Jurnal
Akuntansi
dan Keuangan
Jurnal
Akuntansi
dan Keuangan
1
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage dan Persentase Penawaran Saham terhadap Initial Return Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek IndonesiaEvi Mutia
13
Relevansi Nilai Laba Akuntansi pada Aksi Stock Split Pendekatan Model Harga dan ReturnLinda dan Endang Surasetyo Ningsih
25
Pengaruh Rasio Keuangan dan Struktur Good Corporate Governance Terhadap Financial Distress Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia Islahuddin dan Reza Malasy
37
Pengaruh Pengungkapan Lingkungan dan Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaaan HPH/HPHTI, Pertambangan Umum dan Migas yang Terdaftar di BEISyawal Harianto dan Khairul Ikhsan
47
Analisis Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe M. Haykal65
Pengaruh Komitmen Organisasi dan Pengendalian Intern terhadap Slack AnggaranSurvey pada Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Bener Meriah dan Pidie Jaya Zulkarnaini
81
The Effect of Budgetary Participation and Budget Adequacyon Individual Performance with Job Satisfaction as an Intervening Variable Hendra Raza
93
Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap PengungkapanModal Intelektual pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2008-2010
Aida Yulia dan Cut Darmawati
103
Pengaruh Pajak Penghasilan dan Rasio Proitabilitas terhadap TindakanPerataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011
Lilis Maryasih dan Raihan Maulinar
115
Otonomi Daerah di Indonesia Masalah dan Penyelesaiannya FaisalJURUSAN AKUNTANSI
HALAMAN 1 – 122
Terbit 2 kali dalam setahun pada setiap bulan Februari dan Agustus, berisi tulisan yang diangkat dari hasil-hasil penelitian maupun pemikiran bidang akuntansi dan atau keuangan
yang relevan bagi pengembangan profesi dan praktek akuntansi di Indonesia EDITORS
M. Haykal (Chief of Editor) Hilmi (Managing Editor) Muammar Khaddai, Amru Usman
Hendra Raza, Mursyidah Rita Mutia, Naz’aina
Iswadi, Yurina REVIEWERS
Ade Fatma Lubis Adi Zakaria Afif
Universitas Sumatera Utara Universitas Indonesia
Erlina Fachruzzaman
Universitas Sumatera Utara Universitas Bengkulu
Julli Mursyida Islahuddin
Universitas Malikussaleh Universitas Syiah Kuala
Kamil Md. Idris Murhaban
School of Accountancy UUM-Malaysia Universitas Malikussaleh
Rini Indriani Syukri Abdullah
Universitas Bengkulu Universitas Syiah Kuala
TB. Ismail Wahyuddin
Universitas Tirtayasa Universitas Malikussaleh Zaafri Husodo
Universitas Indonesia
EDITORIAL SECRETARY Rayyan Firdaus Harry Hassan Masyarafah
Kusnandar Zainuddin EDITORIAL OFFICE
Gedung Jurusan Akuntansi FE-Unimal Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe
Telp/Fax. 0645-40210/0645-40211 Email: [email protected]
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN diterbitkan sejak Februari 2011 Oleh Jurusan Akuntansi FE-Unimal
Redaksi menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik rapi sesuai kebijakan editorial (lihat dihalaman belakang jurnal)
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage dan Persentase Penawaran Saham 1-12 terhadap Initial Return Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO)
di Bursa Efek Indonesia Evi Mutia
Relevansi Nilai Laba Akuntansi pada Aksi Stock Split 13-23
Pendekatan Model Harga dan Return Linda dan Endang Surasetyo Ningsih
Pengaruh Rasio Keuangan dan Struktur Good Corporate Governance 25-35 Terhadap Financial Distress Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Islahuddin dan Reza Malasy
Pengaruh Pengungkapan Lingkungan dan Kinerja Lingkungan terhadap 37-46 Kinerja Keuangan pada Perusahaaan HPH/HPHTI, Pertambangan Umum
dan Migas yang Terdaftar di BEI Syawal Harianto dan Khairul Ikhsan
Analisis Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe 47-63 M. Haykal
Pengaruh Komitmen Organisasi dan Pengendalian Intern 65-79
terhadap Slack Anggaran
Survey pada Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Bener Meriah dan Pidie Jaya Zulkarnaini
The Effect of Budgetary Participation and Budget Adequacy 81-92 on Individual Performance with Job Satisfaction as an Intervening Variable
Hendra Raza
Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Pengungkapan 93-102 Modal Intelektual pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
Tahun 2008-2010
Aida Yulia dan Cut Darmawati
Pengaruh Pajak Penghasilan dan Rasio Proitabilitas terhadap Tindakan 103-114
Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011
Lilis Maryasih dan Raihan Maulinar
Otonomi Daerah di Indonesia 115-122
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
LEVERAGE
DAN PERSENTASE PENAWARAN SAHAM
TERHADAP
INITIAL RETURN
PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING
(IPO)
DI BURSA EFEK INDONESIA
EVI MUTIA
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Studies on stocks return predictability base on prospectus information found to be inconsistent. The inconsistency is starting point to conduct this study. The objective of this research is to examine and analyze the inluence or effect variables of company size, leverage and percentage in offering initial return. Multiple Linier Regression Analysis is used as data analysis technique in this study. Sample has been token by using purposive sampling method with criterions companies listed in Jakarta Stock Exchange that con-ducted IPO (Initial Public Offerings) during period 2007-2009 outside banking and other inancial company sectors, and also companies that underpriced. By those criterions, 41 companies were obtained as samples. The result of this research show that partially with alpha 0, 05 only company size variable has signiicant impact and negative toward initial return. Then leverage and percentage in offering have no has signiicant impact toward initial return.
LATAR BELAKANG
Pasar modal merupakan pasar tempat per-temuan dan melakukan transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak-pihak yang kelebihan dana (surplus fund). Pendapatan inves-tasi saham yang berupa capital gain akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga saham, se -dangkan yang berupa dividen selain dipengaruhi oleh kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh keadaan eksternal perusahaan. Informasi tentang kinerja perusahaan (analisis fundamental) dapat diperoleh investor melalui analisis terhadap lapo-ran keuangan yang dipublikasikan perusahaan.
Pasar modal juga mempunyai peran besar dalam perekonomian suatu negara, hal ini dise -babkan karena memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi eko -nomi sebagai wahana atau tempat bertemunya dua kepentingan antara pihak yang kelebihan dana
(investor) dengan pihak yang kekurangan dana
(issuer). Fungsi keuangan yaitu adanya kemun -gkinan dan kesempatan memperoleh imbalan atau return bagi pemilik dana sesuai karakteristik investasi yang dipilih. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang (Darmadji dan Hendy 2001: 2)
Investor sebagai pihak yang menempatkan dana mempunyai pengharapan tertentu terhadap investasi, yaitu return (pengembalian hasil). Se-makin tinggi return maka akan semakin mengun-tungkan investor dan perusahaan. Ada dua keun-tungan yang dijanjikan atas investasi suatu saham yaitu capital gain dan deviden. Capital gain yaitu keuntungan dari hasil jual atau beli saham, dan didapat dalam jangka pendek. Sedangkan deviden yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham, diperoleh jika perusahaan menghasilkan laba dan dibagikan minimal dalam jangka waktu satu tahun. Kedua keuntungan ini akan dinikmati investor jika ia su-dah membeli saham dan melakukan transaksi jual beli di pasar sekunder.
