• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, dan Keadaan Kulit Biji Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Red Lady

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, dan Keadaan Kulit Biji Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Red Lady"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman pepaya (carica papaya L.) termasuk ke dalam family

Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat

ini, Caricaceae itu diperkirakan terdiri dari 31 spesies dalam tiga genera dari

Amerika tropis (carica, jacaratia dan jarilla) dan satu genus dari Afrika yaitu

Cylicomporpha (Australian Government, 2008).

Pepaya berkembang dengan akar tunggang yang cukup kuat setelah

tanam. Dalam kondisi yang baik, akar dapat menembus tanah hingga

kedalaman 2 m. Sebagian besar dari akar yang bertanggung jawab untuk

penyerapan nutrisi terdapat dalam lapisan 500 mm atas tanah dengan

konsentrasi yang terbesar yaitu terdapat di atas 250 mm

(Department of Agriculture, Forestry and Fisheries, 2009).

Batang tanaman pepaya berlubang antara node, kecuali pada tanaman

muda. Batangnya terdiri dari jaringan parenkim. Letak daun diatur dalam spiral

2/5. Batang tanaman pepaya adalah berongga dan biasanya tidak bercabang, dan

tingginya mencapai 10 meter. Daunnya merupakan daun tunggal yang berukuran

besar dan bercangap dengan tangkai daun yang panjang dan berongga

(Barus dan Sykuri, 2008).

Ada 3 jenis dasar pohon yaitu tanaman jantan, betina, dan hermafrodit

(biseksual). Buah biasanya hanya diproduksi dari tanaman betina dan biseksual.

Tanaman jantan memiliki ukuran yang kecil, berbentuk bulat panjang, bunga

kuning yang hanya memiliki 10 kepala sari. Tanaman betina memiliki ukuran

(2)

biseksual (hermafrodit) memiliki bunga sempurna terdapat dalam daun axils di

sepanjang batang (Crane, 2005)

Untuk menghasilkan buah, bunga betina sangat tergantung pada bunga

jantan atau bunga sempurna. Buah pepaya memiliki getah dan akan menghilang

saat akan mendekati tua (matang). Umumya buah yang berasal dari bunga

sempurna berbentuk panjang dengan daging buah yang tebal, sedangkan buah dari

bunga betina berbentuk bulat sampai oval disertai daging yang tipis

(Barus dan Sykuri, 2008).

Buah mengandung biji dalam jumlah banyak yang berada dalam rongga

buah (Barus dan Syukri, 2008). Biji pepaya berwarna hitam (fertil) dan berwarna

putih (abortus). Benih yang digunakan untuk sumber benih jangan berasal dari

buah yang terlalu mudah atau terlalu masak karena akan menghasilkan daya

berkecambah benih yang rendah (Lumbangaol, 2008).

Syarat Tumbuh Iklim

Setiap faktor iklim seperti sejuk atau dingin, kekurangan air (kekeringan),

dan angin, akan menekan pertumbuhan dan produksi pepaya. Tanaman pepaya

tumbuh dan berbuah di daerah dengan suhu hangat hingga panas (21-32°C).

Pertumbuhan akar yang terbaik adalah jika suhu tanah tetap berada di atas 15,5°C

dan menurun di bawah suhu tersebut. Tanaman pepaya tidak toleran terhadap

suhu beku dan rusak di bawah -0,6 ° C. Sebaliknya, suhu tinggi di atas 32°C dapat

menyebabkan bunga gugur, dan suhu rendah di bawah 15°C dapat menghambat

pembungaan atau menyebabkan cacat buah. Curah hujan yang terdistribusi

(3)

kondisi cuaca yang tidak menguntungkan dapat menyebabkan penurunan

pertumbuhan dan produksi buah (Crane, 2005).

