• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Staf Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Staf Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,

keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para

staf memandang pekerjaan mereka.

Menurut Robbins (2006, 20) kepuasan kerja merupakan “Perilaku

individual terhadap pekerjaannya, perpustakaan yang staf nya mendapatkan

kepuasan di tempat kerja maka cenderung lebih efektif dari pada perpustakaan

yang staf nya kurang mendapatkan kepuasan kerja”.

Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual, setiap individu

memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai

yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada

masing-masing individu semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang

sesuai dengan keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan

yang dirasakannya atau sebaliknya.

Anoraga (2001) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah “Sikap umum

yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor

pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial diluar kerja”.

Menurut Kreitner (2001, 271) berpendapat tentang kepuasan kerja

adalah“Suatu efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek

pekerjaan”.

Kepuasan Kerja menurut Jex (2002, 131) sebagai “Tingkat afeksi positif

seorang pekerja terhadap pekerjaan dan situasi pekerjaan”.

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa kepuasan kerja dapat

dikatakan cara seorang pekerja merasakan pekerjaanya, kepuasan kerja tergantung

pada tingkat penyesuaian antara kebutuhan masing-masing staf nya serta ciri-ciri

yang memberikan dorongan atau memenuhi kebutuhan dari pekerjaan yang

bersangkutan serta kepuasan kerja menunjukan kesesuaian antara harapan

(2)

2.1.1 Konsep Kepuasan Kerja

Riggio (2005) juga mengemukaan tentang pengukuran konsep kepuasan

kerja, dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain:

1. Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep global. Konsep ini

merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi dari semua

aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari suatu jabatan,

pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner satu

pertanyaan. Hal ini memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya adalah tidak

ada biaya pengembangan dan dapat dimengerti oleh mereka yang ditanyai,

selain itu cara ini cepat mudah diadministrasikan dan diberi nilai.

Kuesioner satu pertanyaan menyediakan ruang yang cukup banyak bagi

penafsiran pribadi dari pertanyaan yang diajukan. Responden akan

menjawab berdasarkan gaji, sifat pekerjaan, iklim sosial organisasi, dan

sebagainya.

2. Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan, konsep ini

menggunakan konsep facet (permukaan) atau komponen, yang

menganggap bahwa kepuasan karyawan dengan berbagai aspek situasi

kerja yang berbeda dapat bervariasi secara bebas dan harus diukur secara

terpisah. Diantara konsep facet yang dapat diperiksa adalah beban kerja,

keamanan kerja, kompetensi, kondisi kerja, status dan prestise kerja.

Kecocokan rekan kerja, kebijaksanaan penilaian perusahaan, praktek

manejemen, hubungan atasan-bawahan, otonomi dan tanggung jawab

jabatan, kesempatan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan,

serta kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan.

3. Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai kebutuhan yang terpenuhkan,

yaitu suatu pendekatan terhadap pengukuran kepuasan kerja yang tidak

menggunakan asumsi bahwa semua orang memiliki perasaan yang sama

mengenai aspek tertentu dari situasi kerja.

Konsep kepuasan kerja staf dapat dilihat dari perasaan jika mendapat

(3)

tunjangan dan bonus yang diberikan instansi, penilaian terhadap jaminan/asuransi

kesehatan, jaminan pensiun, penilaian terhadap cuti kerja.

2.1.2 Tingkat Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2006, 15) yang perlu diperhatikan atau yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut :

1. Kepuasan kerja dan prestasi, sebagian manajer berasumsi bahwa kepuasan

yang tinggi selamanya akan menimbulkan prestasi yang baik. Staf yang

puas boleh jadi adalah staf yang berproduksi tinggi, sedang, atau rendah,

dan mereka akan cenderung meneruskan tingkat prestasi yang

menimbulkan kepuasan bagi mereka. Prestasi turut menyumbang

timbulnya kepuasan kerja yang tinggi.