Return (pengembalian hasil / laba) merupakan pengembalian hasil atau laba atas suatu surat ber-harga atau investasi modal, biayanya dinyatakan
dalam suatu tingkat persentase tahunan. Di pasar perdana initial return ( return awal ) diperoleh oleh investor jika harga penutupan (closingprice) lebih tinggi dari pada harga penawaran di pasar perdana. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya gejala underpricing di pasar perdana, baik di bursa saham luar negeri maupun di Indonesia. Di Indonesia pengamatan perilaku harga saham di pasar perdana selama tahun 1990 menunjukkan fenomena underpricing ( Husnan, 1991). Feno -mena underpricing menunjukkan adanya return
positif yang diterima oleh investor pada pasar perdana (Baluirs, et.al, 1988); Beatty, 1988; Car -tor Manaster, 1990). Fenomena underpricing ini disatu pihak menguntungkan investor tetapi di pi-hak lain akan merugikan emiten karena dana yang dikumpulkan tidak maksimal ( Pratiwi dan Indra, 2003:403).
Dengan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering / IPO), perusahaan dapat
memperoleh dana dari investor secara resmi mel-alui pasar modal. Dengan melakukan IPO maka perusahaan tersebut dapat menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya dana itu digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam hal pendanaan, kegiatan operasional, ekspansi serta memperbaiki struktur modal perusahaan saat ini (Husnan,2001). Berbeda dengan dana yang dida -pat dari bank sebagai pinjaman yang harus dikem-balikan, dana dari investor ini tidak akan dikem -balikan, kecuali perusahaan melakukan penarikan atau pembelian kembali (repurchase) atas saham-saham perusahaan yang sedang beredar.
Menurut Nasirwan (2000 : 74), apabila inves -tor ingin membeli saham di pasar perdana (initial public offering atau IPO), maka perlu melihat
informasi prospektus yang disajikan. Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua informa-si yaitu: informainforma-si akuntaninforma-si dan informainforma-si non akuntansi. Informasi akuntansi adalah informasi yang berasal dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan misalnya ukuran perusahaan, earnings per share, price ear-ning ratio, Debt to Equity Ratio, tingkat leverage
dan lain-lain.
(penja-min emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang di -tawarkan, umur perusahaan dan informasi lainn -ya. Jadi initial return berkaitan dengan informasi. Informasi akuntansi yang berpengaruh signiikan secara statistik terhadap initial return adalah tin-gkat leverage. Ini berarti para investor mengguna-kan informasi akuntansi yang baik dalam pengam-bilan keputusan.
Laporan keuangan tahunan yang dipublikasi-kan oleh perusahaan mengandung informasi akun-tansi yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan pada saat tertentu. Dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupa -kan media bagi mereka untuk mengkomunikasi-kan kinerja keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari sudut pandang investor, informasi akuntansi diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional.
TINJAUAN TEORITIS
Pasar modal (capital market) dideinisi -kan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk
modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds) baik yang diberikan oleh pemerintah (public authori-ties) maupun oleh perusahaan swasta (private sec-tors) (Husnan 2006). Menurut Nasaruddin dan Surya (2004:10-11) pasar modal (capital market) adalah mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle term investment) dan panjang (long term investment),
kedua pihak melakukan jual beli modal yang ber-wujud efek. Surat berharga (efek) berupa saham, obligasi atau sertiikat atas saham atau dalam surat berharga lainnya.
Pasar Modal memiliki beberapa fungsi yang strategis yang mempunyai daya tarik bagi yang memerlukan dana dan yang meminjamkan dana dan juga pemerintah. Pada dasarnya ada peranan strategis dari pasar modal bagi perkonomian suatu negara yaitu sebagai sumber penghimpun dana, alternatif investasi para pemodal, biaya penghim -pun dana melalui pasar modal relatif rendah, bagi negara pasar modal akan mendorong
perkemban-gan investasi.
Secara umum, pasar modal dibentuk karena lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar Modal dalam melaksanakan fungsinya menyediakan fasilitas untuk memind-ahkan dan (pemilik dan) ke penerima dana. Pem-berian dana mengharapkan dapat imbalan dari pe-nyertaan dana (saham), sedangkan bagi penerima dana dapat mengembangkan kegiatan bisnis tanpa harus menunggu dana dari hasil produksi perusa-haan. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan produksi barang dan jasa, sehingga, sehingga berdampak pada peningkatan kemakmu-ran masyarakat.
Saham Menurut Elton & Gruber (1995) adalah menunjukkan hak kepemilikan pada keuntungan dan aset dari suatu perusahaan. Secara sederhana, saham dapat dideinisikan sebagai surat berharga yang menjadi bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya (Ang, 1997). Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk menda-patkan keuntungan yang disebut return baik lang-sung maupun tidak langlang-sung. Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan 2 hal, yaitu expected return (tingkat kembalian yang diharapkan) dan risk (resiko) yang terkandung dari alternatif investasi yang dilakukan.
Expected return merupakan return yang di-harapkan oleh investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Fak -torfaktor yang mempengaruhi return suatu inves-tasi meliputi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan yaitu kual -itas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai, dan se -bagainya. Sedangkan faktor eksternal perusahaan yaitu perkembangan sektor industri, pengaruh ke -bijakan moneter dan iskal, faktor ekonomi, dan sebagainya (Ang, 1997).
-gian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor (Jogi-yanto, 2003). Keputusan perusahaan untuk menja -di perusahaan publik (go public) merupakan suatu keputusan yang tidak tanpa perhitungan yang matang karena dengan go public perusahaan diha-dapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan (beneits) maupun yang merugikan (costs). Keuntungan dari going public menurut Jogiyanto (2003) adalah : kemu-dahan meningkatkan modal di masa mendatang, meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, nilai pasar perusahaan diketahui.
Ukuran perusahaan turut menentukan ting-kat kepercayaan investor. Semakin besar peru-sahaan semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Daniati dan suhairi (2006), mengatakan bahwa ukuran perusahaan adalah sa-lah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecil-nya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusa-haan tersebut. Ukuran perusaperusa-haan dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham karena perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek peru sahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan peru-sahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak (Ardiansyah, 2004).
Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipen-garuhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat risiko investasi perusahaan berskala besar dalam jangka panjang. Sedangkan pada perusa-haan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang besar, sehingga tingkat risiko investasinya lebih besar dalam jangka panjang (Nurhidayati & Indriantoro, 1998).
Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian pe-rusahaan berskala besar, maka akan menurunkan tingkat underpricing dan kemungkinan return yang akan diterima investor semakin rendah (Kim, et.al.,1995). Oleh karena itu diduga semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin kecil initial re-turn dan return 7 hari setelah IPO. Menurut Kim
et.al. (1995) dan Carter, Dark & Singh (1998), ukuran perusahaan berpengaruh signiikan ter -hadap underpricing. Demikian pula dengan hasil penelitian Wahyudi (2004) bahwa ukuran perusa -haan berpengaruh signiikan positif terhadap pra -kualiikasi penjamin emisi dan return awal saham. Sedangkan hasil penelitian Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa besaran perusahaan tidak berpengaruh signiikan terhadap initial return dan
return 15 hari setelah IPO. Sama halnya dengan hasil penelitian Nurhidayati & Indriantoro (1998) bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh ter-hadap tingkat underpriced.
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya akan mempengaruhi be-sarnya laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham. Semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki, maka beban bunga yang harus ditanggung juga akan semakin besar. Hal ini akan menyebabkan keuntungan yang dip-eroleh semakin kecil, sehingga berpengaruh pada rendahnya deviden yang mampu dibayarkan kepa-da pemegang saham. Tingkat leverage menggam-barkan tingkat risiko dari perusahaan yang diukur dengan membandingkan total kewajiban ahaan dengan total aktiva yang dimiliki perus-ahaan. Semakin tinggi tingkat leverage suatu pe-rusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan yang berarti semakin tinggi tingkat leverage perusahaan semakin tinggi pula faktor ketidakpastian akan perusahaan sehingga berpengaruh negatif terhadap initial return.
Eckbo dan Norli (2004) menyimpulkan adan -ya respon return saham terhadap faktor yang berhubungan dengan leverage. Li et al. (2005)
diimbangi dengan memberikan kompensasi initial return yang tinggi kepada investor agar bersedia berivestasi dalam saham perusahaan.
Persentase penawaran saham dapat diguna-kan sebagai proxy terhadap faktor ketidakpastian
return saham yang akan diterima oleh investor dan calon investor. Semakin besar persentase sa-ham yang ditahan perusahaanmaka semakin be-sar pula tingkat underpriced yang mengakibatkan semakin besarnya tingkat ketidakpastian harga saham di masa yang akan datang (Carter et.al., 1998). Dalam rangka pengambilan keputusan investasi, caloninvestor memerlukan banyak in-formasi guna mempertimbangkan membeli atau tidak saham yang ditawarkan perusahaan emiten.
Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkatpertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntunganyang tinggi, maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Demikian pulasebaliknya, perusahaan kecil yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relatif lebih kecil , maka akan menawarkan saham dengan nilai kecil. Dengan demikian se-makin besar persentase penawaran saham maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akanmenurunkan tingkat un-derpricing saham (Chishty et.al., 1996).
Hal ini berartikemungkinan return yang akan diterima investor juga semakin rendah. Oleh kare-na itu diduga semakin besar persentase pekare-nawaran saham maka semakinkecil initial return.Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasirwan (2000), koeisien variabel persentase penawaran saham secara statistis signiikan berpengaruh negatif ter -hadap return 15 hari setelah IPO, sehingga jika
persentase penawaran saham itu tinggi maka ki-nerja saham tersebut selama 15 hari setelah IPO akan turun. Penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Trisnawati (1999) dan Daljono (2000) yang menyatakan bahwa persentase pena-waran saham tidak berpengaruh signiikan dengan initial return.
Hubungan skematis pengaruh ukuran perusa-haan, tingkat leverage dan persentase penawaran saham terhadap initial return dapat dilihat pada Gambar 1:
Berdasarkan telaah riset sebagaimana terse -but di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah; Ukuran perusahaan, tingkat leverage dan Persentase penawaran saham ber-pengaruh terhadap initial return pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah peru-sahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 diluar perusahaan dari kelompok perbankan dan lembaga keuangan sejenis (Non keuangan). Ala-san dikeluarkannya perusahaan perbankan dan lembaga keuangan sejenis karena perusahaan dari sektor tersebut memiliki rasio keuangan yang ber-beda dengan perusahaan dari sektor lain.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini meng-gunakan metode purposive sampling, yaitu me-tode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu (Emory & Cooper, 1999). Kriteria sampel peneli -tian ini adalah:
1. Melakukan IPO pada periode 2007-2009 di Bursa Efek Indonesia diluar perusahaan dari sektor perbankan dan lembaga keuangan. 2. Perusahaan masih terdaftar minimal satu tahun
setelah IPO, hal ini dimaksudkan untuk meli -hat kinerja saham yang ditunjukkan dengan pergerakan initial return.
3. Perusahaan yang mengalami underpriced pada saat hari pertama di pasar sekunder.
Berdasarkan kriteria tersebut, dari populasi awal penelitian ini ditemukan sebanyak 51 peru -sahaan yang melakukan IPO pada periode 2007-2009 di Bursa Efek Indonesia. Dari 51 perusahaan tersebut, 7 perusahaan merupakan perusahaan perbankan dan lembaga keuangan sejenis serta 3
Ukuran Perusahaan
Leverage Initial Return
perusahaan yang initial returnnya negatif ( over-priced). Dengan demikian terdapat 41 perusahaan
yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, serta harga saham harian untuk perhitungan Initial Return masing-masing perusahaan.
Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu pengumpulan data yang di-dasarkan pada catatan yang telah tersedia di BEI dengan mengklasiikasikan data-data tersebut ber -dasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) dengan alamat Gedung Bursa Efek Jakarta lantai 1 tower 2, jalan Jendral Surdiman Kavling 52-53 Jakarta 12190, serta situs resmi di http://www.jsx.co.id.
Deinisi dan Operasional Variabel
Variabel dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Ini-tial Return. Variabel ini dukur berdasarkan return
harian dengan menggunakan metode sederhana (mean) yang merupakan selisih antara harga sa-ham pada hari pertama perdagangan dipasar sek-under dengan harga penawaran saham pada saat IPO, dibagi dengan harga penawaran saat IPO. Variabel ini dapat dihitung dengan formula:
%
P
= Harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder1 −
t
P
= Harga saham penawaran pertamaVariabel independen (X) adalah variabel yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada var-iabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi varia-bel independen adalah ukuran perusahaan, tingkat
leverage dan Persentase penawaran saham. a. Ukuran Perusahaan diukur dengan
menggu-nakan total aktiva perusahaan
b. Tingkat Leverage menggambarkan tingkat risiko dari perusahaan yang diukur dengan membandingkan total kewajiban dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
c. Persentase Penawaran Saham merupakan hasil yang diterima dari pengeluaran saham. Vari-abel ini diukur berdasarkan penawaran saham perusahaan pada saat melakukan IPO, dengan formula :
K = harga penawaran (offer price) x jumlah lembar saham yang diterbitkan (shares).
Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan studi empiris yaitu studi tentang data atau fakta yang nyata yang dikumpulkan secara sistematis. Untuk menguji hipotesis yang diajukan model regresi berganda akan dipergunakan dengan formula berikut:
ε
IR = InitialReturn SIZE = Ukuranperusahaan
LEV = Tingkat Leverage
PPS = ProsentasePenawaranSaham
ε = Error Term (Variabel di luar priode pe-nelitian ini)
α = Konstanta
ß = Koeisien regresi
Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk meng-etahui apakah model persamaan regresi yang di-gunakan memenuhi asumsi linear klasik. Hal ini penting dilakukan agar diperoleh parameter yang valid dan andal. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
persenta-se penawaran saham terhadap initial return. Pen-gujian secara statistik terdiri dari uji F dan uji t.
Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (secara simultan). Bila Fhit > Ftabel dengan tingkat signiikan 5% maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signiikan terha -dap variabel dependen. Sebaliknya jika Fhit < Ftabel dengan tingkat signiikan 5% maka dapat disim -pulkan bahwa secara bersama-sama variabel in-dependen tidak berpengaruh terhadap variabel de-penden. ji t ini dilakukan untuk melihat signiikan dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen (secara parsial). Den-gan menDen-ganggap variabel lainnya konstan. Bila thit > ttabel dengan signiikan 5% maka dapat disimpul -kan bahwa secara parsial variabel independen ber-pengaruh signiikan terhadap variabel dependen. Jika thit < ttabel dengan tingkat signiikan 5% maka dapat disimpulkan variabel independen tidak ber-pengaruh terhadap variabel dependen.
ANALISIS DATA
Deskripsi Data Penelitian
Analisis dilakukan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang diuji meliputi
initial return, ukuran perusahaan, tingkat leverage dan persentase penawaran saham. Pada Tabel 1 terlihat statistik deskriptif dari data penelitian.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Dengan menggunakan model regresi linear berganda pada pembahasan analisis data, maka di -lakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik ini untuk mengetahui apakah model estimasi yang digunakan memenuhi asumsi regresi linear klasik. Penelitian ini menggunakan empat jenis asumsi klasik yaitu:
1. Uji Normalitas
Asumsi klasik yang pertama diuji adalah Nor-malitas. Untuk mengetahui apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak, perlu dilakukan uji normalitas data. Hasil uji normalitas dengan menggunakan graik normal probability plot menunjukkan bah-wa model regresi initial return memenuhi asumsi
normalitas. Hal ini tampak pada graik histogram yang memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Demikian pula pada graik normal prob-ability plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Graik Normal Probability Plot IR
2. Uji Autokorelasi
Menurut Gujarati (1999: 201) pengujian ob -servasi yang menurut waktu atau ruang untuk mengetahui apakah autokorelasi terdapat dalam kejadian tertentu yaitu dengan menggunakan test Durbin Watson (DW). Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 3, yang menunjukkan bahwa ti -dak terjadi autokorelasi antara data observasi.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan yang kuat antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model regresi.Untuk mendeteksi apakah antara variabel-variabel inde-penden mempunyai nilai kolinearitas yang tinggi atau tidak digunakan nilai tolerance dan Variance
Inlation Faktor (VIF). Dalam pendekatan ini, an -tara variabel terjadi multikolinearitas apabila nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa tidak terjadi multiko-linearitas antara variabel-variabel independen dengan melihat nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10 dari semua varibel independen tersebut.
4. Uji Heteroskedastisitas
meng-gunakan graik scatterplot menunjukkan tidak adanya pola yang jelas, dimana titik-titik menye -bar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak dipakai. Hasil uji heter-oskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 3 :
Gambar 3 Graik Scatterplot IR
Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, tingkat leverage dan persentase penawaran saham terhadap initial return maka dapat digunakan reg-resi linear berganda (multiple regression).
Pengujian Hipotesis Secara Simultan (uji F statistik)
Untuk menguji apakah ada pengaruh ukuran perusahaan, tingkat leverage dan persentase pe-nawaran saham secara simultan terhadap initial return pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia di -gunakan uji F statistik seperti tampak pada Tabel 4 Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa secara simultan variabel independen (SIZE, LEV, PPS) mempunyai signiikansi F hitung sebesar 4.211 dan tingkat signiikannya sebesar 0.001 lebih kecil dari tingkat signiikansi 5 %. Den -gan demikian, maka hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima. Artinya dengan ting-kat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signiikan dari ukuran perusahaan(SIZE), tingkat leverage (LEV) dan persentase penawaran saham (PPS) secara simul-tanterhadap initial return pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa
Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan ketiga vari-abel independen tersebut secara bersamaan mem-pengaruhi initial return.
Pengujian Hipotesisi secara Parsial (Uji t Statisitik)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh mas-ing-masing variabel SIZE, LEV dan PPS terhadap initial return pada perusahaan yang melakukan
Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indo -nesia, dilakukan uji secara parsial. Untuk lebih je -lasnya hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5 Dari hasil analisis regresi yang tampak pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa dengan mengguna -kan alpha 0,05 maka hanya menghasil-kan satu variabel yang berpengaruh signiikan terhadap ini-tialreturn, yaitu variabel ukuran perusahaan. Ber -dasarkan Tabel5, maka uji koeisien regresi secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengujian terhadap ukuran perusahaan (SIZE) Hasil pengolahan data diketahui bahwa vari-abel SIZE mempunyai koeisien regresi sebesar -0.615 dengan probabilitas 0.002 lebih kecil dari tingkat signiikansi 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial vari-abel SIZE mempunyai pengaruh yang signiikan terhadap initial return perusahaan yang melaku-kan Initial Public Offering (IPO).
Nilai koeisien regresi menunjukkan arah negatif (-0.615) yang berarti setiap kenaikan uku -ran perusahaan satu satuan, akan menurunkan initialreturn sebesar 0,615 satuan. Hal ini men -unjukkan bahwa semakin besar total aktiva peru-sahaan, semakin banyak informasi yang tersedia mengenai perusahaan tersebut sehingga tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi investor men-genai masa depan perusahaan akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan initial return.
Oleh karena itu investor menggunakan informasi total aktiva dalam prospektus sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu antara lain Kim et.al. (1995), Carter et.al. (1998), dan Wahyudi (2004) men -genai ukuran perusahaan berpengaruh signiikan terhadap initial return. Akan tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian Nurhidayati & Indriantoro (1998), Nasirwan (2000), dan Ardiansyah (2004) yang menyatakn bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return.
Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Perusahaan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IR 41 .02 .79 .3802 .26687
SIZE 41 16.21 25.27 20.8349 1.77521
LEV 41 -3.40 4.21 -.6202 1.19577
PPS 41 1.94 3.91 3.0688 .54298
Valid N (listwise) 41
Tabel 2
Nilai Durbin-Watson IR
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .240a .058 .377 .27695 2.146
a. Predictors: (Constant), PPS, EPS, LEV, SIZE, PER b. Dependent Variable: IR
Tabel 3
Ikhtisar Uji Multikolinearitas
Variabel VIF Kesimpulan
SIZE 1.073 VIF < 10 tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas
LEV 1.059 VIF < 10 tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas
PPS 1.073 VIF < 10 tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis secara simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 32.432 3 4.054 4.211 .001a
Residual 34.654 37 .963
Total 67.086 40
a. Predictors: (Constant), PPS, LEV, SIZE b. Dependent Variable: IR
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Coeficientsa
Model
Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 11.719 .622 6.156 .000
SIZE -.615 .026 -.097 -.568 .002
LEV .000 .038 -.002 -.010 .992
PPS .106 .084 .216 1.269 .213
Hasil pengolahan data diketahui bahwa vari-abel LEV mempunyai koeisien regresi sebesar 0.000 dengan probabilitas 0.992 lebih besar dari tingkat signiikansi 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial vari-abel LEV tidak mempunyai pengaruh yang sig-niikan terhadap initial return perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO).
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
leverage perusahaan bukan sematamata disebab-kan oleh kinerja manajemen tetapi juga sangat dipengaruhi faktor lain di luar perusahaan, se -hingga nilai leverage kurang diperhatikan inves-tor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal.
Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu antara lain Ardiansyah (2004) mengenai variabel leverage tidak berpengaruh signiikan terhadap initial return saham. Akan tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian Daljo-no (2000), Natarsyah (2000), dan Sulistio (2005) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signiikan terhadap initial return saham..
3. Pengujian terhadap Persentase Penawaran Sa-ham (PPS)
Hasil pengolahan data diketahui bahwa vari-abel PPS mempunyai koeisien regresi sebesar 0.106 dengan probabilitas 0.213 lebih besar dari tingkat signiikansi 0,05, maka H0diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian hasil perhitungan statis-tik menunjukkan bahwa secara parsial variabel PPS tidak mempunyai pengaruh yang signiikan terhadap initial return perusahaan yang melaku-kan Initial Public Offering (IPO).
