bermain, beristirahat, bebas mengemukakan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinan, dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya. 3) Hak untuk mendapat perlindungan

Setiap anak berhak untuk mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah. 4) Hak untuk berperan serta

(32)

5) Hak untuk memperoleh pendidikan

Setiap anak berhak memperoleh pendidikan minimal tingkat dasar. Bagi anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan yang tinggal didaerah terpencil, pemerintah berkewajiban untuk bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan mereka.

c. Prinsip – Prinsip Hak Anak

Untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak secara optimal, anak harus mendapat perlindungan yang utuh, menyeluruh dan komprehensif dengan mengacu pada prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak Anak. Asas perlindungan anak menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2002 sebagai berikut :

1) Non diskriminasi

Maksudnya adalah perlindungan kepada semua anak Indonesia tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak dan kondisi fisik maupun mental anak. 2) Kepentingan yang terbaik bagi anak

Maksudnya adalah semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan yudikatif maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.

3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan

(33)

4) Penghargaan terhadap pendapat anak

Maksudnya adalah penghargaan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama yang menyangkut kehidupan anak.

Dari uraian diatas terlihat bahwa sebenarnya pemerintah sudah memiliki upaya untuk melindungi anak. Anak sudah memiliki kedeudukan yang sangat tinggi didalam tatanan masyarakat. Keberadaannya harus dilindungi. Mereka harus terpenuhi haknya, agar dapa berkembang menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara.

Pada dasarnya anak tidak diperbolehkan untuk bekerja, bahkan pada pasal

68 UU No. 13 tahun 2003 jelas disebutkan bahwa “Pengusaha dilarang

mempekerjakan anak”. Kecuali pada kondisi dan untuk hal –hal tertentu anak diperbolehkan melakukan beberapa pekerjaan. Seperti yang tertulis dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam UU tersebut diuraikan beberapa pekerjaan yang diperbolehkan dan pekerjaan yang dilarang untuk seorang anak.

Jenis pekerjaan yang diperbolehkan untuk anak antara lain: 1) Pekerjaan ringan

2) Pekerjaan dalam rangka bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan 3) Pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minat

Jenis pekerjaan yang dilarang antara lain:

(34)

Diantaranya pasal 72 ayat 2 UU Ketenagakerjaan. Bentuk Pekerjaan terburuk untuk anak menurut pasal 74 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003 meliputi :

1) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya.

2) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian. 3) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak

untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika , psikotropika dan zat adiktif lainnya dan atau semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.

Jenis pekerjaan yang mebahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak dijabarkan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP-115/MEN/VII/2004 tentang jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak. Dalam peraturan ini diuraikan secara detail mengenai jenis pekerjaan tersebut disertai berbagai contoh pekerjaannya.

(35)

sedikit Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).

2. Pengusaha yang mempekerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya wajib memenuhi syarat sebagaimana tercantum pada pasal 71 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-115/MEN/VII/2004 tentang Perlindungan bagi Anak yang Melakukan Pekerjaan untuk Mengembangkan Bakat dan Minat. Pelanggaran terhadap norma tersebut merupakan tindak pidana pelanggaran dan diancam sanksi pidana penjara paling singkat 1 bulan dan paling lama 4 tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).

(36)

B. Tinjauan Hukum Islam Mengenai Pekerja Anak.

1. Pengertian dan hak dasar

Anak merupakan bagian penting dalam bangunan masyarakat Islam. Anak merupakan penerus kelangsungan hidup dan peradaban Islam. Keberadaannya merupakan salah satu tujuan dari adanya pernikahan. (Daradjat, 1983: 171) Perlakuan terhadapnya tidak boleh sembarangan.

Sesampainya seorang anak dianggap dewasa (mukallaf) maka anak tersebut dalam tanggung jawab orangtuanya. Tanggung jawab tersebut terkait berbagai aspek kehidupan, baik menjaga, membesarkan dan mendidik anak tersebut. Agar kelak dikemudian hari dapat menjadi anak soleh/solehah. (Daradjat, 1983: 172)

Setidaknya ada 4 periode yang harus dilewati seseorang sebelum ia dianggap cakap dan dapat disebut sebagai mukallaf. Periode tersebut antara lain: (Daradjat, 1983: 1)

a. Periode Janin

Periode ini dimulai sejak seseorang masih berupa gumpalan darah di dalam rahim seorang ibu sampai ia dilahirkan. Pada periode ini sifat kemanusiaanya belum sempurna.

(37)

Periode ini dimulai saat seseorang lahir kedunia sampai kemudian ia mencapai masa tamyiz. Pada masa ini sifat kemanusiaanya sudah sempurna karena ia sudah terpisah dengan ibunya namun kemampuan akalnya masih dalam proses perkembangan sedikit demi sedikit.

c. Periode Tamyiz

Periode tamyis adalah masa dimana seseorang dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang bermafaat atau mudlarat. Kemampuan akal seseorang pada masa ini sedang berkembang pesat. Namun demikian proses berfikirnya masih dangkal. Sesorang hanya membedakan yang baik dan yang buruk hanya secara zhahiriyah saja.