2. Profil staf yang puas, kepuasan kerja berkaitan dengan sejumlah variabel

yang memungkinkan para manajer untuk memperkirakan kelompok yang

lebih cenderung mengalami masalah ketidakpuasan

3. Usia, ketika para staf makin bertambah lanjut usianya, mereka cenderung

sedikit lebih puas dengan pekerjaannya. Ada sejumlah alasan mengenai

hala ini, seperti semakin rendahnya harapan dan penyesuian yang lebih

baik dengan situasi kerja karena telah berpengalaman dengan situasi itu

serta sebaliknya para karyawan yang lebih muda, cenderung kurang puas

karena pengharapan lebih tinggi, kurang penyesuian, dan berbagai sebab

lain.

4. Tingkat pekerjaan, orang-orang dengan pekerjaan pada tingkat yang lebih

tinggi cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka. Mereka

biasanya memperoleh gaji dan kondisi kerja lebih baik, dan pekerjaan

yang dilakukan member peluang untuk menggunakan kemampuan mereka

sepenuhnya, oleh karena itu mereka memilki alasan yang baik untuk

merasa lebih puas.

5. Ukuran organisasi, ukuran organisasi seringkali berlawanan dengan

kepuasan kerja istilah ukuran organisasi lebih mengacu pada ukuran unit

operasional, seperti pabrik cabang ketimbang pada perusahaan secara

menyeluruh atau unit pemerintahan.

(4)

Tingkat kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respons umum pekerja

berupa perilaku yang ditampilkan oleh staf sebagai hasil persepsi mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya gaji

tetapi terkait dengan pekerjaan itu sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan

dengan atasan, rekan kerja, lingkungan kerja dan aturan-aturan.

Menurut Kreitner (2003, 225) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja adalah:

1. Pemenuhan kebutuhan (nedd fulfelment)

Kepuasan ditentukan oleh tingkatan krakteristik pekerjaan memberikan

kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya

2. Perbedaan (discrepancies)

Kepuasan kerja merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan

harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa

yang diperoleh individu dari pekerjaannya bila harapan lebih besar dari

apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas

bila menerima manfaat diatas harapan.

3. Pencapaian nilai (value attainment)

Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan

pemenuhan nilai kerja individual yang penting.

4. Keadilan (equity)

Kepuasan merupakan fungsi seberapa dari adil individu diperlakukan

ditempat kerja.

5. Komponen genetik (genetic component)

Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini

menyiratkan perbedaan individu mempunyai arti penting untuk

(5)

Adapun pendapat lain mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja menurut Greenberg (2003) ada 2 faktor antara lain:

1. Faktor-faktor organisasional

1) Sistem penggajian

2) Kualitas dari supervise

3) Desentralisasi kekuasaan

4) Tingkat kerja dan dorongan sosial

5) Kondisi kerja yang menyenangkan

2. Faktor Personal

1) Variabel kepribadian

2) Status dan senioritas

3) Pekerjaan yang sesuai dengan minat

4) Kepuasan hidup

Menurut Robbins (2006, 149-150) faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja yaitu:

1. Kerja yang secara mental menantang

Staf cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberikan

mereka kesempataan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan

yang masih mereka miliki menawarkan beragam tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja.

2. Imbalan yang pantas

Para staf menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka

presepsikan sebagai adil, tidan meragukan dan segaris dengan

pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang diharapkan pada

tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar pengupahan

komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Banyak orang

bersedia menerima uang lebih kecil untuk bekerja dilokasi yang diinginkan

atau pada pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan

yang lebih besar dalam pekerjaan yang mereka lakukan dan jam kerja.

3. Kondisi kerja yang mendukung

Staf peduli dengan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi

(6)

fisik kerja yang nyaman dan aman, pemberian diklat untuk memudahkan

staf dalam mengerjakan tugasnya dengan baik.

4. Rekan kerja yang mendukung

Bagi kebanyakan staf, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial.

Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang

ramah dan mendukung mengantar ke kepuasan kerja yang meningkat.

Prilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.

5. Kesesuaian pribadi dengan pekerjaan

Pada hakikatnya adalah orang-orang yang tipe kepribadiannya kongruen

(sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih sebisanya akan

menunjukan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat

untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.

Sedangkan menurut As’ad (2004, 114) mengemukakan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seperti :

1) Gaji, gaji yang kurang menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang

yang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang

diperolehnya.

