BAB V
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter
SILABUS
ANALISIS PUISI KD 16
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
Kelas/Semeater : X/2
Standar Kompetensi : Memahami puisi, analisis puisi dan dari analisis
puisi ini diharapkan siswa dapat memberikan
pemaknaan dan beroleh pengalaman yang dapat
dijadikan inspirasi dalam menuliskan puisi.
Kompetensi Dasar : Memahami teori puisi yang didalamnya ada
unsur-unsur puisi meliputi struktur puisi, imaji
atau pencitraan dan unsur afektif dalam puisi.
Alokasi Waktu : (6 x 45 menit)
Indikator Penilaian Alokasi waktu
Kognitif : Siswa diberi tontonan video tentang tokoh idola dan pembacaan puisi oleh penyair dan gurunya. Dari hasil tontonan tersebut siswa mencoba mengapresiasikan puisi dengan menyebutkan hakikat puisi dan unsur
oleh gurunya dibuat, dari puisi temannya yg sudah ide, pilihan kata dan belajar
Keterampilan sosial: berdiskusi ( saling bertanya dan berpendapat), berkomunikasi, saling menghargai teman, dapat mengambil keputusan, kejujuran, menemukan nilai-nilai kehidupan.
RPP SMA: Menulis Puisi
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 18 Bandung
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/2
Materi Pembelajaran : Menulis Puisi
Alokasi Waktu : 6 (2 x 45 menit)
I. Standar Kompetensi : 16. Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kretif puisi
II. Kompetensi Dasar : 16.1. Menulis kretif puisi berkaitan dengan tokoh idola.
III. Indikator :
A. Kognitif:
Siswa diberi tontonan video tentang tokoh idola dan pembacaan puisi oleh penyair dan gurunya.
Produk:
Proses: Siswa diguyur untuk menghasilkan puisi melalui proses kreatif menulis puisi dimulai dari pencarian ide, pilihan kata dan belajar mendokumentasikan kata-kata yang akan dituangkan kedalam puisinya.
B. Psikomotor: Pencarian ide dari hasil tontonannya, mencari pilihan kata yang tepat, mendokumentasikan kata-kata, merangkai kata dan kedalam puisi.
C. Afektif: Setiap kejadian yang terjadi dalam hidupnya dan apa yang dirasakan dapat dituangkan kedalam puisi.
Karakter: menemukan nilai-nilai kehidupan dari apa yang dilihat, dirasa dan diimplementasikan kedalam sastra melalui kegiatan berekspresi.
Keterampilan sosial: berdiskusi ( saling bertanya dan berpendapat), berkomunikasi, saling menghargai teman, dapat mengambil keputusan, kejujuran, menemukan nilai-nilai kehidupan.
IV.Tujuan Pembelajaran:
Produk: Siswa mampu menulis puisi yang merupakan ungkapan dan perasaan yang dituangkan kedalam bentuk puisi.
Proses: memperlihatkan tontonan tentang tokoh idola dan pembacaan puisi oleh penyair dan gurunya sebagai cara untuk membangkitkan imajinasi siswa dalam pencarian ide.
Pengembangan Karakter: menemukan nilai-nilai kehidupan dari apa yang dilihat, dirasa dan diimplementasikan kedalam sastra melalui kegiatan berekspresi.
Keterampilan Sosial: berdiskusi ( saling bertanya dan berpendapat), berkomunikasi, saling menghargai teman, dapat mengambil keputusan, kejujuran, menemukan nilai-nilai kehidupan.
V. Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran : Pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan induktif, pendekatan role playing.
Strategi Pembelajaran : Pembelajaran berbasis siswa
Model pembelajaran : Model gabungan dari pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter. (inkuiri, pembelajaran kooperatif)
Metode pembelajaran : Demonstrasi, eksperimen, diskusi dan klarifikasi nilai.
VI.Proses Pembelajaran
Pendahuluan (+ 10 menit)
Kegiatan Tahap Pembelajaran
Sebelum memulai pembelajaran guru menghapus papan tulis yang masih kotor dan melihat kondisi kelas apakah sudah siap dilakukan pembelajaran atau belum (memberi contoh membiasakan hidup
Eksplorasi
bersih)
Guru mengabsent siswa dengan menanyakan siapa diantara teman kalian yang tidak hadir dan siswa menjawab pertanyaan guru dengan memberikan alasan temannya kenapa tidak hadir dan memberikan bukti fisik (membiasakan siswa bersikap jujur dan rasa saling percaya antara guru dan murid)
Untuk menyatukan pola bahasa dan menyamakan rasa guru menggunakan teknik bernyanyi berjudul
“Jagalah Hati” dari AA
Gym
Konfirmasi
Kegiatan Inti (+ 70 menit )
Kegiatan Tahap Pembelajaran
Guru memutar video puisi
tentang tokoh idola “Hellen
-keller”, dan pemutaran video
puisi yang dibacakan oleh penyair dan gurunya setelah itu siswa mengapresiasi puisi yang telah di tonton.
Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari
pembelajaran ini.
Guru menugasi siswa menulis puisi dari hasil
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
tontonannya, kemudian puisi yang dihasilkan dinilai oleh temannya dan puisi hasil penilaian temannya di presentasikan, kemudian siswa berdiskusi tentang puisi yang dipresentasikan dan menemukan unsure fisik puisi, hakikat puisi dan pesan moral yang
disampaikan dalam puisi tersebut.
Guru dan siswa berdiskusi dalam memecahkan
permasalahan yang ada, dan guru menjelaskan tentang puisi dan unur-unsur yang ada dalam puisi.
Guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil pembelajarannya dan guru berpesan kepada siswa agar nilai-nilai yang ditemukan
Kegiatan Tahap Pembelajaran
Guru merefleksi hasil pembelajaran. (memberikan pujian/penghargaan kepada kelompok maupun individu yang telah bekerja dengan baik dan menasihati untuk menjadi lebih baik terhadap siswa atau kelompok yang
pada hari ini belum dapat bekerja dengan baik).
Guru mengajak siswa untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah karena pembelajaran berjalan dengan lancar dan berharap agar esok hari penuh dengan semangat dan diberikan kesehatan dan keselamatan oleh Allah dengan doa bersama.
Konfirmasi
VII. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran Sumber pembelajaran:
Alat pembelajaran: Mengetahui
Kepala SMA Negeri 18 Bandung
Bandung,……….2012
Guru Mata Pelajaran Bhs. Indonesia
Suryana, S.Pd.
NIP 196109301984031004
Pembina Tk.I, NIP
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal ( kurang lebih 15 menit)
a. Guru melihat keadaan kelas apakah sudah bersih dan murid sudah siap melakukan pembelajaran. Jika papan tulis belum di bersihkan guru menghapus papan tulis. (Membiasakan hidup bersih)
c. Sebelum pembelajaran dimulai guru menggunakan teknik bernyanyi. Hal ini dilakukan agar menyamakan pola bahasa dan menyatukan rasa diantara guru dan murid.
2. Kegiatan Inti ( kurang lebih 60 menit)
a. Pembelajaran diawali dengan pemutaran video “Hellen-Keller” kemudian setelah pemutaran video guru bertanya kepada siswa dan siswa mengapresiasikannya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan imajinasi siswa akan puisi yang akan ditulisnya.
b. Kemudian guru membacakan puisi dan berganti dengan siswa membacakan puisi.
c. Setelah itu guru menugasi siswa untuk menulis puisi yang bertemakan
“tokoh-idola” siswa sangat senang akan tema yang telah ditentukan oleh guru tentang tokoh idolanya. Siswa tidak dibekali tentang teori menulis dan teori tentang puisi. Kreatif menulis puisi merupakan ungkapan yg dirasakan oleh siswa kemudian di tuangkan dalam bentuk tulisan. (secara inquiry)
d. Kemudian dibentuk kelompok yang beranggotakan 6 orang. Dari anggota kelompok siswa menilai hasil puisi yang di buatoleh temannya dan puisi yang dipilih siap untuk di persentasikan.
e. Terjadilah diskusi buzz-group, dalam diskusi terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang unsur-unsur puisi dan pesan moral dalam puisi tersebut. Kemudian kelompok lain mengomentari ketepatan dan kesesuaian kata yang digunakan dalam puisi tersebut. Terdapat penambahan dan sanggahan kata untuk perbaikan puisi. Diskusi terjalin penuh semangat dan kehangatan. Dan proses pembelajaran itulah yang dinamakn pembelajaran menulis puisi.
g. Guru mereaksi jawaban-jawaban balikan dari siswa disertai penjelasan seperlunya tentang materi pembahasan. Penjelasan tersebut tetap diarahkan pada pemahaman siswatentang unsur-unsur pembangun puisi.
h. Siswa dan guru terlibat dari pengambilan sebuah keputusan dalam menyelesaikan pemecahan masalah.
3. Kegiatan Akhir (kurang lebih 15 menit)
a. Guru merangkum seluruh kegiatan dari awal pembelajaran dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang baik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan.
b. Sambil mengakhiri pembelajaran guru mengajak siswa mengucapkan syukur atas nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita semua. Amin
C. Analisis puisi siswa
Puisi adalah sebagai salah satu cabang sastra, dimana cabang sastra merupakan bagian dari seni. Di dalam kehidupan ini alangkah indahnya apabila ada keseimbangan antara jasmani dan rohani. Bahasa merupakan medium dalam satsra karena apa yang kita rasakan dalam kehidupan dapat dituangkan ke dalam salah satu karya sastra dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Apa yang kita rasakan dan yang ada dalam pikiran kita dapat dituangkan kedalam tulisan yang berupa puisi. Sehingga puisi dapat dikatakan sebagai curahan hati si penyairnya. Agar puisi itu bernilai dan bermakna maka puisi yang dituangkan harus menggunakan bahasa yang padat makna.
Nama Lengkap : Aam Muharam
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ kode : 01
Nabi Muhammad SAW
Nabiku Muhammadku
Nabiku kou adalah panutanku Idola di dalam hatiku
Kou pahlawan bagi semua umatmu
Walau kita tak pernah bertemu Tapi aku bangga padamu
Kou telah pertaruhkan nyawa untuk umatmu Hingga aku tahu Tuhanku
Kou ajarkan keikhlasan dalam hidup Kou bimbing umatmu ke jalan yang benar Walau banyak yang menentang ajaranmu Kou tetap berjuang
Lelah dan letih tak pernah kou rasakan Hanya untuk umatmu
Caci dan maki kou anggap ujian Wahai Muhammadku koulah seruanKu
1. Tema
Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi di atas adalah tokoh idola dimana si aku liris mengidolakan orang yang sangat besar yaitu seorang Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW
Nabiku Muhammadku
Nabiku kou adalah panutanku Idola di dalam hatiku
Kou pahlawan bagi semua umatmu
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Perasaan yang ada dalam puisi tersebut adalah rasa bangga terhadap seseorang yang paling besar dan merupakan panutan bagi umat muslim.
Nabiku muhammadku
Nabiku kou adalah panutanku Idola di dalam hatiku
Kou pahlawan bagi semua umatmu
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang
dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap
menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”. untuk umatmu
Nada dalam puisi di atas adalah menasihati pada umat yang lain atau sesama manusia agar mencontoh pribadi Nabi Muhammad SAW
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
Suasana dalam puisi di atas adalah kekaguman dan rasa bangga si aku liris kepada Nabi Muhammad SAW
Tapi aku bangga padamu Kou telah pertaruhkan nyawa 4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu. Agar Nabi Muhammad itu dijadikan panutan oleh umatnya.
Kou pahlawan bagi semua umatmu Wahai muhammadku koulah seruanku
5. Nilai-nilai moral dalam puisi tersebut adalah: 1). Shaleh
Kou ajarkan keikhlasan dalam hidup 2). Berjiwa besar
Kou pahlawan bagi semua umatmu 3). Mencontoh yang baik
Nabiku kou adalah panutanku
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Dilihat dari unsur-unsurnya dan pemilihan kata yang digunakan puisi tersebut menggunakan bahasa sehari-hari namun bernilai dan bermakna bagi orang yang membacanya.
Kou tetap berjuang
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan
Hingga aku tahu Tuhanku
Lelah dan letih tak pernah kou rasakan Imaji pendengaran
Cacidan maki kou anggap ujian
8. Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi. Pada bait pertama berima a-a-a-a, pada bait ke-2 berima a-a-a-a, pada bait ke-3 berima a-b-a-b, pada bait ke-4 berima a-b-a-b.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional.
Judul
________________ ________________
________________ ________________
_________________ _________________ _________________ _________________ _________________
___________________ ___________________ ___________________ ___________________
Nama Lengkap : Ade Yulianty
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ Kode : C2
KARTINI
Namamu harum, seharum jasamu Tekadmu kuat, sekuat jiwamu Kou berjuang untuk kami Putri di negeri pertiwi
Kami bangga mengenalmu
Dan tak aka nada hentinya untuk mengenangmu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi
Namun namamu, tetap selalu berdiri di hati
Kami tak takut lagi untuk beradu
Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju
Walau tantangan demi tantangan terus datang silih berganti Tak akan menjadi penghalang yang berarti
Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:
Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject
-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut
mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi diatas adalah tentang tokoh idolanya yaitu kartini yang merupakan pahlawan yang telah mebela hak-hak wanita.
KARTINI
Namamu harum, seharum jasamu Tekadmu kuat, sekuat jiwamu Kou berjuang untuk kami Putri di negeri pertiwi
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang
ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan yang ada adalah perasaan bangga dan kagum pada pahlawan kita. Kami bangga mengenalmu
Dan tak aka nada hentinya untuk mengenangmu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi
Namun namamu, tetap selalu berdiri di hati 3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleh penyair, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada dalam puisi diatas adalah bersikap lugas dalam menyampaikan perasaan bangga dan semangat dalam menghadapi rintangan dalam hidup.
Kami tak takut lagi untuk beradu
Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut. Suasana dalam puisi diatas adalah terharu dan bahagia
Kami bangga mengenalmu
Dan tak aka nada hentinya untuk mengenangmu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi
Namun namamu, tetap selalu berdiri di hati
4. Pesan (Amanat)
Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa sekarang kaum perempuan tidak takut lagi untuk beremansipasi karena ada kesamaan gender.
Kami tak takut lagi untuk beradu
Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju
Walau tantangan demi tantangan terus dating silih berganti Tak akan menjadi penghalang yang berarti
5. Nilai-nilai moral dalam puisi tersebut adalah 1) Menghargai orang lain
Namamu harum, seharum jasamu Tekadmu kuat, sekuat jiwamu Kou berjuang untuk kami Putri di negeri pertiwi
2) Berjiwa besar
Walau tantangan demi tantangan terus dating silih berganti Tak akan menjadi penghalang yang berarti
3) Berani berjuang
Kami tak takut lagi untuk beradu
Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Pilihan kata yang digunakan adalah menggunakan bahasa sehari-hari namun bermakna. Dan juga menggunakan bahasa yang bermajas perumpamaan.
Namamu harum seharum jasamu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan:
Kami tak takut lagi untuk beradu
Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju
Walau tantangan demi tantangan terus dating silih berganti Tak akan menjadi penghalang yang berarti
8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, penyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Bait pertama, kedua dan ketiga bait diatas berima: a-a-b-b. dan adanya asonansi antara /a/ dan /u/ pada kata: jasamu, jiwamu, kami, pertiwi, mengenalmu, mengenangmu, lagi, hati, beradu, maju, berganti dan berarti. Pilihan kata-kata itu sangat tepat digunakan untuk mengungkapkan rasa bangga dan kagum terhadap pahlawan.
Kami bangga mengenalmu
Dan tak aka nada hentinya untuk mengenangmu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut disusun dalam bentuk bait-bait.
Judul
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
____________________________ ____________________________ _____________________________ _____________________________ ________________________
________________________ ________________________ _________________________
Nama Lengkap : Afra Auliani Abidin
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ Kode : C3
Kabut di kala Senaja
Aku tak lagi melihatmu Tak lagi menyentuhmu Dan tak lagi mendengarmu
Kamu hilang,
Entah kemana kamu menghilang
Bagai kabut di kala senja
Bagai embun di pagi hari
Membasahi pipi ketika ku mengingatmu
Aku selalu mencarimu, tapi pencarianku sia-sia Mencarimu tanpa arah
Didalam ruang kabut yang tebal Tak ada matahari
Tak ada sinar cahaya Semua terasa hampa
Tidak gelap tidak juga terang
Warna kabut ketika senja memenuhi penglihatanku Itu yang aku rasakan
Ketika kou menghilang
Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi diatas adalah tentang suatu keadaan yang diibaratkan oleh si aku liris ketika si kou menghilang dari hidupnya.
Tidak gelap tidak juga terang
Warna kabut ketika senja memenuhi penglihatanku Itu yang aku rasakan
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut
bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan yang dirasakan oleh si aku liris adalah perasaan kegelisahan dan kesedihan yang teramat dalam karena dia kehilangan si kou yang dalam puisi ini si kou sebagai orang yang dibicarakan.
Tak ada matahari Tak ada sinar cahaya Semuanya terasa hampa
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang
dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap
menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada penyair dalam puisi itu adalah bersikap lugas mengutarakan kegelisahannya ditinggal si kou.
Kamu hilang,
Entah kemana kamu menghilang Bagai kabut dikala senja
Tertutup rapat oleh awan tipis tapi mengkaburkan
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut. Suasan yang ada adalah rasa iba dan sedih.
Tak ada matahari Tak ada sinar cahaya Semua terasa hampa
4. Pesan (Amanat)
Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.
Pesan dalam puisi ini adalah bahwa si sku liris ingin menyampikan perasaan yang ia rasakan saat ia ditinggal pergi oleh pacarnya.
Tidak gelap tidak juga terang
Warna kabut ketika senja memenuhi penglihatanku Itu yang aku rasakan
Ketika kou menghilang
5. Nilai-nilai moral dalam puisi tersebut adalah 1) Rasa cinta dan saying
Tidak gelap tidak juga terang
Warna kabut ketika senja memenuhi penglihatanku Itu yang aku rasakan
Ketika kou menghilang
2) Berusaha keras tidak pantang menyerah
Aku selalu mencarimu, tapi pencarianku sia-sia Mencarimu tanpa arah, bagaikan mencarimu Di dalam ruang kabut yang tebal
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Pemilihan kata dalam puisi ini menggunakan bahasa sehari-hari. Tapi ada juga kalimat yang bermajas personifikasi:
Bagai embun di pagi hari
Membasahi pipi ketika ku mengingatmu Tidak gelap. Tidak juga terang
Warna kabut dikala senja memenuhi penglihatanku
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan:
Tertutup oleh awan tipis tapi mengkaburkan Bagai embun di pagi hari
Membasahi pipi ketika ku mengingatmu Tak ada matahari
Tak ada sinar cahaya Semuanya terasa hampa
8. Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Tidak ada rima dalam puisi ini. Namun terdapat pengulangan pronominal persona mu dalam puisi tersebut seperti terlihat pada kata; mengingatmu, mendengarmu, melihatmu dan menyentuhmu jadi jelas sudah dari pengulangan pronominal persona mu bahwa yang diajak bicara dalam puisi tersebut adalah si mu yang berarti bagi si aku.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional. ______________
______________
______________
_________________
_________________
_________________
__________________
________________
___________________
___________________
___________________
________________
________________
________________
____________________
____________________
____________________
Nama Lengkap : Angga Yogaswara
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No absen/ Kode : C4
Tokoh Idola
Nafasku adalah senyummu
Detak jantungku adalah semangatmu Inspirasiku adalah jiwamu
Kekuatanku adalah dirimu
Semua yang ada dalam jiwaku hanyalah tentang dirimu Kisah yang ku tulis, lagu yang kunyanyikan
Semua mengisahkan tentang dirimu
Keindahan duniaku adalah warna dari kehadiranmu Inspirasiku takkan habis karena kehadiranku
Melihat semua yang kou lakukan adalah keindahan bagiku
Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:
1. Tema
Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi di atas adalah tentang tokoh idola yang menjadi insprirasi si aku dalam mengarungi hidup ini.
Tokoh Idola
Nafasku adalah senyummu
Detak jantungku adalah semangatmu Inspirasiku adalah jiwamu
Kekuatanku adalah dirimu
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut
bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan yang ada adalah rasa kebanggaan si penulis tentang tokoh idolanya.
Keindahan duniaku adalah warna dari kehadiranmu Inspirasiku takkan habis karena kehadiranku
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap
lugas…”.
Nada dalam puisi tersebut bersikap lugas dalam menyampaikan rasa kagumnya terhadap tokoh idola. Dan si penyair menggunakan pilihan kata yang konotatif.
Nafasku adalah senyummu
Kekuatanku adalah dirimu
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
Suasana puisi tersebut adalah rasa penasaran untuk mengetahui tokoh idola si aku liris karena didalam pusi tersebut si aku liris tidak menyebutkan siapa idolanya.
Melihat semua yang kou lakukan adalah keindahan bagiku
Oh idolaku…..koulah penuntunku
4. Pesan (Amanat)
Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan
atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”. Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Pesan dari puisi diatas adalah bahwa sang idola itu adalah penuntun si aku liris dan inspirasi si aku liris tak akan habis karena kehadiran tokoh idolanya
Keindahan duniaku adalah warna dari kehadiranmu Inspirasiku takkan habis karena kehadiranku
Melihat semua yang kou lakukan adalah keindahan bagiku Oh idolaku…..koulah penuntunku
5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah
1). Menghargai prestasi orang lain
Melihat semua yang kou lakukan adalah keindahan bagiku 2). Meniru kebaikan orang
Inspirasiku takkan habis karena kehadiranmu 3). Berpikir positif
Inspirasiku adalah jiwamu 4). Produktif
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Pemilihan kata yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari dan ada juga kalimat yang bermajas. Kalimat yang bermajas hiperbola ini terdapat dalam kalimat:
Nafasku adalah senyummu
Detak jantungku adalah semangatmu Kekuatanku adalah dirimu
Inspirasiku adalah jiwamu
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan
Keindahanku adalah warna dari kehadiranmu Inspirasiku takkan habis karena kehadiranmu
Melihat semua yang kou lakukan adalah keindahan bagiku
8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Bait pertama berima: a, bait ke-2 berima: a-b-a, bait ke-3 berima: a-a-a-a. Semua menggambarkan kekaguman si aku kepada si kamu sebagai orang yang diajak bicara, yang terdapat dalam kata: senyummu, semangatmu, dirimu,
pengulangan pronominal mu menegaskan betapa si aku mempunyai kebanggan terhadap mu. Dan kehadiran mu memengaruhi kehidupan si aku liris.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional.
Judul
______________
______________
______________
______________
_____________________
_____________________
______________________
________________
________________
________________
________________
Nama Lengkap : Asep Saepulloh
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No absen/ Kode : C6
Nabi Muhammad Saw
Wahai Nabi ku
Kou maha bijaksana Kou pemimpin kami
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah kelak aku di kehidupanku kedua
Kou utusan Tuhan yang terakhir Dan tiada penggantimu lagi Hanya kou nabi terakhir
Dan tak ada nabi yang terakhir lagi
Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi diatas adalah tokoh idola dimana tokoh yang diidolakan adalah seseorang yang besar yaitu seorang Nabi yang merupakan penuntun umat manusia.
Nabi Muhammad Saw
Wahai Nabi ku
Wahai Muhammad Ku
2. Perasaan (Feeling)
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah kelak aku di kehidupanku kedua
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap
menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada dalam puisi diatas adalah bersikap mengurui agar pembaca sadar akan perilaku di dunia karena ada dunia kedua. Dan mengingatka kepada pembaca bahwa Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dan tiada nabi lagi, hanya Kou contoh yang baik dan hanya Kou yang patut ditiru.
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah kelak aku di kehidupanku kedua
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
Suasana yang hadir setelah membaca puisi tersebut adalah rasa aman dan terarah karena adakalanya kita lupa untuk apa dan karena apa kita hidup. Apa yang dilakukan di dunia merupakan bekal yang akan dibawa di dunia kedua.
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah kelak aku di kehidupanku kedua
4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru
5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah
1). Shaleh
Wahai Nabiku
Wahai Muhammadku Kou maha bijaksana Kou pemimpin kami
2). Berjiwa besar
Kou maha bijaksana Kou pemimpin kami
3). Beriman
Kou utusan yang terakhir Dan tiada penggantimu lagi Hanya kou nabi terakhir
Dan tak ada nabi yang terakhir lagi
4). Berusaha untuk melakukan hal yang baik Hanya kou contoh yang baik
Hanya kou yang patut ditiru Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah aku nanti dikehidupan kedua
5). Memiliki tujuan hidup
Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah aku nanti dikehidupan kedua
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru Jadikanlah aku jadi umatmu
Bantulah kelak aku di kehidupanku kedua
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan: Wahai Nabiku
Wahai Muhammadku Kou maha bijaksana Kou pemimpin kami
Hanya kou contoh yang baik Hanya kou yang patut ditiru
8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, penyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Pada bait ke-3 ada pengulangan bunyi kata terakhir dan lagi Kou utusan Tuhan yang terakhir
Dan tiada penggantimu lagi Hanya kou nabi terakhir
Dan tak ada nabi yang terakhir lagi
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional. Judul
_______________
_______________ _______________
_________________ _________________ _________________ _________________ _________________
_________________ _________________ _________________
Nama Lengkap : Anisah Tsamarah Aidi
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ Kode : C5
My Idol
Idolaku…
Idolaku… kau sungguh menawan di mataku Kau selalu ada di saat aku sedang sedih Walau kuhanya melihat melalui angan
Idolaku...
Aku senang mengidolakanmu
Aku selalu mendengar lagu indahmu Meskipun secara tidak langsung
Idolaku…
Terus berjuang meraih mimpi yang dinanti Kuingin melihatmu di peringkat nomer 1 1 kata persembahan ku untukmu
Ada yang menarik dari judul di atas, “My Idol” walaupun jika
dialihbahasakan menjadi Idolaku, tetapi penggunaan bahasa Inggris menjadi lebih menarik untuk dibaca dan itu merupakan sebuah judul yang berhasil untuk sebuah puisi. Judul puisi di atas dengan jelas sesuai dengan tema dan dibingkis dalam bentuk yang menarik.
Kemudian kita lihat mengenai bentuk puisi di atas. Bentuk puisi yang mengalami repetisi diperbolehkan dalam sebuah puisi. Bentuk yang terdiri dari bait-bait teratur dipergunakan dalam puisi tersebut. Dan tipografi dalam teks di atas sudah mewakili adanya bentuk sebuah puisi.
Amanat yang termaktub dalam puisi tersebut adalah doa. Sebuah puisi bisa menjadi doa, bisa menjadi catatan pribadi, bisa menjadi apapun bergantung maksud yang akan disampaikan oleh penulis. Dari puisi di atas bisa dilihat ada doa yaitu pada baris dua bait tiga: Terus berjuang meraih
mimpi yang dinanti ada pesan doa terlepas doa itu untuk siapa.
Diksi yang dipakai terlihat biasa saja, hanya ada yang cukup baik ketika ada kata Wish you all the best. Sedangkan kata-kata atau frase seperti
Peringkat nomer 1, lagu indahmu, meraih mimpi terlihat biasa-biasa saja.
Tetapi tautan kata Menawan di mataku merupakan sebuah kata-kata yang berhasil untuk dijadikan sebuah puisi karena tidak bersifat umum.
Tidak ada majas yang digunakan, tetapi dalam sebuah puisi majas bukan hal yang utama. Walau memang majas itu selalu bisa menjadikan sebuah puisi lebih sublim dan menyayat untuk dibaca. Tidak ada pengetatan kata-kata ketika menuliskannya akan menjadikan tidak ada imajinasi yang dipakai. Dan majas tidak akan ditemui dalam sebuah puisi yang telanjang.
Nama Lengkap : Billy Antony Ayland
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/Kode : C7
CANTIK
Kulitmu putih seperti kain kafan Matamu indah bagaikan bola salju Bibirmu merah seperti darahku Kulitmu halus seperti kain sutra
Badanmu indah tinggi semampai Betapa sempurnanya dirimu Sungguh ingin ku congkel matamu Ingin ku mencakar wajahmu Ingin ku mengsumbat hidungmu
Jika…… kou menolakku
Lebih baik ku mati bersamamu
Karna kesempurnaan mu membuatku cinta padamu
Koulah……idola cintaku
Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter
Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi diatas adalah tentang tokoh idola yang mengidolakan seorang gadis cantik untuk menjadi pacarnya.
CANTIK
Kulitmu putih seperti kain kafan Matamu indah bagaikan bola salju Bibirmu merah seperti darahku Kulitmu halus seperti kain sutra
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh
Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang
ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan penulis ketika menulis puisi tersebut adalah rasa kekaguman penulis akan gadisnya sehingga ia memanggil kekasihnya dengan sebutan cantik yang berarti indah dan enak dipandang.
Bait pertama mendeskripsikan keadaan si cantik sebagai idolanya dengan kata-kata yang bermajas yang terdapat pada bait ke-1:
Kulitmu putih seperti kain kafan Matamu indah bagaikan bola salju Bibirmu merah seperti darahku Kulitmu halus seperti kain sutra
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang
dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
pujia-pujian terhadap si cantik. Pada bait ke-2 terdapat curahan hati si penulis jika ia tidak diterima cintanya maka si penulis akan meluapkan kekeselannya dengan kata kiasan: mencongkel mata, mencakar wajahmu, mengsumbat hidungmu hal ini dilontarkan jika si aku liris ditolak cintanya.
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
Suasana yang ada adalah rasa takut dan terharu karena si aku mencintai gadis pujaannya secara berlebihan dimana ada kontra dari bait pertama dan bait ke
2. Di bait pertama mendeskripsikan kecantikan dan keadaan fisik gadis pujaan si aku liris. Bait ke-2 larik ke-1 dan ke-2 tentang kesempurnaan si gadis tapi dari larik ke-3 sampai ke-7 kesadisan yang akan dilakukan si aku liris jika cintanya ditolak.
Cinta bisa begitu indah seperti percintaan natara Romeo dan Juliet juga seperti dalam kisah putrid salju dan Cinderalla. Dan cinta pun bisa menjadi biang dendam dan benci dan inilah percintaan si aku liris jika rasa cintanya di tolak. Dengan kesempurnaan yang dimiliki si gadis menjadikan si aku mencintai gadis itu dan menjadikannya idola.
4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadap sesuatu.
Jika kita mencintai orang lain janganlah berlebihan dan apa yang kita lakukan di dunia ini semata-mata untuk mendapat ridho dari Allah SWT
Sungguh ingin ku congkel matamu Ingin ku mencakar wajahmu Ingin ku mengsumbat hidungmu Jika…… kou menolakku
5. Nilai-nilai moral dalam puisi Cantik adalah: 1. kasih sayang
Dari puisi cantik tersebut dapat disimpulkan bahwa si aku liris memiliki sikap yang egois dan tidak mencintai dirinya karena rasa cintanya yang teramat dalam membuat si aku liris tidak berkarakter karena tidak dapat mengendalikan emosinya.
Sungguh ingin ku congkel matamu Ingin ku mencakar wajahmu Ingin ku mengsumbat hidungmu Jika…… kou menolakku
Lebih baik ku mati bersamamu
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Puisi diatas lewat unsur-unsur yang dibangunnya, terasa mendalam, mengharukan, menakutkan, menggembirakan tapi di bait terakhir kesempurnaan yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadikan orang lain sakit hati tatkala orang itu tidak dapat menerima kenyataan.
Betapa sempurnanya dirimu Sungguh ingin ku congkel matamu Ingin ku mencakar wajahmu Ingin ku mengsumbat hidungmu Jika…… kou menolakku
Lebih baik ku mati bersamamu
Karna kesempurnaan mu membuatku cinta padamu Koulah……idola cintaku
7. Pengimajian
Imaji penglihatan
Kulitmu putih seperti kain kafan Matamu indah bagaikan bola salju Bibirmu merah seperti darahku Kulitmu halus seperti kain sutra Badanmu indah tinggi semampai Betapa sempurnanya dirimu
Imaji perabaan
Sungguh ingin ku congkel matamu Ingin ku mencakar wajahmu Ingin ku mengsumbat hidungmu Jika…… kou menolakku
Lebih baik ku mati bersamamu
8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Rima puisi cantik ini melalui pengolahan bunyi. Adanya asonansi /a/ dan /i/, yaitu: kulitmu, matamu, bibirmu, darahku, kafan, sutra, dirimu, wajahmu,
hidungmu,padamu. Dan ada pengulangan kata kulitmu, matamu. Pronomina
mu dan ku bermakna bahwa yang berbicara dalam puisi itu adalah si aku liris dan mu disini adalah seorang gadis dengan pangilan cantik.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional. Judul
________________ ________________
_______________ _______________ _______________ _______________ _______________ _______________ ______________
______________
______________
______________
Nama Lengkap : Chaterin Claudia
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ Kode : C8
Pangeran Dipenogoro
Pangeran Dipenogoro kou pahlawan sejati Tak pernah mementingkan diri sendiri
Berjuang separuh nafas untuk kebebasan negeri ini Pangeran Dipenogoro pahlawan pembela pertiwi
Kou tinggalkan takhta kerajaan yang megah Kou ikhlaskan kehidupanmu untuk berjuang Demi kehormatan bangsa dan Negara Menuju Indonesia merdeka
Pangeran Dipenogoro jasadmu telah kembali ke bumi Namun api perjuanganmu tak mati-mati
Kou habiskan tetesan darahmu untuk negeri ini Kou habiskan nafas penghabisan untuk pertiwi
1. Tema
Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter
yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa
tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi diatas adalah tentang tokoh idola, si aku mengidolakan Pangeran Dipenogoro
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh
Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang
ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan yang ada adalah tentang kekaguman dan kebanggaan si aku terhadap pahlawan Indonesia.
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang
dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada yang disampaikan adalah bersikap lugas dalam menyampaikan rasa bangga terhadap pahlawan.
Pangeran Dipenogoro kou pahlawan sejati Tak pernah mementingkan diri sendiri
Berjuang separuh nafas untuk kebebasan negeri ini Pangeran Dipenogoro pahlawan pembela pertiwi
Kou tinggalkan takhta kerajaan yang megah Kou ikhlaskan kehidupanmu untuk berjuang Demi kehormatan bangsa dan Negara Menuju Indonesia merdeka
4. Pesan (Amanat)
Herman J. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud
yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Pesan yang ingin disampaikan adalah kita harus bebrbagga memiliki pahlawan seperti Pangeran Dipenogoro karena beliau merupakan pahlawan sejati yang berani meninggalkan takhta kerajaan yang magah dan keikhlasannya untuk berjuang demi negeri ini. Walau jasadmu telah mati tapi perjuanganmu tak akan pernah mati.
Pangeran Dipenogoro kou pahlawan sejati Tak pernah mementingkan diri sendiri Kou ikhlaskan kehidupanmu untuk berjuang Demi kehormatan bangsa dan Negara Menuju Indonesia merdeka
5. Nilai-nilai moral dalam puisi tersebut adalah 1) berjiwa besar
2) menghargai pengorbanan orang lain 3) Berpikir positif
6) Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Pemilihan kata dalam puisi tersebut adalah menggunakan bahasa sehari-hari dalam menyampikan rasa bangganya terhadap pahlawan yang telah membela Negara Indonesia sehingga menjadi Negara yang merdeka.
Demi kehormatan bangsa dan Negara Menuju Indonesia merdeka
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan
Pangeran Dipenogoro kou pahlawan sejati Tak pernah mementingkan diri sendiri
Berjuang separuh nafas untuk kebebasan negeri ini Pangeran Dipenogoro pahlawan pembela pertiwi 8. Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Bait pertama puisi tersebut berima: a-a-a-a, bait 2 berima: b-b-b-b, bait ke-3 berima a-a-a-a.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional. Judul
___________________________
_______________
____________________________ ________________
______________________________ __________________
Nama Lengkap : Desi Hardianti
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ Kode : C9
ROSULULLAH SAW
Cinta kami ya Rosul akankah sampai padamu Rindu kami ya Rosul tak sabar ingin bertemu Dalam hidup sekejap ini
Ku junjung tinggi namamu
Dalam renunganku teringat padamu Selalu bergema shalawat untukmu Tak terlupakan semua pengorbananmu Di jalanmu yang menuju kemenangan Bila waktuku dating hasratku di jalanmu Jalan yang selalu terang
Jalan lurus yang ku tuju
Ya rosul hadir dalam hijrah hidupku Perjalanan yang berbatu dan berliku Meski gelombang uji coba menghadang Aku kan berdiri kukuh dan berjuang
Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi di atas adalah tokoh idola dimana si aku liris mengidolakan orang yang sangat besar yaitu seorang Rosululloh SAW
ROSULULLAH SAW
Cinta kami ya Rosul akankah sampai padamu Rindu kami ya Rosul tak sabar ingin bertemu
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh
Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang
ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan yang ada dalam puisi tersebut adalah rasa bangga, kagum dan tegar dalam menghadapi hidup dan ia mencoba selalu berada di jalan yang benar karena hidup ini hanya sekejap.
Dalam hidup sekejap ini Jalan yang selalu terang
Jalan yang lurus ku tuju aku kan berdiri kukuh dan berjuang
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap
menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada dalam puisi tersebut adalah si penulis puisi bersikap lugas dalam menyampaiakan keinginannya untuk selalu mencontoh Rosululloh karena si aku berkeyakinan bahwa hidup ini hanya sementara.
Cinta kami ya Rosul akankah sampai padamu Rindu kami ya Rosul tak sabar ingin bertemu Dalam hidup sekejap ini
Ku junjung tinggi namamu
Suasana dalam puisi tersebut adalah rasa aman dan nyaman karena mengingatkan kembali kepada kita akan tujuan hidup di dunia. Hidup ini hanya sementara jadi usahakan agar selalu berada di jalan yang benar.
Dalam hidup sekejap ini Jalan yang selalu terang Jalan lurus yang kutuju
4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa dalam hidup yang sementara ini kita harus mencontoh Rosululloh SAW agar hidup ini berada di jalan yang lurus dan benar.
Dalam hidup sekejap ini Jalan yang selalu terang Jalan lurus yang kutuju
5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah
1). Beriman
Bila waktuku datang hasratku di jalanmu 2). Taat dan patuh
Ku junjung tinggi namamu
Di jalanmu yang menuju kemenangan
3). Shaleh
Jalan yang selalu terang Jalan lurus yang ku tuju
4). Berjiwa besar
6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Diksi dalam puisi tersebut adalah menggunakan bahasa sehari-hari tidak ada unsur puitisnya. Meskipun menggunakan bahasa-bahasa sehari-hari puisi tersebut bermakna dan bernilai.
Dalam renunganku teringat padamu Selalu bergema shalawat untukmu Tak terlupakan semua pengorbananmu Di jalanmu yang menuju kemenangan
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji pendengaran:
Selalu bergema shalawat untukmu
Imaji penglihatan:
Tak terlupakan semua pengorbananmu Di jalanmu yang menuju kemenangan
8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Dalam puisi tersebut tidak ada permainan rima, tetapi terdapat pengulangan pronominal persona mu seperti pada kata: padamu, namamu,
pronominal persona mu jelaslah bahwa si aku mengidolakan mu dan diusahakan mencontoh si mu yang dalam puisi ini mu sebagai tokoh idola yaitu Rosululloh. Begitu mulia si aku dan karakter seperti inilah yang dapat menjadi pondasi bangsa.
Perjalanan yang berbatu dan berliku Meski gelombang uji coba menghadang Aku kan berdiri kukuh dan berjuang
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional.
Judul
________________ ________________
________________
________________
_______________
_______________
_______________
_______________
_______________
_______________
______________
______________
______________
______________
_______________
_______________
_______________
Nama Lengkap : Deffi Putri
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
Absen/Kode : C10
Kenanglah dalam Selembar Puisi
Jika malam ini aku tiada Jangan kou berduka Jangan pula kou melara Karena aku takkan terima
Jika malam ini aku mati Jangan kou meninti air mata Jangan pula kou merana Karna aku takkan bahagia
Jika malam ini aku benar tiada dan mati Kenanglah aku sebagai puisi
Kenanglah aku dalam mimpi Disetiap kou terbangun di pagi
Karena, disetiap harimu Langkahmu, Nafasmu
Aku masih abadi
Meski hanya menjadi selembar puisi
Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject
-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut
puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Puisi yang berjudul Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi merupakan puisi yang bertemakan percintaan yang bernilai religius karena si aku liris menginginkan orang yang dicintainya harus ikhlas menerima kematian si aku dan meskipun si aku telah tiada di dunia ini si aku tetap ada dan abadi meski hanya menjadi selembar puisi, hal ini ditunjukkan pada bait ke-3 dan bait ke-4.
Jika malam ini aku benar tiada dan mati Kenanglah aku sebagai puisi
Kenanglah aku dalam mimpi Disetiap kou terbangun di pagi
Karena, disetiap harimu Langkahmu, Nafasmu Aku masih abadi
Meski hanya menjadi selembar puisi
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang
dikemukakan oleh Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana
perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh
pembaca”.
Perasaan penulis dalam puisi kenanglah aku dalam selembar puisi adalah kepasrahan penulis dan keikhlasan penulis menyambut kematian dan jika ia benar-benar mati malam itu, ia meningini agar orang-orang yang dekat dengan si aku liris jangan menangis dana jangan berduka karena si penulis tidak akan terima. Hal ini ditunjukkan pada bait ke-1 dan ka-2.
Jika malam ini aku mati Jangan kou meninti air mata Jangan pula kou merana Karna aku takkan bahagia
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleh penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap
menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut Nada puisi tersebut adalah bernada menasihati hal ini ditunjukkan pada bait ke-1, bait ke-2.
Jangan kou berduka Jangan pula kou melara
Jangan kou meninti air mata Jangan pula kou merana
Suasana yang ditimbulkan adalah keharuan akan keikhlasan penulis akan sikapnya karena ia berterima akan takdir yang telah ditentukan Allah.
Jika malam ini aku mati Jangan kou meninti air mata Jangan pula kou merana Karna aku takkan bahagia
4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Jika malam ini aku benar tiada dan mati Kenanglah aku sebagai puisi
Kenanglah aku dalam mimpi Disetiap kou terbangun di pagi
Karena, disetiap harimu Langkahmu, Nafasmu
Aku masih abadi
Meski hanya menjadi selembar puisi
5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah
a. Ikhlas
Keikhlasan penulis menerima takdir yang telah ditentukan oleh Allah yaitu kematian ditunjukkan dengan kata, “Jika malam ini aku mati”.
b. Bertanggung jawab
Si aku liris menginginkan agar kematiannya tidak menjadikan orang lain berduka dan merana karena si aku liris tidak akan terima.
Jika malam mini aku tiada Karena aku takkan terima Jika malam ini aku mati Karna aku takkan bahagia
c. Berjiwa besar
Jika malam ini aku benar tiada dan mati Kenanglah aku sebagai puisi
Si aku liris menginginkan agar setelah ia mati orang akan mengenangnya sebagai puisi yang berarti si penulis itu dalam hidupnya telah melakukan hal yang sangat luar biasa karena kenangan masa hidupnya diibaratkan sebagai puisi, dan puisi itu merupakan sesuatu yang bernilai dan bermakna. Orang yang berjiwa besarlah yang bermakna di dalam hidupnya.
Langkahmu, Nafasmu Aku masih abadi
Meski hanya menjadi selembar puisi
e. Beriman
Si aku liris merupakan orang yang beriman karena si aku bisa menerima kematian yang merupakan takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT
Jika malam ini aku mati 6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Penulis menggunakan kata yang lugas dan mudah di pahami. Terdapat asonansi /u/ dan /a/, /a/ dan /i/. pada kata berduka, melara, terima, merana, dan kata mati, mimpi, puisi, dan kata harimau, nafasmu.
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji penglihatan:
Jika malam ini aku tiada Jangan kou berduka Jangan pula kou melara Jika malam ini aku mati Jangan kou meninti air mata Jangan pula kou merana
Jika malam ini aku benar tiada dan mati Kenanglah aku sebagai puisi
8. Rima
lambang bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Puisi tersebut bait ke-1 berima a-a-a-a, bait ke-2 berima a-b-a-a, bait ke-3 berima a-a-a-a dan bait ke-4 berima a-a-a-a.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional.
Judul
________________ ________________ ________________ ________________
_________________ __________________ __________________ ___________________ ________________
________________ ________________ ________________
Nama Lengkap : Fahmi Fajar
Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung
No Absen/ Kode : C13
Tokoh Idola
Namamu akan selalu hidup Hidup di hatiku yang paling dalam
Engkau patriot pahlawan bangsa Apalah kami tanpa engkau
Mungkinkah tanpamu aku akan seperti ini
Seperti yang kau lihat menjadi seseorang yang sukses
Terima kasih guruku, namamu akan selalu ku kenang Dikenang di hatiku
Dihati yang paling dalam
Karna engkau tak pantas untuk dilupakan
Namaku akan selalu kukenang Dalam sanubariku
Namamu akan selalu hidup Dalam kegelapan
Judul puisi di atas cukup baik tapi tidak terlalu puitis. Frase “Tokoh
Idola” berbeda dengan kata-kata “Cahaya Hidup” walaupun bisa menampilkan arti yang sama. Jika dilihat dari temanya yaitu tokoh idola dan dihubungkan dengan keseluruhan isi dari puisi. Judul di atas bisa dikatakan berhasil tapi tidak puitis.
Bentuk puisi di atas sudah berhasil dikatakan sebagai puisi dikarenakan sebuah puisi pada saat ini tidak bisa dibatasi dalam bentuk apa pun. Bahkan ada yang disebut puisi prosais. Tetapi lepas dari itu, kita bisa melihat sebuah ciri khas dari pemakaian kata-katanya.