Tanaman pepaya memiliki adaptasi terhadap lingkungan sehingga pepaya

dapat tumbuh mulai 0-1.000 m dpl bahkan sampai ketinggian 1.500 m dpl, namun

idealnya ketinggian tanah tidak kurang atau lebih antara 600-700 m dpl, umumnya

pepaya yang dihasilkan diatas 700 m dpl buahnya kurang baik demikian rupa

yang ditanam di bawah 600 m dpl. (Agroprima, 2013). Tanaman pepaya yang

ditanam di daerah pegunungan akan menghasilkan buah dengan kulit agak kusam

dan rasa kurang manis (Barus dan Syukri, 2008). Tanaman pepaya sangat peka

terhadap iklim kritis terutama terhadap suhu dan kelembaban. Tanaman pepaya

memerlukan pencahayaan penuh 100%, artinya harus langsung terkena sinar

matahari/ tempat terbuka (Agroprima, 2013).

Curah hujan yang sesuai untuk pertanaman pepaya berkisar antara

1500-2000 mm pertahun. Pada daerah-daerah dengan musim kering lebih dari 2

bulan maka diperlukan pengairan agar kontinuitas berbunga (berbuah) terjadi

sepanjang tahun (Barus dan Syukri, 2008).

Tanah

Lahan yang lembab merupakan tipe tanah yang cocok untuk pertanaman

pepaya, tetapi tanah tersebut tidak boleh tergenang atau becek karena akar-akar

akan membusuk. Pepaya pada lahan yang menggenang selama 2-3 hari saja akan

menyebabkan kematian total tanaman (Barus dan Syukri, 2008).

Tekstur tanah yang ideal untuk budidaya pepaya secara irigasi adalah

lempung berpasir atau lempung (yaitu dengan kandungan liat dari 15 sampai

(4)

ideal memiliki struktur cukup longgar dan rapuh. Struktur tanah kompak atau

sangat longgar akan berdampak buruk terhadap resapan air dan penetrasi akar.

Tanah ini biasanya dikaitkan dengan kandungan liat yang sangat tinggi di bawah

tanah (> 50%) (Departement of Agriculture, Forestry and Fisheries, 2009).

Pepaya tumbuh baik di tanah dengan pH (air) 6 sampai 6,5. Jika nilai tukar

aluminium (Al) tidak lebih dari 30 ppm, tanah dengan pH (air)

dari 5,5 atau lebih tinggi dapat digunakan. Pada pH rendah dari 5,5 atau lebih

tinggi nilai dari 7,2, tanaman mungkin menderita kekurangan fosfat atau

kekurangan kalium (Departement of Agriculture, Forestry and Fisheries, 2009).

Perkecambahan Benih Pepaya

Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat

menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikula).

Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut

perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal

dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA

(International Seed Testing Association). Setiap biji yang dikecambahkan ataupun

yang diujikan tidak selalu persentase pertumbuhan kecambahnya sama, hal ini

dipengaruhi bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan.

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai tentang benih yang

tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam kondisi biofisik

lapangan yang serba optimal. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase

kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang

diamati secara langsung. Secara tidak lansung dengan hanya melihat gejala

(5)

Dormansi didefinisikan sebagai status dimana benih tidak berkecambah

walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Beberapa

mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologis, termasuk

dormansi primer dan sekunder. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi

yang paling umum dan terdiri atas dua tipe yaitu dormansi eksogen dan dormansi

endogen. Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk

perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga gagal

berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih

(seed coat) (Ilyas, 2013).

Banyak jenis biji tanaman sayuran dan bunga-bungaan dapat segera

berkecambah setelah dipanen. Sedangkan beberapa jenis biji tanaman

buah-buahan dan tanaman hias memerlukan masa istirahat atau after ripening period

sesudah panen. Hal ini menunjukkan perubahan biokimia dan fisiologi dalam biji

yang lambat sebelum tumbuh menjadi tanaman. Perubahan-perubahan ini

mungkin mencakup pembebasan hormon, absorpsi air, difusi oksigen ke dalam

biji, difusi CO2 ke luar biji, dan sebaginya (Ashari, 1995).

Selain dormansi faktor lain yang juga mempengaruhi perkecambahan

benih pepaya adalah tingkat kemasakan buah. Benih yang telah masak fisiologi

biasanya ditandai oleh adanya perubahan pada warna kulit buah. Pada pepaya

buah yang bijinya telah masak fisiologi ditandai oleh warna kulit buah berwarna

jingga dan pada buah yang berbentuk lonjong (ukuran panjang buah lebih panjang

dari pada lebarnya) benih yang berasal dari bagian ujung buah keragaman benih

(6)

Pemeraman Buah Pepaya

Setelah dipanen buah pepaya tetap melakukan kegiatan metaboliknya

seperti respirasi, fotosintesis dan transpirasi. Respirasi merupakan kegiatan

metabolik oksidatif yang penting dalam fisiologi pasca panen (Syaefullah, 2008).

Menurut Pantastico (1989), sebagian besar perubahan fisikokimia buah pasca

panen berhubungan dengan respirasi seperti proses pemeraman, pembentukan

aroma dan kemanisan, pelunakan daging buah dan penurunan nilai mutu. Sebagai

buah klimakterik, kenaikan pola respirasi buah pepaya dapat digunakan sebagai

acuan untuk waktu simpan dan pemeraman. Buah pepaya mudah mengalami

kerusakan setelah pemanenan baik kerusakan fisik, mekanis maupun kerusakan

mikrobiologis.

Buah yang dapat diperam ialah golongan buah klimakterik yaitu buah

dengan pola respirasi yang diawali peningkatan secara lambat, kemudian

meningkat dan menurun lagi setelah mencapai puncak. Kematangan optimum

buah, dimana buah memiliki kualitas rasa (eating quality) paling maksimal terjadi

di sekitar puncak klimakterik. Pemeraman (ripening) buah merupakan perlakuan

terhadap buah dengan tujuan untuk mempercepat proses dan menyeragamkan

kematangan buah. Selama proses pematangan, warna, rasa, tekstur dan aroma

buah mengalami perubahan (Syaefullah, 2008).

Stadia kematangan pepaya mengacu kepada Abeywickrama et al. (2008)

dalam Suketi dkk. (2010) yang mengemukakan ada 6 stadia kematangan untuk

pepaya yaitu munculnya semburat warna kuning pada kulit buah (stadia I), warna

(7)

75% (stadia IV), warna kuning penuh 100% (stadia V) dan lewat matang

(over ripe).

Menurut Suketi dkk. (2010) fase kematangan dari tanaman pepaya

digolongkan menjadi 3 stadia yaitu 25-49% (stadia 1), 50-74% (stadia 2) dan di

atas 75% (stadia 3). Oleh karena itu tingkat kematangan pepaya genotipe IPB

dapat dimulai dari hari setelah antesis yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Genotipe Kematangan (Hari Setelah Anthesis/HSA)

Stadia 1 Stadia 2 Stadia 3

IPB 1 130 135 140

IPB 10A 160 165 170

IPB 174 140 145 150

IPB 1 x IPB 10 A 140 145 150

IPB 1 x PB 174 135 140 145

IPB 10 A x PB 174 140 145 150

Tabel 1. Stadia kematangan buah pepaya

Penggunaan kriteria umur panen dengan penghitungan hari setelah

anthesis di daerah Bogor menghasilkan perubahan warna kulit buah yang tidak

teratur dan tidak sama pada setiap waktu panen buah sehingga tingkat kematangan

fisiologis buah diduga berbeda (Suketi dkk., 2010). Perbedaan umur panen buah

yang menyebabkan tingkat kematangan buah sama, menurut

Zhou dan Paull (2001) mungkin disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan

buah yang berbeda akibat suhu udara dan kompetisi fotosintat antar buah,

sehingga ada buah pada genotipe sama yang memerlukan waktu lebih lama untuk

mencapai tingkat kematangan yang sama. Secara umum buah pepaya yang

dipanen pada tingkat kematangan berbeda menunjukkan pelunakan buah berbeda

(8)

Menurut Kays (1991) dalam Suketi dan Nandya (2011) perubahan warna

adalah perubahan yang jelas terjadi pada banyak buah sehingga dapat dijadikan

sebagai kriteria utama bagi konsumen untuk menentukan apakah buah tersebut

sudah matang atau masih mentah. Warna hijau disebabkan adanya klorofil yang

merupakan kompleks organik magnesium. Kemudian klorofil mengalami

degradasi struktur sehingga warna hijau menghilang. Faktor utama yang berperan

dalam degradasi klorofil ini adalah perubahan pH yang disebabkan kebocoran

asam organik dari vakuola, sistem oksidatif, dan adanya enzim chlorophyllase.

Kehilangan warna tergantung pada satu atau seluruh faktor-faktor yang bekerja

berurutan untuk merusak struktur klorofil. Degradasi klorofil berkaitan juga

dengan sintesis karotenoid dan antosianin selama proses pematangan buah. Oleh

karena itu, perubahan warna dalam pematangan dan penyimpanan buah menjadi

faktor yang penting untuk diamati.

Etilen merupakan hormon yang disintesis oleh tumbuhan dan

menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Pada banyak macam buah,

etilen hanya sedikit dihasilkan sampai tepat sebelum terjadi klimaterik respirasi,

yang mengisyaratkan dimulainya pemasakan, yaitu ketika kandungan gas ini di

ruang udara antar sel meningkat tajam, dari jumlah hampir tak terlacak sampai

sekitar 0,1-1 mikron liter per liter. Konsentrasi umumnya memacu pemasakan

buah berdaging dan tak berdaging. Etilen adalah senyawa yang larut di dalam

lemak sedangkan memban dari sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu

etilen dapat larut dan menembus ke dalam membran mitokondria. Apabila

mitokondria pada fase pra klimakterik diekraksi kemdian ditambah etilen, ternyata

(9)

sehingga bahan-bahan dari luar mitokondria akan dapat masuk

(Salisbury dan Ross, 1995).

Buah yang dipanen saat semburat 30-40% kuning diikuti pemeraman

selama 4 hari nyata memiliki potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah,

kecepatan tumbuh benih dan first count germination yang meningkat dan sama

dengan kontrol (Murniati dkk., 2008).

Vigor dapat diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal

pada keadaan lingkungan yang subnormal. Vigor benih harus relevan dengan

tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi dicapai tingkat produksi

yang sangat tinggi. Keadaan lingkungan di lapangan sangat penting dalam

menentukan kekuatan tumbuh benih. Rendahnya vigor dapat diakibatkan oleh

aktivitas cendawan atau bakteri. Kadar air yang terlalu tinggi pada benih dapat

menyebabkan benih kehabisan cadangan makanan dikarenakan aktifitas

pernafasan serta dapat meningkatkan pertumbuhan cendawan dan patogen

(Sutopo, 1984).

Pengeringan Benih

Salomao dan Mundim (2000) menggolongkan benih pepaya sebagai benih

ortodok, namun kenyataannya daya simpan relatif singkat dibandingkan benih

ortodok pada umumnya. Benih pepaya tergolong ke dalam benih intermediate,

yaitu tidak tahan bila kadar air < 8%. Menurunnya perkecambahan benih pepaya

yang dikeringkan hingga kadar air 5% sebenarnya bukan disebabkan oleh

hilangnya viabilitas, melainkan karena terjadinya induksi dormansi.

Dalam hal pengeringan, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu

(10)

buah untuk buah tua yang belum masak. Oleh karena itu untuk benih yang

diunduh tetapi belum masak, harus dilakukan pemeraman terlebih dahulu.

Kadar air yang terlalu tinggi pada benih dapat menyebabkan pemanasan karena

respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh. Oleh karena itu, sangat penting

untuk menjamin agar benih yang dipanen memiliki kadar air yang aman sebelum

disimpan (Lensari, 2009).

Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga ke

tingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air terlalu rendah juga dapat

membahayakan benihnya. Benih yang sangat kering sangat peka terhadap

kerusakan mekanis serta pelukaan sampingan lainnya. Kerusakan seperti itu dapat

mengakibatkan bagian penting benih mengalami pecah-pecah atau retak pada

bagian penting biji sehingga peka terhadap serangan cendawan yang terjadi

(Justice dan Bass, 1994).

Untuk berkecambah, benih pepaya memerlukan cahaya, kebutuhan cahaya

ini dapat diberikan sebelum benih ditanam, melalui penjemuran. Pengeringan

benih dengan oven tidak akan mendorong perkecambahan benih dalam kondisi

gelap. Penyerapan air pada kondisi gelap sama dengan pada kondisi terang. Ini

menunjukkan bahwa tidak berkecambahnya benih pada kondisi gelap bukan

disebabkan impermeabilitas kulit benih (Suwarno, 2004).

Umumnya, embrio yang dalam masa pemasakan tertutup oleh jaringan

induk yang mengandung sejumlah klorofil, membutuhkan cahaya untuk

berkecambah. Sementara embrio yang tertutup jaringan induk yang sedikit

berklorofil tidak membutuhkan cahaya. Sebabnya ialah bahwa klorofil menyerap

(11)

menjadi bentuk lain dalam embrio yang sedang masak, sehingga kemudian biji

matang membutuhkan panjang gelombang merah untuk memacu perkecambahan

(Salisbury dan Ross, 1995).

benih dengan kadar air awal yang tinggi dan diperlukan dalam kondisi

kadar air yang rendah sesudah pengeringan memerlukan waktu yang lebih lama

untuk pengeringan. Pengeringan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan

impermeabilitas kulit biji melalui perubahan testa. Bagian luar biji menjadi keras

tetapi bagian dalamnya masih basah. Hal ini mengakibatkan terjadinya dormansi

benih (Sutopo, 1986)

Keadaan Kulit Benih

Benih pepaya diselimuti oleh sarcotesta, lapisan berair yang menyelimuti

benih dan mampu menghambat perkecambahan. Menurut Sari dkk. (2005)

sarcotesta yang tetap dipertahankan selama proses pengeringan benih tidak

menyebabkan hilangnya viabilitas tetapi menimbulkan induksi dormansi dan

belum diperoleh perlakuan pematahan dormansi yang efektif untuk mengatasi hal

tersebut. Chow dan Lin (1991) menyatakan bahwa kandungan senyawa fenolik

yang tinggi, khususnya p-Hydroxybenzoic acid pada sarcotesta merupakan zat

penghambat perkecambahan sehingga penghilangan sarcotesta selama ini selalu

disarankan untuk mendorong terjadinya perkecambahan.

Biji pepaya memiliki masa dormansi hingga 12-15 hari. Hal ini disebabkan

karena adanya aril dan senyawa fenolik dalam aril benih. Konsumsi oksigen yang

tinggi oleh senyawa fenolik pada kulit benih selama proses perkecambahan dapat

membatasi suplai oksigen ke dalam embrio, dan dapat membentuk lapisan yang

(12)

stimulasi perkecambahan sehingga benih menjadi dorman (Maryati dkk., 2005).

Meskipun demikian, menurut Andarwulan dkk. (1999) fenolik juga mempunyai

sifat sebagai antioksidan yang dapat menghambat terjadinya deteriorasi. Adanya

sifat antioksidan ini memungkinkannya untuk dimanfaatkan dalam upaya

meningkatkan daya simpan benih.

Pada umumnya lendir yang menyelimuti benih mengandung senyawa

kimia yang dapat menghambat perkecambahan benih. Lendir benih dapat

dibersihkan dengan cara, yaitu merendam benih dengan air selama beberapa

waktu (fermentasi), menggosok benih dengan abu gosok atau serbuk gergaji,

menggosok benih dengan ayakan secara perlahan dengan dialirkan air, dan

merendam benih dengan menggunakan larutan asam atau larutan kimia

(13)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

dari bulan Juni hingga September 2013.

Bahan dan Alat Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pepaya dengan

varietas Red Lady, abu gosok untuk membersihkan biji dari selaput luar, pasir

sebagai media tumbuh, koran untuk membungkus buah pepaya saat pemeraman,

keranjang tempat pemeraman buah, dan label sebagai penanda.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bak kecambah,

pisau, penggaris, penanda sampel, handsprayer, buku data dan alat tulis,

timbangan analitik dan kamera.

Metode Percobaan

Pada percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan 3 faktor yaitu:

Faktor I : Pemeraman dengan 3 taraf yaitu:

P0 : Tanpa pemraman (kontrol) kematangan 25-49%

P1 : Pemeraman selama 2 hari

P2 : Pemeraman selama 4 hari

Faktor II : Pengeringan dengan 3 taraf yaitu:

KO : Tanpa pengeringan

K1 : Kering angin selama 1 hari

(14)

Faktor III : Keadaan kulit biji dengan 2 taraf yaitu:

S0 : Kontrol (ada sarcotesta)

S1 : Tanpa sarcotesta

Adapun kombinasi yang diperoleh adalah:

P0K0S0

Jumlah kombinasi perlakuan : 18 kombinasi

Ulangan : 3 ulangan

Jumlah unit percobaan : 54 unit percobaan

Jumlah biji tiap unit percobaan : 50 biji

Jumlah biji seluruhnya : 2700 biji

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijkl = µ + ρi + αj + βk +γl +(αβγ)jkl + εijkl i = 1,2,3 j = 1,2,3 k =0,1,2 l = 1,2 Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pemeraman (P)

taraf ke-j, pengaruh pengeringan (K) pada taraf ke-k, dan pengaruh

faktor keadaan kulit biji (S) pada taraf ke-l

(15)

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan pemeraman pada taraf ke-j

βk : Efek perlakuan pengeringan pada taraf ke-k

γl : Efek perlakuan keadaan kulit biji pada taraf ke-l

(αβγ)jkl : Interaksi antara pemeraman taraf ke-j dan pengeringan taraf ke-k dan

keadaan kulit biji taraf ke l

εijkl : Galat dari blok ke-i, pemeraman taraf ke-j dan pengeringan taraf ke-k

dan keadaan kulit biji taraf ke l

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan

Gambar

Tabel 1. Stadia kematangan buah pepaya

Referensi

Dokumen terkait

On practical benefit, the researcher hopes that this study can improve the students or readers knowledge in understanding English language used in Jawa Pos.

berfungsi memberikan input dengan komputer yang berfungsi sebagai penerjemah dan pengkonversi input yang didapat dari rangkaian LDR, sehingga dapat ditampilkan ke

Tujuan penelitian meliputi tiga hal: (1) mendeskripsikan dan menjelaskan tindak tutur yang muncul dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; (2)

“Pertuturan Pada Upacara Tujuh Bulan atau Tingkeban dalam Adat Jawa di Desa Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara”.. Fakultas

Sebagai contoh, jika sebuah kaleng alumunium memiliki diameter 8 cm, maka produk yang diterima berada pada interval 7,9 sampai 8,1 cm. Jika maksimum kesalahan diameter d suatu

Perpustakaan ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap yang ditunjang dengan program pendidikan pengguna, untuk mendidik civitas akademika Universitas Udayana agar

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar Di SMK Muhammadiyah Delanggu disiplin siswa