• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Perumahan dan Permukiman di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembangunan Perumahan dan Permukiman di"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

d

dan

n

Oktober 2008

P E M B A N G U N A N

P E R U M A H A N

(3)

Pengarah

Budi Hidayat (Direktur Permukiman dan Perumahan, BAPPENAS), Nugroho Tri Utomo (Kasubdit Air

Minum dan Air Limbah, BAPPENAS), Hari Kristijo (Kasubdit Pengembangan Perumahan, BAPPENAS)

Editor

Oswar Mungkasa

Penyusun

Willy Irawan, Darajat Mulyanto, Kurnia Ratna Dewi, Alis Listalatu, Anna Farahdiba, Dendra Falah,

Rebecca (Tim Penulis); Tata Letak dan Desain Grafis : Rudi Kosasih

Dukungan

Maraita Listyasari, Nurul Wajah Mujahid, Ira Lubis, Nur Aisyah Nasution, Dyota Condrorini, Fatty

Rakhmaniar, Meddy C. Foto : Bowo Leksono

Diterbitkan Oleh

Direktorat Permukiman dan Perumahan

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Bekerjasama dengan

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan/POKJA AMPL

Atas Dukungan Pembiayaan

Departemen Pekerjaan Umum

Direktorat Permukiman dan Perumahan

Kementerian Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Gd. Baru Lt. 3

Jalan Taman Surapati No. 2 Jakarta 10310

Telp/Fax (+62-21) 31934819

(4)

P

uji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas perkenannya

sehingga buku Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia dapat

ter-bit sesuai dengan rencana.

Gagasan untuk menerbitkan buku ini timbul pertama-tama didasari oleh keprihatinan

kami terhadap kurang tersedianya sumber informasi yang memadai tentang

pemba-ngunan perumahan dan permukiman di Indonesia. Sementara disadari sepenuhnya

bahwa ketersediaan data dan informasi yang memadai merupakan salah satu

kebu-tuhan mendasar bagi terselenggaranya pembangunan perumahan dan permukiman

yang optimal.

Kami tidak berpretensi untuk terlihat lain, tetapi buku yang kami susun ini memang

sedikit berbeda dengan apa yang selama ini kita punyai. Hal ini dilakukan untuk lebih

mengoptimalkan ketersediaan data dan informasi yang selama ini masih berserak.

Untuk itu, materi yang kami sajikan tidak hanya berupa data tetapi juga merangkum

berbagai ragam informasi mulai dari isu pembangunan, kerangka kebijakan,

kesepa-katan internasional, regulasi, dan bahkan kisah sukses.

Tentunya usaha untuk merealisasikan buku ini tidak akan tercapai tanpa kerjasama

dan dukungan dari berbagai pihak. Kami berhutang ucapan terima kasih kepada

berba-gai pihak diantaranya (i) Sekretariat Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan yang merupakan mitra kerja utama kami dalam merampungkan kerja besar

ini. Sebagian besar informasi yang terkumpul didapatkan dari Pusat Informasi AMPL

yang merupakan salah satu bentuk layanan Sekretariat Pokja AMPL; (ii) Nara sumber

yang telah meluangkan waktu untuk menyediakan informasi berharga yang kami

butuhkan, khususnya dari sekretariat proyek; dan (iii) banyak pihak yang tidak dapat

kami sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga buku ini dapat menambah keragaman sumber informasi

pem-bangunan perumahan dan permukiman dan bahkan menjadi pemicu pemangku

kepentingan lainnya untuk melengkapi sumber informasi yang telah ada, serta memberi

manfaat bagi peningkatan kinerja pembangunan perumahan dan permukiman di

Indonesia.

Direktur Permukiman dan Perumahan

Bappenas

Budi Hidayat

K

ATA

P

ENGANTAR

(5)

vii

 

 

D

AFTAR

I

SI

Kata Pengantar ...

v

Daftar Isi ...

vii

Daftar Tabel ...

x

Daftar Gambar ...

xiii

Daftar Singkatan ...

xv

Daftar Istilah ... xxiii

Bab I Perkembangan dan Isu Perumahan dan Permukiman di Indonesia ...

1

1.1 Perkembangan Perumahan dan Permukiman di Indonesia ...

3

1.2 Isu Pembangunan Perumahan dan Permukiman ...

8

1.2.1 Perumahan ...

8

1.2.2 Air Minum dan Air Limbah ...

9

1.2.3 Persampahan dan Drainase ...

10

Bab

II

Pembangunan Permukiman dan Perumahan dalam Kerangka

Perencanaan Pembangunan Nasional ...

11

2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 ....

13

2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009

14

2.3 Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM) ...

14

Bab III Data dan Informasi Dasar ...

17

3.1 Perumahan ...

19

3.1.1 Status Penguasaan Tempat Tinggal ... 19

3.1.2 Cara Memperoleh Rumah ...

20

3.1.3 Kondisi Fisik Bangunan ...

21

3.1.4 Fasilitas Rumah ...

23

3.1.5 Permukiman Kumuh

...

23

3.1.6 Backlog Perumahan ...

24

3.1.7 Rusunawa dan Rusunami ...

25

3.1.8 Subsidi KPR/KPRS ...

26

3.2 Air Minum

...

27

3.2.1 Cakupan Pelayanan Air Minum ...

27

3.2.2 Kepemilikan Fasilitas

...

29

3.2.3 Ketersediaan Air Baku ...

29

3.2.4 Kerjasama Pemerintah Swasta ...

31

3.2.5 Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum ...

36

3.3 Sanitasi Dasar dan Air Limbah ...

38

3.3.1 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar ...

38

(6)

viii

 

 

3.4 Persampahan

...

41

3.4.1 Cara Pembuangan Sampah ...

41

3.4.2 Timbulan Sampah Kota Besar dan Metropolitan ...

42

3.4.3 Tempat Pembuangan Akhir Sampah ...

43

3.4.4 Kelembagaan ...

44

3.5 Drainase ...

46

3.5.1 Luas Kawasan Tergenang ...

46

3.5.2 Kondisi Saluran Drainase ...

46

Bab IV Kesepakatan Internasional ...

49

4.1 Umum

...

51

4.2 Millennium Development Goals (MDGs) ...

52

4.2.1 Latar Belakang MDGs ...

52

4.2.2 Tujuan MDGs ...

52

4.2.3 Tujuan, Target, dan Indikator MDGs ...

53

4.2.4 Target MDGs di Indonesia ...

55

4.2.5 Pencapaian Target MDGs di Indonesia ...

57

4.2.6 Tantangan dan Upaya Pencapaian MDGs di Indonesia ...

61

4.3 Perumahan ...

64

4.4 Permukiman

...

65

Bab V Regulasi ...

71

5.1 Undang-Undang

...

73

5.1.1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman ...

73

5.1.2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Agraria ...

73

5.1.3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 73

5.1.4 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun ...

74

5.1.5 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ...

74

5.1.6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah ...

74

5.1.7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

74

5.2 Peraturan Pemerintah ...

75

5.2.1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ...

75

5.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun

75

5.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah ...

75

5.2.4 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan

Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) ...

76

5.2.5 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2005 tentang Penyertaan

Modal Negara untuk Pendirian Perseroan (Persero) di Bidang

Pembiayaan Sekunder Perumahan ...

76

(7)

ix

 

 

5.2.7 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air ...

77

5.2.8 Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ...

77

Bab VI Program dan Proyek ...

79

6.1 Perumahan ...

81

6.1.1 Program

...

81

6.1.2 Proyek ...

83

6.2 Permukiman

...

85

6.2.1 Program

...

85

6.2.2 Proyek ...

93

Bab VII Kisah Sukses ... 115

7.1 Perumahan ... 117

7.1.1 Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni ...

117

7.1.2 Perbaikan Lingkungan Perumahan ...

118

7.1.3 Pembangunan Rumah Swadaya Layak Huni ... 119

7.2 Permukiman

...

119

7.2.1 Peningkatan Kapasitas

...

119

7.2.2 Pemeliharaan Kualitas Sumber Air ... 120

7.2.3 Penyediaan Air Minum dan Pengelolaan Sanitasi ... 121

7.2.4 Pengelolaan Sampah dengan Penerapan 3R ... 121

7.2.5 Keberhasilan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 122

7.2.6 Pemeliharaan Kualitas Lingkungan ...

123

7.2.7 Teknologi Ramah Lingkungan ... 124

Daftar Pustaka ... 125

Lampiran (dalam CD)

A. Data dan Informasi Dasar

B. Kesepakatan

Internasional

C. Regulasi

Umum

(8)

x

 

 

D

AFTAR

T

ABEL

Tabel III.1

Rumah Tangga menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal Tahun

2004 dan 2007 (%)...

19

Tabel III.2

Rumah Tangga menurut Status Hukum Tanah Tahun 2004 dan 2007

(%) ...

20

Tabel III.3

Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri menurut Cara

Memperoleh Bangunan Tahun 2007 (%) ...

21

Tabel III.4

Rumah Tangga yang Cara Memperoleh Bangunannya dengan Membeli

menurut Cara Pembayaran Tahun 2004 dan 2007 ...

21

Tabel III.5

Rumah Tangga menurut Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Tahun 2004

dan 2007 (%) ...

23

Tabel III.6

Luas, Lokasi, dan Jumlah Penghuni Kawasan Kumuh Tahun 1996,

2000, dan 2003 ...

24

Tabel III.7

Jumlah Desa yang Memiliki Lingkungan Permukiman Kumuh Tahun

2003 dan 2005 ...

24

Tabel III.8

Backlog Perumahan Tahun 2007 ...

24

Tabel III.9

Jumlah Kebutuhan Rumah Tahun 2000, 2004, dan 2009 ...

25

Tabel III.10

Jumlah Rusunawa Terbangun tiap Propinsi Tahun 2004-2007 ...

25

Tabel III.11

Tingkat Hunian Rusunawa (unit) Tahun 2007 ...

26

Tabel III.12

Jumlah Penerbitan KPRSH Bersubsidi Tahun 2004-2007 (unit) ...

27

Tabel III.13

Rumah Tangga menurut Sumber Air yang Digunakan Tahun 2002-2007

(%) ...

27

Tabel III.14

Kapasitas Produksi Perusahaan Air Bersih Tahun 2001-2005 ...

29

Tabel III.15 Rumah Tangga di Perkotaan dan Perdesaan menurut Kepemilikan

Fasilitas Air Minum Tahun 2007 ...

29

Tabel III.16

Status Mutu Air pada 35 Sungai di Indonesia Tahun 2006 ...

30

Tabel III.17

Potensi Cekungan Air Tanah ...

31

Tabel III.18

KPS Air Minum yang Telah Beroperasi di Indonesia ...

32

Tabel III.19

Peluang KPS Sektor Air Minum di Indonesia ...

35

Tabel III.20

Perbandingan Tarif Air dan Harga Pokok Produksi ...

37

Tabel III.21

Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan

Akhir Tinja Tahun 2001 dan 2007 ...

38

Tabel III.22 Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Tahun 2007 dan Rencana

Tahun 2008 ...

40

Tabel III.23

Status Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tahun 2007 ...

41

Tabel III.24

Rumah Tangga menurut Cara Pembuangan Sampah Tahun 2001, 2004,

dan 2007 ...

42

Tabel III.25

Timbulan Sampah di Kota Besar dan Metropolitan Tahun 2002 dan 2006

43

Tabel III.26

Profil Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Indonesia Tahun 2007 ...

43

Tabel III.27

Daftar TPA yang Menggunakan Sistem Sanitary Landfill ...

43

Tabel III.28

Ketersediaan Fasilitas di TPA ...

44

Tabel III.29

Aspek Kelembagaan dalam Bidang Persampahan ...

45

(9)

xi

 

 

Tabel III.31 Rumah Tangga menurut Keadaan Air Got/Selokan di Sekitar Rumah

Tahun 2007 ...

47

Tabel IV.1

Kesepakatan Internasional Terkait Perumahan dan/atau Permukiman ....

51

Tabel IV.2

Tujuan dan Target MDGs ...

53

Tabel IV.3

Indikator dan Target MDGs Permukiman (Air Minum dan Sanitasi Dasar)

Indonesia ...

55

Tabel IV.4

Indikator dan Target MDGs Perumahan ...

57

Tabel IV.5

Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki atau Menyewa Rumah Tahun

1992-2006 (%) ...

57

Tabel IV.6

Status Pencapaian MDGs Indonesia per Tahun 2007 (%) ...

60

Tabel IV.7

Kesepakatan Internasional Terkait Pembangunan Perumahan dalam

Kurun Waktu 1966-1996 ...

64

Tabel IV.8

Kesepakatan Internasional Terkait Pembangunan Permukiman ...

66

Tabel VI.1

Alokasi Dana Program Pengembangan Perumahan Tahun 2005-2008

(juta Rupiah) ...

81

Tabel VI.2

Alokasi Dana Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Tahun

2005-2008 (juta Rupiah) ...

82

Tabel VI.3

Alokasi Dana Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2005-2008

(juta Rupiah) ...

86

Tabel VI.4

Alokasi Dana Program Pengembangan Kelembagaan Tahun 2005-2008

(juta Rupiah) ...

87

Tabel VI.5

Alokasi Dana Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air

Limbah Tahun 2005-2008 (juta Rupiah) ...

88

Tabel VI.6

Pencapaian Program Pengembangan Kinerja Pelayanan Air Minum dan

Air Limbah ...

88

Tabel VI.7

Alokasi Dana Program Peningkatan Kinerja Persampahan dan Drainase

Tahun 2005-2008 (juta Rupiah) ...

89

Tabel VI.8

Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan STBM untuk Pilar Stop Buang Air

Besar Sembarangan per Desember 2008 ...

91

Tabel

VI.9 Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat untuk Pilar Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) per Desember

2008 ...

92

Tabel VI.10

Daftar Lokasi Proyek Sanimas ...

97

Tabel VI.11

Pencapaian Proyek Sanimas ...

98

Tabel VI.12

Kondisi Kecamatan Berdasarkan Ada Tidaknya IKK SPAM ... 103

Tabel VI.13

Lokasi Proyek WES-Unicef per Tahun Anggaran ...

106

Tabel VI.14

Lokasi Proyek WES-Unicef ... 106

Tabel VI.15

Alokasi Pendanaan per Periode Proyek WES - UNICEF ... 107

Tabel VI.16

Pencapaian Kerjasama Bappenas - Plan Perjanjian Kerja Tahun 2007 .... 108

Tabel VI.17

Pencapaian Kerjasama Bappenas - Plan Perjanjian Kerja Tahun 2008 .... 108

Tabel VI.18

Daftar Lokasi Proyek SToPS ... 109

Tabel VI.19

Daftar Lokasi Proyek Pamsimas ... 111

Tabel

VI.20 Target dan Realisasi Lokasi Desa Sasaran Program PAMSIMAS

Komponen C Tahun 2008 ...

112

Tabel VI.21 Pelaksanaan Kegiatan STBM oleh Proyek PAMSIMAS Tahun 2008 ... 112

Tabel VII.1 Daftar Kisah Sukses Pembangunan Perumahan ... 117

Tabel VII.2 Daftar Kisah Sukses Peningkatan Kapasitas Pokja AMPL ... 119

(10)

xii

 

 

Tabel VII.4 Daftar Kisah Sukses Penyediaan Air Minum dan Pengelolaan Sanitasi .... 121

Tabel VII.5 Daftar Kisah Sukses Pengelolaan Sampah dengan Konsep 3R ... 121

Tabel VII.6 Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ...

123

Tabel VII.7 Daftar Kisah Sukses Pemeliharaan Kualitas Lingkungan ... 123

(11)

xiii

 

 

D

AFTAR

G

AMBAR

Gambar 3.1

Rumah Tangga yang Belum Memiliki Rumah Tahun 2004 dan 2007

(%) ...

19

Gambar 3.2

Rumah Tangga menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal Tahun

2004 dan 2007 ...

20

Gambar 3.3

Rumah Tangga menurut Kepemilikan Bukti Hukum Tanah Tahun 2004

dan 2007 (%) ...

20

Gambar 3.4

Rumah Tangga yang Memiliki Rumah Melalui KPR menurut Jangka

Waktu Pengembalian Kredit Tahun 2007 ...

22

Gambar 3.5

Rumah Tangga menurut Jenis Plafon Terluas Tahun 2004 dan 2007 ....

22

Gambar 3.6

Rumah Tangga menurut Luas Tapak Bangunan (m

2

) Tahun 2004 dan

2007 ...

22

Gambar 3.7

Rumah Tangga menurut Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Tahun

2004 dan 2007 (%) ...

23

Gambar 3.8

Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan menggunakan Listrik

dari PLN Tahun 2004 dan 2007 ...

23

Gambar 3.9

Perkembangan Alokasi Dana dan Subsidi Perumahan Tahun

2004-2009 ...

26

Gambar 3.10

Cakupan Pelayanan Air Minum di Kota-Desa Tahun 2002 dan 2007 ...

28

Gambar 3.11

Cakupan Pelayanan Air Minum di Perkotaan Tahun 2002 dan 2007 ...

28

Gambar 3.12

Cakupan Pelayanan Air Minum di Perdesaan Tahun 2002 dan 2007 ...

28

Gambar 3.13 Rumah Tangga di Perkotaan dan Perdesaan menurut Kepemilikan

Fasilitas Air Minum Tahun 2007 ...

29

Gambar 3.14

Potensi Cekungan Air Tanah di Indonesia ...

31

Gambar 3.15

Proyek KPS Air Minum di Indonesia ...

32

Gambar 3.16

Status Kinerja PDAM ...

36

Gambar 3.17

Status Kinerja PDAM terkait Penyertaan Modal Pemerintah ...

38

Gambar 3.18 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan

Akhir Tinja di Kota-Desa Tahun 2001 dan 2007 ...

39

Gambar 3.19 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan

Akhir Tinja di Perkotaan Tahun 2001 dan 2007 ...

39

Gambar 3.20 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan

Akhir Tinja di Perdesaan Tahun 2001 dan 2007 ...

39

Gambar 3.21

Proporsi Rumah Tangga menurut Cara Pembuangan Sampah Tahun

2007 ...

42

Gambar 3.22

Jenis Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi ...

42

Gambar 3.23

Klasifikasi TPA Berdasarkan Estimasi Periode Penggunaannya ...

44

Gambar

3.24 Klasifikasi Rumah Tangga menurut Keadaan Air Got/Selokan di

Sekitar Rumah Tahun 2007 ...

47

Gambar 4.1

Rumah Tangga yang Memiliki atau Menyewa Rumah Tahun

1992-2006 (%) ...

57

(12)

xiv

 

 

Gambar 4.3

Pelayanan Air Minum Sumber Air Terlindungi Menurut Desa dan Kota,

Tahun 1992-2006 (%) ...

58

Gambar 4.5

Akses Penduduk pada Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Desa, Kota,

(13)

xv

 

 

D

AFTAR

S

INGKATAN

 

 

3 R

Reduce, Recycle, Reuse

4 R

Reduce, Recycle, Reuse, Replanting

ADB

Asian Development Bank

AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome

AJI

Aliansi Jurnalis Independen

AKB

Angka Kematian Bayi

AKI

Angka Kematian Ibu

AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

AMPL

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

AMPL-BM

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

ANSP

Aceh-Nias Support Project

APBD Anggaran

Pendapatan

dan Belanja Daerah

APBN Anggaran

Pendapatan

dan Belanja Nasional

APM

Angka Partisipasi Murni

APPB

Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan

ASEAN

Association of South East Asia Nations

AWP Annual

Work

Plans

B3

Bahan Berbahaya dan Beracun

BAB

Buang Air Besar

BABS

Buang Air Besar Sembarangan

BALITA Bawah

Lima

Tahun

BAPEDAL Badan

Pengendalian

Dampak Lingkungan

BAPEDALDA Badan

Pengendalian

Dampak Lingkungan Daerah

BAPERTARUM-PNS Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil

BAPPEDA Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah

BAPPEKO

Badan Perencanaan Pembangunan Kota

BAPPENAS Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional

BAZIS

Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sodaqah

BEST

Bina Ekonomi Sosial Terpadu

BICONS

Bird Conservation Society

BINTARI

Bina Karta Lestari

BPPSPAM Badan

Pendukung

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

BKM

Badan Keswadayaan Masyarakat

BKP4N

Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan

Perumahan dan Permukiman Nasional

BLM

Bantuan Langsung Masyarakat

BLT

Bantuan Langsung Tunai

BMZ

Geman Ministry for Economic Cooperation

BOD

Biochemical Oxygen Demand

BOL

Build Operate Lease

BOO

Build Operate Own

(14)

xvi

 

 

BP2BPK

Pedoman Umum Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Bertumpu pada Kelompok

BPABS

Badan Pengelola Air Bersih dan Sanitasi

BPAM

Badan Pengelolaan Air Minum

BPN Badan

Pertanahan

Nasional

BPO

Bahan Perusak Ozon

BPP

Badan Pendukung Pengembangan

BPPSPAM

Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

BPS

Badan Pusat Statistik

BR2K

Bantuan Revitalisasi Rumah Kumuh

BRI Bank

Rakyat

Indonesia

BUMD

Badan Usaha Milik Daerah

BUMN

Badan Usaha Milik Negara

BUMS

Badan Usaha Milik Swasta

BUS Berlian

Unggas

Sakti

CAP

Community Action Plan

CBO Community-Based

Organization

CBSWM

Community Based Solid Waste Management

CCTV Closed

Circuit

Television

CDM

Clean Development Mechanism

CDS

City Development Strategies

CFR

Case Fatality Rate

CIBLAS Koperasi

Cibangkong

Sebelas

CLTS

Community Led Total Sanitation

CO2 Karbondioksida

Co-BILD

Community Based Initiatives for Housing and Local Development

COD

Chemical Oxygen Demand

CPAP

Country Program and Action Plan

CPM

Country Program Mission

CSP

Country Strategy and Program

CSR

Corporate Social Responsibility

CTPS

Cuci Tangan Pakai Sabun

CU Credit

Union

CWSHP

Community Water Service and Health Program

DAS

Daerah Aliran Sungai

DBOM

Design Build Operate Maintain

DED Detail

Engineering

Design

DEPDAGRI

Departemen Dalam Negeri

DEPKES Departemen

Kesehatan

DEPKEU Departemen

Keuangan

DEWATS Decentralized

Wastewater Treatment System

DIPA

Daftar Isian Proyek dan Anggaran

DIPDA

Daftar Isian Proyek Daerah

DITJEN Direktorat

Jenderal

DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta

DKI JAKARTA

Daerah Khusus Ibukota Jakarta

DML

Dana Mitra Lingkungan

(15)

xvii

 

 

DSDP

Denpasar Sewerage Development Project

DSR

Debt to Service Ratio

EE Environmental

Education

ESP

Environmental Services Program

FBOOT

Finance Build Own Operate Transfer

FHN

Family Health Nutrition

FMCU

Forum Masyarakat Code Utara

fMPS

Forum Masyarakat Peduli Sungai

GBHN

Garis-Garis Besar Haluan Negar

GDP

Gross Domestic Product

GNPSR

Gerakan Nasional Pembangunan Satu Juta Rumah

GOI Government

of

Indonesia

GPL

Gerakan Peduli Lingkungan

GRK Gas

Rumah

Kaca

GTZ

Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammenarbeit

HA Hektar

HAM

Hak Asasi Manusia

HDI

Human Development Index

HGB

Hak Guna Bangunan

HGU

Hak Guna Usaha

HIPPAM

Himpunan Penduduk Pengelola Air Minum

HIV

Human Immunodeficiency Virus

HPAT

Hak Pakai Atas Tanah

HPI

Human Poverti Index

HSF

Hanns Seidel Foundation

HSP

Health Services Program

HU Hidran

Umum

IKK Ibukota

Kecamatan

IPAL

Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPESATU

Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu

IPLBM

Instalasi Pengolah Limbah Berbasis Masyarakat

IPLT

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Atas

ISSDP

Indonesia Sanitation Sector Development Program

ITS

Institut Teknologi Sepuluh November

IWRM

Integrated Water Resources Management

IYS

International Year of Sanitation

JABAR Jawa

Barat

Jampedas

Jaringan Masyarakat Peduli Sub DAS Cikundul

JO Joint

Operation

JICA

Japan International Cooperation Agency

JKM

Jaringan Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat

JUMANTIK

Juru Pemantau Jentik

K3A

Kelompok Kerja Komunikasi Air

KANCIL

Kader Anak Cinta Lingkungan

KASIBA

Kawasan Siap Bangun

(16)

xviii

 

 

KEMENPERA

Kementerian Negara Perumahan Rakyat

KEPMEN Keputusan

Menteri

KfW

German Bank for Reconstruction

KIP

Kampung Improvement Program

KIR

Kelompok Ilmiah Remaja

KITA Kitakyusu

International

Techno-Cooperative Association

KK Kepala

Keluarga

KKS

Klub Konservasi Sekolah

KLB

Kejadian Luar Biasa

KLH

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

KM Kilometer

KONUS

Konservasi Alam Nusantara

KORPRI

Korps Pegawai Republik Indonesia

KPM

Komite Pemberdayaan Masyarakat

KPR/KPRS

Kredit Pemilikan Rumah/Kredit Pemilikan Rumah Sederhana

Sehat

KPS

Kerjasama Pemerintah Swasta

KPSHK Konsorsium

Pendukung

Sistem Hutan Kerakyatan

KRuHA

Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air

KTP2D

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa

KTT

Kelompok Tani Tahura

KTT

Konferensi Tingkat Tinggi

LDR

Loan to Deposit Ratio

Lisiba

Lingkungan Siap Bangun

Lisiba-BS

Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri

LKB

Lembaga Keuangan Bank

LKM

Lembaga Keuangan Mikro

LKM-KOLISA

Lembaga Keuangan Mikro Koperasi Lima Saudara

LKNB

Lembaga Keuangan Non-Bank

LMD/LKMD

Lembaga Masyarakat Desa/Lembaga Ketahanan Masyarakat

Desa

LPK

Lembaga Penjamin Kredit

LPMK

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

LPP

Lembaga Pembiayaan Perumahan

LPW Lembaga

Perwakilan

Warga

LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat

MAP

Mangrove Action Project

MBR

Masyarakat Berpenghasilan Rendah

MCK

Mandi Cuci Kakus

MCS

Marine Conservation Society

MDGs Millennium

Development

Goals

MENDIKNAS

Menteri Pendidikan Nasional

MENKOKESRA Menteri

Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat

MENPERA Menteri

Perumahan

Rakyat

MOU

Memorandum of Understanding

MPA

Methodology for Participatory Assessment

MPAP

Mar del Plata Action Plan

(17)

xix

 

 

MSC

Mitra Surya Cemerlang

MSJ Mekarsari

Jaya

MURI

Museum Rekor Indonesia

MUSPIKA Musyawarah

Pimpinan

Kecamatan

NAD

Nanggroe Aceh Darussalam

NATURLIKE Naturalis

Cilik

Beretika

NGO Non-Government

Organization

NSPM

Norma, Standar, Pedoman, dan Manual

NTB

Nusa Tenggara Barat

NTT

Nusa Tenggara Timur

NUP Neighborhood

Upgrading

Plan’s

NUSSP

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project

ODF Open

Defecation

Free

OISCA

Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement

OM

Operation and Monitoring

P2KP

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

P2BPK Pembangunan

Perumahan Bertumpu pada Kelompok

P3KT

Proyek Pembangunan Prasarana Kota Terpadu

P3DT

Proyek Pembangunan Prasarana Desa Terpadu

PAGARWAJA

Paguyuban Masyarakat Bukit Kencana

PAMRT

Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga

PAMSIMAS

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

PARAS

Penguatan Ekonomi Kerakyatan

PARING

Sampah Kering

PBB Perserikatan

Bangsa-Bangsa

PCI

Project Concern International

PD Perusahaan

Daerah

PDAM

Perusahaan Daerah Air Minum

PDAL

Perusahaan Daerah Air Limbah

PDB Pendapatan

Domestik

Bruto

PDPAL

Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah

PELITA

Pembangunan Lima Tahun

PEMKOT Pemerintah

Kota

PEMPROV Pemerintah

Provinsi

PERMEN Peraturan

Menteri

PERPRES Peraturan

Presiden

PHAST

Participatory Health and Sanitation Transformation

PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PID

Project Implementation Document

PJU Penerangan

Jalan

Umum

PKK

Program Kesejahteraan Keluarga

PKT

Pembangunan Kawasan Terpadu

PLED

Partnership for Local Economic Development

PLN Perusahaan

Listrik

Negara

PLN

Pinjaman Luar Negeri

PLP Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

PMA

Perlindungan Mata Air

(18)

xx

 

 

PNBI

Program Nasional Bagi Anak Indonesia

PNPM

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

PNS

Pegawai Negeri Sipil

PODES Potensi

Desa

Pokja AMPL

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Pokmer

Kelompok Pemakai Air Bersih

Polri

Kepolisian Republik Indonesia

POSYANDU

Pos Pelayanan Terpadu

PP Peraturan

Pemerintah

PPAB Pengurus

Pemakai Air Bersih

PPAT

Pejabat Pembuat Akta Tanah

PPP

Public Private Partnership

PPP

Purchasing Power Parity

PPK

Program Pengembangan Kecamatan

PPK-IPM

Program Pendanaan Kompetisi - Indeks Pembangunan

Masyarakat

PPM-PL

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

PPSAB

Panitia Pembangunan Sarana Air Bersih

PPSDA

Perempuan Peduli Sumber Daya Air

PROPENAS

Program Pembangunan Nasional

PSU

Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum

PT Perguruan

Tinggi

PTPN

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara

PU Pekerjaan

Umum

PUSDAKOTA Pusat

Pemberdayaan Komunitas Perkotaan

PUSLITBANGKIM

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman

RENSTRA Rencana

Strategis

REPELITA

Rencana Pembangunan Lima Tahun

RBC

Rotating Biological Contractors

RCS

Raptor Conservation Society

RIT

Rumah Inti Tumbuh

RP4D

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman Daerah

RPJMN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJPN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

RsH

Rumah Sederhana Sehat

RSS

Rumah - Inti Sehat Sederhana

RT Rumah

Tangga

RT/RW

Rukun Tetangga/Rukun Warga

RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah

RUSUNAMI

Rumah Susun Sederhana Milik

RUSUNAWA

Rumah Susun Sederhana Sewa

RWSS

Rural Water Supply and Sanitation

SANIMAS

Sanitasi Berbasis Masyarakat

SARAR

Self-Esteem, Associative Strength, Resourcefulness, Action

Planning, and Responsibility

SARUT

Saringan Rumah Tangga

(19)

xxi

 

 

SD Sekolah

Dasar

SDA Sumber

Daya

Air

SDA Sumber

Daya

Alam

SDM Sumber

Daya

Manusia

SERULING

Sekolah Ramah Lingkungan

SIMASTER

Sistem Mengolah Sampah Terpadu

SK Surat

Keputusan

SLA

Subsidiary Loan Agreement

SMA

Sekolah Menengah Atas

SMF

Secondary Mortgage Facility

SMK

Sekolah Menengah Kejuruan

SMM

Secondary Mortgage Market

SMP

Sekolah Menengah Pertama

SMUN

Sekolah Menengah Umum Negeri

SPAM

Sistem Penyediaan Air Minum

SPTPD

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Daerah

SR Sambungan

Rumah

STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

STIKES

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

SToPS

Sanitasi Total dan Pemasangan Sanitasi

SUSENAS

Survey Sosial Ekonomi Nasional

SWS

Safe Water System

TA Technical

Assistance

TAD

Tidak Ada Data

TERANGI

Terumbu Karang Indonesia

THM Takakura

Home

Method

TK Taman

Kanak-Kanak

TKM

Tim Kerja Masyarakat

TNI

Tentara Nasional Indonesia

TOGA

Tanaman Obat Keluarga

TOT

Training of Trainer

TPA

Tempat Pembuangan Akhir

TPAK

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

TPS

Tempat Pembuangan Sementara Sampah

TPT

Tingkat Pengangguran Terbuka

TSSM

Total Sanitation and Sanitation Marketing

UASB

Upflow Anerobic Sludge Blanket

UKL

Upaya Pengelolaan Lingkungan

UKS

Usaha Kesehatan Sekolah

UN United

Nations

UNCED

United Nations Conference on Environment and Development

UNDP

United Nations Development Programme

UNESCO

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

UNHCS

United Nations for Human Settlements

UNICEF

United Nations Children's Fund

UNSGAB

United Nation Secretary General’s Advisory Board on Water and

Sanitation

(20)

xxii

 

 

USAID

United States Agency for International Development

US-EPA United

States-Environmental Protection Agency

USD/US$

United States Dollar

UU Undang-Undang

UUD Undang-Undang

Dasar

WALHI

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

WASPOLA

Water Supply and Sanitation Policy and Action Planning

WES

Water and Environmental Sanitation

WHO

World Health Organization

WJEMP

Implementation of Western Java Environmental Management

Project

WNI

Warga Negara Indonesia

WPL

Warga Peduli Lingkungan

WSM Watershed

Management

WTE

Waste to Energy

WTP Wajar

Tanpa

Pengecualian

WTP

Water Treatment Plants

WSLIC

Water and Sanitation for Low Income Communities

WSP-EAP

Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific

WWD World

Water

Day

WWF World

Water

Forum

YBL

Yayasan Bina Lestari

(21)

xxiii

 

 

D

AFTAR

I

STILAH

alam buku ini dipakai berbagai istilah teknis yang biasa ditemukan dalam bidang

perumahan dan permukiman. Pencantuman istilah teknis dalam buku ini bertujuan

untuk memudahkan pengguna data dalam memahami maksud dari setiap data dan

analisis yang dipaparkan.

1.

Status Penguasaan Tempat Tinggal

a. Milik

Sendiri

Jika tempat tinggal tersebut betul-betul sudah milik kepala rumah tangga (KRT)

atau salah satu anggota rumah tangga (ART). Rumah yang dibeli secara

angsuran melalui kredit bank atau dengan status sewa beli dianggap sebagai

rumah milik sendiri.

b. Kontrak

Jika tempat tinggal tersebut disewa oleh KRT atau ART dalam jangka waktu

tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya

satu atau dua tahun. Cara pembayarannya biasanya sekaligus di muka atau

dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak.

c. Sewa

Jika tempat tinggal tersebut disewa oleh KRT atas salah seorang ART dengan

pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu

tertentu.

d. Bebas

Sewa

Jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain (bukan famili/orangtua)

dan ditempati/didiami oleh RT tanpa mengeluarkan suatu pembayaran apapun.

e. Rumah

Dinas

Jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu instansi tempat

bekerja salah satu ART baik dengan membayar sewa maupun tidak.

f.

Rumah Milik Orang Tua/Sanak/Saudara

Jika tempat tinggal tersebut bukan milik sendiri melainkan milik

orangtua/sanak/saudara dan tidak mengeluarkan suatu pembayaran apapun

untuk mendiami tempat tinggal tersebut.

g. Lainnya

Jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu

kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat, dan

sebagainya.

2.

Cara Memperoleh Bangunan

a. Membeli dari Pengembang (Perumnas, Real Estate, dll)

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli langsung dari pengembang

baik dengan pembayaran tunai atau kredit, termasuk juga mereka yang membeli

rumah alih kredit dari penghuni lama dengan masih melanjutkan membayar

angsuran.

(22)

xxiv

 

 

b. Membeli melalui Koperasi/Yayasan

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli dari koperasi/yayasan

pengembang, baik dengan pembayaran kredit maupun tunai, termasuk juga

mereka yang membeli rumah alih kredit dari penghuni lama dengan masih

melanjutkan membayar angsuran.

c. Membeli Baru dari Perorangan

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli dari perorangan atau pihak

lain dalam keadaan baru. Dikatakan baru bila pembeli merupakan penghuni

pertama dari rumah tersebut.

d. Membeli bukan Baru

Cara memperoleh rumah yang dibeli dari perorangan atau dari pihak lain dalam

keadaan tidak baru/sudah pernah ditempati oleh orang (ART) lain.

e. Membangun dengan Biaya Sendiri

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dengan

biaya sendiri tanpa meminjam dari pihak manapun.

f.

Membangun dengan Pinjaman Perorangan

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dan

biayanya berasal dari pinjaman/hutang dari perorangan, misalkan dari orang tua,

saudara, teman, dan sebagainya.

g. Membangun dengan Pinjaman Bank/Koperasi

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dan

biayanya berasal dari pinjaman/hutang dari lembaga keuangan seperti bank

atau pinjaman/hutang dari koperasi.

h. Lainnya

Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang tidak termasuk ke dalam kategori

diatas, contohnya pengalihan administrasi, warisan, dan hibah. Pengalihan

administrasi adalah cara memperoleh rumah melalui pengalihan administrasi,

seperti pembelian rumah dinas. Perolehan rumah dengan fasilitas pengalihan

administrasi biasanya mendapat subsidi tertentu dibandingkan cara lainnya.

3. Cara

Pembayaran

a. Tunai

Adalah membayar secara kontan (bukan kredit) kepada pihak penjual dan tidak

melalui hutang dari manapun.

b. Angsuran KPR (Bank, Lembaga Keuangan)

Adalah angsuran yang dipergunakan untuk kredit pemilikan rumah yang

dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan.

c. Angsuran Bukan KPR

Adalah angsuran yang dipergunakan untuk pembayaran kredit pemilikan rumah

yang dikeluarkan bukan oleh KPR. Termasuk dalam kategori ini adalah

membeli langsung kepada pengembang yang uangnya dipinjam dari koperasi

untuk membeli rumah.

d. Lainnya

(23)

xxv

 

 

4. Surat

Tanah

a. Sertifikat dari BPN/Kantor Agraria

Adalah tanda bukti yang diberikan oleh pemilik tanah. Sertifikat ini bisa berupa

sertifikat hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai.

b. Akta Jual Beli

Adalah salah satu tanda bukti kepemilikan tanah oleh pejabat pembuat akta

tanah (PPAT/Notaris) yang berupa akta perjanjian jual beli antara penjual dan

pembeli atas tanah yang dipergunakan sebagai tempat tinggal responden

c. Girik

Adalah surat tanda bukti kepemilikan tanah yang dikeluarkan dari kepala

desa/kelurahan yang digunakan untuk penarikan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB).

d. Lainnya

Misalnya surat jual beli tanah (bukan akta jual beli) baik di atas segel/meterai

maupun tidak, dan tanda bukti kepemilikan lain selain kategori diatas.

e. Tidak Ada Bukti

Apabila tanah dari rumah yang ditempati tidak memiliki tanda bukti kepemilikan

apapun.

5.

Status Hukum Tanah

Adalah hak untuk mempergunakan tanah tidak termasuk benda-benda lain di dalam

tanah seperti bahan-bahan mineral dan minyak, dalam bentuk jenis sertifikat tanah

yang dikeluarkan pemerintah atau turun temurun berdasarkan adat yang diakui

pemerintah. Status hukum tanah yang dimaksud adalah status hukum dari tanah

yang diatasnya berdiri bahan bangunan tempat tinggal responden, tanpa

memperhatikan status kepemilikan dari tempat tinggal tersebut.

a. Hak

Milik

Adalah hak atas tanah yang dikuasai tanpa batas waktu dan dapat dialihkan

kepada pihak lain serta dapat digunakan untuk berbagai keperluan

b. Hak Guna Bangunan

Adalah hak atas tanah yang penguasaannya maksimum 30 tahun dan dapat

dialihkan kepada pihak lain tetapi penggunaannya hanya untuk bangunan.

c. Hak

Pakai

Adalah hak atas tanah dengan jangka waktu penggunaannya terbatas, kurang

lebih 10 tahun atau selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu.

6. Luas

Tapak

Bangunan

Adalah luas tanah sebatas luasnya pondasi yang dibuat untuk bangunan. Untuk

bangunan bertingkat, luas tapak hanya untuk lantai satu saja, sedangkan lantai dua

dan seterusnya tidak mempunyai tapak bangunan.

7. Plafon

Bangunan

Plafon adalah jenis pembatas ruang bagian atas ruangan yang terletak di bawah

atap yang berfungsi untuk melindungi penghuni ruangan dari udara panas, dingin,

dan tampias air hujan sehingga ruangan menjadi aman/nyaman untuk ditinggali.

Bahan plafon antara lain:

(24)

xxvi

 

 

b. Gypsum

c. Kayu/Triplek

d. Asbes

e. Anyaman

Bambu

f. Lainnya

g. Tidak Ada, jika bangunan tidak memiliki plafon atau jika atap bangunan

langsung merangkap sebagai plafon.

8.

Kondisi Bangunan Tempat Tinggal

a. Baik, apabila rumah yang kerangka pokoknya (kerangka atap, dinding, dan

lantai) atau komponen bangunannya belum memerlukan perbaikan.

b. Sedang, apabila rumah yang kerangka pokoknya atau sebagian kecil komponen

bangunannya memerlukan perbaikan atau salah satu kerangka pokoknya rusak,

misalnya hanya dindingnya saja yang rusak.

c. Rusak, apabila rumah yang dua dari kerangka pokoknya atau sebagian besar

komponen bangunannya memerlukan perbaikan.

d. Rusak berat, apabila rumah yang kerangka pokoknya memerlukan perbaikan

segera karena membahayakan penghuninya

9.

Secure Tenure adalah jaminan bagi masyarakat untuk tinggal di suatu tempat

karena adanya bukti kepemilikan, sewa, atau mengontrak rumah, baik secara

pribadi ataupun kelompok.

10. Backlog adalah jumlah akumulasi kebutuhan yang tidak terpenuhi pada tahun-tahun

sebelumnya.

11. Konsep Tribina adalah konsep pembangunan untuk menanggulangi masalah

kemiskinan yang tidak hanya fokus ke hal-hal bersifat fisik saja, namun juga

memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat. Terdapat tiga komponen dalam

konsep ini, yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Bina manusia

dilakukan melalui kegiatan peningkatan kesehatan, pendidikan, maupun

pembentukan perilaku masyarakat melalui kegiatan keagamaan (pengajian, dan

sebagainya). Bina usaha dilakukan untuk melatih masyarakat agar mampu

meningkatkan perekonomian, misalnya dengan bantuan permodalan dan

peningkatan keterampilan berusaha. Sedangkan bina lingkungan dilaksanakan

antara lain melalui kegiatan peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Ketiga

komponen tersebut dilaksanakan secara paralel untuk mencapai target

penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh.

12. Demand Responsive Approach atau Pendekatan Tanggap Kebutuhan berarti

suatu pendekatan yang menempatkan kebutuhan masyarakat sebagai faktor yang

menentukan dalam pengambilan keputusan termasuk di dalamnya pendanaan.

13. Kepemilikan Fasilitas Sanitasi

a. Jamban sendiri adalah jamban yang hanya digunakan oleh satu keluarga.

b. Jamban bersama adalah jamban yang digunakan oleh dua keluarga atau lebih.

c. Jamban umum adalah jamban yang dapat digunakan oleh setiap warga desa

(25)

xxvii

 

 

d. Bukan jamban, apabila tempat pembuangan air besar yang penampungan

akhirnya sungai, kolam, lubang, dan sebagainya

14. Cara Pembuangan Sampah

a. Diangkut Petugas/Dibuang ke TPS/TPA

Bila sampah yang dihasilkan dari rumah tangga diangkut oleh petugas

kebersihan untuk dibawa ke tempat penampungan sementara (TPS) atau

tempat penampungan akhir (TPA), termasuk yang dibuang langsung oleh ART

ke TPS/TPA.

b. Ditimbun

Bila sampah dibuang ke dalam lubang, kemudian ditimbun dengan tanah

(sanitary landfill).

c. Dibakar

Bila sampah dibakar langsung maupun ditumpuk dahulu, kemudian dibakar.

d. Dibuang

ke

Kali/Selokan

Bila sampah dibuang langsung ke kali/selokan.

e. Dibuang

Sembarangan

Bila sampah dibuang ke sembarang tempat atau tidak memiliki tempat

penampungan yang tetap, misal jalan, tanah kosong, dan lain-lain

f. Lainnya

(26)
(27)

Perkembangan Isu

03

1.1 Perkembangan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

P

erkembangan pembangunan perumahan dan permukim-an di Indonesia dikategorikpermukim-an dalam beberapa era, yaitu sebelum 1980, 1980-1990, 1990-2004, dan setelah 2004.1

A. Era sebelum 1980

Pada era tahun 1970 - 1980, pembangunan perumahan meski belum dianggap penting namun mulai dinyatakan secara eksplisit dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1973 bahwa pembangunan perumahan perlu lebih diper-hatikan, perlunya mewujudkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlunya diciptakan sistem pembiayaan serta per-lunya penyuluhan tehadap masyarakat tentang rumah sehat. Arahan itu kemudian dituangkan dalam rencana pembangun-an lima tahun (Repelita) 1974-1979, sebagai komitmen negara yang dibuktikan antara lain dengan mengalokasikan ang-garannya.

Pembangunan prasarana dan sarana permukiman kurang mendapat prioritas selama Pelita I (1969-1974) dan Pelita II (1974-1979). Demikian pula halnya dengan pembangunan sarana pelayanan masyarakat lainnya, seperti komunikasi, transportasi, dan energi. Dalam dua dasawarsa tersebut titik berat pembangunan nasional difokuskan pada pembangunan

pertanian dan irigasi sebagai upaya memantapkan ketahanan pangan. Dalam Pelita II terjadi perubahan ekonomi dunia de-ngan meningkatnya harga minyak bumi di pasaran dunia. Indonesia sebagai negara yang menyimpan sebagian cadang-an minyak bumi dunia menjadi sasarcadang-an investasi, ycadang-ang mem-bawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia dengan berkembangnya industri hilir dan industri terkait lainnya. Industri tersebut pada umumnya berlokasi di kawasan perko-taan sehingga pertumbuhan ekonomi di perkoperko-taan meningkat cukup pesat. Pertumbuhan ekonomi di perkotaan tersebut menarik tenaga kerja di perdesaan untuk berimigrasi ke perko-taan. Hal ini membawa dampak kepada meningkatnya kebu-tuhan terhadap infrastruktur seperti jaringan jalan, jaringan air minum dan penyehatan lingkungan, energi, komunikasi, dan sebagainya.

Pelayanan air minum di perkotaan pada saat Pelita I dan Pelita II masih mengandalkan jaringan yang dibangun pada masa penjajahan dan investasi tambahan setelah kemerdekaan dengan jumlah yang sangat terbatas. Kondisi tersebut tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan pen-duduk. Investasi prasarana dan sarana air minum beserta operasi dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Biaya pembangunan prasarana dan sarana air minum berasal dari APBN, APBD, maupun bantuan luar negeri bilateral, dan multilateral yang berasal dari Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia. Pembangunan prasarana dan sarana air minum berskala kecil biasanya dikaitkan dengan proyek pembangunan lainnya, seperti Kampung Improvement Project I(KIP I).

Dalam Pelita I dan Pelita II, pembangunan prasarana dan sarana air minum belum menyentuh masyarakat perdesaan dan perkotaan skala kecil (IKK), yaitu wilayah permukiman dengan jumlah penduduk kurang dari 20 ribu jiwa. Pada umumnya, masyarakat perdesaan mendapatkan air dari sarana tradisional, seperti sumur, mata air, sungai dan seba-gainya. Pada waktu itu, pembangunan prasarana dan sarana air minum di perdesaan sebagian dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan. Selain itu, pembangunan prasarana dan sarana air minum juga dilaksanakan oleh LSM, Unicef, serta bantuan teknis WHO dan UNDP. Pembangunan

prasara-1Sebagian besar materi pada bagian ini dikutip dari dua dokumen. Materi tentang perumahan dikutip dari Kajian Pendahuluan

Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukiman, sementara materi permukiman dikutip dari Dokumen Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat 2003.

(28)

04

na dan sarana air minum di perdesaan seringkali ditujukan untuk uji coba penerapan teknologi tepat guna, misalnya pompa tangan atau uji coba perangkat lunak seperti konsep peran serta masyarakat dan konsep pembentukan lembaga pengelola. Skala pengembangannya sangat terbatas dan tidak besar, sehingga cakupan pelayanan dan dampaknya juga sa-ngat terbatas. Prasarana dan sarana air minum yang telah di-bangun seringkali tidak berlanjut atau mengalami kegagalan, karena prasarana dan sarana yang dibangun tidak dipelihara dengan baik.

Selama Pelita I dan Pelita II, pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan di perkotaan dan perdesaan belum mendapatkan perhatian. Penanganan masalah limbah masih terbatas pada tahap konsep penanganan dan belum diwujudkan ke dalam pembangunan fisik. Selain itu, pengelo-laan limbah manusia secara sistematik belum dilakukan. Penanganan limbah pada tingkat rumah tangga dilayani melalui jamban dengan tangki septik, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki jamban menggunakan tempat pembuang-an limbah tradisionil seperti sungai, kolam, kebun, sawah, dpembuang-an lain-lain. Dalam upaya penataan permukiman kumuh di perko-taan, pemerintah membangun tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK). Sebagian prasarana dan sarana penyehatan lingkung-an cakuplingkung-an pelaylingkung-anlingkung-annya terbatas, kurlingkung-ang terpelihara, dlingkung-an kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.

B. Era 1980 - 1990

Sejak 1983, istilah perumahan rakyat dalam GBHN diubah menjadi perumahan dan permukiman dan tetap menjadi kebi-jakan sektor yang eksplisit di bawah bidang kesejahteraan. Posisi di bawah bidang kesejahteraan sosial ini terus berlan-jut sampai dengan GBHN 1998. Hal ini paling tidak telah memberi gambaran bahwa perumahan dan permukiman memang dianggap sebagai instrumen peningkatan kesejahte-raan sosial.

Pertumbuhan ekonomi pada era 1980-1990 cukup tinggi, dan sektor manufaktur dan teknologi berkembang sangat pesat. Kondisi perekonomian yang baik tersebut sangat kon-dusif bagi perkembangan sektor infrastruktur. Pada saat yang sama dicanangkan Dekade Air Internasional (1981-1989) yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum bagi semua lapisan masyarakat. Kedua momentum tersebut menjadi pen-dorong bagi peningkatan pelayanan air minum bagi

masyarakat. Sehingga selama Pelita III (1979-1984) dan Pelita IV (1984-1989) terjadi peningkatan investasi yang sangat sig-nifikan di sektor air minum. Dalam Pelita III pembangunan prasarana dan sarana air minum berhasil meningkatkan cakup-an pelaycakup-ancakup-an air minum sebesar 20-30% dcakup-an dalam Pelita IV penyediaan prasarana dan sarana air minum mampu melayani 55% masyarakat.

Selama Pelita III, pemerintah menyediakan investasi cukup besar di bidang penyediaan prasarana dan sarana air minum di perkotaan, termasuk untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan. Pada saat itu, pemerintah mulai melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan internasional dalam bentuk pinjaman luar negeri untuk melakukan investasi di sektor air minum. Model pendekatan pembangunan dan standar teknis pengelolaan dirumuskan oleh pemerintah pusat, termasuk untuk pemba-ngunan prasarana dan sarana air minum di Ibu Kota Kecamatan (IKK). Pembangunan prasarana dan sarana air minum dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum de-ngan mengacu kepada standar teknis pelayanan air minum internasional yang mendasarkan perhitungan kepada jumlah penduduk. Dampak dari pelaksanaan standar tersebut adalah terkonsentrasinya investasi prasarana dan sarana air minum pada kawasan-kawasan yang padat penduduk seperti di pulau Jawa dan pulau Sumatera. Walaupun telah cukup banyak investasi yang dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana air minum namun laju investasi tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk sehingga cakupan pelayanan sulit untuk dinaikkan secara signifikan.

(29)

melalui lembaga keuangan bilateral dan multilateral meningkat terus. Walaupun dalam skala kecil, LSM mulai berperan serta dalam penyediaan prasarana dan sarana air minum di perde-saan dan kota-kota kecil dengan bantuan dana dari berbagai donor nirlaba. Seiring dengan meningkatnya tuntutan otonomi, untuk mendorong kapasitas pemerintah daerah dalam menge-lola pembangunan prasarana dan sarana air minum maka di-ciptakan mekanisme hibah pemerintah pusat kepada pemerin-tah daerah. Walaupun tingkat cakupan pelayanan kepada masyarakat meningkat secara signifikan, namun kinerja pemanfaatan prasarana dan sarana yang telah dibangun ter-nyata kurang menggembirakan, banyak prasarana dan sarana yang tidak dapat dioperasikan karena tidak dipelihara secara benar.

Pada pembangunan bidang penyehatan lingkungan, upaya pembangunan dilakukan untuk mengelola limbah cair dan lim-bah padat. Instalasi pengolah limlim-bah cair terpusat (sewerage) mulai dibangun di beberapa kota besar oleh Departemen Pekerjaan Umum. Mengingat operasi dan pemeliharaan insta-lasi pengolah limbah cair memerlukan kecermatan teknis dan biaya yang mahal maka pengoperasian dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan secara bertahap di-serahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah mulai me-ngembangkan dan mempromosikan sarana pengolah limbah setempat (on-site) dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK). Pembangunan MCK banyak mengalami hambatan dan kega-galan serta sarana yang telah terbangun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk kawasan padat penduduk di perkotaan dilaksanakan pembangunan prasarana dan sarana penye-hatan lingkungan yang dilengkapi tangki septik. Kegiatan ini pada umumnya dilaksanakan bersama antara pemerintah de-ngan masyarakat, pemerintah menyediakan dana stimulan dan dikembangkan oleh masyarakat melalui swadana. Program penyediaan jamban di perdesaan, seluruh material pemba-ngunannya ditentukan oleh pemerintah pusat, ternyata hasil-nya kurang menggembirakan. Cakupan pelayananhasil-nya me-ningkat secara signifikan, namun demikian, kenyataan menun-jukkan bahwa sebagian besar masyarakat perdesaan masih melakukan "buang air besar" (BAB) di tempat tradisional.

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan menyebabkan terabaikannya penanganan limbah padat, khu-susnya di perkotaan. Pengelolaan limbah padat (sampah) baru dilakukan secara sistematis oleh pemerintah dimulai awal

05

tahun 1980-an, namun demikian teknologi yang dipergunakan masih belum ramah lingkungan sehingga seringkali menim-bulkan persoalan baru pada lingkungan sekitarnya. Kesadaran untuk mempergunakan teknologi yang ramah lingkungan ber-benturan dengan mahalnya konstruksi, operasi, dan pemeliha-raan yang harus dilaksanakan. Inovasi-inovasi baru dibidang pengelolaan limbah padat yang ramah lingkungan kurang men-dapatkan perhatian dari pemerintah.

Pembangunan saluran limbah yang terintegrasi dengan sistem penanggulangan banjir dan drainase air hujan belum dilaksanakan secara integratif dan sistematis. Pada saat itu, untuk memecahkan persoalan genangan yang ada di permu-kiman, pemerintah cenderung untuk memecahkannya dengan pendekatan parsial. Dampaknya adalah tidak adanya kesatuan sistem jaringan drainase dengan lingkup perkotaan sehingga penanganan persoalan genangan pada satu kawasan menye-babkan genangan pada kawasan lain. Selain itu, lemahnya kapasitas dan tanggung jawab aparat di bidang jaringan drainase serta tidak adanya anggaran untuk operasi dan pemeliharaan jaringan drainase merupakan permasalahan rutin yang menyebabkan tidak tertanganinya genangan yang ada di permukiman.

C. Era 1990 - 2004

Pelita V (1989-1994) dan Pelita VI (1994-1999) merupakan era globalisasi terutama di bidang ekonomi. Meningkatnya tun-tutan otonomi daerah dan kebijakan desentralisasi menyebab-kan kendali pemerintah pusat lebih dilonggarmenyebab-kan. Pada saat yang sama, prinsip Dublin-Rio (Dublin-Rio Principles) diterap-kan secara internasional. Keterlibatan dunia swasta di semua sektor meningkat pesat, demikian juga di bidang infrastruktur perkotaan. Pada Repelita VI, pembangunan prasarana dan sa-rana air minum direncanakan untuk melayani sekitar 60% pen-duduk perdesaan dan 80% penpen-duduk perkotaan. Krisis eko-nomi, yang terjadi sejak Agustus 1997 dan diikuti oleh krisis politik, mengakibatkan terjadinya kemandegan ekonomi, cadangan devisa pemerintah sangat terbatas sehingga ang-garan pemerintah yang ada tidak mencukupi untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana.

(30)

06

grasikan seluruh infrastruktur perkotaan kedalam satu paket pinjaman menarik perhatian lembaga keuangan bilateral dan multilateral. Pemeran utama pendekatan konsep tersebut ada-lah Departemen Pekerjaan Umum yang kemudian mendele-gasikan sebagian wewenangnya kepada tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Banyaknya paket pekerjaan yang harus dise-lesaikan dan terbatasnya sumber daya manusia menjadi ken-dala ken-dalam peningkatan kualitas prasarana dan sarana permu-kiman yang dibangun. Hal ini terjadi karena pembinaan teknis, supervisi, dan pengawasan kualitas pekerjaan konstruksi men-jadi sangat terbatas dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Secara bertahap pendekatan kegiatan IKK (Ibu Kota Keca-matan) bergeser ke kota-kota ukuran menengah, namun stan-dar pembangunan IKK masih tetap dijadikan acuan. Cakupan pelayanan masih merupakan tujuan pembangunan, sehingga konstruksi prasarana dan sarana baru menjadi kegiatan utama, sedangkan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi cenderung terabaikan. Pengelolaan PDAM belum dapat dilaksanakan sesuai standar perusahaan, kendala yang dihadapi adalah ren-dahnya kemampuan mengelola suatu perusahaan (masih ter-dapat PDAM yang dikelola oleh birokrat bukan profesional di bidangnya), tidak adanya kebebasan dalam menentukan tarif, mahalnya investasi baru, dan terbatasnya sumber daya manu-sia. Selain kendala tersebut terdapat kendala alam yaitu se-makin menipisnya air baku (disebabkan oleh rusaknya lingkung-an) yang dapat dimanfaatkan dan ketiadaan sumber air yang dapat dimanfaatkan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar PDAM masih bergantung kepada subsidi dari pemerintah pusat. Pada tahun 1988, disadari bahwa agar PDAM dapat meningkatkan mutu pelayanan air minum kepada masyarakat maka kebijakan air minum perlu diubah dan pengelolaan PDAM perlu direformasi secara menyeluruh. Pelayanan air minum perlu melibatkan dunia swasta dan dilakukan secara profesional, berorientasi kepada keuntungan (tanpa mening-galkan beban sosial), dan menjauhkan campur tangan birokrasi dalam pengelolaan perusahaan.

Pelita IV merupakan titik awal dimulainya partisipasi masyarakat dan terlibatnya LSM di tingkat daerah dan nasion-al dnasion-alam pelaksanaan proyek-proyek pemerintah yang didanai oleh lembaga keuangan internasional. Konsep kepemilikan masyarakat dan pendekatan yang didasarkan kepada kebu-tuhan (Demand Responsive Approach) mulai diterima secara luas, walaupun pelaksanaannya masih dilakukan secara

ter-batas.

Proyek pembangunan prasarana dan sarana sosial (Pembangunan Kawasan Terpadu (PKT), Proyek Pembangun-an PrasarPembangun-ana Desa Terpadu (P3DT), dPembangun-an sebagainya), terma-suk di dalamnya prasarana dan sarana permukiman, diterima sebagai pendekatan pembangunan alternatif dengan hasil yang cukup bervariasi. Pada pendekatan ini dilakukan terobo-san baru dalam penyaluran anggaran pemerintah dengan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam pembangunan prasarana dan sarana. Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator dan pembina teknis. Namun demikian, cakupan pelayanan ternyata tidak sesuai dengan yang direncanakan. Persoalan lama selalu ber-ulang dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum yaitu kurang optimalnya pemanfaatan prasarana dan sarana air minum yang telah dibangun karena ketidakmampuan masyarakat untuk mengoperasikan dan memeliharanya.

Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah cair manusia masih belum setinggi kesadaran terhadap pentingnya air minum. Hal inilah yang menyebabkan rendah-nya tingkat sambungan rumah kedalam sistem sewerageyang telah dibangun. Sedikitnya sambungan rumah tersebut menye-babkan tingkat pendapatan tidak sesuai dengan yang diren-canakan sehingga tidak mampu menutup biaya operasi dan pemeliharaan serta mengembangkan jaringan pelayanan. Dampaknya, banyak institusi baik di pusat maupun di daerah enggan untuk mengelola jaringan limbah cair manusia.

Di beberapa kota, telah berhasil dibangun instalasi peng-olah limbah berbasis masyarakat (IPLBM). Secara teknis biasanya merupakan pengaliran limbah cair dari rumah-rumah melalui saluran perpipaan dangkal (shallow sewer) yang dirangkai dengan tangki septik ukuran besar dan kolam terbu-ka sebagai instalasi pengolah3. Selain pendekatan tersebut, pemanfaatan LSM untuk memotivasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya lingkungan yang sehat khususnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan jaringan pelayanan limbah cair manusia telah berhasil memoti-vasi masyarakat untuk melakukan penyambungan pada ins-talasi pengolah limbah terpadu yang ada di Kota Cirebon4.

(31)

penyediaan jamban (latrine) selalu ada. Program stimulan dengan pemberian bantuan material yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat dan penerapan konsep satu teknologi masih tetap berlanjut. Hasil yang diperoleh tidak selalu memuaskan, namun demikian banyak juga yang cukup berhasil. Program dapat berhasil dengan memuaskan bila masyarakat meman-faatkan prasarana dan sarana yang dibangun dan mereka mau memeliharanya agar prasarana dan sarana tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal), sebagai badan penanggung jawab dan pengendali masalah lingkungan hidup dibentuk, namun masih terfokus pada masalah-masalah lingkungan skala besar belum menjangkau skala permukiman. Hal ini menyebabkan isu permukiman khususnya sampah dan drainase, tidak pernah mendapat perhatian pada tingkat nasional. Persoalan sampah dan drainase masih dianggap sebagai persoalan teknis yang dapat dipecahkan oleh departe-men teknis. Persoalan sampah dan drainase pada dasarnya bukan persoalan teknis saja, namun menyangkut persoalan pengelolaan (management), sumber daya manusia, dan administratif pemerintahan.

P3KT sebagai suatu konsep penanganan persoalan infra-struktur perkotaan cukup baik, tetapi anggaran yang tersedia melalui P3KT terbatas dan tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh sektor infrastruktur yang ada di perkotaan. Kondisi ini menyebabkan penanganan persoalan infrastruktur di perko-taan dilakukan secara parsial dan tidak sistematis. Kondisi di atas ditambah dengan kinerja departemen teknis yang ber-orientasi proyek (project oriented) bukan berorientasi kepada program (program oriented), menyebabkan pembangunan dan penyediaan prasarana dan sarana dilakukan tidak sesuai de-ngan kebutuhan nyata yang ada di masyarakat sehingga prasarana dan sarana yang dibangun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Dampaknya adalah persoalan infrastruktur tidak terpecahkan dan pemanfaatan anggaran yang sebagian dibiayai melalui hutang menjadi tidak efisien dan efektif. Hal ini dapat dilihat pada sektor persampahan dan drainase, investasi untuk pembangunan prasarana dan sarana drainase serta per-sampahan telah menghabiskan anggaran yang cukup besar, namun persoalan persampahan dan genangan di perkotaan

07

setiap tahun hingga saat ini belum terselesaikan.

Ketika terjadi reformasi dan GBHN 1998 digantikan de-ngan GBHN 1999-2004, perumahan dan permukiman tidak lagi menjadi kebijakan yang eksplisit. Hal ini disebabkan, pertama, karena GBHN tidak lagi menjadi pola umum pembangunan nasional atau haluan pembangunan nasional, tetapi menjadi haluan penyelenggaraan negara. Tampaknya hal ini dilandasi oleh perubahan kerangka fikir dari pembangunan yang sen-tralistis menuju ke desentralisasi. Karena itu kebijakan dan rencana yang sifatnya sentralistis perlu dikurangi. Kedua, GBHN tidak lagi memberi arah sampai pembangunan sektor, tetapi hanya sampai permasalahan yang dirinci menjadi per-masalahan hukum, ekonomi, politik, agama, pendidikan, sosial dan budaya, pembangunan daerah, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan.

Repelita 1999-2004 tidak lagi dipersiapkan dan sebagai pengganti disusun Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 yang mengacu pada GBHN 1999 yang jelas berbeda dengan Repelita. Propenas menjadi Undang-Undang. Kalau disandingkan Propenas dengan Repelita, akan bisa ditemukan bahwa Repelita jauh lebih rinci. Propenas tidak lagi memuat perkiraan kebutuhan dan peruntukan dana. Dalam Propenas ini perumahan dan permukiman menjadi bagian dari program nasional Pembangunan Daerah.

3Contoh Instalasi Pengolah Limbah Berbasis Masyarakat (IPLBM) yang sudah berjalan baik adalah di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.

Sistem direncanakan, dibangun, dan dioperasikan dengan pendanaan masyarakat sendiri.

4Kota Cirebon memiliki sistem penyaluran dan pengolahan limbah terpusat, pemasaran sambungan ke rumah tangga dilakukan

meng-gunakan jasa LSM

(32)

08

D. Era Setelah 2004

Setelah lebih dari tiga puluh tahun penyelenggaraan pem-bangunan di Indonesia yang selalu dipandu oleh Garis Besar Haluan Negara melalui ketetapan MPR sebagai lembaga ter-tinggi negara, terhitung sejak disahkannya amandemen UUD 45 telah terjadi perubahan mendasar. Selain MPR tidak lagi menetapkan haluan negara juga telah diterbitkan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan yang menentukan adanya Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang dite-tapkan dengan undang-undang.

Perubahan institusional ini sesungguhnya merupakan pengejawantahan sikap dan tekad bangsa menuju negara yang makin demokratis, pemberian penghargaan yang makin tinggi pada hak asasi manusia dan penyelenggaraan negara yang makin terdesentralisasi. Selain perubahan tata penye-lenggaraan Negara, perubahan sikap tersebut juga memba-wa konsekuensi pada kerangka pikir penyelenggaraan pem-bangunan dan metoda serta sistimatika GBHN menjadi tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, pemikiran jangka panjang yang disebut "haluan negara" yang berangkat dari dasar-dasar filosofis, tata nilai dan norma yang disepakati melalui per-musyawaratan wakil rakyat harus diganti dengan kerangka pikir yang baru. Perencanaan pembangunan jangka panjang kemudian disusun berdasarkan kesamaan pandangan tentang kondisi sekarang, tantangan yang dihadapi, potensi yang dimi-liki yang kemudian dirumuskan dalam visi dan misi pemba-ngunan untuk 20 tahun yang akan datang.

Kondisi transisional menyebabkan RPJPN muncul ketika Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tengah dilaksanakan. Oleh karena itu, sangat bisa dimengerti apabila asumsi yang digunakan oleh RPJM, terutama bidang perumahan, kemudian juga diungkapkan kembali sebagai kondisi dan tantangan yang dihadapi dalam RPJPN. Padahal banyak asumsi tentang kondisi tahun 2004 tersebut, khusus-nya tentang kondisi perumahan, yang perlu dikoreksi.

Meskipun GBHN berangkat dari pemikiran filosofis dan normatif seperti wawasan nusantara dan ketahanan nasional, tetapi arah pembangunan telah disistematisasikan menurut bidang yang berkaitan dengan penyelenggaraannya. RPJPN 2005-2025 tidak secara langsung dan tegas mengarahkan apa yang harus dilakukan untuk setiap bidang pembangunan. Dokumen rencana ini mengutarakan visi dan misi pembangu

Gambar

TABEL III.5
TABEL III.13
GAMBAR 3.13RUMAH TANGGA DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN
TABEL III.16
+7

Referensi

Dokumen terkait

10 Siswa yang memiliki kemandirian belajar dapat dilihat dari beberapa ciri baik yang terlihat seperti tingkah laku.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis Penerapan Model Transportasi dan Distribusi ‘Least Cost Method’ dan ‘Stepping Stone Method’ pada

pembelajaran yang sudah lakukan dengan menggunakan Discovery Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen hasilnya belum menunjukkan nilai yang signifikan

Menunjukkan berapa besar kemungkinan suatu test Menunjukkan berapa besar kemungkinan suatu test memberikan hasil positif pada orang yang sakit. dibandingkan pada

Mendapat Sertifikat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Primer Tingkat Nasional Tahun Buku 2015 dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Apabila dilihat dari lima kontruk kualitas belanja daerah, hampir semua kontruk belanja daerah Kabupaten Serang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi setiap

[r]

Ini Tanah Kita, Padang Permainan Seluruh Anak Bangsa, Ini Jiwa Kita, Nafas Kita, Roh Generasi Merdeka,. Nusa Ini Maruah Kita, Citra Kita, Martabat Daulat Perkasa, Wilayah Ini