2) Manajemen kerja, manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan

situasi dan kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja

dengan nyaman.

3) Kondisi kerja, dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi, penyinaran,

kantin, dan tempat parkir.

4) Komunikasi, komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pimpinan

banyak dipakai untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya

kesediaan pihak pimpinan untuk mau mendengar, memahami dan

mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan dalam

menimbukan kepuasan kerja.

5) Fasilitas, adalah kelengkapan yang telah disediakan perpustakaan untuk

memenuhi kebutuhan staf perpustaakaan, perasaan puas terhadap sarana

dan prasarana yang ada seperti komputer, meja, kursi, rak lemari, ac/kipas,

(7)

Berdasarkan pendapat diatas diketahui faktor-faktor kepuasan kerja adalah

setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan

bidangnya masing-masing sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan

seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut

akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja,atasan yang baik berarti mau

menghargai pekerjaan bawahannya serta bagi bawahan atasan bisa dianggap

sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya, teman sekerja merupakan

faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan

dengan pegawai lain baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya,

promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan

untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja, dan gaji/upahmerupakan

faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

2.2 Kinerja

Pada dasarnya seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya diharapkan untuk menunjukkan suatu performance yang

terbaik yang bisa ditunjukkan oleh pegawai tersebut, selain itu performance yang

ditunjukan oleh seorang pegawai tentu saja dipengaruhi oleh berbagai fakor.

Kinerja (Performance) menurut Sedarmayanti (2005) yaitu:

Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan secara illegal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral dan etika.

Kinerja pegawai menurut Sentono (2001, 2) adalah “Hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan”.

Kinerja pegawai perpustakaan diharapkan selalu meningkat untuk

mencapai tujuan organisasi. Maka untuk meningkatkan kinerja tersebut perlu

adanya kerja sama baik kerja sama antar atasan dan bawahan maupun kerjasama

antar bawahan. Dalam era kompetitif sekarang ini dituntut adanya kinerja yang

(8)

kuantitas dan kualitas, efisien dan efektifitas kerja pustakawan meliputi

kerjasama, kreatif, dan inovatif.

2.2.1 Pengukuran Kinerja Pegawai

Ada beberapa pengukuran kinerja pegawai menurut Gomes (2003, 134),

adalah sebagai berikut:

1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode

waktu yang ditentukan.

2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat

kesesuaian dan kesiapannya.

3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

keterampilannya.

4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama

anggota organisasi).

6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan

penyelesaian kerja tepat pada waktunya.

7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggung jawabnya.

8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramah-tamahan, dan integritas pribadi.

Sedangkan menurut Mitchell (1978, 343) yang dikutip oleh Sedarmayanti

(2005, 51), menyatakan bahwa pengukuran kinerja meliputi beberapa aspek,

yaitu:

1. Prom Quality of Work (Kualitas Kerja)

2. Promptness (Ketepatan Waktu)

3. Initiative (Inisiatif)

4. Capability (Kemampuan)

(9)

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa pengukuran kinerja dapat

dilihat dari bagaimana kualitas kerja staf dalam melakukan suatu pekerjaan,

ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, bagaimana inisiatif staf

dalam mengembangkan suatu perpustakaan, kemampuan staf dalam melakukan

suatu pekerjaan, dan bagaimana komunikasi antar staf dengan staf lainnya.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Mangkunegara (2004,

16-17) sebagai berikut:

1. Faktor Individu

Individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi

antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya

integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut

memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan

modal utama individu manusia untu mampu mengelola dan

mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan

kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam

mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud

antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja

yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis,

iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang

relatif memadai.

Betapa pentingnya kinerja bagi perpustakaan sehingga pengembangan staf

berbasis kompetensi merupakan salah satu upaya dapat meningkatkan kinerja,

karena pengembangan staf berbasis kompetensi merupakan wujud perhatian dan

pengakuan perpustakaan atau pimpinan kepada staf perpustakaan yang

(10)

2.2.3 Tujuan Kinerja

Menurut Jacoby (2005, 60) memberikan langkah-langkah dalam

mengevaluasi untuk mencapai tujuan dalam kinerja organisasi yang juga dapat

diterapkan pada perpustakaan antara lain:

1. Defenisikan dengan jelas setiap ukuran yang digunakan agar setiap orang

dalam organisasi tersebut dapat mengerti apa yang sedang diukur

2. Buat standar ukuran

3. Tetapkan baseline dari setiap ukuran tersebut

4. Tetapkan standar mutu perpustakaan berdasarkan standar penyelenggaraan

perpustakaan yang baku

5. Buatlah target yang hendak dicapai

6. Diskusikan hasil secara berkala

Adapun tujuan pengembangan diri staf perpustakaan yaitu sebagai dasar

untuk mengidentifikasi kelebihan atau kekurangan staf sehingga dapat menjadi

salah satu bahan pertimbangan dalam melibatkan staf untuk program-program

pengembangan staf perpustakaan, sebagai alat untuk memperbaiki atau

mengembangkan kecakapan kerja serta meningkatkan motivasi kerja staf

perpustakaan, sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan atasan atau

pejabat penilai dalam mengamati perilaku kerja staf secara keseluruhan, dan

membantu menghadapi tantangan eksternal.

Kinerja perpustakaan untuk tujuan administrasi personalia menurut Leech

(2008, 129) adalah:

Hasil pengukuran kinerja staf akan menjadi dasar untuk penyesuaian dan

penetapan kompensasi staf, perencanaan dan pengembangan karir dalam

wujudnya sebagai promosi dan mutasi atau demosi jabatan dengan

pemberian kesempatan kerja yang adil, sebagai dasar untuk mengevaluasi

kinerja dan produktifitas organisasi dan unit kerja pada umumnya serta

individu-individu staf dalam setiap jabatan mereka khususnya.

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa kinerja dipahami sebagai

(11)

kebutuhan pemakai serta memungkinkan untuk mendorong staf perpustakaan

dalam mengembangkan karir, promosi, mutasi atau demosi, sebagai dasar

identifikasi kelebihan dan kekurangan staf perpustakaan, sebagai alat perbaikan

dalam pengambilan keputusan sebagai pemegang kebijakan.

2.2.4 Standar Kinerja

Standar kinerja adalah pernyataan kuantifikasi yang digunakan untuk

mengevaluasi dan membandingkan kinerja suatu perpustakaan dalam mencapai

tujuannya. Standar ini sangat efisien digunakan untuk mengukur jasa atau layanan

perpustakaan yang diterima oleh pemakai. Standar tersebut harus mudah

digunakan, terpercaya, valid dan dapat dijadikan alat dalam pengambilan

keputusan.

Standar kompetensi dalam kinerjanya menurut Purjono (2009), antara lain

sebagai berikut:

1. Komponen kompetensi meliputi pengetahuan serta kemampuan dan

keterampilan yang harus dimiliki oleh pustakawan.

2. Komponen tugas pokok dan fungsi meliputi tugas pokok fungsi serta

wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepada pustakawan.

3. Komponen pekerjaan meliputi jenis dan sifat pekerjaan yang dilaksanakan

oleh pustakawan.

4. Komponen individu meliputi hak-hak dan kewajiban pustakawan.

5. Komponen sistem meliputi prosedur dan mekanisme kegiatan pustakawan.

6. Komponen pembinaan meliputi peningkatan mutu melalui pendidikan

formal serta pengawasan pustakawan.

Menurut Purjono (2009, 3) standard kinerja pada umumnya untuk ukuran

kinerja sumberdaya manusia (SDM) juga memiliki empat kategori antara lain:

1. Indikator kuantitatif yang mengindikasikan jumlah atau angka, contohnya

berupa angka tingkat keluar masuk staf dan produktivitas staf.

2. Indikator praktis yang mengindikasikan proses yang sedang berjalan,

contohnya berupa nilai investasi sumberdaya manusia dan jumlah

(12)

3. Indikator sinyal yang secara spesifik menunjukkan gambaran apakah

perpustakaan sedang maju atau sebaliknya, contohnya besarnya

pertumbuhan produktivitas staf pertahun selama lima tahun terakhir.

4. Indikator yang menunjukkan efek suatu kendali perpustakaan terhadap

perubahan, contohnya pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan, sikap,

dan keterampilan staf, pengaruh peningkatan motivasi terhadap kinerja staf

serta pengaruh teknologi terhadap produktivitas staf.

2.2.5 Aspek-Aspek Kinerja

Adapun aspek-aspek dalam penilaian kinerja tersebut antara lain pekerjaan

yang di hasilkan, kerjasama, inisiatif, pengetahuan, kehadiran dan kesetiaan.

Aspek-aspek standard kinerja menurut Mangkunegara (2006, 18) terdapat

beberapa aspek antara lain :

1. Aspek kuantitatif meliputi :

1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan

2) Waktu yang di gunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan

3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam pekerjaan

2. Aspek kualitatif meliputi :

1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan

2) Tingkat kemampuan dalam pekerjaan

3) Kemampuan menganalisis data informasi serta kegagalan

menggunakan peralatan

4) Kemampuan mengevaluasi

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa aspek-aspek kinerja

perpustakaan adalah suatu kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan,

kemampuan dalam menyesuaikan bidang operasional dan kemampuan

bekerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan perkerjaan serta suatu

indikator kegiatan yang ada pada satu bidang kerja yang diberi nilai untuk di capai

dalam memenuhi satu bidang kerja yang merefleksikan ukuran atau standard

(13)

2.3 Kinerja Perpustakaan

Kinerja perpustakaan merupakan seluruh proses rangkaian kegiatan yang

diawali dengan perencanaan dan pembentukan perpustakaan, pengelolaan

dilanjutkan dengan pembinaan. Kinerja dalam perpustakaan merupakan jawaban

dari berhasil atau tidaknya tujuan perpustakaan yang telah ditetapkan, jadi kinerja

adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama

periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang

telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Menurut Sutarno (2006, 116) kinerja perpustakaan merupakan “Efektifitas

jasa yang disediakan perpustakaan dan efisiensi sumberdaya yang digunakan

untuk menyiapkan jasa, untuk menilai efektivitas kinerja perpustakaan dikenal

beberapa teori, antara lain konsep kriteria”.

Kinerja perpustakaan Sulistyo-Basuki (2005, 320) sebagai “Keseluruhan

jasa yang diberikan oleh perpustakaan (sirkulasi, referensi), fungsi atau aktivitas

tertentu atau sumber daya yang ada di perpustakaan (staf, koleksi, sistem

automasi, fasilitas)”.

Berdasarkan pernyataan di atas maka diketahui bahwa kinerja staf

perpustakaan merupakan hasil kerja yang dapat dicapai staf perpustakaan baik

perserorangan maupun kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan

tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan. Dalam dunia perpustakaan pengertian kinerja perpustakaan adalah

efektifitas jasa yang disediakan oleh perpustakaan dan efisiensi sumber daya yang

dialokasikan serta digunakan untuk menyiapkan jasa tersebut. Adapun indikator

kinerja adalah pernyataan numerik, simbol atau verbal yang diperoleh dari

statistik dan data perpustakaan yang digunakan untuk memberi ciri terhadap

kinerja sebuah perpustakaan.

2.3.1 Tolok Ukur Kinerja Perpustakaan

Dalam manajemen modern, perlunya pengukuran kinerja telah disadari

oleh berbagai kalangan tennasuk pula perpustakaan. Pedoman pengukuran yang

(14)

IFLA (1996) Terdapat 9 indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja

perpustakaan sebagai berikut :

1. kepuasan pemakai (termasuk jasa yang digunakan secara remote)

2. umum (jam buka perpustakaan dibandingkan dengan permintaan)

3. penyediaan dan temu kembali dokument (expert checklists, pemanfaatan

koleksi

4. Penggunaan koleksi berdasarkan subjek, dokumen yang tidak digunakan)

5. pertanyaan dan layanan referensi (rerata pertanyaan yang terjawab)

6. penelusuran informasi (penelusuran bahan pustaka yang diketahui,

penelusuran subjek)

7. pengadaan dan pengolahan dokumen (pengadaan, pengolahan)

8. peminjaman dan pengembalian dokumen (waktu)

9. ketersediaan (proporsi dokumen yang tersedia segera sesuai dengan

permintaan)

IFLA (1996) juga menyatakan bahwa pengukuruan kinerja maksudnya

adalah sekumpulan data statistik dan data lainnya untuk menggambarkan kinerja

perpustakaan dan menganalisis data tersebut untuk mengevaluasi kinerja.

Menurut ISO (1998) terdapat 29 indikator untuk mengukur kinerja

perpustakaan seperti :

1. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction)

2. Persentase Target Pemakai yang Dicapai (Percentage of Target

Population Reached)

3. Biaya per Pemakai (Cost per User)

4. Kunjungan ke Perpustakaan per Kapita (Library Visits per Capita)

5. Biaya per Kunjungan ke Perpustakaan (Cost per Library Visit)

6. Ketersediaan Judul Dokumen (Titles Availability)

7. Ketersediaan Judul Dokumen yang Dibutuhkan (Required Titles

Availability)

8. Prosentase Judul Dokumen yang Dibutuhkan Dalam Koleksi (Percentage

of Required Titles in the Collection)

(15)

10.Penggunaan di Perpustakaan per Kapita (In Library Use per Capita)

11.Tingkat Penggunaan Dokumen (Tingkat Penggunaan Dokumen)

12.Median Waktu Temu Kembali Dokumen dari Koleksi Tertutup (Median

Time of Document Retrieval from Closed Stacks)

13.Median Waktu Temu Kembali Dokumen dari Koleksi Terbuka (Median

Time of Document Retrieval from Open Access Areas)

14.Koleksi Kembali (Collection Turnover)

15.Peminjaman per Kapita (Loans per Capita)

16.Dokumen yang Sedang Dipinjam per Kapita (Documents on Loan per

Capita)

17.Biaya per Peminjaman (Cost per Loan)

18.Peminjaman per Petugas (Loans per Employee)

19.Kecepatan ILL (Speed of Interlibrary Lending)

20.Tingkat Ketepatan Jawaban yang Diberikan (Correct Answer Fill Rate)

21.Tingkat Keberhasilan Penelusuran Melalui Katalog Judul (Title Catalogue

Search Success Rate)

22.Tingkat Keberhasilan Penelusuran Melalui Katalog Subjek (Subject

Catalogue Search Success Rate)

23.Ketersediaan Fasilitas (Facilities Availability)

24.Tingkat Penggunaan Fasilitas (Facilities Use Rate)

25.Tingkat Keterisian Kursi (Seat Occupancy Rate)

26.Ketersediaan Sistem Otomasi (Automated System Availability)

27.Median Waktu Pengadaan Dokumen (Median Time of Document

Acquisition)

28.Median Waktu Pengolahan Dokumen (Median Time of Document

Processing)

29.Biaya per Judul Katalog (Cost per Title Catalogued)

Berdasarkan pendapat diatas dapat didefinisikan cara mengukur kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Pagu Raskin Kecamatan dan desa/kelurahan/ pemerintahan setingkat tahun 2014 merupakan besaran jumlah Rumah Tangga Sasaran yang menerima Raskin pada tahun 2014 di setiap kecamatan

Dengan dibuatnya aplikasi ini diharapkan dapat membantu pemakai (user) dalam pencatatan pendaftaran peserta dan dapat membantu proses penyimpanan data siswa sehingga tidak

[r]

PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK MEMPEROLEH PENGHASILAN.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69 Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sidoarjo serta

• OA dimaksudkan untuk membentu pekerja sekretarial dan administrasi, tetapi kemampuannya untuk memudahkan komunikasi formal dengan orang-orang di dalam dan di luar perusahaan

Sistem ini merupakan bagian dari computer khusus yang dihubungkan dengan suatu fungsi tertentu..

Tujuan penyusutan dan amortisasi komersial dimaksudkan untuk mengalokasikan nilai perolehan ke masa manfaat aktiva tetap dan harta tak berwujud tersebut untuk dapat dibebankan