• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karya sastra menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah Abrams (1981:55).

Salah satu bentuk karya sastra adalah prosa. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif, atau wacana naratif. Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 2012:2). Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen (Abrams, 1981:61). Poe (dalam Stanton, 2007:79) menyatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.

Kesusateraan Arab di masa modern ini berkembang sangat pesat. Banyak sekali sastrawan modern yang karya-karya sastranya mendunia. Salah satu sastrawan Arab adalah Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs. Ia berhenti dari profesinya sebagai pengacara untuk mengabdikan dirinya dalam dunia sastra. Ia mulai menggoreskan pena sastranya sejak usia belasan, sebab ibunya adalah pendiri kantor majalah. Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs banyak menghasilkan novel yang beberapa di antaranya

(2)

an-Naẓāratu as-Saudā’i, Anā Ḥirah, Wisādah Khāliyah, dan aṭ-Tariq al-Masdūd.

Salah satu karya Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs adalah cerpen berjudul “Iktisyāfu al-Alūmuniūm” dalam antologi ‘Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ. Cerpen tersebut menceritakan Jam’ah ʻAbd aṣ -Ṣamad, seorang laki-laki yang telah sepuluh tahun meninggalkan desa untuk bekerja ke kota, dan kembali lagi ke desa untuk melamar seorang wanita, Bahiyyah. Ketika berbincang, Jamʻah mempertanyakan mengapa Bahiyyah menunda hari pernikahan. Bahiyyah menjawab karena tidak ada tembaga. Jamʻah tidak ingin ada tembaga dalam pernikahan mereka, ia ingin semua perabotannya dari alumunium. Bahiyyah tidak mengerti apa itu alumunium dan ia bersikeras ada tembaga dalam pernikahannya. Hal tersebut menjadi konflik antar keluarga Jam’ah dan Bahiyyah. Pada suatu pagi, terjadi keributan antara kedua keluarga tersebut. Saat keributan terjadi, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. Tembakan itu mengenai Jam’ah yang menyebabkannya tewas. Bahiyyah akhirnya menikah dengan laki-laki lain dengan bejana-bejana yang terbuat dari alumunium. Pada akhirnya seluruh penduduk desa mau menerima alat-alat rumah tangga yang terbuat dari alumunium.

Cerpen ini belum dapat diketahui unsur-unsurnya secara tepat dan maknanya secara utuh dengan membaca secara sekilas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembahasan terhadap unsur-unsur cerpen tersebut. Sebagai karya sastra, cerpen “Iktisyāfu al-Alūmuniūm” memiliki sebuah struktur yang terdiri

(3)

unsur-unsur, maka untuk membongkar dan memaparkan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen tersebut, akan digunakan teori struktural sebagai analisis.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarakan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apa saja unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen dan bagaimana keterkaitan antarunsur tersebut membangun cerpen secara keseluruhan dalam cerpen “Iktisyāfu Alūmuniūm” karya Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur instrinsik yang membangun cerpen dan keterkaitan antarunsur yang ada di dalam cerpen“Iktisyāfu al-Alūmuniūm”.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, beberapa karya Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs yang telah dibahas, diantaranya, oleh Imam Turmudi (2013) dengan judul “Cerpen “‘Umruna Arba’ah Sa’āt Karya Iḥsan ‘Abdu al-Quddūs: Analisis Struktural”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa unsur-unsur instrinsik cerpen tersebut saling memiliki keterkaitan. Muhammad Zainul Anshori (2013) melakukan pengkajian struktural cerpen dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Struktural pada Cerpen “Al-Wisādah Al-Khāliyah Karya Iḥsan ‘Abdu al-Quddūs”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsic cerpen tersebut saling memiliki keterkaitan. Hartono (2013) juga melakukan pengkajian structural dalam skripsinya yang berjudul ““Allāhu Maḥabbah” dalam al-Qiṣah al-Qaṣirah Dirasah Wa

(4)

menyimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik dalam cerpen tersebut saling memiliki keterkaitan.

Kumpulan cerpen ‘Ulbatun Min aṣ-Ṣafīḥ karya Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs terdiri atas dua puluh cerpen. Cerpen “Iktisyāfu al-Alūmuniūm” adalah cerpen ke delapan dalam antologi cerpen ‘Ulbatun Min aṣ-Ṣafīḥ. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian terhadap cerpen ‘Iktisyāfu al-Alūmuniūm” dalam antologi cerpen

‘Ulbatun Min aṣ-Ṣafīḥ karya Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs ini pertama kali dilakukan di

Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Agama Islam UAD baik dari segi linguistik maupun sastra. Oleh karena itu, penelitian terhadap cerpen “Iktisyāf al-Alūmuniūm” layak dilakukan untuk menambah pengetahuan kesusateraan arab.

1.5 Landasan Teori

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:1444) teori adalah asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Adapun menurut Endraswara (2013:3) teori sastra akan membantu analisis, interpretasi, dan penilaian yang tepat agar dapat mempertanggungjawabkan kepada masyarakat tentang arti pentingnya sebuah karya sastra.

Penelitian ini menggunakan teori struktural. Teori struktural adalah suatu disiplin ilmu yang tidak hanya menjumlah unsur-unsurnya melainkan keterkaitan dan keterjalinan antarunsur akan membentuk keseluruhan makna (Teeuw, 1984:112-113).

(5)

Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, dan saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 2012:36).

Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan semenditel dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135).

Stanton (2007:22-71) membedakan unsur pembangun sebuah karya sastra ke dalam tiga bagian: fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri dari karakter, alur, dan latar. Sarana cerita terdiri judul, sudut pandang, gaya bahasa, simbolisme, dan ironi.

Setelah unsur-unsur, fakta-fakta cerita, tema, dan sarana cerita terungkap, maka akan dicari keterkaitan antarunsur tersebut dalam membangun cerpen secara keseluruhan.

1.6 Metode Penelitian

Objek material penelitian ini adalah cerpen “Iktisyāfu al-Alūmuniūm” dalam antologi cerpen ‘Ulbatun Min aṣ-Ṣafīḥ karya Iḥsān ‘Abdu al-Quddūs. Adapun objek formalnya adalah unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen.

Metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subyek kajian. (Endraswara, 2013:8). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis struktural. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan semenditel dan semendalam mungkin

(6)

sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135).

Analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. (Nurgiyantoro, 2012:37). Berdasarkan pendapat tersebut, cerpen mulai diidentifikasi serta dideskripsikan unsur-unsurnya, yaitu karakter, alur, latar, tema, judul, sudut pandang, dan simbolisme. Setiap unsur tersebut dijelaskan fungsinya untuk melihat hubungan antarunsurnya sehingga dapat membentuk makna yang padu.

Berdasarkan metode di atas, langkah-langkah untuk meneliti cerpen ini adalah pertama mengumpulkan data. Data dikumpulkan dengan cara dicatat di dalam kartu data. Data-data tersebut berupa kalimat-kalimat dalam cerpen untuk diklasifikasikan sesuai kategori unsur-unsur intrinsiknya. Kedua, menganalisis data dengan menentukan fungsi tiap unsur instrinsik dari cerpen ini, yaitu fakta cerita berupa karakter, alur, dan latar, kemudian tema, serta sarana cerita berupa judul, sudut pandang, dan simbolisme. Ketiga, mentransliterasikan data-data berupa kalimat-kalimat bahasa Arab menjadi huruf latin. Keempat, menerjemahkan data-data berupa kalimat-kalimat bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Setelah unsur-unsur tersebut didapatkan, kemudian menentukan hubungan antarunsur-unsur tersebut untuk mengetahui keutuhan makna. Langkah terakhir adalah penyajian hasil analisis data, yaitu berupa pelaporan dalam bentuk tertulis.

(7)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah Bab I berisi pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II berisi biografi pengarang dan sinopsis cerpen “Iktisyāfu al-Alūmuniūm”, Bab III berisi analisis struktural cerpen “Iktisyāfu al-Alūmuniūm” dan hubungan antarunsur dalam cerpen tersebut, dan Bab IV berisi kesimpulan dan diakhiri dengan daftar pustaka.

1.8 Pedoman Transliterasi

Transliterasi maknanya adalah mengalihaksarakan tulisan dari satu aksara ke aksara lain; misalnya dari aksara Arab ke aksara Latin. Dengan adanya transliterasi, sebuah bahasa dapat lebih dipahami kaidah penelitian dan pelafalan aksaranya.

Berikut peneliti sajikan transliterasi huruf Arab/Hijaiyyah ke huruf Latin, sesuai dengan kaidah yang disusun dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

(8)

Konsonan

Arab Huruf Latin

Konsonan

Arab Huruf Latin

ا

Tidak dilambangkan

ض

ب

b

ط

ت

t

ظ

ث

s

ع

ʻ

ج

j

غ

g

ح

ف

f

خ

kh

ق

q

د

d

ك

k

ذ

ż

ل

l

ر

r

م

m

ز

z

ن

n

س

s

و

w

ش

sy

ه

h

ص

ء

ي

y 2. Vokal

Contoh:

َﺐَﺘَﻛ

ʻkatabaʻ,

َﻒْﻴَﻛ

ʻkaifaʻ,

َلﺎَﻗ

ʻqāla’

Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

a

ْي...

ai

ا...

ā

i

ْو...

au

ي...

ī

(9)

3. Ta’ Marbuṭah

Ada dua macam transliterasi ta’ marbuṭah (ة), yakni ta’ marbuṭah hidup dan

tā’ marbuṭah mati. Ta’ marbkṭah hidup (yang mendapatkan harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah) ditransliterasikan dengan /t/.

Contoh:

ِلﺎَﻔْﻃ ْﻷا ُﺔَﺿْو

َر

‘rauḍatu al-aṭfāl’.

Ta marbuṭah mati atau dibaca waqaf ditransliterasikan dengan /ḥ/.

Contoh:

ِلﺎَﻔْﻃ ْﻷا ُﺔَﺿْو

َر

‘rauḍah al-aṭfāl

4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah yang dalam bahasa arab dilambangkan

ّ_

ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang mendapatkan syaddah. Contoh:

ﺎَﻨﱠـﺑَر

‘rabbanā’

5. Kata Sandang

Transliterasi kata sandang (لا) dibedakan menjadi dua, yakni kata sandang yang diikuti huruf syamsyiyah dan kata sandang yang diikuti huruf qomariyyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah (ظ , ط , ض

ص ش , س , ز , ر , ذ , د , ث , ت ن , ل) ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf ل diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang berhubungan langsung dengan kata sandang. Contoh:

ءﺎﺴﻨﻟا

‘an-nisa’

Kata sandang yang diikuti huruf qomariyyah , ق ,ف , غ , ع , خ , ح , ج , ب , أ , و , م , ك

ي , ه ditransliterasikan sesuai dengan hurufnya, misalnya: contoh:

ُﻢﻠَﻘﻟا

‘al-qalamu’

6. Hamzah

Dinyatakan pada transliterasi konsonan bahwa hamzah ditransliterasi dengan apostrop. Transliterasi seperti itu hanya berlaku untuk hamzah yang berada

(10)

dilambangkan. Contoh:

نوﺬﺧﺄﺗ

‘ta’khużūna',

ءﻲﺷ

‘syai’un’,

ّنإ

‘inna’

7. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata baik ism, fiʻl, maupun ḥarf ditulis terpisah. Hanya beberapa kata yang penulisannya dirangkaiakan, transliterasinya dirangkaikan. Contoh:

ﲔﻗزاّﺮﻟا ﲑﺧ ﻮﻫا ﷲا ّنإو

‘Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīna’ atau ‘Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna’

8. Huruf Kapital

Meskipun di dalam bahasa Arab tidak ada huruf kapital dalam transliterasi ini digunakan huruf kapital sesuai dengan pedoman EYD.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak—Berkembangnya dunia teknologi informasi tentu saja membawa dampak semakin besarnya data yang beredar dan terus bertambah besar secara signifikan, dan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi obat oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat, mengetahui pengaruh pemberian informasi obat

Dalam Dalam member memberikan ikan pelaya pelayanan nan kepada kepada masya masyarakat rakat kita kita diber diberi i i imbalan mbalan karena karena  pelayanan yang kita

Pertimbangan menjadikan selulosa sebagai bahan baku utama pada pembuatan kertas dan rayon adalah (1) tersedia banyak di alam sehingga mudah dibudidayakan dan ditransportasikan,

Ruang lingkup masalah dalam proyek akhir ini adalah aplikasi ini digunakan sebagai simulasi pemasangan dan pembongkaran scaffolding  yang digunakan pada saat

bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur, maka dipandang perlu untuk menetapkan

Melayani dengan ramah 3 3 Komunikasi yang baik 3 4 Selalu konsisten enan rasa makanan/minuman 3 3 Selalu berinovasi dan kreatif 4 3 Menu yang bervariasi 4 3 Pembagian tugas jelas 4

Pada penelitian ini didapatkan penurunan HOMA-IR rata-rata subjek pada kelompok puguntano sebelum pemberian intevensi adalah 3,79 dan sesudah intervensi turun menjadi 2,08 dan