• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Audit merupakan proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasi secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI 19-19011-2005). Dengan dikeluarkannya PP60/2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, menciptakan akuntabilitas aparat pemerintah yang berada dibawah presiden, dan memiliki visi menjadi katalisator pembaharuan manajemen pemerintah. Untuk itu praktek professional auditor pemerintah yang bertugas sebagai pengawas perlu ditingkatkan, meskipun auditor memiliki keterbatasan dari kemampuan dari diri sendiri, waktu yang ditetapkan, biaya, dan beban kerja cukup besar. Sikap professional ini diperlukan karena BPKP dengan posisinya sebagai internal auditor pemerintah memiliki peranan penting.

Untuk itu tugas pengawasan/audit yang berhasil akan sangat ditentukan oleh faktor sunber daya manusia yang professional, yang merupakan salah satu penggerak utama atas kelancaran jalannya kegiatan dan mempunyai peranan penting baik secara perorangan ataupun kelompok.

(2)

imbalan karena keahlliannya. Yang kedua, meryujuk pada suatu standar pekerjaan, prinsip-prinsip moral, dan etika profesi. Yang ketiga, profesionalisme juga berarti moral, dalam hal ini akuntan/auditor berupaya mempertahankan atau menjaga martabat dan kepercayaan yang diberikan masyarakat.

Sikap profesionalisme ini harus dijunjung tinggi oleh auditor agar menghasilkan kualitas audit yang baik. Menurut Hall (1968, dalam Hassanuddin 2002) terdapat dua aspek yang berkaitan dengan profesionallisme yaitu aspek structural, yang dibentuk melalui pendidikan formal, pelatihan, pembentukan asosiasi professional, dan pembentukan kode etik, dan aspek sikap dan prilaku, yang berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.

Dalam penelitian Wahyudin (2011) dinyatakan bahwa perilaku professional auditor/akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfungsional audit behavior). Perilaku disfungsional yang dimaksud di sini adalah perilaku seorang auditor dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit baik sacara langsusng maupun tidak langsung.

(3)

Penghentian premature atas prosedur audit adalah tindakan penghentian terhadap prosedur audit atau tidak melengkapi langkah prosedur audit yang disyaratkan tetapi auditor berani mengungkapkan opini tyerhadap lapporan keuangan yang diauditnya (Weningtyas,et. Al, 2006 dalam Indarto, 2011)

Corem (2008, dalam Wahyudi, Lucyanda, dan Loekman (2011)) juga menyatakan bahwa terdapat dua aspek yang disebabkan oleh RAQ, yaitu aspek pertama adanya dampak terhadap pemakai laporan keuangan, yakni opini audit yang tidak benar. Aspek kedua, adalah dampak terhadap auditor itu sendiri, yaitu adanya perhatian atau keinginan auditor untuk melakukan perilaku RAQ. Untuk itu disarankan lebih baik meningkatkan pengendalian mutu dan meninjau kembali prosedur audit daripada melakukan pengawasan kepada auditor.

Pernyataan ini dikuatkan oleh penelitian (Indarto, 2011) bahwa pengurangan kualitas audit sering disebut Reduced Audit Quality (RAQ) yang berarti kegagalan auditor untuk melengkapi langkah program audit yang dilakukan secara sengaja. Perilaku pengurangan kualitas audit dapat digolongkan ke dalam pengurangan kualitas audit golongan rendah yang masih dapat diterima, ataupun masuk dalam kategori golongan tinggi yang dapat menyebabkan tuntutan hukum bagi auditor atau menyebabkan pemecatan bagi auditor.

(4)

prosedur audit yang dilakukan tidak penting; (3). Prosedur audit tidak material; (4). Prosedur audit yang kurang dimengerti; (5). Terbatasnya penyampaian laporan audit; dan (6). Faktor kebosanan auditor (Alderman & Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991).

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Wahyudin (2011) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perbedaan penerimaan auditor atas dysfungsional audit behavior diantaranya karakteristik personal auditor yang mempengaruhi penerimaan audit atas dysfungsional audit behavior

secara langsung diantaranya adalah locus of control, turnover intention,dan kinerja (Donnelly et al., 2003; Maryanti, 2005; Anastasia & Mukhlasin, 2005 dalam Wahyudin, 2011).

(5)

akuntan independen, akunatan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah (Dewi,2009). Sebagai contoh beberapa perusahaan yang terkait kasus profesionalisme etika auditor seperti: Kasus Enron (pada th.2001), Kasus WorldCom (th.2001), Kasus Kimia Farma (th.2002), Kasus Telkom (th.2002), Kasus Lippo (th.2003).

Perlunya pemahaman etika bagi profesi auditor adalah sama seperti keberadaan jantung bagi tubuh manusia. Ada 4 elemen penting yang harus dimiliki auditor yaitu; (1). Keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penyusunan laporan keuangan; (2). Standar pemeriksaan/auditing; (3). Etika profesi; (4). Pemahaman terhadap lkingkungan bisnis yang diaudit. Dari keempat elemen tersebut sangatlah jelas bahwa seorang auditor, persyaratan utama yang dimiliki diantaranya adalah wajib memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku. Hasi penelitian Suraida (2005), membuktikan secara empiris bahwa faktor etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pula bahwa etika juga berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

(6)

prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang di peroleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam member kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Menurut Libby dan Frederick (1990) pengalaman yang dimiliki auditor akan mempengaruhi kualitas auditnya, mereka menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor dapat menghasilakan berbagai dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Karena berbagai alasan seperti diungkapkan diatas, pengelama kerja telah dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, dalam hal ini adalah kuliatas auditnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjusul “Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit Pada Badan Pengawas Keuang dan Pembangunan di Kota Medan”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagi dasar kajian penelitian yang dilakukan yaitu :

1. Apakah karateristik personal auditor berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku audit?

2. Apakah etika audit berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku audit? 3. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku

(7)

4. Apakah karakterisik personal auditor, etika audit dan pengalaman auditor berpengaruh secara simultan terhadap peyimpangan perilaku audit? 1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penyimpangan audit

2. Untuk mengetahui pengaruh etika audit terhadap penyimpangan audit 3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor terhadap penyimpangan

audit

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik personal auditor, etika audit dan pengalaman auditor secara simultan terhadap penyimpangan perilaku audit

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh karateristik personal auditor, etika audit dan pengalaman auditor terhadap tingkat penyimpangan perilaku audit.

2. Bagi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(8)

yang menjadi motivasi seorang auditor agar auditor dapat menghasilkan kinerja yang optimal.

3. Bagi Pihak Lain

Referensi

Dokumen terkait

Dari paparan hasil dan pembahasan data, diperoleh kesimpulan bahwa orangtua keluarga miskin perkotaan di kampung Guji Baru masih memiliki sumber daya dan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W6, 2017 International Conference on Unmanned Aerial Vehicles

Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan

Informasi Keuangan Konsolidasian yang berakhir tanggal 31 Desember 2016 diambil dari Laporan Keuangan per 31 Desember 2016 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Sriyadi

In the other part of concrete spalling, some of photogrammetry techniques are used to calculate the spatial information such as the length, width, area and volume..

Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif 5.64% 6.50%.. Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)

[r]

Tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh korporasi, yaitu dalam Undang-undang No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, penentuan