• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tak kenal Menyerah (JOHN BEVERE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tak kenal Menyerah (JOHN BEVERE)"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

J O H N    

B E V E R E

(4)

www.MessengerInternational.org Originally published in English

Additional resources in Bahasa Indonesia are available for free download at: www.CloudLibrary.org

To contact the author: JohnBevere@ymail.com Printed in Indonesia

Tak Kenal Menyerah oleh John Bevere © 2012 Messenger International www.MessengerInternational.org

Diterbitkan pertama kali dalam Bahasa Inggris

Bahan-­bahan tambahan dalam Bahasa Indonesia tersedia untuk diunduh secara gratis dari: www.CloudLibrary.org

Untuk mengontak penulisnya: JohnBevere@ymail.com

Penerjemah & Pemeriksa Aksara: Slamat Parsaoran Sinambela Layout: Budi Wilken Siahaan

Dicetak di Indonesia

(5)

Alec Bevere

Engkau telah mengatasi rintangan dan bangkit melampaui penderitaan. Kehidupanmu sudah menjadi kesaksian akan kemurahan dan anugerah Allah.

(6)

Pendahuluan  -  7

1.  Tak  Kenal  Menyerah  -  9

2.  Memerintah  Dalam  Hidup  -  21

3.  Sumber  Kuasa  -  35

4.  Bagaimana  Hidup  Yesus  -  47

5.  Keunggulan  -  61

6.  Melihat  atau  Masuk  -    83

7.  Ada  Siapa  di  Balik  Masalah  Kita  -  103

8.  Mempersenjatai  Diri  Anda  -  125

9.  Kuat  Dalam  Anugerah  -  143

10.  Senjata  Kerendahan  Hati  -  151

11.  Menanggalkan  Beban-  167

12.  Sadar  Dan  Berjaga-jaga  -  187

13.  Melawan  Iblis  -  201

14.  Perlawanan  Yang  Paling  Ampuh  -  219

(7)

16.  Berlari  Untuk  Memperoleh  Hadiah  -  251

17.  Dekat  Dengan  Sang  Raja  -  267

18.  Jangan  Menyerah  -  277

Apendiks  A:

Doa  Untuk  Menjadi  Anak  Allah  -  289

Apendiks  B:

Mengapa  Saya  Menggunakan    

Berbagai  terjemahan  Alkitab  -  293

(8)

idak lama setelah saya mulai menulis buku ini, saya menonton ÀOP\DQJGHQJDQMHODVPHQJJDPEDUNDQSHQWLQJQ\DEHUVLNDSWDN kenal menyerah. The Ghost and the Darkness dengan bintang 0LFKDHO'RXJODVGDQ9DO.LOPHUVHEXDKÀOPEHUGDVDUNDQNLVDK yang terjadi pada akhir 1800-­an.

Seorang insinyur militer cerdas bernama Patterson (Val Kilmer) bekerja mengawasi pembangunan jembatan kereta api yang mem-­ bentang di atas Sungai Tsavo di Uganda. Jembatan itu akan meluaskan daya jangkau jalur kereta api Afrika Timur milik Inggris. Proyek itu sudah tertunda penyelesaiannya ketika Patterson tiba di tempat.

Ia segera menemukan penyebabnya. Para pekerja menghilang. Mereka lenyap dalam kegelapan malam, tidak pernah terlihat lagi. Tidak lama kemudian Patterson mengetahui, ada dua singa pemakan manusia yang berkeliaran di sekitar perkemahan pekerja. Untuk meng-­ hentikan amukan mereka, ia memasang perangkap dan mencoba ber-­ bagai metode, tetapi duo maut itu seakan mampu mencium setiap gerakan Patterson dan mengelakkan jeratnya.

Ketika jumlah korban mencapai tiga puluh, jawatan kereta api meminta bantuan pemburu Amerika, Charles Remington (Michael Douglas). Kemampuannya dalam melacak dan memburu hewan liar sangat terkenal, namun singa-­singa itu masih saja memakan korban. Malam demi malam mereka menyebar maut sampai para pekerja beranggapan, singa-­singa itu adalah roh jahat yang tidak mungkin dihentikan. Saat jumlah korban melewati 130 orang, kepanikan dan ketakutan mencekam orang-­orang di perkemahan. Patterson dan Remington menyaksikan tanpa daya saat seluruh tenaga kerja melari-­ kan diri dengan naik kereta api yang melewati Tsavo.

Saat-­saat yang menentukan inilah yang menggugah saya. Garis batas ditarik dengan jelas. Di satu sisi, ada mandor pengecut yang memompa rasa takut para pekerjanya dan membujuk mereka untuk meninggalkan pekerjaan yang sudah mereka sepakati untuk mereka selesaikan. Di sisi lain, ada tiga orang—Remington, Patterson, dan pembantu Patterson—yang menolak untuk mangkir dari tugas mereka atau membiarkan ketakutan mengalahkan mereka.

(9)

dan merampungkan pembangunan jembatan. Mereka dipersenjatai dengan senjata yang ampuh. Remington dan Patterson yakin mereka akhirnya akan menang asalkan mereka bijaksana, waspada, mem-­ bulatkan tekad... dan menolak untuk menyerah.

Ruang dan waktu tidak memadai untuk memaparkan lebih banyak detail, tetapi hal yang perlu Anda ketahui: singa pemangsa manusia itu pada akhirnya dapat dihentikan. Namun kemenangan itu harus dibayar dengan biaya yang mahal.

Para pekerja datang kembali, dan sekarang mereka memandang insinyur proyek mereka, Patterson, dengan sikap yang sangat berbeda. Ia telah menghadapi kematian dan tidak menyerah. Orang-­orang itu sangat menghormatinya sehingga mereka mendukung usahanya dan menyelesaikan perkara yang tampaknya mustahil. Jembatan itu selesai pada waktunya!

Sebagai utusan Allah, kita juga sedang membangun jembatan. Jembatan kita tidak melintasi sungai;; jembatan ini membentang di antara surga dan bumi. Demikian juga, kita menghadapi perlawanan, dan Kitab Suci menggambarkan musuh kita sebagai singa yang berusaha menelan. Namun, persis dengan singa Tsavo, musuh kita tidak memiliki senjata... kita memilikinya. Ia sudah dilucuti, sedangkan kita diperlengkapi dengan senjata paling ampuh bagi manusia.

Ada pertempuran yang harus dimenangkan dan benteng yang harus ditaklukkan. Sering kali hal itu berakar dalam pola pikir, cara kerja, dan pola yang telah ditanamkan oleh musuh pada orang-­orang dunia ini. Lawan kita sangat tangguh, namun “di dalam Kristus” kita jauh lebih kuat.

Kita pun menghadapi pertanyaan yang sangat penting: Akankah kita seperti para pekerja yang ketakutan dan melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka, ataukah kita akan berani dan tak kenal menyerah dalam menjalankan amanat surga? Saya percaya di dalam pesan ini ada kebenaran yang berpotensi untuk membentuk di dalam diri Anda suatu sikap yang tak kenal menyerah. Kebenaran ini bukan hanya akan menguatkan Anda untuk berdiri dengan teguh, tetapi juga akan memperlengkapi Anda dengan kuasa untuk menang dan mendatangkan dampak yang positif.

Sangat perlulah bagi Anda untuk tertanam kuat dalam pengetahuan ini. Sudah terlalu lama umat Allah berada dalam pembuangan dan binasa karena tidak memiliki pengetahuan (lihat Yesaya 5:13;; Hosea 4:6). Pengetahuan yang benar menenun dasar iman, dan oleh iman kita mendatangkan perubahan di dalam dunia yang terhilang dan gelap.

(10)

tak  kenal  menyerah

Menyelesaikan itu lebih baik daripada memulai. PENGKHOTBAH 7:8 (NLT)

aya membayangkan Anda sepakat dengan saya dalam hal ini: bagaimana kita “menyelesaikan” itu lebih penting daripada bagaimana kita “memulai.”

Dalam kehidupan Kristen, puncak terakhir adalah ketika Tuhan berkata pada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia!”

Apakah yang diperlukan oleh Anda dan saya untuk mendengar perkataan luar biasa dari Dia yang berarti segalanya bagi kita?

Untuk menyelesaikan kehidupan dengan baik kita perlu menjalani kehidupan dengan baik. Hal ini mencakup pengetahuan akan bagaimana untuk “tidak pernah menyerah.” Itu berarti memiliki roh yang tak kenal menyerah.

Bagaimana kita memperolehnya? Mengapa hal itu begitu penting.

Sejujurnya, saya cemas jangan-­jangan banyak orang percaya yang tidak akan menyelesaikan pertandingan dengan baik. Allah suatu ketika memberikan penglihatan sehubungan dengan tema buku ini.1

Seorang laki-­laki mendayung perahu melawan arus sungai yang deras. Ia berusaha keras untuk bergerak maju melawan aliran

S

 1.   Saya   sudah   menceritakan   secara   singkat   penglihatan   ini   dalam   buku   terdahulu,         A  Heart  Ablaze  (Nashville:  Thomas  Nelson,  1999).  Saat  ini  saya  merasakan  dorongan  yang  kuat    

(11)

air—tugas yang berat, namun dapat dilakukan.

Perahu-­perahu lain, yang lebih besar dan mewah dan mengangkut banyak orang, sering melewatinya menuju hilir. Orang-­orang dalam perahu ini tertawa-­tawa, minum-­minum, dan bersantai. Kadang-­kadang mereka memandangi orang yang berjuang melawan arus itu dan mengejeknya. Ia harus berjuang untuk maju meter demi meter, sedangkan mereka nyaris tidak perlu melakukan apa-­apa untuk meluncur maju.

Setelah beberapa lama, orang itu menjadi capek berjuang melawan arus. Letih dan patah semangat, ia akhirnya meletakkan dayungnya. Selama beberapa saat ia masih mengarah ke hulu karena adanya momentum, namun tak lama kemudian perahunya berhenti sama sekali. Kemudian sesuatu yang menyedihkan dan mengerikan terjadi: meskipun masih mengarah ke hulu, perahu dayungnya mulai hanyut ke hilir mengikuti arus.