Batas mulainya periode ini tidak dapat secara fisik karena periode ini terkait dengan perkembangan akalnya. Oleh karena itu mulainya masa tamyiz seseorang hanya dapat diketahui dengan melihat hasil perkembangan akalnya lewat tingkah laku yang merupakan gambaran dari penggunaan kemampuan akalnya.

Mustafa Az Zarqa dalam kitabnya “al fiqhul Islami fi tsaubil jadid” menyebutkan bahwa menurut para ulama‟ mulainya masa tamyiz bagi seorang

yang normal adalah apabila telah genap berusia 7 tahun. ( Daradjat, 1983:2)

(38)

Artinya : “Perintahkanlah anak-anakmu melakukan shalat ketika mereka

berumur tujuh tahun.” HR. Abu Daud dari „Umar bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya‟.

Dalam hadist diatas ditegaskan, agar membiasakan anak-anak untuk beribadah kepada Allah SWT setelah berumur tujuh tahun. Padahal ibadah

dipandang sah apabila dilakukan oleh seorang yang minimal telah mencapai masa tamyiz. Jadi umur tujuh tahun ini menunjukkan mulainya masa tamyiz. (Daradjat, 1983: 3)

d. Periode Baligh dan Sifat Rasyid

Periode baligh adalah masa kedewasaan seseorang. Tanda-tanda mulai kedewasaanya apabila telah mengeluarkan air mani bagi laki-laki dan mengeluarkan darah haid bagi perempuan.

Sedangkan sifat rasyid merupakan pelengkap bagi orang yang telah baligh berupa kepandaian seseorang dalam mentasyarufkan (membelanjakan hartanya). Namun tidak semua orang yang telah baligh memiliki sifat rasyid. Karena sifat rasyid ini bisa saja muncul sebelum atau setelah oarng tersebut baligh.

Mulainya usia baligh secara yuridik adalah jika sesorang telah mencapai usia 12 tahun bagi laki-laki dan 9 tahun bagi perempuan. Periode ini berahir sampai dengan seseorang meninggal dunia.

(39)

untuk mengetahui yan haq dan yang batil serta dapat mengetahui akibat dari perbuatan yang dilakukannya.

Setelah seorang anak melalui 4 fase ini barulah seoarng anak tersebut dapat disebut sebagai mukallaf. Mukallaf diartikan sebagai orang yang dibebani

ketentuan ketentuan hukum syara‟.

Untuk menjadi mukallaf selain seseorang harus memiliki pemahaman dalil-dalil hukum baik alqur‟an maupun hadist, seseorang harus memiliki akal yang sempurna serta kecakapan (ahliyyah) untuk melaksanakan hukum yang dibebankan kepadanya.

Demikian periodesasi perkembangan seseorang yang kemudian akan mempengaruhi pemberlakuan hukum Islam terhadapnya. Hukum yang diberlakukan pada masa kanak-kanak tentu akan berbeda dengan hukum yang diterapkan pada saat seseorang telah menjadi mukallaf. Hal ini terkait pula dengan hak dan kewajiban orang tersebut dalam kehidupanyya sehari-hari.

Kompilasi Hukum Islam (KHI), pasal 9 ayat (1) menjelaskan bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21tahun, sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.

(40)

akalnya. Tentu ini akan menyebabkan ke hak dan kewajiban anak berbeda dengan orang dewasa.

Hak anak biasanya merupakan kewajiban orangtua dan begitu sebaliknya. Salah satu hak anak yang sangat penting adalah hak hadhanah (pendidikan dan pemeliharaan).

Hadhanah menurut bahasa berarti meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk atau dekat dengan pangkuan. Menurut epistemologinya, hadhanah diistilahkan sebagai pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai ia sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu. Hadhanah berbeda dengan tarbiyah, dalam hadhanah terkandung pemeliharaan jasmani dan rohani yang dilakukan oleh kerabat sendiri bukan dari kalangan professional walaupun didalamnya juga terdapat unsur tarbiyah. (Daradjat, 1983: 206)

Orang yang berhak melakukan hadhanah adalah seorang ibu. Berdasarkan hadist Rasulullah SAW :

(41)

mengandungnya, susuku yang memberinya minum, dan pangkuanku yang

melindunginya. Namun ayahnya yang menceraikanku ingin merebutnya dariku”,

maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: "Engkau lebih berhak terhadapnya selama engkau belum nikah." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Hadits shahih menurut Hakim.