Hal ini menunjukkan bahwa variabel persentase penawaran saham tidak berpengaruh signiikan terhadap initial return. Hal ini menun-jukkan bahwa informasi prosentase saham yang ditawarkan kepada publik kurang diperhatikan in-vestor dalam berinvestasi di pasar modal, karena belum tentu perusahaan yang menawarkan lebih banyak saham kepada publik akan memberikan nilai return yang kecil.
Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu antara lain Trisnawati (1999) dan Daljono (2000) mengenai prosentase pena-waran saham tidak berpengaruh signiikan ter
-hadap initial return saham. Akan tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian Beatty (1989), Carter & Manaster (1990), dan Kim et.al. (1995) yang
menyatakan bahwa prosentase penawaran saham berpengaruh terhadap initial return saham.
KESIMPULAN
1. Hasil analisis regresi secara simultan menun -jukkan bahwa seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap initial return pada perusahaan yang melakukan Ini-tial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. 2. Hasil analisis regresi secara parsial
menunjuk-kan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh signiikan terhadap initial return sedangkan variabel-variabel lain yaitu
Leverage dan Persentase penawaran saham ti-dak berpengaruh signiikan terhadap initial re-turn pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia.
KETERBATASAN
1. Referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk menunjang proses penulisan te-sis ini, sehingga terdapat banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun justiikasi masalah yang diajukan.
2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pe-riode pengamatan yang relatif masih pendek, yaitu tahun 2007 – 2009 sehingga jumlah sam-pel yang digunakan masih sangat terbatas. 3. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini masih terbatas, sedangkan masih banyak variabel lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap return saham baik di pasar perdana maupun pasar sekunder belum digunakan.
SARAN
1. Periode penelitian sebaiknya diperpanjang un -tuk menambah jumlah sampel, sehingga dapat diperoleh distribusi data yang lebih baik. 2. Variabel independen yang akan diteliti dapat
REFERENSI
Abdullah, Syukri (2001). Fenomena Underpricing dalam Penawaran saham Perdana (IPO) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Manajemen dan Bisnis,Vol 3, No 1.
Ardiansyah, Misnen (2003). Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Return Awal Dan Return 15 Hari Setelah IPO di BEJ. SNA III : 360-380.
Arief, Sritua. (1993). Metode Penelitian Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Barizwan, Zaki (1994). Sistem Informasi Akuntansi.Yogyakarta: BPFE
Basking, Tery (1993). Perfect Financial Ratio. PT Alex Media Komputindo
Beatty, Randolph P., (1989). “Auditor Reputation and the Pricing of Initial Public Offerings”, Accounting Review , Vol. LXIV, No.4, October.
Carter, Richard & Steven Manaster (1990). “Initial Public Offerings and Underwriter Reputation”, Journal of Finance, Vol. XLV, No. 4 , September.
Carter, Richard B., Frederick H. Dark & Ajaj K. Singh (1998). “Underwriter Reputation, Initial Return, and the Long-Run Performance of IPO Stocks”, Journal of Finance, Vol. LIII, No.1, Februari.
Daljono (2001). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Initial Return Saham Yang Listing di BEJ tahun 1990 – 1997. SNA III : 556-572
Darliefa (2004). Laba dan January Effect (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bur -sa Efek Jakarta). Skripsi Fakultas Ekonomi Unsyiah.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy Fakhruddin (2001). Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya jawab. Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.
Downes, John & Boodman Jordan Elliot (1999). Kamus Istilah Keuangan danInvestasi. Edisi Keti-ga, Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Eckbo dan Norli (2000). Liquidity risk, laverage dan long – run IPO Return, http://www.ssrn.com.
Hendriksen, Eldon S.dan Nugroho W (1997). Teori Akuntansi. Edisi Empat Jilid Satu, Erlangga.
Horngren, Harisson, Robinson & Secokusumo (2002). Akuntansi di Indonesia. Jilid 1, Salemba Empt.
Husnan, Suad (2003) Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : BPFE.
Ikatan Akuntansi Indonesia.(2004). Sandar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Johar dan Fakhruddin (2001) Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Edisi 2. PT. Elex Media Komputindo
Kim, Moonchul dan Jay R. Ritter, (1997). Valuing IPOs. Journal of Financial Economics 53 (1999) 409-437.
Masri Singarimbun, Soian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES.
Nasirwan (2000) Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Sesudah dan Kinerja Perusahaan 1 Tahun Setelah IPO di BEJ. SNA III.
Niswonger, Press (2002) Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jilid 1.Erlangga.
Pratiwi, Arum dan Indra Wijaya Kusuma (2002) “Analisis Surat Berharga Setelah Penawaran Per-dana (IPO) di Indonesia”. Bunga Rampai Kajian Teori keuangan, Yogyakarta : BPFE
Simamora, Henry (2000) Akuntansi Berbasis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid 1. Jakarta : Sa -lemba Empat.
Skousen, K.Fred; Stice, Earl K. Stice dan James D. Stice (2001) Akuntansi Keuangan Menengah.
Jakarta : Salemba Empat.
Soemarso S.R, (2004) Akuntansi suatu Pengantar. Edisi Lima, Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta
Sulistio Helen, (2005). Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Re-turn: Studi pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII, Solo.
Sumantoro (1999) Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta : Dahlia Indonesia
RELEVANSI NILAI LABA AKUNTANSI
PADA AKSI
STOCK SPLIT
:
PENDEKATAN MODEL HARGA DAN
RETURN
LINDA DAN ENDANG SURASETYO NINGSIH
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
This study is aimed to prove value-relevance of earning per share that used by inves-tors in decision making around stock split announcements. Both price and return models as a valuation models are commonly used in value-relevance studies. The Price model shows that value-relevance of earning per share has a positive correlation and statistically signiicant association with stock price, it would explain that earning information relates with stocks price due to the anticipate components of future expectation net cash low. While, return model shows that value-relevance of earning per share has no correlation with stock return, because of the accounting recognition lag. The actual return-earning relation is considered to be more forward looking, furthermore this model is free from scale effect problem.
LATAR BELAKANG
Stock split adalah aksi yang dilakukan peru-sahaan untuk memecahkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil. Aksi stock split
menjelaskan informasi private pihak manager perusahaan yang bersifat fundamental yang dis-ampaikan pada pasar dan berkaitan erat dengan likuiditas yang dicapai melalui stock split (Kalay et al, 2009). Turunnya tingkat harga dapat men -ingkatkan likuiditas, yang membawa harga saham pada tingkat perdagangan yang optimal. Investor akan memilih untuk membeli saham pada harga rendah, oleh karena itu manager akan berke -inginan untuk memecahkan sahamnya agar nilai nominal sahamnya konstan (Benartzi et al. 2005). Namun, disatu sisi aksi ini masih dinilai sebagai suatu “kosmetika saham” saja (Sutrisno, et al, 2000; Francis et al 2008).
Berdasarkan signaling theory, para emiten
melakukan pemecahan saham untuk memberikan sinyal positif kepada publik bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik ke depan. Karena hanya perusahaan yang berkinerjabaiklah yang mampu melakukan pemecahan saham yang da-pat dinilai dengan munculnya abnormal return
di seputaran tanggal pengumuman tersebut (Ika dan Purwaningsih, 2008). Pada studi-studi sebel -umnya juga menganalisis abnormal return di pada even stock splits, karena stock split merupakan perubahan superisi untuk suatu alasan keamanan, dan adanya abnormal return disekitar pengumu-man stock split (Grinblatt et al., 1984; Lamoureux and Poon, 1987; Kadapakkam, Krishnamurthy, and Tse, 2005) serta meningkatnya volatilitas setelah pengumuman stock split (Ohlson and Pen-man, 1985), dan sahamnya lebih tersebar karena meningkatnya transaksi perdagangan (Copeland, 1979; and Easley et al., 2001).
Menurut Brigham & Houston (2004), rata-rata harga saham sebuah perusahaan akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan pemec-ahan saham. Kenaikan harga ini timbul karena penilaian investor terhadap informasi akuntansi yang dibawa oleh pemecahan saham, dimana in -vestor akan menilai pemecahan saham tersebut se-bagai suatu pertanda akan adanya laba masa depan yang tinggi. Laba tersebut mengandung informasi
aliran kas bersih yang diharapkan dimasa depan. Karena ekspekatasi dari aliran kas masa depan tidak dapat diobservasi secara empiris dan spesi-ik maka hubungan harga-laba sering digunakan sebagai proksi ekspektasi pasar (Kothari dan Zim-merman, 1995).
Dalam riset akuntansi, model return mengana-lisis variable return terhadap variable EPS (laba perlembar saham) dan model harga mengana -lisis variable harga terhadap variable EPS. Pada pendekatan ekonomi intuitif yang rasional ber-pendapat bahwa model harga lebih baik diband-ingkan model return, karena lebih spesiik dalam mengestimasi slope koeisien dan bias slope koe -isien EPS juga kurang. Akan tetapi model re-turn kurang memiliki permasalahan ekonometrik dibandingkan model harga. Oleh karenanya, un -tuk riset-riset tertentu mengkombinasikan model harga dan return dapat akan lebih bermanfaat (Ko-thari dan Zimmerman, 1995).
Studi ini bertujuan untuk menguji kembali hubungan variable harga dengan EPS (model re-turn) dan hubungan variable return dengan EPS (model return). Studi ini berbeda dengan Kothari dan Zimmerman (1995), untuk sample pada penel -itian ini adalah perusahaan yang melakukan aksi pemecahan saham. Pada studi ini juga membahas permasalahan model harga yang berhubungan erat dengan pengaruh skala dan permasalahan prinsip akuntansi konservatisme pada model return.
TINJAIAN TEORITIS
Relevansi Nilai
besar revisi yang berhubungan dengan aliran kas yang diharapkan, semakin besar pula implikasi revaluasi harga sekuritas terhadap pengumuman tersebut. Ketiga, kredibilitas sumber informasi. Semakin kredibel suatu sumber pengumuman informasi, semakin besar pula implikasi revalu -asi terhadap pengumuman inform-asi itu (Foster, 1986).
Derajat kebermanfaatan informasi akuntansi dapat diukur dengan adanya perubahan harga dan volume perdagangan saham yang mengikut pen-gumuman informasi akuntansi oleh perusahaan. Istilah relevansi nilai informasi akuntansi ditu-runkan dari teori surplus bersih (clean surplus theory) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan
tercermin pada data-data akuntansi yang terda-pat dalam laporan keuangan (Feltham & Ohlson, 1995; Ohlson, 1995). Teori ini mengasumsikan bahwa investor memiliki keyakinan dan prefer-ensi yang homogen.
Model penilaian yang biasanya digunakan dalam studi relevansi-nilai akuntansi adalah model harga dan model return. Kedua model ini diangkat dari konseptual teori yang sama, akan tetapi kadang-kadang memberikan hasil yang tidak konsisten. Menurut Ota (2001),model harga bermasalah dengan problem “efek skala”. Efek skala mengimplikasikan hubungan palsu dalam model regresi, seperti perusahaan besar (kecil) memiliki kapitalisasi pasar yang besar (kecil), nilai buku yang besar (kecil) dan laba yang besar (kecil), oleh karena itu perlu adanya control ter -hadap perbedaan dalam ukuran perusahaan. Re-gresi model return menganalisis hubungan return dengan laba pada waktu yang sama. Namun, nilai relevansi yang diobservasi oleh pasar pada priode saat ini tidaklah dicatat dalam laba saat ini, karena penerapan prinsip akuntansi konservatisme. Basu (1997), aturan konservatisme, yaitu antisipasi ter -hadap laba yang didenotasikan dengan kecencen-drungan akuntan yang memerlukan tingkat verii -kasi yang tinggi untuk mengakui pendapatan dari pada mengakui kerugian.
Informasi Laba dan Harga Saham
Harga saham merupakan harga dari interaksi yang dibentuk oleh pasar dengan dilatar belakan-gi oleh harapan untuk memperoleh keuntungan
dari perusahaan (Lorie et al,1985 dalam Sutrisno 2000). Salah satu hipotesis umum menyatakan bahwa perusahaan memecah saham mereka untuk menjaga harga saham dalam kisaran yang optimal. Baker dan Gallagher (1980) berhipotesis bahwa investor kecil tidak mampu membeli banyak sa-ham ketika harga sasa-ham terlalu tinggi dan menu-runkan harga saham akan menarik lebih banyak investor kecil. Pandangan ini sering juga diguna-kan oleh manajemen untuk menjelasdiguna-kan mengapa perusahaan mereka melakukan pemecahan saham. Lakonishok dan Lev (1987) juga berpendapat bahwa pemecahan membantu harga saham untuk kembali pada kisaran perdagangan normal mereka dan menunjukkan bahwa pasca perpecahan harga cenderung untuk berkumpul ke level historis. Selain itu, McNichols dan Dravid (1989) men -unjukkan bahwa stock split adalah faktor besar yang mendorong harga jauh dari ‘norma’. Namun, Benartzi et al. (2005) berpendapat bahwa alasan yang mendasari untuk ‘pemeliharaan’ harga masih merupakan teka-teki karena mereka menyaran-kan bahwa rentang perdagangan yang optimal seharusnya menjadi valid hanya untuk harga real daripada harga nominal.
Namun, teori yang agak kabur berkaitan den -gan mekanisme yang mendasari dimana harga saham dalam rentang perdagangan yang optimal mencapai likuiditas meningkat dan argumen awal (seperti investor kecil tidak mampu memiliki ban-yak lembar saham jika harga tinggi) terlihat cend -erung kurang berlaku untuk saat ini. Selain itu, tidak bisa dikesampingkan bahwa saham murah hanya menikmati likuiditas yang lebih tinggi un-tuk beberapa alasan perilaku.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut, maka studi ini akan menguji relevansi nilai informasi laba terhadap harga saham yang terjadi pada aksi
stock split dengan dengan hipotesis:
H1 : Informasi laba berhubungan positif dengan harga saham
Informasi Laba dan Return Saham
menganalisis jalur dividen aktual dan laba setelah pemecahan saham (Lakonishok dan Lev (1987). Untuk mengetahui ekspektasi pasar terhadap kin-erja masa depan sebelum dan sesudah stock split
digunakan ukuran perubahan laba sekitar tanggal split.
Hasil penelitian yang menemukan abnormal
return disekitar stock split dengan proksi vari-abel lingkungan informasi perusahaan, seperti kapitalisasi pasar, jumlah analis yang mengikuti perusahaan, dan volume perdagangan, menunjuk -kan bahwa perusahaan dengan informasi publik yang tersedia lebih banyak berhubungan dengan abnormal return yang lebih rendah disekitar pen-gumuman stock split. Ketika ketiga proxy untuk
lingkungan informasi diuji secara regresi ber-ganda, hanya proksi jumlah analis yang mampu menjelaskan secara signiikan terhadap abnormal return. Hasil ini menunjukkan bahwa stock split
ditafsirkan oleh pasar sebagai berita positif bagi perusahaan-perusahaan yang kurang menyedia-kan informasi (Kalay dan Kronlund, 2007)
Studi terdahulu juga menemukan korelasi antara pengumuman split dan kinerja laba (Lakon-ishok dan Lev, 1987; Asquith, Healy dan Palepu, 1989; dan Ikenberry Ramnath, 2002). Ide tersebut berasal dari studi yang dilakukan oleh Fama, Fish -er, Jensen and Roll (1969) di mana mereka men -dokumentasikan abnormal return yang luar biasa tinggi sebelum split (mereka menggunakan tang-gal split dan bukan tangtang-gal pengumuman sebagai
event date) yang pada gilirannya memprediksi ke -naikan dividen masa depan.
Abnormal return untuk stock split ditemukan pada perusahaan yang melakukan pembayaran non-deviden relative lebih tinggi dari perusa-haan yang melakukan pembayaran deviden. Hasil tersebut konsisten dengan hipotesis dasar infor-masi tentang perusahaan yang membayar devi-den memiliki mekanisme untuk berkomunikasi dengan ekspektasi pasar yang positif (Grinblatt, Masulis and Titman, 1984). Hasil penelitian me -nyimpulkan bahwa 46% efek pengumuman split tidak berhubungan dengan perubahan ekspektasi pembayaran deviden (Nayak dan Prabhala, 2001)
Dari berbagai hasil penelitian diatas, dapat di -simpulkan bahwa informasi yang terjadi disekitar
stock split memberikan sinyal kepada pasar atas
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Basu (1997) menyatakan bahwa informasi laba ‘bad news’ akan direleksikan dengan cepat daripada informasi ‘good news’. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip konservatisme atas ketepatan wak-tu dan persistensi laba yang diinformasikan.
Dengan hasil seperti tersebut diatas, maka stu -di ini menganalisis relevansi-nilai informasi laba dengan menggunakan model return:
H2: Informasi laba berhubungan dengan return
saham
Justiikasi Model
Pada penelitian mengenai pasar eisien, selain model pasar, digunakan juga model harga (levels)
untuk mengukur dampak informasi akuntansi dan informasi lainnya terhadap harga saham. Model harga menjelaskan “scale effect” sedangkan mod-el return menjelaskan “accounting recognation lag” dan “transitory earning”.
Scale effect menyatakan secara implisit hubungan tidak asli dalam model regresi harga yang disebabkan oleh kurangnya pengontrolan skala yang ada diantara perusahaan. Secara umum pengertian scale effect adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar (kecil) akan memiliki kapitalisasi pasar yang besar (kecil), nilai buku yang besar (kecil) dan laba yang tinggi (rendah). Oleh karena itu, suatu regresi cross sec-tional dari kapitalisasi pasar terhadap nilai buku dan laba tidak lebih dari menjelaskan “scale” yang dipresentasikan perusahaan. Bagaimana-pun tidak ada kesepakatan umum oleh para pe-neliti akuntansi mengenai apa itu “scale”. Barth and Kallapur (1996) dan Barth and Clinch (1999) beragumentasi bahwa scale tergantung pada kon-tek riset dan model yang diasumsikan dan tidak tampak. Mereka menyebutkan jumlah dari saham yang beredar, penjualan, total aktiva, market value of equity, book value dan laba bersih sebagai skala yang tidak teridentiikasi. Secara konsekuen para peneliti juga menggunakan model return, karena
variabel yang digunakan diturunkan dari variabel
saat ini dan direleksikan dalam retrurn saat ini tidak dapat dicatat dalam laba saat ini (laba pada priode yang sama), karena prinsip akuntansi sep -erti reliability, objectivity dan konservatism dalam penentuan laba akuntansi. Oleh karena itu laba saat ini tidak mereleksikan event ekonomi yang mendasar pada saat yang tepat dan karena itu tidak singkron dengan pergerakan harga saham. (Ota, 1999).
Pada Gambar 1, diilustrasikan bagaimana ac-counting recognation lag mempengaruhi estimasi dari model return. Model return meregress return
saat ini terhadap laba saat ini. Disebabkan oleh
accounting recognation lag, laba saat ini dieks -pektasi berisi stale compenent (komponen basi)
yang tidak relevan dan laba dimasa mendatang diekspektasi memiliki suatu komponen nilai rel-evan terhadap return saat ini. Oleh karena itu independen variabel dalam model return diukur dengan kesalahan (error) (Ota, 1999).
Kothari dan Zimmerman (1995) juga menje -laskan bahwa porsi laba (perubahan laba) telah diantisipasi oleh pasar sebelum laba diumumkan sebagai suatu stale compenent yang tidak rel-evan dalam menjelaskan return saat ini dan oleh karena itu merupakan kesalahan dalam variabel independen, bias slope koeisien pada laba men -uju nol. Sebaliknya harga saham sekarang dalam model harga mereleksikan pengaruh kumulatif dari informasi laba dan disebabkan oleh surprise component dan stale compenent, oleh karena itu tidak ada error dalam variabel bias pada regresi model harga.
Alternatifv spesiikasi kedua model ini di dalam literatur akuntansi adalah sebagai berikut:
Model harga : Pt = a +bXt +et Model returns : Rt = a +bXt/P (t-1) +et
Pt adalah harga saham pada priode t, Rt ada-lah return saham pada priode t, Xt adalah data akuntansi, misalnya laba pada priode t, sedang a, b dan et masing-masing adalah konstanta, slope kooisien, dan variabel gangguan (error terms). (Kothari dan Zimmerman, 1999:159)
Beberapa artikel mendiskusikan secara kon-septual mengenai kelebihan dan kekurangan dari model hargadan return. Lev dan Ohloson (1974)
beragumen bahwa kedua pendekatan tersebut merupakan komplementer, sedangkan Lands -man dan Magliolo (1988) mengemukakan bahwa manfaat model harga dan return tergantung dari asumsi yang dibuat peneliti mengenai hubungan harga dan sifat ekonometri dari data yang diguna-kan untuk estimasi. Christie (1987) menyimpul -kan bahwa ketika model levels dan return secara
economically equivalent, maka pengguna model return dapat memperkecil permasalahan ekono-metri.
Bebarapa peneliti seperti Beaver et al. (1980), Kothari dan Sloan (1992) dan Collins et al. (1994) menemukan bahwa informasi harga lebih baik daripada laba masa lalu dalam mempre-diksi laba. Selanjutnya, di bawah hipotesa pasar yang eisien, dapatlah diasumsikan lebih lanjut bahwa pergerakan laba mengikuti random walk. Menurut Gitman dan Joehnk(1996, dalam Aji, 2003), random walk adalah merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa pergerakan harga saham tidak dapat diprediksi, sehingga sangat sedikit kemungkinan untuk mengetahui ke mana
Return Sekarang
Hubungan Model Return
Hubungan Aktual
Komponen Basi Komponen Nilai Relevan (Stale Component)
Laba saat ini Laba Mendatang
harga saham masa depan akan mengarah. Dalam hipotesis random walk ini digambarkan bahwa pergerakan harga saham tidak mungkin dapat di-harapkan untuk mengikuti pola tertentu dan kare-nanya kelebihan keuntungan tidak dapat diketehui hanya dengan mengetahui harga surat berharga. Bukti dari kerandoman pergerakan harga saham menunjukkan bahwa para pelaku pasar (investor) adalah orang-orang yang membuat keputusan inv-estasinya secara rasional. Selain itu, random walk
adalah merupakan bukti adanya pasar modal yang bereisien tinggi.
Apabila asumsi random walk memang berlaku, maka intersep (a) antara persamaan regresi harga dan return-earning seharusnya adalah merupakan kebalikan (reciprocal) dari tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari se -buah saham, 1/r. Magnitude (besarnya) r ini ber -variatif, tergantung dari suku bunga yang berlaku pada saat ini.
Konsekuensi diberlakukannya asumsi random walk ini adalah bahwa kumpulan informasi yang terdapat di dalam harga sebuah saham lebih kaya dari pada current earning dan pastime series earn-ing, dimana informasi harga saham lebih besar
mempengaruhi laba akuntansi daripada informasi laba akuntansi. Dapat pula dikatakan dalam hal ini bahwa harga mempengaruhi laba (price lead earning).
Pada saat harga mempunyai peramalan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan laba, kare -na prinsip akuntansi yang mendasarkan diri pada konsep biaya historis (konservatism), obyektivi -tas, dan konvensi pengakuan pendapatan memiliki keterbatasan untuk mencerminkan harapan pasar terhadap future earning. Karena harga merelek -sikan antisipasi terhadap laba masa depan, maka harga saham saat ini tidak selalu merupakan ke-lipatan konstan (1/r) dari laba saat ini, harga sa -ham (dilambangkan dengan X) akan melebihi X/t apabila pasar mengharapkan laba positif (mis-alnya untuk perusahaan yang sedang tumbuh) dan harga akan lebih rendah daripada X/t apabila pasar mengharapkan laba dimasa depan yang negatif. Dalam kondisi harga dapat memprediksi laba maka model harga akan terjadi missing dalam var-iabel independennya yang akan menjelaskan vari-asi dalam harga, tetapi koeisien estimvari-asi variabel
tidak bias. Koeisien estimasi pada model return
akan bias cenderung menuju ke nol apabila harga mempunyai kandungan informasi tentang peruba-han laba masa depan. Hal ini disebabkan karena variabel independen kemungkinan mengandung komponen yang relatif sangat baru (surprise com-ponent) dan komponen basi (stale compenent). Kedua komponen tersebut kurang relevan dalam menjelaskan return saham. (Kothari dan Zimmer-man 1995).
Kemungkinan pelanggaran terhadap asumsi yang mendukung bahwa model harga dan return mempunyai koeisien slope yang sama adalah dalam penelitian mengenai hubungan variabel akuntansi dengan harga mengandung nilai yang relevan dan nilai yang tidak relevan. Apabila ter-dapat gangguan dari nilai yang tidak relevan pada variabel akuntansi (misalnya laba) maka spesi -ikasi kedua model adalah bias menurun ( down-ward- biases) pada koeisien estimasinya (Lands -man dan Magliolo 1988). Hal ini disebabkan bahwa variabel independen dalam kedua model mengukur variabel yang salah, sehingga koeisien estimasinya bias. Hasil studi Kothari dan Zimmer-man (1995) menunjukkan bahwa model return
hanya memberikan kemampuan penjelasan yang lemah dalam pengujian kandungan informasi data akuntansi dan untuk model harga lebih berman-faat dalam model regresi, karena hasil koeisien estimasi tidak bias dibandingkan model return. Hal ini karena koeisien estimasi akan tergantung dari sifat time series dan faktor gannguan dari var-iabel independen. Oleh karena itu, koeisien esti -masi variabel dari kedua model tidak diekspektasi harus sama.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusa-haan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan corporate action pemecahan saham (stock split). Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Pada teknik ini sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki krite-ria-kriteria:
1. Jumlah perusahaan yang melakukan pemeca -han saham periode 2005-2010.
pemecahan saham saja (yang melakukan aksi korporasi lainnya juga pada priode jendela (-10 dan +10) pengamatan tidak dijadikan sample).
3. Perusahaan yang aktif perdagangan sahamnya Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah peru -sahaan yang menjadi populasi sasaran dalam pe-nelitian ini adalah sebanyak 33 perusahaan. Data yang digunakan berasal dari Indonesian Capital Market Directory Bursa Efek Indonesia dengan alamat web www.idx.com, Kustodian Sentral Efek
Indonesia dengan alamat web www.ksei.com.id, www.duniainvestasi.com, danwww.yahooinance.
com.
Terdapat tiga variable dalam penelitian ini, yaitu:
a. Harga Saham (Y1)
Harga saham adalah harga dari hasil interaksi yang dibentuk oleh pelaku pasar saat terjadinya penawaran dan permintaan terhadap suatu saham. Hasil interaksi tersebut dilatarbelakangi oleh hara-pan mereka terhadap proit perusahan (Lorie, et al 1985 dalam Sutrisno et al, 2000). Harga saham
dalam penelitian ini diproksikan dengan Closing Price harian yaitu harga saham penutupan har-ian di bursa selama periode estimasi dan periode pengamatan.
b. Abnormal Return Saham (Y2)
Abnormal return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
normal. Indikator yang dipakai untuk abnormal return ini adalah Market Model, karena model ini memiliki kemampuan mendeteksi abnormal re-turn yang lebih baik dibandingkan dengan model lainnya (Hartono, 2009:558-568). Pada penelitian ini menggunakan priode estimasi 30 hari dan pri -ode jendela -10 hari sebelum tanggal pengumu -man stock split +10 sebelum tanggal pengumu -man stock split.
c. Laba perlembar saham
Variabel independen dalam penelitian ini ada-lah laba per lembar saham. Hasil Penelitian Ko-thari dan Zimmerman (1995) dan Basu (1997), menunjukkan adanya kandungan informasi yang diberikan oleh angka laba akuntansi. Angka laba yang dibagi dengan per saham (EPS) untuk model harga dan model return untuk mengurangi per-masalahan ekonometrika.
Dua model penilaian yang biasanya digunakan dalam studi relevansi nilai, yaitu model harga dan model return, dengan persamaan sebagai berikut:
Model Harga : Pit = α+βXit + εt Model Return : ARit = α+βXit + εt
Dimana:
P it= Rata-rata harga saham perusahaan i pada hari -10 dan +10 pada tanggal pengumuman stock split.
AR it = Rata-rata Abnormal Return perusahaan i pada hari -10 dan +10 pada tanggal pengumu -man stock split.
Xit = Laba perlembar Saham
Ɛit = Residual error
Agar analisis data regresi tidak bias, maka residual dari persamaan regresi tersebut haruslah terdistribusi secara normal. Disamping residual harus terdistribusi secara normal, analisa regresi haruslah bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Terdistribusinya residual secara normal dan ter-penuhinya asumsi klasik akan memberikan nilai estimasi yang tidak bias.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji normalitas untuk model harga dalam penel-itian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), menunjukkan ting -kat signiikansi lebih dari 0,05 maka dapat dis -impulkan data residual model harga penelitian ini terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual berdistribusi normal. Hasil uji normali-tas untuk model return dengan uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) menunjukkan tingkat signiikansi dibawah 0,05 yang berarti data residual model return pada penelitian ini tidaklah terdistribusi secara normal. Agar data dapat normal dapatlah dilakukan tranformasi (Hair et al, 2010), maka un -tuk data EPS pada model harga ditranformasikan ke Lognatural (Ln). Setelah data ditransformasi -kan, hasil statistik Kolmogrov-Smirnov menun -jukkan nilai signiikansi di atas 0,05.