Orang itu segera melihat perahu besar lain. Perahu ini berbeda dari perahu-­perahu besar lainnya karena—seperti perahu dayungnya sendiri—perahu besar ini juga mengarah ke hulu, namun mengalir ke hilir mengikuti arus. Perahu ini juga mengangkut orang yang tertawa-­tawa, bercengkerama, dan bersantai. Karena perahu itu mengarah ke hulu—seperti arah yang hendak ditujunya—ia memutuskan untuk meloncat naik dan bergabung dengan mereka. Mereka sekarang menjadi satu kelompok yang anggotanya akrab satu sama lain. Tidak seperti perahu besar lain yang menghadap dan mengalir ke hilir, perahu ini menghadap ke hulu. Namun, menyedihkannya, perahu ini terus mengalir ke hilir mengikuti arus.

Apakah penafsiran dari penglihatan ini? Sungai melambangkan dunia dan perahu dayung adalah tubuh kita, yang memampukan kita untuk hidup dan berfungsi di dunia ini. Orang di dalam perahu itu adalah orang percaya;; dayungnya melambangkan anugerah yang dikaruniakan Allah secara cuma-­cuma. Perahu besar menggambarkan orang-­orang yang bergabung dalam satu tujuan, dan arus sungai mewakili aliran dunia ini, yang berada dalam pengaruh di jahat.

(12)

dalam berjuang. Ia mengira dirinya tidak memiliki apa yang diperlukan untuk berjuang, padahal sebenarnya ia memilikinya. Akibatnya, ia akhirnya kehabisan daya dan menyerah.

Begitu orang itu berhenti mendayung, perahunya masih terus maju (ke hulu) selama beberapa saat karena dorongan momentum. Dan di sinilah penyesatan menyusup. Ia masih melihat beberapa buah di dalam hidupnya meskipun apa yang menghasilkan buah itu tidak lagi mendorong dirinya bergerak. Ia secara keliru mengira dirinya dapat hidup dengan tenang—tidak perlu lagi berjaga-­jaga dan waspada— dan tetap menjalani kehidupan Kristen yang sukses.

Akhirnya, perahu itu berhenti sama sekali, dan kemudian mulai terhanyut mundur (ke hilir)—pelan-­pelan pada mulanya, namun akhirnya sama cepatnya dengan arus sungai.

Inilah bagian yang perlu digarisbawahi dari visi itu: meskipun perahunya masih mengarah ke hulu, ia terhanyut mundur mengikuti arus. Ia sekarang memiliki penampilan lahiriah kristiani—mengetahui cara berbicara, lagu, dan tata cara kerajaan Allah—namun dalam kenyataannya ia mengikuti cara-­cara dunia ini (lihat 1 Yohanes 2:15-­17).

Pada akhirnya tokoh kita melihat perahu lain, sekelompok “orang percaya” lain yang seperti dirinya. Mereka semua menganggap diri mereka bagian dari gereja karena haluan perahu mereka juga menghadap ke hulu. Mereka mengetahui cara berbicara, lagu, dan tata cara gerejawi. Akan tetapi, mereka bersantai karena mereka puas dengan kehidupan “Kristen” yang tanpa buah dan berada di bawah pengaruh si jahat yang mengendalikan arus sungai.

Mereka yang berada dalam “perahu Kristen” ini tidak lagi dianiaya atau dicemooh oleh dunia yang tidak percaya. Sebaliknya, mereka diterima dan kadang-­kadang disanjung oleh orang-­orang yang berpengaruh di dunia. Mereka tidak lagi berlari dengan gigih seperti yang dinasihatkan rasul Paulus kepada setiap orang Kristen: “(Aku) berlari-­lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:14). Nyatanya, orang percaya yang hanyut ini tidak kuat dalam atau sama sekali tidak melawan cara-­cara dunia ini.

Perhatikan apa yang ditulis rasul Yohanes:

(13)

keinginan untuk memaksakan caramu sendiri, keinginan untuk mendapatkan segala sesuatu bagi dirimu sendiri, keinginan untuk terlihat penting—sama sekali tidak berhubungan dengan Bapa. Hal itu justru memisahkan kamu dari Dia. Dunia dan segala keinginan, keinginan, keinginannya sedang menuju kebinasaan—tetapi siapa saja yang melakukan keinginan Allah ditetapkan untuk hidup dalam kekekalan. (1 Yohanes 2:16-­17, MSG)

Penglihatan yang baru saja saya uraikan itu menggambarkan tiga jenis orang: orang percaya, orang tidak percaya, dan orang tersesat.

‡ Orang tidak percaya hanya mengalir mengikuti arus, sama sekali tidak menyadari realitas keinginan, keinginan, keinginan. ‡ Orang percaya harus maju, maju, maju dalam perjuangan iman

untuk mencapai kemajuan kerajaan Allah.

‡ Orang tersesat menyembunyikan motivasi keinginan, keinginan, keinginannya melalui “penampilan kristiani” dan penyalahgunaan Kitab Suci.

Saya tahu penglihatan ini menampilkan gambaran yang mencemaskan tentang umat beriman pada saat ini, tetapi penglihatan ini memaksa kita masing-­masing untuk mengajukan pertanyaan yang sangat penting: “Aku seperti orang yang mana?” Bagaimanapun, Firman Allah memerintahkan kita untuk...

Ujilah dirimu sendiri untuk memastikan bahwa kamu teguh di dalam iman. Jangan menganggap segala sesuatu sudah berlangsung sebagaimana mestinya. Periksalah kondisimu secara teratur. Kamu memerlukan bukti langsung, bukan hanya dari kata orang, bahwa Yesus Kristus ada di dalam kamu. Ujilah hal itu. Jika kamu gagal ujian, lakukan sesuatu untuk mengatasinya. (2 Korintus 13:5, MSG)

Setelah melihat penglihatan ini dan menyadari penafsirannya, saya menjadi semakin yakin akan kata-­kata yang ditulis kepada orang-­orang Kristen Ibrani ini:

(14)

Sebagai anak Allah, kita harus berusaha sekuat daya untuk menyelesaikan pertandingan dengan baik bagi kemuliaan-­Nya. Anda dan saya semestinya jangan sampai berpaling dari anugerah Allah dengan menjadi letih, meletakkan dayung kita, dan hanyut mengikuti arus sistem dunia ini.

Kita dapat menemukan dalam Kitab Suci contoh tentang apa yang terjadi ketika orang berhasil atau gagal menyelesaikan pertandingan dengan baik. Perhatikanlah Salomo, anak Daud dan orang yang paling bijaksana, paling kaya, dan paling berkuasa pada zamannya. Ia mencapai puncak kejayaan yang belum pernah diraih generasi sebelumnya dan sulit ditandingi oleh generasi sesudahnya. Akan tetapi, ia gagal— meletakkan dayungnya—pada masa akhir pemerintahannya, hatinya menjauhi Allah, dan bersekutu dengan sistem dunia ini.

Karena Salomo memiliki banyak istri dari bangsa asing, kemungkinan EHVDULDPHQJDODPLNRQÁLNVHQJLWGDODPUXPDKWDQJJDQ\DVHKLQJJD sulit untuk memusatkan perhatian pada persekutuan dan ketaatannya pada Yehovah. Untuk memelihara kedamaian, ia bukannya tetap setiap pada Yehovah, namun malah membangun mezbah bagi dan bahkan menyembah dewa-­dewa asing istri kesayangannya.

Salomo menanggung penderitaan berat akibat kebodohannya, namun anak-­anak dan cucu-­cucunya menanggung akibat yang bahkan lebih parah lagi. Kerajaan yang dipercayakan kepadanya—yang semula kuat karena kesetiaan Daud dan bertumbuh semakin kuat pada awal pemerintahannya yang cemerlang—merosot, terpecah belah, dan akhirnya meredup karena kegagalannya untuk menyelesaikan pertandingan dengan baik. Sejarah Israel pasti akan jauh berbeda seandainya Salomo tetap tak kenal menyerah.

(15)

Bukan hanya Yohanes dan Salomo yang menghadapi perlawanan— arus sungai yang deras—melainkan Anda dan saya juga. Kita berada dalam pertempuran sengit melawan nilai-­nilai dunia yang hampa dan dangkal. Pengaruhnya sangat kuat. Menyesatkan. Memikat. Terlalu mudah bagi kita untuk menjadi letih, beranggapan bahwa tidak apa-­ apa jika kita mengendurkan kegigihan, menyerah, dan hanyut mengalir bersama arus yang kuat. Namun, satu-­satunya cara bagi Anda dan saya untuk menyelesaikan pertandingan dengan kuat adalah dengan bersikap tak kenal menyerah dalam iman kita. Dengan demikian kita akan menjadi sosok yang diperhitungkan, suatu ancaman yang sungguh-­sungguh bagi kerajaan kegelapan.

ROH  YANG  TAK  KENAL  MENYERAH

Apa maksudnya bersikap tak kenal menyerah itu? Istilah ini menggambarkan suatu sikap atau pendirian yang teguh, gigih, pantang mundur. Dengan kata lain, tak kenal menyerah. Sebaliknya, menyerah berarti menjadi lebih longgar, mengendur, atau mengakui kalah. Beberapa sinonim yang dapat memperjelas arti tak kenal menyerah: “tak mau berubah, ulet, ngotot, pantang mundur, tidak mau berkompromi, tidak dapat dihentikan, kebulatan hati.” Padanan lainnya “kukuh, persisten, tetap hati, giat, keras hati, liat, bertahan, berpegang teguh.”

Sikap tak kenal menyerah ini dapat diterapkan pada kekuatan yang jahat dan keras hati, tetapi dalam buku ini kita akan menerapkannya dalam pengertian yang positif dan saleh. Karena itu, kita akan menerapkan istilah ini pada orang yang gagah berani dan bertekad bulat untuk menyelesaikan tugas di tangannya. Entah dalam jangka pendek entah dalam jangka panjang, hati yang pantang menyerah gigih bertahan untuk menyelesaikannya sesuai dengan hasil yang diinginkan. Tidak ada yang dapat menghentikannya dalam mencapai tujuan akhir.

(16)

dengan hangat oleh Sang Majikan, “Baik sekali perbuatanmu itu.”

Istilah tak kenal menyerah ini tidak selalu tepat untuk menggambarkan orang yang saya kenal dengan baik—saya! Nyatanya, alih-­alih memiliki roh yang tak kenal menyerah, saya memiliki semangat yang “mudah menyerah.” Terus terang saja, saya gampang patah semangat.

