DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI
Skripsi Skripsi
Diajuhkan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sarjana Diajuhkan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sarjana
Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam
Oleh Oleh NOVI ROMAWATI NOVI ROMAWATI NIM : 202011000962 NIM : 202011000962
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007 2007
Skipsi Skipsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam Sarjana Pendidikan Islam
Oleh Oleh NOVI ROMAWATI NOVI ROMAWATI NIM 20201100962 NIM 20201100962 Di bawah Bimbingan Di bawah Bimbingan Pembimbing
Pembimbing I I Pembimbing Pembimbing IIII
( Drs. H. Ahmad Syafi
( Drs. H. Ahmad Syafi’’ie Noor )ie Noor ) ( Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag )( Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag ) NIM
NIM : : 150 150 0094403 0094403 NIM NIM : : 150299477150299477
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1427 H / 2006 1427 H / 2006
Skripsi
Skripsi yang yang berjudulberjudul ““METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMANMETODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI
TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI’’’’ ini telahini telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 tanggal 17 November 2006 November 2006 dan telah dan telah diterima sebagaiditerima sebagai salah satu
salah satu syarat untuk memperoleh syarat untuk memperoleh gelar Sarjana gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Islam Program Islam Program StrataStrata Satu ( SI ) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Satu ( SI ) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 17
Jakarta, 17 November November 20062006 Ssidang Munaqasyah
Ssidang Munaqasyah Dekan/
Dekan/ Pembantu Pembantu Dekan Dekan I,I, Ketua
Ketua Merangkap Merangkap Anggota Anggota Sekretaris Sekretaris Merangkap Merangkap AnggotaAnggota
Prof.
Prof. Dr. Dr. Dede Dede Rosyada, Rosyada, MA MA Prof. Prof. Dr. Dr. H. H. Aziz Aziz Fahrurrozi, Fahrurrozi, MAMA NIP.
NIP. 150 150 231 231 356 356 NIP. NIP. 150 150 202 202 343343 Anggota,
Anggota, Penguji
Penguji I I Penguji Penguji IIII
Drs.
Drs. H. H. A. A. Mawardi Mawardi Sutedjo, Sutedjo, M.S M.S Drs. Drs. H. H. Khalimi, Khalimi, M.AgM.Ag NIP.
i
iv
DAFTAR TABEL
………
viBAB I PENDAHULUAN
………
.
1A. Latar Belakang Masalah
………
1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
………
5C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
………
.
5D. Metode Pembahasan
………
.
6E. Sistematika Penulisan
………
.
6BAB II LANDASAN TEORITIS
………
...
9A. Pendidikan Agama Islam
………
91. Pengertian Pendidikan Agama Islam
………...
92. Dasar Pendidikan Agama Islam
………...
113. Tujuan Pendidikan Agama Islam
………
.
154. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
………...
16B. Hakikat Metode Bercerita
………
.
171. Pengertian Metode Bercerita
………
172. Tujuan dan Fungsi Metode Bercerita
………...
193. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Bercerita
………...
234. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
……….
28ii
B. Populasi dan Sampel
………
...
31C. Sumber Data
………...
31D. Teknik Pengumpulan Data
………
.
32E. Teknik Analisa Data
………...
33BAB IV HASIL PENELITIAN
………
34A. Gambaran Umum TK Bait Al-Falah Pondok Ranji
……….
34B. Deskripsi Data
………
381. Sarana dan prasarana
………
.
382. Keadaan Belajar Mengajar
………
413. Pelaksanaan Metode Bercerita pada Pendidikan Agama Islam di TK Bait Al-Falah
……….
45C. Analisa Data
………..
461. Respon Anak Didik terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Bercerita di Taman Kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji
………
...
462. Hasil Pelaksanaan Metode Bercerita
………..
57BAB V PENUTUP
………...
59A. Kesimpulan
………
59B. Saran
………
..
62 DAFTAR PUSTAKAA. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Dalam jiwa manusia ada satu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa,
tempat berlindung dan memohon pertolongan-Nya. Manusia akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Agama mengajarkan manusia agar selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Itulah sebabnya manusia memerlukan pendidikan agama untuk menuntun ibadahnya. Di sisi lain manusia diberi kemampuan untuk membina anak didiknya agar menjadi orang baik dan mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.
Perkembangan agama sejak usia dini anak-anak memerlukan dorongan dan rangsangan sebagaimana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita-cita anak perlu ditumbuh kembangkan ke arah yang baik dan terpuji melalui pendidikan. Cara memberikan pendidikan atau pengajaran agama haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala gerak-geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya. 1
1
Zakiah Daradjat,Kesehatan Mental, ( Jakarta; PT. Toko Gunung Agung, 2001) Cet ke -23, h. 127
Tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada anak pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT.
Anak didik pada usia Taman Kanak-kanak masih sangat terbatas kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik misalnya membaca do’a tiap kali memulai pekerjaan seperti do’a mau makan dan minum, do’a naik kendaraan, do’a mau pulang, dan lain-lain yang biasa di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Di samping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha Esa secara sederhana, sesuai dengan kemampuannya.2
Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai berikut : “Anak -anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatic saja”.3
2
Ibid., h. 127 3
Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita. 4
Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra, mereka belum dapat memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum. Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh.
Berkenaan dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan ditanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua juga sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya.
Menurut Zakiyah Darajat “Anak pada usia pra-sekolah tertarik kepada cerita-cerita pendek seperti cerpen yang berkisah tentang peristiwa yang sering dialaminya atau dekat dengan kehidupannya, terlebih lagi cenderung akan memilih suatu permainan yang bertujuan mendorong anak untuk tertarik dan kagum kepada agama Islam”. 5
4
Soekanto,Seni Cerita Islami,(Jakarta : Bumi Mitra Press, 2001) Cet. ke-2, h. 9 5
Zakiyah Daradjat,Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV Ruhama, 1995), Cet.ke-2, h. 78
Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Guru yang mampu memberikan cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman kepada anak terhadap pelajaran yang diterima dari cerita tersebut.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan salah satu teknik penyampaian yang digunakan dalam proses pendidikan di Taman Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik yang bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran akan membantu guru dalam melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. 6
Salah satu cara untuk merangsang anak agar tertarik melakukan kegiatan dengan metode cerita. Penulis mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan metode bercerita yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Bait Al-Falah melalui penelitian dengan judul “METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI”.
Ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk membahas masalah ini, yaitu:
6
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak , (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h. 157
1. Pendidikan Agama Islam sangat penting di berikan kepada anak di usia pra-sekolah untuk mengenal agama.
2. Pendidikan agama merupakan mobilisator dan filter dari segala hal kehidupan. 3. Salah satu metode dalam melaksanakan pendidikan agama Islam pada lembaga
Taman Kanak-kanak ini adalah metode bercerita, karena metode yang menarik dengan dunia anak-anak.
3. Pengaruh cerita yang baik disampaikan kepada anak didik sangat besar terhadap perubahan prilaku positif anak.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan pada penelitian ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
2. Metode yang diteliti adalah metode bercerita
Pelaksanaan metode cerita yang diterapkan di Taman Kanak-kanak mempunyai ruang lingkup yang luas. Namun dalam penulisan skripsi ini penulis hanya membatasi pada metode cerita yang diterapkan pada materi pendidikan agama Islam sebagai penanaman nilai-nilai keagamaan bagi anak yang diterapkan di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
Untuk mempermudah pembahasan pada penelitian, maka permasalahan di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam melalui metode bercerita di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ?
2. Bagaimana hasil anak-anak didik di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah setelah memperoleh pendidikan agama Islam melalui metode bercerita?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode bercerita dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di Taman Kanank-kanak Bait Al-Falah. 2. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode bercerita sebagai
penanaman pendidikan agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah. B. Manfaat Penelitian :
1. Untuk mengetahui betapa pentinganya metode becerita terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi siswa di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan metode bercerita sebagai penanaman pendidikan agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
D. Metode Pembahasan
Sebagaiman lazimnya suatu karya ilmiah, maka penulis dalam membahas skripsi ini mengunakan dua macam metode penelitian, yaitu:
1. Kajian kepustakaan ( Library Research), yaitu dengan membaca buku artikel serta literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang penulis bahas. 2. Penelitihan lapangan (Field Research), yaitu dalam hal ini penulis
mengadakan penelitian langsung ke objek yang diteliti dengan jenis pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan ke-2, tahun 2002.
E. Sistematika Penulisan
Pokok bahasan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi ini dibahas dalam lima bab. Setiap bab terdiri beberapa sub bahasan yang dibagi sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metode Pembahasan, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka terdiri dari : Pengertian Pendidikan Agama Islam, Dasar pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, Hakikat Metode Bercerita : Pengertian Metode Bercerita, Fungsi Metode Bercerita, Tujuan Metode Bercerita, Aspek-aspek dan Teknik-teknik Bercerita, Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita, Pelaksanaan Metode Bercerita.
Bab III : Metode Penelitihan terdiri dari : Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitihan, Definisi Operasional, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data.
Bab IV : Hasil Penelitian terdiri dari : Gambaran umum Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Deskripsi Data :terdiri dari : Keadaan. Sarana dan Prasarana, Keadaan Belajar Mengajar, Pelaksanaan Metode Bercerita pada Pendidikan Agama Islam di Bait Al-Falah. Analisa Data terdiri dari : Respon Anak Didik Terhadap Metode Bercerita sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Hasil Pelaksanaan Metode Bercerita.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis mengemukakan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu didefinisikan kata pendidikan. Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam Bahasa Arab sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah”. Kata tarbiyah lebih luas konotasinya, yaitu mengandung arti “memelihara, membesarkan dan mendidik, sekaligus mengandung makna mengajar (hadanah)”.1
Ramayulis mendefinisikan pendidikan sebagai “bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa”.2 Sedangkan Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.3
Dengan demikian pendidikan berarti interaksi dalam diri individu dengan masyarakat sekitarnya baik dilihat dari segi kecerdasan atau kemampuan, minat maupun pengalaman. Mendidik adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara
1Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Logos, 2001), Cet ke 4, h.5 2Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), h. 1
3
Ahamad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif.
1986), Cet. ke-6, h. 19
sadar dengan bantuan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga terbentuk manusia yang bertanggung jawab.
Berdasarkan definisi-definisi tentang pendidikan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap siterdidik, baik berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan, ataupun latihan. Tujuan yang inggin dicapai adalah membawa siterdidik kearah terbentuknya kepribadian yang utama, baik jasmani maupun rohani bagi perjalanan hidupnya di masa yang akan datang.
Tentang Pendidikan Islam para ahli mendefinisikannya sebagai berikut :
Menurut Ahmad D. Marimba “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.4
Menurut Zakiyah Darajat, bahwa “pendidikan agama Islam adalah usaha terhadap anak didik agar kelak dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup”.5
Menurut Zuhairini menyatakan, bahwa “ pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam”.6
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam
4
Ibid ., h. 23 5
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam, Jakarta : Bumi Askara, 1996), h. 86 6
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap kegiatan untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan atau dasar tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai sebuah kejayaan juga harus mempunyai landasan atau dasar yang sejalan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadits.
Untuk lebih jelasnya mengenai dasar-dasar pendidikan Islam, penulis akan menguraikan sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri, Firman Allah :
˳ϡ˸Ϯ˴ Ϙ˶ ϟ˱Δ˴ Ϥ˸ Σ˴έ˴ϭϯ˱Ϊ˵ ϫ˴ϭ˶Ϫϴ˶ ϓϮ˵ ϔ˴ Ϡ˴ Θ˸ Χϱ˶ά
͉
ϟ˵Ϣ˵ Ϭ˴ ϟ˴Ϧ͋ ϴ˴ Β˵ Θ˶ ϟΎ
ϟ˶·˴ΏΎ˴ Θ˶ Ϝ˸ ϟ˴Ϛ˸ ϴ˴ Ϡ˴ ϋΎ˴ Ϩ˸ ϟ˴ΰ˸ ϧ˴Ύ˴ ϣ˴ϭ
͉
˴ϥϮ˵ Ϩ˶ ϣ˸Ά˵ ϳ
Artinya : “ Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) ini,melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”
(Q.S. An-Nahl [16] : 64 )˴ϭ
˴ή˴ Β˶ Ϝ˸ ϟ˴ϙ˴Ϊ˸ Ϩ˶ ϋ
͉
Ϧ˴ ϐ˵ Ϡ˸ Β˴ ϳΎ
͉
ϣ˶·Ύ˱ ϧΎ˴ δ˸ Σ˶· ˶Ϧ˸ ϳ˴Ϊ˶ ϟ˴Ϯ˸ ϟΎ˶ Α˴ϭ ˵ϩΎ
͉
ϳ˶·Ύ
͉
ϟ˶·ϭ˵Ϊ˵ Β˸ ό˴ ΗΎ
͉
ϟ˴ ˴Ϛ͊ Α˴έϰ˴ π˴ ϗ
˴ Ϡ˶ ϛ˸ϭ˴Ύ˴ Ϥ˵ ϫ˵Ϊ˴ Σ˴
Ύ˱ Ϥϳ˶ή˴ ϛΎ˱ ϟ˸Ϯ˴ ϗΎ˴ Ϥ˵ Ϭ˴ ϟ˸Ϟ˵ ϗ˴ϭΎ˴ Ϥ˵ ϫ˸ή˴ Ϭ˸ Ϩ˴ ΗΎ˴ ϟ˴ϭ
͈
ϑ˵Ύ˴ Ϥ˵ Ϭ˴ ϟ˸Ϟ˵ Ϙ˴ ΗΎ˴ Ϡ˴ ϓΎ˴ Ϥ˵ ϫΎ
Artinya : “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
(Q.S. Al-Isra’ [23] : 66 )Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mu’ jizat (sebagai bukti
kebenaran atas Nabi Muhammad SAW) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan
dipandang beribadah bagi yang membacanya. 6 Sebagaimana dalam Firman Allah :
˸ϥ˶Έ˴ ϓ˸Ϣ˵ Ϝ˸ Ϩ˶ ϣ˶ή˸ ϣ˴ ΄˸ ϟϲ˶ ϟϭ˵˴ϭ˴ϝϮ˵ γ
͉
ήϟϮ˵ όϴ˶ σ˴˴ϭ˴Ϫ
͉
ϠϟϮ˵ όϴ˶ σ˴Ϯ˵ Ϩ˴ ϣ˴˯ ˴Ϧϳ˶ά
͉
ϟΎ˴ Ϭ͊ ϳ˴Ύ˴ ϳ
˶ϡ˸Ϯ˴ ϴ˸ ϟ˴ϭ˶Ϫ
͉
ϠϟΎ˶ Α˴ϥϮ˵ Ϩ˶ ϣ˸Ά˵ Η˸Ϣ˵ Θ˸ Ϩ˵ ϛ˸ϥ˶·˶ϝϮ˵ γ
͉
ήϟ˴ϭ˶Ϫ
͉
Ϡϟϰ˴ ϟ˶·˵ϩϭ͊Ω˵ή˴ ϓ˳˯˸ϲ˴ ηϲ˶ ϓ˸Ϣ˵ Θ˸ ϋ˴ίΎ˴ Ϩ˴ Η
.
Ύ˱ Ϡϳ˶ϭ
˸ ΄˴ Η˵Ϧ˴ δ˸ Σ˴˴ϭ˲ή˸ ϴ˴ Χ˴Ϛ˶ ϟ˴Ϋ˶ή˶ Χ˸ ϟ
Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S. An-Nissa [4] : 59)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar atau sumber
pertama pendidikan agama Islam adalah Al-qur’an yaitu kumpulan firman Allah
SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab suci ini menjadi
6
sumber hukum yang utama dan berlaku untuk sepanjang masa dalam lingkungan umat Islam. Al-Qur’an sebagai sumber yang selalu digunakan oleh sahabat sejalan
dengan firman Allah SWT dalam al-Qura’an surat An-Nissa ayat 59 yang
memerintahkan untuk berbakti kepada Allah dan Rasul Allah dan untuk mengembalikan hal-hal yang diperselisihkan kepada Allah dan Rasulnya.7
b. As-Sunnah
Dasar kedua pendidikan Islam adalah As-Sunnah yang mempunyai arti segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan dan
ketetapan yang berkaitan dengan hukum.8 As-Sunnah berisi pedoman untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia seutuhnya dan muslim yang bertaqwa. As-Sunnah merupakan landasan kedua dengan
pembinaan pribadi manusia muslim. 9
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa menuntut ilmu maka akan mengetahui adanya Dzat Allah dan sifatnya, akan mengetahui bagaimana cara ibadah, mengetahui haram dan halal, dengan ilmu akan mengetahui adanya tingkah laku hati (prilaku hati) seperti akhlaq terpuji (sabar,syukur, dermawan, budi pekerti, jujur, ikhlas), akhlaq tercela (dendam, dengki, takabur, riya, marah dan bermusuhan). Seperti dalam Hadits Nabi :
˴Ϣ˴ Ϡ˴ γ˴ϭ˶Ϫ˸ ϴ˴ Ϡ˴ ϋ˶Ϫ˴ Ϡϟϲ˴ Ϡ˴ λ˶ϪϠ˴ ϟ˵ϝ˸Ϯ˵ γέ˴ϝΎ˴ ϗ
˵˶Ϟ˵ ϛϲ˴ Ϡ˴ ϋ˵Δ˴ π˸ ϳ˶ή˴ ϓ˶Ϣ˸ Ϡ˶ όϟ˸˵ΐ˴ Ϡ˴ σ
˳Ϣ˶ Ϡ˸ δ˵ ϣ
ϪΟΎϣϦΑϩϭέ
7Sapiuddin Shidiq,Tarikh Tasyri
’ (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), (Jakarta : AMRI, 2005), Cet. ke-1, h. 32
8
Nasroen Haroen,Ushul Fiqh 1, (Jakarta : Logos Waca Ilmu, 2001), Cet.ke-3, h. 38 9
Artinya : Menuntut Ilmu wajib bagi setiap orang Islam.10
Sesunggunya umat manusia akan kekal karena akhlaq, maka apabila akhlaq mereka hilang maka bangasa akan musna, oleh karena itu yang menolong agama samawi adalah orang Islam. Umat-umat terdahulu selalu tertanamkan urusan yang paling besar adalah Akhlaq, oleh karena itu Nabi bersabda :
˴ϝΎ˴ ϗ
˴Ϣ˴ Ϡ˴ γ˴ϭ˶Ϫ˸ ϴ˴ Ϡ˴ ϋ˶Ϫ˴ Ϡϟϲ˴ Ϡ˴ λ˶ϪϠ˴ ϟ˵ϝ˸Ϯ˵ γέ
˶ϕ˴ϼ˸ Χ˴Ϸ˴ϡ˶έΎ˴ Ϝ˴ ϣ˴Ϣ˶ Ϥ˴ Η˵Ϸ˵Ζ˸ δ˶ ό˵ ΑΎ˴ Ϥ˴ ϧ˶
Artinya : Sesunggunya aku (Muhammad) di utus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.11
Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah yang memuat dua prinsip dasar yaitu aqidah dan syari’ah.
Wilayah syariah mencakup aspek ibadah, muamalah, akhlak dan keilmuan lainnya, sedangkan aqidah mencakup keimanan dan keyakinan, keimanan dengan rukun Iman, Iman kepada Allah, Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qadha dan Qadhar.
Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang menjadi sumber pendidikan agama
Islam adalah pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang diakui,
ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pengetahuan kemanusiaan dan
10Syekh Jamalidin Al-Qosimi, Mauidhatul Mu
’ minin,(Indonesia : PT Daru Ihya Al-Kutub
Al-Arabiyah), h.7-8
11
Umar bin Ahmad Barja,Akhlaq Lil Banin, (Surabaya : PT Makhtabah Muhammad Nahban bin Ahmad), h. 2
akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal Al-Qur’an dan As-Sunnah) sebagai sumber utama. 12
4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam
Menurut Ibnu Khaldun bahwa pendidikan setiap aktifitas yang direncanakan, pasti mempunyai dasar dan tujuan. Begitu pula pendidikan Islam mempunyai dasar dan tujuan. Tujuan pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut. Pandangan hidup ini berupa agama ataupun aliran filsafat tertentu. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah individu maupun sebagai masyarakat, Islam mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat sehingga ia menemui Tuhannya telah memurnikan hak-hak Allah yang telah diwajibkan atasnya.
2. Tujuan ilmiah yang bersifat kedunian, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup. Tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.13 Sedangkan fungsi pendidikan agama bagi anak adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, mempunyai akhlak yang luhur,
12 Jamaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet ke-2, h. 37
13
berilmu pengetahuan dan memiliki ketrampilan yang dapat disalurkan. Agama benar-benar berfungsi sebagai pengendali kepribadian dalam hidupnya dikemudian hari. Pendidikan agama harus diberikan sejak dini agar anak terbiasa melakukan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan kesadarannya sendiri. 14
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Menurut Mahmud Yunus bahwa inti pokok ajaran Islam meliputi masalah Keimanan (aqidah), masalah Keislaman (syariat), dan masalah Ihsan (akhlak). Tiga inti pokok ajaran ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun Iman, rukun Islam dan Akhlak. Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak.
Ketiga kelompok ilmu Agama itu kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh), sehingga menurut Mahmud secara berututan adalah :
a. Ilmu Tauhid / Keimanan
Ilmu Tauhid ini meliputi rukun iman yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rosul , iman kepada hari akhir dan iman kepada Taqdir.
b. Ilmu Fiqh
Ilmu fiqh ini meliputi : thaharah, shalat, zakat, puasa, haji dan umroh, muamalah, mawaris, munakahat, hudud, jinayat, jihad dan aqdhiyah
c. Al-Qur’an d. Hadits
e. Akhlak meliputi : akhlak kepada Allah, akhlak kepada Rosul, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada teman (sesama) dan akhlak kepada lingkungan hidup.
f. Tarikh Islam.
14
Ruang lingkup pembahasan tergantung pada jenis lembaga pendidikan yang Ruang lingkup pembahasan tergantung pada jenis lembaga pendidikan yang bersangkutan, tujuan dan tingkat kemamapuan anak didik sebagai konsumen.
bersangkutan, tujuan dan tingkat kemamapuan anak didik sebagai konsumen. 1515
B.
B. Metode Metode BerceritaBercerita
1. Pengertian Metode Bercerita 1. Pengertian Metode Bercerita
Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau materi pelajaran kepada anak didik. Metode mengajar yang tidak tepat guna akan materi pelajaran kepada anak didik. Metode mengajar yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses belajar mengajar sehingga menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses belajar mengajar sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan.
oleh guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan. Dr. Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode adalah
Dr. Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode adalah ““Cara yang palingCara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu
tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu””.. 1616 Sedangkan menurut SukantoSedangkan menurut Sukanto ““CeritaCerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita””..1717
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan
15 15
Mahmud Yunus,
Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung,(Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), C
1983), Cet. ket. ke-11, e-11, h.17h.17 16
16
Ahmad Tafsir,
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Bandung : PT. , ( Bandung : PT. RemajaRemaja Rosdakarya,
Rosdakarya, 2003), 2003), Cet Cet ke-7, ke-7, h. h. 99 17
17
Soekanto,
dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka mereka dapat memahami isi dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
mudah dapat menangkap isi cerita. 1818 Menurut Abudin Nata
Menurut Abudin Nata ““Metode bercerita adalahMetode bercerita adalah suatu metode yangsuatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan
karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan””..1919
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak di Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan bagi anak di Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.
disesuaikan dengan kondisi anak didik.
2.
2. Tujuan Tujuan dan dan Fungsi Fungsi Metode Metode BerceritaBercerita
a.
a. Tujuan Tujuan Metode Metode BerceritaBercerita
18
18Moeslichatoen R,Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak , ( Rieka Cipta : 2004),, ( Rieka Cipta : 2004),
h.157 h.157
19 19
Abuddin Nata,
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan IslamFilsafat Pendidikan Islam, (Jaklarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), , (Jaklarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. ke-4,Cet. ke-4, h. 97
Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bercerita guru dapat menanamkan nilai-nilai Islam pada anak didik, seperti bercerita guru dapat menanamkan nilai-nilai Islam pada anak didik, seperti menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari setiap perbuatan. menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari setiap perbuatan. Melalui metode bercerita anak diharapkan dapat membedakan perbuatan yang baik Melalui metode bercerita anak diharapkan dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. dan perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam pendidikan anak Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam pendidikan anak adalah
adalah ““menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan keTuhanan kepada anak denganmenanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan keTuhanan kepada anak dengan
harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari
berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari””..2020
Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita adalah sebagai Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut :
berikut : a.
a. Melatih daya tangkap dan daya berpikirMelatih daya tangkap dan daya berpikir b.
b. Melatih daya konsentrasiMelatih daya konsentrasi c.
c. Membantu perkembangan fantasiMembantu perkembangan fantasi d.
d. Menciptakan suasana menyenagkan di kelas.Menciptakan suasana menyenagkan di kelas. 2121
Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut : Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut : a.
a. Menghibur anak Menghibur anak dan menydan menyenakan mereka enakan mereka dengan dengan bercerita yang bercerita yang baik baik b.
b. Membantu Membantu pengetahuan pengetahuan siswa siswa secara secara umumumum c.
c. Mengembangkan Mengembangkan imajinasiimajinasi d.
d. Mendidik Mendidik akhlak akhlak
20 20
Asnelli Ilyas,
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh Mendambakan Anak Soleh, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet. Ke-2, , (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet. Ke-2, h.34h.34
21 21
Hapinudin dan Winda Gunarti,
Hapinudin dan Winda Gunarti,Pedoman Pedoman Perencanaan dan Perencanaan dan Evaluasi PengajaraEvaluasi Pengajaran di Tamann di Taman Kanak-kanak,
e.
e. Mengasah Mengasah rasarasa 2222
Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode bercerita adalah, Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode bercerita adalah, “
“salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari””..2323
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita dari guru, dengan jelas metode bercerita disajikan kepada untuk mendengarkan cerita dari guru, dengan jelas metode bercerita disajikan kepada anak didik bertujuan agar mereka memahami, menghayati dan mengamalkan anak didik bertujuan agar mereka memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur
ajaran al-Qur’’an dalam kehidupan sehaan dalam kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak-anak ri-hari dan menambahkan rasa cinta anak-anak kepada Allah, Rosul dan Al-Qur
kepada Allah, Rosul dan Al-Qur’’an.an. b.
b. Fungsi Fungsi Metode Metode BerceritaBercerita
Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.
mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. 2424
Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan Metode cerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan
22 22
Abdul Aziz Abdul,
Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2001), Cet, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2001), Cet ke1, h. 6
ke1, h. 6 23
23Moeslichatoen R,Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak , (Jakarta : PT Asdi, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya,
Mahasatya, 2004), Cet 2004), Cet ke-2, ke-2, h.170h.170 24
24
H. M. Arifin,
dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan beberapa fungsi metode cerita : a. Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik
Melalui metode bercerita ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para Rosul atau umat-umat terdahulu yang memiliki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran.
b. Dapat mengembangkan imajinasi anak
Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik alam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan oleh guru.
c. Membangkitkan rasa ingin tahu
Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah cerita sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya. 25
e. Memahami konsep ajaran Islam secara emosional
Cerita yang bersumber dari Al-Qur’an dan kisah-kisah keluarga muslim
diperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak hatinya untuk
25
mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong untuk beramal di jalan lurus. 26
3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Metode bercerita a. Aspek-aspek Bercerita
Salah satu unsur penting dalam seluruh rangkaian dalam efektifitas yang ditempuh dalam upaya pembentukan moral anak melalui cerita adalah memilih tema cerita yang baik untuk disampaikan kepada anak. Berikut ini beberapa definisi mengenai tema adalah sebagai berikut :
Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal oleh masyarakat dan tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada anak-anak. Dan untuk dewasa ini sudah banyak cerita yang diterbitkan. Di antara yang banyak itu pilih cerita yang baik dan berguna. Banyak tema cerita yang diterbitkan yang tidak memiliki pendidikan dan moral. Kisah-kisah yang ditulis hanya untuk merangsang emosi-emosi yang rendah. Tema cerita seperti ini, bukanlah patut disisikan dalam memilih tema. Secara teoritis ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih tema cerita. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah
a. Aspek Relegius (agama)
Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini tidak dapat diabaikan mengingat tema cerita yang dipilih merupakan sarana pembentukan moral. Jika aspek
26
Bahroin s. Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan seni Bermain,Cerita dan Menyanyi,(Jakarta: t.pn. 1995), Cet-ke-1, h. 24
agama ini kurang diperhatikan keberadaanya, maka dikhawatirkan anak akan memperoleh informasi-informasi yang temanya tidak baik, bahkan ada kemungkinan cerita yang demikian dapat merusak moral anak yang sudah baik.
Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih tidak hanya karena gaya ceritanya saja, melainkan harus sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kini upaya menenggelamkan pengaruh cerita yang temanya tidak baik dan dapat merusak aqidah dan akhlak anak. 27
b. Aspek Pedagogis (Pendidikan).
Pertimbangan aspek pendidikan dalam memilih tema cerita juga penting, sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan, yaitu menghibur dan mendidik anak dalam waktu yang bersamaan. Disinilah letak peran pencerita untuk dapat memilih tema cerita dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam cerita. Unsur mendidik, baik secara langsung ataupun tidak langsung terimplisit dalam tema dongeng. 28
c. Aspek Psikologis
Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema cerita sangat membantu perkembangan jiwa anak. Mengingat anak adalah manusia yang sedang berkembang. Maka secara kejiwaan tema ceritapun disesuaikan dengan kemampuan berfikir, kestabilan emosi, kemampuan berbahasa serta tahap perkembangan pengetahuan anak dalam mengahayati cerita tersebut. Cerita yang baik dapat mempengaruhi perkembangan anak.
27
J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak , ( Jakarta : Amanah, 1997), h.2 28
b. Teknik-teknik Bercerita
Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita.
Cerita akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuahan anak. 29
Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode bercerita tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bercerita dengan alat peraga
Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk memberikan kepada anak didik suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam suatu cerita :
a. Bercerita dengan alat peraga langsung
Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan atau benda-benda yang sebenarnya bukan tiruan atau berupa gambar-gambar. Penggunaan alat peraga langsung untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam cerita..Dalam bentuk cerita ini guru sebaiknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu pada anak didik.
2) Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan objek yang akan diceritakan.
29
Achmad Hidayat dan Arief Imron ,Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak , (Jakarta : Insida Lantabora, 2004), Cet ke-1, h. 35
3) Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita dan mengatur posisi duduk anak didik.
b. Bercerita dengan gambar
Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku positif maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan gambar adalah :
1) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil.
2) Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus terlihat 3) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik.
4) Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali. 30 c. Bercerita dengan menggunakan buku cerita
Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan cerita dari sebuah buku cerita bergambar. Dalam buku cerita bergambar biasanya terdapat tulisan kalimat-kalimat pendek yang menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia pra-sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang dewasa lainya. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membacakan cerita, seperti :
1) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dilihat semua anak.
2) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakan-gerakan seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah
30
yang berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu fantasi anak.
2) Bercerita dengan alat peraga
Kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode jika tidak ada alat peraga yang kongkrit. Dalam kegiatan bercerita yang berperan adalah guru dengan cara bercerita melalui ekspresi yang tepat. Dalam menggunakan metode ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Guru harus menunjukan mimic muka, gerakan-gerakan tangan dan kaki serta suara sebagai pencerminan dan penghayatan secara sungguh-sungguh terhadap isi dan alur cerita.
b. Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas, komunikasi dan mudah dimengerti anak.
c. Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru. d. Selama bercerita hindari teguran pada anak.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik yang dipergunakan guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk cerita yang akan disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagaimana Mahmud Yunus mengemukakan bahwa “Pengaruh cerita lebih
besar dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau menyuruh dan melarang kepada anak didik.”31
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Dalam proses belajar mengajar, cerita merupakan salah satu metode yang terbaik. Dengan adanya metode bercerita diharapkan mampu menyentu jiwa jika didasari dengan ketulusan hati yang mendalam. Metode bercerita ini diisyaratkan dalam Al-Qur’an :
˸Ϧ˶ ϣ˴Ζ˸ Ϩ˵ ϛ˸ϥ˶·˴ϭ˴ϥ˴˯˸ή˵ Ϙ˸ ϟ˴ά˴ ϫ˴Ϛ˸ ϴ˴ ϟ˶·Ύ˴ Ϩ˸ ϴ˴ Σ˸ϭ˴Ύ˴ Ϥ˶ Α˶κ˴ μ˴ Ϙ˸ ϟ˴Ϧ˴ δ˸ Σ˴˴Ϛ˸ ϴ˴ Ϡ˴ ϋ͊κ˵ Ϙ˴ ϧ˵Ϧ˸ Τ˴ ϧ
˴Ϧϴ˶ Ϡ˶ ϓΎ˴ ϐ˸ ϟ˴Ϧ˶ Ϥ˴ ϟ˶ Ϫ˶ Ϡ˸ Β˴ ϗ
ϒγϮϳ
˺˻
˼
Artinya : "Kami menceritakan kepadamu yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur ’ an ini kepadamu. Dan sesunggunya kamu sebelum(Aku mewahyukan)
adalah termasuk orang-orang yang lalai“(Q.S.Yusuf [12] : 3
Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam Al-Qur’an
merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai pedagonis. a. Kelebihan Metode Bercerita
1. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena anak didik akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topic kisah tersebut.
31
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hida Karya Agung, 1983), cet. Ke-11, h. 19
2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.
3. Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita. 32
b. Kekurangan Metode Bercerita
1. Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi oleh masalah lain.
2. Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik.
3. Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode bercerita ini dalam pendidikan agama menggunakan pradigma Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad, sehingga memiliki substansi cerita yang valid tanpa diragukan lagi keabsahanny. Namun terkadang kevalidan sebuah cerita terbentur pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyampaikan cerita itu sendiri sehingga terjadi banyak kelemahannya.
32
Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1, h.159-162
5. Pelaksanaan Metode Bercerita
Sesuai dengan tema dan tujuan langkah pelaksanaan dalam bercerita yaitu : 1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan anak.
2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan intonasi yang jelas. 3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman anak
sesuai dengan tema cerita.
4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak.
5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. 33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
33
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.1
Dalam penelitian yang menjadi populasi sekaligus sample adalah seluruh guru Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yang berjumlah 8 (delapan ) orang guru, maka dari populasi 8 orang guru diambil semua (100%). Cara penjumlahan sampel diambil dari populasi 8 (delapan) orang guru Bait Al-Falah
B. Sumber Data
Adapun sumber data yang dijadikan sebagai bahan skripsi antara lain : 1. Ketua Yayasan
2. Kepala sekolah TK beserta dewan guru 3. Para Siswa
4. Para Orang Tua Siswa
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, antara lain :
1
Herman Rasito,Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta ;: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.. 49
1. Observasi. Penulis melakukan observasi langsung kesekolah untuk mendapatkan gambaran konkrit tentang pelaksanaan metode bercerita yang dilakukan di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
2. Wawancara. Dalam wawancara ini, penulis langsung melakukan wawancara kepada kepala sekolah Informasi yang diinginkan dari kepala sekolah adalah mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah beserta sarana dan prasarananya yang tersedia.
3. Angket, yaitu formulir yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket ini diberikan kepada seluruh guru Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yang dijadikan responden penelitian, dan pertanyaan yang ada dalam angket ini yaitu untuk mengetahui tanggapan para guru tentang metode bercerita sebagai metode belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah.
4. Dokumentasi. Penulis memperoleh data melalui penggunaan sumber-sumber tertulis yang sebagai utamanya adalah dokumen sekolah.
D. Teknik Analisa Data
Dalam analisa ini penulis memperoleh data melalui observasi, angket dan wawancara kemudian diedit yang selanjutnya dianalisa dan disimpulkan.
Setelah dipelajari, data tersebut direduksi dengan cara membuat abtraksi dan diedit serta dipindahkan jawaban responden dalam tabulasi dan disusun secara rinci
dalam bentuk tabel kemudian diukur dengan perhitungan rata-rata dengan menggunakan rumusan distribusi dan frekuensi sebagai berikuat :
F P = --- X 100 % N Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah individu BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah merupakan lembaga pendidikan sekolah yang didirikan pada tahun 2003 yang berlokasi di Jl. WR. Supratman No.48 Pondok Ranji Taman Kanak-kanak ini didirikan atas keinginan kekeluargaan. Pada waktu itu inggin mendirikan dengan tujuan membantu anak yang kurang mampu atau yatim piatu disekitar sekolah. Tidak lama kemudian setelah diamati sekitar sekolah kebanyakan mereka adalah orang yang mampu, sebagian besar mereka kebanyakan tinggal diperumahan. Pada bulan januari dengan kekompakan keluarga besar yayasan Bait Al-Falah maka diadakan pembukaan pendaftaran dengan biaya yang murah supaya para warga sekitarnya berminat. Dengan dua bahasa dalam percakapan sehari-hari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seiring dengan kemajuan zaman modern.
Tahun pertama TK Bait Al-Falah menerima 100 murid berusia 3-5 tahun yang dibagi 6 kelas. Tahun kedua sampai sekarang murid di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah bertambah banyak. Untuk menampung murid yang banyak itu supaya nyaman, maka ketua yayasan merenovasi garansi sebagai ruangan kelas yang menjadikan anak betah dengan fasilitas puzzle dan AC. Selain itu lapangan basket anak-anak dirubah menjadi ruangan kelas yang luas dengan penuh hiasan yang menarik perhatian anak didik. Dengan bangunan yang bertambah TK Bait Al-Falah mempunyai luas tanah 1200 meter. Selain bangunan ruang kelas tersedia juga tempat parkir dengan luas tanah 500 meter. Tempat penerimaannya mampu menampung
mobil yang mewah-mewah seperti Mercedes Bend, APV, BMW dengan banyak
pepohonan yang rindang dan suasana pandangan jalan ramai kemacetan. Semua ini
merupakan keberhasilan yang cepat, yang argumentasinya keluar dari ketua yayasan
pendiri Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yaitu Bapak Ir. Edwin Kurniawan, M.BA.
dan Kepala sekolah dipercayakan oleh salah seorang yang sudah hidup di dunia TK
15 tahun yaitu Bapak Iwan Ototh asli orang betawi yang pakar dalam pendidikan
anak pra-sekolah. Beliau memiliki program kegiatan yang menarik perhatian untuk
menghibur anak didik penuh keceriaan. 1
Keberadaan Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah untuk tahun kedua berjumlah
135 anak didik yang dibagi menjadi 9 kelas. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
sekarang ini dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman, tempat bermain yang luas dan
peningkatan kualitas tenaga pengajar. Tenaga pengajar di Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah pada tahun kedua berjumlah 18 (delapan belas) orang dengan perincian 9
(sembilan) orang guru dan 7 (tujuh) orang asisten/guru bantu 1 (satu) orang kepala
Sekolah dan 1 (satu) koordinator sekolah merangkap sebagai guru keliling selama
proses belajar berjalan. Diantara mereka ada yang memiliki latar belakang PGTK,
dan S1.
Untuk lebih jelasnya mengenai keberadaan guru Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah dapat dilihat table dibawah ini.
Tabel I
1
Iwan Ototh,Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Wawancara Pribad i, Pondok Ranji : 14 Juni 2006
Dafatar guru-guru Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
No Nama Guru Tempat Tgl Lahir Ijazah Terakhir Jabatan 1 Iwan Ototh Jakarta, 23-07-1971 PGA Kep-Sek 2 Rina Setiyowati Sukoharjo,07-04-1975 Strata-1 Koordinator 3 Amalia Husna Bandung, 22-08- 1985 Aliyah Guru 4 Yuanhita Jakarta, 06-01 1981 Strata-1 Guru 5 Intan P
Lampung, 10-10-1980 D-3 Guru 6 Nurul Hediazfi
Jakarta, 26-10 1982 D-3 Guru 7 Sri Suharsi Tangerang,07-01-1981 Strata-1 Guru 8 Afidah Agustin Jakarta,19-08-1984 PGTK Guru 9 Dian Almarina Jakarta,30-03 1981 PGTK Guru 10 Titin Wahyu B wangi, 22-05-1977 Strata-1 Guru 11 Fabiola Regina Jakarta, 23-06-1968 Strata-1 Guru 12 Fatkhul Khoiriya Ponorogo 02-06-1980 PGTK Asisten 13 Lilik Awaliz Jakarta, 13-08-1981 Strata-1 Asisten 14 Dianah Jakarta, 06 -06-1975 Strata-1 Asisten 15 Wirda Jakarta, 23-06-1968 Strata-1 Asisten 17 Sudarsi Trenggalk,31-01-1985 D-3 Asisten 18 Tati Herawati Tangerang,26-03-1977 PGTK Asisten
Siswa Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah pada tahun kedua berjumlah 135 anak. Terdiri dari 3 (tiga) jenjang pendidikan yaitu pendidikan untuk anak usia 3-4 tahun di kelompok bermain, 4-5 tahun kelompok A 5-6 tahun kelompok B untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada table dibawah ini.
Jumlah Siswa Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah KB 11 Anak 19 Anak 30
A 20 Anak 25 Anak 45 B 18 Anak 42 Anak 60 Jumlah 49 Anak 86 Anak 135 Anak
Selain itu Taman Kanak-kankak Bait Al-Falah juga mempunyai seorang pegawai bagian kebersihan dan pramu bakti. 2
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah terletak di Jalan WR.Supratman No:48 Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Tangerang. Taman Kanak-kanak ini berada di tengah-tengah antara perbatasan Pondok Ranji dan Bintaro dekat jalan raya yang tempatnya strategis untuk dijangkau. Di sekitar Taman Kanak-kakak ini terdapat perumahan dan ruko yang mewah. Di samping itu proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah tidak terganggu walau dengan banyaknya kendaraan yang melewati sekolah ini sampai terjebak macet sebagian besar wali murid memiliki alat transportasi pribadi masing-masing.
Selain itu kegiatan proses belajar mengajar juga didukung oleh fasilitas-fasilitas seperti ruang memasak (Cooking), ruang ketrampilan ( Art ), ruang pertemuan (Center Hall) atau musholla, perpustakaan (library). Fasilitas tersebut biasanya dipergunakan siswa untuk kegiatan-kegiatan sehari-hari yang ditentukan sesuai dengan tema pembelajaran. Selain itu Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah mempunyai
2
Alvina Ayunda Batubara,Seketaris Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Wawancara Pribadi,Pondok Ranji : 14 Juni 2006
lapangan yang sering disebut dengan tempat bermain anak-anak ketika jam istirahat dan upacara mingguan.
B. Deskripsi Data
Penulis mengambil data dari guru-guru yang mengajar di TK Bait Al-Falah Pondok Ranji. Semua guru dijadikan populasi sekaligus sample. Data-data penelitian tentang metode bercerita sebagai penanaman agama Islam pada anak usia pra-sekolah di TK Bait Al-Falah diperoleh dari wawancara, angket studi dokumentasi dan melihat langsung proses pengajaran metode bercerita di TK Bait Al-Falah. Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, sedangkan angket diberikan kepada guru-guru.
1. Sarana dan Prasarana
Taman Kanak-kanak merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak di luar keluarganya. Maka Taman Kanak-kanak diusahakan menjadi tempat yang indah dan menyenangkan bagi kehidupan anak. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah bagaikan rumah persinggahan anak didik. Untuk itu maka gedung Taman Kanak-kanak dilengkapi sarana dan prasarana yang memenuhi syarat dengan usia anak.
Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Keberadaannya mendukung dan memperlancar berlangsungnya proses pembelajaran.
a. Sarana tersebut dapat membantu guru dalam berbagai metode atau teknik mengajar dalam proses belajar mengajar.
b. Sarana tersebut dapat membantu anak dalam melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat, kemampuan dan usia anak.
Sarana proses mengajar dan kelengkapannya digunakan oleh Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah mengacu pada garis-garis program pengembangan, sehingga sarana yang disediakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Sarana dan Prasarana di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
No Sarana Jumlah Keterangan
1 Meja guru dan murid 36 Baik
2 Kursi guru dan murid 144 Baik
3 Papan tulis 9 Baik
4 Computer 5 Baik
6 Loker dan rak sepatu 135 / 9 Baik
7 Alat permainan (ayunan dan prosotan) 6 1 Rusak
8 Lemari besar untuk guru 9 1 Rusak
9 Perpustakaan dan unit kesehatan 1 Baik
10 Kran untuk cuci tangan dan wudhu 5 Baik
11 Kamar mandi 4 Baik
12 Tempat parkir dan penunggu 1 Baik
Selain itu di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah juga memiliki sarana untuk lima sudut, yaitu :
1. Sudut Kelurga seperti piring, gelas, sendok, garpu, mangkok, serbet dan lain-lain. 2. Sudut Alam Sekitar seperti tanaman hias, binatang, air dan lain-lain.
3. Sudut Ketuhanan seperti peralatan sholat, gambar dan tulisan praktek sholat, buku cerita Islami, Iqro’ dan lain-lain.
4. Sudut Pembangunan seperti balok-balok bangunan, kerucut berwarna dan lain-lain 5. Sudut Kebudayaan seperti alat musik, media kreatif dan lain-lain.
STRUKTUR ORGANISASI Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
2. Kegiatan Belajar Mengajar
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah di lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun dengan sebutan
KEPALA SEKOLAH SEKRETARIS KOORDINATOR BENDAHARA TK A PS TK B GURU GURU GURU SISWA SISWA SISWA
anak pra-sekolah. Pendidikan pada tingkat pra-sekolah ini pada hakikatnya adalah belajar sambil bermain sehingga siswa dapat menyerap pelajaran tanpa mereka sadari. Bahasa sehari-hari di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah mempunyai kelebihan tersendiri yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa inggris selama proses pembelajaran berjalan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kank Bait Al-Falah dimulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 11.15 WIB.
Dalam proses mengajar satu hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah metode mengajar. Hal ini penting karena yang dihadapi adalah anak-anak yang masih kecil dengan sifat yang cepat bosan dan senang menggangu teman yang lain. Maka dari itu diharapkan guru dapat mengatasi setiap situasi yang terjadi di dalam maupun di luar kelas.
Secara umum metode yang biasa digunakan di Taman Kanak-kanak bait Al-Falah adalah metode bercerita, sosiodrama, proyek, karya wisata. Dari empat metode ini yang sering digunakan dan digemari untuk anak karena dapat memotivasi anak didik dengan dunia mereka.
Kegiatan belajar mengajar tersebut adalah 1. Kegiatan pembukaan:
a. Berbaris sesuai kelas atau kelompok
b. Membaca do’a: Al-Fatihah dan Ayat Kursi c. Membaca ikrar
d. Mengucap salam sebelum belajar di mulai e. Absen
2. kegiatan Inti (pemberian materi pelajaran)yang terdiri dari pengenalan surat-surat pendek, doa-doa pendek, pemberian tugas (Scince) sesuai tema, yang kemudian di akhiri dengan pembacaan buku cerita dan ketrampilan (Art) oleh ibu guru.
3. Istirahat atau makan, sebelum makan siswa dibiasakan mencuci tangan, berdoa dan menggunakan tangan kanan ketika makan, selesai makan siswa berdoa kembali.
4. Kegiatan penutup yang terdiri dari : a. Membaca do’a akan pulang. b. Menyanyikan lagu-lagu. c. Memberi salam
Setiap hari anak-anak Taman Kanak-kanak bait Al-Falah selalu dibiasakan melakukan hal-hal yang baik dan Islami. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah menjalin komunikasi dengan para wali murid agar hal-hal yang sudah di berikan di sekolah ditindaklanjuti atau dibiasakan juga dirumah. Pada usia Taman Kanak-kanak pembiasaan kehidupan beragama memang sangat penting karena masa inilah masa paling penting tepat untuk memberikan pondasi bagi kehidupannya kelak.
Dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah selalu diperhatikan tingkat minat dan kemanpuan anak didik, seperti ketika menyampaikan materi pelajaran yang berisi bimbingan, nasehat dan pengetahuan agama, guru dapat menyajikan materi pelajaran tersebut dengan menggunakan berbagai metode seperti metode bercerita. Dengan metode bercerita materi pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah dipahami dan cepat diserap oleh anak-anak, di mana anak akan antusias