BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang terkenal karena hasil kelapanya
berlimpah, bahkan pernah menjadi pengekspor kelapa terbesar di dunia. Di jawa
dan Bali tanaman kelapa lebih banyak ditanaman sebagai tanaman pekarangan,
sedangkan di pulau-pulau lain tanaman kelapa ditanam dalam areal luas terbentuk
monokultur perkebunan kelapa.
Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat ditemukan di
seluruh Indonesia, mulai dari daerah pesisir pantai hingga di daerah pegunungan
yang agak tinggi.
Tanaman kelapa yang ada di Indonesia hampir seluruhnya milik rakyat. Tidak
kurang dari 90% kopra yang ada di Indonesia berasal dari tanaman kelapa milik
rakyat, dan sisanya berasal dari perkebunan-perkebunan kelapa. Kelapa atau Cocos nucifera L termasuk tumbuhan berkeping satu (monocotyledonae) dan berakar serabut dari golongan palem (palmae) (Warisno.1998).
Kelapa (cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kelapa sering disebut juga pohon kehidupan karena hampir
seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia
(Amin, S.2009).
Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa
dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Proses untuk
membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses
basah (wet process), karena pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak. Sedangkan pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal
dengan proses kering (dry process) (Suhardiyono, L.1988).
Minyak kelapa sebenarnya memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak
pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7% asam kapriat. Kedua asam tersebut
merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisir dan bersifat
antimikroba (anti virus, anti bakteri, dan anti jamur) sehingga dapat menimbulkan
imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah menjadi energi (Sutarmi,
S.2005).
Standart mutu merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas dari
minyak, sehingga dapat menentukan apakah minyak tersebut bermutu baik atau
tidak. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan standart
mutu dari minyak, salah satunya adalah asam lemak bebas. Asam lemak bebas
yang di hasilkan oleh proses hidrolisa.
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 %, jika dicicipi
akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas.
Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak
lemak di panaskan dalam wajan besi (Ketaren, S. 1986).
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk memilih judul:
“PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DALAM CRUDE
COCONUT OIL (CNO) DAN COCONUT FATTY ACID DISTILLATE (CFAD)
DI PT PALMCOCO LABORATORIES DENGAN METODE TITRASI dalam karya ilmiah ini.
1.2.Permasalahan
Apakah kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa (CNO) dan (CFAD) memenuhi standart mutu Malaysian Edible Oil Of Manufacture Association (MEOMA).
1.3.Tujuan
Untuk menentukan kadar asam lemak bebas Crude Coconut Oil (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD).
1.4.Manfaat
Dengan mengetahui kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa yaitu Crude Coconut Oil (CNO) dan Cococonut Fatty Acid Distillate (CFAD), kita dapat mencegah terhidrolisa atau teroksidasinya minyak tersebut.