Saya menjadi anak Allah pada 1979 ketika kuliah di Universitas Purdue. Pada akhir semester, saya kembali ke rumah dengan sangat antusias sehingga saya segera menceritakan pertobatan saya pada orangtua saya yang masih Katholik. Tanggapan ibu saya? “John, paling-­paling ini hanya salah satu kesukaan barumu. Kau akan segera kehilangan semangat seperti kau kehilangan semangat dalam hal-­hal yang lain.”

Bagian yang paling menyengat dari komentarnya bukanlah kata-­ katanya yang negatif atau sikapnya yang seakan mencela. Bukan,

justru sebaliknya, karena apa yang dikatakannya itu amat benar: saya punya riwayat panjang patah semangat terhadap nyaris apa saja.

Saya teringat ketika harus melawan ketakutan, sebagai pria lajang, bahwa saya tidak akan pernah mampu memiliki pernikahan yang bertahan. Saya biasanya berhenti bertemu dengan gadis yang saya dekati setelah kencan kedua atau ketiga. Mereka menarik dan berbakat dan memiliki kepribadian yang luar biasa, namun saya bosan dengan mereka. Laki-­laki lain nantinya berpacaran dengan gadis itu dan berhasil membina hubungan yang langgeng. Namun, saya berulang dalam pola yang sama dari satu gadis ke gadis yang lain.

Bukan hanya dalam berpacaran saya gampang menyerah. Saya mulai ikut kursus piano, namun memohon-­mohon untuk berhenti setelah enam bulan. Orangtua saya tidak mengizinkannya. Akhirnya saya menjadi begitu apatis sampai guru piano saya memohon pada ibu dan ayah saya untuk mengizinkan saya berhenti berlatih piano. Sepanjang bertahun-­tahun ia memberi les piano, sayalah satu-­satunya murid yang pernah didorongnya untuk berhenti!

Orang  percaya  yang tak  kenal  menyerah...

(17)

Berikutnya, saya meminta izin pada orangtua untuk mengikuti les gitar. Kami membeli gitar yang mahal dan saya mulai memetiknya dengan penuh gairah, namun semangat ini hanya bertahan beberapa bulan.

Dalam olah raga, hasilnya sama saya. Saya bermain bisbol dan berhenti setelah dua tahun. Kemudian beralih ke basket, yang hanya bertahan satu musim. Berikutnya golf;; kembali, satu musim saja. Atletik: sama saja.

Daftarnya terus berlanjut. Saya mulai membaca buku, namun tidak pernah menyelesaikannya. Di SMA saya hanya membaca satu buku sampai habis—The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway. Itu bacaan wajib, dan karena bukunya tipis dan saya senang memancing, saya membacanya sampai selesai.

Saya bergabung dengan sejumlah klub sebentar saja dan kemudian berhenti. Saya tertarik pada minat khusus tertentu dan membeli peralatan yang mahal, lalu membiarkannya teronggok di sepen atau berkarat karena jarang digunakan, padahal awalnya saya sangat antusias menggunakannya.

Singkatnya, penilaian ibu saya sangat jitu. Akankah saya mengulangi pola yang telah terbentuk itu? Akankah saya berhenti dan meninggalkan Kekristenan, iman kepada Allah yang baru saja saya temukan, kerinduan saya yang baru ini? Akankah Alkitab dan buku-­ buku penunjang itu pada akhirnya berakhir di sepen bersama dengan barang-­barang lain yang segera tersingkir begitu saya kehilangan minat terhadapnya?

Kabar baiknya, pria yang dulunya gampang menyerah ini sekarang masih terus bergairah pada Yesus Kristus setelah lebih dari tiga puluh tahun. Saya tetap berkomitmen saat ini—ya, bahkan semakin berkomitmen—seperti ketika saya pertama kali pulang dan memberi tahu orangtua saya tentang iman baru saya. Allah yang Mahakuasa, Bapa saya, mengubah saya dari orang yang gampang letih dan menyerah kalah. Melalui Roh Kudus-­Nya, Dia membangun di dalam diri saya kebajikan roh yang tak kenal menyerah.

Allah menjadikan saya orang percaya yang tak kenal menyerah.

(18)

kemampuan yang telah Allah berikan kepada Anda secara cuma-­ cuma agar Anda dapat menjalani kehidupan dengan baik dan menyelesaikannya dengan kuat.

ALLAH  SUDAH  MENULIS  BUKU  TENTANG  ANDA

Apakah Anda menyadari siapa diri Anda dan betapa Allah memerlukan Anda—untuk memenuhi panggilan hidup Anda dalam memajukan kerajaan-­Nya di muka bumi ini? Apakah Anda terkejut bahwa Bapa surgawi mengandalkan Anda?

Allah secara khusus telah merancang suatu perjalanan hidup bagi Anda! Seluruh kehidupan Anda sudah dipetakan sebelum kelahiran Anda. Pemazmur berkata:

mata-­Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-­Mu semuanya tertulis hari-­hari yang akan dibentuk,

sebelum ada satu pun dari padanya. (Mazmur 139:16)

Allah sudah menulis sebuah buku tentang diri Anda bahkan sebelum orangtua Anda memikirkan Anda—sebelum satu hari pun berlangsung. Bukan hanya para selebritas dan penguasa yang memiliki buku yang memuat riwayat hidup mereka. Tidak, riwayat hidup Anda juga tercatat, namun realitasnya yang menakjubkan adalah: buku itu dipetakan dan dituliskan oleh Allah sebelum Anda lahir.

Anda mungkin protes, “John, kau tidak tahu apa yang kaubicarakan! Kehidupanku diwarnai guncangan, luka, dan bahkan kerusakan akibat pilihan-­pilihan buruk yang kuambil. Apakah Allah merancangkan semuanya itu?”

Tidak, sama sekali tidak! Allah memetakan kehidupan kita, dan kita diberi keleluasaan untuk menentukan pilihan yang benar untuk menempuh perjalanan menggairahkan yang telah dipersiapkan Allah bagi Anda. Pilihan yang buruk dapat menyimpangkan arah kita, tetapi pertobatan yang sungguh-­sungguh dapat mengarahkan kapal kita kembali ke tujuan yang benar.

(19)

menghantamku dengan keras. Apakah Allah juga merancangkan semua kekecewaan dan kesukaran itu?”

Sekali lagi, tidak! Kita hidup di dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Yesus menegaskan bahwa kita akan mengalami kesengsaraan dan perlawanan. Kabar baiknya, karena Allah mengetahui kejahatan apa saja yang akan berusaha menjatuhkan Anda sebelum Anda lahir, dalam hikmat-­Nya Dia menyediakan jalan keluar dan bahkan NHPHQDQJDQ DWDV PDVDODK WHUVHEXW ,WXODK VHEDEQ\D GDODP ÀUPDQ Nya, Dia menyebut orang percaya yang tak kenal menyerah sebagai “orang-­orang yang menang.”

Ibrani 12:1 menasihati kita, “Marilah kita... berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Allah telah menyiapkan perlombaan bagi Anda, saya, dan setiap anak-­Nya. Agar Anda dapat menyelesaikan perlombaan ini dengan baik, Anda harus berlari dengan tekun, atau tak kenal menyerah. Perlombaan ini tidak dapat diselesaikan dengan cara lain. Sungguh menarik diperhatikan, ketekunan adalah satu-­satunya kebajikan yang disoroti dalam ayat ini. Penulis tidak berkata, “Marilah kita berlomba dengan bahagia” atau “Marilah kita berlomba dengan suatu tujuan” atau “Marilah kita berlomba dengan sungguh-­sungguh.” Jangan salah paham—kebahagiaan, tujuan, dan kesungguhan, dan juga kebajikan lainnya, semuanya penting dalam kehidupan Kristen. Tetapi kebajikan utamanya adalah sikap tak kenal menyerah.

Diperlukan sikap yang tak kenal menyerah untuk menyelesaikan perlombaan dengan baik. Diperlukan kegigihan dan ketabahan. Saya menyukai terjemahan Ibrani 12:1 versi Alkitab The Message, “Buanglah segala beban, mulailah berlari—dan jangan pernah berhenti!” Menyelesaikan perlombaan kita ini penting bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi orang-­orang yang kita pengaruhi. Sangat pentinglah bagi kita untuk tidak berpaling atau menyimpang dari jalan yang telah dipersiapkan Allah bagi kita. Jika Anda anak Allah, Anda memiliki apa yang diperlukan untuk menyelesaikan perlombaan! Allah telah menempatkan kuasa-­Nya yang memampukan, Roh Kudus-­Nya, di dalam diri Anda. Jika Anda tetap setia, Anda akan dapat berseru bersama dengan rasul Paulus, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Timotius 4:7).

(20)

Situasi Anda tampak seakan tanpa harapan dan tanpa solusi—arus yang mengintimidasi dan meletihkan berusaha memaksa Anda untuk berhenti dan hanyut ke hilir. Kabar baiknya, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah” (Markus 10:27). Tidak peduli betapa pun sulitnya keadaan Anda, tidak ada masalah yang mustahil diselesaikan oleh Allah. Tetapi Yesus mencantumkan syarat yang penting bagi janji ini. “Jika kamu dapat percaya,” kata-­Nya, “segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya” (Markus 9:23, KJV). Diperlukan orang percaya yang tak kenal menyerah untuk melihat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah pesan yang hendak disampaikan dalam buku ini: menghadapi perkara yang melampaui kekuatan Anda sebagai manusia dan, oleh kekuatan dan anugerah Allah, melihat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Dengarkanlah saya! Allah rindu untuk menyebut Anda “besar di hadapan Tuham” (Lukas 1:15). Dia berada di pihak Anda, dan tidak ada seorang pun yang menginginkan kesuksesan Anda di dalam hidup ini lebih dari Allah sendiri. Dia mempersiapkan bagi Anda kehidupan yang menakjubkan dan melihat sejak

semula suatu akhir yang luar biasa di mana Anda meninggalkan warisan LPDQ VLJQLÀNDQVL GDQ NHDJXQJDQ untuk memberkati orang lain. Namun semuanya itu bergantung pada kesediaan Anda untuk menjadi orang percaya yang tak kenal menyerah.