Tidak terdapat ayat-ayat al-quran dan hadist yang menerangkan dengan tegas tentang masa hadhanah, hanya terdapat isyarat-isyarat yang menerangkan masa tersebut. Oleh karena itu para ulama melakukan ijhihad sendiri-sendiri dalam menentukan masa hadhanah. Seperti menurut mazhab Hanafi hadhonah anak laki-laki berakhir pada saat anak itu tidak lagi memerlukan penjagaan dan telah dapat mengurus keperluannya sehari-hari. Sedangkan masa hadhanah wanita berakhir apabila ia telah baligh atau telah datang masa haidh pertamanya. (Daradjat, 1983: 214)

Mazhab Syafii berpendapat bahwa masa hadhanah itu berakhir setelah anak mumayiz.

Biaya hadhanah termasuk kedalam nafkah yang menjadi kewajiban seorang kepala keluarga. Apabila seorang kepala keluarga tidak mampu menjalankan kewajibannya dengan baik, maka angoota keluarga yang lain boleh membantu. (Daradjat, 1983: 217)

2. Hukum Islam mengenai pekerja anak.

(42)

orang dengan hubungan kerja dan harta serta hak. Ekonomi Islam memiliki nilai-nilai etik yang berbada dengan ekonomi konvensional. Nilai-nilai-nilai tersebut antara lain:

a. Kebebasan bekerja, berprestasi dan beramal

Dalam Islam mencari rizki adalah bebas dan tidak ada batas jumlah yang diperoleh, bahkan kebebasan dalam menentukan pilihan pekerjaan. (Mujajibatun, 2012: 9)

Dari ilustrasi diatas sebenarnya fenomena anak yang memilih bekerja bukan sesuatu hal yang salah. Karena setiap orang memiliki kebebasan dalam memilih tindakan yang ingin dilakukan. Namun demikian, dalam memilih pekerjaan seseorang harus memiliki kemampuan dalam bidang tersebut agar apa yang dihasilkan maksimal.

b. Mengandung kesatuan ilahiyah

Sumber utama ekonomi Islam adalah kepercayaan kepada Allah. Oleh karena itu dalam kehidupan ekonomi umat Islam tidak lepas dari hukum Allah SWT. Ketundukan manusia kepada Allah akan menghindarkan atau membebaskan dirinya dari perbudakan sesama manusia. (Mujibatun, 2012: 10)

Dengan prinsip yang demikian diharapkan dapat mencegah adalah eksploitasi terhadap orang lain. Sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

c. Keseimbangan atau kesejajaran

(43)

ekonomi dapat direalisasikan melalui aktivitas konsumsi, distribusi dan produksi. Hal ini dapat diwujudkan melalui pemahaman bahwa kebutuhan seluruh masyarakat yang kurang beruntung didahulukan daripada sumber daya riil masyarakat. Sehingga ketidakadilan sumber daya masyarakat hanya kepada kelompok masyarakat (orang kaya, pemilik modal) tidak dibenarkan oleh Islam. (Mujibatun, 2012: 11)

Konsep ini menitikberatkan kepada pemerataan kesejahteraan. Islam tidak menghendaki segala jenis monopoli dan eksploitasi. Baik itu terkait dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab (fard) erat hubungannya dengan kehendak bebas. (Mujibatun, 2012: 11) Islam mensinergi antara kebebasan individu dengan tanggung jawab yang dipikulnya. Artinya setiap perbuatan manusia memiliki konsekuensi yang harus ditanggung oleh orang tersebut.

(44)

Pada akhirnya seluruh kaidah yang ada bermuara pada satu tujuan ekonomi Islam yaitu merealisasikan tujuan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang disebut dengan falah. Falah mencakup tiga pengertian antara lain: kelangsungan hidup, kebebasan dari kemiskinan, kekuatan dan kehormatan. (Mansur, 2009:35).

C. Tinjauan Sosiologi Mengenai Fenomena Pekerja Anak

Fenomena pekerja sudah terjadi sejak sekian lama. Fenomena ini juga terjadi hampir di semua peradaban di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu fenomena ini termasuk kedalam isu global yang begitu penting untuk ditanggulangi oleh semua pihak yang terkait. Hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya Konvensi ILO tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan di Industri dan Perdagangan. Konvensi ini berisi tentang batas minimum usia anak untuk bekerja, jenis pekerjaan yang diperbolehkan dan penanganan bagi anak-anak yang terpaksa harus bekerja.

Dilihat dari nilai dan norma dimanapun seorang anak memang tidak seharusnya memikul beban yang begitu berat. Karena mereka masih dalam tanggung jawab orang tua. Idealnya orang tualah yang memenuhi segala yang dibutuhkan anak dalam kehidupannya. Tetapi memang apa yang seharusnya terjadi (das sein) tidak sama dengan apa yang senyatanya terjadi (das solen). (Rusdiyanta, 2013: 15)

(45)

penyebab utama dari munculnya fenomena ini ditengah masyarakat. Tidak dapat dipungkiri masih terdapat beberapa faktor lain yang turut menjadi penyebab munculnya fenomena ini.

