• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bilangan Penyabunan Pada Fatty Acid Distillate ( PFAD ) dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD) di PT. Palmcoco Laboratories

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Bilangan Penyabunan Pada Fatty Acid Distillate ( PFAD ) dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD) di PT. Palmcoco Laboratories"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu tanaman penghasil

minyak nabati yang sangat penting. Dewasa ini, kelapa sawit tumbuh sebagai

tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budidaya yang

tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di

Asia, Amerika Selatan, dan Afrika (Setyamidjaja,2006).

Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa

sawit. Potensi produknya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih.

Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per

tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Minyak nabati yang dihasilkan

dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau

crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm

kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan

sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun

(bahan penghasil basa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil,

kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel)

(Sastrosayono,2003).

Selain sebagai bahan baku untuk industri makanan, minyak sawit

(2)

non-pangan, dari industri farmasi sampai industri oleokemikal. Seperti untuk

keperluan pangan, produk non-pangan dihasilkan dari minyak sawit dan

minyak inti sawit melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan

asam lemak dan gliserin. Asam lemak yang dihasilkan dari proses hidrolisis

diproses lebih lanjut, yaitu dihidrogenasi, lalu didestilasi dan selanjutnya

difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak. Asam-asam lemak itu

digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk

produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat.

Dibandingkan detergen yang menggunakan bahan sintetik dari minyak

bumi (seperti : senyawa etilen dan parafin), bahan detergen dan minyak nabati,

diantaranya adalah minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain

sifatnya lebih “biodegradable” (lebih udah diuraikan). Sedangkan

pertimbangan yang lain dari segi ekonomis, pemakaian minyak nabati sebagai

bahan baku lebih menguntungkan, karena harganya relatif lebih murah (Tim

Penulis,1997).

2.1.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang

dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS

atau brondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit

dan hasil-hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan

(3)

- Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,

dan

- Minyak inti sawit yang dihasilkan dari esktraksi inti sawit.

Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan

minyak akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

1. Pengangkutan TBS ke pabrik

Tandan buah segar hasil permanenan harus segera diangkut ke pabrik

untuk diolah, maka kandungan ALB-nya semakin meningkat. Untuk

menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus

segera diolah. Sesampai TBS di pabrik, segera dilakukan

penimbangan. Penimbangan penting dilakukan sebab akan diperoleh

angka-angka yang terutama berkaitan dengan produksi perkebunan,

pembayaran upah para pekerja, perhitungan rendemen minyak sawit,

dan lain-lain. Setelah ditimbang, TBS mengalami proses selanjutnya

yaitu perebusan.

2. Perebusan TBS

Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan

(sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan

mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya

tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan

adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 1250C. Tujuan perebusan adalah:

- Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB

- Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari

(4)

- Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses

pemerasan, serta

- Mengkoagulasi (mengendapkan) protein sehingga

memudahkan pemisahan minyak.

3. Perontokan dan Pelumatan Buah

Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat

dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting

Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontokan buah

(thresher). Dari thresher, buah-buah yang telah rontok dibawa ke

mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran

daging buah dan pelepasan biji, selama proses pelumatan TBS dipanasi

(diuapi).

4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS maka perlu

dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah

bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau

ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak dari masa adukan.

5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengeprean

masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran

berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air.

Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar

tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih

(5)

Oil). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air

di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung dalam

tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan

lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (Processed Palm

Oil) dan hasil olahan lainnya.

6. Pengeringan dan Pemecahan Biji

Biji sawit yang telah dipisahkan pada proses pegadukan, diolah lebih

lanjut untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit

dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering

pada suhu 500C. Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan

mengerut sehingga memudahan pemisahan inti sawit dari

tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke

alat pemecah biji.

7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung

Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis

(BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut

hydroclone separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan

oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung. Atau dapat juga

dengan mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan

lempung yang mempunyai BJ 1,16. Dalam keadaan ini inti sawit

mengapung sedangkan tempurung tenggelam. Proses selanjutnya

adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Inti sawit

(6)

atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak

inti sawit (Palm Kernel Oil) (Tim Penulis,1998).

2.1.2. Pemurnian Minyak Sawit

Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan

rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang

masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan

mentah dalam industri.

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih

berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa

partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak

sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu

dialirkan dalam tangki minyak sawit kasar (Crude Palm Oil). Proses

penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak.

Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki

penampungan dan dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai

dihasilkan minyak sawit murni dan hasil olahan lainnya.

Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui

tahap proses sebagai berikut :

1. Netralisasi

Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas

dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun. Pemisahan

(7)

2. Pemucatan (Bleaching)

Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghasilkan

zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak dengan sejumlah adsorben,

seperti tanah serap (Fuller earth) dan arang aktif atau dapat juga dengan

menggunakan bahan kimia.

Pemucatan minyak dengan bahan kimia banyak digunakan terhadap

minyak untuk tujuan bahan pangan. Keuntungan penggunaan bahan kimia

sebagai bahan pemucatan adalah karena hilangnya sebagian minyak dapat

dihindarkan dan zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap

tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi

reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga meurunkan flavor

minyak.

3. Deodorisasi

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang

bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak

dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak

dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Proses

deodorisasi perlu dibahas terhadap minyak yang digunakan untuk bahan

pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor

yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses

deodorisasi; misalnya lemak susu, lemak coklat, dan minyak jagung.

Proses deodorisasi pada suhu tinggi, komponen yang menimbulkan

(8)

tersebut diangkut dari minyak bersama-sama uap panas. Kerusakan

minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebabkan oleh

proses oksidasi, mikroba dan ion logam yang merupakan katalisator dalan

proses oksidasi minyak (Ketaren, S. 1986).

2.1.3. Sifat Fisiko – Kimia Kelapa Sawit

Sifat fisiko – kimia minyak kelapa sawit meliputi bau dan flavor,

kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling poin), titik

pelunakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, Indeks bias, titik

kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api (Ketaren, 1986).

Tabel. 2.1.3. Nilai Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti

Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 – 0,913

Indeks Bias D 40 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415

Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20

Bilangan Penyabunan 196 – 205 244 – 254

2.1.4. Kandungan Asam Lemak Minyak Sawit

Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C,

H, dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan

perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak

(9)

Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari

asam oleat (39%), dan asam linoleat (11%). (Tim Penulis, 1997).

Tabel 2.1.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam lemak Minyak kelapa sawit Minyak inti kelapa sawit

(persen) (persen)

2.2. Analisa Lemak dan Minyak

Lemak merupakan suatu senyawa ester tang terbentuk dari gliserol asam

lemak (asam karboksilat). Secara umum lemak (fat) dan minyak (oil)

merupakan golongan lipida yaitu senyawa organik yang terdapat dalam alam

serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti

suatu hidrokarbon atau dietileter. Lemak dan minyak merupakan salah satu

kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan

golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut

organik (misalnya ester, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidak larutannya

(10)

Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan, dapat digolongkan

dalam tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu :

 Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat

dalam bahan makanan atau pertanian.

 Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan, yang

berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau adanya pemurnian

lanjutan, misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan

warna. Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat

kaitannya dengan daya tahannya selama penyimpanan, sifat

gorengnya, baunya, maupun rasanya. Tolak ukur kualitas ini adalah

angka asam lemak bebasnya, angka peroksidanya, tingkat

ketengikan dan kadar air.

 Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan

sifat minyak tertentu, data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya,

angka Reichert Meissel, angka Polenseke angka krischner, angka

penyabunan, indeks refraksi titik cair, angka kekentalan, titik

percik, komposisi asam-asam lemak, dan sebagainya (Herlina dan

Ginting, 2002).

2.3. Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)

2.3.1. Proses Pengolahan

Minyak kelapa sawit diekstraksi dari tandan buah segar yang mengandung

(11)

bebas, fosfolipid, logam berat, produk oksidasi dan senyawa-senyawa yang

berbau.

Ada dua metode yang digunakan pada proses pemurnian yaitu secara

fisika dan kimia. Pada dasarnya ini dilakukan untuk menghilangkan asam lemak

bebas. Pemurnian secara fisika merupakan proses yang melibatkan beberapa

pengujian yang sederhana, sehingga dalam proses ini menghasilkan

penghilangan warna maupun bau pada minyak.

Proses awal dilakukan dengan menghilangkan lemak pada minyak kelapa

sawit, proses awal ini digunakan untuk mencampurkan minyak kelapa sawit

dengan asam posfat pekat dan melakukan pembersihan secara adsorpsi dengan

menggunakan adsorben. Minyak kelapa sawit dicampur dengan asam posfat

(konsentrasinya 0.05 – 0,2% dari minyak), setelah itu dipanaskan pada suhu

90-1000 C lalu didinginkan selama 15-30 menit sebelum dialirkan kedalam alat

untuk proses pemucatan, tanah bertindak sebagai adsorben (Shahidi,F.,2005).

Adsorben yang sering digunakan adalah tanah pemucatan dan karbon aktif.

Pencampuran tanah pemucatan dan karbon aktif dengan perbandingan 1 : 25

ternyata menaikkan kemampuan daya pemucatan dibandingkan bila tanah

pemucatan dan karbon aktif digunakan secara sendiri-sendiri (Pasaribu,2004).

Tanah yang digunakan pada proses ini dibutuhkan 0,8%.

Proses pemucatan dilakukan dalam vacum pada tekanan 20-25 mmHg

dengan suhu dari 95 – 1100 C dengan waktu retensi dari 30 – 45 menit.

Adsorben yang digunakan pada proses ini, disaring terlebih dahulu untuk

(12)

Kemudian minyak hasil dari proses awal tersebut dilanjutkan pada tahap

penghilangan bau yang dilakukan dengan penghilangan asam lemak bebas, lalu

minyak hasil dari proses pemucatan dipanaskan pada suhu 240 -2700 C dengan

menggunakan pengganti panas sebelum dipompakan pada alat penghilang bau,

setelah itu diperhatikan suasana vakum pada tekanan antara 2 – 5 mmHg. Pada

kondisi ini asam lemak bebas yang ada dalam minyak hasil dari pemucatan

(BPO) didestilasi bersama dengan senyawa-senyawa yang mudah menguap dan

menghasilkan hasil ekstraksi seperti aldehil dan keton, dan hasilnya adalah

Refined Bleaching Deodorized Palm Oil (RBDPO). Dimana hasil destilat dari

RBDPO tersebut adalah Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) (Shahidi,F.,2005).

Berikut adalah tabel komposisi asam lemak pada PFAD.

Tabel 2.3.1. Komposisi Asam Lemak Pada PFAD

Asam Berat Jumlah

2.4. Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD)

(13)

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengolah minyak mentah

menjadi minyak murni yaitu pemurnian secara kimia/pemurnian dengan alkali

dan pemurnian secara fisik. Pemurnian minyak mentah secara fisik adalah

proses yang paling umum digunakan karena prosesnya lebih sederhana, lebih

efisien, kerugian yang lebih rendah, biaya operasi yang lebih sedikit, modal

yang dikeluarkan lebih sedikit, dan limbah buangannya lebih mudah ditangani.

Proses awal pengolahan persis seperti pengolahan PFAD, digunakan asam

posfat untuk menghilangkan lemak pada minyak kelapa sawit dan melakukan

pembersihan secara adsorpsi dengan menggunakan adsorben. Proses pemucatan

melibatkan penambahan tanah liat yang diaktifkan (bleaching earth) untuk

menghilangkan kotoran yang tidak diinginkan. Pemucatan dilakukan

menggunakan suhu 1000 C dan reaksi berlangsung selama setengah jam.

Banyaknya tanah yang dibutuhkan biasanya berada pada kisaran 0,5% -1,0%.

Kemudian minyak hasil proses awal tersebut diolah kembali memasuki

tahap penghilangan bau, kandungan asam lemak yang jauh tinggi telah

dinetralkan. Lalu minyak hasil dari proses pemucatan dipanaskan pada suhu

220-2400 C, vakum pada tekanan 2-5Mbar. Asam lemak bebas yang ada dalam

minyak hasil pemucatan distilasi dan dikumpulkan (Bright, 2012).

Dimana produk samping yang diperoleh selama proses refining,

bleaching, dan deodorization dari biji kelapa sawit adalah Palm Kernel Fatty

Acid Distillate (http://repository.wima.ac.id.pdf).

Palm Kernel Fatty Acid Distillate digunakan untuk membuat sabun,

(14)

pembersih, pengemulsi dan pembuat busa. Kandungan asam laurat yang tinggi,

membuat sabun mandi yang dihasilkan berkualitas yang sangat baik.

(http://www.acme-hardesty.com/product/palm-kernel-fatty-acid/).Berikut adalah

tabel komposisi asam lemak pada PKFAD.

Tabel 2.4.1. Komposisi Asam Lemak pada PKFAD

Asam Lemak Jumlah (%)

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan

untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel

minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol,

maka KOH akan bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan

alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl sehingga

(15)

Apabila rantai karbon itu pendek, maka jumlah mol asam lemak besar,

sebaliknya apabila rantai karbonnya panjang maka jumlah mol asam lemak kecil.

Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung pada panjang atau

pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya

bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut. Makin kecil

berat molekul lemak, makin besar bilangan penyabunannya. (Poedjiadi, 1994).

Angka Penyabunan = ( )

( )

Sumber : Sudarmadji,1989.

Menurut (Ketaren,1986), reaksi hidrolisis trigliserida yang terjadi :

Gambar 1 : Reaksi hidrolisis trigliserida

Prinsip kerja bilangan penyabunan adalah sejumlah sampel minyak/lemak

direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya

menghasilkan gliserol dan sabun. Sisa dari KOH dititrasi dengan menggunakan

HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa

banyak KOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak

bebas dalam sampel (https://www.academia.edu/Laporan Praktikum Penentuan

(16)

Phenolpthalein

Tidak berwarna Merah Lembayung

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Phenolpthalein dengan KOH

2.6. Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan

kualitas minyak atau lemak. Ada beberapa standar mutu yang digunakan untuk

menenutukan kualitas dari minyak sawit dan inti sawit. Perbedaan standar mutu

ini didasarkan pada kebutuhan dan konsumennya (Ketaren,S.,1986).

Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat

dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti

benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu

minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai

sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan yodium.

Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian

menurut ukuran (Tim Penulis, 1997). Spesifikasi standar mutu Palm Fatty Acid

Distillate (PFAD) dapat dilihat pada tabel 2.6.1. dan spesifikasi standar mutu

(17)

Tabel 2.6.1. Spesifikasi Standar Mutu Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)

Parameter Rata-rata

Asam lemak bebas (sebagai C16:0 %

berat) 83,3

Kadar Air 0,08

Bahan Tidak Tersabunkan (%) 2,5

Bilangan Penyabunan 198

(Sumber : Jatmiko,2014)

Tabel 2.6.2. Spesifikasi Standar Mutu Palm Kernel Fatty Acid Distillate

(PKFAD)

Parameter Spesifikasi Metode Uji

Gambar

Tabel. 2.1.3. Nilai Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Tabel 2.1.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Tabel 2.3.1. Komposisi Asam Lemak Pada PFAD
Tabel 2.4.1. Komposisi Asam Lemak pada PKFAD
+4

Referensi

Dokumen terkait

PENENTUAN BILANGAN ASAM PADA CPKO (CRUDE PALM KERNEL OIL) DAN CPKFAD (CRUDE PALM KERNEL FATTY ACID DISTILLATE)..

Data analisa yang telah dilakukan maka kadar asam lemak bebas dari minyak biji bunga matahari dapat dilihat pada tabel 4.1 dan bilangan penyabunan dari minyak biji

Asam lemak bebas (FFA) yang dihasilkan dalam proses pembuatan minyak goreng ini berupa zat padat, dikenal dengan nama distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) atau Palm Fatty Acid

Dengan mengetahui kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa yaitu Crude Coconut Oil ( CNO ) dan Cococonut Fatty Acid Distillate ( CFAD ), kita dapat

Telah dilakukan analisa untuk menentukan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada Coconut Fatty Acid Destillate (CFAD) dan Palm Fatty Acid Destillate (PFAD) di PT. Sampel yang

Metode yang digunakan dalam menentukan kadar asam lemak bebas dalam CFAD dan PFAD ini adalah metode titrasi volumetri.. Universitas

Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan .Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia..

Asam lemak bebas (FFA) yang dihasilkan dalam proses pembuatan minyak goreng ini berupa zat padat, dikenal dengan nama distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) atau Palm Fatty Acid