Anda mungkin berpikir, Tapi, John,

aku sama sekali bukan orang yang gigih. Aku belum pernah bertahan melalui masa-­masa yang sukar.

Jika hal itu menggambarkan keadaan Anda, masih ada lagi kabar bai yang lain. Riwayat Anda tidak penting. Karena anugerah Yesus Kristus, Anda tidak terperangkap harus mengulang-­ulang masa lalu. Tidak mustahil bagi Anda untuk menjadi orang percaya yang tak kenal menyerah dan menyelesaikan pertandingan dengan baik. Anda kandidat yang akan mengalami sukacita besar karena menyaksikan hasil akhir yang didambakan. Entah itu untuk suatu penggalan pendek dalam hidup Anda atau untuk seluruh hidup Anda, Anda ditetapkan untuk menjadi besar di hadapan Allah. Ini janji-­Nya!

Kita masing-­masing tidak mungkin menghindari perlawanan jika

tidak  ada  seorang  pun     yang  menginginkan  

(21)

kita mengikuti jalan Yesus. Pertaruhannya tinggi dan upah kekalnya tak tepermanai. Anda memiliki musuh licik yang, terus terang saja, ingin menghancurkan pengaruh Anda dan mengandaskan misi yang ditetapkan Allah bagi Anda. Dalam kaitannya dengan Iblis, Anda adalah suatu ancaman dan perlu dihentikan—sungguh, ia akan sangat bahagia ketika Anda “mati.” Tetapi karena apa yang telah terjadi di kayu salib, Iblis adalah musuh yang telah dikalahkan! Setiap pertempuran melawannya yang kita hadapi sudah dimenangkan! Tetapi kita masih harus melawan dia, antek-­anteknya, dan pengaruh mereka—dengan tak kenal menyerah. Bersama-­sama kita akan belajar bagaimana caranya.

Anda diciptakan untuk mendatangkan perubahan di dunia ini. Anda seorang anak Raja, ditetapkan untuk memerintah bagi kepentingan-­ nya. Kunci-­kunci kerajaan Allah ada di dalam kantong Anda! Saat Anda berjalan dalam keintiman dengan Dia dan berkomitmen untuk tak kenal menyerah dalam iman Anda, Dia akan memberikan kepada Anda seluruh kekuatan dan bimbingan yang Anda perlukan untuk mengatasi arus kuat yang mengalir melawan Anda.

Sebelum kita melanjutkan pembahasan, marilah kita menyerahkan perjalanan bersama ini kepada Tuhan:

Tuhan yang baik, saat aku membaca buku ini kiranya Roh Kudus-­ Mu mengajari dan mencerahkan aku. Aku menginginkan lebih dari sekadar informasi atau inspirasi;; aku ingin mengenal kekayaan dan kedahsyatan panggilan yang telah Kautetapkan dalam hidupku. Aku ingin mengetahui kuasa yang telah Kautanamkan di dalam diriku untuk menyelesaikan panggilan hidupku.

(22)

memerintah  dalam  hidup

6HEDEÀUPDQ$OODKKLGXSGDQNXDW IBRANI 4:12

ika kita membaca Firman Allah sebagaimana adanya, keadaan kebanyakan kita tak ayal akan sangat jauh berbeda dari saat ini.

Kadang-­kadang tantangan terbesar kita tidak lain adalah memercayai Firman-­Nya lebih dari keadaan kita saat ini. Jika keadaan Anda saat ini tidak menyenangkan, Anda tahu hal itu dapat diubah— NHDGDDQ $QGD WLGDN ÀQDO 6DWXVDWXQ\D KDO \DQJ VHSHQXKQ\D WLGDN pernah berubah adalah Firman Allah. Yesus Kristus menyatakan, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-­Ku tidak akan berlalu” (Lukas 12:33). Lihatlah ke atas dan amatilah matahari yang memberikan sinar dan kehangatan kepada planet kita sepanjang manusia hidup di dunia. Sampai matahari lenyap pun Firman Allah akan terbukti senantiasa benar. Firman Allah bertahan sampai selama-­lamanya!

Bapa kita yang perkasa menyatakan, “Aku siap sedia untuk PHODNVDQDNDQÀUPDQ.Xµ<HUHPLD3HUKDWLNDQEDKZD'LDVLDS sedia. Kapan Dia akan melaksanakan-­Nya? Jawabannya yang sederhana adalah, ketika seseorang percaya kepada-­Nya. Yesus menegaskan, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9:23). Jadi, marilah kita percaya dengan tak kenal menyerah!

KITA  HARUS  MEMERINTAH  DI  DALAM  HIDUP  INI

Dalam empat bab berikutnya, kita akan menggali dan mengembangkan suatu kebenaran yang amat penting—kebenaran yang vital bagi

(23)

perjuangan kita untuk menyelesaikan pertandingan dengan baik sebagai orang percaya yang tak kenal menyerah. Saya perlu mengingatkan Anda bahwa hal ini mungkin tampak sedikit menyimpang dari pokok bahasan, namun tetaplah bersama saya. Saya memastikan bahwa semuanya akan berperan dalam mendukung kita menyelesaikan perjalanan kita.

Dengan mengingat hal tersebut, marilah kita memeriksa salah satu ayat paling kuat dalam Perjanjian Baru:

Mereka, yang telah menerima kelimpahan anugerah dan karunia kebenaran, akan hidup dan berkuasa karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (Roma 5:17)

Perhatikanlah baik-­baik frasa hidup dan berkuasa. New International Version menerjemahkannya “memerintah di dalam hidup ini”;; Weymouth menguraikannya sebagai “memerintah sebagai raja di dalam hidup ini.” Anda dan saya, sebagai anak Allah, ditetapkan untuk memerintah sebagai raja dan ratu! Perkataan ini bukan sekadar perkataan manusia, karena kita tahu bahwa “Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah” (2 Timotius 3:16). Karena itu, Allah secara KDUÀDK PHQ\DWDNDQ EDKZD NLWD DNDQ PHPHULQWDK GL GDODP KLGXS melalui kuasa Anak-­Nya. Perhatikan, Dia tidak berkata, “Engkau akan memerintah di surga kelak” atau “Engkau akan memerintah pada kehidupan yang akan datang.” Tidak, Dia dengan jelas menyatakan bahwa kita ditetapkan untuk memerintah di dalam hidup ini sebagai raja atau ratu melalui Kristus.

6DODKVDWXGHÀQLVLXWDPDGDODPNDPXVVD\DXQWXNUDMDDWDXUDWX adalah “orang yang unggul atau cemerlang dalam lingkup tertentu.” .DWDPHPHULQWDKGLGHÀQLVLNDQVHEDJDL´SHQJDUXK\DQJGRPLQDQDWDX meluas.” Memerintah sebagai raja atau ratu berarti memiliki dominasi dan pengaruh yang unggul atas suatu lingkup tertentu. Dalam lingkup apakah kita harus berjaya atau menonjol? Lingkup kehidupan.

(24)

PERNYATAAN  BAKU

Pikirkanlah pernyataan baku yang kerap kita dengar selama bertahun-­ tahun. Ketika situasi berkembang menjadi sulit, tidak menguntungkan, merusak, dan bahkan mengancam nyawa, orang yang berniat baik sering menghibur kita dengan pernyataan bahwa “Allah memegang kendali.” Pernyataan ini menyiratkan bahwa tidak ada gunanya melawan rintangan yang ada karena Allah, oleh karakter-­Nya yang penuh kasih dan baik, entah bagaimana akan mengubah semua permasalahan menjadi kebaikan bagi kita karena Dialah yang mengendalikan segala sesuatu.

Sesungguhnya, Allah menyerahkan kendali itu kepada kita. Nah, sebelum Anda melemparkan buku ini, tolong simaklah penjelasan saya dengan baik.

Di Mazmur kita membaca, “Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-­Nya kepada anak-­anak manusia” (Mazmur 115:16). The Message menyatakannya sebagai, “Langitnya langit itu disediakan bagi Allah, tetapi Dia menempatkan kita untuk

memegang kendali atas bumi.”

Siapa yang memegang kendali atas bumi? Kita!

Allah yang Mahakuasa adalah Pencipta yang berdaulat, dan Dia memilih secara berdaulat untuk memberikan kepada manusia kepemimpinan atas bumi dan perkara-­perkara yang berlangsung di dalamnya. Jika Allah mempertahankan kontrol-­Nya atas bumi seperti dipercayai banyak orang, maka ketika Adam mulai memetik buah terlarang itu dan hendak memakannya, Allah akan turun tangan dan menampar jatuh buah itu. “Ada apa denganmu, Adam?” seru Allah. “Tidakkah kau menyadari konsekuensi dari apa yang akan kaulakukan itu? Tidakkah kau menyadari semua penderitaan, kesengsaraan, penyakit, kelaparan, kemiskinan, pembunuhan, dan banyak perkara lagi yang akan menimpamu dan keturunanmu? Belum lagi gempa bumi, badai, puting beliung, wabah, kekeringan, dan ancaman binatang liar? Tidakkah kamu mengerti bahwa seluruh alam akan merosot dan rusak? Dan, yang paling penting, Aku harus mengutus Anak-­Ku yang tunggal untuk menanggung kematian yang mengerikan untuk dapat menembus kembali umat manusia bagi diri-­Ku?”

(25)

kembali jika mereka tidak menyukai penggunaan otoritas tersebut. Ketika Allah memberikan sesuatu, itu karunia yang tetap. Firman-­Nya menegaskan hal itu: “Sebab karunia Allah dan panggilan-­Nya tidak akan dapat ditarik kembali” (Roma 11:29, FAYH).

Mungkin ada orang yang menangkis, “Tetapi Alkitab menyatakan bahwa ‘Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya’” (Mazmur 24:1). Sebagai jawaban, saya akan menceritakan sesuatu yang terjadi dalam keluarga saya beberapa tahun belakangan ini.

Beberapa tahun lalu, ibu Lisa, Shirley, yang sudah berusia tujuh puluhan tahun, hidup sendiri di sebuah apartemen di Florida tanpa ada saudara tinggal di dekatnya. Lisa dan saya sangat ingin ia dekat dengan keluarga kami, dan suatu hari Lisa melihat beberapa rumah di perumahan bagus dijual. Jaraknya tidak lebih dari lima menit dari rumah kami. Sempurna! Kami pun mendekati Shirley, menawarinya untuk membelikan salah satu rumah untuk ditinggalinya, dan mengundangnya untuk bergabung dengan tim kami di Messenger International. Dengan sukacita, Mom menerimanya. Rumah itu pun dibeli, dan agar Mom merasa mandiri, kami memutuskan untuk mengenakan sewa bulanan padanya. Sudah dua tahun ia pindah, dan ia tumbuh berkembang dalam setiap area kehidupan.

Selama ini sebagai pemilih rumah, tidak sekali pun saya memerintahnya tentang bagaimana menghias rumahnya atau menata perabotnya. Saya tidak memerintahnya tentang bagaimana menjalankan rumah tangganya;; apa yang harus ia masak untuk makan pagi, makan siang, atau makan malam;; atau perkakas apa yang perlu dibeli. Ibu Lisa memegang kendali atas pengelolaannya hari demi hari. 6D\DPHPLOLNLUXPDKLWX³VD\DPHPHJDQJVHUWLÀNDWQ\D³WHWDSLVD\D menyewakannya kepadanya dan ia harus menjalankan urusan rumah itu seperti yang diinginkannya. Ia dapat meminta pertolongan saya kapan saja, tetapi saya tidak akan ikut campur jika ia tidak memintanya.

Begitu juga, bumi ini kepunyaan Tuhan. Dia pemiliknya, tetapi Dia WHODKPHQ\HZDNDQQ\DNHSDGDPDQXVLD'HQJDUNDQÀUPDQQ\DNHWLND Dia menciptakan kita memberikan kepada kita “rumah” bumi ini:

(26)

Demikianlah Allah menciptakan manusia, dan dijadikannya mereka seperti diri-­Nya sendiri. Diciptakan-­Nya mereka laki-­ laki dan perempuan. Kemudian diberkati-­Nya mereka dengan ucapan “Beranakcuculah yang banyak, supaya keturunanmu mendiami seluruh muka bumi serta menguasainya. Kamu Kutugaskan mengurus ikan-­ikan, burung-­burung, dan semua binatang lain yang liar.” (Kejadian 1:27-­28, BIS)

Allah menugaskan kita untuk memegang kendali atas rumah besar-­ Nya. Anda dan saya, bukan Allah, memegang kendali atas bagaimana kehidupan berlangsung di planet ini.

TUAN  TANAH  YANG  BARU

Masalah besar muncul di Taman Eden ketika Iblis memasuki tubuh ular dan meyakinkan Adam dan Hawa untuk tidak menaati Firman Allah dan menganut dusta-­Nya. Begitu manusia melakukan hal ini, kita menyerahkan diri kita kepada tuan tanah baru yang bernama Iblis. Kita bukan hanya menyerahkan diri kita, tetapi kita juga menyerahkan segala sesuatu yang berada dalam kekuasaan kita. Seluruh keturunan manusia, termasuk seluruh alam juga, sekarang berada dalam kekuasaan si jahat.

Pergeseran kuantum kepada tuan tanah yang baru ini menjelaskan perjumpaan yang nantinya terjadi antara Iblis dan Yesus. Iblis membawa Yesus ke gunung yang tinggi dan menunjukkan kepada-­ Nya semua kerajaan dunia ini. Iblis menawarkan, “Segala kuasa itu serta kemuliaannya (seluruh kemegahan, kecemerlangan, keunggulan, kehormatan, dan keindahannya) akan kuberikan kepada-­Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki” (Lukas 4:6, AMP).

(27)

RENCANA  PENGAMBILALIHAN  KEMBALI

Allah rindu untuk mengembalikan ke tangan manusia hak yang telah dilepaskan Adam itu. Akan tetapi, Dia tidak dapat datang sebagai Allah dan merebutnya kembali begitu saja, karena Allah tidak dapat menarik kembali otoritas yang diberikan-­Nya dan yang telah secara sah dilepaskan oleh Adam. Karena manusia yang menghilangkannya, maka Manusia pula yang harus memulihkannya. Itulah sebabnya Yesus harus datang sebagai “Anak Manusia.” Dia lahir dari seorang perempuan, menjadikan-­Nya 100 persen manusia. Dia dikandung oleh Roh Kudus, menjadikan-­Nya 100 persen Allah (dan karena itu bebas dari kutuk dosa). Akan tetapi, Kitab Suci dengan jelas menyatakan, “Ketika tiba waktunya, Dia [Yesus] menanggalkan keistimewaan-­Nya sebagai Allah dan mengenakan status seorang budak, menjadi manusia!” (Filipi 2:7, MSG). Meskipun Dia adalah Allah, Dia menanggalkan keilahian-­ Nya dan hidup di bumi sebagai manusia.

Yesus hidup dengan sepenuhnya taat kepada Bapa. Karena ketidakberdosaan-­Nya dan kerelaan-­Nya untuk mati di kayu salib, Dia mampu menebus kembali dengan darah-­Nya apa yang telah dihilangkan oleh Adam. Kitab Suci mengatakan “Ia telah melucuti pemerintah-­pemerintah dan penguasa-­penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-­Nya atas mereka” (Kolose 2:15). Sekarang hanya Dia yang memiliki otoritas yang telah dilepaskan Adam. Itulah sebabnya Dia menyatakan dengan jelas, “Kepada-­Ku telah diberikan segala kuasa [segala wewenang untuk memerintah] di surga dan di bumi” (Matius 28:18).

Suatu hari Dia akan kembali dan memulihkan seluruh alam seperti keadaannya sebelum kejatuhan Adam ke dalam dosa di Taman Eden. Seperti ditulis rasul Paulus,

Karena seluruh makhluk (alam) telah ditaklukkan kepada kesia-­ siaan (dibiarkan telantar, terkutuk mengalami kehancuran), bukan oleh kesalahannya sendiri, tetapi... akan dimerdekakan dari perbudakan kerusakan dan kebinasaan [dan mendapatkan kesempatan untuk masuk] ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-­anak Allah” (Roma 8:20-­21, AMP).

(28)

beliung masih merusak. Akan tetapi, ada Satu Pribadi yang memiliki otoritas atas itu semua dan dapat membalikkan keadaan, dan Pribadi itu adalah Kristus.

SIAPAKAH  KRISTUS?

Jadi sekarang pertanyaan yang muncul adalah, Siapakah Kristus? Di sinilah pikiran yang belum diperbarui kembali mencuri hak milik anak-­anak Allah. Ketika banyak orang berpikir tentang Kristus, mereka hanya berpikir tentang Yesus Kristus, nyaris seakan-­akan Kristus adalah nama belakang-­Nya. Orang-­orang yang tulus ini hanya memikirkam Raja Agung kita yang mati di kayu salib dan dibangkitkan. Ya, nama Kristus memang mengacu pada Tuhan dan Juruselamat kita, namun mari kita periksa apa yang dikatakan Firman Allah.

Paulus mengatakan, “Saudara sekalian bersama-­sama merupakan tubuh Kristus dan masing-­masing merupakan bagian yang khusus dan penting” (1 Korintus 12:27, FAYH). Kita orang-­orang percaya, bersama-­ sama, adalah tubuh Kristus. Kita masing-­masing adalah “anggota tubuh” yang vital. Yesus adalah kepala, kita tubuh-­Nya;; sesederhana itu!

Secara pribadi, Anda memiliki sebuah kepala di atas pundak Anda, namun Anda juga memiliki dua tangan, dua kaki, dua lutut, dua lengan, dada, perut, hati, dua ginjal, dan seterusnya. Ketika Anda memikirkan diri Anda, apakah Anda menganggap kepala Anda terpisah dan berbeda dari tubuh Anda? Apakah Anda akan menyebut kepala Anda dengan suatu nama dan tubuh Anda dengan nama lain? Tentu saja tidak. Anda satu sosok—satu pribadi. Jika Anda melihat kepala saya, Anda menyebutnya John Bevere. Jika kepala saya untuk sementara tertutup, dan Anda hanya melihat tubuh saya, Anda masih akan menyebutnya sebagai John Bevere. Kepala dan tubuh saya itu satu.

(29)

mereka;; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita” (Yohanes 17:20-­21).

Anda menjadi satu dengan Yesus. Sungguh-­sungguh, satu!

Agar Anda dapat benar-­benar yakin bahwa saya tidak mengambil satu atau dua ayat di luar konteksnya, saya akan secara cepat membagikan beberapa ayat lain yang akan meneguhkan iman dan pemahaman Anda akan prinsip yang menggairahkan ini. Saya meminta Anda untuk membaca dengan saksama dan merenungkan ayat-­ayat ini seolah-­olah Anda belum pernah membacanya:

‡ Petrus menulis bahwa kita telah dilahirkan kembali oleh Firman Allah sehingga kita dapat “mengambil bagian GDODPNRGUDWLODKLµ3HWUXV3HWUXV'HÀQLVLNDWD kodrat adalah “kualitas atau karakter bawaan atau pokok seseorang.” Anda dan saya memiliki kualitas pokok yang sama dengan Yesus, persis seperti tangan saya memiliki susunan genetika yang sama dengan kepala saya karena saya adalah satu, bukan dua, orang manusia.

‡ Rasul Yohanes menulis, “Karena dari kepenuhan-­Nya kita semua telah menerima” (Yohanes 1:16). Apakah Anda memperhatikan kata kepenuhan? Ketika kita memadukan perkataan Yohanes dan perkataan Petrus, kita mendapatkan bahwa kita telah menerima kepenuhan kualitas pokok atau susunan genetika rohani Kristus.

‡ Lebih lanjut, dalam surat pertamanya, Yohanes menulis, “Sama seperti Dia [Yesus], kita juga ada di dalam dunia ini” (1 Yohanes 4:17). Ia tidak mengacu pada kehidupan yang akan datang dalam ayat ini. Tidak, ia menulisnya dalam kala waktu saat ini: Sama seperti Yesus hidup saat ini, demikian pula hidup kita saat ini. Persis sebagaimana adanya Yesus, demikian pula adanya kita—saat ini juga, hari ini!

(30)

OTORITAS  KRISTUS

Sekarang setelah kita tahu bahwa kita adalah bagian dari Kristus, marilah kita melihat apa arti pewahyuan ini sehubungan dengan taraf kekuasaan dan otoritas yang kita miliki di dalam Dia. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus berdoa dengan sungguh-­sungguh agar setiap pengikut Kristus memahami “betapa tak terukur dan tak terbatas dan dahsyat keagungan kuasa-­Nya” (Efesus 1:19, AMP).

Kata-­kata yang sangat jelas! Kata-­kata yang menyiratkan keagungan yang hebat! Apakah Anda sepakat bahwa Tuhan yang mulia itu memiliki kekuasaan yang tidak terukur dan tidak terbatas? Apakah Anda meneguhkan bahwa kuasa-­Nya melampaui setiap keagungan, setiap otoritas lain, dan setiap kuasa lain yang ada di alam semesta ini? Saya yakin Anda akan mendukung pendirian ini tanpa ragu-­ragu.

Akan tetapi, akankah Anda menerapkan pernyataan yang persis sama dengan itu pada diri Anda sendiri? Lebih penting lagi, akankah Anda sungguh-­sungguh memercayainya? Jika tidak, Anda secara tidak sengaja memisahkan diri Anda dari Kristus. Apakah Anda anggota dari tubuh yang berbeda? Apakah Anda bukan anggota dari Kristus, anggota dari tubuh-­Nya? Anda mungkin berpikir, John Bevere, sekarang kau sudah melangkah terlalu jauh! Namun benarkah? Untuk melihat bahwa saya tidak berlebihan, mari kita lanjutkan dengan membaca frasa berikutnya dalam ayat di atas, “betapa tak terukur dan tak terbatas dan dahsyat keagungan kuasa-­Nya di dalam dan bagi kita yang percaya” (Efesus 1:19, AMP).

Paulus selalu mengacu pada kita. Mengapa? Sebagai orang yang percaya kepada Kristus, Anda adalah bagian dari Kristus. Karena itu, kuasa dahsyat yang Kristus miliki, Anda pun memilikinya! “Sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.” Apakah Anda mempersilakan pernyataan ini meresap ke dalam hati Anda?

'HQJDQ PDVLK PHQJJXQDNDQ WHUMHPDKDQ $PSOLÀHG %LEOH PDUL kita teruskan membahas doa Paulus bagi kita dalam kitab Efesus:

yang dinyatakan-­Nya di dalam kekuatan-­Nya yang perkasa, yang dikerjakan-­Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-­Nya di surga. (Efesus 1:20)

(31)

didudukkan di tempat otoritas tertinggi? Jika Anda orang Kristen yang sejati, Anda pasti percaya. Tetapi apakah Anda memercayainya semuanya ini sehubungan dengan diri Anda sendiri? Kemungkinan besar kebanyakan orang percaya tidak memandang diri mereka seperti itu. Tetapi Paulus menulis,

Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis [dibenamkan] dalam Kristus, telah dibaptis [dibenamkan] dalam kematian-­Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-­sama dengan Dia oleh baptisan [pembenaman] dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. (Roma 6:3-­4)

Perhatikan bahwa ayat ini tidak mengacu pada tindakan baptis air, melainkan “pembenaman” kita ke dalam tubuh Kristus oleh Roh Allah ketika kita dilahirkan kembali (lihat 1 Korintus 12:13). Kita adalah tubuh Kristus;; karena itu, pada saat kita dibenamkan di dalam Dia, sejarah kita berubah. Kita mati bersama dengan Dia, kita dikuburkan bersama dengan Dia, kita dibangkitkan bersama dengan Dia, dan, sebagai ciptaan yang sepenuhnya baru, kita hidup sebagaimana Dia hidup! Sekali lagi, “Sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.” Kita ada di dalam Kristus! Kita adalah Kristus! Kita adalah tubuh-­Nya! Kita menjadi satu dengan Dia!

Menurut Efesus 1:20, karena kita bagian dari Kristus, kita sekarang ikut duduk memerintah. Nyatanya, itu tempat berotoritas tertinggi di seluruh alam semesta, hanya di bawah Allah Bapa. Yesus berkata, “Kepada-­Ku telah diberikan segala kuasa [segala wewenang untuk memerintah] di sorga dan di bumi” (Matius 28:18). Paulus melanjutkan,

Jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-­tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. (Efesus 1:21)

(32)

seperti itu. Kemungkinan besar Anda bahkan tidak memercayai realitas ini. Jika demikian, Anda kembali memisahkan diri Anda dari Kristus dalam pemikiran atau kepercayaan Anda. Apakah Anda anggota dari tubuh yang berbeda? Tidak, Anda bagian dari Kristus! Dengarkah baik-­ baik peneguhan Paulus akan hal ini:

Dan segala sesuatu telah diletakkan-­Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-­Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-­Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. (Efesus 1:22-­23)

Kita adalah tubuh-­Nya, kepenuhan Yesus Kristus, sepenuhnya satu dengan Dia. Paulus menyatakan bahwa segala sesuatu telah diletakkan di bawah kaki-­Nya. Jika Anda adalah bagian dari tubuh Kristus yang kebetulan adalah jempol kaki, Anda masih jauh di atas—bukan sekadar sedikit di atas—semua pemerintah, penguasa, dan kekuasaan di bumi dan di bawah bumi. Di dalam Kristus, otoritas Anda telah dipulihkan dan bahkan dijadikan lebih besar daripada yang telah dihilangkan oleh Adam.

Kemungkinan besar Allah sudah melihat bahwa kita akan kesulitan memahami betapa agungnya realitas ini, maka Dia mengilhami Paulus untuk menguraikannya sejelas mungkin dalam pasal kedua kitab Efesus. Dia tidak menginginkan kita ragu-­ragu. Ingatlah bahwa pasal dan ayat baru ditambahkan kemudian— ini satu surat panjang dengan pemikiran yang berkelanjutan:

Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-­sama dengan Dia di surga. (Efesus 2:6)

Kepala tidak terpisahkan dari tubuh. Kita semua bersama-­sama, duduk memegang pemerintahan, otoritas, dan kekuasaan di surga. Dengan kata lain, kita berada di tempat yang lebih tinggi dari kekuasaan apa pun yang ada di bumi ini—bahkan, jauh lebih tinggi!

Tidak ada satu roh jahat pun, malaikat yang jatuh, atau bahkan Iblis sendiri yang memiliki kekuasaan atau otoritas atas kita. Kita

karena  kita  bagian  dari   Kristus,  kita  sekarang  ikut  

(33)

memerintah di tempat tertinggi karena kedudukan dan otoritas kita di dalam Kristus!

Haleluya!

MEMERINTAH  DI  DALAM  HIDUP

Setelah menyoroti kebenaran tadi, mari kita melihat kembali pada ayat Alkitab yang kita kutip pada bagian awal bab ini.

Melalui Dia, Allah melimpahkan rahmat-­Nya kepada begitu banyak orang, dan dengan cuma-­cuma memungkinkan mereka berbaik kembali dengan Allah;; mereka akan berkuasa di dunia ini melalui Kristus. (Roma 5:17, BIS)

Pusatkan perhatian sejenak pada frasa “berkuasa di dunia ini melalui Kristus.” Sebagai anggota tubuh Kristus, kita harus berkuasa atas semua perlawanan terhadap kehidupan dan kesalehan. Karena kitalah orang-­orang yang harus memerintah di muka bumi ini, jika keadaan tidak beres dan tetap tidak beres, bukankah itu karena kita melepaskan atau tidak menjalankan otoritas kita?

Sekian tahun lalu pendeta saya mengumumkan kepada jemaat kami yang besar bahwa saya akan masuk ke dalam pelayanan khotbah. Beberapa hari kemudian, seorang hamba Tuhan yang sudah tua PHQGHNDWL LVWUL VD\D GDQ EHUNDWD ´/LVD VD\D PHPLOLNL ÀUPDQ GDUL Allah untuk suamimu.”

Kami masih sangat muda dan penuh gairah untuk bertumbuh dan belajar (dan sampai saat ini pun masih demikian). Lisa PHQMDZDE ´%HULWDKXNDQODK NHSDGD VD\D ÀUPDQ LWX GDQ VD\D DNDQ menyampaikannya pada John.”

Hamba Tuhan itu berkata, “Katakan kepada John bahwa jika ia tidak berjalan dalam otoritas yang ditetapkan Allah baginya, ada orang lain yang akan mengambilnya dan menggunakannya untuk melawannya.”

(34)

dikontrol oleh, kekuatan dan situasi yang berlawanan. Tuhan kita Yesus sudah membayar harga yang begitu mahal untuk membebaskan mereka, namun mereka masih berada dalam perhambaan. Cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit, pengaruh roh jahat, keadaan yang berlawanan—daftarnya tak berkesudahan. Kekuatan ini mengontrol dan mendominasi orang-­orang baik yang sebenarnya adalah raja-­raja dan ratu-­ratu di dalam hidup ini, namun yang tidak memahami siapa sebenarnya diri mereka di dalam Kristus.

Jika Anda termasuk orang yang dikuasai dan bukannya berkuasa, maka saya membawa kabar baik. Jika Anda bersedia menerima dalam hati Firman Allah yang telah dipaparkan dalam bab ini, kehidupan Anda akan mulai berubah. Anda sekarang mengetahui kekuasaan dan otoritas yang Anda miliki untuk menolong mereka yang bodoh atau tidak berdaya;; Anda sekarang dapat membawa kehidupan baik kerajaan Allah bagi mereka yang memerlukannya.

Rasul Yohanes dengan tegas menyatakan kepada kita semua yang menjadi anggota dari tubuh Kristus, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6).

Yesus telah menyatakan hal ini ketika Dia berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, begitu juga Aku mengutus kalian” (Yohanes 20:21). Seperti Yesus memerintah, maka Dia juga menginginkan kita memerintah. Ketika badai datang untuk menghancurkan Yesus dan pengikut-­Nya, Dia berbicara kepada angin dan laut, dan mereka menaati Dia. Ketika Dia memerlukan makanan bagi orang banyak di padang gurun, Dia melipatgandakan sedikit makanan yang mereka miliki dan memberi makan ribuan orang, dengan sisa melebihi yang semula mereka miliki. Ketika Dia tidak mendapatkan perahu dan perlu menyeberangi danau, Dia berjalan di atas air. Ketika persediaan anggur hampir habis dalam pernikahan, Dia mengubah air menjadi anggur. Dia menyebabkan sebatang pohon ara mengering dan mati dengan ucapan mulut-­Nya. Dia memulihkan telinga seorang prajurit yang putus karena tikaman pedang. Dia menahirkan mereka yang sakit, mencelikkan mata orang buta, membuat orang tuli mendengar, dan orang lumpuh berjalan. Tidak ada satu pun tantangan dari dunia ini yang sebanding dengan Dia yang memerintah dalam hidup ini.

(35)

begitu saja menghindari mereka. Orang yang kerasukan setan tidak menggentarkan Dia;; Dia malah membebaskannya. Daftar ini nyaris tak berkesudahan, karena seperti disimpulkan Yohanes pada akhir catatannya tentang kehidupan Yesus, “Masih banyak lagi keajaiban-­ keajaiban lain yang dibuat Yesus di depan pengikut-­pengikut-­Nya, tetapi tidak ditulis di dalam buku ini.... Andaikata semuanya itu ditulis satu per satu, saya rasa tak ada cukup tempat di seluruh bumi untuk memuat semua buku yang akan ditulis itu” (Yohanes 20:30;; 21:25).

Yesus Kristus memerintah di dalam hidup ini. Dia memerintah atas perlawanan dan pencobaan. Dia mendatangkan surga ke bumi. Dia menetapkan standar untuk kita ikuti. Dan Dia mengharapkan kita untuk melakukan perkara yang lebih besar lagi: “Dengan sesungguhnya Aku berkata, seseorang yang percaya kepada-­Ku akan melakukan mukjizat-­ mukjizat yang sama seperti yang telah Aku lakukan, malahan lebih besar lagi, sebab Aku akan pergi kepada Bapa” (Yohanes 14:12, FAYH).

(36)

sumber  kuasa

Melalui Dia, Allah melimpahkan rahmat-­Nya kepada begitu banyak orang, dan dengan cuma-­cuma memungkinkan mereka berbaik kembali dengan Allah;; mereka akan berkuasa di dunia ini melalui

Kristus. ROMA 5:17 (BIS)

ita telah belajar bahwa kita ditentukan untuk memerintah di dalam hidup ini sebagai raja dan ratu. Kehidupan di dunia ini seharusnya tidak menguasai kita;; kitalah yang harus menguasainya.

Pertanyaan logis berikutnya adalah, Apakah saya memiliki kekuasaan atau kemampuan untuk melakukannya?

Baiklah, coba kita perhatikan Chihuahua dan beruang grizzly.

Chihuahua adalah anjing kecil yang suka menyalak. Mereka gigih dan tak kenal menyerah. Pernah Anda bertemu dengan Chihuahua yang keras kepala? Ia akan mendengking dan menyalak tanpa henti untuk menyuruh Anda keluar dari wilayah kekuasaannya. Ia mungkin nekad menggigit pergelangan kaki Anda. Jika Anda mengusirnya secara sambil lalu, ia akan berjuang pantang mundur untuk menguasai Anda. Namun, kalau Anda sudah jengkel dengan perilaku anjing itu, Anda hanya perlu menendangnya dengan kuat dan menghardiknya dengan keras. Tak ayal si Chihuahua akan terkaing-­kaing menjauh, kalah karena ketakutan dan dipermalukan. Kenapa? Anjing kecil itu tidak memiliki kekuasaan atas orang yang sudah dewasa.

(37)

mudah mengalahkan dan menghabisi nyawa Anda.

Kita sudah tahu, ada kekuatan yang tidak menginginkan kita menyelesaikan pertandingan dengan baik. Saat kita melawan mereka, bagaimana kita tahu bahwa kita memiliki kekuatan untuk melawan mereka? Saat berhadapan dengan musuh supernatural ini, kita seperti Chihuahua atau beruang grizzly? Dari mana sumber kuasa untuk memerintah itu?

Jawabannya juga terdapat dalam Roma 5:17: Kita mampu memerintah karena “kelimpahan kasih karunia.” (Buku saya Extraordinary menjelaskan secara mendetail arti kasih karunia atau anugerah ini, maka di sini saya hanya akan membahas poin-­poin yang paling penting.)

KESALAHPAHAMAN  YANG  MENCEMASKAN

Menurut saya, terjadi kesalahpahaman yang besar—sungguh-­sungguh besar—tentang “anugerah yang berlimpah-­limpah” di kalangan orang injili di Amerika.

Pada 2009 pelayanan kami mengadakan survei di seluruh Amerika. Kami bertanya pada ribuan pengikut Kristus yang lahir baru, percaya Alkitab, dan setia ke gereja setiap Minggu pagi dari berbagai denominasi dan jemaat independen. Survei itu meminta mereka untuk ´PHPEHULNDQWLJDDWDXOHELKGHÀQLVLDWDXGHVNULSVLWHQWDQJDQXJHUDK $OODKµ 6HEDJLDQ EHVDU UHVSRQGHQ PHQGHÀQLVLNDQ DQXJHUDK $OODK sebagai (1) keselamatan;; (2) karunia yang diberikan bukan karena kebaikan kita;; dan (3) pengampunan dosa.

(38)

Sungguh tragis, banyak orang yang berniat baik berusaha mendapatkan kemurahan Allah dengan usahanya sendiri. Saya menyaksikan banyak situasi memilukan di mana orang-­orang mengandalkan perbuatan atau perilaku mereka sendiri untuk berhubungan baik dengan Allah. Tidak peduli betapa pun baiknya Anda menurut pandangan masyarakat, Efesus 2:8-­9 menegaskan bahwa Anda tidak mungkin menyelamatkan diri sendiri dari penghakiman yang akan menimpa manusia dengan usaha Anda sendiri. Keselamatan hanya diterima melalui iman, karena itu pemberian Allah kepada kita melalui kematian dan kebangkitan Anak-­ Nya.

Tragis pula mengamati mereka yang sudah menerima, dengan iman, karunia keselamatan kekal dari Allah, namun kemudian terus hidup seolah-­olah mereka dapat memperoleh anugerah-­Nya secara berkelanjutan dengan perbuatan baik mereka sendiri. Orang percaya ini merasa mereka harus berdoa lebih lama, berpuasa lebih sering, dan melakukan lebih banyak perbuatan amal atau pelayanan Kristen lainnya. “Aku menduga kamu tidak pernah berniat melakukannya, tetapi inilah yang terjadi. Ketika kamu berusaha hidup dengan rencana dan proyek agamawimu sendiri, kamu terlepas dari Kristus, kamu hidup di luar anugerah” (Galatia 5:4, MSG). Sungguh menyedihkan melihat banyak orang Kristen yang berniat baik terjebak ke dalam perangkap ini saat ini.

Survei itu juga menunjukkan bahwa, pada umumnya, orang Kristen A.S. tahu bahwa oleh anugerah Allahlah dosa mereka dihapuskan. Efesus 1:7 meneguhkan kebenaran yang luar biasa ini: “Sebab di dalam Dia kita beroleh penebusan oleh darah-­Nya, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan anugerah-­Nya.” Dosa kita dihapuskan selama-­ lamanya oleh karunia Allah yang cuma-­cuma. Puji Tuhan!

Jadi, kebanyakan orang percaya Amerika tampaknya tertanam dengan baik dalam kebenaran dasar bahwa anugerah Allah itu mencakup keselamatan, pengampunan dosa, dan bukan kita dapatkan karena kebaikan kita. Para pelayanan Injil tampaknya sudah berhasil dengan baik dalam menekankan area-­area penting ini, dan saya yakin Allah sangat senang akan hal itu.

Lalu, muncullah suatu tragedi yang terungkap dalam survei

Sungguh  tragis,  banyak   orang  yang  berniat  baik   berusaha  mendapatkan  

(39)

itu. Hanya 2 persen dari ribuan responden itu yang percaya bahwa “anugerah adalah pelimpahan kuasa dari Allah.” Padahal, seperti itulah sejatinya Allah menguraikan anugerah-­Nya:

Cukuplah anugerah-­Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-­Ku menjadi sempurna. (2 Korintus 12:9)

Jika Anda membaca Alkitab dalam edisi yang menggunakan huruf merah untuk semua perkataan Yesus dan huruf hitam untuk kalimat-­ kalimat lainnya, kata-­kata di atas tidak dicetak dengan huruf hitam. Kata-­kata itu dicetak dengan huruf merah. Jadi, meskipun kata-­kata itu ditulis oleh rasul Paulus, itu bukan kata-­katanya—itu ucapan langsung 7XKDQ VHQGLUL $OODK PHQGHÀQLVLNDQ DQXJHUDK VHEDJDL SHOLPSDKDQ kuasa-­Nya. Namun, menurut survei, hanya 2 persen orang Kristen A.S. yang mengetahui dan memahaminya. (Angka sesungguhnya adalah 1,9 persen. Itu berarti kurang dari dua dari setiap 100 orang percaya! $OODKNLWD\DQJ0DKDNXDVDGDQ3HUNDVDPHQGHÀQLVLNDQDQXJHUDK1\D sebagai pelimpahan kuasa-­Nya, namun kurang dari dua dari setiap 100 orang Kristen mengetahuinya. Sungguh mencemaskan!)

PELIMPAHAN  KUASA  MELALUI  ANUGERAH

Kata kelemahan, yang digunakan dalam 2 Korintus 12:9, berarti “ketidakmampuan.” Allah mengatakan, “Kuasa-­Ku (anugerah-­Ku) optimal dalam hidupmu ketika engkau menghadapi situasi yang tidak mampu kamu tangani dengan kekuatanmu sendiri.” Pengertian ini tampak dalam komentar Paulus terhadap orang-­orang percaya di Makedonia: “Saudara-­saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang anugerah yang diberikan kepada jemaat-­jemaat di Makedonia.... Aku bersaksi bahwa mereka telah memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.” Anugerah Allah memampukan orang-­orang Kristen di Makedonia untuk memberi melampaui kemampuan mereka. Itulah anugerah— pelimpahan kuasa dari Allah.

Sebelumnya, Paulus menulis di surat yang sama, “Hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan anugerah Allah” (2 Korintus 1:12). Kembali, anugerah mengacu pada pelimpahan kuasa dari Allah.

(40)

dan damai sejahtera melimpahi kamu.... Kuasa ilahi-­Nya [anugerah] telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh” (2 Petrus 1:2-­3). Sekali lagi, anugerah mengacu pada “kuasa ilahi-­Nya.” Petrus mengatakan bahwa segala sesuatu yang kita perlukan untuk hidup menurut kehendak Allah sudah tersedia melalui pelimpahan anugerah-­Nya, yang kita terima dengan iman.

Mari kita memeriksanya dalam bahasa Yunani. Kata yang paling sering digunakan untuk anugerah dalam Perjanjian Baru adalah charis, yang oleh James Strong, dalam Exhaustive Concordance of the Bible \DQJ VDQJDW EHUSHQJDUXK GLGHÀQLVLNDQ VHEDJDL ´NDUXQLD PDQIDDW kemurahan hati;; keramahan;; kedermawanan.” Jika Anda memadukan GHÀQLVL DZDO LQL GHQJD D\DWD\DW WHUSLOLK GDUL NLWDE 5RPD *DODWLD dan Efesus, Anda dapat menlihat dengan jelas aspek anugerah yang dipahami dengan baik oleh sebagian besar orang Kristen Amerika. 1DPXQ6WURQJWLGDNEHUKHQWLGLVLWX,DPHQGHÀQLVLNDQDQXJHUDKOHELK lanjut sebagai “pengaruh ilahi pada hati kita, dan pancarannya dalam kehidupan ini.”

'DULGHÀQLVLLQLNLWDPHOLKDWEDKZDDGDSDQFDUDQODKLULDKGDULDSD yang berlangsung di dalam hati, yang menggarisbawahi pelimpahan kuasa melalui anugerah. Alkitab mencatat bahwa ketika Barnabas tiba di jemaat Antiokhia “dan melihat anugerah Allah, bersukacitalah ia” (Kisah Para Rasul 11:23). Ia tidak mendengar tentang anugerah;; ia melihat buktinya. Ia melihat perlimpahan kuasa pada hati yang terpancar dalam cara hidup orang-­orang itu.

Itulah sebabnya Yakobus menulis, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu [anugerah] itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku [anugerah] dari perbuatan-­perbuatanku” (Yakobus 2:18). Saya menyisipkan kata anugerah untuk iman karena dengan imanlah kita masuk ke dalam anugerah Allah (lihat Roma 5:2). Yakobus mengatakan, “Tunjukkan padaku bukti pelimpahan kuasa ilahi, yang merupakan bukti sejati bahwa kamu sudah benar-­benar menerima anugerah melalui iman.” Encyclopedia of Bible Words terbitan Zondervan menguraikan charis sebagai berikut: “Anugerah ini adalah kekuatan dinamis yang bukan sekadar memengaruhi hubungan kita dengan Allah dengan menjadikan kita benar di hadapan-­Nya. Anugerah juga memengaruhi pengalaman kita. Anugerah selalu ditandai oleh karya Allah yang memampukan kita dari dalam hati untuk mengatasi ketidakberdayaan kita.”

(41)

kamus bahasa Yunani yang dapat saya temukan, dan setelah berbicara GHQJDQRUDQJRUDQJ\DQJIDVLKEHUEDKDVD<XQDQLGHÀQLVLULQJNDVVD\D secara pribadi untuk anugerah adalah sebagai berikut:

Anugerah adalah pelimpahan kuasa secara cuma-­cuma dari Allah yang memampukan kita untuk melakukan sesuatu melampaui

kemampuan kita.

MENGAPA  BEGITU  TRAGIS?

Mengapa begitu tragis bahwa hanya 2 persen orang Kristen di A.S. yang memahami pelimpahan kuasa Allah melalui anugerah? Saya akan PHPEHULNDQLOXVWUDVLGHQJDQVNHQDULRÀNWLI

Katakanlah kita melakukan suatu penelitian dan menemukan suku kecil yang tinggal di daerah bersemak-­semak di dekat garis khatulistiwa di Afrika. Kita menemukan bahwa suku ini harus berjalan dua mil setiap hari untuk mendapatkan air segar dari mata air terdekat. Kemudian mereka harus membawa air itu ke perkemahan untuk menyediakan air segar bagi suku mereka.

Ketika penduduk memerlukan makanan, binatang tidak muncul begitu saja di perkemahan dan berkata, “Aku siap menjadi makan malam kalian;; tombaklah aku.” Tidak. Para pria suku itu harus pergi untuk berburu binatang. Kadang-­kadang setelah membunuh banteng liar atau rusa, mereka harus mengangkut binatang yang berat itu sejauh delapan mil ke perkemahan kecil mereka.

Setiap kali mereka memerlukan hal-­hal yang tidak tersedia di desa itu, mereka harus berjalan lebih dari tiga puluh lima mil ke desa terdekat untuk membeli atau menukarkan barang, dan kemudian membawanya kembali ke perkemahan.

Setelah mengetahui keadaan tersebut, kita memutuskan untuk memberi mereka hadiah. Ya, kita akan bermurah hati pada mereka dengan memberikan secara ramah dan dermawan sesuatu yang EHUPDQIDDWEDJLPHUHNDVHSHUWLGHÀQLVLDQXJHUDKROHK6WURQJ.LWD memutuskan untuk membelikan Land Rover baru bagi mereka.

(42)

Land Rover itu. Dengan tersenyum lebar kita berkata, “Ini hadiah dari kami untuk kalian!”

Kita mengundang kepala suku untuk duduk di kursi penumpang di depan. Salah satu dari kita duduk di belakang kemudi dan mulai menghidupkan mesin. Dengan gembira kita menjelaskan, “Pak, Land Rover ini sangat luar biasa! Ada AC-­nya! Jadi kalau udara di luar sangat panas, Bapak hanya perlu menekan tombol ini dan memutarnya ke angka 22 derajat Celcius, maka udara di dalam akan tetap sejuk sekalipun di luar panas menyengat.”

Kita juga memberi tahu, “Land Rover ini juga ada pemanasnya. Jadi, kalau udara di luar sedang dingin, tekan tombol ini dan putar ke angka 24 derajat Celcius, dan Bapak pun akan hangat dan nyaman di dalam meskipun di luar dingin menggigilkan.

“Kami juga memasang Radio Satelit XM di Land Rover ini. Bapak tahu apa gunanya? Bapak dapat mendengar siaran langsung dari seluruh dunia saat bapak berada di dalam kendaraan ini.” Anda memutar siaran langsung dari BBC Inggris—kepala suku tercengang.

“Masih ada lagi, Pak,” lanjut Anda. “Kami juga memasang pemutar DVD di Land Rover ini.” Kita mengambil beberapa DVD. Kita memasukkan salah satu keping, menekan tombol Play, dan kepala suku itu tercengang ketika ia melihat layar indah berwarna memancarkan ÀOP

“Dan masih ada lagi! Land Rover ini juga memiliki pemutar CD.” Kami memasukkan CD penyembahan, dan kepala suku terperangah saat kendaraan itu dipenuhi dengan musik penyembahan yang indah.

Kami berdua keluar dari Land Rover, dan kepala suku bertanya, “Apa yang harus kami berikan untuk mendapatkan hadiah yang luar biasa ini?”

“Tidak, bapak tidak perlu memberikan apa-­apa,” kami menenteramkannya. “Bapak tidak mungkin dapat membeli kendaraan ini dari kami. Ini pemberian cuma-­cuma kami untuk bapak dan suku bapak. Kami mengasihi kalian semua!”

(43)

kebutuhan harian di desa terdekat. Mengapa? Karena kita lupa memberi WDKXPHUHNDEDKZDGHÀQLVLIXQJVLRQDOXWDPD/DQG5RYHULWXDGDODK alat transportasi. Kita menunjukkan segala sesuatu kepada kepala suku itu kecuali satu hal yang paling penting: Land Rover ini akan membawa Anda ke mana saja dan mengangkut beban Anda.

Seperti itu juga, banyak pemimpin Kristen luma memberi tahu RUDQJ.ULVWHQGL%DUDWEDKZDGHÀQLVLIXQJVLRQDOXWDPDDQXJHUDK$OODK adalah pelimpahan kuasa-­Nya.

DEFINISI  FUNGSIONAL  UTAMA

$QGDPXQJNLQPHQDQWDQJVD\D´'HÀQLVLIXQJVLRQDOXWDPDDQXJHUDK adalah pelimpahan kuasa Allah? Bagaimana Anda dapat menyimpulkan demikian?”

Baru-­baru ini saya sedang berdoa, saya merasa Tuhan mengajukan pertanyaan yang menggelitik: Nak, bagaimana aku memperkenalkan anugerah di dalam kitab-­Ku, Perjanjian Baru? Karena saya sudah menulis lebih dari selusin buku, pertanyaan itu sangat berarti bagi saya. Setiap kali saya memperkenalkan suatu istilah baru dalam sebuah buku, istilah yang mungkin masih asing bagi kebanyakan pembaca, saya DNDQPHQMHODVNDQGHÀQLVLXWDPDQ\D1DQWLQ\DVD\DELVDPHQMHODVNDQ GHÀQLVLVHNXQGHUQ\DWHWDSLVDQJDWSHQWLQJXQWXNPHPEHULNDQGDIWDU GHÀQLVLXWDPDVHMDNDZDO

Sebagai contoh, seandainya saya menulis surat kepada kepala suku itu untuk menjelaskan tentang Land Rover itu kepadanya, saya akan menyatakan dalam paragraf pertama,

Referensi

Dokumen terkait

Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kris- tus, telah dibaptis dalam kematian-Nya dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia

Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia

Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kris- tus, telah dibaptis dalam kematian-Nya dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia

Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia

4 Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari

Pelaksanaan baptisan air yang benar adalah orang yang sudah percaya Yesus dan bertobat, mati terhadap dosa, harus dikuburkan dalam air bersama Yesus dan bangkit keluar dari dalam

FirmanMu mengatakan bahwa kami menderita dan mati bersama-sama dengan AnakMu Yesus Kristus Tuhan kami, supaya kami bersama dengan Dia di dalam kemuliaan.. Ajarlah kami

Percaya bahwa Yesus yang mati di atas Salib, dikuburkan, dan HIDUP Bangkit dari kematian itu, adalah Yesus Kristus TUHAN dan juruselamat sejati bagi hidup