Di daerah pedesaan jenis pekerjaan yang digeluti oleh pekerja anak umumnya dibidang pertanian, perdagangan dan sektor informal lainnya. Sangat sulit bahkan tertutup kemungkinan seorang anak dapat masuk dan bekerja dalam sektor formal. Hal ini terkait dengan usia dan tingkat pendidikan seorang anak serta kultur masyarakat dimana anak tersebut tinggal.

Berikut merupakan beberapa faktor munculnya pekerja anak, antara lain: (Warsini, 2005: 7)

a. Faktor Ekonomi

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama munculnya pekerja anak. Ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat mendorong seorang anak untuk bekerja agar dapat menunjang kehidupan dirinya juga kehidupan keluarganya. Penghasilan orang tua yang rendah, menyebabkan anak terpaksa mengikuti jejak orang tuanya untuk bekerja meskipun tanpa mempunyai bekal ketrampilan.

(46)

Dewasa ini gaya hidup konsumeristis pun melebur antara kebutuhan (need) dan keinginan (want). (Adian, 2006: 26) Hal inilah agaknya yang membuat pola kehidupan sebuah keluarga sedikit berubah. Apalagi bila orientasi dalam sebuah keluarga bukanlah need melainkan want. Maka bekerja adalah solusi yang terbaik untuk mewujudkan keinginan mereka.

b. Faktor Pendidikan

Berawal dari pendidikan orangtua yang rendah dan ketidakberdayaan ekonomi, orang tua cenderung berpikiran sempit terhadap masa depan anaknya sehingga tidak memperhitungkan manfaat sekolah yang lebih tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan anak dimasa datang. Situasi tersebut yang mendorong anak untuk memilih menjadi pekerja anak.

Pendidikan orangtua yang rendah juga menyebabkan seorang anak tidak memiliki motivasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Maka orangtua memilih jalan pintas agar anaknya berhenti sekolah dengan alasan, karena biaya pendidikan mahal dan pendidikan yang tinggi belum menjamin memperoleh pekerjaan yang diinginkan.

c. Faktor Budaya/Tradisi/Kebudayaan

(47)

Pekerja anak merasa bangga dapat bekerja memperoleh penghasilan untuk kepentingan sendiri, maupun membantu ekonomi keluarga dan dapat membiayai adik-adiknya sekolah. Tanpa disadari hal inilah yang mengakibatkan seseorang menjadi pekerja anak.

Faktor strata sosial juga dapat menimbulkan seseorang untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan derajat diri dan keluarga. Agar didalam masyarakat mereka dihormati.

Munculnya pekerja anak memiliki dampak sosial bagi diri pelakunya dan bagi lingkungan sekitar. Pekerjaan bagi seoarang anak dapat mempengaruhi perkembangan fisik, emosional dan sosial.

(48)

Pekerja anak sering bekerja dalam lingkungan kerja yang memungkinkan terjadinya eksploitasi, berbahaya, merendahkan martabat, derajat dan terisolasi. Mereka sering menerima perlakuan yang sewenang-wenang, kasar dan diabaikan oleh majikan mereka dan pekerja dewasa lainnya. Dampak yang ditimbulkan berupa pekerja anak menjadi pemarah, pendendam, kasar terhadap teman sebaya atau yang lebih muda, kurang mempunyai rasa kasih sayang terhadap orang lain dan adanya perasaan empati terhadap orang lain. (Warsini, 2005: 8)

Pekerja anak tidak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan seperti bermain, pergi ke sekolah dan bersosialisasi dengan teman sebanyanya, tidak mendapat pendidikan dasar yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan, tidak mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan ikut berpartisipasi aktif di tengah masyarakat serta menikmati hidup secara wajar biasanya akan tumbuh menjadi anak yang pasif dan egois sehingga sering berdampak anak mengalami masalah didalam interaksi/menjalin kerjasama dengan orang lain dan mereka kurang percaya diri atau merasa direndahkan. (Warsini, 2005: 8)

(49)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Suruh Kec. Suruh Kab, Semarang

1. Kondisi Umum

Dinamika pembangunan masyarakat Desa Suruh menunjukan pertumbuhan yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Memasuki era globalisasi dan seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan hak-haknya, serta meningkatnya kebutuhan semakin kompleks merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan capaian hasil pembangunan. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, tantangan serta perkembangan di masa kini dan masa depan diperlukan perencanaan yang jelas terarah dan partisipatif.

Kondisi yang diharapkan di masa depan tidak terlepas dari pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Seiring dengan itu, upaya secara terus menerus tetap diarahkan untuk mengatasi tantangan dan hambatan pembangunan desa guna mewujudkan kondisi yang diharapkan dan kondisi saat ini merupakan modal dasar atau bahan untuk perencanaan yang akan menentukan keberhasilan.

(50)

Desa Suruh Kecamatan Suruh berada di wilayah administrasi Kabupaten Semarang dengan luas wilayah 3.646.219 M2 yang terdiri atas 10 Dusun, 11 RW dan 76 RT. Jarak dari Kantor Desa ke Kota Kecamatan adalah 0,5 Km, ke Ibu Kota Kabupaten berkisar antara 45 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Desa Suruh Berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Krandon Sebelah Selatan : Jati Sebelah Barat : Plumbon Sebelah Timur : Reksosari

Secara geografis, Desa Suruh adalah merupakan wilayah dataran yang terdiri dari persawahan dan perkebunan serta dengan di suplai oleh 2 mata air yaitu mata air sejoyo dan mata air sendang.

3. Sosial Budaya

Terdapat beberapa kelompok seni yang berbasis keIslaman yang kental di Desa Suruh diantaranya rebana dan kuntulan yang dibentuk untuk melestarikan budaya leluhur.

(51)

4. Penduduk

Wilayah desa yang cukup luas membuat jumlah penduduk Desa Suruh juga cukup banyak. Dari 10 Dusun dan 11 Rw yang ada jumlah penduduk total 7.798 orang, terdiri dari 3.967 laki-laki dan 3.831 perempuan.

Sedangkan penduduk berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

PENDUDUK DESA SURUH MENURUT UMUR

TAHUN 2015

KELOMPOK UMUR(tahun)

0-4 5-9 10-14 15-19 20-54 >=55

JML 210 374 475 517 4708 1514

Table 1.1 penduduk desa suruh menurut kelompok umur

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif di Desa Suruh cukup dominan yakni sekitar 4708 orang. Penduduk usia non produktif berkisar pada angka 1059 orang.

5. Kesehatan

(52)

kesehatan jasmani saja akan tetapi harus didukung pula oleh kesehatan lingkungan.

Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh diantaranya kesadaran dan akses atau fasilitas yang tersedia. Untuk memenuhi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, terdapat 10 Posyandu, 1 Pustu/ PoskesDes dengan tenaga kesehatan 1 orang bidan desa. Untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sakit, yaitu tersedia Puskesmas yang berlokasi di Kota Kecamatan dengan jarak tempuh 1 km dan bagi yang memerlukan perawatan di Rumah sakit, yaitu tersedia rumah sakit daerah dengan jarak tempuh 20 km dari desa..

6. Pemuda dan Olahraga

Pemuda sebagai tulang punggung bangsa yang merupakan generasi penerus perjuangan ke arah yang lebih baik, maka kualitasnya perlu terus disiapkan dan dikembangkan melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri serta memiliki produktivitas, terdapat berbagai wahana yang dikembangkan oleh Pemerintah

desa yaitu Karang Taruna yang diberi nama karang taruna “Svarnagatra”. Karang

(53)

Sebagai wadah atau tempat pengembangan bakat dan kreatifitas pemuda di Desa Suruh terdapat beberapa fasilitas olahraga yakni 2 buah lapangan bulu tangkis dan lapangan sepak bola.

7. Agama

Penduduk Desa Suruh, mayoritas sebagai pemeluk dan pengamal agama Islam, hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang agamis. Kehidupan agamis masyarakat bukan hanya tercermin dari kegiatan ibadah sholat lima waktu, pelaksanaan puasa dan ibadah zakat saja, akan tetapi tercermin dari sikap saling tolong menolong diantara warga masyarakat dan terciptanya kerukunan dalam kehidupan sebagai bentuk kesalehan sosial. Sarana ibadah, terdapat 43 tempat yang berpa mesjid dan mushola, selain tempat ibadah juga terdapat beberapa majelis taklim juga taman pendikan al-qu‟an yang cukup banyak di Desa Suruh baik formal maupun informal.

8. Ketenagakerjaan

Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja serta sebarannya, peneliti penggunakan data rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan yang diperoleh dari kantor Kelurahan Suruh. Data ini diharapkan dapat menggambarkan bagaimana keadaan tenaga kerja yang ada di Desa Suruh.

(54)

REKAPITULASI JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN

PEKERJAAN

TGL. 01-10-2015

NO PEKERJAAN LK PR JUMLAH

1 Belum/Tidak Bekerja 566 552 1118

2 Mengurus Rumah Tangga 555 555

3 Pelajar/Mahasiswa 673 534 1207

4 Pensiunan 72 29 101

5 Pegawai Negeri Sipil 93 75 168

6 Tentara Nasional Indonesia 4 4

7 Kepolisian RI 9 1 10

8 Perdagangan 27 99 126

9 Petani/Pekebun 168 105 273

10 Transportasi 1 1

11 Karyawan Swasta 593 458 1051

12 Karyawan Bumn 3 2 5

13 Karyawan Bumd 1 1

14 Karyawan Honorer 1 1 2

15 Buruh Harian Lepas 464 306 770

16 Buruh Tani/Perkebunan 7 6 13

(55)

18 Tukang Las/Pandai Besi 1 1

19 Mekanik 1 1

20 Dosen 1 1

22 Guru 22 41 63

23 Dokter 4 4

24 Bidan 2 2

25 Perawat 1 3 4

26 Apoteker 1 1

27 Sopir 2 2

28 Pedagang 2 3 5

29 Perangkat Desa 4 1 5

30 Kepala Desa 1 1

31 Wiraswasta 1250 1051 2301

JUMLAH 3967 3831 7798

Table 1.2 rekapitulasi jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan

Untuk menurunkan jumlah pengangguran di antaranya beberapa kegiatan yang telah dilakukan melalui pembinaan berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan budidaya ikan lele, peternakan dan pertanian.

(56)

Secara umum ketentraman dan ketertiban di Desa Suruh cukup kondusif dan dapat terkendali dengan baik, hal itu yang merupakan buah dari kerjasama antatara aparat keamanan dan aparat desa serta kesadaran masyarakat.

Kehidupan masyarakat sampai saat ini dapat berjalan dengan harmonis, saling menghormati, saling menghargai dengan penuh kebersamaan dan gotong royong. Diharapkan kondisi ini dapat terus terpelihara dengan baik terutama dalam mengantisipasi pengaruh-pengaruh negatif dari luar.

10.Keadaan Ekonomi

Terdapat satu pasar yang ada di Desa Suruh. Pasar inilah yang menjadi pusat berjalannya roda perekonomian di Desa Suruh. Tempat ini pula yang menjadi tempat pemenuhan kebutuhan sebagian besar warga Suruh.

Kultur masarakat Suruh sejatinya adalah pertanian, walapun banyak diantara yang memperoleh penghasilan dari peternakan maupun peternakan. Beberapa home industry juga ada di Suruh, diantaranya pengolahan kedelai, pengolahan gula jawa, pembuatan makanan ringan, dsb.

B. Fenomena Pekerja Anak Di Desa Suruh.

(57)

diprioritaskan, sehingga kesadaran masyarakat akan pendidikan yang cukup belum terbangun. Dan pada ahirnya banyak yang lebih memilih bekerja dari pada mengenyam pendidikan.

Di era yang sedang berkembang saat ini, dimana kesadaran masyarakat tentang pendidikan sudah mulai terbangun fenonema pekerja anak yang dulunya dianggap hal yang biasa, kini menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibahas.

Dari hasil penelitan yang saya dapatkan, sebagian besar anak yang bekerja di Desa Suruh adalah anak-anak yang putus sekolah atau mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan mereka putus sekolah beragam, ada yang memang sudah malas sekolah, karena ekonomi keluarga dan ada pula yang ingin meringankan beban kedua orang tuanya secara ekonomi.

(58)

Dari keterangan yang saya himpun secara pribadi dan dari beberapa kepala dusun yang saya temui, diperoleh beberapa nama anak yang bekerja. Anak-anak tersebut antara lain:

Sigit Arifianto (pekerja anak), beralamat didusun Gundi Rt 06 Rw 08. Seorang anak yang beranjak dewasa ini kini berusia 17 tahun. Sigit bekerja sebagai kenek tukang ayahnya. Sudah bekerja sejak lulus SMP 3 tahun yang lalu. Sigit mulai bekerja sejak usia 14 tahun. Lebih memilih bekerja karena sudah malas sekolah. Dia mengikuti jejak kakak-kakanya yang memang hanya melanjutkan pendidikan sampai SMP. Pendidikan tinggi tidak menjadi prioritas di dalam keluarga ini. Remaja yang berkeinginan berkeinginan menjadi tukang kelak kemudian hari ini awalnya Sigit hanya dibayar Rp.100.000,-/minggu, namun sekarang sudah meningkat menjadi Rp.300.000/minggu. Sigit mulai bekerja dari jam 07.30-16.00, jadi sekitar 8 jam sehari bisa lebih apabila ada lemburan.

(59)

08.00-20.00, bekerja selama 12 jam. Saat ini dia tinggal di dusun Gundi, Rt 05 Rw 08, Kel Suruh, Kec. Suruh bersama dengan kedua orang tuanya.

Ananda Irfan Bagus Andreas (pekerja anak) akrab dipanggil “Panjol”.

Bekerja sejak 3 bulan yang lalu menjadi kuli angkut batako. Dibayar Rp.10.000,- sekali angkut. Hanya tinggal dengan kakek neneknya, sementara orang tuanya sudah berpisah. Panjol berusia 15 tahun saat ini. Dia hanya mempunyai ijazah SD karena putus sekolah setelah kelas 2 SMP. Tidak melanjutkan sekolah karena memang sudah malas. Termasuk anak yang cukup bandel disekolah. Gaya bicaranya cenderung kasar. Saat ini dia beralamat di dusun Gundi, Rt 01 Rw 08, Kel Suruh, Kec. Suruh.

Riko Arindra (pekerja anak). Usianya kini 16 tahun. Berhenti sekolah karena tidak naik kelas pada saat SMP kelas 1. Bekerja di pabrik obat illegal di Semarang. Pabrik itu menurut keterangan dari narasumber yang saya temui bernama tramadol, dan beberapa jenis obat terlarang lainnya. Obat ini sejenis distro yang sering kali disalah gunakan oleh beberapa orang. Prilaku anak ini cenderung kasar dengan pergaulan yang tidak terlalu baik untuk anak seusianya. Jika dilihat dari tingkah lakunya anak ini termasuk anak yang bandel dan susah diatur. Jarang sekali ia berada dirumahnya. Saat ini ia tinggal di dusun Gundi, Rt 02 Rw, 08 Kel Suruh, Kec. Suruh.

(60)

Lebih memilih berhenti sekolah karena “ra kuat pikire”. Tempat ia bekerja sangat

rawan terhadap perkembangan psikologinya karena prilaku orang yang billyard disitu terkadang menyimpang. Mulai bekerja setahun yang lalu setelah putus sekolah saat kelas 1 SMP. Lebih banyak bergaul dengan anak yang lebih muda. Orang tuanya tidak melarang pekerjaannya asal ia dapat menempatkan diri dan tidak melakukan hal hal yang negatif. Saat ini ia tinggal di dusun Watuagung, Rt 05 Rw 09, Kel. Suruh, Kec.Suruh.

Imam Prayoga (pekerja anak) bekerja bersama orang tuanya. Kini berusia 16 tahun. Berhenti sekolah kelas 2 SMP setahun yang lalu. Termasuk anak yang cukup bandel. Hanya tinggal bersama kakaknya Saat ini ia tinggal di dusun Morangan, ibunya sudah meninggal bapaknya sudah menikah lagi. Ketika ia bekerja ia tidak pernah mematok bayaran karena ia bekerja pada ayahnya. Dulu setelah putus sekolah ia juga sempat bekerja di pabrik roti.

Ardian Eko Putra Sejati (pekerja anak) berhenti sekolah sejak kelas 5 SD.

Akrab dipanggil “dobleh”. Usianya pada saat itu sekitar 14 tahun, Sebelum

(61)

tuanya bercerai ia tinggal dengan neneknya di dusun Banggi, Kel. Suruh, Kec. Suruh. Kini usianya sudah menginjak 23 tahun.

Bekti Dwi Prasetyo (pekerja anak), tidak lulus SD. Sama seperti kakaknya ia hidup liar, berpindah-pindah tempat tinggal. Kini bekerja sebagai pengurus taman di salah satu mall di Jakarta. Sebelumnya ia merantau ke Jakarta ia sempat bekerja sebagai penjaga warnet di Suruh. Termasuk anak yang cukup bandel. Kini berusia 19 tahun. Sudah bekerja dari usia 13 tahun.

Purwanto/epeh (pekerja anak), mengenyam pendidikan hanya sampai bangku sekolah menengah pertama. Ia tidak melanjutkan pendidikannya untuk meringankan beban ekonomi keluarganya. Sempat ternak lele untuk mendapatkan penghasilan. Sekarang ia bekerja sebagai penjaga toko burung milik kakaknya sembari tetap mengurus kolam lele. Sebelum ia manjalani pekerjaan ini ia sempat melakukan berbagai pekerjaan berat. Walaupun memiki omset yang tidak tentu ia tetap menikmati pekerjaannya saat ini. Remaja ini tidak pernah mengalami kendala yang berarti dalam menjalani pekerjaannya.

Ma‟sum (pekerja anak) sempat merantau ke Malaysia tetapi kemudian

(62)

Dari keterangan yang saya himpun dari kawan dan beberapa perangkat desa sebenarnya masih ada beberapa pekerja anak, namun karena berbagai alasan sangat disayangkan saya tidak dapat mewawancarainya. Diantara mereka yang tidak dapat saya wawancarai, karena sedang merantau atau enggan untuk diwawancara.

Berbekal dari pemaparan diatas maka dapat saya klasifikasikan para pekerja anak tersebut kedalam sebuah tabel menurut jenis pekerjaannya.

NO NAMA PEKERJAAN

KATEGORI PEKERJAAN 1 Sigit Arifianto Kuli Bangunan

Membahayakan

4 Bekti Dwi Prasetyo Serabutan 5 Imam Prayoga Asisten Tukang Kayu

6 Ardian Eko Putra Penjaga Toko Membahayakan perkembangan

sosial 7 Fitri Susfianti Penjaga Toko

8 Anton Dwi Saputra Penjaga Tempat Hiburan

(63)

BAB IV

ANALISIS FENOMENA PEKERJA ANAK DI DESA SURUH MENURUT

HUKUM ISLAM DAN UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG

KETENAGAKERJAAN

A. Analisis Fenomena Pekerja Anak di Desa Suruh kec. Suruh Kab.

Semarang

Fenomena pekerja anak bukanlah merupakan merukan hal yang baru di dalam masyarakat. Bisa jadi fenomena ini sudah terjadi sejak pertama kali manusia mengenal sistem ekonomi. Fenomena ini juga bukanlah fenomena yang kecil dan lokal. Fenomena ini telah menjadi isu global yang terjadi hampir diseluruh dunia. Utamanya pada negara-negara yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan secara ekonomi. Tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi pula di negara-negara yang dianggap telah maju.

(64)

bahwa memang pendidikan secara formal itu penting. Saat ini masyarakat secara umum sudah perduli tentang masalah pendidikan, utamanya untuk anak-anak.

Dewasa ini fenomena pekerja anak sangat erat berkaitan dengan persoalan putus sekolah. Karena hampir seluruh anak-anak yang bekerja adalah mereka yang putus sekolah atau tidak melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Berbagai alasan mereka lontarkan, mulai dari karena faktor ekonomi, ingin membantu orang tua, ingin memiliki penghasilan sendiri, dll. Semua itu seakan sebagai pembenaran atas apa yang telah mereka jalani. Walaupun sejatinya dilihat dari norma apapun dan dimanapun fenomena pekerja anak bukanlah hal yang benar. Pekerja anak merupakan salah satu masalah yang harus ditangani secara serius agar keberadaanya dapat tergerus.

Seorang anak harus dibekali dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup untuk bertahan didalam arus kehidupan. Mengingat arus teknologi dan kebutuhan hidup seseorang yang terus berkembang seiring zaman. Tentu sebagai orang tua, keluarga, tetangga, teman, kita tidak ingin melihat orang lain sengsara.

Jika kesejahteraan yang menjadi ukuran kelayakan. Setiap orang harus memiliki bekal untuk mendapatkan hal yang demikian. Setiap orang harus memiliki kesempatan. Setiap orang haknya harus diberikan. Setiap orang harus mendapat perlindungan.

(65)

dari kemampuan. Hal inilah kiranya yang menjadi penyebab utama kenapa fenomena pekerja anak terus berkelanjutan.

Seorang anak yang tidak melanjutkan studinya. Sebagian besar akan bekerja untuk mengisi hari-harinya. Karena alangkah tidak enaknya disebut pengangguran dan parasit didalam keluarga. Berbagai cara mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhannya.

Hal ini sangat disayangkan terjadi. Karena anak akan kehilangan kehilangan haknya dan rawan tereksploitasi. Mereka harus mandiri lebih dini. Mereka kehilangan kesempatan untuk menempa diri.

Walaupaun memang ada ungkapan yang menyatakan bahwa “belajar bukan hanya dari bangku sekolah”. Namun demikian, tentu kita sepakat bahwa “sekolah adalah pelita ilmu”. Sekolah adalah tempat yang paling tepat untuk kita

menimba ilmu. Sehingga kita siap untuk menghadapi hidup yang terkadang keras dan berliku.

Hal ini sangat terasa saat ini dimana pendidikan menjadi standard kelayakan untuk memperoleh suatu pekerjaan. Contoh sederhana, untuk hanya menjadi pegawai negeri saja, kita harus sarjana. Bagaimana dengan mereka yang hanya lulusan Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. Mereka hanya akan bekerja disektor informal, dengan penghasilan yang tidak tentu seberapa. Bekerja serabutan seadanya.

Gambar

Table 1.1 penduduk desa suruh menurut kelompok umur
Table 1.2 rekapitulasi jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk membahas lebih jelas mengenai pelaksanaan pembagian hak ahli waris yang didasarkan pada penggantian tempat kedudukan menurut

Indonesia merupakan pengguna terbanyak media sosial facebook dan media sosial lainnya. Tentu hal ini pada saat sekarang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jiwa

Sesuai dengan hasil penelitian, maka rumusan masalah yang diajukan pada bab sebelumnya telah terjawab, yaitu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan maraknya perjudian di

different training data will affect the results of accuracy and time used in the. calculation

Pengertian ini memberi pemahaman bahwa dalam persepsi terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh individu. Seseorang bisa berpersepsi apabila seseorang

Pada kegiatan belajar ini anda akan dipandu dalam penciptaan tari, proses. penyusunan tari tidak hanya menitik beratkan pada aspek

Thomas Engel has taught chemistry for more than 20 years at the University of Washington, where he is currently Professor of Chemistry and Associate Chair for the Undergraduate

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh