• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Strategi Bersaing Untuk Portofolio Bisnis Pt. Telekomunikasi Indonesia. (Studi Kasus Telkom Divre Iv Jateng & Diy )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perancangan Strategi Bersaing Untuk Portofolio Bisnis Pt. Telekomunikasi Indonesia. (Studi Kasus Telkom Divre Iv Jateng & Diy )"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERANCANGAN STRATEGI BERSAING

UNTUK PORTOFOLIO BISNIS

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA.

(STUDI KASUS TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY )

Skripsi

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

WISHNU SEPTIYANA NIM I0307084

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

i

PERANCANGAN STRATEGI BERSAING

UNTUK PORTOFOLIO BISNIS

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA.

(STUDI KASUS TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY )

Skripsi

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

WISHNU SEPTIYANA NIM I0307084

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

dan salam tak lupa penulis haturkan untuk Nabi Muhammad SAW.

Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang,

dukungan dan doa, sehingga penulis selalu bersemangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini. Adikku Pinkan Dyah Bathari calon ST di Teknik

Elektro Universitas Diponegoro terima kasih atas dukungan dan doamu.

2. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

dan Penguji I, terima kasih atas bimbingan, motivasi, waktu, kesabaran dan

cerita-cerita yang selalu menginspirasi penulis ketika mengikuti kuliah bapak.

3. Bapak Ir. Murman Budijanto, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih

atas bimbingan, motivasi, waktu dan kesabaran yang telah Bapak beri hingga

terselesaikannya laporan ini. Semoga kelak saya bisa menjalani karir

profesional saya sesukses Bapak.

4. Ibu Fakhrina Fahma, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas

bimbingan, motivasi, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Retno Wulan Damajanti, ST, MT, selaku dosen penguji II yang telah

berkenan memberikan saran dan bimbingan perbaikan untuk skripsi ini.

6. Seluruh dosen Teknik Industri UNS yang telah memberikan ilmu dan

pengalaman dan nasehatnya selama penulis mengikuti proses perkuliahan di

Teknik Industri UNS.

7. TU-TI : Mbak Yayuk, Mbak Tutik, Mbak Rina dan Mas Agus atas kesabaran

dan senyumannya setiap kali penulis mengurus administrasi di jurusan.

8. Thanks to, Elanjati Worldailmi atas pinjaman printernya selama tahap pengerjaan proposal hingga seminar tugas akhir saya.

(8)

commit to user

vii

10.Thanks to: Elanjati Worldailmi, Achmad Habibie, Andy Setyawan, Dias

Kristanto, Helmy Sabri Nahdi, Fadly Rahman, dan Eka Yudha yang selalu

bersedia untuk menemani bertukar ide, memberi semangat dan mendengar

keluh kesah penulis dari awal penyusunan proposal hingga sidang skripsi.

11.Seluruh teman-teman TI 2007 baik reguler dan Non Reguler, terima kasih atas

bantuan dan dorongan yang diberikan sejak mengikuti masa perkuliahan

hingga penyelesaian tugas akhir.

12.Teman-teman di Kos Anugerah. Semoga tetap berjaya di dunia per-futsal-an !

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

segala bantuan, doa, dorongan dan pertolongan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis membuka diri atas segala

kritik, masukan dan saran yang membangun. Semoga laporan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Surakarta, 18 Juni 2012

(9)

commit to user

viii

WISHNU SEPTIYANA, NIM: I0307084. PERANCANGAN STRATEGI BERSAING UNTUK PORTOFOLIO BISNIS PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA (STUDI KASUS TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juni 2012.

Perubahan lingkungan eksternal di dalam industri telekomunikasi telah mendorong terjadinya perubahan sistem dan struktur persaingan telekomunikasi Indonesia, yang berdampak pada semakin ketatnya persaingan dan akan mempengaruhi kondisi internal dari masing-masing perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi. PT. Telkom Divre IV yang merupakan salah satu subsidiary company yang mengelola portofolio bisnis milik Telkom Group area Jateng dan DIY juga terkena dampak dari perubahan lingkungan eksternal industri telekomunikasi. Penelitian ini menawarkan sebuah pendekatan sistematis dan terukur di dalam merancang, merumuskan, dan memilih beberapa competitive alternative strategy tingkat corporate yang sesuai dengan kondisi internal (kekuatan & kelemahan) dengan portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV dan dengan mempertimbangkan kondisi ekternal (peluang dan ancaman) dari industri telekomunikasi yang ada saat ini, untuk kemudian corporate strategy terpilih akan dijadikan acuan dalam merancang business unit level strategy.

Pendekatan sistematis dalam melakukan perencanaan, perancangan dan perumusan strategi tingkat corporate menggunakan framework model manajemen strategy yang dikembangkan oleh Fred R. David. Kerangka model manajemen strategy Fred R. David menawarkan model perencanaan, perumusan dan pemilihan alternatif strategy untuk perusahaan yang berbentuk

multiple business unit, serta di dalam kerangka model ini memformulasikan lebih dari satu tools

yang telah umum digunakan di dalam perumusan dan pemilihan alternatif strategy yakni:

internal factor evaluation (IFE) matrix, external factor evaluation (EFE) matrix, competitive profile matrix (CPM), Boston Consulting Group (BCG) matrix, Space Matrix, Internal-External (I-E) Matrix, SWOT Diagram & Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Hasil dari penelitian ini adalah portofolio bisnis milik Telkom Divre IV yang memiliki peluang untuk bertumbuh yang besar berdasarkan posisinya yang terkategorikan star quadran

dalam BCG Matrix adalah Telkom Flexi. Kekuatan internal yang dimiliki oleh Telkom Flexi yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada berdasarkan pengolahan IFE Matrix adalah direct & indirect outlet distribution, financial, jumlah jaringan yang masih tersedia, jumlah BTS, coverage dan brand image Telkom Flexi yang telah dibangun. Sementara peluang yang dapat dimaksimalkan oleh Telkom Flexi berdasarkan pengolahan EFE Matrix

adalah adalah pertumbuhan kebutuhan high speed data, tren smartphone yang berkembang di masyarakat, security, perubahan pola perilaku masyarakat dalam merespon trend teknologi, pertumbuhan penduduk, dan trend pertumbuhan ekonomi nasional. Dari pengolahan menggunakan Space Matrix, I-E Matrix, dan SWOT Diagram direkomendasikan sebelas alternatif strategi bersaing tingkat corporate untuk portofolio bisnis Telkom Flexi Divre IV. Dari kesebelas rekomendasi alternatif strategi tingkat corporate, terpilih empat strategi berdasarkan pengolahan menggunakan QSPM matrix, yaitu pengembangan produk (TAS= 14,47), divestiture strategy (TAS=14,09), pengembangan pasar (TAS=14,06), dan penetrasi pasar (TAS=13,89).

(10)

commit to user

ix

WISHNU SEPTIYANA, NIM: I0307084.THE DESIGN OF COMPETITIVE STRATEGY for BUSINESS PORTOFOLIO in PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk (Case Study in Telkom Divre IV Jateng & DIY). Thesis, Surakarta: Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, June 2012.

A changes in the external environment of telecommunications industry has led to changes in the system and structure of the telecommunications competition in Indonesia, , which have an impact on increasing competition and will affect the internal conditions of each telecommunications services company. PT. Telkom Divre IV, the one of subsidiary company which manages all business portfolio of Telkom Group's in the Central Java and Yogyakarta business area, is also affected by changes in the external environment of the telecommunications industry. This study offers a systematic and measurable approach in design, formulate, and choose some alternative competitive strategy that suitable with internal condition (strengths and weaknesses) of the companyy and taking into account external conditions (opportunities and threats) of the telecommunications industry that exists today. Then corporate strategy which has selected will be used as a reference in design some business unit level strategy.

Systematic approach to planning, designing and formulating corporate level strategy, using a framework model in management strategyc which developed by Fred R. David.

Management strategic framework model Fred R. David offers a model of planning, formulation and selection of an alternative strategy for the company in the form of multiple business units company, and also this framework model formulate more than one tool that has been commonly used in the formulation and selection of the alternative strategy: internal factor evaluation (IFE) matrix, external factor evaluation (EFE) matrix, competitive profile matrix (CPM), Boston Consulting Group (BCG) matrix, Space Matrix, Internal-External (IE) Matrix, SWOT diagram & Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

The results of this study is the portfolio of businesses owned by Telkom Divre IV which has great opportunities for growth are categorized by their position in the BCG Matrix star Quadrant is Telkom Flexi. Internal resources which is owned by Telkom Flexi can be used to exploit the opportunities that exist based on IFE Matrix are : Direct & indirect outlets distributions, financial, number of network which still available, number of base stations tranceiver, coverage and brand image that has been built. While the opportunities can be maximized by Telkom Flexi based on EFE Matrix are the growing need for high speed data, a growing trend in the smartphone community, security, change behavior patterns of people in response of trend technology, population growth, and national economic growth trends. Based on Space Matrix, IE Matrix, and SWOT Diagrams recommended eleven alternative corporate leve strategy business portfolio Telkom Flexi IV. Alternative recommendation of the eleven corporate level strategy, four selected strategy based on processing using QSPM matrix, are product development (TAS = 14.47), divestiture strategy (TAS = 14.09), market development (TAS = 14.06), and penetration market (TAS = 13.89).

Key words: Manajement strategyc, business portofolio PT. Telkom Divre IV, Telkom Flexi, BCG Matrix, Competitive Strategy, IFE, EFE, CPM, SWOT Diagram, I -E Matrix, Space Matrix, QSPM, Fred R. David.

(11)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR VALIDASI ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS. ... iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... I-1

1.2 Perumusan Masalah ... I-4

1.3 Tujuan Penelitian ... I-5

1.4 Manfaat Penelitian ... I-5

1.5 Batasan Masalah ... I-6

1.6 Sistematika Penulisan ... I-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perusahaan... II-1

2.1.1. Profil PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk... II-1

2.1.2. Visi dan Misi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk ... II-6

2.2 Manajemen Strategik ... II-6

2.2.1 Pengertian Manajemen Strategik ... II-6

2.2.2 Manfaat Manajemen Strategik ... II-9

2.2.3 Tahapan Dalam Manajemen Strategik ... II-10

2.2.4 Model Manajemen Strategik ... II-11

(12)

commit to user

xi

2.3 Analisa Lingkungan ... II-25 2.3.1.Analisa Lingkungan Eksternal ... II-26

2.3.2.Analisa Lingkungan Internal ... II-29

2.4 Kapabilitas ... II-31

2.5 Kompetensi Inti ... II-31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian ... III-1

3.2. Penjelasan Diagram Alir Penelitian ... III-2

3.2.1.Tahap Pengamatan ... III-2

3.2.2.Tahap Pengumpulan Data ... III-3

3.2.3.Tahap Pengolahan Data ... . III-4

3.2.4.Tahap Analisis ... III-12

3.2.5.Tahap Kesimpulan dan Saran ... III-12

BAB IV PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengolahan Data Awal ... IV-1

4.1.1.Identifikasi Market Share dan Growth Share ... IV-1 4.1.2.Tahap Pemilihan Portofolio Bisnis ... IV-3

4.1.3.Identifikasi Atribut dan Sub-atribut Awal ... IV-7

4.1.4.Metode Sampling dalam Pengumpulan Data ... IV-9

4.1.5.Pengujian Kuesioner pendahuluan (Kuesioner I) ... IV-10

4.1.6.Pengujian Hasil Kuesioner Utama (Kuesioner II) ... IV-16

4.1.7.Perhitungan Likert pada Kuesioner Utama (Kuesioner II) ... IV-22

4.2. Evaluasi Sub-atribut Penyusun Faktor Kunci Keberhasilan

Internal dan Eksternal ... IV-24

4.2.1. Evaluasi Faktor Internal ... IV-26

4.2.2. Evaluasi Faktor Eksternal ... IV-53

4.2.3. Penentuan Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threat .. IV-80

4.2.4. Internal Factor dan External Factor Evaluation Matrix ... IV-82

(13)

commit to user

xii

4.3. SWOT Diagram ... IV-86

4.4. SPACE Matrix ... IV-88

4.5. Internal-External Matrix ... IV-90 4.6. Rekomendasi Hasil Perumusan Strategi Bersaing Generic ... IV-91

4.7. Pemilihan Alternatif Strategi menggunakan QSPM ... IV-91

4.8. Perumusan strategi bersaing tingkat bisnis menggunakan

TOWS Matrix ... IV-94 4.9. Alignment TOWS Matrix & QSPM ... IV-99

BAB V ANALISIS

5.1 BCG Matrix Portofolio Bisnis Telkom Divre IV ... V-1

5.2 Internal Factor Evaluation & External Factor Evaluation Matrix... V-3

5.3 Rekomendasi Alternatif Strategi Bersaing Corporate ... V-6 5.4 Pemilihan Alternatif Strategi Bersaing dengan QSPM ... V-9

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... VI-1

6.2 Saran ... VI-3

(14)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matrix EFE ... II-13

Tabel 2.2 Matrix IFE ... II-15

Tabel 4.1 Data market share dan growth share Divre IV ... IV-2

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Penelitian Pendahuluan ... IV-6

Tabel 4.3 Atribut Awal Faktor Internal Dari Penelitian Terdahulu ... IV-7

Tabel 4.4 Atribut Awal Faktor Eksternal dari Penelitian Terdahulu... IV-8

Tabel 4.5 Rekapitulasi Pengujian Uji Cohran ... IV-12

Tabel 4.6 Rekapitulasi Jumlah sub-Atribut Setelah Uji Cohran ... IV-13

Tabel 4.7 Pengeliminasian dan Penggabungan Atribut Kuesioner I ... IV-14

Tabel 4.8 Rekapitulasi Uji Cohran Setelah Eliminasi Atribut ... IV-14

Tabel 4.9 Atribut dan Sub-Atribut Faktor Internal Kuesioner II... IV-15

Tabel 4.10 Atribut dan Sub-Atribut Faktor Eksternal Kuesioner II ... IV-16

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Produk ... IV-17

Tabel 4.12 Uji Validitas Physical and Operational Resources ... IV-17

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Financial ... IV-18

Tabel 4.14 Uji Validitas Distribution ... IV-18

Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Human Resource ... IV-19

Tabel 4.16Hasil Uji Validitas Lingkungan Umum ... IV-20

Tabel 4.17 Hasil Uji Validitas Lingkungan Industri ... IV-20

Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Teknologi ... IV-21

Tabel 4.19 RekapitulasiHasil Uji Reliabilitas ... IV-21

Tabel 4.20 Rekapitulasi Skala Likert Kuesioner II ... IV-23

Tabel 4.21 Rekapitulasi Skala Likert Kuesioner II (Lanjutan) ... IV-24

Tabel 4.22 Sub-atribut faktor kunci keberhasilan yang dievaluasi ... IV-24

Tabel 4.23 Sub-atribut faktor kunci keberhasilan yang dievaluasi ... IV-25

Tabel 4.24 Perbandingan Tarif Layanan Panggilan Lokal ... IV-26

Tabel 4.25 Tarif Layanan Panggilan SLJJ ... IV-28

Tabel 4.26 Tarif Layanan SMS ... IV-29

Tabel 4.27 Jumlah Fitur yang dimiliki Telkom Flexi dan Kompetitor ... IV-31

(15)

commit to user

xiv

Tabel 4.29 Riset yang Telah dilakukan oleh Media Indonesia (2011 ... IV-34

Tabel 4.30Sales Segmen Industri FWA Divre IV Jateng & DIY ... IV-38

Tabel 4.31Tingkat Churn Segmen Industri FWA Divre IV ... IV-38

Tabel 4.32Growth Sales Segmen Industri FWA Divre IV ... IV-38

Tabel 4.33 Rekapitulasi ROA... IV-40

Tabel 4.34 Rekapitulasi ROE ... IV-41

Tabel 4.35 Hasil Penyebaran Kuesioner Sederhana Kemudahan Registrai . IV-44

Tabel 4.36 Penentuan strength, weaknesses, opportunities, dan threat ... IV-81

Tabel 4.37 Hasil Internal Factor Evaluation Matrix ... IV-82

Tabel 4.38 Rekapitulasi Hasil Internal Factor Evaluation Matrix ... IV-83

Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Eksternal Factor Evaluation Matrix ... IV-83

Tabel 4.40 Rekapitulasi Hasil Eksternal Factor Evaluation Matrix ... IV-84

Tabel 4.41 Competitive Profile Matrix ... IV-85

Tabel 4.42Space Matrix ... IV-88

Tabel 4.43Space Matrix (Lanjutan) ... IV-88

Tabel 4.44 Rekomendasi Alternatif Strategi Bersaing Generic/Utama ... IV-90

Tabel 4.45 QSPM Matrix ... IV-92

Tabel 4.46 QSPM Matrix (Lanjutan) ... IV-93

Tabel 4.47 S-O Strategy ... IV-95

Tabel 4.48 W-O Strategy ... IV-96

Tabel 4.49 S-T Strategy ... IV-97

Tabel 4.50 W-T Strategy ... IV-98

Tabel 4.51 Alignment S-O Strategy ... IV-99

Tabel 4.52 Alignment W-O Strategy ... IV-100

Tabel 4.53 Alignment S-T Strategy... IV-100

(16)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Model Manajemen Strategi Fred R. David ... II-11

Gambar 2.2 SWOT Matrix ... II-15

Gambar 2.3 Boston Consulting Group Matrix ... II-17

Gambar 2.4 Space Matrix ... II-20

Gambar 2.5 GRAND STRATEGY Matrix ... II-21

Gambar 2.6 Internal-External Matrix ... II-23

Gambar 2.7 Quantitative Strategic Planning Matrix ... II-24

Gambar 3.1 Diagram AlirMetode Penelitian ... III-1

Gambar 3.2 Lanjutan Diagram Alir Metode Penelitian ... III-2

Gambar 4.1 BCG Matrix Telkom Divre IV Jateng & DIY ... IV-3

Gambar 4.2 Perkembangan Telendensitas Broadband Internet ... IV-76

Gambar 4.3 Perkembangan Telendensitas Mobile Broadband Internet .. IV-77

Gambar 4.4 Diagram SWOT ... IV-86

Gambar 4.5 Space Matrix ... IV-89

Gambar 4.6 Internal-External Matrix ... IV-89

(17)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1 Rekapitulasi hasil penyebaran kuesioner I ... L - 1

Lampiran 4.2 Rekapitulasi hasil penyebaran kuesioner dari uji validitas .. L - 2

Lampiran 4.3 Diagram dan data-data mengenai pangsa pasar dan

tingkat pertumbuhan industri ... L - 3

Lampiran 4.4 Data mengenai tingkat pencapaian revenue growth... L - 4

Lampiran 4.5 Data mengenai tingkat EBITDA ... L - 5

Lampiran 4.6 Model kuesioner sederhana ... L - 6

Lampiran 4.7 Data mengenai proses bisnis indirect and direct channel

outlet distribution serta jumlah outlet ... L - 7

Lampiran 4.8 Data mengenai coverage dari layanan Telkom Flexi dan

kompetitor ... L - 8

Lampiran 4.9 Data mengenai perbandingan jumlah kapasitas

terpasang dan jaringan yang tersedia ... L - 9

Lampiran 4.10 Data mengenai prosentase Drop call panggilan

untuk Flexi, operator FWA lainnya dan seluler ... L-10

(18)

L-commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Perubahan lingkungan eksternal dalam industri telekomunikasi khususnya

perkembangan ekonomi global dan teknologi telekomunikasi telah mendorong

terjadinya perubahan sistem dan struktur persaingan industri telekomunikasi

Indonesia. Salah satu perubahan lingkungan eksternal yang terjadi dan

pengaruhnya bagi industri tergolong signifikan adalah transformasi struktur pasar

telekomunikasi dari monopoli menuju privatisasi penyelenggaraan sektor

telekomunikasi. Hal tersebut ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan

pemerintah melalui UU No-36 tentang upaya liberalisasi industri telekomunikasi

Indonesia. Implikasi dari disahkannya UU tersebut telah membuat pasar

telekomunikasi di Indonesia menjadi lebih kompetitif, bahkan mengalami

pertumbuhan jumlah pelanggan dan jumlah penyelenggara layanan

telekomunikasi (provider) tertinggi di dunia (Nuh, 2008).

Menurut data Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) tahun

2010, sebelum liberalisasi telekomunikasi jumlah penyelenggara operator seluler

(GSM) di Indonesia hanya terdiri dari dua operator yakni PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk dan PT. Indosat, namun kini telah bertumbuh menjadi 9 operator.

Bagi Indonesia yang tergolong negara berkembang, jumlah tersebut merupakan

jumlah operator penyelenggara layanan seluler tertinggi dibandingkan dengan

Amerika Serikat, China, Brazil, Inggris dan India yang hingga Desember 2010

memiliki jumlah operator penyelenggara layanan seluler GSM masing-masing

sebanyak 5, 2, 4, 5,& 4. Sementara itu, total jumlah pengguna layanan seluler

per-Desember tahun 2010 telah mencapai angkat 211.145.429 pelanggan,

dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai angka 230 juta

jiwa. Jumlah pengguna layanan seluler yang mencapai 211 juta jiwa menandakan

(19)

commit to user

2

berarti tingkat penetrasi pasar untuk layanan seluer di Indonesia akan mencapai

angka 100%.

Dalam menentukan titik jenuh pelanggan tidak hanya dilihat prosentase

potensial pasar seperti jumlah penduduk, tetapi juga mempertimbangkan faktor

kesejahteraan dari masyarakat. Di Negara Singapura yang saat ini berpenduduk 4

juta jiwa, penetrasi pelanggan telekomunikasi telah melebihi angka 100%.

Sementara Indonesia yang terkategori negara berkembang, angka 60% penetrasi

pasar sudah dianggap optimal untuk menuju titik puncak jenuh (Zita, 2010).

Tingkat perpindahan pelanggan lintas operator (churn rate) sektor seluler di Indonesia juga tergolong tinggi. Menurut data dari BRTI pada tahun 2010, churn rate sektor seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 8,6%-/bulan. Angka ini tergolong sangat tinggi dibanding negara lain seperti India, Malaysia, Filipina,

Thailand, China yang masing masing hanya sebesar 4%, 3,7 %, 3,1 %, dan 2,9 %

-/bulan.

Dampak dari perubahan lingkungan eksternal industri telekomunikasi juga

mempengaruhi kondisi internal PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY selaku

subsidiary yang menjalankan fungsi operasional atas seluruh aset yang dimiliki PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk regional Jateng & DIY. Dari sisi

pendapatan, PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY memiliki kecenderungan

pertumbuhan pelanggan yang terus menurun meski masih tetap tumbuh. Total

pertumbuhan pelanggan serta pendapatan konsolidasi PT. Telkom Divre IV untuk

keseluruhan portofolio bisnis selama periode tahun 2007-2010 memiliki

kecenderungan menurun meski masih tetap tumbuh, dimana tingkat pertumbuhan

pendapatan tidak proporsional dibanding pertumbuhan pelanggan. Tingkat

pertumbuhan pelanggan seluler regional Jateng & DIY untuk periode 2008-2010

adalah sebesar 32,23% pada tahun 2008, 28,47% pada tahun 2009, dan 15,31 %

pada tahun 2010, sementara pertumbuhan pendapatan seluler regional Jateng &

DIY pada periode yang sama adalah sebesar 9,67% untuk tahun 2008, 6,73%

untuk tahun 2009, dan 2,21 % untuk tahun 2010. Tingkat pencapaian

pertumbuhan pelanggan dan pendapatan seluler memilki fenomena yang menarik,

karena jika dilihat dari penetapan dan pencapaian target yang ditetapkan oleh PT.

(20)

commit to user

3

seluler telah memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan, akan tetapi dari

sisi pertumbuhan pendapatan yang telah dicapai pada periode 2010 masih belum

dapat mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan. Apabila pada tahun 2009

untuk meningkatkan jumlah pendapatan sebesar 1% dibutuhkan pertumbuhan

jumlah pelanggan sebesar 4,23 %, maka untuk periode tahun 2010 untuk

meningkatkan jumlah pendapatan sebesar 1% dibutuhkan pertumbuhan jumlah

pelanggan yang lebih besar dari periode 2009 yakni 7,93%. Hal ini dapat diukur

dari penurunan ARPU bulanan campuran (Average Revenue per User) layanan seluler dari Rp.80.000 pada tahun 2007 menjadi sekitar Rp.59.000 pada tahun

2008, Rp 48.000 pada tahun 2009 dan Rp 42.000 pada tahun 2010. Penurunan

ARPU justru terjadi di tengah terjadinya peningkatan pengguna layanan seluler

PT. Telkom Divre IV.

Persaingan yang ketat karena semakin banyaknya operator penyedia

layanan yang bermain dan tingginya tingkat penetrasi pasar tindustri

telekomunikasi, telah menjadikan lingkungan persaingan industri telekomunikasi

tergolong lingkungan persaingan yang sangat kompleks dan dinamis/senantiasa

berubah (Kertajaya, 2003). Lingkungan yang tergolong kompleks dan dinamis

diperlukan sebuah upaya perencanaan, perancangan, perumusan dan pemilihan

alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi internal perusahaan dan

mempertimbangkan perubahan lingkungan eksternal industri yang terjadi. Pada

perusahaan yang berbentuk multiple bussines unit atau perusahaan yang memiliki

Strategy Business Unit (SBU) majemuk seperti PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, memerlukan sebuah pendekatan dalam proses merancang serta merumuskan

strategi bersaing tingkat corporate/generic untuk portofolio bisnis yang dimiliki.

Framework model manajemen strategik yang dikembangkan oleh Fred R. David, merupakan framework model yang akan digunakan dalam perancangan strategi bersaing Telkom Divre IV Jateng & DIY. Model ini menawarkan sebuat

pendekatan sistematis dan terukur di dalam perencanaan, perumusan dan

pemilihan alternatif strategy tingkat corporate untuk portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY. Selain itu, di dalam framework

model Fred R. David juga mencakup Boston Consulting Group Matrix Analisys.

(21)

commit to user

4

berbentuk multiple business unit untuk mengetahui posisi siklus hidup keseluruhan portofolio bisnis yang dimiliki, dilihat berdasarkan tingkat pangsa

pasar dan tingkat pertumbuhan relatif industri (Fred, 2000). Tingkat pangsa pasar

dan tingkat pertumbuhan relatif industri dalam matriks BCG terbagi ke dalam 4

kuadran yakni Question Marks, Stars, Cash Cows, dan Dogs. Masing-masing kuadran tersebut menggambarkan posisi portofolio bisnis milik perusahaan yang

dilihat melalui tingkat pangsa pasar dan tingkat pertumbuhan industri dari

masing-masing portofolio bisnis. Dalam penelitian ini, matrix BCG digunakan untuk

melihat posisi keseluruhan portofolio bisnis milik PT. Telkom Divre IV Jateng &

DIY, untuk kemudian penelitian difokuskan untuk mengevaluasi, merancang,

merumuskan dan memilih alternatif strategi bersaing untuk portofolio bisnis yang

memiliki pangsa pasar yang tinggi, serta berada dalam industri yang pertumbuhan

industri relatifnya juga tinggi (stars diagram).

Tahapan di dalam Framework Model perencanaan dan perancangan strategi bersaing Fred R. David dibagi menjadi tiga tahap, yakni: input stage, matching stage, dan decision stage. Input stage merupakan tahap pengumpulan informasi yang relevan. Pada tahap ini seluruh informasi yang telah dikelompokan

menjadi faktor kunci keberhasilan internal dan faktor keberhasilan eksternal

dikumpulkan, untuk kemudian dievaluasi menggunakan internal factor evaluation matrix (IFE) dan external factor evaluation matrix (EFE). Matching Stage

merupakan tahap perumusan dan pembangkitan alternatif strategi. Pada tahap ini

dirumuskan beberapa alternatif strategi bersaing berdasarkan informasi yang telah

dievaluasi pada tahap input stage. Tools yang digunakan dalam membangkitkan dan merumuskan alternatif strategi pada tahap matching stage adalah Space Matrix, I-E Matrix, Grand Strategy Matrix, TOWS Diagram dan Grand Strategy Matrix. Matching stage merupakan tahap pengambilan keputusan berdasarkan beberapa alternatif strategi tingkat corporate yang telah dirumuskan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yanatg telah dipaparkan, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang, merumuskan

(22)

commit to user

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang, merumuskan dan

memilih alternatif strategi bersaing untuk portofolio bisnis yang dimiliki PT.

Telkom Divre IV Jawa Tengah dan DIY, dengan menggunakan pendekatan

analisa portofolio bisnis metode BCG matrix di dalam memilih portofolio bisnis yag strateginya akan dirancang. Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan

tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi market share dan tingkat pertumbuhan relatif industri telekomunikasi untuk setiap produk/portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV

Jateng & DIY, menggunakan metode pendekatan analisa portofolio bisnis

BCG matrix di dalam memilih portofolio bisnis yang strateginya akan dirancang.

2. Mengidentifikasi peluang pertumbuhan, ancaman pertumbuhan, serta

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit portofolio bisnis PT. Telkom

Divre IV Jateng & DIY.

3. Merancang, merumuskan dan memilih alternatif strategi utama yang

sesuai untuk diemplementasikan PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY

dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui portofolio bisnis unggulan milik PT. Telkom Divre IV Jateng

& DIY.

2. Memberikan gambaran mengenai peluang, ancaman, serta kekuatan dan

kelemahan dari portofolio bisnis terpilih yang dimiliki PT. Telkom Divre

IV Jateng & DIY.

3. Memberikan rekomendasi alternatif strategi bersaing tingkat corporate

yang dapat dikembangkan perusahaan menjadi strategi tingkat bisnis dan

(23)

commit to user

6

1.5 Batasan Masalah

Agar bahasan pada penelitian tetap berfokus pada rumusan dan tujuan

masalah yang telah ditetapkan maka ditetapkan beberapa batasan masalah, antara

lain:

1. Portofolio bisnis terpilih pada matrix BCG merupakan portofolio bisnis

yang memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Portofolio bisnis terpilih merupakan portofolio bisnis yang berada

dalam kuadran stars matrix BCG.

b. Portofolio bisnis terpilih merupakan portofolio bisnis yang mampu

memberikan kontribusi yang relative besar terhadap pendapatan

konsolidasi perusahaan.

c. Tingkat penetrasi pasar menjadi bahan pertimbangan dalam

menentukan portofolio bisnis terpilih, portofolio bisnis yang memiliki

tingkat penetrasi pasar di bawah 60% lah yang merupakan portofolio

bisnis terpilih yang akan dirancang serta dirumuskan strategi bersaing.

Menurut Ken Zita (2010), Indonesia yang masuk dalam kategori

negara berkembang, angka penetrasi pasar 60% sudah dianggap

optimal untuk menuju titik puncak jenuh.

d. Portofolio bisnis terpilih merupakan portofolio bisnis yang memiliki

tingkat pemanfaatan jaringan di bawah 85 %. Karena menurut PT.

Telkom Divre IV Jateng & DIY angka pemanfaatan jaringan di atas

85% termasuk pemanfaatan jaringan yang tergolong tinggi. Dan dalam

beberapa modul akan mempengaruhi kualitas layanan di dalam

melakukan panggilan.

2. Perancangan, formulasi, serta perumusan strategi bersaing hanya

dilakukan sampai pada strategi bersaing tingkat corporate.

3. Grand Strategy Matrix tidak digunakan dalam penelitian ini, karena pendekatan dalam perumusan alternatif strategi menggunakan tools ini lebih pada strategi umum perusahaan (keseluruhan portofolio bisnis),

(24)

commit to user

7

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan gambaran umum mengenai tata cara

penyusunan laporan penelitian dan isi pokok dari laporan penelitian. Sistematika

penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, asumsi, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dasar yang diperlukan sebagai

penunjang dan pedoman di dalam melakan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang berupa

langkah-langkah dalam melakukan perancangan strategi

bersaing PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY serta

penjelasan mengenai cara pengumpulan dan pengolahan

data untuk masing-masing langkah.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menjabarkan mengenai metode yang digunakan

dalam pengumpulan dan pengolahan data dalam merancang

strategi bersaing yang sesuai untuk diimplementasikan PT.

Telkom Divre IV Jateng & DIY. Tahap-tahap dalam

melakukan pengumpulan dan pengolahan data tersebut

antara lain: identifikasi market share serta growth share,

tahap penentuan portofolio bisnis terpilih, identifikasi

atribut yang digunakan dalam kuesioner awal serta

kuesioner utama, identifikasi faktor kunci kekuatan,

kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki, penentuan

(25)

commit to user

8

TOWS serta rekomendasi alternatif strategi generic/utama yang sesuai.

BAB V ANALISIS

Bab ini berisi uraian analisis dan interpretasi terhadap

pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan

pada Bab IV. Bab ini juga membahas mengenai alternatif

strategi Strength-Threat, Strength-Opportunities, Weaknesses-Threat, dan Weaknesses-Opportunities pada level tingkatan strategi bisnis berdasarkan rekomentasi

alternatif strategi generic/utama dalam Bab IV. Strategi bisnis dirumuskan berdasarkan strategi utama yang telah

dipilih menggunakan Quantitative Strategic planning Matrix untuk mendapatkan strategi bisnis terpilih.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan akhir dari proses perancangan

serta perumusan strategi di PT. Telkom Divre IV Jateng &

(26)

commit to user

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dasar yang diperlukan sebagai penunjang dan

pedoman di dalam melakukan penelitian.

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Profil PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah Suatu Badan Milik Negara

(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa Telekomunikasi. PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk menyediakan sarana dan jasa layanan Telekomunikasi dan

informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia.

Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk di Indonesia pertama kali berawal dari

sebuah badan usaha swasta penyediaan layanan pos dan telegrap yang didirikan

kolonial Belanda pada tahun 1882. Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda

mendirikan perusahaan Telekomunikasi sebanyak tiga puluh delapan perusahaan.

Kemudian Pada tahun 1906 pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu jawatan

Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/ PTT).

Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi perusahaan Negara Pos

dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965 pemerintah

memisahkannya menjadi perusahan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan

perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Pada tahun 1974, Perusahaan Negara Telekomunikasi disesuaikan

menjadi perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) yang

menyelenggarakan jasa Telekomunikasi Nasional dan Internasional.

Pada tahun 1980, Indonesia mendirikan suatu badan usaha untuk jasa

Telekomunikasi Internasional yang bernama PT. Indonesian Satelite Corporation

(INDOSAT) yang terpisah dari PERUMTEL.

Pada tahun 1989, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.3/ 1989

mengenai Telekomunikasi, yang isinya tentang peran swasta dalam

(27)

commit to user

2

Pada tahun 1991, PERUMTEL berubah bentuk menjadi perusahaan

perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No.25/ 1991

sampai sekarang. Perubahan di lingkungan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

terus berlanjut mulai dari perusahan jawatan sampai perusahaan public.

Perubahan-perubahan besar terjadi pada tahun 1995 meliputi (1) Restrukturisasi

Internal; (2) Kerjasama Internal; (3) Intial Publik Offering (IPO).

Jenis usaha PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah penyelenggara jasa

Telekomunikasi dalam negeri dan bidang usaha terkait seperti jasa sistem Telepon

Bergerak (STBS) sirkuit pelanggan, teleks, penyewaan transpoder satelit, VSAT

(Verry Small Apenture Terminal) dan jasa nilai tambah tertentu.

Pada tanggal 1 Juli 1995 organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

berhasil menrekstruktur jenis jasa Telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional

dan satu divisi network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi

regional sebagai pengganti struktur WITEL yang memiliki daerah teritorial

tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa telepon lokal dan mendapat bagian

dari jasa SLJJ dan SLI. Divisi network menyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh.

Unit-unit bisnis PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Tbk terdiri dari Divisi, Centre, Yayasan dan Anak Perusahaan. Adapun divisi yang tersedia di perusahaan yaitu:

1. Divisi Long Distance

2. Carrier dan Interconnection Service

3. Divisi Multimedia

4. Divisi Fixed Wireless Network

5. Enterprise Service

6. Divisi Regional I Sumatera

7. Divisi Regional II Jakarta

8. Divisi Regional III Jawa Barat

9. Divisi Regional IV Jawa Tengah dan Yogyakarta

10.Divisi Regional V- Jawa Timur

11.Divisi Regional VI - Kalimantan

(28)

commit to user

3

13.Maintenance Service Centre 14.Training Centre

15.Carrier Development Support Centre 16.Management Consulting Centre 17.Construction Centre

18.I/ S Centre 19.R and D Centre

20.Community Development Centre (CDC)

Adapun yayasan yang dimiliki PT. TELKOM yaitu :

1. Dana Pensiun (Dapentel)

2. Yayasan Pendidikan PT. TELKOM Indonesia, Tbk.

3. Yayasan Kesehatan

4. Yayasan Sandhykara Putra TELKOM (YSPT)

Adapun anak perusahaan yang dimiliki PT. TELKOM yaitu:

a. Kepemilikan > 50%

1. PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) : Telekomunikasi (Seluler

GSM) (baru)

2. PT. Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra) : Telekomunikasi (KSO-VI

Kalimantan)

3. PT. Infomedia Nusantara (Infomedia) : Layanan Informasi (baru)

4. PT. AriWest International (AriaWest) : Telekomunikasi Telepon Tetap

(KSO-III Jawa Barat dan Banten)

5. PT. Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo) : Telekomunikasi Telepon

Tetap (KSO-I Sumatera)

6. PT. Multimedia Nusantara (Metra) : Multimedia, pay special TV

7. PT. Napsindo Primatel International (Napsindo) : Network Access Point

8. PT. Indonusa Telemedia (Indonusa) : TV Cable (baru)

(29)

commit to user

4 b. Kepemilikan 20% - 50%.

1. PT. Patra Komunikasi Indonesia (Patrakom) : Layanan VSAT

2. PT. Cita Sari Makmur (CSM) : VSAT dan layanan Telekomunikasi

lainnya

3. PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) : Transponder Satelit dan

Komunikasi

c. Kepemilikan < 20%

1. PT. Mandara Seluler Indonesia (MSI) : Layanan NMT Seluler dan

CDMA

2. PT. Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel) Telepon Tetap di Batam

dan Pulau Bintan

3. PT. Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo) :

Pengelolaan Jaringan dan Peralatan Telekomunikasi

Divisi Multimedia dan Divisi Pembangunan ditetapkan 31 Dsember 1996

berdasarkan keputusan direksi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Seiring dengan

diberlakukannya pasar bebas maka PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

membentuk kerja sama dengan para investor dan operator kelas dunia yang

disebut dengan Pola Kerja Sama Operasi (KSO).

Tujuan dibentuknya KSO adalah :

1. Mempercepat pembangunan Telekomunikasi untuk kurun waktu IV,

karena pendanaan disediakan oleh mitra KSO.

2. Memperoleh ahli teknologi kelas dunia yang bergabung dalam mitra

KSO.

3. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dalam era pasar bebas.

Berdasarkan undang-undang No. 36/1999, yang mengatur tentang jasa

layanan telekomunikasi, dimana terjadi perubahan pasar, dari semula pasar

monopoli (dahulu PT. Telkom) kini menjadi non-monopoli / pasar bebas

(pasar persaingan sempurna). Hal tersebut membuat PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk sebagai Incumbent (Operator dominan/operator penyelenggara jaringan telekomunikasi pertama kali) tidak lagi menguasai pasar sepenuhnya,

(30)

commit to user

5

telekomunikasi lainnya di Indonesia, dan mempersiapkan diri menghadapi

operator asing yang akan masuk. Selain adanya perubahan sifat pasar, setiap

penyelenggara jaringan telekomunikasi juga dituntut untuk dapat memberikan

layanan yang terbaik bagi konsumen jasa telekomunikasi (berdasarkan

Undang-Undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen).

Pada tahun PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk membeli 35% saham PT.

Telkomsel dari PT. Indosat sebagai bagian dari implementasi retrukturisasi

industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan

pengahapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan PT. Indosat. Dengan 10 transaksi ini, PT.

Telkom menguasai 72,72% saham PT. Telkomsel. PT Telkom membeli 90,32%

saham PT. Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan PT.

Dayamitra ke dalam laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Pada tahun 2002 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk membeli seluruh

saham PT. Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat

ditandatanganinya perjanjian jual beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada

tanggal 30 September 2003 dan sisanya 55% saham pada tanggal 31 Desember

2004. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk menjual 12,72% saham PT. Telkomsel

kepada PT. Singapore Telecom, dan dengan demikian PT. Telkom memilik 60%

saham PT. Telkomsel. sejak Agustus 2002 terjadi duapoli penyelenggaraan

telekomunikasi lokal.

Memasuki tahun 2003, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi

FNSP (Full Network and Service Provider), dan juga mulai digelar kompetisi dengan format duopoli (PT. Telkom versus PT. Indosat). Semula layanan yang

disajikan hanya POTS (Plain, Ordinary Telephone Service), dan sekarang lebih dititik beratkan pada pengembangan PMM (Phone, Mobile, and Multimedia).

Saham Telkom per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia

(51,19%) dan pemegang saham politik (48,81%), yang terdiri dari investor asing

(45,54%) dan Investor lokal (3,27%). Sementara itu harga saham PT.

(31)

commit to user

6

menigkat sebesar 71,2% dari Rp. 5.900,- menjadi Rp. 10.000,- Kapitalisasi

pasar saham Telkom pada akhir 2006 sebesar USD $ 22,6 Miliar.

Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya

kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhan dimasa mendatang, saat ini

Telkom menjadi korporasi terbaik di Indonesia. Dalam era baru ini PT. Telkom

harus menyusun sendiri strategi baru yang akan dijalankan oleh manajemen PT.

Telkom bersama seluruh jajarannya.

2.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Adapun Visi PT. TELKOM yaitu:

1. To become a leading InfoCom player in the region

PT. TELKOM Indonesia, Tbk berusaha untuk menempatkan diri sebagai

perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan

akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.

2. To be dominant infoCom player in the region and having strong brand equit artinya menjadi penyedia layanan infocom yang paling dominant di Indonesia dan menjadi atau penyampai brand di bidang jasa

Telekomunikasi.

2.2 Manajemen Strategik

2.2.1 Pengertian Manajemen Strategik

Menurut Zainal (2006), strategi adalah rencana jangka panjang dengan

diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang

Pengertian strategi menurut Jauch (2003), adalah Rencana yang disatukan,

luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan

dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan

utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

(32)

commit to user

7

Menurut Robinson (2001), pengertian strategi secara umum adalah proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di

masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat

terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi

pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan

pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai

penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan

diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai

tujuan (Arikuntol: 1985).

Pengertian manajemen strategik menurut beberapa ahli yaitu :

1. Menurut Robinson (1997), dikatakan bahwa manajemen strategik adalah

kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan

pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk

mencapai sasaran-sasaran organisasi.

2. Menurut Nawawi (2001), adalah perencanaan berskala besar (disebut

perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang

jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi

(keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan

organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha

menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan

barang dan atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan

pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut strategis) dan berbagai

(33)

commit to user

8

3. David (2006), managemen strategik dapat didefinisikan sebagai ilmu

untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai

tujuannya.

4. Menurut Glueck (1988), manajemen strategik adalah sejumlah keputusan

dan tindakan manajerian yang menentukan kinerja perusahaan dalam

jangka panjang.

Dari beberapa definisi mengenai manajemen strategik diatas, dapat

diketahui bahwa pada dasarnya manajemen strategik merupakan proses

berkesinambungan dan merupakan kegiatan yang berurutan dan harus dilakukan

terus menerus dengan alas an bahwa strategi memerlukan peninjauan ulang

sebagai akibat dari perubahan lingkungan organisasi atau perusahaan yang terus

menerus berubah. Inti dari manajemen strategik adalah mengamati dan

mempelajari lebih mendalam mengapa suatu organisasi atau perusahaan lebih

unggul dari perusahaan yang lain. Menurut Freedman (2004), hal ini berarti

bahwa manajemen strategik harus menjawab beberapa pertanyaan diantaranya:

1. Bagaimana suatu organisasi atau perusahaan harus bersaing dalam

rangka menciptakan keunggulan bersaing di pasar.

2. Bagaimana caranya suatu organisasi atau perusahaan mempertahankan

sebuah keunggulan bersaing yang berkesinambungan, dan bukan hanya

bersifat sementara.

Menurut Supratikno (2003), inti dari manajemen strategik adalah

membicarakan dan membahas keadaan yang sedang berlangsung untuk

mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi terhadap masa depat perusahaan

atau organisasi, yang mencakup aspek aspek diantaranya:

1. Analisa sumber daya dan kapabilitas internal perusahaan atau

organisasi.

2. Analisa peluang peluang dan ancaman-ancaman lingkungan.

3. Penetapan ruang lingkup aktivitas-aktivitas perusahaan atau organisasi.

4. Merumuskan dan mengkomunikasikan visi, misi, dan tujuan strategik

(34)

commit to user

9

2.2.2 Manfaat Manajemen Strategik

Menurut Umar (2001), manajemen strategik bermanfat untuk menyediakan

mekanisme analisa dalam membantu perusahaan mencapai sasaran jangka pendek

maupun jangka panjang, sehingga memungkinkan perusahaan proaktif

membentuk masa depannya.

Menurut Raksohadiprojo (2003), manajemen strategik bermanfaat untuk

membantu organisasi atau perusahaan memformulasikan strategi yang lebih baik

dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional unttuk

memilih alternatif strategi.

Menurut David (2006), penelitian telah mengindikasikan bahwa organisasi

yang menggunakan konsep manajemen strategik lebih menguntungkan dan lebih

berhasil dibandingkan dengan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Lebih

lajut dijelaskan bahwa bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategik

menunjukkan perbaikan signifikan dalam penualan, profitabilitas dan

produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang

sistematis.

Greenley (2006), menyatakan bahwa manajemen strategik memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas dan eksploitasi

peluang.

2. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk

pendekatan peluang yang lebih terindentifikasi.

3. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk

mengevaluasi keputusan yang salah atau tidak terencana.

4. Menyediakan pendekatan yang sistematis dan terintegrasi untuk

(35)

commit to user

10

2.2.3 Tahapan dalam Manajemen Strategik

Menurut Kuncoro (2006), proses manajemen strategik meluputi sejumlah

tahapan yang saling berkaita dan berurutan. Tahapan dalam proses manajemen

strategik tersebut terdiri atas empat tahap yakni:

1. Evaluasi strategi yang diimplementasikan saat ini.

2. Analisa situasi (lingkungan eksternal dan internal)

3. Formulasi strategi

4. Implementasi strategi

5. Evaluasi strategi.

Sementara menurut David (2006), proses manajemen strategik terdiri atas 3

tahap, yakni:

1. Formulasi strategi, meliputi : Pengembangan visi, misi dan tujuan,

mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,

menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan

tujuan jangka panjang perusahaan, merumuskan alternatif strategi dan

memilih strategi tertentu yang dilaksanakan.

2. Impelemtasi strategi, adalah proses bagaimana melaksanakan strategi

yang telah diformulasikan yakni : menetapkan tujuan tahunan, membuat

kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya

sehingga strategi yang telah diformulasikan dijalankan.

3. Evaluasi strategi, adalah tahap terakhir dalam manajemen strategik

yang merupakan alat utama untuk mendapatkan informasi sebagai alat

untuk: meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi saat ini, mengukur kinerja dan melakukan tindakan korektif jika

terjadi ketidak sesuaian atau perubahan lingkungan bisnis.

(36)

commit to user

11

2.2.4 Model Manajemen Strategi

Menurut Marzuki (2005), pimpinan suatu organisasi, setiap hari berusaha

mencari kesesuaian antaravkekuatan internal perusahaaan dan

kekuatan-kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Kegiatannya meliputi

pegamatan secara hati-hati persaingan, peraturan, tingkat inflansi, siklus bisnis,

keinginan dan harapankonsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat

mengidentisifikasi peluang danvancaman.

Menurut Morrison (1996), suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi

untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses

analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan

strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat

melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal. Untuk membahas

suatu perencanaan strategis hendaknya kita mengacu pada model manajemen

Strategis agar pembahasannya terfokus.

Berikut ini ada satu macam model perencanaan strategis; yaitu Model dari

Fred R. David yang digunakan dalam penelitian ini. Model manajemen strategis

dari Fred R. David yang seperti yang terdapat pada Gambar 2-1.

(37)

commit to user

12

Tahap 1 dari kerangka kerja perumusan strategi ini terdiri dari tiga macam

matrix, yaitu EFAS Matrix dan IFAS Matrix. Kedua matriks ini disebut juga sebagai Input Stage, karena ia bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi

Tahap 2, disebut sebagai Matching Stage, berfokus pada pembangkitan strategi-strategi alternatif yang dapat dilaksanakan melalui penggabungan factor

eksternal dan internal yang utama. Teknik pada Tahap 2 ini mencakup SWOT

Matrix dan Internal-External (IE) Matrix.

Tahap 3, disebut sebagai decision stage, hanya terdiri dari satu teknik yaitu

Quantitative Strategic Planning Mnativeatrix. QSPM ini menggunakan input informasi dari tahap 1 untuk mengevaluasikan secara objektif strategi-strategi

alternatif hasil dari tahap 2 yang dapat diimplementasikan sehingga ia

memberikan suatu basis objektif bagi pemilihan strategi-strategi yang paling tepat.

2.2.5 Tahapan Dalam Model Manajemen Strategi

Input Stage

1. External Factor Evaluation Matrix

Menurut Pearce (1996), External Factor Evaluation Matrix merupakan

matrix yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur faktor-faktor eksternal yang menentukan keberhasilan bersaing suatu perusahaan. Sub-atribut faktor

kunci penentu keberhasilan yang telah terklasifikasi sebagai peluang

(opportunities) serta ancaman (thread) dikumpulkan untuk kemudian diukur menggunakan external factor evaluation matrix. Faktor lingkungan eksternal tersebut meliputi ekonomi, sosial, teknologi, politik, dan persaingan.

Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategis Eksternal (EFAS).

sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

(38)

commit to user

13

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,

diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)

sampai dengan 1,0 (poor).

), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya.

Tabel 2.1. Matrix EFE (External Factor Evaluation)

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4

Sub-atribut faktor penentu

keberhasilan Weight Rating Weighted Score Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci

Menurut Rampersad (2003), Internal Factor EvaluationMatrix merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan

kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan

untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut.

Untuk membuat matrik faktor strategi internal tersebut, terlebih dahulu harus

melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan pembuatan matrik IFE (Internal Factor Evaluation) adalah sebagai berikut :

sub-atribut faktor kunci penentu keberhasilan yang menjadi

kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut

(39)

commit to user

14

Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)

dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing

utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya,

jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata

industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah

rata-rata industri, nilainya adalah 4.

pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)

sampai dengan 1,0 (poor).

), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap sub-atribut faktor kunci

penenti keberhasilan internalnya. Hasil akhir berupa skor bobot total di

bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor

di atas 2,5 menngindikasikan posisi internal yang kuat. Jumlah faktor, antara

10 sampai 20, tidak memengaruhi kisaran skor bobot total karena bobot

selalu berjumlah 1,0. Ketika suatu faktor internal merupakan kekuatan

sekaligus kelemahan organisasi, faktor ituharus dimasukkan dua kali dalam

(40)

commit to user

15

Tabel 2.2. Matrix IFE (Internal Factor Evaluation)

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4

Sub-atribut faktor penentu

keberhasilan Weight Rating Weighted Score Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci

Penentu Kekuatan Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci

Penentu Kelemahan

Total Weighted Score 1,0

Matching Stage

1. SWOT Matrix

Menurut David (2006), TOWS Matrix terdiri empat sel untuk key success factors, empat sel untuk strategi, dan satu sel yang selalu kosong (terletak di sebelah kiri atas).

(41)

commit to user

16

Menurut David (2006), ada delapan langkah untuk membuat TOWS

Matrix:

1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan

2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.

3. Tulisan kekuatan internal kunci perusahaan

4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan

5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil

strategi S-O.

6. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil

strategi W-O.

7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil

strategi S-T.

8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil

strategi W-T.

Tujuan dari masing-masing pencocokkan faktor kunci internal yang

merupakan kekuatan dan kelemahan, serta faktor kunci eksternal yang merupakan

faktor kunci peluang dan ancaman adalah untuk menghasilkan alternatif strategi

bersaing tingkat bisnis yang layak, bukan untuk memilih strategi terbaik. Tidak

semua strategi yang dikembangkan dalam TOWS Matrix akan dipilih untuk

diimplementasikan.

2. Boston Consulting Group (BCG) Matrix

Menurut Jogiyanto (2005), mettode BCG matrik adalah sebuah perencanaan portofolio model yang dikembangkan oleh Bruce Henderson dari

Boston Consulting Group pada tahun 1970 awal. Hal ini didasarkan pada

pengamatan bahwa unit bisnis perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam empat

kategori berdasarkan kombinasi dari pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif

-pertumbuhan berfungsi sebagai proxy untuk daya tarik industri, dan pangsa pasar

relatif berfungsi sebagai proxy untuk keunggulan kompetitif. Pertumbuhan-saham

matriks sehingga peta posisi unit bisnis dalam dua faktor penentu penting dari

(42)

commit to user

17

Menurut Wahyudi (1996), erangka kerja ini mengasumsikan bahwa

peningkatan pangsa pasar relatif akan menghasilkan peningkatan generasi kas.

Asumsi ini sering benar karena kurva pengalaman; meningkatkan pangsa pasar

relatif menyiratkan bahwa perusahaan bergerak maju pada kurva pengalaman

relatif terhadap pesaingnya, dengan demikian mengembangkan keunggulan biaya.

Asumsi kedua adalah bahwa pasar yang berkembang membutuhkan investasi

dalam aktiva untuk meningkatkan kapasitas dan demikian hasil dalam konsumsi

kas. Dengan demikian posisi bisnis pada saham-pertumbuhan matriks

memberikan indikasi generasi kas dan konsumsi kas.

Menurut Usmara (2003), uang yang diperlukan oleh unit bisnis yang

berkembang pesat dapat diperoleh dari unit lain perusahaan bisnis yang pada

tahap lebih dewasa dan menghasilkan kas yang signifikan. Dengan investasi untuk

menjadi pemimpin pangsa pasar di pasar yang berkembang pesat, unit bisnis bisa

bergerak sepanjang kurva pengalaman dan mengembangkan keunggulan biaya.

Dari alasan ini, BCG Growth-Share Matrix lahir.

Gambar 2.3.Boston Consulting Group Matrix

Empat kategori tersebut adalah :

1. Dog (Anjing) Anjing memiliki pangsa pasar rendah dan tingkat pertumbuhan yang rendah dan dengan demikian tidak menghasilkan atau

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Model Manajemen Strategi Fred R. David
Tabel 2.1. Matrix EFE (External Factor Evaluation)
Tabel 2.2. Matrix IFE (Internal Factor Evaluation)
Tabel 4.16. Hasil Uji Validitas Lingkungan Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait